Oleh:
Oleh:
i
SURAT PERNYATAAN
karya tulis ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Nim : 142.0012
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dari:
Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah Stikes Hang
Tuah Surabaya, pada:
Hari, tanggal : Selasa, 20 Juni 2017
Bertempat di : Stikes Hang Tuah Surabaya
Dan dinyatakan Lulus dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN pada Prodi D-III
Keperawata Stikes Hang Tuah Surabaya
Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
seseorang disana (ibu dan ayah) yang tidak pernah mengeluh mencari
kebutuhan hidupmu.“
“ Terkadang kita harus melewati hal terburuk dulu baru kemudian hari
1. Ibu bapak tersayang yang telah membesarkan saya dengan cinta dan
saya.
v
KATA PENGANTAR
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
hanya karena kemampuan penulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari
berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya
penulisan, oleh karena itu pada kesempatan itu penulis menyampaikan terima
1. Laksamana Pertama TNI dr. I Dewa Gede Nalendra DI, Sp. B., Sp. BTKV
memberikan ijin dan lahan praktik untuk penyusunan karya tulis dan
Surabaya.
vi
3. Ibu Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Kepala Program Studi D-III
6. Bapak dan ibu dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan
makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, juga kepada
sumber pustaka dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
do’a yang tak terkira selama proses pendidikan di Stikes Hang Tuah
Surabaya.
vii
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik
Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.5 Metode Penulisan ....................................................................................... 7
1.6 Sitematika Penulisan .................................................................................. 8
ix
2.5.2 Tujuan Pemberian Nutrisi ............................................................27
2.5.3 Karakteristik Terkait Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi......27
2.6 Asuhan Keperawatan ...............................................................................27
2.6.1 Pengkajian ....................................................................................27
2.6.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................30
2.6.3 Perencanaan...................................................................................31
2.6.4 Pelaksanaan ...................................................................................36
2.6.5 Evaluasi ........................................................................................37
2.7 Kerangka Masalah.....................................................................................38
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .................................................................................................73
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................79
4.3 Perencanaan...............................................................................................81
4.4 Pelaksanaan ...............................................................................................83
4.5 Evaluasi .....................................................................................................85
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................87
5.2 Saran..........................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka .................................................................................................... 91
LAMPIRAN
x
DAFTAR SKEMA
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
C : Celcius
IV : Intra Vena
N : Nadi
RR : Respiratory Rate
S : Suhu
O2 : Oksigen
RBC : Eritrosit
HGB : Hemoglobin
HCT : Hematokrit
WBC : Leukosit
PLT : Trombosit
xv
BB : Berat Badan
Dr : Dokter
° : Derajat
± : Kurang Lebih
TB : Tinggi Badan
Kg : Kilo Gram
PJ : Panjang Janin
IGD : Instalasi Gawat Darurat
SOAP : Subjective, Objective, Assessment, Planning
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak ditemukan.
Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
dengue atau dengue hemorragic fever merupakan suatu penyakit infeksi yang
virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus serta penyebarannya sangat cepat. Penyakit virus berat yang ditularkan
kesehatan global. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah
penyebaran penyakit ke wilayah lain, setiap kejadian luar biasa DBD umunya
1
2
(PSN) yang terus menerus, pengasapan (fogging) dan larvasidasi. Penyakit DBD
mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak
terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia adalah pada usia 5-14 tahun. Dari
129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (Incidence Rate)
sebesar 50,75 per 100.000 penduduk. Sedangkan CFR pada KLB dengue
hemorarrgic fever pada tahun 2015 adalah 0,83%. Dibandingkan dengan tahun
2014 dengan incidence rate provinsi Jawa Timur atau angka kesakitan DBD
mengalami penurunan yakni 39,80 per 100.000 penduduk pada tahun 2013
sebesar 45,85 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 angka kematian 1,16%.
Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi tahun 2015 yaitu Bali sebesar
257,75, Kalimantan Timur sebesar 188,46, dan Kalimantan Utara sebesar 112.00
per 100.000 penduduk. Kematian akibat DBD di kategorikan tinggi jika CFR
>1%. Dengan demikian tahun 2015 terdapat 5 provinsi yang memiliki CFR tinggi
yaitu Maluku (7,69%), Gorontalo (6,06%), Papua Barat (4,55%), Sulawesi Utara
(2,33%), dan Bengkulu (1,99%). Pada provinsi tersebut masih upaya peningkatan
kematian tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak 283 kematian, diikuti oleh
Jawa Tengah 255 kematian dan Kalimantan Timur 65 kematian. Dalam tiga
3
negara yang dapat menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%. Kejadian luar
biasa penyakit telah sering dilaporkan dari berbagai negara. Penyakit dengue
pada tahun 2016 mencapai 119 kasus, sedangkan pada tahun 2017 bulan januari
oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus
muntah, malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri kepala, nyeri perut, mialgia/ nyeri
otot, suara serak, batuk, dan disuria. Pada kondisi parah ditandai dengan adanya
cairan (Marni, 2016). Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah
Dengue jika tidak ditangani dengan cepat maka akan menimbulkan komplikasi
yang lebih lanjut, yaitu perdarahan masif dan dengue shock syndrome(DSS) atau
nyamuk (PSN), larvasidasi atau serbuk ABATE, menggunakan ikan (ikan kepala
4
perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan pengobatan yang menandai (perlu
penyakit DHF dengan cara pemberantasan jentik nyamuk dan pencegahan gigitan
nyamuk sudah banyak terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. Oleh karena itu perawat dapat
kader posyandu, kader desa maupun ditempat sekolah untuk pencegahan penyakit
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
Surabaya.
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
1.4.1 Akademis
Hasil karya tulis ilmiah ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
1. Metode
yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
a. Wawancara
b. Observasi
c. Pemeriksaan
3. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
kesehatan lain.
8
4. Studi Kepustakaan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
karya tulis ilmiah ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
2. Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari
ilmiah.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue yaang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak ditemukan.
Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk
penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus
(artharopad – borne virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti
9
10
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
2.1.2 Etiologi
artropoda. Ada empat serotipe yaitu DEN -1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4,
parah. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan terhadap
serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis
seseorang dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada waktu yang bersamaan
(Widoyono, 2011).
