Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN MAGANG KKN TEMATIK FAKULTAS FARMASI DI APOTEK

PENDIDIKAN UHO KOTA KENDARI


(29 JULI- 23 AGUSTUS 2019)

HALAMAN JUDUL

DISUSUN OLEH:

TIM KKN TEMATIK FAKULTAS FARMASI UHO

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Magang Kkn Tematik Fakultas
Farmasi Di Apotek Pendidikan Uhodengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam menyusun laporan ini penulis telah berusaha untuk menyajikan dengan sebaik-
baiknya, namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
maka diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Dalam kesempatan kali ini, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat Kami menyadari bahwa selama pelaksanaan magang di apotek pendidikan
uho ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak dengan senang hati telah
memberikan keterangan, waktu, tenaga dan pikiran., untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, S.Si., M.Si., M.Sc., selaku Rektor Universitas Halu
Oleo
2. Bapak Dr. Ruslin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo dan sekaligus
ketua tim KKN tematik fakultas farmasi.
3. Bapak Dr. rer. nat Adriyan Fristiohady lubis ,S.Farm, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing
lapangan selama KKN tematik Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo berlangsung dan
sekaligus merupakan ketua pengurus cabang IAI kota kendari
4. Bapak Sunandar Ihsan, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku dosen pendamping lapangan KKN
tematik fakultas farmasi Universitas Halu Oleo.
5. Bapak Muhammad Hajrul Malaka, S.Si., M.Si., selaku dosen pendamping lapangan KKN
tematik fakultas farmasi Universitas Halu Oleo.
6. Bapak La Ode Muhammad Fitrawan, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku dosen pendamping
lapangan KKN tematik fakultas farmasi Universitas Halu Oleo dan sekaligus sekertaris
pengurus cabang IAI kota kendari.
7. Semua teman – teman tim KKN tematik Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, yang telah
banyak membantu, mendukung dan memberi semangat kepada kami
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di
masa yang akan datang. Tak ada yang penulis harapkan selain sebuah keinginan agar laporan
magang ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya dan Ilmu
Farmasi pada khususnya.

Kendari, Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1

KATA PENGANTAR…….………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................6

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................6

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................8

I.1 Latar Belakang.........................................................................................................8

I.2 Tujuan magang ........................................................................................................9

1.3Manfaat magang ....................................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................11

II.1 Pengertian Apotek.................................................................................................11

II.2 Tugas dan Fungsi Apotek.....................................................................................11

II.3 Ketentuan Umum dan Perundang-undangan yang Berlaku di Apotek.................11

II.4 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker..................................................................12

BAB III TINJAUAN UMUM TEMPAT KERJA.......................................................24

III.1 Sejarah Apotek Pendidikan UHO........................................................................24

III.2 Visi dan Misi.......................................................................................................24

III.3 Lokasi, Sarana, dan Prasarana.............................................................................25

BAB IV KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN.................................................29

IV.1 Kegiatan yang dilakukan.....................................................................................29

IV.2 Tugas yang dikerjakan selama magang...............................................................29

IV.3 Pembahasan.........................................................................................................30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................33

V.I Kesimpulan............................................................................................................33

V.2 Saran.....................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35

LAMPIRAN................................................................................................................36
DAFTAR GAMBAR
No. Teks
1. Struktur Organisasi Apotek Pendidikan UHO
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks
1. Apotek Pendidikan UHO
2. Denah Lokasi Apotek pendidikan UHO
3. Copy resep
4. Etiket
5. Kwitasi
6. Surat Pesanan
7. Faktur

