Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ yang berperan penting didalam tubuh manusia. Ginjal
terletak di setiap sisi kolumna vertebra, di dinding posterior rongga abdomen. Fungsi
utama ginjal adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengatur keseimbangan
asam basa dan pH dalam darah, serta memiliki fungsi endokrin dan hormonal (Wylie,
2011). Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal yang berlangsung
perlahan-lahan dan tidak dapat pulih sehingga tubuh tidak mampu mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang mengakibatkan uremi (Nuari, 20017)
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang bersifat menahun yang
berlangsung progresif, dan irreversible (tidak dapat kembali ke keadaan semula), dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang menyebabkan uremia (Haryono, 2012).

Angka kejadian penyakit ginjal kronis stadium 5 sejak 10 – 15 tahun belakangan


ini semakin meningkat di seluruh dunia. Menurut WHO (2017) penyakit ginjal dan
saluran kemih telah menyebabkan kematian sekitar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal
ini menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki peringkat ke -12 tertinggi angka
kematian atau peringkat tertinggi ke-17 angka kecacatan. Data mengenai penyakit ginjal
yang didapatkan dari Indonesian Renal Registry (IRR) dari 249 renal unit di Indonesia
yang melapor, tercatat 30.554 pasien aktif menjalani dialisis pada tahun 2016, sebanyak
98% penderita gagal Ginjal menjalani terapi Hemodialisis dan 2% menjalani terapi
Peritoneal Dialisis (PD). Penyebab penyakit Ginjal kronis terbesar adalah nefropati
diabetik (52%), hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam urat (1%), penyakit lupus
(1%) dan lain-lain. (IRR, 2017).

Hemodialisa adalah tindakan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Selama menjalani proses hemodialisa
banyak masalah yang dialami oleh pasien, baik maslah biologis maupun psikologis yang
muncul dalam kehidupan pasien. Komplikasi hemodialisis salah satunya adalah
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah biasanya menurun dengan ultrafiltrasi dialisis
pada sebagian besar klien, namun 10-15% klien yang menjalani hemodialisis mengalami
peningkatan tekanan darah (Sulistyaningsih, 2011). Dilaporkan Sekitar 5-15% dari klien

1
yang menjalani HD reguler tekanan darahnya justru meningkat saat HD. Kondisi ini
disebut hipertensi intradialitik (HID) atau intradialytic hypertension(Agarwal 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Armiyati, 2015) didapatkan hasil bahwa 70%
klien mengalami hipertensi intradialisis. Hipertensi intradialisis adalah apabila tekanan
darah saat dialisis ≥ 140/90 mmHg atau terjadi peningkatan tekanan pada pasien
yang sudah mengalami hipertensi pradialisis. Pasien juga dikatakan mengalami hipertensi
intradialisis jika nilai tekanan darah rata-rata (Mean Blood Pressure/ MBP) selama
hemodialisis ≥ 107 mmHg atau terjadi peningkatan MBP pada pasien yang nilai MBP
pradialisis diatas normal.
Suatu area yang menjadi perhatian perawat adalah hal yang berhubungan dengan
penanganan non farmakologis untuk mencegah terjadinya hipertensi intradialitik dan
peningkatan kualitas hidup, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan non
farmakologis dapat dilakukan yaitu meliputi tekhnik mengurangi stres, penurunan berat
badan, pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau, olahraga atau latihan yang berefek
meningkatkan lipoprotein densitas tinggi, dan relaksasi.
Intradialytic exercise merupakan latihan yang dilakukan pada saat menjalani
hemodialisis. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh perkumpulan Nefrologi Canada
dinyatakan bahwa dari perspektif fisiologi, intradialytic exercise dapat meningkatkan
aliran darah otot dan peningkatan jumlah area kapiler pada otot yang sedang bekerja
sehingga akan menghasilkan aliran urea dan racun-racun yang lainnya dari jaringan ke
area vaskuler yang dipindahkan selanjutnya pada dialiser. Manfaat lain dari intradialytic
exercise adalah pada pengaturan tekanan darah.
Berdasarkan data tersebut penelaah tertarik untuk menelaah jurnal yang berhubungan
dengan terapi non farmakologis selama proses intradialisis untuk menurunkan tekanan
darah. Disamping itu alasan utama adalah karena kebanyakan pasien HD hanya
menghabiskan waktu selama proses dialisis untuk mengobrol dan makan, serta pasien HD
jarang bahkan tidak pernah melakukan latihan fisik karena minimnya pengetahuan. Hal
itulah yang menyebabkan terjadinya kelemahan otot pada pasien sehingga pasien cepat
mengalami kelemahan fisik dan kelelahan yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Ini
didukung oleh hasil observasi dan wawancara oleh (Akbar Dhika, 2017) 10 pasien yang
menjalani HD di RSUD PROF. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menjalani proses HD
selama 4-5 jam , dan didalam waktu tersebut pasien menghabiskan waktu dengan duduk,
berbincang-bincang, makan, minum dan melakukan gerakan terbatas.