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat
beruntai tunggal dari famili Flaviviridae yang ditularkan oleh vektor nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa inkubasi penyakit ini berakhir 4-5 hari
2.1.3 Klasifikasi
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
perdarahan lain
11
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
Penyakit ini sering kali menyerang anak yang berusia kurang dari 10 tahun,
terutama pada anak sekolah. Keluhan yang sering kali dirasakan pada awalnya
yaitu demam, mual, muntah, malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri kepala, nyeri
perut, mialgia/ nyeri otot, suara serak, batuk, dan disuria. Demam tinggi
mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok, maka demam akan
turun sendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya(self limiting) dalam
waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD/DHF ini biasanya demam tinggi dan
terus menerus serta tidak responsif terhadap antipiretik. Antipiretik hanya dapat
menurunkan sedikit demam, setelah itu demam naik lagi. Pada kondisi parah,
penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan dibawah kulit karena kebocoran
Manifestasi klinis DBD/ DHF terdiri atas tiga fase yaitu fase demam, kritis,
serta konvalesens. Setiap fase perlu pemantauan yang cermat, karena setiap fase
mempunyai risiko yang dapat memperberat keadaan sakit. Fase demam pada
kasus ringan semua tanda dan gejala sembuh seiring dengan menghilangnya
demam. Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya suhu tubuh menurun
dan perubahan pada laju nadi dan tekanan darah, hal ini merupakan gangguan
12
ringan sistem sirkulasi akibat kebocoran plsma yang tidak berat. Pada kasus
sedang sampai berat terjadi kebocoran plasma yang bermakna sehingga akan
luasnya dengan lingkaran dengan diameter 2,8 cm) jumlah petekie dalam
lingkaran positif jika jumlah ≥10 petekia), mulai dari petekie positif sampai
(Widoyono, 2011).
2.1.6 Patofisiologi
aegypti dan Aedes albopictus, maka tubuh pasien membentuk kekebalan penyakit.
Apabila tubuh pasien diserang untuk kedua kalinya, maka tubuh akan aman. Akan
tetapi, apabila virus yang masuk itu mempunyai tipe yang berbeda, maka akan
replikasi virus dengue yang bertransformasi akibat virus yang berlebihan. Kondisi
Renjatan (syok) yang tidak segera ditangani akan menyebabkan anoksia jaringan,
1. Infeksi virus : Virus chikungunya, dan penyakit infeksi virus lain seperti
campak, campak jerman, dan virus lain yang menimbulkan ruam; virus
protrombing memanjang
ELISA).
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Memenuhi kebutuhan cairan, yaitu dengan memberikan cairan oral 2-3 liter
untuk mengatasi dehidrasi dan rasa haus akibat demam tinggi. Selain air
putih dapat diberikan teh manis, susu, sirup, jus buah, dan oralit.
fenobarbital.
16
5. Jika syok dalam kondisi parah atau berat, maka dapat diatasi dengan
larutan steril yang digunakan untuk mengganti plasma darah yang hilang
akibat perdarahan, misal whole blood (darah lengkap yang diambil dari
infus harus diguyur dengan cara membuka klem infus. Namun, jika vena
diguyur. Pasien yang mengalami syok yang berat perlu dipasang CVP
mengukur tekanan vena sentral melalui vena safena magna atau vena
hematokrit.
maka perlu diberikan bubuk untuk pemberantas jentik nyamuk yaitu bubuk
minum sebanyak mungkin, batasi aktivitas, observasi ketat tanda-tanda vital (nadi,
pernafasan, suhu dan tekanan darah) dan awasi tanda-tanda perdarahan, kompres
dingin bila suhu meningkat, berikan antipiretik dan bila nafsu makan menurun
atau tidak mau makan minum dan keadaan tidak membaik segera bawa ke rumah
sakit.
2.1.10 Komplikasi
dengue atau dengue hemorarrgic fever yaitu perdarahan masif dan dengue shock
syndrome (DSS) atau sindrome syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak
berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat
sampai tidak teraba; tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol;
tekanan darah menurun di bawah 80 mmHg atau samapi nol; terjadi penurunan
kesadaran; sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari; hidung, telinga, dan kaki
teraba dingin dan lembab; pucat dan oliguri atau anuria (Marni, 2016).
2.1.11 Pencegahan
sebagai berikut :
1. Pembersihan jentik
b. Larvasidasi
a. Menggunakan kelambu
d. Penyemprotan
seminggu sekali karena proses pematanagan telur nyamuk aedes 3-4 hari
buruk, alternatifnya adalah mendaur ulang, jika ada ember atau kaleng bekas
yang tidak terpakai bukankah lebih bagus dijadikan pot bunga atau
4. Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk aedes
alam yang dekat dengan pemukiman (misalnya ban bekas, vas bunga,
serta pelaksanaannya.
fogging/ pengasapan.
seperti gentong air maupun vas bunga agar jentik-jentik nyamuk mati.
c. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan cupang dan ikan adu) pada
kolam air.
diethylmeta-toluamide(DEET).
2. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralasan tanak seperti bak
seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, serta tempat minum burung
bertambahnya jumlah sel tubuh manusia dalam dimensi sel yang dapat diukur
seperti TB, BB, gigi gligi dan proses metabolisme (Ranuh, 2013).
keturunan, faktor gizi, faktor lingkungan, faktor emosi, faktor jenis kelamin,
Ciri khas fase ini anak ingin diibaratkan dalam aktivitas karena ingin
menghasilkan sesuatu, jika ada tugas ingin diselesaikan. Anak juga belajar
aturan dan kompetensi. Jika pada fase ini terganggu akan timbul rasa tidak
2. Perkembangan psikointelektual
Ciri pada fase ini adalah anak berfikir lebih logis dan terarah dapat
3. Tugas perkembangan
6. Perkembangan motorik
7. Perkembangan emosi
a. Mencari lingkungan lebih luas (pergi dari rumah untuk bermain dengan
teman)
2.3 Hospitalisasi
Perasaan yang sering muncul yaitu cemas,marah, sedih, takut dan rasa bersalah
penyakit.
1. Perpisahan
2. Kehilangan kendali
24
2.4 Imunisasi
2.4.1 Pengertian
salah satu upaya pencegahan penyakit. Imunisasi akan menghindarkan anak dari
penyakit infeksi yang berbahaya. Anak akan menjadi sehat sehingga memiliki
akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilkan reespons seluler dan humoral serta
dihasilakn melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in1 (tiga vaksin dalam satu sediaan)
yang melindungi tubuh terhadap difteria, pertusi, dan tetanus. Vaksin DPT
dapat diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Imunisasii
DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak umur 2 bulan (DPT
I), 3 bulan (DPT II), dan 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dai
4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan
pada usia pra sekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi
3. Vaksin polio
I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio
ulang diberika 1 tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk
sekolah ( 5-6 tahun ) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).
