Anda di halaman 1dari 118

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.M USIA SEKOLAH DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DENGUE HEMORARGIC FEVER GRADE 1
DI RUANG 5 RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Oleh:

ARIS FITRI HIDAYATI


NIM. 142.0012

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.M USIA SEKOLAH DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DENGUE HEMORARGIC FEVER GRADE 1
DI RUANG 5 RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Karya Tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

ARIS FITRI HIDAYATI


NIM. 142.0012

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017

i
SURAT PERNYATAAN

Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

karya tulis ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya.

Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes

Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 20 Juni 2017

ARIS FITRI HIDAYATI


NIM. 142.0012

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : ARIS FITRI HIDAYATI

Nim : 142.0012

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada anak dengan Diagnosa Dengue


Hemorrhagic Fever (DHF) di Ruang 5 Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat


menyetujui bahwa studi kasus ini diajukan dalam sidang guna memenuhi
sebagaian persyaratan untuk memperoleh gelar:

AHLI MADYA KEPERAWATAN (Amd.Kep)

Surabaya, 20 Juni 2017

Pembimbing

Dini Mei W, M.Kep.,Ns


NIP .03.0011

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Tanggal : 20 Juni 2017

iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dari:

Nama : ARIS FITRI HIDAYATI


Nim. : 142.0012
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada anak dengan Diagnosa
Medis Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Ruang 5
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah Stikes Hang
Tuah Surabaya, pada:
Hari, tanggal : Selasa, 20 Juni 2017
Bertempat di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Dan dinyatakan Lulus dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN pada Prodi D-III
Keperawata Stikes Hang Tuah Surabaya

Penguji I : Dini Mei W, M.Kep.,Ns


NIP. 03.0011

Penguji II : Luluk Sri Wahyuni.,S.Kep.,Ns


Lettu Laut(K/W)Nrp. 20321/P

Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan

Dya Sustrami, S.Kep., Ns, M.Kes.


NIP. 03.007

Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 20 Juni 2017

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Ketika engkau mengeluh tentang hidup hari-harimu, ingatlah ada

seseorang disana (ibu dan ayah) yang tidak pernah mengeluh mencari

kebutuhan hidupmu.“

“ Terkadang kita harus melewati hal terburuk dulu baru kemudian hari

akan dapat yang terbaik.”

Kupersembahkan karya yang sederhana ini kepada :

1. Ibu bapak tersayang yang telah membesarkan saya dengan cinta dan

kasih sayang tulus, mendidik dan membimbing dalam kesempurnaan

sikap serta memberi dorongan moral maupun material untuk

pendidikan dan kehidupan saya.

2. Kakakku dan adik-adiku tersayang yang selalu memberikan semangat

dan dukungan untuk langkah-langkah di hidup saya.

3. Semua dan keluarga saya yang selalu memotivasi dan mendoakan

saya.

4. Madrasahku (Relina, Lilis, Putu, Esty, Suwinda, Mada) dan Dearby B

yang selalu memberikan semangat dan dukungannya serta mengisi

hari-hari saya dengan canda tawanya.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

program Ahli Madya Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya tulis bukan

hanya karena kemampuan penulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari

berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya

penulisan, oleh karena itu pada kesempatan itu penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Laksamana Pertama TNI dr. I Dewa Gede Nalendra DI, Sp. B., Sp. BTKV

(K)., selaku Kepala Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, yang telah

memberikan ijin dan lahan praktik untuk penyusunan karya tulis dan

selama kami berada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Surabaya.

2. Kolonel Laut (Purn) Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep, selaku Ketua Stikes

Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami

untuk praktik di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dan menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

vi
3. Ibu Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Kepala Program Studi D-III

Keperawatan yang selalu memberikan dorongan penuh dengan wawasan

dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

4. Ibu Dini Mei W, M.Kep.,Ns, selaku pembimbing I yang dengan tulus

ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian

dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Luluk Sriwahyuni, S.Kep.,Ns, selaku pembimbing II, yang dengan

tulus ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

6. Bapak dan ibu dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan

bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan

makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, juga kepada

seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan penulis

selama menjalani studi dan penulisannya.

7. Perpustakaan Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah menyediakan

sumber pustaka dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

8. Keluarga yang selalu mendukung dan memberi dorongan, semangat serta

do’a yang tak terkira selama proses pendidikan di Stikes Hang Tuah

Surabaya.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan Stikes Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan dorongan semangat sehingga karya tulis

ilmiah ini dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan semoga

hubungan persahabatan tetap terjalin.

vii
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT

membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik

yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca

terutama bagi Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 20 Juni 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i


SURAT PERNYATAAN .....................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .........................................................................v
KATA PENGANTAR .........................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ix
DAFTAR SKEMA................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
DATAR GAMBAR ............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... .xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.5 Metode Penulisan ....................................................................................... 7
1.6 Sitematika Penulisan .................................................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit ........................................................................................ 9
2.1.1 Pengertian DHF................................................................................10
2.1.2 Etiologi ............................................................................................10
2.1.3 Klasifikasi ........................................................................................10
2.1.4 Manifestasi Klinis ...........................................................................11
2.1.5 Tanda Dan Gejala ...........................................................................12
2.1.6 Patofisiologi ....................................................................................13
2.1.7 Diagnosa Banding............................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan ...............................................................................15
2.1.10 Komplikasi ....................................................................................17
2.1.11 Pencegahan ...................................................................................17
2.1.12 Ciri – Ciri Nyamuk Aedes Aegypti................................................19
2.2 Konsep Anak.............................................................................................20
2.2.1 Pengertian Tumbuh Kembang........................................................ .20
2.2.2 Tumbuh Kembang Anak Usia 7 Tahun.......................................... ..21
2.3 Hospitalisasi .............................................................................................23
2.4 Imunisasi ..................................................................................................24
2.4.1 Pengertian Imunisasi .......................................................................24
2.4.2 Jenis Vaksin......................................................................................24
2.4.3 Lokasi Pemberian .............................................................................26
2.5 Nutrisi Pada Anak Usia Sekolah ...............................................................26
2.5.1 Pengertian .....................................................................................26

ix
2.5.2 Tujuan Pemberian Nutrisi ............................................................27
2.5.3 Karakteristik Terkait Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi......27
2.6 Asuhan Keperawatan ...............................................................................27
2.6.1 Pengkajian ....................................................................................27
2.6.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................30
2.6.3 Perencanaan...................................................................................31
2.6.4 Pelaksanaan ...................................................................................36
2.6.5 Evaluasi ........................................................................................37
2.7 Kerangka Masalah.....................................................................................38

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ................................................................................................40
3.2 Analisa Data .............................................................................................53
3.3 Prioritas Masalah ......................................................................................55
3.4 Rencana Keperawatan ..............................................................................56
3.5 Tindakan Keperawatan .............................................................................60
3.6 Evaluasi Sumatif .......................................................................................71

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .................................................................................................73
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................79
4.3 Perencanaan...............................................................................................81
4.4 Pelaksanaan ...............................................................................................83
4.5 Evaluasi .....................................................................................................85

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................87
5.2 Saran..........................................................................................................89

DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka .................................................................................................... 91
LAMPIRAN

x
DAFTAR SKEMA

2.7 Kerangka Masalah.....................................................................................38

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Tumbuh Kembang Anak ......................................................21

Tabel 3.1 Terapi obat .........................................................................................52

xii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Perjalanan penyakit infeksi dengue ...........................................................12

2.2 Patofisiologi penyakit Dengue Hemorragic Fever ....................................14

2.3 Nyamuk Aedes aegypti ..............................................................................20

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan................................................................ 93

Lampiran 2 Standard Operasional Prosedur Pemberian Obat melalui IV .......... 98

Lampiran 3 Leaflet penyuluhan ..........................................................................102

xiv
DAFTAR SINGKATAN

DHF : Dengue Hemorrhagic Fever

BAK : Buang Air Kecil

BAB : Buang Air Besar

C : Celcius

GCS : Glasgow Coma Scale

IV : Intra Vena

MRS : Masuk Rumah Sakit

N : Nadi

RR : Respiratory Rate

S : Suhu

mmHg : Mili Meter Air Raksa

O2 : Oksigen

TTV : Tanda-tanda vital

RBC : Eritrosit

HGB : Hemoglobin

HCT : Hematokrit

WBC : Leukosit

PLT : Trombosit

NT PTG: Nasi Tim Pantang

PASI : Pendamping ASI

xv
BB : Berat Badan

SPO2 : Saturasi Darah

DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus

BCG : Bacille Calmette Guerin

Dr : Dokter

ROM : Range Of Motion

° : Derajat

± : Kurang Lebih

TB : Tinggi Badan
Kg : Kilo Gram
PJ : Panjang Janin
IGD : Instalasi Gawat Darurat
SOAP : Subjective, Objective, Assessment, Planning

CRT : Cardic Resynchronization Therapy

SMRS : Sebelum Masuk Rumah Sakit

Lpm : Liter per menit

KLB : Kejadian Luar Biasa

IR : Incidence Rate/ angka kesakitan

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus

dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari

genus Aedes, seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah

vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak ditemukan.

Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah

terinfeksi virus tersebut(Najmah, 2016). Menurut Marni (2016) Demam berdarah

dengue atau dengue hemorragic fever merupakan suatu penyakit infeksi yang

disebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus (artharopad – borne

virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus serta penyebarannya sangat cepat. Penyakit virus berat yang ditularkan

oleh nyamuk endemik sehingga infeksi virus dengue, merupakan masalah

kesehatan global. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang jumlah penderita cenderung

meningkat dan penyebarannya semakin meluas. Penyakit DBD atau DHF

merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. Di Indonesia

penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah

yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber

penyebaran penyakit ke wilayah lain, setiap kejadian luar biasa DBD umunya

dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi

penyebaran penyakit DBD diperlukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk

1
2

(PSN) yang terus menerus, pengasapan (fogging) dan larvasidasi. Penyakit DBD

mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak

pasien yang meninggal (Widoyono, 2011).

Dari data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa golongan

terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia adalah pada usia 5-14 tahun. Dari

profil kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak

129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (Incidence Rate)

sebesar 50,75 per 100.000 penduduk. Sedangkan CFR pada KLB dengue

hemorarrgic fever pada tahun 2015 adalah 0,83%. Dibandingkan dengan tahun

2014 dengan incidence rate provinsi Jawa Timur atau angka kesakitan DBD

mengalami penurunan yakni 39,80 per 100.000 penduduk pada tahun 2013

sebesar 45,85 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 angka kematian 1,16%.

Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi tahun 2015 yaitu Bali sebesar

257,75, Kalimantan Timur sebesar 188,46, dan Kalimantan Utara sebesar 112.00

per 100.000 penduduk. Kematian akibat DBD di kategorikan tinggi jika CFR

>1%. Dengan demikian tahun 2015 terdapat 5 provinsi yang memiliki CFR tinggi

yaitu Maluku (7,69%), Gorontalo (6,06%), Papua Barat (4,55%), Sulawesi Utara

(2,33%), dan Bengkulu (1,99%). Pada provinsi tersebut masih upaya peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM

kesehatan di rumah sakit dan puskesmas(dokter,perawat) termasuk peningkatan

sarana-sarana penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-

sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan menurut jumlah kematian, jumlah

kematian tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak 283 kematian, diikuti oleh

Jawa Tengah 255 kematian dan Kalimantan Timur 65 kematian. Dalam tiga
3

dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut di berbagai

negara yang dapat menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%. Kejadian luar

biasa penyakit telah sering dilaporkan dari berbagai negara. Penyakit dengue

terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis(Ikatan Dokter Anak Indonesia,

2014). Di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya jumlah pasien yang di Ruang Pav V

pada tahun 2016 mencapai 119 kasus, sedangkan pada tahun 2017 bulan januari

sampai april terdapat 29 kasus.

Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Dengue disebabkan

oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan

nyamuk dari genus Aedes, seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus

mengakibatkan peningkatan suhu tubuh atau demam didertai dengan mual,

muntah, malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri kepala, nyeri perut, mialgia/ nyeri

otot, suara serak, batuk, dan disuria. Pada kondisi parah ditandai dengan adanya

perdarahan dibawah kulit karena kebocoran plasma, epitaksis, hemoptisis,

pembesaran hati, ekimosis, purpura, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.

Masalah yang perlu diperhatikan adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, peningkatan suhu tubuh(hipertermi), risiko kekurangan volume

cairan (Marni, 2016). Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah

Dengue jika tidak ditangani dengan cepat maka akan menimbulkan komplikasi

yang lebih lanjut, yaitu perdarahan masif dan dengue shock syndrome(DSS) atau

sindrome syok dengue (SSD) sampai berakibat kematian penderita.

Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Dengue dapat

dicegah dengan pembersihan jentik seperti program pemberantasan sarang

nyamuk (PSN), larvasidasi atau serbuk ABATE, menggunakan ikan (ikan kepala
4

timah, cupang, sepat), dan pencegahan gigitan nyamuk, yakni menggunakan

kelambu, menggunakan obat nyamuk (bakar, oles), tidak melakukan kebiasaan

berisiko (tidur siang, menggantungkan baju) dan penyemprotan. Pasien DHF

perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan pengobatan yang menandai (perlu

di infus). Pencegahan penyakit DHF perlu dilakukan dengan cara pemberantasan

jentik nyamuk dan pencegahan gigitan nyamuk, Keberhasilan pencegahan

penyakit DHF dengan cara pemberantasan jentik nyamuk dan pencegahan gigitan

nyamuk sudah banyak terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka

kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. Oleh karena itu perawat dapat

meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang penyakit Dengue

Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Dengue dengan memberikan

penyuluhan tentang pencegahan penyakit Dengue Hemorrhagic Fever melalui

kader posyandu, kader desa maupun ditempat sekolah untuk pencegahan penyakit

Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Dengue.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis

akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan

Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Dengue dengan membuat

rumusan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak

dengan diagnosa medis Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di ruang 5 Rumkital

Dr. Ramelan Surabaya”


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan

diagnosa Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di ruang 5 Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji klien dengan diagnosa Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di

ruang 5 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) di ruang 5 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) di ruang 5 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) di ruang 5 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

5. Mengevaluasi klien dengan diagnosa Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

di ruang 5 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) di ruang 5 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


6

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat:

1.4.1 Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF).

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

1. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil karya tulis ilmiah ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan baik.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan karya tulis ilmiah pada asuhan

keperawatan pada pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).

Sebagai bahan evaluasi untuk penelitian yang akan datang.

3. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik, tentang asuhan keperawatan pada pasien

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).


7

1.5 Metode Penulisan

1. Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang

mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

keperawatan dengan langkah-langkaah pengkajian, diagnosis, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan klien,

keluarga maupun tim kesehatan lain.

b. Observasi

Data yang diambil melalui percakapan baik dengan pasien, keluarga

maupun tim kesehatan lain.

c. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang

terdekat pasien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim

kesehatan lain.
8

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami

karya tulis ilmiah ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,

pengesahan, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar, dan daftar singkatan.

2. Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari

sub bab seperti berikut ini:

BAB 1 : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian, dan sistematik penulisan karya tulis

ilmiah.

BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dan sudut

medis dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), serta kerangka masalah.

BAB 3 : Tinjauan kasus berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB 4 : Pembahasan, berisi tentang perbandingan antara teori dan

kenyataan yang ada di lapangan.

BAB 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian Akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit

dan asuhan keperawatan dengue hemorragic fever. Konsep penyakit akan

diuraikan definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, tanda dan gejala,

patofisiologi, pemeriksaan diagnosis dan penatalaksanan medis. Konsep asuhan

keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada penyakit dengue

hemorragic fever dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian Dengue Hemorragic Fever (DHF)

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus

dengue yaang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari

genus Aedes, seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah

vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak ditemukan.

Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah

terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk

selama 8 – 10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue

tersebut ke manusia sehat yang digigitnya (Najmah, 2016).

Demam berdarah dengue atau dengue hemorragic fever merupakan suatu

penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus

(artharopad – borne virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus serta penyebarannya sangat cepat (Marni, 2016).

9
10

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah

penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui

gigitan nyamuk aedes aegypti (Ambarwati & Nasution, 2015).

2.1.2 Etiologi

Penyakit DBD/ DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok

Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh

artropoda. Ada empat serotipe yaitu DEN -1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4,

serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus

parah. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan terhadap

serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis

virus tersebut semuanya terdapat di Indonesia. Di daerah endemik DBD,

seseorang dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada waktu yang bersamaan

(Widoyono, 2011).

Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat

beruntai tunggal dari famili Flaviviridae yang ditularkan oleh vektor nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa inkubasi penyakit ini berakhir 4-5 hari

setelah timbulnya demam (Marni, 2016).

2.1.3 Klasifikasi

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji

turniket positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi

2. Derajat II : Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain
11

3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit

dingin lembab, gelisah

4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat

diukur (Suriadi & Yuliani, 2010).

2.1.4 Manifestasi Klinik

Penyakit ini sering kali menyerang anak yang berusia kurang dari 10 tahun,

terutama pada anak sekolah. Keluhan yang sering kali dirasakan pada awalnya

yaitu demam, mual, muntah, malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri kepala, nyeri

perut, mialgia/ nyeri otot, suara serak, batuk, dan disuria. Demam tinggi

mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok, maka demam akan

turun sendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya(self limiting) dalam

waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD/DHF ini biasanya demam tinggi dan

terus menerus serta tidak responsif terhadap antipiretik. Antipiretik hanya dapat

menurunkan sedikit demam, setelah itu demam naik lagi. Pada kondisi parah,

penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan dibawah kulit karena kebocoran

plasma, epitaksis, hemoptisis, pembesaran hati, ekimosis, purpura, perdarahan

gusi, hematemesis, dan melena (Marni, 2016).

Manifestasi klinis DBD/ DHF terdiri atas tiga fase yaitu fase demam, kritis,

serta konvalesens. Setiap fase perlu pemantauan yang cermat, karena setiap fase

mempunyai risiko yang dapat memperberat keadaan sakit. Fase demam pada

kasus ringan semua tanda dan gejala sembuh seiring dengan menghilangnya

demam. Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya suhu tubuh menurun

segera, tidak secara bertahap. Menghilangnya demam dapat disertai berkeringat

dan perubahan pada laju nadi dan tekanan darah, hal ini merupakan gangguan
12

ringan sistem sirkulasi akibat kebocoran plsma yang tidak berat. Pada kasus

sedang sampai berat terjadi kebocoran plasma yang bermakna sehingga akan

menimbulkan hipovolemi dan bila berat menimbulkan syok dengan mortalitas

yang tinggi (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014).

Gambar 2.1 Perjalanan penyakit infeksi dengue(Ikatan Dokter Anak


Indonesia, 2014)

2.1.5 Tanda dan Gejala

Pasien penyakit DHF pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut :

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede positif (jika hitungan

petekie divolar (dilengan bawah bagian depan) dengan luas 1 inci2(sama

luasnya dengan lingkaran dengan diameter 2,8 cm) jumlah petekie dalam

lingkaran positif jika jumlah ≥10 petekia), mulai dari petekie positif sampai

perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah-hitam.

3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal 150.000 – 300.000µL),

hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita <40).


13

4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS,dengue shock syndrome)

(Widoyono, 2011).

2.1.6 Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus, maka tubuh pasien membentuk kekebalan penyakit.

Apabila tubuh pasien diserang untuk kedua kalinya, maka tubuh akan aman. Akan

tetapi, apabila virus yang masuk itu mempunyai tipe yang berbeda, maka akan

mengakibatkan reaksi imunologi proliferasi dan trasformasi limfosit imun yang

dapat meningkatkan titer antibodi IgG antidengue. Dalam limfosit, terjadi

replikasi virus dengue yang bertransformasi akibat virus yang berlebihan. Kondisi

ini menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

Kemudian, antigen-antibodi tersebut akan mengaktifkan sistem

komplemen dengan melepaskan C3a dan C5a yang mengakibatkan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel.

Renjatan (syok) yang tidak segera ditangani akan menyebabkan anoksia jaringan,

asidosis metabolik, dan kematian.

Trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis yang

dapat menyebabkan trombositopenia hebat dan perdarahan. Aktivasi hageman

(faktor XII) dapat menyebabkan pembekuan intravaskuler yang luas dan

mengaktifkan sistem kini, sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah

meningkat. Kerusakan hati dan menurunnya faktor koagulasi menyebabkan

semakin hebatnya perdarahan yang terjadi (Marni 2016).


14

Gambar 2.2 Patofisiologi penyakit Dengue Hemorragic Fever (Marni, 2016)

2.1.7 Diagnosa Banding

1. Infeksi virus : Virus chikungunya, dan penyakit infeksi virus lain seperti

campak, campak jerman, dan virus lain yang menimbulkan ruam; virus

eipstein-barr, enterovirus, influenza, hepatitis A dan hantavirus.

2. Infeksi bakteri : Meningokokus, leptospirosis, demamtifoid, meiloidosis,

penyakit riketsia, demam skarlet

3. Infeksi parasit : Malaria (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien demam berdarah

dengue yaitu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi antara lain:

1. Foto rontgen thoraks biasanya didapatkan efusi pleura

2. Terjadi penurunan trombosit ≤100.000/mm3 dan peningkatan hematokrit ≥

20%. Nilai normal hematokrit yaitu 3 kali nilai hemoglobin. Terjadi


15

penurunan leukosit(leukopenia) serta waktu perdarahan dan waktu

protrombing memanjang

3. IgM (antibodi imunoglobulin M) untuk mengetahui adanya virus dengue dan

pemeriksaan M antibodi capture enzyme-linked immunosorbent assay(MAC

ELISA).

Apabila terjadi syok, maka akan terjadi hiponetrimia, hiperkalemia,

protein plasma yang menurun,peningkatan transaminase serum, dan pada

sediaan apusan darah tepi terdapat fragmentosit yang mendapatkan adanya

hemolisis (Marni, 2016).

2.1.9 Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan pada penyakit DHF yaitu simptomatis dan suportif.

Penanganan pertama pada penyakit ini diantaranya:

1. Memenuhi kebutuhan cairan, yaitu dengan memberikan cairan oral 2-3 liter

untuk mengatasi dehidrasi dan rasa haus akibat demam tinggi. Selain air

putih dapat diberikan teh manis, susu, sirup, jus buah, dan oralit.

2. Dapat dikompres dengan air biasa.

3. Pemberian obat antipiretik dari golongan asetaminofen (paracetamol).

Pasien tidak boleh diberikan antipiretik golongan salisilat karena akan

menimbulkan perdarahan yang semakin parah.

4. Demam tinggi pada anak-anak akan mengakibatkan kejang. Untuk

mengatasi kejang, dapat dibeikan antikonvulsi misal diazepam, stesolid,

fenobarbital.
16

5. Jika syok dalam kondisi parah atau berat, maka dapat diatasi dengan

memberikan resusitasi cairan parenteral melalui infus. Jika pemberian cairan

infus tidak memberikan respon maka dapat diberikan plasma ekspander

sebanyak 20-30 mL/kg BB. Plasma ekspander merupakan suatu sediaan

larutan steril yang digunakan untuk mengganti plasma darah yang hilang

akibat perdarahan, misal whole blood (darah lengkap yang diambil dari

donor manusia). Bila pasien mengalami renjatan hebat, maka pemberian

infus harus diguyur dengan cara membuka klem infus. Namun, jika vena

kolaps yang menyebabkan tetesan tidak mencapai harapan, maka cairan

diberikan secara paksa dengan spuit sebanyak 100-200 mL, kemudian

diguyur. Pasien yang mengalami syok yang berat perlu dipasang CVP

(central venous pressure) atau penekanan tekanan vena central untuk

mengukur tekanan vena sentral melalui vena safena magna atau vena

jugularis dan pasien dirawat di ICU. Transfusi perlu diberikan apabila

terjadi perdarahan gastrointestinal yang dapat diketahui dari tanda-tanda

pasien muntah darah atau terjadi penurunan nilai hemoglobin dan

hematokrit.

6. Pengendalian vektor dilakukan pada lingkungan yang berisiko, misalnya

lingkungan rumah dan sekolah, dengan secara rutin membersihkan air

penampungan, misalnya kamar mandi, tempayan, air tampungan di

belakang lemari pendingin, AC. Setelah penampungan air dibersihkan,

maka perlu diberikan bubuk untuk pemberantas jentik nyamuk yaitu bubuk

ABATE (Marni, 2016).


17

Sudarti (2010) menyebutkan penatalaksanan dapat berupa pemberian

minum sebanyak mungkin, batasi aktivitas, observasi ketat tanda-tanda vital (nadi,

pernafasan, suhu dan tekanan darah) dan awasi tanda-tanda perdarahan, kompres

dingin bila suhu meningkat, berikan antipiretik dan bila nafsu makan menurun

atau tidak mau makan minum dan keadaan tidak membaik segera bawa ke rumah

sakit.

2.1.10 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah

dengue atau dengue hemorarrgic fever yaitu perdarahan masif dan dengue shock

syndrome (DSS) atau sindrome syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak

berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat

sampai tidak teraba; tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol;

tekanan darah menurun di bawah 80 mmHg atau samapi nol; terjadi penurunan

kesadaran; sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari; hidung, telinga, dan kaki

teraba dingin dan lembab; pucat dan oliguri atau anuria (Marni, 2016).

2.1.11 Pencegahan

Widoyono (2011) menyebutkan pencegahan dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1. Pembersihan jentik

a. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

b. Larvasidasi

c. Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)


18

2. Pencegahan gigitan nyamuk

a. Menggunakan kelambu

b. Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)

c. Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantungkan baju)

d. Penyemprotan

Najmah (2016) menyebutkan di Indonesia pencegahan DBD atau DHF

dapat dikenal dengan istilah 4 M Plus yaitu :

1. Menguras penampungan air dan membersihkannya secara berkala, minimal

seminggu sekali karena proses pematanagan telur nyamuk aedes 3-4 hari

dan menjadi larwa di hari ke 5-7.

2. Menutup tempat penampungan air sehingga nyamuk – nyamuk tidak

bertelur disana. Mencegah adanya tempat nyamuk bertelur dengan

manajemen lingkungan dan modifikasi segera dilakukan.

3. Mendaur ulang dan membuang sampah pada tempatnya.

Karena ketika mengubur sampah anorganik yang tidak terurai walaupun

mengurangi kemungkinan menjadi sarang nyamuk yang muncul karena

genangan air hujan tapi membuat pencemaran lingkungan menjadi lebih

buruk, alternatifnya adalah mendaur ulang, jika ada ember atau kaleng bekas

yang tidak terpakai bukankah lebih bagus dijadikan pot bunga atau

diserahkan ke pemulung untuk di daur ulang. Jika ada tempat pembuangan

sampah yang tertutup, sebaiknya kita membuang sampah pada tempatnya

dan membersihkan tempat nyamuk bersarang.

4. Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk aedes

berkembang biak. Meningkatkan partisipasi dan mobilisasi masyarakat


19

untuk mengendalikan vektor. Seperti, adanya JUMANTIK (juru pemantau

jentik) yang melakukan survei di masyarakat untuk mengetahui tingkat

kepadatan vektor nyamuk, tempat perindukan penampungan air buatan atau

alam yang dekat dengan pemukiman (misalnya ban bekas, vas bunga,

tandon penyimpan air) dan membuat rencan pemberantasan sarang nyamuk

serta pelaksanaannya.

5. Plus yang bisa dilakukan tergantung kreatifitas, misalnya :

a. Menerapkan penggunaan penyemprotan selama wabah berlangsung

sebagai salah satu langkah vektrol-control darurat atau dikenal dengan

fogging/ pengasapan.

b. Menaburkan serbuk ABATE (temephos) pada tempat penampungan air

seperti gentong air maupun vas bunga agar jentik-jentik nyamuk mati.

c. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan cupang dan ikan adu) pada

kolam air.

d. Menggunakan alat pelindung individual di rumah tangga seperti penutup

jendela, baju lengan panjang, kelambu, bahan insektisida, kawat kasa

dan alat penguap, lotion anti nyamuk terutama yang mengandung N-

diethylmeta-toluamide(DEET).

2.1.12 Ciri- ciri nyamuk Aedes aegypti

1. Sayap dan badannya belang – belang atau bergaris putih

2. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralasan tanak seperti bak

mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air

seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, serta tempat minum burung

3. Jarak terbang ± 100 m


20

4. Nyamuk betina bersifat multiple biters atau mengigit beberapa orang

karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat

5. Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi (Widoyono, 2011).

Gambar 2.3 Nyamuk Aedes aegypti


Sumber : m.tribunews.com

2.2 Konsep Anak

2.2.1 Pengertian Tumbuh Kembang

Pertumbuhan atau Growth merupakan suatu proses anabolik yaitu

bertambahnya jumlah sel tubuh manusia dalam dimensi sel yang dapat diukur

seperti TB, BB, gigi gligi dan proses metabolisme (Ranuh, 2013).

Perkembangan atau development merupakan proses diferensiasi sel tubuh,

jaringan tubuh, yang kemudian membentuk organ dengan fungsinya yang

kompleks, termasuk disini perkembangan emosi, intelegensi, tingkah laku dalam

interaksi dengan lingkungannya (Ranuh, 2013).

Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain : faktor

keturunan, faktor gizi, faktor lingkungan, faktor emosi, faktor jenis kelamin,

faktor status sosial ekonomi, dan faktor kesehatan (Chomaria, 2015).