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula terfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi sebuah bentuk pelayanan yang komperhensif dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (Kemenkes RI, 2004). Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran Obat, pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi
Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian
tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar
dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain
adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan (Anonim,
2009).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyebutkan pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care)
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pelayanan kefarmasian menggambarkan adanya interaksi antara Apoteker dengan pasien
tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi obat, monitoring penggunaan obat
untuk memastikan tujuan akhir terapi dapat dicapai dan proses terapi yang terdokumentasi
dengan baik. Apoteker juga dapat memberikan konseling bagi pasien untuk meningkatkan
pemahaman pasien terhadap terapi yang dijalaninya. Peningkatan pemahaman ini diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi yang sedang dijalaninya (Anonim,2016).
Apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek memiliki peranan yang besar dalam
menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun sosial, Apoteker harus memahami
dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug related
problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk
menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.
Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan
terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut,
Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan evaluasi serta
mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua kegiatan itu,
diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian (Anonim, 2016).
Kesiapan perguruan tinggi dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas dan
mempunyai kompetensi menjadi faktor penting dalam melahirkan tenaga kesehatan kefarmasian
masa depan yang berwawasan luas serta keterampilan yang cukup. Magang yang di Apotek
Pendidikan UHO merupakan perwujudan nyata dari Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo
yang bekerjasama dengan Apotek Pendidikan UHO untuk mempersiapkan tenaga kesehatan
kefarmasian masa depan yang kompeten di bidangnya.
I.2 Tujuan Magang
Tujuan dilaksanakan Praktik magang di Apotek adalah:
1. Meningkatkan pemahaman Tenaga Teknis Kefarmasian tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab Tenaga Teknis Kefarmasian dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali Tenaga Teknis Kefarmasian agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik
farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.

1.3 Manfaat Magang


Manfaat dilaksanakan PraktikPraktik magang di Apotek yaitu:
1. Agar dapat meningkatkan pemahaman Tenaga Teknis Kefarmasian tentang peran, fungsi,
posisi dan tanggung jawab Tenaga Teknis Kefarmasian dalam pelayanan kefarmasian di
apotek.
2. Agar dapat membekali Tenaga Teknis Kefarmasian agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Agar dapat memberi kesempatan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktik farmasi komunitas di apotek.
4. Agar dapat mempersiapkan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam memasuki dunia kerja
sebagai tenaga farmasi yang profesional.
5. Agar dapat mempersiapkan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam memasuki dunia kerja
sebagai tenaga farmasi yang profesional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Anonim,2016). Apotek adalah
tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat, dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Alat Kesehatan adalah instrumen,
aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Bahan
Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single
use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan (Kepmenkes RI, 2004).
II.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Tugas dan fungsi Apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 adalah
(Anonim, 2009):
1. Sarana pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah/janji jabatan.
2. Sarana dalam melakukan pelayanan kefarmasian.
3. Sarana pengelolaan dan penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
4. Sarana penyelenggaraan pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam
pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas
mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang
benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error).
II.3 Ketentuan Umum dan Perundang-undangan yang Berlaku di Apotek
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2010 tentang Prekursor
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika.
9. Peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
10. Permenkes Nomor 31 tahun 2016 tentang Registrasi, Izin praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian
11. Permenkes Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
12. Permenkes Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
13. Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek
14. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2016. Nomor 7 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu yang Sering disalah gunakan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib
Apotek.
II.4 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga teknis kefarmasian
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi,
dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
1. Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar
yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK mempunyai wewenang untuk
melakukan Pekerjaan Kefarmasian dibawah bimbingan dan pengawasan Apoteker yang telah
memiliki STRA sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya (PP RI No51
Tahun 2009 ).
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan
mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab pengelola Apotek (Menkes RI, 2002):
1. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek,
Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping
adalah Apoteker yang telah bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek
dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.
2. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek menunjuk Apoteker Pengganti.
Apoteker Pengganti yaitu Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak
berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terusmenerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja
(SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek lain.
3. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan
formulir model APT-9.
4. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
5. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun
secara terus-menerus, Surat Izin Apoteker atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat
dicabut.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI, 2014).Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Untuk
keberhasilan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek diperlukan komitmen dan
kerjasama semua pemangku kepentingan. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian
di Apotek semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang
pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Anonim, 2016).
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu
Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi
pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan (Anonim,
2009).
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat (Anonim, 2009).
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Anonim, 2009).
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima (Anonim, 2009).
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau
darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang menyebabkan
kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
obat serta disusun secara alfabetis
5. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out) (Anonim, 2009).
e. Pemusnahan dan Penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh Menteri (Anonim, 2009).
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan ()Anonim, 2009.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi (Anonim, 2009):
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis (Anonim, 2009).
Kajian administratif meliputi:
1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf;
3. Tanggal penulisan resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan;
2. Stabilitas;
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat).

Pertimbangan klinis meliputi:


1. Ketepatan indikasi dan dosis obat;
2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat;
3. Duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain);
5. Kontra indikasi;
6. Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
menghubungi dokter penulis resep. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap
tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error) (Anonim, 2009).
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat. Setelah
melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut (Anonim, 2009):
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep harus menghitung kebutuhan jumlah obat
sesuai dengan resep dan mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk Obat dalam/oral, warna
biru untuk obat luar dan suntik dan menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang berbeda untuk
menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.

Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut (Anonim, 2009):


1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan Obat antara
lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya;
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker (apabila
diperlukan);
9. Menyimpan resep pada tempatnya;
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien
Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan swamedikasi.
Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep untuk
penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan
bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi (Anonim, 2009):
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik
profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu. Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan
untuk membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi Obat (Anonim, 2009):
1. Topik Pertanyaan;
2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;
3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon);
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi, apakah
pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium);
5. Uraian pertanyaan;
6. Jawaban pertanyaan;
7. Referensi;
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data apoteker yang memberikan
Pelayanan Informasi Obat.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk
mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling (Anonim, 2009):
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan
menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid
dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi penyakit yang
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit
yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling (Anonim, 2009):
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime Questions,
yaitu:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah terapi Obat
tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan Obat
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai
bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling (Anonim, 2009).
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi (Anonim,
2009):
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara
pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat berdasarkan catatan
pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang
efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien (Anonim, 2009):
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan yang dilakukan :
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri dari riwayat
penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien
atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
3. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara lain adalah
adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat yang
tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi Obat yang tidak
diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan apakah
masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana pemantauan
dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak
dikehendaki
6. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh Apoteker
harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan
terapi.
7. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan yang dilakukan (Anonim, 2009):
1. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping
Obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien. Sumber
daya kefarmasian yang dimaksud yaitu sumber daya manusia dan sarana &prasarana (3).
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibant oleh Apoteker
pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik. Apoteker harus memenuhi kriteria yang telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009Tentang Pekerjaan Kefarmasianyaitu :
1. Persyaratan administrasi
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional Development (CPD)
dan mampu memberikan pelatihan yang berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri, baik melalui
pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang undangan,
sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar pelayanan, standar
kompetensi dan kode etik) yang berlaku.
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT KERJA
III.1 Sejarah Apotek Pendidikan UHO
Sejarah terbentuknya apotek pendidikan UHO di daerah poasia yaitu untuk memenuhi
persyratan dalam rangka pendirian program studi profesi apoteker di Universitas Halu Oleo
selain melihat adanya peluang bisnis yang besar karena belum banyaknya apotek di daerah
tersebut. Disamping itu letaknya yang tergolong strategis yang dekat dengan pertokoan, sarana
kesehatan, sarana pendidikan serta ramainya lalu lintas pada jalan A.H Nasution. Dengan adanya
apotek pendidikan UHO tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperoleh
obat dan informasi tentang obat yang tepat, dapat dijadikan sarana praktek bagi mahasiswa UHO
dalam mempelajari segala hal tentan perapotekan.
III.2 Visi dan Misi
1. Visi
Visi dari Apotek Pendidikan UHO yaitu menjadi Apotek pendidikan yang maju dan
menjadi role model apotek yang dikelolah secara professional serta menjunjung tinggi etika
profesi dan peraturan perundang-undangan.
2. Misi
a. Mengembangkan usaha perapotekan yang akuntabel dan transparan sebagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Menjadi mitra dalam menjaga kesehatan masyarakat dengan cara memberikan edukasi,