2
B. Batasan Masalah
“Bagaimanakah efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk pengelolaan
tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk
pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk
pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V.
b. Mendiskripsikan pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik
(CKD) tahap V.
c. Menganalisis efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk
pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V.

D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Menjadi bahan masukan bagi segenap pimpinan rumah sakit dalam
meningkatkan upaya pelatihan olahraga intradialytik untuk pengelolaan tekanan darah
pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V.
2. Bagi Perawat Hemodialisa
Menjadi referensi untuk menambah ilmu dan pengetahuan dalam tindakan
berbasis pelatihan olahraga intradialytik untuk pengelolaan tekanan darah pada pasien
penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V.
3. Bagi Ruang Hemodialisa
Menjadi data acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
lebih berorientasi pada pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio dan kultural.
4. Bagi Penelaah
Menjadi wawasan tambahan serta keterampilan non farmakologis untuk
mengatasi hipertensi intradialisis. Sehingga dapat dijadikan sebagai tindakan
keperawatan didalam profesi ketika sudah bekerja.

3
5. Bagi Penelaah Selanjutnya
Sebagai data awal atau pendukung bagi peneliti selanjutnya yang membahas
efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk pengelolaan tekanan darah
pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V.

E. Metode Pencarian Literatur

1. Database Yang Di Gunakan


Pada jurnal penelitian ini, database yang di gunakan yaitu:
http://scholar.google.co.id

2. Kata Kunci Pencarian Literatur


Pada jurnal penelitian ini, kata kunci yang di gunakan dalam pencarian literature
yaitu: . efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk pengelolaan
tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V

3. Jumlah Literatur Yang Di Dapatkan


Pada jurnal penelitian ini, jumlah literature yang didapatkan yaitu sebanyak 1002
buah literature dan diambil 4 buah literature sebagai referensi.

4. Proses Seleksi Literatur


Pada jurnal penelitian ini, dalam melakukan proses seleksi yaitu berdasarkan
literature yang paling lengkap dan memenuhi keinginan dari penelaah.

4
BAB II
DESKRIPSI JURNAL

1. Deskripsi Umum
a. Judul Jurnal
1. Jurnal 1 : EVIDENCE BASED PRACTICE INTRADIALYTIC EXERCISE
UNTUK PENGELOLAAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD) STAGE V (Efektifitas Praktek Berbasis Latihan
Fisik Intradialytik Untuk Pengelolaan Tekanan Darah Pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik (CKD) Tahap V).
2. Jurnal 2 : Pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap Fatigue Pasien
Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
b. Penulis Jurnal
1). Jurnal 1: Prima Daniyati K
( Magister Keperawatan Universitas Airlangga )
2). Jurnal 2 : Ganik Sakitri
( Mahasiswa Program Magister Keperawatan UMY )
c. Publikasi Jurnal
1). Jurnal 1 : Publikasi Nasional : Jurnal Ilmiah Kesehatan 2017.
2). Jurnal 2 : Publikasi Nasional : Media Publikasi Penelitian 2017.
d. Penelaah:
1). Adi Prasetyo
Mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Widya Husada Semarang.
e. Tanggal Telaah:
Jurnal penelitian ini di lakukan telaah pada tanggal 16 April 2018.

2. Deskripsi Isi
a. Rumusan Masalah
1. Jurnal 1: “Bagaimanakah efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik
untuk pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap
V ?”.
2. Jurnal 2 : “Bagaimanakah Pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap Fatigue
Pasien Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”

5
b. Tujuan Penelitian:
1). Tujuan Jurnal 1
a). Tujuan Umum Jurnal 1:
Meningkatkan pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik
(CKD) tahap V dengan terapi hemodialisa dan untuk mengetahui efektifitas
praktek berbasis latihan fisik intradialytik
b). Tujuan Khusus jurnal 1:
1. Mendiskripsikan efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik
untuk pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik
(CKD) tahap V.
2. Mendiskripsikan pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal
kronik (CKD) tahap V.
3. Menganalisis efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk
pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD)
tahap V.