Tahapan tumbuh kembang anak, maka masa anak dibagi-bagi ke dalam

masa-masa kehidupan sebagai berikut :


21

Tabel 2.1 Tahapan Tumbuh Kembang Anak(Ranuh 2013)


Tahapan Rentang Waktu
Masa Pre natal
a. Trimester I/ Embryo Konsepsi sampai 18 minggu
b. Trimester II/ Fetus Dini Kehamilah 9 minggu – akhir
trimester ke 2
c. Trimester III/Fetus Lanjut 24 – 39 minggu kehamilan
Masa Perinatal 28 minggu kehamilan – lahir
usia 7 hari
Masa Neonatal 0 – 28 hari
Masa Neonatus Dini(Early Lahir sampai usia 7 hari
Neonate)
Masa Neonatus Lanjut(Late 7 hari – 28 hari
Neonate)
Masa Bayi(Infant) Usia 0 – 12 bulan
Masa Batita(Toddler) Usia 1 – 3 tahun
Masa Balita (Under- Fives) Usia 1- 5 tahun
Masa Sekolah( School Age) Usia 6 – 15 tahun

Masa Pra Remaja( Pre Usia 10 – 15 tahun


Adolescent) (perempuan)
Usia 12 – 15 tahun (laki laki)
Masa Remaja( Adolescent) Usia 15 – 18 tahun
Dewasa (Adult) 18 tahun ke atas

2.2.2 Tumbuh Kembang Anak Usia 7 Tahun

Periode school (6-12 tahun) adala sebagai berikut :

1. Perkembangan psikososial (fase industry vs inverio rity)

Ciri khas fase ini anak ingin diibaratkan dalam aktivitas karena ingin

menghasilkan sesuatu, jika ada tugas ingin diselesaikan. Anak juga belajar

aturan dan kompetensi. Jika pada fase ini terganggu akan timbul rasa tidak

percaya diri, tidak mampu, inferior dan takut terhadap kompetensi.

2. Perkembangan psikointelektual

Ciri pada fase ini adalah anak berfikir lebih logis dan terarah dapat

menggolongkan dan mengorganisasi fakta anak sudah mampu berfikir dari

sudut pandang orang lain. Dapat mengatasi persoalan menurut persepsinya.


22

3. Tugas perkembangan

a. Belajar kemampuan fisik dapat bermain dan berolahraga

b. Membentuk sikap tertentu dan pribadi mulai berkembang

c. Belajar bergaul dengan teman seumur

d. Mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung

e. Mengembangkan nurani, moralitas dan skala nilai

f. Memperoleh kebebasan pribadi

g. Membentuk sikap terhadap kelompok sosial dan institusi

4. Perkembangan psikoseksual (laten)

5. Pada masa ini masa tenang , tidak aktif

6. Perkembangan motorik

Pertumbuhan dicirikan dengan BB 2-3 kg/tahun dan kenaikan menurun TB

6-7 cm/tahun. Ciri perkembangan motoriknya antara lain:

a. Mampu menggunakan otot kasar daripada otot halus

b. Memukul lebih baik daripada menulis dan melukis

c. Pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkembang

d. Anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan

7. Perkembangan emosi

a. Mencari lingkungan lebih luas (pergi dari rumah untuk bermain dengan

teman)

b. Saat ini sekolah sangat berperan dalam membentuk kepribadian anak

c. Di sekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarga,

karena itu peran guru sangat besar (Putra, 2014).


23

2.3 Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang

berencana/ darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Perasaan yang sering muncul yaitu cemas,marah, sedih, takut dan rasa bersalah

(Wulandari & Erawati, 2016).

2.3.1 Reaksi Terhadap Penyakit

a. Anak usia sekolah menganggap kekuatan dari luar sebagai penyebab

penyakit.

b. Mereka menyadari perbedaan tingkat keparahan penyakit, misalnya sakit

kanker lebih serius daripada sakit flu (Adriana, 2013).

2.3.2 Reaksi Terhadap Hospitalisasi

1. Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi formasi,

suatu mekanisme pertahanan yang tidak disadari, anak menganggap suatu

tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang mereka

sembunyikan. Biasanya anak menyatakan bahwa mereka berani saat anak

merasa sangat ketakutan.

2. Anak bereaksi terhadap perpisahan dengan menunjukkan kesendirian,

kebosanan, isolasi, dan depresi. Mereka mungkin juga memperlihatkan

agresi, iritabilitas, dan ketidakmampuan dalam berhubungan dengan

saudara dan teman sebaya (Adriana, 2013).

2.3.3 Stressor Umum Pada Hospitalisasi

1. Perpisahan

2. Kehilangan kendali
24

3. Perubahan gambaran diri

4. Nyeri dan rasa takut (Wulandari & Erawati, 2016).

2.4 Imunisasi

2.4.1 Pengertian

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena merupakan

salah satu upaya pencegahan penyakit. Imunisasi akan menghindarkan anak dari

penyakit infeksi yang berbahaya. Anak akan menjadi sehat sehingga memiliki

kesempatan untuk beraktifitas, bermain, dan belajar tanpa gangguan dengan

masalah kesehatan (Chomaria, 2015).

Imunisasi Aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan

akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi

imunologi spesifik yang akan menghasilkan reespons seluler dan humoral serta

dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka

tubuh secara cepat dapat merespons (Hidayat, 2009).

Imunisasi Pasif merupakan zat (imunoglobin) yaitu suatu zat yang

dihasilakn melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia

atau binatang inkubator terbuka (Hidayat, 2009).

2.4.2 Jenis Vaksin

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Pemberian vaksin ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

tuberculosis(TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan. BCG

ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.


25

2. Vaksin DPT(Difteria Pertusi Tetanus)

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in1 (tiga vaksin dalam satu sediaan)

yang melindungi tubuh terhadap difteria, pertusi, dan tetanus. Vaksin DPT

dapat diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Imunisasii

DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak umur 2 bulan (DPT

I), 3 bulan (DPT II), dan 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dai

4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan

pada usia pra sekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi

terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT bukan DPT.

3. Vaksin polio

Pemberian vaksin polio ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap

penyakit poliomielitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio

I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio

ulang diberika 1 tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk

sekolah ( 5-6 tahun ) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).

4. Vaksin Hepatitis B

Pemberian vaksin ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

hepatitis B imunisai ini diberiakan sedini mungkin segera setelah bayi

lahir. Imunisasi dasar diberikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan

antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi

ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.


26

5. Vaksin Campak

Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit

campak (tampek). Imunisasi campak duberikan satu dosis pada umur 6

bulan dan diulang 6 bulan kemudian (Wulandari & Erawati, 2016).

2.4.3 Lokasi Pemberian

1. Oral

Melalui mulut diberikan secara oral pada jenis vaksin polio (OPV dari

SABIN), polio IPV (Inactivated Polio Vaccine) dan vaksin ROTAVIRUS

2. Intrakutan

Diberikan intrakutan pada regio deltoid kanan jenis vaksin BCG

3. Subkutan

Pada lengan atas belakangjenis vaksin Campak dan MMR

4. Intramuskuler

Pada paha lateral kiri atau kanan, Hepatitis B di daerah deltoid kiri atau

kanan (Ranuh, 2013).

2.5 Nutrisi Pada Usia Sekolah

2.5.1 Pengertian

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk

menerima makan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan

bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan

sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi,

dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta keseimbangan yang

berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2015).


27

2.5.2 Tujuan Pemberian Nutrisi

Tujuan pemberian nutrisi adalah menjamin kecukupan energi dan nitrogen.

Level yang terbaik untuk memulai pemberian nutrisi pada pasien kritis adalah 25

kkal/kgbb dari BB ideal per hari (Peny, 2007).

2.5.3 Karakteristik Terkait Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai. Kebutuhan energi

lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan aktivitas fisik, misalnya

olahraga, bermain. Kebutuhan nutrisi pada kelompok ini terutama pertumbuhan

dan aktifitas yang besar (Kemenkes RI 2014).

2.6 Asuhan keperawatan

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis

dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan masyarakat

yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien

terhadap penyakitnya. Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat

melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah

keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat dapat

mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien, sehingga

kualitas praktik keperawatan dapat meningkat (Tarwoto & Wartonah, 2015).

2.6.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini

sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Data yang

komprehensif dan valid akan menetukan penetapan diagnosis keperawatn dengan


28

tepat dan bena, serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan

keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah didapatkannya data yang

komprehensif yang mencakup data biopsiko dan spiritual (Tarwoto & Wartonah,

2015).

1. Pengumpulan data

Pada tahap ini merupakan kegiatan dalam himpunan informasi (data–data)

dari pasien yang meliputi umur bio – psiko – spiritual yang komprehensif

secara lengkap dan relevan untuk mengenal pasien agar dapat memberi

arahan kepada tindakan keperawatan.

a. Identitas

Nama pasien, jenis kelamin, jumlah saudara, alamat pada tempat

pemukiman yang padat khususnya pada daerah perkotaan, bahasa yang

digunakan, pada penyakit DHF dapat menyerang semua orang baik laki

– laki maupun perempuan sebagian besar adalah laki-laki paling sering

menyerang pada anak – anak dengan usia <15 tahun (Ambarwati, 2010).

b. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi selama 2-7 hari dan anak lemah

(Ambarwati, 2010).

c. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah di derita, meliputi penyakit waktu kecil,

apa pernah dirawat dirumah sakit, obat yang bisa digunakan, alergi. Pada

DHF anak bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang

lain (Ambarwati, 2010).


29

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum tanda – tanda vital : adanya peningkatan suhu tubuh,

diwaspadai peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat

menimbulkan kejang.

2) Pernafasan (B1: Breath)

Suara serak, ada batuk dan pilek, terkadang sesak nafas, pada grade

III dan IV jika terjadi komplikasi biasanya pada gambaran foto

thorak terjadi penumpukan cairan pada paru (efusi pleura), rates,

Ronchi yang biasanya pada grade III dan IV (Ambarwati &

Nasution, 2015).

3) Cardiovaskuler (B2 : Blood)

Derajat III kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi,

derajat IV renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat

diukur, epitaksis, hemoptisis, ekimosis, purpura, perdarahan gusi,

hematemesis, dan melena, terdapat sianosis di sekitar mulut dan kulit

ujung jari; hidung, telinga, dan kaki pada grade IV.

4) Persyarafan (B3 : Brain)

Kesadaran pasien composmentis, terdapat nyeri kepala, mata anemis,

hidung terkadang mengalami perdarahan pada grade II,III,IV, muka

tampak kemerahan karena demam.

5) Perkemihan- eliminasi (B4 : Bladder)

Disuria pada grade I, dan bisa terjadi oliguri atau anuria pada

keadaan syok ( grade IV) (Marni, 2016).


30

6) Pencernaan (B5 : Bowel)

Mual, muntah, malaise, anoreksia, pembesaran hati, nyeri perut,

nyeri telan, diare atau konstipasi, mukosa bibir kering, tenggorokan

mengalami hyperemi pharing dan terjadi perdarahan telings pada

grade II,III,IV, terjadi perdarahan gusi, pada DHF grade III, IV dapat

terjadi melena.

7) Integument (B6 : Bone)

Pada grade I uji turniket positif, Pada grade III : kulit dingin lembab,

pada grade II terdapat perdarahan spontan perdarahan dibawah kulit

karena kebocoran plasma, mialgia/ nyeri otot,nyeri tulang, akral

dingin, turgor kulit menurun.

8) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Tumbuh kembang : BB sesuai dengan usia (6-12 tahun umur (tahun)

x 7 -5 : 2), TB, tumbuh kembang sesuai usia. Adaptasi sosial, bahasa,

motorik halus, motorik kasar ( Marni, 2016).

2.6.2 Analisa Data

Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan lalu

dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan

untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan.

2.6.3 Diagnosa Keperawatan ( NANDA 2015-2017)

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, nafsu makan menurun


31

3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya

asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh

4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu

akibat spasme otot-otot pernafasan

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan intra

abdomen)

6. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan

7. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

2.6.4 Perencanaan

1. Diagnosa keperawatan 1 :

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama selam 2 x 24 jam

diharapkan suhu tubuh stabil

Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36 – 37,5°C dengan tubuh tidak teraba

panas, dan haus berkurang

Intervensi :

1. Kaji keluhan pasien, rasa haus.

R/ informasi ini menentukan data dasar kondisi pasien dan memandu

intervensi keperawatan

2. Observasi suhu tubuh, pernafasan, denyut nadi, dan tekanan darah setiap

4 jam
32

R/ peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan vena sentral, dan

penurunan tekanan darah mengindikasi hipovelemi dan peningkatan

frekuensi pernafasan berkompensasi pada hipoksia jaringan

3. Kompres dengan air dingin biasa (air mengalir)

R/ kompres air biasa sksn mrndinginkan permukaan tubuh dengan cara

konduksi

4. Anjurkan untuk minum air putih sebanyak mungkin

R/ untuk mengurangi terjadinya dehidrasi

5. Berikan antipiretik jika perlu

R/ Antipiretik (asetaminofen) efektif dalam menurunkan demam

2. Diagnosa keperawatan 2 :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, nafsu makan menurun

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama selam 3 x 24 jam

diharapkan pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil : nutrisi pasien terpenuhi yang ditandai dengan nafsu makan

baik, makan habis sesuai porsi yang disediakan, tidak muntah, dan berat

badan stabil atau meningkat

Intervensi :

1. Observasi status nutrisi pada anak

R/ untuk mengetahui tingkat gizi pada pasien

2. Anjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan porsi sedikit tetapi

sering
33

R/ makanan dalam jumlah sedikit dalam waktu sering akan memerlukan

pengeluaran energi dan penggunaan pernafasan yang sedikit. Anak akan

menghabiskan makanan dalam jumlah banyak setiap kali makan

3. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi kesehatan dan kesembuhan penyakit

R/ untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik, khususnya

jika sudah dirumah.

