Anda di halaman 1dari 20

Trauma Urogenital

CANTIKA LAKSMI BUNGA


ERIKA DWI WAHYUNI
NOVI ROHMAWATI
MUHAMMAD RIDHO PANGESTU
LATAR BELAKANG

• Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa


karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan
anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang
berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada
setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai
dibuktikan tidak ada.
• Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan trauma tajam.
Trauma tumpul sistem perkemihan lebih besar tingkat kejadiannya 80 – 90%
dibandingkan dengan trauma tajam yang mencapai 10 – 20%. Biasanya cedera
saluran kemih disertai dengan trauma pada struktur organ lain, kecuali cedera
atrogenik yang umumnya merupakan cedera tunggal.
PENGKAJIAN (PEMERIKSAAN FISIK)
1. Keadaan Umum Klien / Tanda-tanda vital

-Denyut Nadi
-Tekanan Darah
-Laju Pernapasan 2. Kesadaran
3. Pemeriksaan Head To Toes
-Suhu

Glasgow Coma Scale : -Kepala: normal


-Mata -Mata:inspeksi: konjungtiva anemis
-Suara -Hidung: normal
-Gerakan -Dada & axila: normal
-Pernafasan: normal
-Sirkulasi jantung: terjadi peningkatan aliran darah ke
kandung kemih karena proliferasi sel meningkat
-Abdomen: inspeksi (distensi abdomen), palpasi: nyeri tekan
pada abdomen
-Genitouary: inspeksi: hematuria, palpasi: teraba ada massa
pada daerah suprasimfisis, abdomen kuadran bawah.
-Ekstremitas (integumen & muskuluskletal): inspeksi:
kemerahan/iritasi pada daerah genitalia. palpasi: tugor kulit
jelek. Kulit tampak pucat.
PENGKAJIAN (DIAGNOSTIK)
NO. PENGKAJIAN URAIAN
(DIAGNOSTIK)
1. Pemeriksaan Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel – sel darah merah secara signifikan
Laboratorium f.Urinalisis (lebih dari 2 per lapang pandang) menunjukkan adanya cedera pada sistem saluran
kemih dan didapatkannya leukositoria (>5/lpb) menunjukkan adanya proses inflamasi
pada saluran kemih (Purnomo, 2011)

2. Pemeriksaan Darah -Darah rutin (Purnomo Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar
2011) hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit,
dan hitung trombosit.
-Faal ginjal (Purnomo Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah
2011) pemeriksaan kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood
Urea Nitrogen), dan klirens kreatinin.
-Faal Hepar (Purnomo Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya
2011) metastasis suatu keganasan atau untuk melihat fungsi hepar
secara umum
-Pemeriksaan penanda Pemeriksaan penanda tumor antara lain adalah : PAP
tumor (tumor marker) (Prostatic Acid Phosphate) dan PSA (Prostat Spesific Antigen)
yang berguna untuk menegakkan diagnosis karsinoma. PSA
ini dapat digunakan sebagai deteksi awal tumor yang tidak
invasif (Luo 2004)

-Cell survey antigen study Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap
(Nursalam 2009) kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
PENGKAJIAN (DIAGNOSTIK)
NO. PENGKAJIAN URAIAN
(DIAGNOSTIK)
3. Kultur urine Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih

4. Histopatologi Pemeriksaan ini dapat menentukan suatu jaringan normal, mengalami


proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi maligna. Selain itu
pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.

5. Sitologi Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya


nilai negative palsu tinggi). Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam
lima kelas mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel atipik,
disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami perubahan
morfologi menjadi sel ganas.
PEMERIKSAAN
RADIOLOGIS
NO. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS URAIN

1. Foto Polos Abdomen (BOF; Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah
BNO; KUB) (Purnomo 2011) foto skrining untuk pemeriksaan kelainan urologi. h. USG
(Muttaqin 2011).