2). Tujuan Jurnal 2:


a). Tujuan umum jurnal 2
untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap
Fatigue Pasien Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
b). Tujuan khusus jurnal 2
1. Mendiskripsikan pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap Fatigue
Pasien Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
2. Mendiskripsikan Fatigue Pasien Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
3. Menganalisis pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap Fatigue Pasien
Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

c. Hasil Penelitian
1. Jurnal 1 : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Prima
Daniyati K, 2013) dengan menggunakan pengukuran tekanan darah pre dan post-
intradialytic exercise terlihat perubahan tekanan darah dan bagaimana kestabilan
tekanan darah pasien. Setelah dilakukan intervensi latihan intradialytic exercise
selama 3 minggu (6 kali latihan) diperoleh data bahwa Grafik 1 menunjukkan

6
tekanan darah sistolik selama dilakukan latihan, 40% (12 pasien) memiliki TD
stabil , 36, 67% (11 pasien) TD turun, dan 23,33% (7 pasien) TD naik.
Frekuensi intradialytic exercise dapat mempengaruhi kestabilan tekanan
darah. Hal ini dikarenakan latihan yang teratur dapat meningkatkan aliran darah
otot dan meningkatkan jumlah area kapiler pada otot yang sedang bekerja
sehingga akan menghasilkan aliran urea dan racun-racun yang lainnya dari
jaringan ke area vaskuler yang selanjutnya dipindahkan ke dialiser. faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan tekanan darah selama latihan
antara lain: durasi intradialytic exercise dan intensitas latihan, peran obat anti
hipertensi, dan ada tidaknya penyakit lain, menyebabkan hasil penerapan latihan
ini belum sepenuhnya menunjukkan efek dari intradialytic exercise terhadap
kestabilan tekanan darah yang sebenarnya pada populasi (Corrigan,RM 2011)

2. Jurnal 2 : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Ganik Sakitri,
2017) Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh intradialytic exercise terhadap
fatigue pada kelompok intervensi p value 0,000.itu berarti intradialytic exercise
menurunkan fatigue pada pasien hemodialisis.
Kondisi kelelahan pada pasien hemodialisis dapat menyebabkan konsentrasi
menurun, malaise, gangguan tidur, gangguan emosional dan penurunan
kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas sehari-harinya, sehingga pada
akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien hemodialisis Terdapat
beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi kelelahan pada pasien hemodialisis
yaitu uremia, anemia, malnutrisi, depresi, dan kurangnya aktifitas fisik. Uremia
pada pasien hemodialisis dapat menyebabkan pasien kehilangan nafsu makan,
mual, muntah, kehilangan energi dan protein, dan penurunan produksi karnitin
yang menyebabkan penurunan produksi energi untuk skeletal dan mengakibatkan
fatigue atau kelelahan (Jhamb, 2008)

d. Kesimpulan penelitian
1. Jurnal 1 : Berdasarkan evaluasi dari implementasi intradialytic exercise yang
telah dilakukan selama 3 minggu (6 kali latihan) terjadi kestabilan tekanan darah
selama melakukan latihan. Hasil observasi pada pasien yang memiliki tekanan
darah yang stabil saat pre dan post-HD menunjukkan bahwa mereka mengikuti
intradialytic exercise.

7
2. Jurnal 2 : Intradialytic exercise menurunkan fatigue pada pasien hemodialisis.

3. Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal
untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah
manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat
lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada
ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif,
2012).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif
ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel
(ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saar toksin atau zat beracun harus
segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian
(Mutaqin & Sari, 2011).