konseling dan pelayanan informasi obat kepada masyarakat secara baik dan benar
dengan memjunjung tinggi etika profesi
c. Ikut memajukan pendidikan kefarmasian dengan cara apotek pendidikan UHO menjadi
tempat praktek kerja mahasiswa farmasi dan mahasiswa profesi apoteker (PKPA),
denngan pelaksanaan praktek yang menitikberatkan pada pelayanan komprehensif yang
meliputi manajemen palayan obat dan pelayanan farmasi klinik sehingga peserta PKPA
menjadi trampil dalam pelayanan kefarmasian di apotek, bertanggung jawab,
professional dan menjunjung tinggii etika profesi.
III.3 Lokasi, Sarana, dan Prasarana
1. Lokasi Apotek Pendidiakn UHO
Apotek Pendidikan UHO merupakan suatu apotek pelayanan yang berlokasi di Jalan Jend.
AH. Nasution Anduonohu no. 9, Kambu, Kec. Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Apotek ini mempunyai lokasi yang cukup strategis yaitu berada di pusat kota dipinggir jalan raya.
2. Sarana dan Prasarana
Menurut Permenkes RI No 73 Tahun 2016, apotek harus memiliki sarana dan prasarana
seperti (Anonim, 2016):
a. Ruang penerimaan resep
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
c. Ruang penyerahan obat
d. Ruang konseling
e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
f. Ruang arsip
Sarana dan prasarana yang terdapat pada Apotek Pendidikan UHO adalah:
1. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang peracikan adalah ruangan yang digunakan untuk meracik, dan juga menyiapkan resep obat
dari dokter, menulis etiket. Di dalam ruang peracikan terdapat pula lemari penyimpanan obat
golongan antibiotik, prekursor, obat generik dan dagang. Serta terdapat 1 buah lemari
penyimpanan narkotik dan psikotropik.1 buah kulkas untuk menyimpan obat-obat tertentu pada
suhu dingin (2-8oC).Di dalam ruang peracikan juga dilengkapi perlengkapan untuk meracik, dan
juga terdapat etiket, dan sak obat.Selain itu terdapat wastafel diruang peracikan.
2. Ruang penyimpanan sediaan famasi, alkes, dan bahan medis habis pakai.
Ruang penyimpanan sediaan farmasi untuk menyimpan sediaan farmasi seperti obat, bahan
obat, obat tradisional, dan kosmetika agar menghindari kerusakan barang dari suhu tertentu, dan
mencegah kontaminasi. Apotek Pendidikan UHO sistem penyimpanannya mempunyai sistem
sebagai berikut:
1. FIFO dan FEFO
FIFO (First in First Out) yaitu barang yang pertama keluar biasanya penempatan obat ini
disimpan dibelakang Etalase/ ditempatkan dibelakang obat yang masih tersisa di Etalase.
Sedangkan FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang masa expired date nya cepat
maka barang itu yang pertama keluar.
2. Alphabet
Penyimpanan obat di Apotek Pendidikan UHO juga menggunakan sistem alphabet, yaitu
penempatan obat disimpan berdasarkan nama obat.
3. Bentuk Sediaan
Obat disimpan berdasarkan bentuk sediaan obat tersebut seperti obat sediaan salep
disimpan dietalase dengan berjejer beberapa sediaan salep, hal ini dimaksudkan untuk
penempatan obat terlihat lebih rapi dan gampang untuk mencari obatnya.
4. Suhu
Obat-obat yang dipersyaratkan disimpan dalam suhu dingin disimpan ke dalam lemari es.
Penyimpanan obat harus dilakukan dengan baik sehingga obat tidak menjadi rusak atau
mengalami perubahan fisik yang nantinya dapat menurunkan mutu dari obat tersebut.Untuk
golongan obat narkotika dan psikotropika disimpan secara terpisah.Obat yang harus disimpan
pada suhu rendah seperti suppositoria, vaksin, insulin, dan lain-lain harus diletakkan dalam
lemari es.Untuk penempatan obat yang sering digunakan baik generik maupun dagang ada
disebelah meja kasir.Penempatan obat bebas, obat bebas terbatas, jamu, vitamin, alat
kesehatan serta kosmetika berada diswalayan.Untuk menghindari terjadinya kekurangan atau
kelebihan barang maka selalu dilakukan kontrol terhadap jumlah persediaan barang yang
dapat dilihat melalui kartu stok. Penyimpanan barang yang tidak mempunyai waktu
kadaluarsa menggunakan sistem FEFO (first expired first out)
3. Lemari Arsip
Apotek Pendidikan UHO memiliki lemari arsip untuk menyimpan resep-resep dari dokter,
copy resep, faktur, surat pemesanan, serta laporan narkotika, psikotropika, oot, dan prekursor.
4. Ruang Penerimaan Resep, Penyerahan dan Konseling
Ruangan ini dilakukan disatu tempat dimana apoteker menerima resep dari dokter oleh
pasien, kemudian penyerahan dan konseling.
5. Swalayan Farmasi
Swalayan farmasi yang ada di Apotek Pendidiakn UHO menjual obat bebas, obat bebas
terbatas, jamu, alat kesehatan, serta kosmetika.Selain itu juga menjual beraneka
minuman.Swalayan farmasi ini menyimpan obat bebas & obat bebas terbatas, alkes, maupun
kosmetika di lemari rak sehingga memudahkan konsumen memilih obat atau barang yang ingin
mereka ambil.
6. Lemari Gudang Obat
Untuk stok obat disimpan di lemari gudang obat sesuai dengan golongan obat yang
disusun secara alfabet, bentuk sediaan, dan suhu.
7. Mushollah
Tempat untuk melakukan ibadah sholat bagi para pasien, apoteker, staf/karyawan yang
bekerja di Apotek Pendidikan UHO.
8. Ruang tunggu
Ruang tunggu berada di lantai utama ,sekaligus sebagai tempat bagi pasien yang akan
menunggu obat yang dibeli/resep yang akan ditebus.
9. Toilet
Toilet berada di lantai bawah
10. Kasir
Kasir berlaku untuk semua staf di Apotek Pendidikan UHO
11. Tempat Parkir
Tempat parkir yang cukup luas.
III.4 Struktur Organisasi Apotek Pendidikan UHO