2. Sitoskopi (Muttaqin 2011) Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra
dan kandung kemih dengan menggunakan alat sitoskopi
(meruapakan suat alat yang mempunyai lensa optik pada
ujungnya sehingga dapat dengan leluasa melihat langsung)

3. Flow Cytometri (Nursalam Mendeteksi adanya kelaian kromosom sel-sel urotelim.


2009)

4. 4)Pielogram Intravena / IVP Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi
(Price dan Wilson 2005) abdomen yang kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media
kontras intravena. IVP dapat memastikan keberadaan posisi
ginjal, serta menilai ukuran dan bentuk ginjal.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

NO. PEMERIKSAAN URAIAN


DIAGNOSTIK
5. Arteriogram ginjal (Price Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis dan aorta abdominlis
dan Wilson 2005) sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas disuntikkan. Tindakan
ini untuk dapat sipakai untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma

6. CT-scan (Price dan CT-scan berperan penting dalam penetapan stadium neoplasma
Wilson 2005) menggantikan IVP dalam kasus trauma ginjal

7. Biopsi (American Cancer Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
Society 2012) digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih
seperti jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• a.Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih. (D.0040)

• b.Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)

• c.Risiko perfusi renal tidak efektif b.d trauma (D.0015)

• d.Risiko tinggi infeksi b.d terpapar alergen lingkungan (D.0134)

• e.Defisit pengetahuan b.d informasi yang kurang terpapar informasi (D.0111)


ASUHAN KEPERAWATAN
NO. PENGKAJIAN (ANAMNESE) URAIAN

1. IDENTITAS PASIEN (DEMOGRAFI) Data demografi pasien meliputi: nama, alamat, jenis kelamin, usia, pekerjaan,
dst.
2. KELUHAN UTAMA Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya darah pada urin
(hematuria). Hematuria mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang (gross),
tetapi mungkin pula hanya terlihat dengan bantuan mikroskop (mikroskopis).

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Mendiskripsikan secara kronologis tentang perjalanan penyakit pasien mulai
dari awal mula sakit sampai dibawa ke rumah sakit.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien memiliki riwayat kesehatan seperti infeksi atau iritasi saluran kemih atau
gangguan berkemih seperti hematuria dan dysuria

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga seperti kanker prostat,
kanker ginjal, dan lain-
lain.
6. RIWAYAT PENGUNAAN OBAT- Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti siklofosfamid (cytoxan)
OBATAN
yang menjadi faktor penyebab.
7. POLA KEBIASAAN YANG Misalnya kebiasaan merokok. Panjanan lingkungan dengan zat karsinogen
MEMPENGARUHI
seperti 2-naftilamin, senyawa nitrat.
Intervensi Keperawatan
NO. DIANGNOSA INTERVENSI

1. Gangguan eliminasi urine b.d 1.1.Lakukan pengawasan urin


penurunan kapasitas 1.2.Lakukan perawatan retensi urin
kandung kemih. (D.0040) 1.3.Mengatakan keinginan untuk BAK
1.4.Menentukan pola BAK
Mengatakan dapat BAK dengan teratur

2. Nyeri akut b.d agen 2.1. Catat lokasi, lamanya, intensitas, dan penyebaran
pencedera fisik (D.0077) 2.2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan tentang
perubahann kejadian / karakteristik nyeri.
2.3. Berikan tindakan nyaman contoh pijatan punggung lingkungan
istirahat.

3. Risiko perfusi renal tidak 3.1. Awasi pemasukan dan keluaran serta karakteristik urine
efektif b.d trauma (D.0015) 3.2. Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
3.3. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah sebagai
berikut :

• a.Eliminasi urine dapat optimal sesuai toleransi individu

• b.Penurunan skala nyeri

• c.Perfusi saluran kemih adekuat

• d.Tidak terjadi infeksi.

