HALAMAN JUDUL
DISUSUN OLEH:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Magang Kkn Tematik Fakultas
Farmasi Di Apotek Pendidikan Uhodengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam menyusun laporan ini penulis telah berusaha untuk menyajikan dengan sebaik-
baiknya, namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
maka diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Dalam kesempatan kali ini, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat Kami menyadari bahwa selama pelaksanaan magang di apotek pendidikan
uho ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak dengan senang hati telah
memberikan keterangan, waktu, tenaga dan pikiran., untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, S.Si., M.Si., M.Sc., selaku Rektor Universitas Halu
Oleo
2. Bapak Dr. Ruslin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo dan sekaligus
ketua tim KKN tematik fakultas farmasi.
3. Bapak Dr. rer. nat Adriyan Fristiohady lubis ,S.Farm, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing
lapangan selama KKN tematik Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo berlangsung dan
sekaligus merupakan ketua pengurus cabang IAI kota kendari
4. Bapak Sunandar Ihsan, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku dosen pendamping lapangan KKN
tematik fakultas farmasi Universitas Halu Oleo.
5. Bapak Muhammad Hajrul Malaka, S.Si., M.Si., selaku dosen pendamping lapangan KKN
tematik fakultas farmasi Universitas Halu Oleo.
6. Bapak La Ode Muhammad Fitrawan, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku dosen pendamping
lapangan KKN tematik fakultas farmasi Universitas Halu Oleo dan sekaligus sekertaris
pengurus cabang IAI kota kendari.
7. Semua teman – teman tim KKN tematik Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, yang telah
banyak membantu, mendukung dan memberi semangat kepada kami
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di
masa yang akan datang. Tak ada yang penulis harapkan selain sebuah keinginan agar laporan
magang ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya dan Ilmu
Farmasi pada khususnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
KATA PENGANTAR…….………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................6
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................8
IV.3 Pembahasan.........................................................................................................30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................33
V.I Kesimpulan............................................................................................................33
V.2 Saran.....................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35
LAMPIRAN................................................................................................................36
DAFTAR GAMBAR
No. Teks
1. Struktur Organisasi Apotek Pendidikan UHO
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks
1. Apotek Pendidikan UHO
2. Denah Lokasi Apotek pendidikan UHO
3. Copy resep
4. Etiket
5. Kwitasi
6. Surat Pesanan
7. Faktur
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula terfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi sebuah bentuk pelayanan yang komperhensif dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (Kemenkes RI, 2004). Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran Obat, pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi
Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian
tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar
dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain
adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan (Anonim,
2009).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyebutkan pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care)
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pelayanan kefarmasian menggambarkan adanya interaksi antara Apoteker dengan pasien
tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi obat, monitoring penggunaan obat
untuk memastikan tujuan akhir terapi dapat dicapai dan proses terapi yang terdokumentasi
dengan baik. Apoteker juga dapat memberikan konseling bagi pasien untuk meningkatkan
pemahaman pasien terhadap terapi yang dijalaninya. Peningkatan pemahaman ini diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi yang sedang dijalaninya (Anonim,2016).
Apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek memiliki peranan yang besar dalam
menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun sosial, Apoteker harus memahami
dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug related
problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk
menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.
Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan
terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut,
Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan evaluasi serta
mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua kegiatan itu,
diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian (Anonim, 2016).
Kesiapan perguruan tinggi dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas dan
mempunyai kompetensi menjadi faktor penting dalam melahirkan tenaga kesehatan kefarmasian
masa depan yang berwawasan luas serta keterampilan yang cukup. Magang yang di Apotek
Pendidikan UHO merupakan perwujudan nyata dari Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo
yang bekerjasama dengan Apotek Pendidikan UHO untuk mempersiapkan tenaga kesehatan
kefarmasian masa depan yang kompeten di bidangnya.
I.2 Tujuan Magang
Tujuan dilaksanakan Praktik magang di Apotek adalah:
1. Meningkatkan pemahaman Tenaga Teknis Kefarmasian tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab Tenaga Teknis Kefarmasian dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali Tenaga Teknis Kefarmasian agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik
farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Anonim,2016). Apotek adalah
tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat, dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Alat Kesehatan adalah instrumen,
aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Bahan
Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single
use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan (Kepmenkes RI, 2004).
II.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Tugas dan fungsi Apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 adalah
(Anonim, 2009):
1. Sarana pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah/janji jabatan.
2. Sarana dalam melakukan pelayanan kefarmasian.
3. Sarana pengelolaan dan penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
4. Sarana penyelenggaraan pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam
pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas
mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang
benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error).
II.3 Ketentuan Umum dan Perundang-undangan yang Berlaku di Apotek
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2010 tentang Prekursor
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika.
9. Peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
10. Permenkes Nomor 31 tahun 2016 tentang Registrasi, Izin praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian
11. Permenkes Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
12. Permenkes Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
13. Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek
14. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2016. Nomor 7 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu yang Sering disalah gunakan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib
Apotek.
II.4 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga teknis kefarmasian
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi,
dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
1. Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar
yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK mempunyai wewenang untuk
melakukan Pekerjaan Kefarmasian dibawah bimbingan dan pengawasan Apoteker yang telah
memiliki STRA sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya (PP RI No51
Tahun 2009 ).
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan
mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab pengelola Apotek (Menkes RI, 2002):
1. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek,
Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping
adalah Apoteker yang telah bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek
dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.
2. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek menunjuk Apoteker Pengganti.
Apoteker Pengganti yaitu Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak
berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terusmenerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja
(SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek lain.
3. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan
formulir model APT-9.
4. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
5. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun
secara terus-menerus, Surat Izin Apoteker atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat
dicabut.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI, 2014).Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Untuk
keberhasilan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek diperlukan komitmen dan
kerjasama semua pemangku kepentingan. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian
di Apotek semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang
pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Anonim, 2016).
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu
Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi
pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan (Anonim,
2009).
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat (Anonim, 2009).
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Anonim, 2009).
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima (Anonim, 2009).
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau
darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang menyebabkan
kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
obat serta disusun secara alfabetis
5. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out) (Anonim, 2009).
e. Pemusnahan dan Penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh Menteri (Anonim, 2009).
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan ()Anonim, 2009.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi (Anonim, 2009):
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis (Anonim, 2009).
Kajian administratif meliputi:
1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf;
3. Tanggal penulisan resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan;
2. Stabilitas;
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat).
Apoteker Pendamping
- La Ode Muh. Fitrawan., S.Farm., M.Sc .,Apt
Asisten Apoteker
Anonim, 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
Lampiran 5. Kwitansi
Lampiran 6. Surat Pesanan
Surat pesanan obat generik, paten dan alat kesehatan
Surat pesanan psikotropika
Surat Pesannan Precursor
Lampiran. 8. Faktur