OLEH:
LUH SRI BUDIARTINI
20089142114
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN
Keterangan :
1. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain,hal ini dapat menimbulkan
kelegaan pada individu.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalamproses pencapaian tujuan.
3. Pasif merupakanperilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan marahyang sekarang dialami, dilakukan
dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.
4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi, ketakutan
atau panic. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk,
mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman
tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk
tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku
kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat rringan sampai pada
yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
3. Etiologi
Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan pada pasien gangguan jiwa antara lain:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral,
dan kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan
tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan
pada objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang dianggap
berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka
dapat menyebabkan seseorang harga diri rendah (HDR), sehingga sulit
untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan
orang lain tidak dapat diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-
suara atau bayang-bayangan yang meminta klien untuk melakukan
kekerasan. Hal ini data berdampak pada keselamatan dirinya dan orang
lain (resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan).
g. Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan
keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat
mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal
ini yang menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan
kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen
terapeutik inefektif).
6. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2
yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
Core Problem
Perilaku kekerasan
Causa
4. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan.
5. Intervensi Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan
Diagnosa Perencanaan
Tgl. No. Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Resiko TUM : Klien menunjukkan 1.1 Bina hubungan saling Kepercayaan dari pasien
Perilaku Klien dan keluarga tanda-tanda percaya percaya dengan merupakan hal yang akan
Kekerasan mampu mengatasi kepada perawat melalui: mengemukakan prinsip memudah perawat dalam
atau mengendalikan a. Ekspresi wajah komunikasi terapeutik : melakukan pendekatan
resiko perilaku cerah, tersenyum. a. Mengucapkan salam keperawatan atau
kekerasan. b. Mau berkenalan. terapeutik. Sapa klien intervensi selanjutnya
TUK 1 : c. Ada kontak mata. dengan ramah, baik terhadap pasien.
Klien dapat membina d. Bersedia verbal maupun non
hubungan saling menceritakan verbal.
percaya perasaan. b. Berjabat tangan
e. Bersedia dengan klien.
mengungkapkan c. Perkenalkan diri
masalah. dengan sopan.
d. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan yang
disukai pasien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan.
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu pasien.
g. Tunjukkan sikap
empati dan menerima
pasien apa adanya.
h. Beri perhatian kepada
pasien dan perhatian
kebutuhan dasar
pasien.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1. Bantu klien Menentukan mekanisme
Klien dapat Setelah 1x intervensi, mengungkapkan koping yang dimiliki oleh
mengidentifikasi pasien dapat : perasaan marahnya: pasien dalam menghadapi
penyebab perilaku 1. Menceritakan a. Diskusikan bersama masalah. Selain itu juga
kekerasan yang penyebab perilaku pasien untuk sebagai langkah awal
dilakukannya. kekerasan yang menceritakan dalam menyususn strategi
dilakukannya. penyebab rasa kesal berikutnya.
2. Menceritakan atau rasa
penyebab perasaan jengkelnya.
jengkel atau kesal, b. Dengarkan
baik dari diri sendiri penjelasan pasien
maupun tanpa menyela atau
lingkungannya. memberi penilaian
pada setiap
ungkapan perasaan
pasien.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.1 Membantu pasien Deteksi dini dapat
Klien dapat Setelah 1intervensi, klien mengungkapkan tanda- mencegah tindakan yang
mengidentifikasi dapat menceritakan tanda perilaku bisa membahayakan
tanda-tanda perilaku tanda-tanda perilaku kekerasan yang pasien dan lingkungan
kekerasan. kekerasan secara : dialaminya. sekitar.
a. Fisik : mata merah,
tangan mengepal,
ekspresi tegang, dan
lain-lain.
b. Emosional: Perasaan
marah, jengkel, bicara
kasar.
c. Sosial : bermusuhan
yang dialami saat
terjadi perilaku
kekerasan.
3.2 Diskusikan dan
motivasi pasien untuk
menceritakan kondisi
fisik saat perilaku
kekerasan terjadi.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 4.1 Diskusikan dengan Melihat mekanisme
Klien dapat Setelah 1x intervensi, pasien seputar perilaku koping pasien dalam
mengidentifikasi jenis pasien menjelaskan : kekerasan yang menyelesaikan masalah
perilaku kekerasan a. Jenis-jenis ekspresi dilakukannya selama yang dihadapi.
yang pernah kemarahan yang ini.
dilakukannya. selama ini telah 4.2 Motivasi pasien
dilakukannya. menceritakan jenis-
b. Perasaannya saat jenis tindak kekerasan
melakukan kekerasan. yang selama ini
c. Efektivitas cara yang pernahdilakukannya
dipakai dalam 4.3 Motivasi pasien
menyelesaikan menceritakan perasaan
masalah. pasien setelah tindak
kekerasan tersebut
terjadi.