4. Vaksin Hepatitis B
lahir. Imunisasi dasar diberikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan
antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi
5. Vaksin Campak
1. Oral
Melalui mulut diberikan secara oral pada jenis vaksin polio (OPV dari
2. Intrakutan
3. Subkutan
4. Intramuskuler
Pada paha lateral kiri atau kanan, Hepatitis B di daerah deltoid kiri atau
2.5.1 Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi,
dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta keseimbangan yang
Level yang terbaik untuk memulai pemberian nutrisi pada pasien kritis adalah 25
Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai. Kebutuhan energi
lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan aktivitas fisik, misalnya
yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien
2.6.1 Pengkajian
komprehensif yang mencakup data biopsiko dan spiritual (Tarwoto & Wartonah,
2015).
1. Pengumpulan data
dari pasien yang meliputi umur bio – psiko – spiritual yang komprehensif
secara lengkap dan relevan untuk mengenal pasien agar dapat memberi
a. Identitas
digunakan, pada penyakit DHF dapat menyerang semua orang baik laki
menyerang pada anak – anak dengan usia <15 tahun (Ambarwati, 2010).
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi selama 2-7 hari dan anak lemah
(Ambarwati, 2010).
Penyakit apa saja yang pernah di derita, meliputi penyakit waktu kecil,
apa pernah dirawat dirumah sakit, obat yang bisa digunakan, alergi. Pada
DHF anak bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang
d. Pemeriksaan Fisik
menimbulkan kejang.
Suara serak, ada batuk dan pilek, terkadang sesak nafas, pada grade
Nasution, 2015).
derajat IV renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
Disuria pada grade I, dan bisa terjadi oliguri atau anuria pada
grade II,III,IV, terjadi perdarahan gusi, pada DHF grade III, IV dapat
terjadi melena.
Pada grade I uji turniket positif, Pada grade III : kulit dingin lembab,
abdomen)
berlebihan
2.6.4 Perencanaan
1. Diagnosa keperawatan 1 :
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36 – 37,5°C dengan tubuh tidak teraba
Intervensi :
intervensi keperawatan
2. Observasi suhu tubuh, pernafasan, denyut nadi, dan tekanan darah setiap
4 jam
32
konduksi
2. Diagnosa keperawatan 2 :
Kriteria hasil : nutrisi pasien terpenuhi yang ditandai dengan nafsu makan
baik, makan habis sesuai porsi yang disediakan, tidak muntah, dan berat
Intervensi :
2. Anjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan porsi sedikit tetapi
sering
33
3. Diagnosa keperawatan 3 :
Kriteria hasil : anak tidak kehausan, turgor kulit elastis, ubun – ubun tidak
Intervensi :
anak
R/ membuat anak ingin patuh terhadap terapi yang diberikan tim medis
4. Diagnosa keperawatan 4:
Kriteria hasil: frekuensi pernafasan dalam batas normal (20-30 x/mnt), tidak
ditemukan suara nafas tambahan, tanda-tanda vital dalam batas normal suhu
Intervensi :
bantu nafas
pernafasan
5. Diagnosa keperawatan 5 :
Intervensi :
sebelumnya
R/ agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak
4. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaat bagi pasien
dilakukan
36
2.6.5 Pelaksanaan
diberikan kepada pasien sesui dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan
keperawatan selama selam 3 x 24 jam dengan intervensi kaji keluhan pasien, rasa
haus, Observasi suhu tubuh, pernafasan, denyut nadi, dan tekanan darah setiap 4
jam, Kompres dengan air dingin biasa (air mengalir), Anjurkan untuk minum air
pada anak, Anjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan porsi sedikit
pengeluaran, berikan minum yang banyak sesuai toleransi anak, observasi tanda-
tanda vital ( suhu tubuh) setiap 4 jam, berikan cairan parenteral sesuai anjuran,
anjurkan orang tua untuk memotivasi dan memberikan minum pada anak.
2.6.6 Evaluasi
telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada bagian ini apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat
juga timbul masalah baru. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
Perdarahan
Hipoksia Risiko perfusi
jaringan jaringan tidak efektif
Risiko kekurangan
Asidosis Metabolik
Volume Cairan
Risiko Syok
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan
TINJAUAN KASUS
menyajikan satu kasus yang penulis amati mulai tanggal 29 Mei 2017 sampai
dengan 31 Mei 2017 dengan data pengkajian pada tanggal 29 Mei 2017 jam
10:00 WIB. Anamnesa diperoleh dari ibu pasien dan file No.Register 52 XX XX
sebagai berikut:
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
beragama islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa indonesia dan jawa
pasien adalah anak pertama dari Tn. M usia 59 tahun dan Ny. F usia 36 tahun.
Pasien tinggal di daerah sidosermo surabaya, orang tua pasien beragama islam
dan pekerjaan ayah swasta dan ibu pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
terkahir ayah SMA dan pendidikan ibu SMP. Pasien MRS tanggal 27 Mei 2017
1. Keluhan Utama
Mei 2017 dan tidak diberikan obat selama dirumah, panas sempat turun.
40
41
karena panas tidak turun dan batuk serta BAB cair 1 kali dan muntah 1
kali dan di puskesmas hanya diberi obat racikan. Setelah itu pada tanggal 27
membawa pasien ke IGD Rumkital Dr. Ramelan pada tanggal 27 Mei 2017
jam 15:00 WIB. Dengan keluhan utama: Demam dan batuk. Setelah
menggunakan brankar, dan pada saat pengkajian tanggal 29 Mei 2017 jam
a. Prenatal Care:
Ibu pasien mengatakan sewaktu hamil rutin kontrol ke rumah sakit dan
mengkonsumsi obat.