4. Chronic kidney disease (CKD)


a. Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

8
b. Klasifikasi

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus
Kockroft – Gault sebagai berikut :

LFG
Derajat Penjelasan (ml/mn/1.73
m2 )

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

Gagal ginjal < 15 atau


5
dialysis

c. Etiologi
Indonesian Renal Registry (IRR) dari 249 renal unit di Indonesia yang
melapor, tercatat 30.554 pasien aktif menjalani dialisis pada tahun 2016, sebanyak
98% penderita gagal Ginjal menjalani terapi Hemodialisis dan 2% menjalani terapi
Peritoneal Dialisis (PD). Penyebab penyakit Ginjal kronis terbesar adalah nefropati
diabetik (52%), hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam urat (1%), penyakit
lupus (1%) dan lain-lain. (IRR, 2017).

d. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari, namun
perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan
berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi, terjadilah hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang
9
diikuti peningkatan tekanan kapiler dan 10 aliran darah glomerulus. Proses adaptasi
ini berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan
penurunan fungsi nefron progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah
tidak aktif lagi (Suwitra, 2009).
Diabetes melitus (DM) menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai
bentuk. Nefropati diabetik merupakan istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi
di ginjal pada DM .Mekanisme peningkatan GFR yang terjadi pada keadaan ini
masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan disebabkan oleh 11 dilatasi arteriol
aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai oleh hormon vasoaktif,
Insuline-like Growth Factor (IGF) – 1, nitric oxide, prostaglandin dan glukagon.
Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam
amino dan protein. Proses ini terus berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan
pembentukan nodul serta fibrosis tubulointerstisialis (Hendromartono, 2009).
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal. Hipertensi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol
di seluruh tubuh, ditnadai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding
pembuluh darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini adalah ginjal. Ketika
terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai kompensasi, pembuluh darah akan
melebar. Namun di sisi lain, pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh darah
menjadi lemah dan akhirnya tidak dapat bekerja dengan baik untuk membuang
kelebihan air serta zat sisa dari dalam tubuh. Kelebihan cairan yang terjadi di dalam
tubuh kemudian dapat menyebabkan tekanan darah menjadi lebih meningkat,
sehingga keadaan ini membentuk suatu siklus yang berbahaya. (National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Disease, 2014).

e. Manifestasi Klinik
Menurut Brunner & Suddart (2011) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah
tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
1) Manifestasi kardiovaskuler

10
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
2) Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3) Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4) Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5) Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,
panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
6) Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7) Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

5. Intradialytic Exercise
a. Pengertian
Intradialytic exercise adalah segala bentuk exercise yang dapat berupa gerakan aktif
dan pasif terutama pada ekstremitas atas dan bawah yang dilakukan pada saat tindakan
hemodialysis (Mahrova & Svagrova, 2013).
Intradialytic exercise bertujuan untuk meningkatkan fungsi pompa otot, vasodilatasi
perifer dan meningkatkan aliran balik vena sehingga meningkatkan pula proses difusi,
osmosis dan ultrafiltrasi pada saat dialysis, pada akhirnya hemodialysis menjadi efektif.
Ketercapaian adekuasi hemodialysis yang optimal akan meningkatkan kapasitas
fungsional pasien hemodialysis sehingga kualitas hidup pasien akan meningkat.

b. Manfaat Intradialytic Exercise


1. Meningkatkan aliran darah otot dan peningkatan jumlah area kapiler pada otot
yang sedang bekerja akan menghasilkan aliran urea dan racun-racun yang lainnya
dari jaringan ke area vaskuler yang dipindahkan selanjutnya pada dialiser.

11
2. Intradialytic exercise meningkatkan kemampuan sistem kardiovaskuler
mengontrol tekanan darah sehingga dapat mencegah dan mengurangi resiko
hipotensi pada proses hemodialisis ( Bulckaen, 2011)
3. Perbaikan pada kebugaran tubuh, fungsi fisiologis, ketangkasan, mengurangi
tingkat fatigue, ketangkasan dan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah
(Ganik Sakitri, 2017).

Kontra Indikasi Pasien Untuk Melakukan Intradialytic Exercise


“Patient who cant do the exercise is a Patients suffering from symptomatic ischaemic heart
disease, orthopaedic or musculoskeletal problems interfering with exercise training having
problems in arteriovenous (AV) fistulas , blood coagulation on dialysis filter (during
hemodialysis), not adhering to the exercise program, instability in hemodynamic parameters
before and during the exercises, having a history of angina pectoris in the last three months,
and having any contraindication to exercise (based on the physician’s diagnosis) (Johansen
KL, 2007).”

“Pasien yang tidak dapat melakukan latihan adalah pasien yang memiliki penyakit jantung
iskemik, masalah pada tulang, mempunyai masalah pada (av) fistula, clotting intradialisis,
tidak mau mengikuti program, mempunyai riwayat angina pectoris dalam 3 bulan terakhir
dan memiliki beberapa kontraindikasi untuk melakukan latihan(menurut diagnosa dokter)
(Johansen KL, 2007).”

Pasien yang dapat melakukan latihan intradialisis exercise yaitu menjalani hemodialisis 2
kali dalam seminggu, tidak mengalami penyakit pada sistem persyarafan, tidak mengalami
gangguan pada sistem muskuloskeletal, tidak mengalami gangguan hemodinamik, tidak
mengalami komplikasi dialisis ( hipotensi, kram, sakit kepala atau pusing ), tidak terpasang
akses femoral, diijinkan oleh dokter untuk melakukan latihan fisik. Gerakan juga dapat
disesuaikan dengan kondisis akses vaskuler pasien yaitu pada ekstermitas yang tidak ada
akses vaskuler (Dwi Retno Sulistyaningsih, 2010)

a. Tahapan Intradialytic exercise


Persiapan Pasien
1. Mengkaji keadaan umum

2. Mengukur vital sign (tekanan darah, pernafasan, denyut nadi, suhu tubuh)

12
Pelaksanaan
A. Latihan peregangan
1. Peregangan leher
a. Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur
b. Tundukkan kepala sampai dagu menyentuh dada.
c. Tolehkan kepala kearah telinga kiri dan kanan bergantian.
d. Ulangi Peregangan Pada Leher.
e. Dengan perlahan gerakan kepala ke arah bahu kanan, kembali tegak
kemudian gerakan kepala kearah bahu kiri
f. Setiap gerakan dilakukan 8 hitungan
2. Peregangan tangan /Lengan [Tangan dan pergelangan]
a. Posisi duduk atau berbaring
b. Angkat tangan anda, luruskan sejajar dengan bahu.
c. Regangkan semua jari-jari tangan, kemudian ikuti gerakan mengepal.
d. Tiap gerakan dilakukan sebanyak 8 kali
3. Peregangan Bahu, punggung atas dan dada (Gerakan mengangkat bahu dan
memutar bahu)
a. Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur
b. Angkat bahu kearah telinga dengan gerakan turun naik.
c. Putar bahu kanan kearah belakang kemudian kearah depan. Ganti bahu
sebelah kiri degan gerakan yang sama.
d. Putar secara bersamaan kedua bahu kearah belakang dan depan .
e. Setiap Gerakan dilakukan sebanyak 8 kali
4. Peregangan dada dan punggung bagian atas (Bahu, punggung atas dan
dada).
a. Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur
b. Letakkan tangan di atas bahu dengan siku menekuk..
c. Gerakkan memutar siku. Pertama kedepan, kemudian kebelakang.
d. Gerakkan memutar dengan gerakan memutar siku anda, pertama kearah
depan, lalu kebelakang.
e. Hentikan putaran dan sentuhkan kedua siku di depan dada.
f. Buka kedua siku ke arah luar dan tarik bahu bagian belakang bersama-
sama. Rasakan regangan di dada.
g. Ulangi gerangan kembali sebanyak 8 kali

13
5. Peregangan bagian leher dan bagian samping
a. Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur
b. Angkat kedua tangan atau salah satu tangan yang tidak diakses lurus ke
atas, kemudian tangan diturunkan. Rasakan peregangan pada dada
bagian samping
c. Lakukan gerakan sebanyak 8 kali
6. Peregangan kaki bagian depan dan belakang, pergelangan kaki
a. Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur dengan kaki lurus
b. Dengan perlahan tekuk kedua atau salah satu telapak kaki (bagian kaki
yang tidak diakses) kearah badan, kemudian luruskan kearah depan
c. Lakukan gerakan sebanyak 8 kali

B. Latihan Penguatan
1. Penguatan Lengan Atas, depan (Lengkungkan lengan)
a. Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur
b. Pertahankan siku tetap berada di sisi badan, dan tekuk lengan anda.
c. Putar telapak tangan ke atas dan buat kepalan, begitu juga
dengan dengan tangan yang lain.
d. Perlahan-lahan naikan satu kepalan (dengan atau tanpa beban) ke arah
bahu dan ke bawah.
2. Penguatan bagian paha
a. Posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur dengan kaki lurus
b. Dengan perlahan tekuk kaki kanan kearah badan, kemudian kaki
diluruskan kembali.
c. Secara bergantian dilakukan antara gerakan kakisebelah kanan dengan
kaki yang sebelah kiri.
d. Lakukan gerakan sebanyak 8 kali
3. Penguatan paha
a. Sandarkan punggung di kursi atau tempat dengan kaki dinaikkan di
tempat kaki (footrest).
b. Lengan berpegangan di kursi atau sisi tempat duduk untuk
keseimbangan.
c. Perlahan angkat kaki tanpa menekuk kaki. (Beban untuk pergelangan
kaki dapat digunakan).