Pemilik Sarana Apotek


Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., M.Si.,M.Sc

Dekan Fakultas Farmasi


Dr. Ruslin, M.Si

Apoteker Penanggung Jawab


Fery indradewi armadany, S.Si., M.Si., Apt

Apoteker Pendamping
- La Ode Muh. Fitrawan., S.Farm., M.Sc .,Apt

Asisten Apoteker

Albin, S.Farm Suryanti, Amd.Farm Kartinni K., S.Farm


BAB IV
KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASAN
IV.1 Kegiatan yang dilakukan
Kegiatan yang dilakukan selama magang di Apotek Pendidikan UHO adalah sebagai
berikut:
1. Mempelajari struktur organisasi di Apotek
2. Mempelajari dokumen-dokumen di Apotek
3. Mempelajari jenis obat dan alkes di Apotek
4. Mempelajari alur pengadaan obat, perencanaan, seleksi, dan alur pengadaan, serta
penerimaan dan penyimpanan obat, serta penarikan obat
5. Mempelajari pelayanan obat tanpa resep di Apotek untuk swamedikasi
6. Mempelajari cara pengarsipan dan dokumentasi resep dan PMR (Patient Medication
Record)
7. Mempelajari aspek bisnis perapotekan mulai permodalan, rencana pengelolaan perbekalan
farmasi dan alkes, analisis keuangan dan strategi pengembangan
IV.2 Tugas yang dikerjakan selama magang
Tugas yang dilakukan selama magang di Apotek Pendidikan UHO adalah sebagai berikut:
1. Membantu apoteker dalam pelayanan pembelian obat bebas, obat bebas terbatas, OWA
2. Menyiapkan sediaan obat
3. Pengimputan data
4. Menulis etiket
5. Membersikan apotek
6. Membantu melayani faktur penerimaan barang
7. Mempelajari cara menghitung faktur penjualan
8. Mempelajari cara menulis surat pesanan
9. Menerima obat yang datang lalu disimpan pada lemari gudang obat
10. Mempelajari tentang laporan narkotika dan psikotropika
11. Menulis kartu stok apotek
12. Mempelajari cara pengarsipan resep
13. Menyusun obat berdasarkan abjad, bentuk sdiaan dan kekuatan obat
IV.3 Pembahasan
Apotek Pendidikan UHO Kendari memiliki letak yang sangat strategis, terletak di Kota
Kendari, dijalan utama jalanJend. AH. Nasution Anduonohu no. 9, Kambu, Kec.Kambu, Kota
Kendari, Sulawesi Tenggara, yang dilalui mobil angkutan umum, letaknya relatif dekat dengan
beberapa pusat institute perguruan, sekolah dan swalayan. Di ApotekPendidikan UHO terdapat
swalayan yang dapat membuat penyaluran/pendistribusian obat kepada pasien semakin banyak,
hal ini memberikan keuntungan keuangan bagi apotek.
Bagian layoutpelayanan di Apotek Pendidikan UHO Kendari ruangan terdiri dari 3 bagian
yaitu area pelayanan resep, area pelayanan informasi obat, dan area swalayan farmasi. Di area
pelayanan resep terdiri dari bagian penerimaan resep, kasir pelayanan resep, penyediaan dan
peracikan obat, penyerahan dan ruang tunggu area swalayan farmasi.Sedangkan area pelayanan
informasi obat disesuaikan dengan kondisi apotek dan pelanggan. Tidak semua pelanggan diberi
pelayanan informasi obat terutama yang sudah sering menggunakannya atau sudah mengetahui
cara penggunaannya.
Pengadaan sediaan farmasi dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab. Sistem pengadaan
di Apotek Pendidikan UHO menggunakan metode konsumsi dan tender. metode ini diterapkan
berdasarkan data penggunaan perbekalan farmasi pada periode yang lalu. Untuk pengadaan obat-
obat narkotika, dapat dilakukan pemesanan langsung dari PBF, dengan surat pesanan khusus
narkotika dan harus ditanda tangani oleh Apoteker Penanggung Jawab dengan mencantumkan
nomor SIPA Apoteker, dan stempel Apotek. Dalam melakukan pengadaan obat lead time yang di
butuhkan yang tidak sesuai dengan buffer stock di apotek karena terkadang pengiriman sediaan
dari distributor tidak tepat, sehingga harus mengcopy resep atau mengkonfirmasi kepada dokter
yang memberikan resep agar dapat menyesuaikan dengan obat yang ada di apotek.