42
b. Natal Care:
Ibu pasien mengatakan pasien lahir pada usia kehamilan 9 bulan dengan
bidan.
c. Post Natal:
Ibu pasien mengatakan pada masa nifas tidak ada masalah yang
Ibu pasien mengatakan pada usia 6 tahun pasien menderita Asma. Pada
waktu kecil pasien juga menderita demam dan batuk pilek biasa.
c. Penggunaa Obat-obatan:
e. Alergi:
reaksi bintik – bintik merah di tubuh, alergi udara dingin dengan reaksi
f. Kecelakaan:
g. Imunisasi:
a. Genogram
7 th
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
b. Psikososial keluarga
anaknya bisa cepat sembuh bisa bersekolah lagi seperti dulu, dan ibu
7. Riwayat Sosial
Pasien di asuh oleh orang tuanya, ibu pasien mengatakan saya sendiri yang
teman akrab, tetapi semenjak pasien sakit pasien terlalu lemas untuk
bermain.
8. Kebutuhan Dasar
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya adalah yang terpenting dan jika
b. Kebutuhan Nutrisi
kebiasaan susah makan serta makan kesukaan pasien nasi, ayam goreng
dan bubur sereal. Pada saat masuk rumah sakit di Rumkital Dr. Ramelan
bubur sereal, pasien tidak mau minum dan dipaksa dengan air putih
c. Pola tidur
Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien tidur ± 11 jam
perhari dengan perincian tidur siang pasien dari jam 11.00 – 14.00 WIB,
dan waktu tidur malam jam 21.00 – 05.00 WIB. Kebiasaan pasien
sebelum tidur minum susu. Pada saat MRS di Rumkital Dr. Ramelan
pasien lebih sering tidur waktu tidur pasien ± 9 jam perhari dengan
perincian tidur siang dari jam 12.00 – 14.00 WIB. Dan waktu tidur malam
Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien senang sekali
bermain dengan teman – teman sebayanya dan pasien bermain sepeda saat
tiduran.
Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit BAB pasien 2 x sehari
Ibu pasien mengatakan Pasien paling dekat dengan ibu nya dan pada saat
Ibu pasien mengatakan pasien adalah anak yang baik dan tidak pernah
membantah ketika disuruh dan pasien adalah anak kandung satu - satunya.
tuanya yang menganut agama islam, saat dirumah pasien rajin melakukan
ibadah saat ibu dan bapak melakukan ibadah dan ibu pasien selalu berdoa
Pasien terlihat tidak bisa akrab saat di datangi perawat dan dokter, pasien
a. Cara Masuk
Tanggal 27 Mei 2017 jam 15.00 pasien datang ke IGD Rumkital Dr.
menggunakan brankar
b. Keadaan Umum
Pasien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS 456, pasien hanya
tiduran.
Tanda – tanda vital observasi pasien suhu: 36,8°C , nadi: 97 x/menit, RR:
40 x/menit, TB: 121cm, BB sebelum masuk rumah sakit: 20 kg, pada saat
a. Kepala
b. Mata
reflek terhadap cahaya +/+, lapang pandang kesegala arah, sklera tidak
d. Telinga
Kedua telinga pasien tampak simetris, tidak terdapat serumen pada kedua
Mukosa bibir kering, tidak tampak cyanosis, lidah tidak kotor, lidah warna
merah muda, ovula tidak ada kemerahan, tidak terdapat tonsil, gusi tidak
tampak radang dan tidak ada nyeri telan, pasien tampak batuk.
Leher simetris terpusat pada posisi kepala, tidak ada pembesaran kelenjar
bantu napas, irama napas irreguler, pernafasan cepat dan dangkal, pola
h. Paru
Pada inspeksi pasien ada batuk tidak ada lendir, pada palpasi di dapatkan
i. Jantung
Ics 5 mid klavikula sinistra, irama jantung reguler, tidak ada nyeri dada,
bunyi jantung s1s2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT < 2
detik.
j. Punggung
Pada punggung tidak ada kelainan tulang belakang (skoliosis, lordosis dan
kifosis).
k. Abdomen
Tidak membuncit, tidak ada luka, hepar tidak teraba pembesaran, tidak
m. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Pada pasien tidak terdapat fraktur, ROM tidak terbatas, tidak ada oedema,
5555 5555
n. Pemeriksaan Neorologi
Kesadaran pasien compos mentis, GCS 456, tidak ada kejang, tidak ada
o. Pemeriksaan Integumen
Akral hangat, warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, tidak ada
(14tetes/menit)
50
a. Adaptasi sosial
Pasien tidak akrab dengan orang yang baru dikenal, adaptasi pasien di
rumah sakit pasien tidak dapat berinteraksi dengan perawat dan dokter
b. Bahasa
c. Motorik halus
Pasien sudah dapat bisa menggambar, sudah bisa mewarnai pada gambar,
d. Motorik kasar
Pasien sudah dapat melompat dengan satu kaki tanpa peganggan, dapat
e. Kesimpulan
a. Laboratorium
Widal :
b. Rontgen
ARIS FITRI
Umur : 7 tahun RM : 52 XX XX
Diet
Diit NT PTG
Pasien menghabiskan ± 5 sendok
bubur, pasien minum air ± 200
cc mulai pukul 6 pagi.
3. DS: Stresor Ansietas
Ibu pasien mengatakan cemas (Kurangnya
dengan keadaan anaknya pengetahuan tentang
DO: penyakit anaknya)
- Ibu pasien terlihat bingung
dengan penyakit anaknya
- Ibu pasien selalu bertanya
dengan keadaan anaknya
- Keluarga pasien bekerja
swasta dan ibu rumah tangga
- Pendidikan ayah dari pasien
SMA dan ibu pasien SMP
55
Umur : 7 tahun RM : 52 XX XX
No Tanggal
Masalah Keperawatan Paraf
Ditemukan Teratasi
56
10cc/kolf
Bronkodilator :
- Bisolvon 50 ml ( 15 tts)
- Pulmicort 2 ml ( ½ / 1 ml )
- Ventolin 2,5 mg ( ¾)
57
6. Sajikan makanan dengan variasi 6. Makanan yang menarik dapat
yang menarik menumbuhkan rasa keinginan
makan untuk pasien
3. Ansietas berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga 1. mengetahui seberapa besar
dengan stresor ( kurang asuhan keperawatan selama kecemasan keluarga pasien:
nya informasi tentang 1x24 jam diharapakan perawat harus mengetahui sejauh
penyakit anaknya) keluarga pasien dapat mana keluarga mengetahui
mengerti tentang penyakit tentang penyakit sebelumnya
KH:
- keluarga pasien mengerti 2. Berikan informasi tentang proses 2. agar informasi dapat diterima
dan paham tentang penyakit dengan bahasa yang dengan mudah dan tepat sehingga
penyakit anaknya mudah dimengerti tidak menimbulkan nesalah
- keluarga pasien sudah tidak pahaman
bingung
3. Kaji latar belakang pendidikan 3. agar perawat dapat memberikan
pasien dan keluarga penjelasan sesui dengan tingkat
pendidikann, sehingga penjelasan
dapat dipahami
58
4. Jelaskan semua prosedur yang 4. dengan mengetahui tindakan atau
akan dilakukan dan manfaat bagi prosedur tindakan yang akan
pasien dilakukan
59
3.5 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan
60
1 11.10 - Memberikan oksigen nasal kanul 2 AF
lpm: ditemukan hasil pasien nyaman
61
mg(6 cc/ kolf) + sodium bicarbonate
25 ml(10 cc/kolf) drip infus D5½NS
1000cc/24 jam
62
3 16.30 - Menjelaskan prosedur tindakan
(injeksi, nebulizer, oksigen) yang NS
akan dilakukan dan manfaatnya bagi
pasien, memberikan kesempatan
pada ibu pasien untuk bertanya
63
30 Mei 2017 31 Mei 2017 DX 1
1,2, - Observasi TTV pada pasien 07.00 S: AF
3 07.30 Nadi 100 x/menit AF Ibu pasien mengatakan anaknya
Suhu 36,4°C masih sesak tetapi sudah
RR 36 x/menit berkurang dan masih ada batuk.