14
d. Hitung sampai hitungan 5 (lima) kali .
e. Perlahan turunkan. Ulangi untuk kaki yang lain
4. Penguatan paha depan, belakang dan perut
a. Sandarkan punggung di kursi/tempat tidur dan kaki dinaikan di tempat
kaki (foot rest).
b. Tekuk kaki pada lutut, dalam satu waktu, perlahan arahkan ke dada
seperti anda mengayuh sepeda
5. Penguatan paha samping
a. Tiduran dengan posisi berbaring di atas tempat tidur
b. Luruskan kedua kaki.
c. Gerakan kaki kanan ke arah samping dengan bertumpu pangkal paha.
Kemudian gerakan kearah posisi semula (lurus dengan badan)..
d. Secara bergantian lakukan gerakan pada kaki yang sebelahnya
e. Lakukan gerakan masing-masing kaki sebanyak 8 kali hitungan
6. Latihan pendinginan
a. Tarik nafas melalui hidung dan keluarkan melalui mulut, sambil angkat
kedua tangan setinggi kepala
b. Lakukan 8 kali hitunga
Evaluasi
1. Mengobservasi keadaan umum

2. Mengukur vital sign (tekanan darah, pernafasan, suhu dan denyut nadi)

6. Hipertensi intradialisis
a. Pengertian
Hipertensi intradialisis adalah apabila tekanan darah saat dialisis ≥ 140/90
mmHg atau terjadi peningkatan tekanan pada pasien yang sudah mengalami
hipertensi pradialisis. Pasien juga dikatakan mengalami hipertensi intradialisis jika
nilai tekanan darah rata-rata (Mean Blood Pressure/ MBP) selama hemodialisis ≥ 107
mmHg atau terjadi peningkatan MBP pada pasien yang nilai MBP pradialisis diatas
norma. Hipertensi intradialisis bukan common complication saat pasien menjalani
hemodialisis (Daugirdas, Blake, & Ing, 2007; Teta, 2008).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi intradialisis
Patofisiologi hipertensi intradialitik sangat kompleks dan masih dalam
penelitian intensif. Definisi yang sering digunakan dalam studi adalah definisi oleh

15
Inrig et al. yaitu peningkatan tekanan darah sistolik pascadialisis dengan selisih
pascadialisis dan predialisis dari Systolic Blood Pressure ( SBP) ≥ 10 mmHg,
sedangkan penyebab potensial terjadinya hipertensi intradialitik adalah volume
overload, peningkatan curah jantung, overaktivitas sistem syaraf simpatis, stimulasi
sistem Renin-Angiotensin (RAS), perubahan elektrolit selama proses dialisis,
disfungsi endotel, terapi Erythropoiesis Stimulating Agents (ESAs) intravena, dan
hilangnya obat anti hipertensi saat proses dialisis.5,6 Salah satu upaya dalam
pencegahan hipertensi intradialitik adalah dengan mengetahui faktor risiko hipertensi
intradialitik. Berdasarkan karakteristik pasien dan mekanisme patofisiologi yang
mendasari adalah :
a. Usia
b. Interdialytic Weight Gain
c. Residual Renal Function
d. Ureum Reduction Ration
e. lama hemodialysis
f. Jumlah obat anti hipertensi

16
BAB III
TELAAH JURNAL ( PEMBAHASAN )

Jurnal 1 Jurnal 2
Sistematika penulisan sudah Sistematika penulisan sudah
tepat yaitu menggunakan tepat yaitu menggunakan
IMRAD ( Introduction, method, IMRAD ( Introduction, method,
result, analyze, discussion. result, analyze, discussion.
Sistematika
sistematika penulisan pada jurnal 1 dan jurnal 2 sudah baik karena
menggunakan IMRAD yaitu adanya Introduction, method, result,
analyze, discussion. Pada jurnal 2 terdapat tambahan sistematika
penulisan yaitu implikasi.

Bahasa yang digunakan sudah Bahasa yang digunakan sudah


memenuhi tata bahasa Indonesia memenuhi tata bahasa
yang benar, disusun secara jelas. Indonesia yang benar, disusun
Gaya Bahasa secara singkat , padat dan jelas.

Gaya bahasa pada jurnal 1 dan jurnal 2 sudah baik dan memenuhi
tata bahasa Indonesia yang benar, sesuai EYD dan di susun secara
jelas.

Metode yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan


penelitian ini merupakan metode metode true eksperiment
penelitian dengan survey dan dengan pendekatan pre-post
perlakuan pada pasien CKD yang test design with control.
sedang menjalani hemodialisis Populasi yang digunakan dalam
yaitu dengan melakukan penelitian ini adalah seluruh
pengumpulan data, pengkajian pasien yang menjalani
terhadap pasien, kemudian hemodialisis di Ruang
menetapkan pasien yang akan Hemodialisis Rumah Sakit
dilakukan intervensi. Setelah itu, Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
dilakukan implementasi dan Populasi di ruang hemodialisis
evaluasi tentang tindakan yang sebanyak 180 pasien.
Metodologi telah dilakukan.Penelitian ini Pengambilan sampel pada
Penelitian dilakukan di Ruang Hemodialisa penelitian ini diambil dengan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta menggunakan teknik purposive
dengan jumlah sampel sebanyak sampling yaitu teknik
30 pasien menggunakan metode pengambilan sampel dengan
purposive sampling.Intervensi pertimbangan peneliti. Jumlah
yang akan dilakukan oleh sampel yang digunakan
peneliti adalah berupa tindakan sebanyak 32 responden yang
intradialytic exercise yaitu terbagi menjadi 2 kelompok
program latihan untuk yaitu kelompok intervensi 16
meningkatkan fungsi fisik respoden dan kelompok kontrol
pasien, kapasitas latihan, dan 16 responden. Instrumen yang
meningkatkan kesehatan secara digunakan adalah Piper Fatigue
keseluruhan. Selain itu juga Scale (PFS). Piper Fatigue
untuk membuktikan adakah Scale adalah instrumen yang

17
pengaruh tindakan ini terhadap sudah baku dan sudah
perubahan dan kestabilan dilakukan uji validitas dan
tekanan darah pasien. Tekanan reliabilitas. Skor validitas de-
darah akan dipantau pada saat ngan r = 0,08, reliabilitas
sebelum dan sesudah dengan internal consis-tency
pelaksanaan intradialytic (alpha= 0,98) dan test retest
exercise.Tindakan intradialytic (intraclass correlation
exercise dilakukan selama 3 coefficient = 0,98). Dapat
minggu kepada 30 pasien CKD disimpul-kan bahwa piper
yang menjalani hemodialysis, fatigue scale valid dan
selama 20-30 menit untuk setiap reliabel.Analisis bivariat untuk
tindakan. Tekanan darah pasien mengetahui pengaruh
diukur pada awal sebelum dan intradialytic exercise terhadap
setelah dilakukan intradialytic fatigue pada kelompok
exercise. Kriteria inklusi dari eksperimen dan kelompok
sampel adalah pasein CKD yang kontrol
menjalani hemodialisis rutin
.
dengan tekanan darah diatas
140/100 mmHg dan pasien
dengan risiko komplikasi selama
hemodialisis yang rendah.

Pada jurnal penelitian 1 dan 2 menggunakan metode kuantitatif dan


dalam pengambilan sampel yaitu dengan teknik purposive
sampling, teknik pengambilan data dengan tujuan tertentu.

Pada jurnal penelitian 1 Pada jurnal penelitian 2


membahas mengenai efektifitas membahas mengenai Pengaruh
praktek berbasis latihan fisik Intradialytic Exercise
intradialytik untuk Terhadap Fatigue Pasien
pengelolaan tekanan darah Hemodialisis. Hasil penelitian
pada pasien penyakit ginjal menunjukkan Intradialytic
kronik (CKD) tahap V). exercise dapat menurunkan
Dilakukan terapi selama 3 fatigue pada pasien yang
minggu (6 kali latihan) terjadi menjalani hemodilisis.
kestabilan tekanan darah selama
melakukan latihan. Hasil
observasi pada pasien yang
Isi Penelitian
memiliki tekanan darah yang
stabil saat pre dan post-HD
menunjukkan bahwa mereka
mengikuti intradialytic exercise
dengan maksimal yakni
melakukan gerakan sesuai
dengan instruksi yang diberikan
dan teratur setiap 2 kali
perminggu.