Penerimaan barang masuk di Apotek, akan diterima oleh petugas Apotek yang ada. Hal-hal
yang dilakukan oleh petugas penerima barang yaitu memeriksa jumlah barang, mengecek
kesesuaian barang yang datang dengan surat pesanan, mecocokan nama barang, bentuk sediaan,
volume kemasan, dosis obat, memeriksa tanggal ED sediaan serta nomor batch dan kondisi fisik
barang yang masuk harus layak dan berkualitas. Untuk obat narkotika, psikotropika dan
prekursor diterima langsung oleh Apoteker Penanggung Jawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penyimpanan obat di lemari dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan disusun berdasarkan
abjad agar petugas farmasi dapat dengan mudah mengambil sediaan farmasi.Penyimpanan terdiri
obat – obat generik, obat – obat paten, vitamin, sirup, tetes mata, salep, alkes, serta obat tertentu
yang ada di dalam kulkas, sedangkan narkotika dan psikotropika di simpan dalam lemari khusus
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Semua pegawai diberi tanggung jawab untuk
memperhatikan tiap– tiap jenis obat, disetiap jam pegawai yang bertugas.
Penjulan perbekalan farmasi di Apotek Pendidikan UHO meliputi resep pasien diterima
oleh Apoteker dan dilakukan skrining administratif kelengkapan resep, yang meliputi nama dan
umur pasien, alamat, dan nomor SIP dokter, jenis dan jumlah obat, signature serta tanda tangan
dokter (khusus resep narkotika) setelah harga resep dihitung dan dibayar oleh pasien. Setelah itu
resep diserahkan kebagian peracikan, kelengkapannya dan obatnya di sediakan oleh Asisten
Apoteker diperiksa ulang oleh Apoteker Penanggung Jawab kemudian dikemas dan diserahkan
kepada pasien dengan memberikan informasi dan cara pakai obat kepada pasien (bila perlu),
dilengkapi salinan resep jika ada obat yang tidak tersedia di Apotek atau adanya tanda
pengambilan berulang (iter) pada resep asli. Setiap tahapan pelayan resep, petugas yang melayani
baik kasir, Asisten Apoteker harus mencantumkan nomor resep.Hal ini dilakukan untuk
mempermudah penelusuran kembali setiap resep yang masuk apabila terdapat keluhan pasien
atau dokter penulis resep.
Pelayanan produk OTC (Over The Counter) di Apotek Pendidikan UHO menggunakan
model layout swalayan, sediaan farmasi yang disimpan di swalayan farmasi merupakan
obat/barang yang dapat dibeli secara bebas namun petugas apotek memiliki kewajiban untuk
tetap memberikan pengarahan, solusi terkait pemilihan serta informasi mengenai obat. Informasi
yang biasa diberikan berupa dosis, cara dan waktu pemberian yang benar, adanya kemungkinan
efek samping dan kontraindikasi obat bila ada. Pelayanan sediaan farmasi Untuk Pengobatan
Diri Sendiri(UPDS) merupakan pelayanan obat tanpa resep yang terdiri atas obat-obat bebas,
bebas terbatas, dan obat keras yang tercantum dalam obat wajib apotek. Tujuan pelayanan UPDS
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengobati diri sendiri guna
mengatasi masalah yang dihadapi secara tepat, aman dan rasional.
Pengelolaan narkotika dan psikotropika di Apotek Pendidikan UHO Kendari telah sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan sehingga kemungkinan terjadinya kehilangan atau
penyalahgunaan dapat dihindari. Pelayanan narkotika harus berdasarkan resep dari dokter dimana
resep harus dilengkapi dengan nama pasien, umur, alamat, dan nomor telpon, beserta nama,
alamat, nomor telepon dan tanda tangan dari dokter. Pada resep yang mengandung obat narkotika
harus diberikan tanda garis merah dibawah obat. Jika obat yang dibeli tidak seluruhnya maka
harus dibuatkan salinan resep dan hanya dapat ditebus kembali pada apotek yang sama. Untuk