O:
1,2, 08.00 - Melakukan injeksi dexamethason 2,5 AF - Pasien tampak batuk grok-grok
3 mg per i.v - Nadi 100 x/menit
- Suhu 36,6°C
1,2, 08.40 - Memberikan obat Aminophyline 24 AF - RR 32 x/menit
3 mg(6 cc/ kolf) + sodium bicarbonate - SPO2 95%
25 ml(10 cc/kolf) drip infus D5½NS - Ronchi berkurang
1000cc/24 jam - Terpasang oksigen nasal 2 lpm
A:
2 08.50 Melakukan observasi nutrisi dan masalah teratasi sebagian
makanan, minuman yang disukai AF P:
ditemukan hasil 1 porsi tidak habis intervesi dilanjutkan 2,3,4 dan 5
pasien hanya makan ± 4 sendok,
pasien minum susu soya dan air
putih 500 cc.
64
sdt per oral
65
SPO2 95%
NS
1 17.00 - Melakukan nebulizer ventolin ¾ +
bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc DX 3
S:
2,3 17.20 - Melakukan observasi makanan NS Ibu pasien mengatakan cemas
pasien pasien menghabiskan ± 6 sudah berkurang
sendok porsi dari yang disediakan ,
minum 240 ml O:
- Ibu pasien sudah tidak terlihat
3 20.00 - Meberikan motivasi tentang NS bingung dengan penyakit
penyakit yang diderita pasien anaknya
- Ibu pasien selalu bertanya AF
dengan keadaan anaknya
1,2 22.00 - Membantu ibu pasien memberi NS - Ibu pasien tampak tenang
makanan dan minuman sedikit tapi
sering A:
masalah teratasi sebagian
1 23.00 - Memberikan obat oral Mucos 1½ sdt NS P:
Intervensi dipertahankan 1,2,3,4
1,2, 05.30 - Observasi TTV Pada pasien dan 5
3 Nadi 96 x/menit NS
Suhu 36,6°C
RR 32 x/menit
SPO2 95%
66
31 Mei 2017 1 Juni 2017 DX 1
- Observasi TTD Psien ditemukan hasil 07.00 S:
1,2, 08.00 Nadi 110 x/menit Ibu pasien mengatakan anaknya
3 Suhu 37°C AF sudah tidak sesak tetapi masih AF
RR 32 x/menit batuk.
SPO2 95% O:
- Pasien tampak batuk grok-
- Melakukan observasi nutrisi dan makanan grok
2 08.15 pada pasien ditemukan hasil ¼ porsi habis AF - Pasien tampak batuk
minum 250 cc dari jam 05.00 pagi mengelurkan sputum
- Nadi 110 x/menit
1,2, - Melakukan injeksi dexamethason 2,5 mg AF - Suhu 36,4°C
3 08.30 per i.v - RR 28 x/menit
- SPO2 96%
2 08.35 - Menganjurkan ibu untuk memberikan - Keadaan pasien baik
minum yang cukup diselingi sari buah- AF - tidak tampak pernafasan
buahan seperti jus jambu pergerakan dinding perut
- tidak tampak pernafasan
2 08.35 - Menimbang BB Pasien ditemukan hasil 17 AF cuping hidung
kg - tidak terpasang oksigen
67
1 11.30 - Mengkaji saluran pernapasan, suara nafas, AF
observasi, irama nafas, pergerakan dada
pada pasien ditemukan hasil RR 30 DX 2
x/menit bunyi nafas vesikuler irama nafas S: AF
teratur, tidak terdapat pernafasan Ibu pasien mengatakan anaknya
pergerakan cuping hidung, tidak ada sudah mau makan
pergerakan dinding perut, suara ronchi O:
samar, pergerakan dada simetris - BB MRS: 17 kg
- Mukosa bibir kering
1,2 11.30 - Melakukan pemberian obat oral : Mucos AF - Nafsu makan menurun
1½ sdt dan paracetamol 200 mg per oral - Mual berkurang
- Diit NT PTG. Pasien makan
1,2, 11.50 - Observasi TTV pada pasien menghabiskan ¼ porsi dari
3 Nadi 97 x/menit AF yang disediakan , minum 150
Suhu 36,3°C ml
RR 30 x/menit
SPO2 96% A:
masalah teratasi sebagian
1,2, 12.05 - Melepas oksigen nasal ditemukan pasien P:
3 tidak mengalami sesak dan dapat bernafas AF intervesi dilajutkan 1,2,3,4,5 dan 6
secara teratur
68
- Melakukan observasi nutrisi pada pasien
2 15.00 hasil pasien makan ¼ porsi dari yang NS
disediakan dan air putih 100 cc DX 3
S:
- Melakukan observasi saluran pernapasan NS Ibu pasien mengatakan sudah AF
1 15.40 pada pasien ditemukan hasil RR 30 mengerti dengan keadaan anaknya
x/menit, SPO2 95% D:
- Ibu pasien sudah tidak
- Melakukan nebulizer ventolin ¾ + terlihat bingung dengan
1 15.50 bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc NS penyakit anaknya
- Ibu pasien tampak lebih
- Observasi TTV pada pasien ditemukan tenang
1,2, 16.00 hasil: A:
3 Nadi 110 x/menit NS masalah teratasi sebagian
Suhu 36,9°C P:
Intervensi dipertahankan 1,2,3,4
- Melakukan observasi kecemasan pada ibu dan 5
3 16.15 pasien ditemukan hasil: ibu pasien sudah
mengerti tentang penyakit dengue NS
hemorargic fever yang menimpa anaknya HE:
- Anjurkan ibu untuk memberikan
- Observasi TTV pada pasien ditemukan minum secukupnya dan di selingi
1,2, 20.00 hasil: minum sari buah-buahan.