4. Izinkan anak mengonsumsi makanan sesuai yang ditoleransi anak

R/ agar anak suka dengan makanya, sehingga nafsu makan bertambah

5. Berikan makanan padat atau cair sesuai yang disediakan

R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak

3. Diagnosa keperawatan 3 :

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan

cairan dan peningkatan suhu tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama selam 3 x 24 jam

volume cairan terpenuhi

Kriteria hasil : anak tidak kehausan, turgor kulit elastis, ubun – ubun tidak

cekung, produksi urin normal, bibir lembab

Intervensi :

1. Pantau asupan dan pengeluaran

R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan pada pasien

2. Berikan minum yang banyak sesuai toleransi anak

R/ untuk mencegah tanda- tanda dehidrasi

3. Observasi tanda-tanda vital ( suhu tubuh) setiap 4 jam


34

R/ peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan vena sentral, dan

penurunan tekanan darah mengindikasi hipovelemi dan peningkatan

frekuensi pernafasan berkompensasi pada hipoksia jaringan

4. Berikan cairan parenteral sesuai anjuran

R/ untuk memperbaiki cairan yang hilang

5. Anjurkan orang tua untuk memotivasi dan memberikan minum pada

anak

R/ membuat anak ingin patuh terhadap terapi yang diberikan tim medis

4. Diagnosa keperawatan 4:

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu

akibat spasme otot-otot pernafasan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2 x 24 jam

diharapkan pola nafas membaik

Kriteria hasil: frekuensi pernafasan dalam batas normal (20-30 x/mnt), tidak

ditemukan suara nafas tambahan, tanda-tanda vital dalam batas normal suhu

(36,5°C- 37,5°C), Nadi (80-100x/mnt)

Intervensi :

1. Observasi kecepatan, irama, kedalaman

R/ memantau pola pernafasan

2. Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan dan penggunaan otot

bantu nafas

R/ melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat mengetahui kelaian

yang terjadi pada pasien

3. Auskultasi bunyi nafas dan suara nafas tambahan


35

R/ adanya bunyi nafas tambahan dan mengetahui ada gangguan pada

pernafasan

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

R/ pemberian terapi dapat mempercepat kesembuhan

5. Diagnosa keperawatan 5 :

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam

diharapakan keluarga pasien dapat mengerti tentang penyakit

Kriteria hasil: keluarga pasien sudah tidak bertanya tentang penyakit

anaknya, ekspresi wajah keluarga sudah tidak cemas

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan keluarga

R/ mengetahui seberapa besar kecemasan keluarga pasien: perawat harus

mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui tentang penyakit

sebelumnya

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien dan keluarga

R/ agar perawat dapat memberikan penjelasan sesui dengan tingkat

pendidikann, sehingga penjelasan dapat dipahami

3. Jelaskan proses penyakit dengan bahasa yang mudah dimengerti

R/ agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak

menimbulkan nesalah pahaman

4. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaat bagi pasien

R/ dengan mengetahui tindakan atau prosedur tindakan yang akan

dilakukan
36

5. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang

ingin ditanyakan sehubungan dengan penyakit

R/ mengurangi kecemasan dan memotivasi pasien dan keluarga untuk

koperatif dalam masa perawatan

(Nurarif & Kusuma, 2015)

2.6.5 Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang

diberikan kepada pasien sesui dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan

tergantung pada situasi dan kondisi pasien saat ini.

Pada diagnosa Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi dilakukan asuhan

keperawatan selama selam 3 x 24 jam dengan intervensi kaji keluhan pasien, rasa

haus, Observasi suhu tubuh, pernafasan, denyut nadi, dan tekanan darah setiap 4

jam, Kompres dengan air dingin biasa (air mengalir), Anjurkan untuk minum air

putih sebanyak mungkin, Berikan antipiretik jika perlu.

Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, nafsu makan menurun dilakukan asuhan

keperawatan selama selam 3 x 24 jam dengan intervensi observasi status nutrisi

pada anak, Anjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan porsi sedikit

tetapi sering, Jelaskan pentingnya nutrisi bagi kesehatan dan kesembuhan

penyakit, Izinkan anak mengonsumsi makanan sesuai yang ditoleransi anak,

Berikan makanan padat atau cair sesuai yang disediakan.

Pada diagnosa Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kurangnya asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh dilakukan asuhan

keperawatan selama selam 3 x 24 jam dengan intervensi pantau asupan dan


37

pengeluaran, berikan minum yang banyak sesuai toleransi anak, observasi tanda-

tanda vital ( suhu tubuh) setiap 4 jam, berikan cairan parenteral sesuai anjuran,

anjurkan orang tua untuk memotivasi dan memberikan minum pada anak.

2.6.6 Evaluasi

Dilaksanakan suatu penilaian terhadap terhadap asuhan keperawatan yang

telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin

dicapai. Pada bagian ini apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat

juga timbul masalah baru. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan hipertermi teratasi, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh terpenuhi, dan tidak terjadi kekurangan volume cairan.


38

2.7 Kerangka Masalah


Arbovirus ( melalui
nyamuk aedes aegypti)

beredar dalam aliran darah

infeksi virus dengue(Viremia)

mengaktifkan sistem komplemen

membentuk & melepaskan zat C3a, C5a PGE2 Hipotalamus

permeabilitas membran meningkat Hipertermi

Agregasi trombosit menghilangnya plasma syok(renjatan)


melalui endotel
Trombositopeni renjatan hipovolemik

pembekuan intravaskuler kebocoran Plasma

Risiko Perdarahan DIC Ke Extravaskuler

Perdarahan
Hipoksia Risiko perfusi
jaringan jaringan tidak efektif

Risiko kekurangan
Asidosis Metabolik
Volume Cairan

Risiko Syok

Kematian Abdomen Hepar paru-paru


39

nafsu makan Hepatomegali efusi plura


menurun
Anoreksia penekanan Intraabdomen

Mual, muntah Nyeri


Ketidakefektifan
Akut
Pola nafas

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan

(Nurarif & Kusuma, 2015)


BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada anak dengan Dengue Hemorragic Fever, maka penulis

menyajikan satu kasus yang penulis amati mulai tanggal 29 Mei 2017 sampai

dengan 31 Mei 2017 dengan data pengkajian pada tanggal 29 Mei 2017 jam

10:00 WIB. Anamnesa diperoleh dari ibu pasien dan file No.Register 52 XX XX

sebagai berikut:

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pasien adalah seorang anak perempuan bernama “ M ” usia 7 tahun,

beragama islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa indonesia dan jawa

pasien adalah anak pertama dari Tn. M usia 59 tahun dan Ny. F usia 36 tahun.

Pasien tinggal di daerah sidosermo surabaya, orang tua pasien beragama islam

dan pekerjaan ayah swasta dan ibu pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan

terkahir ayah SMA dan pendidikan ibu SMP. Pasien MRS tanggal 27 Mei 2017

jam 16.30 WIB.

1. Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan anaknya sesak.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya mulai panas sejak tanggal 22

Mei 2017 dan tidak diberikan obat selama dirumah, panas sempat turun.

Kemudian pada tanggal 26 Mei 2017 pasien diperiksakan ke puskesmas

40
41

karena panas tidak turun dan batuk serta BAB cair 1 kali dan muntah 1

kali dan di puskesmas hanya diberi obat racikan. Setelah itu pada tanggal 27

Mei 2017 keluarga membawa ke puskesmas untuk pemeriksaan

laboratorium dengan hasil hemoglobin 14,3 (11,5 – 16 g/dl), leukosit 11,900

(4000 - 11.000), trombosit 95.000 (150.000- 450.000/cmm3), hematokrit

39,1 (37 - 47%), eritrosit 502 (4 – 5 jt/mm3). Kemudian keluarga pasien

membawa pasien ke IGD Rumkital Dr. Ramelan pada tanggal 27 Mei 2017

jam 15:00 WIB. Dengan keluhan utama: Demam dan batuk. Setelah

dilakukan anamnese oleh dokter IGD disarankan untuk op name di ruang 5.

Kemudian pasien dipindah keruangan pada jam 16:30 WIB dengan

menggunakan brankar, dan pada saat pengkajian tanggal 29 Mei 2017 jam

10.00 WIB, ibu pasien mengatakan anaknya sesak karena terpapar AC

ruangan yang sebelumnya anaknya memiliki alergi dingin dan mengalami

batuk serta badan anaknya panas naik turun, terpasang infus D5 ½ NS

1000cc/24 jam, observasi TTV di dapatkan hasil Suhu 36.8°C, Nadi 97

x/menit, RR 40 x/menit, SPO2 89%.

3. Riwayat kehamilan dan persalinan

a. Prenatal Care:

Ibu pasien mengatakan sewaktu hamil rutin kontrol ke rumah sakit dan

bidan. Ibu pasien mengatakan selama kehamilan tidak pernah

mengkonsumsi obat.
42

b. Natal Care:

Ibu pasien mengatakan pasien lahir pada usia kehamilan 9 bulan dengan

kelahiran spontan. BB 2500 gr dan PJ 50 cm, ibu pasien bersalin di

bidan.

c. Post Natal:

Ibu pasien mengatakan pada masa nifas tidak ada masalah yang

berhubungan dengan kesehatannya. Ibu pasien menyusui ASI ekslusif 6

bulan dan dibantu PASI (susu formula) sampai umur 2 tahun.

5. Riwayat Penyakit Masa Lampau

a. Penyakit – penyakit waktu kecil:

Ibu pasien mengatakan pada usia 6 tahun pasien menderita Asma. Pada

waktu kecil pasien juga menderita demam dan batuk pilek biasa.

b. Pernah dirawat dirumah sakit:

Ibu Pasien mengatakan pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

c. Penggunaa Obat-obatan:

Ibu pasien mengatakan memberikan obat yang diberi oleh dokter.

d. Tindakan (Operasi atau tindakan lain):

Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah dilakukan tindakan operasi.

e. Alergi:

Ibu pasien mengatakan pasien mengalami alergi obat (Antrain) dengan

reaksi bintik – bintik merah di tubuh, alergi udara dingin dengan reaksi

sesak, tidak ada alergi makanan.


43

f. Kecelakaan:

Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami kecelakaan.

g. Imunisasi:

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi dasar

lengkap dan sesuai usia. Pasien sudah di imunisasi hepatitis B ( I,II,III )

DPT ( I,II,III ), Polio (I,II,III,IV), BCG, dan imunisasi Campak.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Genogram

7 th

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Ada hub. darah

: Tinggal 1 rumah

Gambar 3.1 Genogram


44

b. Psikososial keluarga

Ibu pasien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, dan berharap

anaknya bisa cepat sembuh bisa bersekolah lagi seperti dulu, dan ibu

pasien berharap bisa cepat pulang ke rumah.

7. Riwayat Sosial

a. Yang mengasuh anak

Pasien di asuh oleh orang tuanya, ibu pasien mengatakan saya sendiri yang

mengasuh anak saya.

b. Hubungan dengan anggota keluarga

Pasien sangat disayangi oleh keluarganya karena pasien adalah anak

tunggal dan tidak memiliki saudara kandung.

c. Hubungan Dengan Teman Sebaya

Ibu pasien mengatakan bahwa saat di rumah pasien memiliki beberapa

teman akrab, tetapi semenjak pasien sakit pasien terlalu lemas untuk

bermain.

d. Pembawaan secara umum

Pasien terlihat lemah dan tiduran di tempat tidur.

8. Kebutuhan Dasar

a. Pola persepsi sehat

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya adalah yang terpenting dan jika

anaknya sakit akan dibawa berobat kerumah sakit terdekat.

b. Kebutuhan Nutrisi

Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 x

sehari, menghabiskan satu porsi menu yang disediakan dan pasien


45

kebiasaan susah makan serta makan kesukaan pasien nasi, ayam goreng

dan bubur sereal. Pada saat masuk rumah sakit di Rumkital Dr. Ramelan

pasien tidak nafsu makan dan mual, pasien menghabiskan ± 5 sendok

bubur sereal, pasien tidak mau minum dan dipaksa dengan air putih

menghabiskan ± 200 cc mulai pukul 6 pagi. Di rumah sakit pasien

mendapatkan diit NT PTG (nasi tim pantang).

c. Pola tidur

Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien tidur ± 11 jam

perhari dengan perincian tidur siang pasien dari jam 11.00 – 14.00 WIB,

dan waktu tidur malam jam 21.00 – 05.00 WIB. Kebiasaan pasien

sebelum tidur minum susu. Pada saat MRS di Rumkital Dr. Ramelan

pasien lebih sering tidur waktu tidur pasien ± 9 jam perhari dengan

perincian tidur siang dari jam 12.00 – 14.00 WIB. Dan waktu tidur malam

22.00 - 05.00 WIB.

d. Pola Aktivitas/ Bermain

Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien senang sekali

bermain dengan teman – teman sebayanya dan pasien bermain sepeda saat

dirumahnya. Pada saat MRS di Rumkital Dr. Ramelan pasien hanya

tiduran.

e. Eliminasi (BAB & BAK)

Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit BAB pasien 2 x sehari

dengan konsistensi lembek warna kuning kecoklatan. Pasien dirumah

BAK frekuensi 5 x sehari warna kuning jernih. Pada saat MRS di


46

Rumkital Dr. Ramelan saat pengkajiaan ibu pasien mengatakan belum

pernah. Pasien BAK 4x ±900 cc, warna kuning.

f. Pola seksualitas reproduksi

Ibu pasien mengataan Pasien berjenis kelamin perempuan.

g. Pola peran hubungan

Ibu pasien mengatakan Pasien paling dekat dengan ibu nya dan pada saat

pasien sakit yang merawat kedua orang tuanya.

h. Pola persepsi diri – konsep diri

Ibu pasien mengatakan pasien adalah anak yang baik dan tidak pernah

membantah ketika disuruh dan pasien adalah anak kandung satu - satunya.

i. Pola kongnitif perseptual

Pasien mengatakan mengalami sesak jika pada udara dingin.

j. Pola nilai keyakinan

Ibu pasien mengatakan Pasien mengikuti keyakinan sama seperti orang

tuanya yang menganut agama islam, saat dirumah pasien rajin melakukan

ibadah saat ibu dan bapak melakukan ibadah dan ibu pasien selalu berdoa

untuk kesembuhan anaknya.

k. Pola Koping Toleransi Stress

Pasien terlihat tidak bisa akrab saat di datangi perawat dan dokter, pasien

lebih banyak diam saat ditanya.


47

9. Keadaan Umum (Penampilan Umum)

a. Cara Masuk

Tanggal 27 Mei 2017 jam 15.00 pasien datang ke IGD Rumkital Dr.

Ramelan diantar ayah dan ibunya. Pasien diantar ke ruang V dengan

menggunakan brankar

b. Keadaan Umum

Pasien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS 456, pasien hanya

tiduran.

10. Tanda – Tanda Vital Dan Pemeriksaan Fisik

Tanda – tanda vital observasi pasien suhu: 36,8°C , nadi: 97 x/menit, RR:

40 x/menit, TB: 121cm, BB sebelum masuk rumah sakit: 20 kg, pada saat

masuk rumah sakit 17 kg

Berat Badan Menurut DDST = (umur(thn) x 7 - 5) berat badan 22 kg.

11. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Keadaan rambut dan Hygiene kepala bersih, rambur panjang, warna

rambut hitam. Tidak ada benjolan, dan tidak ada lesi.

b. Mata

Pada pemeriksaa fisik gerakan mata pasien normal, konjungtiva anemis,

reflek terhadap cahaya +/+, lapang pandang kesegala arah, sklera tidak

ikhterik, tidak terdapat benjolan kelopak mata.


48

c. Hidung & Sinus

Posisi hidung simetris, septum di tengah, terdapat pernafasan cuping

hidung, fungsi penciuman baik.

d. Telinga

Kedua telinga pasien tampak simetris, tidak terdapat serumen pada kedua

telinga, pendengaran pasien baik, tidak terpasang alat bantu dengar.

e. Mulut dan tenggorokan

Mukosa bibir kering, tidak tampak cyanosis, lidah tidak kotor, lidah warna

merah muda, ovula tidak ada kemerahan, tidak terdapat tonsil, gusi tidak

tampak radang dan tidak ada nyeri telan, pasien tampak batuk.

f. Tengkuk dan Leher

Leher simetris terpusat pada posisi kepala, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening dan tidak ada pembesaran kelenjar thyrod.

g. Pemeriksaan Thorax dan dada

Bentuk dada normonchest, pergerakan simetris, tidak ada penggunaan otot

bantu napas, irama napas irreguler, pernafasan cepat dan dangkal, pola

napas dispnea, RR 40 x/ menit, pernafasan dinding perut.

h. Paru

Pada inspeksi pasien ada batuk tidak ada lendir, pada palpasi di dapatkan

RR 40 x/menit. Pada perkusi di dapatkan suara sonor, pada auskultasi

ditemukan suara napas ronchi di lobus kiri.


