Anda di halaman 1dari 55

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan

1. Pengertian

Menurut Stuart dan Sudeen (1995) perilaku kekerasan adalah suatu

keadaan dimana seserang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal

tersebut dapat dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah

yang tidak konstruktif.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri,

maupun orang lain (Yoseph, 2007). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku

individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain

yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk,

2008). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap

diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009).

Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu

bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik

maupun psikologis yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

6
2

2. Rentang Respon Neurobiologis

Menurut Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam

rentang adaptif maladaptif.

Respon   adaptif                                                         Respons maladaptif

I---------------I------------------I----------------------I-------------------I

Asertif       frustasi                 pasif                     agresif               kekerasan

Skema 1.1. Rentang Respon Kemarahan

a. Perilaku asertif  yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju

tanpa menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan

kelegaan pada individu

b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena

yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk

engungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan

dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.

d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau

ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan

mengamuk, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata

ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku

untuk tidak melukai orang lain.


3

e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku

kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,

memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada

yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

3. Faktor Penyebab

a. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan

menurut Towsend (1996) dalam Purba dkk (2008) adalah:

1. Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh

terhadap perilaku:

a. Neurobiologik

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls

agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.

Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi

atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan

sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada

gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau

menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada

lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,

kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.

Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi


4

memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik

terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat

otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

b. Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,

asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi

atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten

dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam

teorinya tentang respons terhadap stress.

c. Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara

perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.

d. Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi

perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya

yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak,

yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti

ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti

berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologik

a. Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk

mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak


5

berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan

tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat

meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam

kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan

pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan

rendahnya harga diri.

b. Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,

biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru

karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika

perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak

memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap

perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang

dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan

orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau

mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan

hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan

setelah dewasa.

c. Teori Sosiokultural

Pakar sosiologi lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan

struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial

yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara

untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh


6

pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari

bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi

secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan

yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya

keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup

individu.

b. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering

kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):

1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,

geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi

sosial ekonomi.

3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga

serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah

cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan

obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya

pada saat menghadapi rasa frustasi.


7

6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan

pekerjaan, perubahan tahap

4. Tanda dan Gejala

Yosep (2009) mengemukakan tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai

berikut:

a. Fisik

Muka klien tampak merah dan tegang, mata melotot atau pandangan

tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku dan jalan

mondar-mandir.

b. Verbal

Klien berbicara kasar, suara tinggi dan keras, membentak atau berteriak,

mengancam secara verbal atau fisik dan mengumpat dengan kata-kata

kotor

c. Perilaku

Klien melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,

melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan dan klien

mengamuk atau betindak agresif.

d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan

jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan dan menuntut.


8

e. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang

lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

g. Sosial

Klien menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,

sindiran.

h. Perhatian

Klien mencuri, melarikan diri dan penyimpangan seksual.

5. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

Kemenkes RI (2012), proses terjadinya perilaku kekerasan akan dijelaskan

dengan menggunakan konsep sterss adadtasi Stuart yang meliputi steressor

dari faktor predisposisi dan presipitasi,

a. Faktor predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan

meliputi:

1) Faktor biologis

Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor

herediter mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma

kepala, dan riwayat penggunaan napza.


9

2) Faktor psikologis

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap

stimulus, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi

sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjdi apabila

keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan

atau terhambat, seperti fisik yang terganggu, hubungan sosial yang

terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah berprilaku apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berprilaku

konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut

berperilaku destruktif.

3) Faktor sosiokultural

Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu disertai lingkungan

sosial yang mengancam kebutuhan individu, yang mempengaruhi

sikap individu dalam mengekpresikan marah. Namun budaya dapat

mempengaruhi individu individu untuk berespon asertif atau

agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui

proses sosialisasi, merupakan proses meniru dari lingkungan yang

menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan

masalah.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan pada

setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang lainnya.
10

Stressor tersebut dapat merupakan penyebab yang bersifat faktor

eksternal maupun internal dari individu.

Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan

kehilangan dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan

kehilangan orang yang dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik.

Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah

seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritik yang menghina,

lingkungan yang terlalu ribut, atau putusnya hubungan

sosial/kerja/sekolah.

Berbagai faktor dapat menimbulkan perasaan cemas, stress, dan marah

pada individu. Perasaan marah normal bagi tiap individu. Namun, pada

pasien perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara

fluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Marah merupakan

perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap

kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan

sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995).

Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat

menimbulkan respon asertif yang merupakan kemarahan yang

diungkapkan tanpa menyakiti orang lain dan akan memberikan

kelegaan pada individu serta tidak akan menimbulkan masalah.

Kegagalan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat

menimbulkan frustasi yang menimbulkan respon pasif dan melarikan

diri atau respon melawan dan menentang.


11

Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.

Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi dimana individu tidak

mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk

menghindari suatu tuntutan nyata. Respon melawan dan menentang

merupakan respon yang maladaptif yaitu agresi-kekerasan (Purba dkk,

2008).

Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan

untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol.