3 Nadi 97 x/menit - Anjurkan untuk istirahat yang AF
Suhu 37,1°C NS cukup
RR 35 x/menit - Upayakan untuk memberikan
SPO2 93 % makan dan sajikan makanan yang
menarik serta makan yang disukai
69
pasien agar pasien tertarik untuk
2 21.30 - Membantu ibu pasien memberi makanan NS Makan
dan minum sedikit tapi sering - Anjurkan ibu untuk tidak
memberikan jajanan Snack pada
1 22.00 - Mengkaji saluran pernapasan pada pasien NS anak
ditemukan hasil RR 30 x/menit bunyi - Memberikan pendidikan
nafas vesikuler irama nafas teratur kesehatan tentang pencegahan
NS DHF dirumah seperti 3M Plus
1,2 22.05 - Memberikan posisi yang nyaman pada
pasien semi fowler: ditemukan pasien
nyaman dengan posisinya
NS
1 23.00 - Memberikan obat Mucos 1½ sdt per oral
70
71
a. Diagnosa 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak tetapi sudah berkurang dan
O : Pasien tampak batuk grok-grok , nadi 100 x/menit, suhu 36,6°C, RR 32,
diobservasi)
b. Diagnosa 2
diobservasi)
HE :
c. Diagnosa 3
anaknya)
O: Ibu pasien sudah tidak terlihat bingung dengan penyakit anaknya, Ibu pasien
PEMBAHASAN
yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan
4.1 Pengkajian
untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien sehingga klien dan keluarga
dapat menyerang semua orang baik laki–laki maupun perempuan sebagian besar
adalah laki-laki paling sering menyerang pada anak–anak dengan usia <15 tahun.
Pada tinjauan kasus pasien berusia 7 tahun dimana memang pada usia sekolah ini
bahwa anak usia sekolah memang belum memperhatikan mana lingkungan yang
bersih mana lingkungan yang kotor, pada usia sekolah anak mencari lingkungan
73
74
Pada tinjauan kasus keluhan utama pada saat pengkajian pasien batuk dan
sesak nafas. Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati (2010) biasanya ditandai
dengan panas tinggi selama 2-7 hari dan anak lemah. Dari data tinjauan kasus
pasien mengalami sesak karena pasien memiliki alergi pada suhu dingin karena
AC ruangan dan sesak bukan dari gradenya penyakit DHF menurut Ambarwati &
Nasution (2015) pada DHF terkadang sesak nafas, pada grade III dan IV jika
terjadi komplikasi biasanya pada gambaran foto thorak terjadi penumpukan cairan
pada paru (efusi pleura), rates, Ronchi yang biasanya pada grade III dan IV dan
pasien masih dalam grade I yang mengalami demam disertai gejala klinis lain atau
terdapat suara rochi di lobus kiri, hasil laboratorium pada tanggal 28 Mei 2017
trombosit 153 10^3/UL, trombosit yang menurun dapat terjadi perdarahan dan
Hematokrit 39,4%, hasil dari hematokrit dapat mengetahui imun tubuh pada
pasien. Berhubung pasien mengalami sesak pasien di pasang oksigen nasal 2 lpm.
Pada tinjauan kasus Pasien mempunyai Asma pada usia 6 tahun. Pada
waktu kecil pasien juga menderita deman dan batuk pilek biasa, Pasien belum
pernah dirawat dirumah, pasian mengkonsumsi obat dari dokter dan tidak pernah
dengan reaksi bintik – bintik merah di tubuh, alergi udara dingin dengan reaksi
sesak, tidak ada alergi makanan. Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati
75
(2010) Penyakit apa saja yang pernah di derita, meliputi penyakit waktu kecil, apa
pernah dirawat dirumah sakit, obat yang bisa digunakan, alergi. Pada DHF anak
bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
Keadaan umum tanda – tanda vital pada tinjauan kasus Pasien terlihat
lemah, kesadaran compos mentis, GCS 456, pasien hanya tiduran, Tanda – tanda
vital observasi pasien suhu: 36,8°C , nadi: 97 x/menit, RR: 40 x/menit, TB:
121cm, BB sebelum masuk rumah sakit: 20 kg, pada saat masuk rumah sakit 17
Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati (2010) Keadaan umum tanda – tanda
vital : adanya peningkatan suhu tubuh, diwaspadai peningkatan suhu tubuh yang
terlalu tinggi dapat menimbulkan kejang. Pada saat pengkajian pasien tidak
mengalami peningkatan suhu tubuh (hipertermi) suhu pasien 36,8°C, pada saat
Pada tinjauan kasus kebutuhan nutrisi sebelum masuk rumah sakit pasien
makan 3 x sehari, menghabiskan satu porsi menu yang disediakan dan pasien
kebiasaan susah makan serta makan kesukaan pasien nasi, ayam goreng dan
bubur sereal. Pada saat masuk rumah sakit pasien tidak nafsu makan dan mual di
menimbulkan mual muntah, pasien tidak mau minum. Pada tinjauan pustaka
menurut Kemenkes RI (2014) Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang
disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan
76
aktivitas fisik, misalnya olahraga, bermain. Kebutuhan nutrisi pada kelompok ini
Dari tinjauan kasus pasien pasien sebelum masuk rumah sakit BAB pasien
BAK frekuensi 5x sehari warna kuning jernih. Pada saat MRS saat pasien belum
pernah BAB. Pasien BAK 4x ±900 cc, warna kuning. Pada tinjauan pustaka
konstipasi atau diare karena pada pasien tanda dan gejala menunjukkan pada
grade 1.
4.1.6 Integumen
Pada pemeriksaan integumen tidak ada oedema, Akral hangat, warna kulit
sawo matang, tidak terdapat petekie, turgor kulit elastis, terpasang infus D5 ½ NS
1000 cc/24 jam (14tetes/menit). Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati (2010)
Pada grade I uji turniket positif, Pada grade III kulit dingin lembab, pada grade II
mialgia/nyeri otot, nyeri tulang, akral dingin, turgor kulit menurun dan pada
per system. Pada pemeriksaan per system : Kepala, Keadaan rambut dan Hygiene
kepala bersih, rambur panjang, warna rambut hitam. Tidak ada benjolan, dan
tidak ada lesi, mata pada pemeriksaan fisik gerakan mata pasien normal,
77
konjungtiva anemis, reflek terhadap cahaya +/+, lapang pandang kesegala arah,
sklera tidak ikhterik, tidak terdapat benjolan kelopak mata, Hidung & Sinus posisi
penciuman baik, Telinga kedua telinga pasien tampak simetris, tidak terdapat
serumen pada kedua telinga, pendengaran pasien baik, tidak terpasang alat bantu
dengar, mulut dan tenggorokan mukosa bibir kering, tidak tampak cyanosis, lidah
tidak kotor, lidah warna merah muda, ovula tidak ada kemerahan, tidak terdapat
tonsil, gusi tidak tampak radang dan tidak ada nyeri telan, pasien batuk, Tengkuk
dan Leher simetris terpusat pada posisi kepala, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan tidak ada pembesaran kelenjar thyrod, Pemeriksaan Thorax dan
dada bentuk dada normonchest, pergerakan simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu napas, irama napas irreguler, pernafasan cepat dan dangkal, pola napas
dispnea, pernafasan dinding perut, Paru pada inspeksi pasien ada batuk tidak ada
sonor, pada auskultasi ditemukan suara napas ronchi di lobus kiri, Jantung Ics 5
mid klavikula sinistra, irama jantung reguler, tidak ada nyeri dada, bunyi jantung
s1s2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT < 2 detik, Punggung pada
punggung tidak ada kelainan tulang belakang (skoliosis, lordosis dan kifosis),
Abdomen tidak membuncit, tidak ada luka, hepar tidak teraba pembesaran, tidak
ada nyeri tekan, bising usus meningkat, Genitalia dan Anus Pasien berjenis
Muskuloskeletal, pada pasien tidak terdapat fraktur, ROM tidak terbatas, tidak ada
tidak ada kejang, tidak ada kelainan pada saraf, Pemeriksaan Integumen Akral
78
hangat, warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, tidak ada oedema, tidak
terdapat petekie, terpasang infus D5½ NS 1000 cc/ 24 jam( 14tetes/menit). Pada
Breath) Suara serak, ada batuk dan pilek, terkadang sesak nafas, pada grade III
dan IV jika terjadi komplikasi biasanya pada gambaran foto thorak terjadi
penumpukan cairan pada paru (efusi pleura), rates, Ronchi yang biasanya pada
grade III dan IV, Cardiovaskuler (B2: Blood) Derajat III kegagalan sirkulasi: nadi
cepat dan lemah, hipotensi, derajat IV renjatan berat, denyut nadi dan tekanan
gusi, hematemesis, dan melena, terdapat sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung
jari; hidung, telinga, dan kaki pada grade IV, Persyarafan (B3 : Brain) Kesadaran
Mual, muntah, malaise, anoreksia, pembesaran hati, nyeri perut, nyeri telan, diare
dan terjadi perdarahan telings pada grade II,III,IV, terjadi perdarahan gusi, pada
DHF grade III, IV dapat terjadi melena, Integument (B6 : Bone) Pada grade I uji
turniket positif, Pada grade III : kulit dingin lembab, pada grade II terdapat
Pada tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapat keselarasan bahwa pada
pasien terdapat mukosa bibir kering, mata anemis dapat dibuktikan dengan hasil
tidak semua keluhan yang ada pada teori selalu muncul pada kasus nyata karena
sedangkan pada kasus nyata disesuaikan dengan keluhan yang dialami pasien
abdomen)
berlebihan
Dari semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka tidak semua ada
pada tinjauan kasus. Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan
kasus yaitu:
Karena pada pasien DHF sering terdapat sesak pada grade III dan IV
penumpukan cairan pada paru (efusi pleura) tetapi pada pasien terjadi
rumah sakit.
penyakit anaknya)
Pada pasien DHF sering kali pasien atau keluarga kurang mengerti
Sedangkan diagnosa keperawatan tidak muncul pada kasus nyata dan tetap
abdomen)
berlebihan
tinjauan kasus atau pada kasus nyata bahkan tidak muncul pada kedua-duanya,
4.3 Perencanaan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada
Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada
yang ditampilkan antar tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan
namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria
membaik. Kriteria hasil: frekuensi pernafasan dalam batas normal (20-30 x/mnt),
tidak ditemukan suara nafas tambahan, tanda-tanda vital dalam batas normal suhu
nutrisi pasien terpenuhi yang ditandai dengan nafsu makan baik, makan habis 1
porsi sesuai porsi yang disediakan, tidak muntah, dan berat badan stabil atau
SMRS:20 kg, BB MRS: 17kg, TB: 121 cm, Hb: 13,6 g/dL, Mukosa bibir kering
dapat mengerti tentang penyakit. Kriteria hasil keluarga pasien sudah tidak
bertanya tentang penyakit anaknya, ekspresi wajah keluarga sudah tidak cemas.
Pada tinjuan kasus setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam ada
peningkatan Ibu pasien mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaan anaknya
dan Ibu pasien sudah tidak terlihat bingung dengan penyakit anaknya, Ekspresi
wajah ibu pasien sudah tidak terlihat cemas antara teori dan kasus nyata pada
4.4 Pelaksanaan
pelaksanaan telah disusun dan direlisasikan pada klien dan ada pendokumentasian
terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada
tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang
sebenarnya.
faktor penghambat yang penulis alami. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan
84
keperawatan yaitu antara lain: adanya kerja sama yang baik antara dokter dan
perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana
yang meunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan yang baik
terhadap penulis.