4.4 Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya, masalah
yang dialami teratasi.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : 5.1 Diskusikan dengan Membantu pasien melihat
Klien dapat Setelah 1x intervensi, pasien akibat dampak yang ditimbulkan
mengidentifikasi klien menjelaskan akibat negatifatau kerugian akibat perilaku kekerasan
akibat dari perilaku yang timbul dari tindak dari cara atau tindakan yang dilakukan pasien.
kekerasan. kekerasan yang kekerasan yang
dilakukannya: dilakukan pada:
a. Diri sendiri: luka, a. Diri sendiri
dijauhi teman, dan b. Orang lain atau
lain-lain.
b. Orang lain atau keluarga.
keluarga: luka, c. Lingkungan.
tersinggung,
ketakutann dan
lain-lain.
c. Lingkungan:
barang atau benda-
benda rusak, dan
lain-lain.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan Menurunkan perilaku yang
Klien dapat Setelah 3x intervensi, pasien seputar: destruktif yang berpotensi
mengidentifikasi cara pasien dapat 1. Apakah pasien mau mencederai pasien dan
konstruktif atau cara- menjelaskan: cara-cara mempelajari cara baru lingkungan sekitar.
cara sehat dalam sehat dalam mengungkapkan
mengungkapkan mengungkapkan marah. marah yang sehat.
kemarahan. 2. Jelaskan bebagai
alternative pilihan
untuk
mengungkapkan
kemarahan selain
perilaku kekerasan
yang diketahui pasien.
3. Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
kemarahan:
a. Cara fisik: nafas
dalam, pukul bantal
atau kasur, olahraga.
b. Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal kepada
orang lain.
c. Sosial: latihan
asertif dengan orang
lain.
d. Spiritual:
sembahyang atau
doa, zikir, meditasi,
dan sebagainya
sesuai dengan
keyakinan
agamanya masing-
masing.
TUK 7 : Kriteria Evaluasi: 7.1 Diskusikan cara yang Keinginan untuk marah
Klien dapat Setelah 1x intervensi, mungkin dipilih serta yang tidak bisa diprediksi
mendemonstrasikan klien memperagakan cara anjurkan pasien waktunya serta siapa yang
cara mengontrol mengontrol perilaku memilih cara yang akan memicunya
perilaku kekerasan. kekerasan secara fisik, mungkin diterapkan meningkatkan kepercayaan
verbal, dan spiritual untuk mengungkapkan diri pasien serta asertifitas
dengan cara berikut: kemarahannya. (ketegasan) pasien saat
a. Fisik: tarik nafas marah atau jengkel.
dalam, memukul 7.2 Latih pasien
bantal atau kasur. memperagakan cara
b. Verbal: yang dipilih dengan
mengungkapkan melaksanakan cara
perasaan kesal atau yang dipilih.
jengkel pada orang 7.3 Jelaskan manfaat cara
lain tanpa menyakiti.
c. Spiritual: zikir atau tersebut.
doa, meditasi sesuai
agamanya.
TUK 8: Kriteria Evaluasi: 8.1 Diskusikan pentingnya Keluarga merupakan
Klien mendapat Setelah 1x intervensi, peran serta keluarga system pendukung utama
dukungan keluarga keluarga mampu: sebagai pendukung bai pasien dan merupakan
untuk mengontrol a. Menjelaskan cara pasien dalam mengatasi bagian penting dari
risiko perilaku merawat pasien risiko perilaku rehabilitasi pasien.
kekerasan. dengan risiko perilaku kekerasan.
kekerasan. 8.2 Diskusikan potensi
b. Mengungkapkan rasa keluarga untuk
puas dalam merawat membantu pasien
pasien dengan risiko mengatasi perilaku
perilaku kekerasan. kekerasan.
8.3 Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat, dan
cara merawat pasien
risiko perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
8.4 Peragakan cara
merawat pasien
(menangani PK).
8.5 Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
cara perawatan
terhadap pasien.
8.6 Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan.
TUK 9: Kriteria Evaluasi: 9.1. Jelaskan manfaat Menyukseskan program
Klien menggunakan Setelah 1x intervensi menggunakan obat pengobatan pasien.
obatsesuai program pasien bisa menjelaskan: secara teratur dan
yang telah ditetapkan. kerugian jika tidak Obat dapat mengontrol
a. Manfaat minum obat. menggunakan obat. risiko perilaku kekerasa
b. Kerugian tidak 9.2. Jelaskan kepada pasien: pasien dan dapat
minum obat. a. Jenis obat (nama, membantu penyembuhan
c. Nama obat. warna, dan bentuk pasien.
d. Bentuk dan warna obat)
obat. b. Dosis yang tepat Mengontrol kegiatan
e. Dosis yang diberikan untuk pasien. pasien minum obat dan
kepadanya. c. Waktu pemakaian. mencegah pasien putus
f. Waktu pemakaian. d. Cara pemakaian. obat.
g. Cara pemakaian. e. Efek yang akan
h. Efek yang dirasakan. dirasakan pasien.
i. Pasien menggunakan 9.3. Anjurkan pasien
obat sesuai program. untuk:
a. Minta dan
menggunakan obat
tepat waktu.
b. Lapor ke perawat
atau dokter jika
mengalami efek
yang tidak biasa.
9.4. Beri pujian terhadap
kedisiplinan pasien
menggunakan obat.
6. Strategi Pelaksanaan Resiko Perilaku Kekerasan
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang
dilakukan setelah melaksanakan implementasi dan intervensi keperawatan
yang telah disusun yang nantinya memungkinkan telah tercapai atau tidak
dalam meningkatkan kondisi pasien. Serta evaluasi keperawatan ditulis dalam
bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Jalil, Abdul. 2009. Modul Keperawatan Jiwa Asuhan Keperawatan Fase Akut
(UPIP) & Maintenance. Magelang: Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo
http://repository.ump.ac.id/1372/3/DWI%20YUNI%20KRISNAWATI%20BAB
%20II.pdf (Diakses pada tanggal 23 Februari 2021).