49

i. Jantung

Ics 5 mid klavikula sinistra, irama jantung reguler, tidak ada nyeri dada,

bunyi jantung s1s2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT < 2

detik.

j. Punggung

Pada punggung tidak ada kelainan tulang belakang (skoliosis, lordosis dan

kifosis).

k. Abdomen

Tidak membuncit, tidak ada luka, hepar tidak teraba pembesaran, tidak

ada nyeri tekan, bising usus meningkat.

l. Genitalia dan Anus

Pasien berjenis kelamin perempuan, anus normal, tidak tampak ruam.

m. Pemeriksaan Muskuloskeletal

Pada pasien tidak terdapat fraktur, ROM tidak terbatas, tidak ada oedema,

kekuatan otot 5555 5555

5555 5555

n. Pemeriksaan Neorologi

Kesadaran pasien compos mentis, GCS 456, tidak ada kejang, tidak ada

kelainan pada saraf.

o. Pemeriksaan Integumen

Akral hangat, warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, tidak ada

oedema, tidak terdapat petekie, terpasang infus D5 ½ NS 1000 cc/ 24 jam

(14tetes/menit)
50

12. Tingkat Perkembangan

a. Adaptasi sosial

Pasien tidak akrab dengan orang yang baru dikenal, adaptasi pasien di

rumah sakit pasien tidak dapat berinteraksi dengan perawat dan dokter

b. Bahasa

Pasien dapat menceritakan keluhan yang dialaminya

c. Motorik halus

Pasien sudah dapat bisa menggambar, sudah bisa mewarnai pada gambar,

menulis dan menghitung.

d. Motorik kasar

Pasien sudah dapat melompat dengan satu kaki tanpa peganggan, dapat

berdiri dengan satu kaki, dapat melakukan permainan lompat tali.

e. Kesimpulan

Pertumbuhan perkembangan pasien sesuai dengan usianya


51

13. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Pada tanggal 27 Mei 2017 / jam 15.30

RBC 4,63 10˄6 / UL ( 3,50 – 5.50 )

HGB 12,7 g/dL ( 11,0 – 16,0 )

HCT 38,2 % ( 37,0 – 54,0 )

WBC 11,5 10^3/UL ( 4,0 – 10,0 )

PLT 121 10˄3 / UL ( 100 – 300 ribu)

Pada tanggal 28 Mei 2017 / 05.52

RBC 4,67 10˄6 / UL ( 3,50 – 5.50 )

HGB 13,6 g/dL ( 11,0 – 16,0 )

HCT 39,4 % ( 37,0 – 54,0 )

WBC 6,99 10^3/UL ( 4,0 – 10,0 )

PLT 153 10˄3 / UL ( 100 – 300 ribu)

Pada tanggal 29 Mei 2017 / 09.00

Widal :

Tifi O negatif (negatif)

Tifi H negatif (negatif)

Paratifi AH negatif (negatif)

Paratifi BH positif (negatif)

b. Rontgen

Tidak dilakukan rontgen pada pasien


52

c. Terapi Saat Ini

Tabel 3.1 Terapi Obat. Tanggal 29 Mei 2017

Obat Dosis Jalur Indikasi

Infus D5 ½ NS 1000 cc / 24 jam i.v Cairan elektrolit

Injeksi Dexamethason 3x 2,5 mg i.v Untuk anti peradangan,


alergi, gangguan pada
darah

Pamol 200 mg Oral Penurun panas

Aminophyline 24 mg i.v Asma dan penyakit


paru obstruksi kronis

Sodium Bicarbonate 25 ml i.v Menetralisasi kadar


asam lambung yang
berlebih

Bisolvon 50 ml ( 15 tts ) - Mengencerkan dahak

Pulmicort 2 ml ( ½ ) - Asma bronkial

Ventolin 2,5 mg - Asma dan penyakit


paru obstruktif
kronik(PPOK)

Surabaya 29 Mei 2017


Tanda Tangan Perawat

ARIS FITRI

(Aris Fitri Hidayati)


53

3.2 Analisa Data

Nama Px : An.” M ” Ruang/kamar : Ruang V/5

Umur : 7 tahun RM : 52 XX XX

Table 3.2 Analisa Data

No Data (symptom) Penyebab (etiologi) Masalah (problem)

1. DS: Hiperventilasi Ketidakefektifan


Ibu pasien mengatakan anaknya Pola nafas
sesak dan batuk tidak ada dahak.
DO:
- Pasien batuk
- RR 40 x/menit nafas cepat dan
dangkal
- Pasien tampak sesak
- Nadi 97 x/menit
- Suhu 36,8°C
- Terdapat ronchi
- Tampak pernafasan cuping
hidung
- Tampak pernafasan dinding
perut
- Keadaan umum pasien lemah
- SPO2 : 89 %
- Pasien alergi udara dingin
dengan reaksi sesak

2. DS: Kurang asupan Ketidakseimbangan


Ibu pasien mengatakan anaknya makanan nutrisi kurang dari
tidak mau makan jika tidak kebutuhan
dipaksa dan kebiasaan sulit
untuk makan
DO:
Antropometri
- BB SMRS: 20 kg
- BB MRS: 17 kg
- TB: 121 cm
Biomedical
- HGB: 13,6 g/dL (11,0 – 16,0)
Clinical
- Mukosa bibir kering
- Nafsu makan menurun
- Mual
- TTV RR 40 x/menit, Nadi 97
x/menit, Suhu 36,8°c
54

Diet
Diit NT PTG
Pasien menghabiskan ± 5 sendok
bubur, pasien minum air ± 200
cc mulai pukul 6 pagi.
3. DS: Stresor Ansietas
Ibu pasien mengatakan cemas (Kurangnya
dengan keadaan anaknya pengetahuan tentang
DO: penyakit anaknya)
- Ibu pasien terlihat bingung
dengan penyakit anaknya
- Ibu pasien selalu bertanya
dengan keadaan anaknya
- Keluarga pasien bekerja
swasta dan ibu rumah tangga
- Pendidikan ayah dari pasien
SMA dan ibu pasien SMP
55

3.3 Prioritas Masalah

Nama Px : An.” M ” Ruang/kamar : Ruang V/5

Umur : 7 tahun RM : 52 XX XX

Table 3.3 Prioritas Masalah

No Tanggal
Masalah Keperawatan Paraf
Ditemukan Teratasi

1. Ketidakefektifan pola napas 29 Mei 2017 AF


berhubungan dengan Hiperventilasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 29 Mei 2017 AF


kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Kurang asupan makanan

3. Ansietas berhubungan dengan Stresor 29 Mei 2017


(kurangnya pengetahuan tentang AF
penyakit anaknya)
3.4 Rencana Kerawatan

Table 3.4 Rencana Keperawatan


No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan
napas berhubungan asuhan keperawatan dalam 1. Observasi kecepatan irama, 1. Memantau pola pernafasan harus
dengan Hiperventilasi waktu 2x24 jam diharapkan kedalaman nafas dilakukan terutam dengan
pola nafas membaik. gangguan pernafasan.
KH:
- Batuk berkurang
- tidak terdengar suara ronki 2. Perhatikan pergerakan dada, amati 2. Melakukan pemeriksaan fisik
- RR normal 20 – 28 x/menit kesimetrisan, penggunaan otot pada paru dapat mengetahui
- Nadi normal 70 - 110 bantu nafas, auskultasi bunyi napas kelainan yang terjadi pada
x/menit dan adanya suara nafas tambahan pasien, adanya bunyi nafas
- Tidak terdapat pernafasan tambahan mengidentifikasi
cuping hidung adanya gangguan pada pernafsan
- Tidak ada pernafasan
dinding perut 3. Atur posisi pasien semi fowler 3. Posisi semi fowler memudahkan
- Sesak berkurang ekspansi paru

4. Observasi TTV pasien 4. Untuk mengetahui perubahan


tanda – tanda vital pada pasien

5. Berikan obat sesuai dengan 5. Membuka saluran pernafasan


indikasi dokter: dalam paru-paru sehingga udara
Aminophyline 24 mg (i.v) drip bisa mengalir lancar dan
infus 6cc/ kolf + sodium penggunaannya bisa bernafas
bicarbonate 25m (i.v) drip infus dengan lega

56
10cc/kolf
Bronkodilator :
- Bisolvon 50 ml ( 15 tts)
- Pulmicort 2 ml ( ½ / 1 ml )
- Ventolin 2,5 mg ( ¾)

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan dalam 1. Beri kesempatan keluarga pasien 1. Untuk membantu mengkaji
kebutuhan tubuh waktu 3x24 pemenuhan untuk mendiskusikan alasan penyebab gangguan makan
berhubungan dengan nutrisi dapat terpenuhi pasien untuk tidak mau makan
kurang asupan makanan KH:
- Nafsu makan bertambah 2. Kaji riwayat nutrisi pasien 2. Mengeidentifikasi defisiensi
dari 5 sendok menjadi ½ termasuk makanan yang disukai nutrisi
porsi
- Pasien menghabiskan 1 3. Observasi dan catat masukan 3. Mengawasi masukan kalori /
porsi dari porsi yang makanan pasien kualitas kekurangan konsumsi
disediakan makanan
- Tidak ada penurunan berat
badan 4. Timbang berat badan pasien pada 4. Mengetahui penambahan berat
- Tidak ada tanda-tanda mal jam yang sama cxbadan pasien
nutrisi (Anemia, kekurangan
gizi, kekurangan nutrisi) 5. Anjurkan keluarga memberi 5. Memungkinkan variasi sedian
makanan sedikit tapi sering makanan akan memampukan
pasien untuk mempunyai pilihan
terhadap makanan yang dapat
disukai

57
6. Sajikan makanan dengan variasi 6. Makanan yang menarik dapat
yang menarik menumbuhkan rasa keinginan
makan untuk pasien

7. Kolaborasi dengan dokter untuk 7. Memperbaki nafsu makan dan


pemberian obat membantu poses penyembuhan

8. Pantau pemberian nutrisi per i.v 8. Mempebaiki kekurangan nutrusi


infus D5 ½ NS 1000 cc/24 jam dan dapat membantu
mengembalikan cairan

3. Ansietas berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga 1. mengetahui seberapa besar
dengan stresor ( kurang asuhan keperawatan selama kecemasan keluarga pasien:
nya informasi tentang 1x24 jam diharapakan perawat harus mengetahui sejauh
penyakit anaknya) keluarga pasien dapat mana keluarga mengetahui
mengerti tentang penyakit tentang penyakit sebelumnya
KH:
- keluarga pasien mengerti 2. Berikan informasi tentang proses 2. agar informasi dapat diterima
dan paham tentang penyakit dengan bahasa yang dengan mudah dan tepat sehingga
penyakit anaknya mudah dimengerti tidak menimbulkan nesalah
- keluarga pasien sudah tidak pahaman
bingung
3. Kaji latar belakang pendidikan 3. agar perawat dapat memberikan
pasien dan keluarga penjelasan sesui dengan tingkat
pendidikann, sehingga penjelasan
dapat dipahami

58
4. Jelaskan semua prosedur yang 4. dengan mengetahui tindakan atau
akan dilakukan dan manfaat bagi prosedur tindakan yang akan
pasien dilakukan

5. Berikan kesempatan kepada 5. mengurangi kecemasan dan


keluarga untuk menanyakan hal – memotivasi pasien dan keluarga
hal yang ingin ditanyakan untuk koperatif dalam masa
sehubungan dengan penyakit perawatan

6. Gunakan leaflat / gambar dalam 6. gamba/ media dapat mepermudah


memberikan penjelasan keluarga dan pasen mengerti

59
3.5 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan

Table 3.5 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan


NO. Waktu Tindakan keperawatan TT Waktu Catatan Perkembangan TT
Dx (tgl & jam) Perawat (tgl & jam Prwt
1,2, 29 Mei 2017 - Membina hubungan saling percaya 30 Mei 2017 DX 1
3 10.00 antara perawat dengan pasien dan AF 07.00 S: AF
perawat dengan keluarga dan Ibu pasien mengatakan anaknya
memperkenalkan diri kepada masih batuk dan sesak.
keluarga dan pasien. O:
- Pasien tampak batuk ada
2 10.05 - Menimbang BB pasien dan dahak tetapi hanya sedikit
mengukur,TB di temukan hasil: AF - Terdapat ronchi samar
BB SMRS: 20 kg - Tidak tampak pernafasan
BB MRS: 17 kg cuping hidung
TB: 121 cm - Tidak tampak pergerakan
dinding perut
1,2, 11.00 - Mengobservasi TTV pasien dan AF - RR 30 x/menit Nadi 96
3 kecepatan irama, kedalaman x/menit, suhu 36,1°C,
pernafasan pasien dan pola nafas SPO2 95%
nadi 97 x/menit - Keadaan umum pasien
suhu 36,8°C lemah
RR 40 x/menit - Terpasang oksigen nasal 2
SPO2 89% lpm
irama napas irreguler, pernafasan A:
cepat dan dangakal, pola napas masalah teratasi sebagian
dispnea P:
intervesi dilanjutkan 2,3,4, dan 5

60
1 11.10 - Memberikan oksigen nasal kanul 2 AF
lpm: ditemukan hasil pasien nyaman

1 11.15 - Memberikan posisi semi fowler pada AF DX 2


pasien : ditemukan hasil pasien S: AF
tampak tenang dan nyaman Ibu pasien mengatakan anaknya
tidak mau makan.
2 11.40 - Mengkaji penyebab anak tidak mau O:
makan: ditemukan pasien mual dan - BB SMRS:20 kg
memberikan makanan yang disukai AF - BB MRS: 17kg
dan minuman sedikit tapi sering - TB: 121 cm
kepada pasien - Hb: 13,6 g/dL
- Mukosa bibir kering
2 11.55 - Melakukan riwayat nutrisi dan AF - nafsu makan menurun
makanan yang disukai: ditemukan - mual
hasil pasien makan ± 5 sendok bubur - Diit NT PTG. Pasin
dan minum ± 150 cc. menghabiskan ± 4 sendok
bubur
1,2, 12.30 - Mengobservasi dan mengkaji saluran A:
3 pernapasan, bunyi nafas vesikular, masalah teratasi sebagian
ditemukan hasil: RR 36 x/menit Nadi P:
96 x/menit, suhu 37,7°C, SPO2 95% AF intervesi dilajutkan 1,2,3,4,5,6 dan
terdapat ronchi di lobus kiri, terdapat 6
pernafasan pergerakan dinding perut,
terdapat cuping hidung

1,2, 13.00 - Visite Dokter Fadjar hasilnya


3 Pemberian terapi Aminophyline 24 AF

61
mg(6 cc/ kolf) + sodium bicarbonate
25 ml(10 cc/kolf) drip infus D5½NS
1000cc/24 jam