Perilaku yang tampak dapat berupa muka masam, bicara kasar,

menuntut, dan kasar disertai kekerasan. Apabila marah tidak terkontrol

sampai respons maladaptif (kekerasan) maka individu dapat

menggunakan perilaku kekerasan (Purba dkk, 2008).

6. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada

penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung

dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart

dan Sundeen, 2007).

Perawat perlu mengidentifikasi mekanime koping pasien, sehingga

dapat membantu pasien untuk mengembangkan mekanisme koping

yang konstruktif dalam mengekspresikan masalahnya. Mekanisme

koping yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

a. displacement yaitu menggungkapkan kemarahan pada objek yang


12

salah, misalnya pada saat marah pada dosen, mahasiswa

mengungkapkan kemarahan dengan memukul tembok.

b. Proyeksi yaitu kemarahan dimana secara verbal mengalihkan

kesalahan diri sendiri pada orang lain yang dianggap berkaitan,

misalnya pada saat nilai buruk seorang mahasiswa menyalahkan

dosennya atau menyalahkan sarana kampus atau menyalahkan

administrasi yang tidak becus mengurus nilai.

c. represi, dimana individu merasa seolah-olah tidak marah atau

tidak kesal, ia tidak mencoba menyampaikannnya kepada orang

terdekat atau ekpress feeling, sehingga rasa marahnya tidak

terungkap dan ditekan sampai ia melupakannya.

7. Penatalaksanaan

Menurut Yosep ( 2007 ) obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien

dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :

a. Antianxiety dan sedative hipnotics.

Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.

Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering

digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan

perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk

penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan

kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom

depresi
13

b. Buspirone obat antianxiety, Efektif dalam mengendalikan

perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.

c. Antidepressants, Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif

dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.

d. Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang

berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.

e. Lithium efektif untuk agresif karena manik.

f. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan

8. Prinsip Tindakan Keperawatan

Kemenkes RI (2012), prinsip tindakan keperawatan dengan pasien perilaku

kekerasan adalah:

a. Tindakan keperawatan untuk pasien risiko perilaku kekerasan

Pasien mampu:

1) Membina hubungan saling percaya

2) Menjelaskan penyebab marah

3) Menjelaskan perasaan saat terjadinya marah/perilaku kekerasan

4) Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah

5) Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan

6) Melatih kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan

7) Memakan obat secara teratur

8) Melatih bicara yang baik saat marah

9) Melatih kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah


14

Tindakan keperawatan

1) Membina hubungan saling percaya

Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan

saling percaya adalah:

a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien

b) Perkenalkan diri: nama, nama panggilan yang perawat sukai, serta

tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai

c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini

d) Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama

pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana

e) Jelaskan perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh

untuk kepentingan terapi

f) Tunjukan sikap empati

g) Penuhi kebutuhan dasar pasien

2) Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah yang menyebabkan

rasa marah yang menyebabkan perilaku kekerasan saat ini dan yang

lalu.

3) Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku kekerasan

a) Diskuksikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis


15

d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan sacara intelektual

4) Diskusikan bersama pasien perilaku perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan pada saat marah secara:

a) Verbal

b) Terhadap orang lain

c) Terhadap diri sendiri

d) Terhadap lingkungan

5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

6) Latihan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

a) Fisik: tarik nafas dalam, pukul bantal kasur

b) Patuh minum obat

c) Sosial/verbal: bicara yang baik: meminta, menolak, dan

mengungkapkan perasaan

d) Spiritual: sholat/ berdoa sesuai keyakinan pasien.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Perilaku Kekerasan

1. Pengkajian

a. Identitas

b. Alasan Masuk

Biasanya klien masuk dengan alasan amuk, membanting barang-

barang, gelisah, tidak bisa tidur, berendam dikamar mandi selama

berjam-jam
16

c. Faktor Predisposisi

a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang

berhasil dalam pengobatan.

b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan, dan kekerasan dalam

keluarga.

c. Faktor herediter.

d. Pasien mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu.

d. Fisik

Pengkajian fisik difokuskan pada system dan organ yaitu pemeriksaan

tanda-tanda vital, tinggi badan dan keluhan-keluhan fisik.

e. Psikososial

Pengkajian psikososial meliputi genogram keluarga, konsep diri klien,

hubungan sosial dan masalah spiritual. Genogram dibuat 3 generasi

yang mengambarkan hubungan klien dengan keluarga.

f. Status Mental

1. Biasanya klien berpenampilan tidak rapi, rambut acak-acakan,

pemasangan kancing baju tidak tepat, baju tidak diganti-ganti, dan

penggunaan pakaian yang tidak sesuai.

2. Pembicaraan

Pembicaraan klien cepat dan keras

3. Aktifitas motorik
17

Aktifitas motorik klien terlihat meningkat dan gelisah

4. Alam perasaan

Emosi yang memanjang. Seperti sedih dan putus asa

5. Afek

Biasanya labil yaitu emosi yang berubah dengan cepat

6. Interaksi

Dalam interaksi (wawancara) klien menunjukkan sikap

bermusuhan, mudah tersinggung, dan curiga.

7. Persepsi

Dalam hal persepsi biasanya tidak mengalami gangguan

8. Proses pikir

Logis dan koheren

9. Isi pikir

Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya klien.

10.Tingkat kesadaran

Tidak mengalami disorientasi.