resep yang dicurigai keasliannya tidak dilayani dengan cara menyampaikan kepada pasien bahwa
obat yang diminta tidak ada atau kosong. Untuk pelaporan penggunaan narkotika dilaporkan ke
PBF setiap tanggal yang sudah ditetapkan.
Kegiatan pengarsipan resep di Apotek Pendidikan UHO dilakukan secara rutin setiap hari.
Resep dikumpulkan, diurutkan dan disimpan sesuai dengan tanggal penerimaan dan nomor urut
resep. Resep disatukan sesuai dengan kelompoknya, untuk resep yang mengandung obat
narkotika disimpan pada lemari dokumentasi khusus. Semua resep disimpan selama 3 sampai 5
tahun. Untuk saat ini di Apotek Pendidikan UHO belum bekerja sama dengan pihak BPJS
sehingga resep BPJS tidak dapat dilayani di apotek pendidikan UHO.
Pencatatan dan pengelolaan keuangan. Pencatatan atas resep dan pembekalan farmasi di
ApotekPendidikan UHO Kendari, berlangsung dengan metode pencatatan, setiap pemasukan dan
pengeluaran dilakukan pencatatan setiap hari dibuku penjualan dan barang masuk. Surat pesanan
dan faktur barang yang diterima dikumpulkan diapotek dan diserahkan kepada PSA untuk
diperiksa keabsahannya dan dicatat sebagai hutang apotek.Setiap catatan penjualan tunai perhari
juga diserahkan kepada PSA.Pengelolaan keuangan ini dilakukan secara teratur dan efisien
sehingga setiap piutang dan utang apotek dapat diselesaikan tepat waktu.
Selain kegiatan diatas, kami jaga membantu karyawan apotek dalam membersihkan
lemari obat agar sediaan yang ada di apotek tetap terjaga kebersihannya. Selain itu juga kami
diajarkan cara pengimputan data obat yang ada di apotek dengan meliht kartu stok obat maupun
faktur obat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan magang di Apotek Pendidikan UHO adalah sebagai
berikut:
1. Peran Tenaga Teknnis Kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, danperilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta
mengatasi masalah terkait Obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan
farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan
Obat yang rasional.
2. Tenaga Teknnis Kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
danperilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi
tersebut antara lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang
membutuhkan. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
3. Mahasiswa sebagai calon Tenaga Teknnis Kefarmasian telah melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik
farmasi komunitas di Apotek.
4. Mahasiswa telah dilatih dan dibimbing mengenai pekerjaan kefarmasian agar siap
memasuki dunia kerja sebagai sebagai tenaga farmasi yang profesional.
5. Mahasiswa menjadi lebih terlatih dalam menyelesaikan permasalahan pekerjaan
kefarmasian di Apotek.
V.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah :
1. Mempertahankan dan meningkatkan kondisi pelayanan yang ramah, cepat dan tepat.
2. Sebaiknya tempat peracikan dipisahkan dari kegiatan lain agar terhindar dari dispending
error.
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Apotek. Jakarta: Depkes RI.

Anonim, 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.

Anonim,2016.Peraturan Menteri KesehatanNomor 73 tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. PERMENKES Nomor 35 Tahun


2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian
LAMPIRAN
Lampiran 1. Apotek Pendidikan UHO
Lampiran 2. Denah Lokasi Apotek Pendidikan UHO
Lampiran 3. Copy Resep
Lampiran 4. Etiket
 Etiket obat oral

 Etiket obat topikal

Lampiran 5. Kwitansi
Lampiran 6. Surat Pesanan
 Surat pesanan obat generik, paten dan alat kesehatan
 Surat pesanan psikotropika
 Surat Pesannan Precursor
Lampiran. 8. Faktur

Anda mungkin juga menyukai