1,2, 13.15 - Memberikan obat Aminophyline 24 DX 3


mg(6 cc/ kolf) + sodium bicarbonate AF
25 ml(10 cc/kolf) drip infus D5½NS S: AF
1000cc/24 jam Ibu pasien mengatakan masih
cemas dengan keadaan anaknya
3 13.30 - Mengkaji kecemasan keluarga D:
dengan bertanya tentang penyakit AF - Ibu pasien terlihat bingung
anak: ditemukan hasil ibu pasien dengan penyakit anaknya
bingung dengan penyakit anaknya - Ibu pasien bertanya dengan
penyakit anaknya
1 14.00 - Melakukan nebulizer ventolin ¾ + A:
bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc AF masalah teratasi sebagian
P:
1,2 15.00 - Menganjurkan untuk memberikan Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4 dan 5
minum air yang cukup dan
mengobservasi nutrisi makanan
ditemukan makan ± 4 sendok bubur NS
sereal

1,2, 16.00 - Mengobservasi TTV pasien Nadi 94


3 x/menit RR 38 x/menit SPO2 93% NS
Suhu 36,9°C

62
3 16.30 - Menjelaskan prosedur tindakan
(injeksi, nebulizer, oksigen) yang NS
akan dilakukan dan manfaatnya bagi
pasien, memberikan kesempatan
pada ibu pasien untuk bertanya

1,2 20.00 - Mengobservasi TTV pasien Nadi 89 NS


x/menit RR 35 x/menit SPO2 95%
Suhu 37,9°C

1,2 22.00 - Melakukan injeksi dexamethason 2,5 NS


mg per i.v

1,2 22.10 - Mengobservasi TTV pasien Nadi


110 x/menit RR 35 x/menit SPO2 NS
92% Suhu 36,9°C

1,2 05.30 - Mengobservasi TTV pasien Nadi


110 x/menit RR 30 x/menit SPO2 NS
96% Suhu 36,1°C

1 06.00 - Melakukan nebulizer ventolin ¾ + NS


bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc

63
30 Mei 2017 31 Mei 2017 DX 1
1,2, - Observasi TTV pada pasien 07.00 S: AF
3 07.30 Nadi 100 x/menit AF Ibu pasien mengatakan anaknya
Suhu 36,4°C masih sesak tetapi sudah
RR 36 x/menit berkurang dan masih ada batuk.
O:
1,2, 08.00 - Melakukan injeksi dexamethason 2,5 AF - Pasien tampak batuk grok-grok
3 mg per i.v - Nadi 100 x/menit
- Suhu 36,6°C
1,2, 08.40 - Memberikan obat Aminophyline 24 AF - RR 32 x/menit
3 mg(6 cc/ kolf) + sodium bicarbonate - SPO2 95%
25 ml(10 cc/kolf) drip infus D5½NS - Ronchi berkurang
1000cc/24 jam - Terpasang oksigen nasal 2 lpm
A:
2 08.50 Melakukan observasi nutrisi dan masalah teratasi sebagian
makanan, minuman yang disukai AF P:
ditemukan hasil 1 porsi tidak habis intervesi dilanjutkan 2,3,4 dan 5
pasien hanya makan ± 4 sendok,
pasien minum susu soya dan air
putih 500 cc.

3 09.00 - Memberikan informasi kepada


keluarga pasien tentang penyakit
anaknya ditemukan ibu pasien AF
memahami penjelasan dari perawat

1,2, 10.00 - Visite dokter fadjar dengan hasil


3 memberi terapi baru : Mucos 3 x 1 ½ AF

64
sdt per oral

2 11.30 - Membantu keluarga untuk DX 2


memberikan makanan yang disukai AF S:
dan minuman sedikit tapi sering Ibu pasien mengatakan anaknya
ditemukan hasil pasien mau makan sudah mau makan tapi sedikit AF
O:
1,2 11.35 - Mengkaji saluran pernapasan, bunyi - BB SMRS: 20 kg
napas vesikuler, ditemukan RR 30 AF - BB MRS: 17 kg
x/menit, suara ronchi samar , pola - Mukosa bibir kering
nafas dispnea(sesak), irama nafas - Nafsu makan menurun
irreguler - Diit NT PTG. Pasien makan
dengan ± 6 sendok makanan
1,3 11.40 - Memberikan posisi semi fowler yang disediakan, pasien minum
dengan hasil nampak tenang dengan AF susu soya dan air putih 740
posisi semi fowler, pasien batuk cc/24jam
grok-grok. A:
masalah teratasi sebagian
1,2, 12.00 - Observasi TTV pada pasien P:
3 Nadi 100 x/menit AF intervesi dilajutkan 1,2,3,4,5,6
Suhu 36,7°C dan 7
RR 30 x/menit
SPO2 93%

1,2, 16.00 - Observasi TTV Pada pasien NS


3 Nadi 96 x/menit
Suhu 36,5°C
RR 35 x/menit

65
SPO2 95%
NS
1 17.00 - Melakukan nebulizer ventolin ¾ +
bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc DX 3
S:
2,3 17.20 - Melakukan observasi makanan NS Ibu pasien mengatakan cemas
pasien pasien menghabiskan ± 6 sudah berkurang
sendok porsi dari yang disediakan ,
minum 240 ml O:
- Ibu pasien sudah tidak terlihat
3 20.00 - Meberikan motivasi tentang NS bingung dengan penyakit
penyakit yang diderita pasien anaknya
- Ibu pasien selalu bertanya AF
dengan keadaan anaknya
1,2 22.00 - Membantu ibu pasien memberi NS - Ibu pasien tampak tenang
makanan dan minuman sedikit tapi
sering A:
masalah teratasi sebagian
1 23.00 - Memberikan obat oral Mucos 1½ sdt NS P:
Intervensi dipertahankan 1,2,3,4
1,2, 05.30 - Observasi TTV Pada pasien dan 5
3 Nadi 96 x/menit NS
Suhu 36,6°C
RR 32 x/menit
SPO2 95%

1 05.35 - Melakukan nebulizer ventolin ¾ +


bisolvon 15 tts + pulmicort 1cc NS

66
31 Mei 2017 1 Juni 2017 DX 1
- Observasi TTD Psien ditemukan hasil 07.00 S:
1,2, 08.00 Nadi 110 x/menit Ibu pasien mengatakan anaknya
3 Suhu 37°C AF sudah tidak sesak tetapi masih AF
RR 32 x/menit batuk.
SPO2 95% O:
- Pasien tampak batuk grok-
- Melakukan observasi nutrisi dan makanan grok
2 08.15 pada pasien ditemukan hasil ¼ porsi habis AF - Pasien tampak batuk
minum 250 cc dari jam 05.00 pagi mengelurkan sputum
- Nadi 110 x/menit
1,2, - Melakukan injeksi dexamethason 2,5 mg AF - Suhu 36,4°C
3 08.30 per i.v - RR 28 x/menit
- SPO2 96%
2 08.35 - Menganjurkan ibu untuk memberikan - Keadaan pasien baik
minum yang cukup diselingi sari buah- AF - tidak tampak pernafasan
buahan seperti jus jambu pergerakan dinding perut
- tidak tampak pernafasan
2 08.35 - Menimbang BB Pasien ditemukan hasil 17 AF cuping hidung
kg - tidak terpasang oksigen

2 09.00 - Melakukan pemberian makanan dan A:


minuman yang disukai sedikit tapi sering AF masalah teratasi sebagian
P:
1,2, 10.00 - Visite dokter Fajar dan hasil pasien intervesi dilanjutkan 2,3,4 dan 5
3 rencana Konsultasi Fisioterapi AF

67
1 11.30 - Mengkaji saluran pernapasan, suara nafas, AF
observasi, irama nafas, pergerakan dada
pada pasien ditemukan hasil RR 30 DX 2
x/menit bunyi nafas vesikuler irama nafas S: AF
teratur, tidak terdapat pernafasan Ibu pasien mengatakan anaknya
pergerakan cuping hidung, tidak ada sudah mau makan
pergerakan dinding perut, suara ronchi O:
samar, pergerakan dada simetris - BB MRS: 17 kg
- Mukosa bibir kering
1,2 11.30 - Melakukan pemberian obat oral : Mucos AF - Nafsu makan menurun
1½ sdt dan paracetamol 200 mg per oral - Mual berkurang
- Diit NT PTG. Pasien makan
1,2, 11.50 - Observasi TTV pada pasien menghabiskan ¼ porsi dari
3 Nadi 97 x/menit AF yang disediakan , minum 150
Suhu 36,3°C ml
RR 30 x/menit
SPO2 96% A:
masalah teratasi sebagian
1,2, 12.05 - Melepas oksigen nasal ditemukan pasien P:
3 tidak mengalami sesak dan dapat bernafas AF intervesi dilajutkan 1,2,3,4,5 dan 6
secara teratur

2 13.00 - Melakukan observasi makanan pasien


menghabiskan ¼ porsi dari yang
disediakan , minum 150 ml AF

68
- Melakukan observasi nutrisi pada pasien
2 15.00 hasil pasien makan ¼ porsi dari yang NS
disediakan dan air putih 100 cc DX 3
S:
- Melakukan observasi saluran pernapasan NS Ibu pasien mengatakan sudah AF
1 15.40 pada pasien ditemukan hasil RR 30 mengerti dengan keadaan anaknya
x/menit, SPO2 95% D:
- Ibu pasien sudah tidak
- Melakukan nebulizer ventolin ¾ + terlihat bingung dengan
1 15.50 bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc NS penyakit anaknya
- Ibu pasien tampak lebih
- Observasi TTV pada pasien ditemukan tenang
1,2, 16.00 hasil: A:
3 Nadi 110 x/menit NS masalah teratasi sebagian
Suhu 36,9°C P:
Intervensi dipertahankan 1,2,3,4
- Melakukan observasi kecemasan pada ibu dan 5
3 16.15 pasien ditemukan hasil: ibu pasien sudah
mengerti tentang penyakit dengue NS
hemorargic fever yang menimpa anaknya HE:
- Anjurkan ibu untuk memberikan
- Observasi TTV pada pasien ditemukan minum secukupnya dan di selingi
1,2, 20.00 hasil: minum sari buah-buahan.
3 Nadi 97 x/menit - Anjurkan untuk istirahat yang AF
Suhu 37,1°C NS cukup
RR 35 x/menit - Upayakan untuk memberikan
SPO2 93 % makan dan sajikan makanan yang
menarik serta makan yang disukai

69
pasien agar pasien tertarik untuk
2 21.30 - Membantu ibu pasien memberi makanan NS Makan
dan minum sedikit tapi sering - Anjurkan ibu untuk tidak
memberikan jajanan Snack pada
1 22.00 - Mengkaji saluran pernapasan pada pasien NS anak
ditemukan hasil RR 30 x/menit bunyi - Memberikan pendidikan
nafas vesikuler irama nafas teratur kesehatan tentang pencegahan
NS DHF dirumah seperti 3M Plus
1,2 22.05 - Memberikan posisi yang nyaman pada
pasien semi fowler: ditemukan pasien
nyaman dengan posisinya
NS
1 23.00 - Memberikan obat Mucos 1½ sdt per oral

1,2, 05.00 - Observasi TTV pada pasien ditemukan


3 hasil: NS
Nadi 110 x/menit
Suhu 36,4°C
RR 28 x/menit

1 06.30 - Melakukan nebulizer ventolin ¾ + NS


bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc

70
71

3.6 Evaluasi Sumatif

a. Diagnosa 1

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Hiperventilasi

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak tetapi sudah berkurang dan

masih ada batuk.

O : Pasien tampak batuk grok-grok , nadi 100 x/menit, suhu 36,6°C, RR 32,

x/menit, SPO2 95%, ronchi berkurang, terpasang oksigen nasal 2 lpm

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervesi dilanjutkan 2,3,4 dan 5 (pasien perlu tambahan waktu untuk

diobservasi)

b. Diagnosa 2

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kurang asupan makanan

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau makan

O: BB MRS: 17 kg, mukosa bibir kering nafsu makan menurun, mual

berkurang, Diit NT PTG. Pasien makan menghabiskan ¼ porsi dari yang

disediakan , minum 150 ml

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervesi dilajutkan 1,2,3,4,5 dan 6 (pasien perlu tambahan waktu untuk

diobservasi)

HE :

1. Menganjurkan agar memberikan makanan yang disukai

2. Menyediakan makanan selagi hangat


72

3. Ganti menu makanan yang seimbang (karbohidrat dan protein)

4. Memberikan makanan cemilan seperti agar-agar atau biskuit

c. Diagnosa 3

Ansietas berhubungan dengan stresor ( kurang nya informasi tentang penyakit

anaknya)

S: Ibu pasien mengatakan cemas sudah berkurang

O: Ibu pasien sudah tidak terlihat bingung dengan penyakit anaknya, Ibu pasien

selalu bertanya dengan keadaan anaknya , tampak tenang

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dipertahankan 1,2,3,4 dan 5


BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan

pada klien dengan Diagnosa Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di ruang V

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang meliputi pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena

penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu

untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien sehingga klien dan keluarga

terbuka dan mengerti serta kooperatif.

4.1.1 Identitas Pasien

Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati (2010) pada Penyakit DHF

dapat menyerang semua orang baik laki–laki maupun perempuan sebagian besar

adalah laki-laki paling sering menyerang pada anak–anak dengan usia <15 tahun.

Pada tinjauan kasus pasien berusia 7 tahun dimana memang pada usia sekolah ini

anak senang bermain dengan teman sebayanya. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa anak usia sekolah memang belum memperhatikan mana lingkungan yang

bersih mana lingkungan yang kotor, pada usia sekolah anak mencari lingkungan

yang luas untuk bermain dengan teman sebayanya.

73
74

4.1.2 Keluhan Utama

Pada tinjauan kasus keluhan utama pada saat pengkajian pasien batuk dan

sesak nafas. Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati (2010) biasanya ditandai

dengan panas tinggi selama 2-7 hari dan anak lemah. Dari data tinjauan kasus

pasien mengalami sesak karena pasien memiliki alergi pada suhu dingin karena

AC ruangan dan sesak bukan dari gradenya penyakit DHF menurut Ambarwati &

Nasution (2015) pada DHF terkadang sesak nafas, pada grade III dan IV jika

terjadi komplikasi biasanya pada gambaran foto thorak terjadi penumpukan cairan

pada paru (efusi pleura), rates, Ronchi yang biasanya pada grade III dan IV dan

pasien masih dalam grade I yang mengalami demam disertai gejala klinis lain atau

perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi,

terdapat suara rochi di lobus kiri, hasil laboratorium pada tanggal 28 Mei 2017

trombosit 153 10^3/UL, trombosit yang menurun dapat terjadi perdarahan dan

Hematokrit 39,4%, hasil dari hematokrit dapat mengetahui imun tubuh pada

pasien. Berhubung pasien mengalami sesak pasien di pasang oksigen nasal 2 lpm.