11.Memori

Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan

daya ingat saat ini.

12.Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tidak terjadi gangguan daya ingat


18

13.Kemampuan penilaian

Mampu mengambil keputusan

14.Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita dan merasa tidak perlu

pertolongan.

(Sumber: Yani, dkk, 1994).

g. Kebutuhan Persiapan Pulang

Hal-hal yang perlu dikaji adalah:

1) Makanan

Pada keadaan berat klien cenderung tidak memperhatikan

dirinya termasuk tidak perduli makan dan tidak memiliki minat

2) BAB/BAK

Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan

klien untuk membersihkan dirinya.

3) Mandi

Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama

sekali

4) Berpakaian

Biasanya tidak rapi, tidak sesuai, dan tidak diganti-ganti

5) Istirahat/tidur

Biasanya tidur klien terganggu

6) Pemeliharaan kesehatan
19

Untuk pemeliharaan kesehatan selanjutnya peran keluarga dan

sitem pendukung sangat diperlukan.

7) Aktivitas

Klien mampu melakukan aktifitas dirumah

h. Masalah Psikososial dan lingkungan

Klien mengalami gangguan dalam interaksi dengan lingkungan karena

perilaku kekerasan yang dilakukannya

2. Daftar Masalah

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yangs sering terjadi pada

klien perilaku kekerasan adalah :

1. Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan linkungan

2. Perilaku kekerasan

3. Ganguan konsep diri harga diri rendah

4. Gangguan pemeliharaan kesehatan

5. Defisit perawatan diri

6. Ketidakefektifan koping keluarga

7. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik


20

3. Pohon Masalah

Menciderai diri sendiri

Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku Kekerasan Core Problem

Harga Diri Rendah

4. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan linkungan

b. Perilaku kekerasan

c. Harga diri rendah

5. Rencana Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang

muncul. Semua perencanaan keperawatan pada kasus selalu mengacu pada

teoritis, sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.

(Terlampir)

6. Implementasi
21

Pelaksanaan intervensi yang telah disusun disesuaikan dengan keadaan

dan kondisi klien yang dilakukan berddasarkan skala prioritas.

7. Evaluasi

Menurut Stuart dan Sundeen, 1995 evaluasi meliputi:

a. Kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi

dari diagnosa keperawatan.

b. Kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai

c. Kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan

kemampuan menyelesaikan masalah.

Sedangkan menurut Keliat (2006), evaluasi adalah proses yang

berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.

Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu

evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan

respons klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai

pola pikir

S = respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang stelah


dilaksanakan
O = respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
22

A = analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan


apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada.
P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respons klien
23

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPEAWATAN

1. Perilaku kekerasan SP 1 1. Beri salam/ panggil nama

TUM : 2. Sebutkan nama erawat sambil jabat tangan

Klien tidak mencederai diri sendiri 3. Jelaskan maksud hubungan interaksi


4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
TUK :
5. Beri kesempatan untuk mengunngkapkan
1. Klien dapat membina hubungan
perasaannnya
saling percaya
6. Bantu Klien untuk mengungkapkan penyebab
2. Klien dapat mengidentifikasi
perasaan jengkel
penyebab perilaku kekerasan
7. Anjurkan klien untuk mengungkapkan apa yang
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda
dirasakannya saat jengkel atau marah
dan gejala perilaku kekerasan
8. Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi
pada klien
perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan 9. Simpulkan bersama Klien tanda dan gejala
jengkel yang dialami klien
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat
dari perilaku kekerasan 10. Diskusikan dengan klien tentang jebis obat yang
24

6. Klien dapat mengontrol perilaku diminum (nama, warna, dan besarnya), waktu
kekerasan dengan cara minum obat minum obat (jika 3 kali pukul 07.00; 13.00; dan
19.00), dosis dan cara minum obat
7. Menjelaskan obat yang dikonsumsi
klien 11. Diskusikan dengan klien manfaat minum obat
secara teratur
12. Diskusikan proses minum obat
13. Susun jadwal minum obat bersama klien
14. Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal kegiatan harian
15. Validasi pelaksaan minum obat klien
16. Beri pujian atas keberhasilan klien
17. Tanyakan kepada klien:”Bagaimana perasaan
klien dengan minum obat secara teratur? apakah
keinginan marahnya berkurang??”

SP 2 1. Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah


dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan,
1. Mengevaluasi jadwal harian klien yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal dan
2. Menjelaskan cara mengontrol kasur
perilaku kekerasan dengan latihan 2. Diskusikan cara melakukan latihan tarik nafas
fisik 1 dan 2
25

a. Tarik nafas dalam dalam dengan klien


b. Pukul kasur dan bantal 3. Beri contoh kepada klien tentang cara menarik
nafas dalam
3. Menganjurkan klien memasukkan
latihan fisik 1 dan 2 dalam jadwal 4. Minta klien untuk mengikuti contoh yang
harian diberikan sebanyak 5 kali
5. Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrasikan cara menarik nafas dalam
6. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
7. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang
telah dipelajari saat marah/jengkel
8. Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi
laihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien
9. Susun jadwal kegiatan harian untuk melatih cara
yang telah dipelajarai
10. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara
penvegahan perilaku kekerasan yang telah
dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian
11. validasi kemampuan klien dalam melaksanakan
latihan
26