dan pola nafas nadi 97 x/menit, suhu 36,8°C , RR 40 x/menit, SPO2 89%, irama
napas irreguler, pernafasan cepat dan dangakal, pola napas dispnea, Memberikan
oksigen nasal kanul 2 lpm, Memberikan posisi semi fowler pada pasien,
ditemukan hasil: RR 36 x/menit Nadi SPO2 95% terdapat ronchi di lobus kiri,
ml(10 cc/kolf) drip infus D5½NS 1000cc/24 jam, Melakukan nebulizer ventolin ¾
+ bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc. Pada Ketidak seimbangan nutrisi nutrisi kurang
kg, TB: 121 cm, Memberikan makanan yang disukai dan minuman sedikit tapi
sering kepada pasien, Melakukan riwayat nutrisi dan makanan yang disukai:
ditemukan hasil pasien makan ± 5 sendok bubur dan minum ± 150 cc, ansietas
Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien dan perawat
dengan keluarga dan memperkenalkan diri kepada keluarga dan pasien, Mengkaji
kecemasan keluarga ditemukan hasil: ibu pasien masih bingung dengan penyakit
85
anak nya, Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi
informasi kepada keluarga pasien tentang penyakit anaknya ditemukan ibu pasien
4.5 Evaluasi
merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan
dengan hiperventilasi belum berhasil baru teratasi sebagian dalam 2x24 jam
tindakan telah dilaksanakan tetapi pasien masih merasa sesak sehingga pasien
butuh tambahan waktu beberapa hari dirawat untuk diobservasi lebih lanjut
sehingga masalah dapat teratasi. Pada tanggal 31 Mei 2017 saat di observasi
Suhu 36,3°C, RR 30 x/menit. SPO2 96%, Keadaan pasien baik, tidak tampak
baru teratasi sebagian 3 x 24 jam sehingga pasien butuh tambahan waktu beberapa
86
hari dirawat untuk diobservasi lebih lanjut sehingga masalah teratasi. Pada tanggal
31 Mei 2017 saat pasien di observasi BB MRS: 17 kg, Mukosa bibir kering nafsu
makan menurun, Diit NT PTG. Pasien makan menghabiskan ¼ porsi dari yang
informasi tentang penyakit anaknya Sudah teratasi dalam waktu 1x24 jam
PENUTUP
Fever (DHF) di Ruang V Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, maka penulis dapat
(DHF).
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien
(hipertermi), pasien sudah melewati fase kritis panas hari ke 4-5 sehingga
sudah tidak terjadi peningkatan suhu tubuh tetapi pasien masih berada
pada fase konvalesen. Pasien panas pada waktu sebelum masuk rumah
sakit dan sudah dibawa berobat ke puskesmas. Pasien sesak nafas, batuk
(+), ronchi di dada sebelah kiri, batuk grok-grok, pasien terdapat alergi
obat antrain dan udara dingin, pasien juga tidak mau makan minum bila
tidak di paksa makan 5 sendok bubur dan minum 200 cc,mukosa bibir
lpm, dengan posisi pasien semi fowler, adanya pernafasan cuping hidung,
87
88
irama napas irreguler, pernafasan cepat dan dangakal, pola napas dispnea,
ada pergerakan pernafasan dinding perut, BAB belum pernah, Pasien BAK
penyakit anaknya)
tidak cemas.
89
5. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya kerjasama
yang baik antara, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi An.M sudah
5.2 SARAN
berikut:
yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
ketrampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim kesehatan
DHF.
90
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian, 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak, edisi
revisi, Salemba Medika: Jakarta
Ambarwati, FR, Nasution, Nita, 2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi &
Balita, Cakrawala ilmu: Yogyakarta
Chomaria, Nurul, 2015. Panduan Terlengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5
Tahun, Cinta: Surakarta
Marni, 2016. Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Tropis, Erlangga : Jakarta
Najmah, 2016. Epidemiologi Penyakit Menular, Trans Info Media: Jakarta Timur
Putra, S.D, 2014. Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang; Pengkajian dan
Pengukuran, Nuha Medika: Yogyakarta
Wiryana, 2007, ‘Nutrisi pada penderita sakit kritis: tinjauan historis’, journal
Peny Dalam, Vol. 8, no. 2
Suriadi & Yuliani Rita, 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak, edisi 2, Sagung
Seto: Jakarta
Sudarti, 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak, Nuha Medika:
Yogyakarta
Wartonah & Tarwoto, 2015. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan,
edisi 5, Salemba Medika: Jakarta
Lampiran 1
Sub pokok pembahasan : Penyakit Dengue Hemoragic Fever Dan Cara Pencegahannya
I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan orang tua pasien atau keluarga memahami Dengue
Hemoragic Fever (DHF) pada anak.
III. Materi
Materi penyuluhan terlampir.
94
IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab
V. Media
Leaflet
VII. Evaluasi
1. Evaluasi struktur.
2. Evaluasi proses.
3. Evaluasi hasil.
Keluarga pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat, keluarga pasien
.
96
MATERI PENYULUHAN
1. Menguras tempat penampungan air yang terdapat dalam rumah dan sekitar seperti
bak mandi, tempayang,ember, vas bunga, tempat minum burung, dll agar jentik
nyamuk Aedes Aegypty mati.
2. Menutup semua wadah air agar nyamuk Aedes Aegypty tidak dapat masuk dan
bertelur
3. Mengubur dan memusnahkan barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat
menampung air hujan seperti ban bekas, kaleng bekas, dll agar tidak menjadi
tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegypty.
- Plus menggunakan obat nyamuk sebelum tidur dan sebelum berpergian.
- Memberantas nyamuk Aedes Aegypty
a. Penyemprotan nyamuk dengan zat kimia
b. Pengasapan dengan insektisida(Fogging)
c. Memberi ikan cupang pada tempat penampungan air
d. Menaburkan serbuk ABATE untuk memberantas jentik nyamuk sesuai takaran
yang tepat yakni 1 bungkus ABATE untuk 10 L air.
- Lakukan pemantauan secara rutin terhadap kegiatan pencegahan ini minimal 1
minggu sekali!
98
Lampiran 2
Prinsip enam benar dalam pemberian obat adalah benar obat, benar dosis,
obat secara intravena merupakan pemberian obat yang sangat berbahaya. obat
tersebut bereaksi dengan cepat karena obat masuk kedalam sirkulasi klien secara
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Tempat injeksi
4. Peralatan
Sarung tangan
Bak spuit
Plester
Perlak pengalas
Bengkok
5. Prosedur kerja
Cuci tangan
100
Kaji inspirasi pasien serta eksplorasi dan validasi perasaan pasien serta
ketidaknyamanan pasien
Salam terapeutik
Identifikasi pasien
Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan.
gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm.
Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
101
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit
Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
penusukan
betadin
Cuci tangan