4.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Pada tinjauan kasus Pasien mempunyai Asma pada usia 6 tahun. Pada

waktu kecil pasien juga menderita deman dan batuk pilek biasa, Pasien belum

pernah dirawat dirumah, pasian mengkonsumsi obat dari dokter dan tidak pernah

dilakukan tindakan operasi, Pasien mengalami alergi obat-obatan (Antrain)

dengan reaksi bintik – bintik merah di tubuh, alergi udara dingin dengan reaksi

sesak, tidak ada alergi makanan. Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati
75

(2010) Penyakit apa saja yang pernah di derita, meliputi penyakit waktu kecil, apa

pernah dirawat dirumah sakit, obat yang bisa digunakan, alergi. Pada DHF anak

bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.

4.1.4 Keadaan umum

Keadaan umum tanda – tanda vital pada tinjauan kasus Pasien terlihat

lemah, kesadaran compos mentis, GCS 456, pasien hanya tiduran, Tanda – tanda

vital observasi pasien suhu: 36,8°C , nadi: 97 x/menit, RR: 40 x/menit, TB:

121cm, BB sebelum masuk rumah sakit: 20 kg, pada saat masuk rumah sakit 17

kg, Berat Badan Menurut DDST = (umur(thn) x 7 - 5) : 2 berat badan 22 kg.

Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati (2010) Keadaan umum tanda – tanda

vital : adanya peningkatan suhu tubuh, diwaspadai peningkatan suhu tubuh yang

terlalu tinggi dapat menimbulkan kejang. Pada saat pengkajian pasien tidak

mengalami peningkatan suhu tubuh (hipertermi) suhu pasien 36,8°C, pada saat

pengkajian pasien berada pada fase konvalesen atau masa penyembuhan.

4.1.5 Kebutuhan Nutrisi

Pada tinjauan kasus kebutuhan nutrisi sebelum masuk rumah sakit pasien

makan 3 x sehari, menghabiskan satu porsi menu yang disediakan dan pasien

kebiasaan susah makan serta makan kesukaan pasien nasi, ayam goreng dan

bubur sereal. Pada saat masuk rumah sakit pasien tidak nafsu makan dan mual di

karenakan terjadi pembesaran hati yang menekan diafragma yang akan

menimbulkan mual muntah, pasien tidak mau minum. Pada tinjauan pustaka

menurut Kemenkes RI (2014) Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang

disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan
76

aktivitas fisik, misalnya olahraga, bermain. Kebutuhan nutrisi pada kelompok ini

terutama pertumbuhan dan aktifitas yang besar.

Dari tinjauan kasus pasien pasien sebelum masuk rumah sakit BAB pasien

2x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning kecoklatan. Pasien dirumah

BAK frekuensi 5x sehari warna kuning jernih. Pada saat MRS saat pasien belum

pernah BAB. Pasien BAK 4x ±900 cc, warna kuning. Pada tinjauan pustaka

penyakit DHF mengalami diare atau konstipasi. Pasien tidak mengalami

konstipasi atau diare karena pada pasien tanda dan gejala menunjukkan pada

grade 1.

4.1.6 Integumen

Pada pemeriksaan integumen tidak ada oedema, Akral hangat, warna kulit

sawo matang, tidak terdapat petekie, turgor kulit elastis, terpasang infus D5 ½ NS

1000 cc/24 jam (14tetes/menit). Pada tinjauan pustaka menurut Ambarwati (2010)

Pada grade I uji turniket positif, Pada grade III kulit dingin lembab, pada grade II

terdapat perdarahan spontan perdarahan dibawah kulit karena kebocoran plasma,

mialgia/nyeri otot, nyeri tulang, akral dingin, turgor kulit menurun dan pada

tinjauan kasus pasien berada pada grade I.

4.1.7 Pemeriksaan Fisik

Kesenjangan pada pengkajian di tinjauan pustaka mengacu pada

pengkajian B1-B6 sedangkan pada tinjauan kasus penulis menggunakan format

per system. Pada pemeriksaan per system : Kepala, Keadaan rambut dan Hygiene

kepala bersih, rambur panjang, warna rambut hitam. Tidak ada benjolan, dan

tidak ada lesi, mata pada pemeriksaan fisik gerakan mata pasien normal,
77

konjungtiva anemis, reflek terhadap cahaya +/+, lapang pandang kesegala arah,

sklera tidak ikhterik, tidak terdapat benjolan kelopak mata, Hidung & Sinus posisi

hidung simetris, septum di tengah, terdapat pernafasan cuping hidung, fungsi

penciuman baik, Telinga kedua telinga pasien tampak simetris, tidak terdapat

serumen pada kedua telinga, pendengaran pasien baik, tidak terpasang alat bantu

dengar, mulut dan tenggorokan mukosa bibir kering, tidak tampak cyanosis, lidah

tidak kotor, lidah warna merah muda, ovula tidak ada kemerahan, tidak terdapat

tonsil, gusi tidak tampak radang dan tidak ada nyeri telan, pasien batuk, Tengkuk

dan Leher simetris terpusat pada posisi kepala, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening dan tidak ada pembesaran kelenjar thyrod, Pemeriksaan Thorax dan

dada bentuk dada normonchest, pergerakan simetris, tidak ada penggunaan otot

bantu napas, irama napas irreguler, pernafasan cepat dan dangkal, pola napas

dispnea, pernafasan dinding perut, Paru pada inspeksi pasien ada batuk tidak ada

lendir, pada palpasi di dapatkan RR 40 x/menit. Pada perkusi di dapatkan suara

sonor, pada auskultasi ditemukan suara napas ronchi di lobus kiri, Jantung Ics 5

mid klavikula sinistra, irama jantung reguler, tidak ada nyeri dada, bunyi jantung

s1s2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT < 2 detik, Punggung pada

punggung tidak ada kelainan tulang belakang (skoliosis, lordosis dan kifosis),

Abdomen tidak membuncit, tidak ada luka, hepar tidak teraba pembesaran, tidak

ada nyeri tekan, bising usus meningkat, Genitalia dan Anus Pasien berjenis

kelamin perempuan, anus normal, tidak tampak ruam, Pemeriksaan

Muskuloskeletal, pada pasien tidak terdapat fraktur, ROM tidak terbatas, tidak ada

oedema, Pemeriksaan Neorologi Kesadaran pasien compos mentis, GCS 456,

tidak ada kejang, tidak ada kelainan pada saraf, Pemeriksaan Integumen Akral
78

hangat, warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, tidak ada oedema, tidak

terdapat petekie, terpasang infus D5½ NS 1000 cc/ 24 jam( 14tetes/menit). Pada

tinjauan pustaka menggunakan B1-B6 yang masing-masing Pernafasan (B1:

Breath) Suara serak, ada batuk dan pilek, terkadang sesak nafas, pada grade III

dan IV jika terjadi komplikasi biasanya pada gambaran foto thorak terjadi

penumpukan cairan pada paru (efusi pleura), rates, Ronchi yang biasanya pada

grade III dan IV, Cardiovaskuler (B2: Blood) Derajat III kegagalan sirkulasi: nadi

cepat dan lemah, hipotensi, derajat IV renjatan berat, denyut nadi dan tekanan

darah tidak dapat diukur, epitaksis, hemoptisis, ekimosis, purpura, perdarahan

gusi, hematemesis, dan melena, terdapat sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung

jari; hidung, telinga, dan kaki pada grade IV, Persyarafan (B3 : Brain) Kesadaran

pasien composmentis, terdapat nyeri kepala, mata anemis, hidung terkadang

mengalami perdarahan pada grade II,III,IV, muka tampak kemerahan karena

demam, Perkemihan- eliminasi (B4 : Bladder) Disuria, Pencernaan (B5 : Bowel)

Mual, muntah, malaise, anoreksia, pembesaran hati, nyeri perut, nyeri telan, diare

atau konstipasi, mukosa bibir kering, tenggorokan mengalami hyperemi pharing

dan terjadi perdarahan telings pada grade II,III,IV, terjadi perdarahan gusi, pada

DHF grade III, IV dapat terjadi melena, Integument (B6 : Bone) Pada grade I uji

turniket positif, Pada grade III : kulit dingin lembab, pada grade II terdapat

perdarahan spontan perdarahan dibawah kulit karena kebocoran plasma, mialgia/

nyeri otot,nyeri tulang, akral dingin, turgor kulit menurun.

Pada tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapat keselarasan bahwa pada

pasien terdapat mukosa bibir kering, mata anemis dapat dibuktikan dengan hasil

laboratorium Hemoglobin 13,6 g/dL (11,0 – 16,0). Dapat di simpulkan bahwa


79

tidak semua keluhan yang ada pada teori selalu muncul pada kasus nyata karena

memang kondisi yang dialami pasien berbeda-beda.

Analisa data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori saja

sedangkan pada kasus nyata disesuaikan dengan keluhan yang dialami pasien

karena penulis menghadapi pasien secara langsung.

4.2 Diagnosa keperawatan ( NANDA 2015-2017)

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, nafsu makan menurun

c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya

asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh

d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu

akibat spasme otot-otot pernafasan

e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan intra

abdomen)

f. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan

g. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Dari semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka tidak semua ada

pada tinjauan kasus. Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan

kasus yaitu:

a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Hiperventilasi

Karena pada pasien DHF sering terdapat sesak pada grade III dan IV

jika terjadi komplikasi biasanya pada gambaran foto thorak terjadi


80

penumpukan cairan pada paru (efusi pleura) tetapi pada pasien terjadi

sesak nafas pasien memiliki riwayat alergi dingin karena AC ruangan di

rumah sakit.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurang asupan makanan

Karena pada pasien DHF terdapat pembesaran hati (hepatomegali) yang

menekan diafragma sehingga muncul rasa mual, muntah sampai dengan

nafsu makan menurun.

c. Ansietas berhubungan dengan stresor (kurangnya pengetahuan tentang

penyakit anaknya)

Pada pasien DHF sering kali pasien atau keluarga kurang mengerti

tentang penyakit dan cara pencegahannya.


81

Sedangkan diagnosa keperawatan tidak muncul pada kasus nyata dan tetap

pada tinjauan pustaka:

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan intra

abdomen)

c. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan

d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan

cairan dan peningkatan suhu tubuh

Tidak semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka muncul pada

tinjauan kasus atau pada kasus nyata bahkan tidak muncul pada kedua-duanya,

karena diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan diagnosa

keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) secara umum, sedangkan pada kasus nyata diagnosa keperawatan

disesuaikan dengan kondisi klien secara nyata.

4.3 Perencanaan

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada

tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada

pencapaian tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan

sasaran, dan intervesinnya dengan alasan penulis ingin berupaya mamandirikan

pasien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui

peningkatan pengetahuan (Koknitif), ketrampilan mengenai masalah

(Psikomotor), dan perubahan tingkah laku pasien (Afektif)


82

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada

kasus nyata keadaan pasien secara langsung. Intervensi diagnosa keperawatan

yang ditampilkan antar tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan

namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria

hsil yang telah ditetapkan.

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Hiperventilasi. Setelah

dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan pola nafas

membaik. Kriteria hasil: frekuensi pernafasan dalam batas normal (20-30 x/mnt),

tidak ditemukan suara nafas tambahan, tanda-tanda vital dalam batas normal suhu

(36,5°C- 37,5°C), Nadi (80-100x/mnt). Pada tinjauan kasus Setelah dilakukan

tindakan asuhan keperawatan dalam waktu 2 x 24 ada peningkatan pasien

batuk grok-grok, batuk mengelurkan sputum, nadi 97 x/menit, suhu 36,3°C, RR

30 x/menit, SPO2 96%, keadaan pasien baik.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurang asupan makanan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

selam 3 x 24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi. Kriteria hasil

nutrisi pasien terpenuhi yang ditandai dengan nafsu makan baik, makan habis 1

porsi sesuai porsi yang disediakan, tidak muntah, dan berat badan stabil atau

meningkat. Pada tinjauan kasus setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

dalam waktu 3 x 24 ada peningkatan pasien mau makan meskipun sedikit BB

SMRS:20 kg, BB MRS: 17kg, TB: 121 cm, Hb: 13,6 g/dL, Mukosa bibir kering

nafsu makan menurun, Diit NT PTG. Pasin menghabiskan ± 5 sendok bubur,

pasien minum ±150 cc.


83

Ansietas berhubungan dengan stresor (kurang nya informasi tentang

penyakit anaknya). Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan. Setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapakan keluarga pasien

dapat mengerti tentang penyakit. Kriteria hasil keluarga pasien sudah tidak

bertanya tentang penyakit anaknya, ekspresi wajah keluarga sudah tidak cemas.

Pada tinjuan kasus setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam ada

peningkatan Ibu pasien mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaan anaknya

dan Ibu pasien sudah tidak terlihat bingung dengan penyakit anaknya, Ekspresi

wajah ibu pasien sudah tidak terlihat cemas antara teori dan kasus nyata pada

ansietas berhubungan dengan kurang nya informasi tentang penyakit anaknya

tidak ada kesenjangan.

4.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah

disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena

hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata

pelaksanaan telah disusun dan direlisasikan pada klien dan ada pendokumentasian

dan intervensi keperawatan.

Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada

tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang

sebenarnya.

Dalam melaksanakan pelaksanaan ini pada faktor penunjang maupun pada

faktor penghambat yang penulis alami. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan
84

keperawatan yaitu antara lain: adanya kerja sama yang baik antara dokter dan

perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana

yang meunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan yang baik

terhadap penulis.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,

Mengobservasi TTV pasien dan kecepatan irama, kedalaman pernafasan pasien

dan pola nafas nadi 97 x/menit, suhu 36,8°C , RR 40 x/menit, SPO2 89%, irama

napas irreguler, pernafasan cepat dan dangakal, pola napas dispnea, Memberikan

oksigen nasal kanul 2 lpm, Memberikan posisi semi fowler pada pasien,

Mengobservasi dan mengkaji saluran pernapasan, bunyi nafas vesikular,

ditemukan hasil: RR 36 x/menit Nadi SPO2 95% terdapat ronchi di lobus kiri,

terdapat pernafasan pergerakan dinding perut, terdapat cuping hidung,

Memberikan obat Aminophyline 24 mg(6 cc/ kolf) + sodium bicarbonate 25

ml(10 cc/kolf) drip infus D5½NS 1000cc/24 jam, Melakukan nebulizer ventolin ¾

+ bisolvon 15 tts + pulmicort 1 cc. Pada Ketidak seimbangan nutrisi nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan Menimbang

BB pasien dan mengukur,TB di temukan hasil: BB SMRS: 20 kg, BB MRS: 17

kg, TB: 121 cm, Memberikan makanan yang disukai dan minuman sedikit tapi

sering kepada pasien, Melakukan riwayat nutrisi dan makanan yang disukai:

ditemukan hasil pasien makan ± 5 sendok bubur dan minum ± 150 cc, ansietas

berhubungan dengan stresor (kurang nya informasi tentang penyakit anaknya)

Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien dan perawat

dengan keluarga dan memperkenalkan diri kepada keluarga dan pasien, Mengkaji

kecemasan keluarga ditemukan hasil: ibu pasien masih bingung dengan penyakit
85

anak nya, Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi

pasien, memberikan kesempatan pada ibu pasien untuk bertanya, Memberikan

informasi kepada keluarga pasien tentang penyakit anaknya ditemukan ibu pasien

memahami penjelasan dari perawat.