12. Beri pujian atas keberhasilan klien


13. Tanyakan kepada klien:”Apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi
perasaan marah?”

SP 3 1. Beri contoh cara bicara yang baik :

1. Mengevaluasi jadwal harian klien a. Meminta dengan baik

2. Menjelaskan cara mengontrol b. Menolak dengan baik


perilaku kekerasan dengan c. Mengungkapkan perasaan dengan baik
menyampaiakan secara verbal
2. Minta klien untuk mengikuti contoh bicara yang
3. Melatih klien menyampaikan baik;
perasaan secara verbal pada klien
a. Meminta dengan baik:”Saya minta uang
4. Menganjurkan klien memasukkan untuk beli makanan”
latihan secara verbal dalam jadwal
harian b. Menolak dengan baik:”Maaf, saya tidak dapat
melakukannya karena ada kegiatan lain”
c. Mengungkapkan perasaan dengan baik:”Saya
kesal karena permintaan saya tidak
dikabulkan” disertai nada suara yang rendah
3. Minta klien untuk mengulang sendiri
27

4. Beri pujian atas keberhasilan klien


5. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan
kondisi cara bicara yang dapat dilatih diruangan,
misalnya: meminta obat, baju,dll; menolak ajakan
merkok, tidur pada waktunya, menceritakan
kekesalan pada perawat
6. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang
dipelajari
7. Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara
bicara yang baik dengan mengisi jadwal kegiatan
harian
8. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan
latihan
9. Berikan pujian atas keberhasilan pasien
10. Tanyakan kepada klien:”Bagaimanakan perasaan
klien setelah latihan bicara yang baik? Apakah
keinginan marah berkurang?”

SP 4 1. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang


pernah dilakukan
1. Mengevaluasi jadwal harian klien
2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang dapat
28

2. Menjelaskan cara mengontrol dilakukan di ruang rawat


perilaku kekerasan dengan cara
3. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah
spiritual
yang dipilih
3. Menjelaskan cara spiritual pada
4. Beri pujian atas keberhasilan klien
klien
5. Diskusikan dengan klien tentang waktu
4. Menganjurkan klien memilih
pelaksanaan kegiatan ibadah
kegiatan spiritual yang akan
dilakusanakan
6. Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan
5. Menganjurkan klien mempraktekkan
ibadah
cara spiritual yang dipilih
7. Validasi kempuan klien dalam melaksanakan
6. Menganjurkan klien untuk
latihan
memasukkan latihan spiritual dalam
jadwal harian 8. Berikan pujian atas keberhasilan klien
9. Tanyakan kepada klien:”Bagaimanakah perasan
klien setelah teratur melakukan ibadah? Apakah
keinginan marah berkurang?”
BAB III

LAPORAN KASUS

Jorong : Tanjung Salilok Tanggal Pengkajian : 1 September 2020

I. IDENTITAS

Inisial : Bpk. Aik (laki – laki)

Umur : 49 tahun

Tanggal pengkajian : 5 September 2020

No. RM : -

Informan : Klien dan keluarganya.

II. ALASAN MASUK

Klien mengatakan Pernah masuk Rumah sakit gadut pada 5 tahun yang

lalu. Klien mengatakan dirinya sehat tetapi kakaknya membawanya ke RS

tersebut.klien dirawat selama satu hari dan diperbolehkan pulang. Adik

klien mengatakan klien sering mendengar suara-suara yang memicu klien

mengamuk dan mengancam orang lain dengan parang.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.

Menurut keluarga, klien sudah mengalami gangguan jiwa sejak lima

tahun yang lalu, karena masalah Perceraian, Klien pernah satu kali

masuk RSJ Prof. HB Sa’anin Padang dan dirawat hanya satu hari,

33
2
2
2
2
2
2

selanjutnya klien kontrol ke puskesmas saja. Klien terakhir kontrol 2

minggu yang lalu, karena klien merasa sudah sembuh.

Pengobatan sebelumnya

Sejak mengalami gangguan jiwa sampai sekarang pasien hanya minum

obat dari puskesmas dan tidak pernah putus, karena klien merasa

tenang dan enak badan jika minum obat.

2. Trauma

a. Aniaya fisik

Keluarga klien mengatakan pernah melakukan kekerasan kepada

orang lain sekitar 5 tahun yang lalu.

Klien mengatakan menyerang tetanggannya dengan alasan karena

diejek dan terpancng emosinya.

Klien terlihat santai dan menjawab setiap perkataan yang

disampaikan kepadanya dengan nada yang biasa.

b. Aniaya seksual

Klien mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, saksi atau korban

dari penganiayaan seksual.

c. Penolakan

Keluarga klien mengatakan klien digugat cerai oleh istrinya

sampai sekarang klien tidak menerima perceraian tersebut dan


3
3
3
3
3
3

menganggap masih dalam ikatan pernikahan dengan mantan

istrinya.

d. Kekerasan dalam keluarga

Klien mengatakan tidak pernah terjadi kekerasan dalam keluarga,

seluruh anggota keluarga hidup rukun dan saling membantu satu

sama yang lainnya.

e. Tindakan kriminal

Klien mengatakan tidak pernah terlibat sebagai korban, saksi, atau

pelaku tindakan kriminal.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama seperti klien

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan merasa sedih saat kehilangan kedua orang tuanya.