Kedua jurnal penelitian saling ada keterkaitan yaitu kedua jurnal


sama-sama membahas mengenai Intradialytic exercise yang

18
bertujuan untuk menurunkan / menstabillkan tekanan darah,
meskipun pada jurnal 2 fokusnya adalah menurunkan Fatigue
namun jika fatigue itu diminimalisir maka otomatis tekanan darah
juga akan turun atau stabil

Pada jurnal penelitian 1 masih Pada jurnal penelitian 2 masih


menggunakan literatur lebih dari menggunakan literatur lebih
10 tahun. dari 10 tahun.

Kekurangan
Penelitian Jurnal penelitian akan lebih baik jika menggunakan literatur terbaru
atau menggunakan literatur yang publikasinya 5 tahun terakhir.
Serta pada kedua jurnal akan lebih baik jika menjelaskan kriteria yg
jelas untuk pasien yang diperbolehkan melakukan exercise
intradialisis

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jurnal 1
- Intradialytic exercise adalah segala bentuk exercise yang dapat berupa gerakan
aktif dan pasif terutama pada ekstremitas atas dan bawah yang dilakukan pada
saat tindakan hemodialysis
- Dilakukannya terapi Intradialytic exercise pada pasien gagal ginjal kronik sangat
tepat, dari hasil yang didapatkan adanya penurunan tekanan darah atau kestabilan
tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik sehingga terapi Intradialytic
exercise ini efektif.
- faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan tekanan darah selama
latihan antara lain: durasi intradialytic exercise dan intensitas latihan, peran obat
anti hipertensi, dan ada tidaknya penyakit lain, menyebabkan hasil penerapan
latihan ini belum sepenuhnya menunjukkan efek dari intradialytic exercise
terhadap kestabilan tekanan darah yang sebenarnya pada populasi
2. Jurnal 2
- Pada hasil jurnal penelitian, didapatkan Intradialytic exercise dapat menurunkan
fatigue pada pasien yang menjalani hemodilisis.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Agar pihak rumah sakit dapat melakukan kegiatan penyuluhan dan pelaksanaan
terapi Intradialytic exercise pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisa.
2. Bagi Perawat Hemodialisa
Melakukan upaya promotif dan preventif terhadap terapi Intradialytic exercise
pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisa
3. Bagi Ruang Hemodialisa
Melakukan peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang lebih berorientasi pada
pasien agar pasien dapat merasa lebih nyaman.

20
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagi data acuan dalam membahas dan
mengembangkan efektifitas praktek berbasis latihan fisik intradialytik untuk
pengelolaan tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronik (CKD) tahap V).

C. Implikasi dalam Keperawatan

Perawat lebih memperhatikan pasien di semua aspek mulai dari bio, psiko, sosial dan
kultural. Perawat juga harus bisa menjadi advokat, sebagai pendidik, sebagai peneliti,
sebagai pemberi asuhan keperawatan dan sebagai promosi kesehatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Retno Sulistyaningsih. 2010. Efektifitas Latihan Fisik Selama Hemodialisis Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Diakses pada tanggal 15 april 2017.
Ganik Sakitri. 2017. Pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap Fatigue Pasien Hemodialisis
Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Media Publikasi Penelitian.
Diakses pada tanggal 15 april 2017.
Johansen, K.L., Chertow, G.M., 2007. Chronic Kidney Disease Mineral Bone Disorder
(CKD-MBD) and Health-Related Quality of Life Among Incidents ESRD
Petients. J. Ren. Nutr. 17 (5): 305-313.
Nur Puji Astuti. 2017. Efektifitas stretching Exercise Dan Pernafasan Yoga Terhadap
Regulasi Tekanan Darah Dan Kualitas Hidup Klien Esrd Yang Menjalani
Hemodialisis Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. Diakses pada tanggal 15 april 2017.
Prima Daniyati K. 2017. Evidence Based Practice Intradialytic Exercise Untuk Pengelolaan
Tekanan Darah Pada Pasien Chronic Kidney Disease (Ckd) Stage V.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Diakses pada tanggal 15 april 2017.
Teta, D., 2008, Intradialytic complications, 40th Annual Meeting of The Swiss Society of
Nephrology; Dec 3-5; St.Gallen, Swiss.

22

Anda mungkin juga menyukai