• e.Informasi kesehatan terpenuhi


ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA
GINJAL

• Diagnosa Keperawatan

• a.Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih (D.0040)


• b.Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
• c.Risiko perfusi renal tidak efektif b.d trauma (D.0015)
• d.Risiko infeksi b.d terpapar alergen lingkungan (D.0134)
Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA INTERVENSI

3. Risiko perfusi renal tidak 3.1 Awasi pemasukan dan keluaran serta karakteristik urine
efektif b.d trauma (D.0015) 3.2 Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
3.3 Dorong meningkatkan pemasukan cairan
3.4 Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat
kesadaran

4. Risiko infeksi b.d terpapar 3.1 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
alergen lingkungan (D.0134) 3.2 Pertahankan teknik isolasi
3.3 Batasi pengunjung bila perlu
3.4 Instrusikan pada pengunjung untuk cuci tangan dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
3.5 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA
URETER
NO. PENGKAJIAN URAIAN
(ANAMNESE)
1. Identitas klien Meliputi: nama, alamat, jenis kelamin, usia, pekerjaan, dst.

2. Keluhan Utama Keluhan utama pada trauma ureter yang paling sering adalah nyeri
dan hematuria. Nyeri biasanya terjadi pada daerah pinggang
(kostovertebra) dengan rasa nyeri yang khas seperti nyeri ketuk.

3. Riwayat penyakit Trauma dapat terjadi karena benturan primer atau sekunder. Riwayat
penyakit dahulu tidak signifikan pengaruhnya terhadap trauma
selanjutnya.

4. Pola Psikologi -Terjadi kecemasan pasca trauma karena ketidaknyamanan/ nyeri


pada daerah trauma.
-Adanya pembatasan interaksi sosial karena intoleransi aktifitas.
PEMERIKSAAN FISIK
• - Tekanan darah meningkat (jika stress akut pasca trauma, atau tekanan
darah menurun (akibat perdarahan kronis)

• - Takikardia tetapi lemah

• - Suhu tubuh meningkat

• - Jejas/ memar pada abdomen dapat disertai inflamasi jika trauma tumpul

• - Pada trauma tumpul akan ditemukan lesi tembus jaringan trauma, nyeri,
perdarahan.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

a.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)


b.Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih (D.0040)
d.Risiko infeksi b.d terpapar alergen lingkungan (D.0134)
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA VESIKA URINARIA

• PENGKAJIAN

• Keluhan utama
• -Sering didapatkan adanya tanda dan gejala sepsis peritonitis akibat
masuknya urine ke dalam peritoneum.
• -Trias gejala yaitu gross hematuria, nyeri suprapubic, kesulitan/
ketidakmampuan untuk berkemih.
PEMERIKSAAN FISIK

• -Tekanan darah menurun


• -Takikardia
• -Abdomen : distensi, iritasi peritoneal, kandung kemih menonjol pada suprapubic.
• -Penurunan bising usus, nyeri supra simfisis.
• -Gross hematuria, anuria, sepsis peritonitis

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko syok d.d sepsis (D.0039)
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
c. Gangguan eliminasi uri b.d iritasi kandung kemih (D.0040)
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA INTERVENSI

1. Resiko syok d.d sepsis 1.1. Monitor status sirkulasi, warna kulit, suhu kulit, nadi, CRT.
(D.0039) 1.2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
1.3. Monitor input dan output
1.4. Pantau nilai laboratorium : Hb, Ht, AGD, elektrolit
1.5. Monitor tanda gejala ascites

2. Nyeri akut b.d agen 2.1. Catat lokasi, lamanya, intensitas, dan penyebaran
pencedera fisiologis 2.2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan tentang
(D.0077) perubahann kejadian / karakteristik nyeri.
2.3. Berikan tindakan nyaman contoh pijatan punggung lingkungan
istirahat.
2.4. Perhatikan keluhan/menetap nya nyeri abdomen.

3. Gangguan eliminasi uri 3.1. Monitor input dan output


b.d iritasi kandung kemih 3.2. Lakukan perawatan retensi urin
(D.0040) 3.3. Mengatakan keinginan untuk BAK
3.4. Menentukan pola BAK
3.5. Mengatakan dapat BAK dengan teratur

Anda mungkin juga menyukai