Keluarga klien mengatakan klien merasa terpukul saat bercerai dengan

istrinya, seolah olah tidak menerima hal tersebut. Sampai sekarang

klien merasa tidak pernah bercerai dengan istrinya. klien mengatakan

sedih karena sudah lama tidak bertemu dengan anak anaknya. klien

mengatakan sedih dan marah jika diejek dan diremehkan orang lain.
4
4
4
4
4
4

Keluarga mengatakan Klien mudah terpancing kemarahannya jika

diganggu orang lain. Suatu hari pernah klien mengejar orang sambil

membawa parang karena di ejek.

Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda vital

a. Tekanan darah : 100/60 mmHg

b. Pernapasan : 16 x/menit

c. Suhu : 36,5 0C

d. Nadi : 78 x/menit

2. Ukur TB / BB : 165 cm / 70 kg

3. Keluhan fisik : tidak ada

Tubuh klien normal, tidak ada tampak adanya gangguan secara fisik

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram
5
5
5
5
5
5

Keterangan :

: Perempuan : Meninggal (perempuan)


: Laki-laki : Meninggal (laki-laki)
: Klien : Tinggal serumah

Keterangan genogram :

Klien merupakan anak dari 9 bersaudara. Klien mengatakan

komunikasi dikeluarga dilakukan secara terbuka. Klien mengatakan

sebagai anak ke empat dari 9 bersaudara, Klien seorang bapak dari 2

orang anak, tetapi anak klien tinggal bersama mantan istrinya.dan

selama berpisah dengan Istrinya, klien dan anaknya tidak ada

berkomunikasi. Walaupun demikian klien merasa tidak ada masalah

dengan hal tersebut.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

2. Konsep diri
6
6
6
6
6
6

a. Citra tubuh

Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan fisiknya, klien

mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya yang tidak kurang

satu apapun.

b. Identitas

Klien adalah seorang laki – laki, yang pernah menikah dan punya

2 orang anak.

Saat ini klien tinggal sendiri dirumah adiknya dan bekerja dengan

mencari barang bekas.

c. Peran

Klien mengatakan bekerja sebagai pengepul barang bekas untuk

memenuhi kebutuhan sendiri. Klien mengatakan sayang terhadap

saudaranya dan berusaha melindungi serta bertanggung jawab

atas saudaranya tersebut.

d. Ideal

Klien mengatakan ingin selalu bekerja dengan sungguh- sungguh,

dan berharap orang – orang dapat meerimanya dengan baik.

e. Harga diri

Klien merasa dirinya berguna dan dihargai oleh keluarga.

walaupun bekerja sebagai pemulung, klien merasa cukup untuk


7
7
7
7
7
7

mencukupi kebutuhannya sehari- hari tanpa meminta belas

hasihan orang lain.

Masalah keperawatan : Tidah ada masalah.

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti bagi klien

Klien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupanya adalah

Adiknya. Klien mengatakan selama ini yang membantu dan

mengurusnya sehari hari adalah adiknya tersebut.

b. Peran serta dalam kelompok

Klien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan kelompok

dimasyarakat.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Dalam berhubungan dengan orang lain klien merasa tidak ada

masalah, tetapi jika diganggu oleh orang lain, klien merasa marah

dan bisa mengancam orang lain.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan


8
8
8
8
8
8

Klien beragama islam, klien mengatakan bekerja itu penting

untuk memenuhi kebutuhannya sehari- hari. Klien yakin selagi

seseorang mau berusaha maka rejeki pasti akan datang.

b. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan selama ini klien melakukan ibadah sholat 5

waktu. Sedangkan keluarga mengatakan kadang klien harus

diingatkan untuk melaksanakan ibadah sholat.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Pada saat dikaji, klien mengatakan mandi 2 kali sehari, penampilan

klien kurang rapi, rambut panjang dan sedikit beruban. baju terlihat

lusuh, kuku panjang dan kotor, gigi kuning bercaries, gigi depan tidak

lengkap.

Masalah keperawatan : defisit perawatan diri

2. Pembicaraan

Klien berbicara kurang jelas, cepat, intonasi biasa, dan terkadang klien

bicara susah dimengerti.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas motorik
9
9
9
9
9
9

Wajah klien terlihat rileks, pandangan agak tajam. Aktivitas harian


mampu dilakukan secara mandiri.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

4. Alam perasaan

Klien mengatakan saat ini merasa sehat. Walaupun klien tinggal

sendirian klien merasa senang karena setiap hari bisa berkumpul

dengan adiknya yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggalnya..

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Afek

Afek labil, emosi klien cepat berubah. Klien mudah marah.jika merasa

terganggu oleh orang lain. Pada saat pengkajian tampak ekpresi klien

langsung berubah jika keinginan tidak terpenuhi seperti menyuruh

adiknya membuatkan minum untuk tamu.

Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

6. Interaksi selama wawancara

Saat berinteraksi pandangan klien tajam, klien mau bercerita dengan

perawat dan menatap mata perawat saat berinteraksi. Kadang kadang

klien terlihat emosi dengan pertanyaan perawat yang menyinggung

masalahnya. Klien selalu berusaha mempertahankan pendapatnya.

Masalah keperawatan : Perilaku kekerasan


10
10
10
10
10
10

7. Persepsi :

Pada saat dirumah klien mengatakan tidak pernah melihat bayangan

atau mendengar suara – suara yang tidak tampak wujudnya.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

8. Proses pikir

Pembicaraan klien bisa dimengerti, namun bila diminta menjawab

pertanyaan, jawaban sering berbelit – belit. Saat interaksi Klien

kurang fokus saat berbicara dengan perawat, Klien kadang menjawab

pertanyaan perawat tidak sesuai dengan yang ditanyakan.

Masalah keperawatan: gangguan proses pikir.

9. Isi pikir

Klien tidak memperlihatkan kecurigaan atau membanggakan diri dan

merendahkan orang lain.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

10. Tingkat kesadaran

Kesadaran komposmentis, klien dapat menjawab pertanyaan perawat

sesuai dengan isi pertanyaan perawat, walaupun terkadang tidak

sesuai apa yang dipertanyakan.


11
11
11
11
11
11

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori

Klien dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan yang

lalu (jangka panjang), klien bisa menceritakannya. Tetapi klien tidak

ingat kalau sudah bercerai dengan istrinya 5 tahun yang lalu. Saat

ditanya tentang mantan istri dan anaknya klien menjawab mereka baik

baik saja dikampung dan seolah olah tidak pernah bercerai.

Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir

12. Tingkat konsentrasi

Konsentrasi / fokus ada, namun mudah teralihkan, saat wawancara

klien dapat langsung menjawab pertanyaan perawat, namun dengan

jawaban yang terkadang tidak sesuai dengan pertanyaan. Terkadang

perawat harus mengulang pertanyaan untuk memfokuskan pasien pada

pertanyaan.

Klien dapat melakukan hitungan sederhana saat disuruh menghitung

jumlah temannya.

Masalah keperawatan: Gangguan proses piker

13. Kemampuan penilaian

Klien tidak mengalami gangguan kemampuan penilaian, klien dapat

mengambil keputusan yang sederhana tanpa bantuan orang lain, ketika

diberi penjelasan klien dapat memahami dan melakukan sesuai


12
12
12
12
12
12

arahan. Seperti saat perawat menanyakan kepada klien mengenai

urutan kegiatan yang akan dilakukan dipagi hari, klien akan mandi

dulu atau makan dulu.

Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

14. Daya tilik

Klien mengatakan dirinya sehat, tetapi klien menyadari bahwa obat

yang diminum selama ini untuk membuat dirinya tenang dari gejala

penyakit, seperti perubahan emosi yang labil.

Masalah keperawatan: kurang pengetahuan

I. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Klien makan 3x sehari, klien memakan dirumah, tidak ada pantangan

makan. Klien mampu makan secara mandiri dan mampu membersihkan

alat makan setelah makan.

2. BAB/BAK

Klien mampu menggunakan toilet untuk sebagai tempat buang air besar

dan buang air kecil dan klien membersihkan kembali setelah buang air

besar atau buang air kecil

3. Mandi
13
13
13
13
13
13

Klien mampu mandi sendiri, klien mandi kadang 1x/2x sehari. Klien

mandi menggunakan sabun. Klien tidak menyikat gigi.

4. Berpakaian/berhias

Setelah mandi klien mengganti pakaian, kadang ia menyisir rambutnya

setelah mandi, kadang tidak, penggunaan pakaian sesuai.

5. Istirahat tidur

Klien mengatakan susah tidur, tapi klien untuk menanggulangi

keluhannya klien bekerja sebagai pemulung keliling cari barang bekas

pagi sampai sore sehingga malam kecapean dan cepet tidurnya.

6. Penggunaan obat

Klien minum obat secara teratur 1 kali sehari, dan minum obat klien

diawasi oleh keluarganya.

7. Pemeliharaan kesehatan

Klien mengontrolkan kesehatannya dengan datang kepuskesmas

sendiri, klien mempunyai kartu BPJS

8. Aktivitas dirumah

Klien Dirumah tinggal sendiri, nyuci baju sendiri tetapi kebutuhan

makannya klien makan ditempat adiknya yang rumahnya tidak jauh dari

rumahnya.

9. Aktivitas di luar rumah


14
14
14
14
14
14

Klien Bekerja sebagai seorang pemulung, klien mengatakan jika tidak

bekerja klien banyak termenung.

II. MEKANISME KOPING

Koping adaptif klien : klien mengatakan jika merasa kesal dan marah

berusaha menahan diri dengan cara mencari kesibukan atau bekerja.

Koping maladaptif klien : Klien mengatakan jika sudah terlalu kesal

karena keinginan tidak terpenuhi klien menjadi mudah marah, susah tidur

atau melampiaskan marah dengan menyerang orang yang membuatnya

kesal.

Masalah keperawatan : Ketidakefektifan koping

III. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

a. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien mengatakan keluarga selalu mendukungnya, klien merasa

pekerjaan yang sudah dilakukan sangat dihargai.

b. Masalah dengan lingkungan

Klien mengatakan merasa ditolak oleh lingkunganya, karena klien

sering dijauhi oleh tetangga karena takut dengan klien yang menurut

tetangga sering Mengamuk.

c. Masalah dengan pendidikan

Klien mengatakan dia sekolah tamat STM.

d. Masalah dengan pekerjaan


15
15
15
15
15
15

Klien saat ini bekerja sebagai pemulung.

e. Masalah dengan perumahan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan rumahnya. Saat ini klien

tinggal sendiri dirumah adiknya.

f. Masalah dengan ekonomi

Klien bekerja sebagai pemulung, untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari seperti makannya dibantu oleh adiknya yang rumahnya tidak jauh

dari rumahnya. Klien tidak mempunyai tanggungan lain karena klien

hidup sendiri. Anak klien tidak tinggal dengan klien tetapi ikut dengan

mantan istrinya

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan

Saat ini klien berobat dengan kartu BPJS, klien tidak memiliki

permasalahan dengan pelayanan kesehatan, Klien basa ngambil

obatnya sendiri ke Puskesmas.

Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

IV. KURANG PENGETAHUAN TENTANG

Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyebab penyakitnya, dan

bagaimana cara mengatasi penyakitnya.

Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang gangguan jiwa


16
16
16
16
16
16

V. DATA FOCUS DAN DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

DATA DIAGNOSA
DS : Perilaku kekerasan
 Klien mengatakan sedih dan
marah jika diejek dan
diremehkan orang lain.
 Keluarga mengatakan klien
mudah terpancing
kemarahannya jika diganggu
orang lain. Suatu hari pernah
klien mengejar orang sambil
membawa parang karena di
ejek.

DO :
 Afek labil, emosi klien cepat
berubah.
 Pandangan mata klien tajam.
 Ekpresi klien langsung
berubah jika keinginan tidak
terpenuhi seperti menyuruh
adiknya membuatkan minum
untuk tamu.
DS: Resiko menciderai diri sendiri, orang
 Keluarga mengatakan klien lain dan lingkungan
17
17
17
17
17
17

mudah terpancing
kemarahannya jika diganggu
orang lain. Suatu hari pernah
klien mengejar orang sambil
membawa parang karena di
ejek.
 Klien mengatakan pernah
melakukan kekerasan kepada
orang lain sekitar 5 tahun yang
lalu.
DS : Defisit Perawatan Diri
 Klien mengatakan malas
bercukur

DO :
 Penampilan klien kurang rapi,
 Baju lusuh
 Rambut klien panjang, kuku
panjang dan kotor, gigi kuning
bercaries, gigi depan tidak
lengkap.
DS: Gangguan Proses Pikir
 Klien meminta perawat untuk
mengulang kembali
pertanyaan
 Klien mengatakan istrinya dan
anaknya baik baik saja
dikampung.

DO:
 Konsentrasi / fokus ada,
namun mudah teralihkan
 Klien menjawab pertanyaan,
sering berbelit – belit
 Klien dapat langsung
menjawab pertanyaan
perawat, namun dengan
18
18
18
18
18
18

jawaban yang terkadang tidak


sesuai dengan pertanyaan.
 Klien tidak ingat kalau sudah
bercerai dengan istrinya 5
tahun yang lalu

DS: Kurang Pengetahuan


 Klien mengatakan tidak
mengetahui penyebab dari
penyakitnya
 Klien mengatakan tidak tahu
bagaimana cara mengatasi
masalah penyakitnya
 Klien mengatakan dirinya
sehat, tetapi klien menyadari
bahwa obat yang diminum
selama ini untuk membuat
dirinya tenang dari gejala
penyakit, seperti perubahan
emosi yang labil
DO:
 Klien tampak bingung
 Klien menyangkal kalau diri
klien sakit
VI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1) Perilaku kekerasan

2) Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3) Defisit perawatan diri

4) Gangguan proses fikir

5) Kurang pengetahuan

VII. POHON MASALAH

Resiko Menciderai Diri


Sendiri, Orang Lain Dan
Lingkungan
19
19
19
19
19
19

core problem Perilaku


kekerasan

Kurang Pengetahuan,
Ggn Proses Pikir, Defisit Perawatan Diri
Ketidakberdayaan

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Perilaku Kekerasan

2. Defisit Perawatan Diri


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA KOMUNITAS
JORONG TANJUNG SALILOK NAGARI SIKABAU
Tn. A
Rencana tindakan Paraf dan
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Rasionalisasi nama
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
jelas
Perilaku Klien mampu : Setelah 2 x pertemuan, SP 1 PK
Kekerasan 1. Klien dapat klien : - Mengidentifikasi - Membina
membina  Dapat menyebutkan penyebab perasaan hubungan saling
hubungan saling penyebab,tanda dan marah, tanda dan percaya
percaya.
gejala PK, PK yang gejala yang dirasakan
2. Klien dapat
mengidentifikasi dilakukan dan - Melatih mengontol - Untuk
penyebab perilaku akibat dari PK yang prilaku kekerasan mengetahui
kekerasan. dilakukan dengan tarik nafas sejauh mana
3. Klien dapat  Klien dapat dalam dan memukul klien mengenal
mengidentifikasi menyebutkan cara bantal dan kasur PK yang
tanda-tanda mengontrol PK - Memberi kesempatan dilakukannya
perilaku
dengan cara yang klien untuk
kekerasan.
4. Klien dapat pertama (latihan mempraktekan cara - Klien dapat
mengidentifikasi fisik) mengontrol perilaku mengontrol PK
perilaku kekerasan kekerasan dengan dengan latihan
yang biasa tarik nafas dalam dan yang diajarkan
dilakukan. memukul bantal dan

33
2
2
2
2
2
2

5. Klien dapat kasur


mengidentifikasi - Menganjurkan klien
akibat perilaku untuk memasukan ke
kekerasan
dalam jadwal
6. Klien dapat
kegiatan harian
mengidentifikasi
cara mengontrol
perilaku kekerasan
(latihan fisik,
patuh minum obat,
cara verbal, dan
cara spiritual)

Defisit Klien mampu: Setelah 2x pertemuan, SP 1 DPD - Dengan diskusi


Perawatan Diri klien mampu: - Mengidentifikasi member
1. Melakukan
masalah perawatan kesadaran bahwa
kebersihan diri  Menjelaskan
diri : kebersihan diri, dirinya memiliki
secara mandiri pentingnya
berdandan, sesuatu yang
2. Melakukan kebersihan diri
makan/minum, dapat
berhias/ berdandan  Mampu melakukan
BAB/BAK dibanggakan.
secara baik dan cara merawat diri
- Menjelaskan
benar dengan kebersihan
3
3
3
3
3
3

3. Melakukan makan diri pentingnya - Agar klien


dengan baik dn kebersihan diri mengetahui cara
benar - Menjelaskan cara dan menjaga
4. Melakukan alat kebersihan diri kebersihan diri.
BAK/BAB dengan - Melatih cara menjaga
baik dan benar kebersihan diri :
mandi dan ganti
pakaian, sikat gigi,
cuci rambut, potong
kuku
- Memasukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan mandi,
sikat gigi (2 kali
perhari), cuci rambut
(2 kali perminggu),
potong kuku (1 kali
perhari)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS
JORONG TANJUNG SALILOK NAGARI SIKABAU

Nama : Tn. A

No Diagnosa Tanggal & Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf


Jam

1 Perilaku 2 September SP 1 PK S:
kekerasan 2020/
- Mengidentifikasi penyebab - Klien mengatakan jika marah, klien
perasaan marah, tanda dan gejala merasa jantung berdebar – debar,
10.15 yang dirasakan kepala panas dan berdenyut –
- Melatih mengontol prilaku denyut, dan merasa ingin memukul
kekerasan dengan tarik nafas orang yang mengganggunya
dalam dan memukul bantal dan - Klien mengatakan sulit mengontrol
kasur emosinya jika sudah marah
- Memberi kesempatan klien untuk - Klien mengatakan mau melakukan
mempraktekan cara mengontrol latihan tarik nafas dalam dan
perilaku kekerasan dengan tarik memukul bantal dan kasur
nafas dalam dan memukul bantal O:
dan kasur
- Ekpresi wajah tegang, ketika
- Menganjurkan klien untuk
menceritakan tentang kejadian waktu
memasukan ke dalam jadwal

33
2
2
2
2
2
2

kegiatan harian di ganggu orang lain.


- Klien mampu mengontrol marah
tarik nafas dalam dan memukul
kasur bantal tanpa diarahkan perawat
A:

Sp 1 PK latihan mengontrol marah


dengan tarik nafas dalam dan
memukul kasur bantal mandiri dilakukan

P:

Lanjutkan SP 2 PK latihan mengontrol


marah dengan cara minum obat teratur
Kontrak akan datang
 Tempat : di rumah keluarga Tn A
 Waktu : Tanggal 11 September
2020/ 10.15 WIB
Defisit 10.30 SP 1 DPD S:
Perawatan Diri
- Mengidentifikasi masalah - Klien mengatakan bahwa dirinya
perawatan diri : kebersihan diri, sudah mandi
3
3
3
3
3
3

berdandan, makan/minum, - Klien mengatakan mengerti tentang


BAB/BAK pentingnya kebersihan diri
- Menjelaskan pentingnya - Klien mengetahui alat dan cara untuk
kebersihan diri membersihkan diri
- Menjelaskan cara dan alat O:
kebersihan diri
- Klien mampu menjelaskan alat untuk
- Melatih cara menjaga kebersihan
mandi
diri : mandi dan ganti pakaian,
- Klien bersedia untuk mandi dan
sikat gigi, cuci rambut, potong
menyikat gigi
kuku
A:
- Memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan mandi, sikat gigi (2 Sp 1 DPD melatih menjaga kebersihan
kali perhari), cuci rambut (2 kali diri : mandi, sikat gigi, cuci rambut
perminggu), potong kuku (1 kali sudah mandiri dilakukan
perhari) P:
lanjutkan SP 2 DPD Latihan menjaga
kebersihan diri dengan cara berdandan
dan berhias (cukuran untuk pria)
Kontrak akan datang
 Tempat : di rumah keluarga Tn A
 Waktu : Tanggal 11 September
4
4
4
4
4
4

2020/ 10.30 WIB


33

Anda mungkin juga menyukai