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan

dikarenakan pasien dan keluarga koperatif dengan perawat, sehingga rencana

tindakan dapat dilakukan.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena

merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan

karena dapat diketahui keadaan klien dan masalah secara langsung.

Pada waktu dilakukan evaluasi ketidakefektifan pola nafas berhubungan

dengan hiperventilasi belum berhasil baru teratasi sebagian dalam 2x24 jam

tindakan telah dilaksanakan tetapi pasien masih merasa sesak sehingga pasien

butuh tambahan waktu beberapa hari dirawat untuk diobservasi lebih lanjut

sehingga masalah dapat teratasi. Pada tanggal 31 Mei 2017 saat di observasi

Pasien batuk grok-grok, Pasien batuk mengelurkan sputum, Nadi 97 x/menit,

Suhu 36,3°C, RR 30 x/menit. SPO2 96%, Keadaan pasien baik, tidak tampak

pernafasan pergerakan dinding perut, tidak tampak pernafasan cuping hidung,

tidak terpasang oksigen.

Pada diagnosa kedua Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan belum berhasil

baru teratasi sebagian 3 x 24 jam sehingga pasien butuh tambahan waktu beberapa
86

hari dirawat untuk diobservasi lebih lanjut sehingga masalah teratasi. Pada tanggal

31 Mei 2017 saat pasien di observasi BB MRS: 17 kg, Mukosa bibir kering nafsu

makan menurun, Diit NT PTG. Pasien makan menghabiskan ¼ porsi dari yang

disediakan , minum 150 ml.

Pada diagnosa ketiga Ansietas berhubungan dengan stresor (kurang nya

informasi tentang penyakit anaknya Sudah teratasi dalam waktu 1x24 jam

diharapkan keluarga pasien dapat mengerti tentang penyakit dilakukan

penyuluhan pada tanggal 31 Mei 2017. Pengetahuan keluarga dapat bertambah.


BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) di Ruang V Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, maka penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam

meningkatkan asuhan keperawatan pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF).

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada saat pengkajian pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh

(hipertermi), pasien sudah melewati fase kritis panas hari ke 4-5 sehingga

sudah tidak terjadi peningkatan suhu tubuh tetapi pasien masih berada

pada fase konvalesen. Pasien panas pada waktu sebelum masuk rumah

sakit dan sudah dibawa berobat ke puskesmas. Pasien sesak nafas, batuk

(+), ronchi di dada sebelah kiri, batuk grok-grok, pasien terdapat alergi

obat antrain dan udara dingin, pasien juga tidak mau makan minum bila

tidak di paksa makan 5 sendok bubur dan minum 200 cc,mukosa bibir

kering, konjungtiva anemis, akral teraba hangat, pasien tampak lemah,

terpasang infus D5½NS 1000CC/24 jam, pasien terpasang oksigen nasal 2

lpm, dengan posisi pasien semi fowler, adanya pernafasan cuping hidung,

87
88

irama napas irreguler, pernafasan cepat dan dangakal, pola napas dispnea,

ada pergerakan pernafasan dinding perut, BAB belum pernah, Pasien BAK

4x ±900 cc, warna kuning.

2. Masalah keperawatan yang muncul adalah, Ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan Hiperventilasi. Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan,

Ansietas berhubungan dengan stressor (kurangnya pengetahuan tentang

penyakit anaknya)

3. Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ketidakefektifan

pola napas berhubungan dengan Hiperventilas. Setelah dilakukan

tindakan asuhan keperawatan dengan tujuan pola nafas membaik. Kriteria

hasil batuk berkurang, tidak terdengar suara ronki, RR normal 20 – 28

x/menit, nadi normal 70 - 110 x/menit, tidak terdapat pernafasan cuping

hidung. Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kurang asupan makanan. Setelah dilakukan tindakan

asuhan keperawatan dengan tujuan pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil nafsu makan bertambah, pasien menghabiskan dari porsi

yang disediakan, tidak ada penurunan berat badan. Ansietas berhubungan

dengan strssor (kurang nya informasi tentang penyakit anaknya). Setelah

diberikan tindakan asuhan keperawatan dengan tujuan diharapakan

keluarga pasien dapat mengerti tentang penyakit, keluarga pasien sudah

tidak bertanya tentang penyakit anaknya, ekspresi wajah keluarga sudah

tidak cemas.
89

4. Beberapa tindakan mandiri keperawatan pada pasien dengan dengue

hemorrhagic fever mengajurkan keluarga untuk memberikan makanan

sedikit tapi sering dikarenakan nafsu makan pasien akan menurun,

menganjurkan memberi minum secukupnya diselingi sari buah-buahan

seperti jus jambu, dan memberikan semi fowler. Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, penulis melibatkan pasien dan keluarga secara aktif

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yng memerlukan kerja sama

antara perawat klien dan keluarga.

5. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya kerjasama

yang baik antara, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi An.M sudah

sesuai dengan harapan namun klien masih memerlukan tambahan waktu

beberapa hari dirawat untuk observasi lebih lanjut untuk mengatasi

masalah yang terdapat pada pasien.

5.2 SARAN

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan

yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

2. Perawat sebagai petugas kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan,

ketrampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim kesehatan

lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan

DHF.
90

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional

alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang

membahas tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien.

4. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan

dalam bidang keperawatan.

5. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep

manusia secara kompherensif sehingga mampu menerapkan asuhan

keperawatan dengan baik.


91

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian, 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak, edisi
revisi, Salemba Medika: Jakarta

Ambarwati, FR, Nasution, Nita, 2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi &
Balita, Cakrawala ilmu: Yogyakarta

Chomaria, Nurul, 2015. Panduan Terlengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5
Tahun, Cinta: Surakarta

Hadinegoro, RS, Moedjito, I & Chairulfatah, A, 2014. Pedoman Diagnosis dan


Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak, edisi 1, Ikatan Dokter Anak
Indonesia

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Pengantar ilmu keperawatan anak 1,Salemba


Medika: Jakarta

Heather, Herdman, 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-


2017, edisi 10, EGC : Jakarta

Marni, 2016. Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Tropis, Erlangga : Jakarta

Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc, Edisi revisi jilid 1,
Mediaction Publishing

Najmah, 2016. Epidemiologi Penyakit Menular, Trans Info Media: Jakarta Timur

Putra, S.D, 2014. Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang; Pengkajian dan
Pengukuran, Nuha Medika: Yogyakarta

Wiryana, 2007, ‘Nutrisi pada penderita sakit kritis: tinjauan historis’, journal
Peny Dalam, Vol. 8, no. 2

Ranuh, IG,N,GDE, 2013. Beberapa Catatan Kesehatan Anak, Sagung Seto:


Jakarta
92

Saputra, Lyndon, 2013. Panduan Praktek Keperawatan Klinis, Binarupa Aksara:


Tangerang Selatan

Suriadi & Yuliani Rita, 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak, edisi 2, Sagung
Seto: Jakarta

Sudarti, 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak, Nuha Medika:
Yogyakarta

Taylor M Cyntia, 2010. Diagnosa Keperawatan Dengan Rencana Keperawatan,


EGC : Jakarta

Wartonah & Tarwoto, 2015. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan,
edisi 5, Salemba Medika: Jakarta

Widoyono, 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasan, edisi kedua, Erlangga: Semarang

www://m.tribunews.com. Di akses pada tanggal 3 Juni 2017

Profil-kesehatan–indonesia-pdf 2014. Di akses tanggal 3 Juni 2017

Profil-kesehatan–indonesia-pdf 2015. Di akses tanggal 3 Juni 2017

Profil- kesehatan- provinsi-Jawa-Timur-pdf 2014. Diakses tanggal 2 Juni 2017

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012 Pedoman Gizi


Seimbang.Diakses tanggal 2 juni 2017
93

Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

Pokok pembahasan : Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Sub pokok pembahasan : Penyakit Dengue Hemoragic Fever Dan Cara Pencegahannya

Hari / tanggal : Selasa, 30 Mei 2017

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Ruang 5/ kamar 5

Sasaran : Orang Tua Pasien Atau Keluarga

I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan orang tua pasien atau keluarga memahami Dengue
Hemoragic Fever (DHF) pada anak.

II. Tujuan Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan orang tua atau keluarga dapat :

1. Menjelaskan pengertian Dengue Hemoragic Fever (DHF).


2. Menjelaskan penyebab Dengue Hemoragic Fever (DHF).
3. Menjelaskan tanda dan gejala Dengue Hemoragic Fever (DHF).
4. Menjelaskan penatalaksanaan Dengue Hemoragic Fever (DHF).
5. Menjelaskan pencegahan Dengue Hemoragic Fever (DHF).

III. Materi
Materi penyuluhan terlampir.
94

IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab

V. Media
Leaflet

VI. Kegiatan Penyuluhan

No Fase Kegiatan Waktu

1. Pra interaksi 1. Menyiapkan satuan acara 3 menit


penyuluhan dan materi penyuluhan.
2. Mengidentifikasi peserta
penyuluhan.
2. Kerja 1. Memberi salam dan 15 menit
memperkenalkan diri.
2. Memberikan penyuluhan tentang
DHF.
3. Kaji pengetahuan keluarga
tentang DHF.
4. Membagikan leaflet.
5. Menjelaskan materi.
a. Pengertian Dengue Hemoragic
Fever (DHF).
b. Penyebab Dengue Hemoragic
Fever (DHF).
c. Tanda dan gejala Dengue
Hemoragic Fever (DHF).
d. Penatalaksanaan Dengue
Hemoragic Fever (DHF).
e. Pencegahan Dengue
Hemoragic Fever (DHF)
6. Diskusi dan tanya jawab.
7. Membuat kesimpulan.

3. Terminasi 1. Mengucapkan terima kasih 2 menit


2. Memberi salam penutup
95

VII. Evaluasi
1. Evaluasi struktur.

- Kesiapan materi dan SAP.

- Peserta hadir ditempat penyuluhan.

- Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Paviliun 5/ kamar 5

2. Evaluasi proses.

- Penyuluhan dimulai dengan waktu yang direncanakan.

- Keluarga antusias dalam penyuluhan.

- Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.

3. Evaluasi hasil.

Keluarga pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat, keluarga pasien

sudah tidak cemas mengenai penyakit anaknya.

.
96

MATERI PENYULUHAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

I. Pengertian Dengue Hemoragic Fever (DHF).


Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty(Ambarwati &Nasution,
2015)
II. Penyebab Dengue Hemoragic Fever (DHF).
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty dan aedes albopictus
sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
III. Tanda dan Gejala Dengue Hemoragic Fever (DHF).
- Demam tinggi selama 2-7 hari disertai kurang nafsu makan dan sakit kepala.
- Terjadi perdarahan berupa ptekia (bintik-bintik merah pada kulit),
epistaksis(mimisan), muntah darah dan berak darah, gusi berdarah.
- Hepatomegali
- Nyeri perut(ulu hati) tapi tidak ada gejala kuning.
- Bila tidak cepat ditangani dapat timbul gejala shock : nadi cepat, lemah dan kecil
sampai tidak teraba, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan
kaki.
- Rasa sakit pada otot dan persendian
IV. Penatalaksanaan Dengue Hemoragic Fever (DHF).
Segera periksa anak ke tenaga medis terdekat, jika:
1. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, asupan air kurang) atau
kejang-kejang
2. Panas 3-5 disertai nyeri perut
3. Panas disertai perdarahan
4. Panas disertai renjatan atau syok
V. Pencegahan Dengue Hemoragic Fever (DHF).
- Gerakan 3M(Menguras, Menutup, Mengubur)
97

1. Menguras tempat penampungan air yang terdapat dalam rumah dan sekitar seperti
bak mandi, tempayang,ember, vas bunga, tempat minum burung, dll agar jentik
nyamuk Aedes Aegypty mati.
2. Menutup semua wadah air agar nyamuk Aedes Aegypty tidak dapat masuk dan
bertelur
3. Mengubur dan memusnahkan barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat
menampung air hujan seperti ban bekas, kaleng bekas, dll agar tidak menjadi
tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegypty.
- Plus menggunakan obat nyamuk sebelum tidur dan sebelum berpergian.
- Memberantas nyamuk Aedes Aegypty
a. Penyemprotan nyamuk dengan zat kimia
b. Pengasapan dengan insektisida(Fogging)
c. Memberi ikan cupang pada tempat penampungan air
d. Menaburkan serbuk ABATE untuk memberantas jentik nyamuk sesuai takaran
yang tepat yakni 1 bungkus ABATE untuk 10 L air.
- Lakukan pemantauan secara rutin terhadap kegiatan pencegahan ini minimal 1
minggu sekali!
98

Lampiran 2

Standart Prosedur Operasional (SPO)

Prosedur Pemberian Obat Melalui Intravena (IV)

Obat adalah zat yang diberikan untuk keperluan diagnosisi, terapi,

penyembuhan, penurunan dan pencegahan penyakit.

Prinsip enam benar dalam pemberian obat adalah benar obat, benar dosis,

benar pasien, benar waktu, benar rute, benar dokumentasi.

Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara

memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit. Pemberian

obat secara intravena merupakan pemberian obat yang sangat berbahaya. obat

tersebut bereaksi dengan cepat karena obat masuk kedalam sirkulasi klien secara

langsung. Berikut SOP pemberian obatnya:

1. Pengertian

Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke

dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.

2. Tujuan

 Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan

injeksi parenteral lain.


99

 Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan

 Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

3. Tempat injeksi

 Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)

 Pada tungkai (vena saphenous)

 Pada leher (vena jugularis)

 Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis

4. Peralatan

 Buku catatan pemberian obat atau kartu obat

 Kapas alcohol atau kapas antiseptik

 Sarung tangan

 Obat yang sesuai dengan advis dokter

 Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai

 Bak spuit

 Baki tempat obat

 Plester

 Perlak pengalas

 Pembendung vena (torniquet)

 Kassa steril (bila perlu)

 Bengkok

5. Prosedur kerja

 Cek kolaborasi dengan dokter

 Cuci tangan
100

 Kaji inspirasi pasien serta eksplorasi dan validasi perasaan pasien serta

ketidaknyamanan pasien

 Siapkan obat dengan prinsip 6 benar

 Salam terapeutik

 Identifikasi pasien

 Beritahu pasien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan

 Atur pasien pada posisi yang nyaman

 Bebaskan lengan pasien dari baju atau kemeja

 Pilih dan tentukan lokasi penyuntikan

 Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau

rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang

berlebihan.

 Pakai sarung tangan

 Pasang perlak pengalas

 Palpasi daerah penyuntikan

 Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan

gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm.

Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi

dari kulit yang mengandung mikroorganisme.

 Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.

 Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area

penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih

kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena

yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
101

 Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena

 Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit

dan tangan dominan menarik plunger.

 Observasi adanya darah pada spuit

 Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.

 Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil

melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area

penusukan

 Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi

betadin

 Kembalikan posisi pasien ke posisi yang nyaman

 Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok

 Buka sarung tangan

 Cuci tangan

 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai