Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“PBF PT.PHARMA INDO SUKSES”

DISUSUN OLEH :

INDIRA RIFQIA. R : PO713251181.017

ISRATUL AINUN : PO713251181.018

LINDA IMELSA SALEO : PO713251181.0

MUHAMMAD RUSMIN : PO713251181.0

PRODI : D.III FARMASI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN”
DI PBF PT.PHARMA INDO SUKSES
24 MEI – 08 JUNI 2021

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Capaian
Pembelajaran Praktek Kerja Lapangan(PKL) Program Studi D-3 Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar

Disetujui Oleh :

DOSEN PEMBIMBING PRESEPTOR

Dr. Sisilia Tresia Rosmaladewi, S.Farm., M.Kes Salmiah. Z. S.Farm,Apt.

Mengetahui
Kaprodi D-3 Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar

Raimundus Chalik, S.Si., M.Sc., Apt


NIP : 197701012001121002
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tenaga kesehatan merupakan salah satu bagian yang

sangat penting bagi pembangunan nasional di bidang kesehatan yang di

arahkan untuk mendukung upaya pencapaian kesehatan masyarakat secara

optimal. Dalam hal ini pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan guna

memperoleh pengetahuan, tenaga kesehatan yang bermutu serta mampu

melaksanakan tugas untuk mewujudkan perubahan dalam rangka

memenuhi pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Dalam rangka untuk mempersiapkan mahasiswa Poltekkes

Kemenkes Makassar untuk menjadi seorang tenaga kesehatan khususnya

di bidang kefarmasian maka diadakan suatu program praktik kerja

lapangan (PKL). Program ini dimaksudkan untuk mempersiapkan

mahasiswa menjadi seorang Asisten Apoteker (AA) yang terampil, dapat

diandalkan secara profesional, memiliki rasa etis yang mampu melayani

dalam bidang kesehatan terutama dalam bidang farmasi. Serta setelah lulus

dan menjadi seorang Asisten Apoteker (AA), para mahasiswa diharapkan

mampu bekerja dalam proses produksi dan distribusi obat, membantu

kegiatan administrasi, pengawasan dan penyuluhan obat-obatan. Praktik

Kerja Lapangan ini diadakan di Pedagang Besar Farmasi PT. Pharma Indo

Sukses yang beralamatkan di jl. Baji Minasa, No.16 Makassar selama 10

hari.
Praktik Kerja Lapangan memiliki makna yang penting bagi

mahasiswa karena merupakan suatu sarana pengenalan lapangan kerja

yang akan ditekuni nantinya dan merupakan suatu masa orientasi bagi

siswa sebelum bekerja langsung di masyarakat secara umum. Melalui

praktik kerja lapangan ini para siswa dapat mengetahui, melihat, menerima

serta menerapkan ilmu yang telah di dapat dari sekolah, bahkan para siswa

dapat lebih menambah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki

sebelumnya.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

1. Untuk menerapkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan yang

diharapkan selama mengikuti pendidikan.

2. Praktik kerja lapangan (PKL) memberikan kesempatan bagi para

mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan yang luas dan mendalam

tentang masalah kefarmasian yang belum diberikan dikampus.

3. Praktik kerja lapangan (PKL) juga dapat memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untuk menyesuaikan diri untuk menyesuaikan diri

terhadap suasana kerja yangsesungguhnya.

4. Dapat memberikan pengenalan mahasiswa pada aspek usaha potensial

dalam kerja antara lain struktur organisasi, asosiasi, jenjang karier,

manajemen usaha dan aspek-aspek lain.

5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan

pengalaman kerja nyata dan langsung dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan kefarmasian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PBF

Menurut Keputusan Menkes No 1148/Menkes/PER/VI 2011,

Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah Perusahaan berbentuk badan

hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran

obat, dan bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.
Dalam peraturan tersebut juga memberikan batasan terhadap

beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan Pedagang Besar Farmasi

yaitu batasan mengenai :

a. Perbekalan farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan obat,

obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan

b. Sarana pelayanan kesehatan adalah Apotek, rumah sakit, Puskesmas,,

klinik, toko obat, praktek bersama, atau unit kesehatan lainnya yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

B. Tugas dan Fungsi PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no.

1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang PBF. Tugas dan fungsi PBF yaitu :

1. Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat.

2. PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan

C. Perizinan PBF

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi, Perizinan

PBF diatur dalam :

Pasal 2

1. Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal.

2. Setiap PBF dapat mendirikan PBF Cabang.

3. Setiap pendirian PBF Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

wajib memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di

wilayah PBF Cabang berada.


Pasal 3

1. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama

memenuhi persyaratan.

2. Pengakuan PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF.

Pasal 4

1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi;

b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai

penanggung jawab;

d. komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah

terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;

e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat

melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF;

f. menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan

perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat

yang disimpan; dan

g. memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain

sesuai CDOB.
2. Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman modal,

pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman modal dari

instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, PBF

yang akan menyalurkan bahan obat juga harus memenuhi persyaratan:

a. memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk pengujian

bahan obat yang disalurkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

Direktur Jenderal; dan

b. memiliki gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang

terpisah dari ruangan lain.

Pasal 6

1. Terhadap permohonan izin PBF dikenai biaya sebagai penerimaan

negara bukan pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam hal permohonan izin PBF sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditolak, maka biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali

oleh pemohon. D.

D. Persyaratan PBF

Pasal 4
1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi;

b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai

penanggung jawab;

d. komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah

terlibat baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun

waktu 2 (dua) tahun terakhir;

e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat

melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF;

f. menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan

perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat

yang disimpan; dan

g. memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain

sesuai CDOB.

2. Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman modal,

pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman modal dari

instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan

kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan

menggunakan contoh Formulir 1 sebagaimana terlampir. 2

2. Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker

calon penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administratif

sebagai berikut:

a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas direktur/ketua;

b. susunan direksi/pengurus;

c. pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak

pernah terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di

bidang farmasi dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;

d. akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. surat Tanda Daftar Perusahaan;

f. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;

g. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;

h. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;

i. peta lokasi dan denah bangunan

j. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung

jawab; dan

k. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.


3. Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat selain

harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus melengkapi surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar

peralatan.

Pasal 8

1. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya

tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1),

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat

(3).

2. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya

tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1),

Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan CDOB.

3. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan

memenuhi kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan

administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada

Kepala Balai POM dan pemohon dengan menggunakan contoh

Formulir 2 sebagaimana terlampir.

4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak melakukan audit

pemenuhan persyaratan CDOB, Kepala Balai POM melaporkan

pemohon yang telah memenuhi persyaratan CDOB kepada Kepala

Badan.
a. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima

laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala Badan POM

memberikan rekomendasi pemenuhan persyaratan CDOB kepada

Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi dan pemohon dengan menggunakan contoh

Formulir 3 sebagaimana terlampir.

5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima

rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) serta persyaratan

lainnya yang ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF

dengan menggunakan contoh Formulir 4 sebagaimana terlampir.

6. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4),

ayat (4a) dan ayat (5) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon

dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada

Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala

Balai POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan

menggunakan contoh Formulir 5 sebagaimana terlampir.

7. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat

pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal

menerbitkan izin PBF dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan Kepala Balai POM.

Pasal 9
1. Untuk memperoleh pengakuan sebagai PBF Cabang, pemohon harus

mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Balai POM, dan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan

contoh Formulir 6 sebagaimana terlampir.

2. Permohonan harus ditandatangani oleh kepala PBF Cabang dan

apoteker calon penanggung jawab PBF Cabang disertai dengan

kelengkapan administratif sebagai berikut:

a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas kepala PBF

Cabang;

b. fotokopi izin PBF yang dilegalisasi oleh Direktur Jenderal;

c. surat penunjukan sebagai kepala PBF Cabang;

d. pernyataan kepala PBF Cabang tidak pernah terlibat pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun

waktu 2 (dua) tahun terakhir;

e. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker calon

penanggung jawab;

f. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;

g. peta lokasi dan denah bangunan; dan

h. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker calon penanggung

jawab.

3. Untuk permohonan pengakuan sebagai PBF Cabang yang akan

menyalurkan bahan obat selain harus memenuhi persyaratan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi surat bukti

penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.

E. Landasan Hukum

PBF Dalam pelaksanaannya, PBF mengacu pada:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun

2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar

Farmasi.

3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang

Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian.

5. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

F. Pedoman CDOB

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik Ketentuan Umum Pasal

1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


1. Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB,

adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang

bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran

sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.

2. Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF, adalah

perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk

pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam

jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk

melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan

obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan

perundangundangan.

4. Instalasi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk

mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi milik pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

5. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang

digunakan untuk memengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

untuk manusia.

6. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak

berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan

mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.


7. Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa

PBF telah memenuhi persyaratan CDOB dalam mendistribusikan obat

atau bahan obat.

Ruang Lingkup

Pasal 2

Pengaturan CDOB dalam Peraturan ini, meliputi :

1) Obat; dan

2) Bahan Obat.

Penerapan CDOB

Pasal 3

1. PBF dan PBF Cabang dalam menyelenggarakan pengadaan,

penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat wajib

menerapkan Pedoman Teknis CDOB.

2. Pedoman Teknis CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

ini.

Pasal 4

Selain PBF dan PBF Cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (1), Instalasi Sediaan Farmasi yang menyelenggarakan pengadaan,

penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat juga wajib

menerapkan Pedoman Teknis CDOB.

Pasal 5
1. Terhadap PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan Pedoman

Teknis CDOB diberikan Sertifikat CDOB oleh Kepala Badan.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Sertifikat CDOB

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan ditetapkan dengan Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Sanksi Administratif

Pasal 6

Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman Teknis CDOB dapat dikenai

sanksi administratif sebagai berikut :

1. Peringatan tertulis;

2. Penghentian sementara kegiatan; dan

3. Pencabutan Sertifikat CDOB.

Pasal 7

Pengenaan sanksi administratif berupa Pencabutan Sertifikat

CDOB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 3 diberikan

dalam hal:

1. terjadi penyimpangan penerapan CDOB yang mengakibatkan

penyalahgunaan pendistribusian obat dan/atau bahan obat; atau

2. PBF atau PBF Cabang dengan sengaja melakukan tindakan yang

mengakibatkan tidak terlaksananya penerapan CDOB.

G. Tugas dan fungsi Institusi PBF

1. Tugas Pedagang Besar Farmasi(PBF)


a) Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang

meliputi obat, bahan obat, dan alat kesehatan.

b) Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke

sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi : Apotek,

rumah sakit, toko obat berizin dan sarana pelayanan kesehatan

masyarakat lain serta PBF lainnya.

c) Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan,

penyaluran, perbekalan farmasi sehingga dapat di pertanggung

jawabkan setiap dilakukan pemeriksaan. Untuk apotek, rumah sakit

dan PBF lain melakukan pendistribusian obat bebas,obat bebas

terbatas, obat keras dan obat keras tertentu.

2. Fungsi Pedangan Besar Farmasi (PBF)

a) Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.

b) Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat

kesempurnaan penyediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan.

c) Tempat menyimpan dan menyediakan sediaan farmasi yang

meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik

d) Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan


BAB III

TINJAUN KHUSUS

A. Sejarah PBF Pharma Indo Sukses

PT. Pharma Indo Sukses adalah sebuah pedagang besar farmasi di

Makassar yang didirikan pada tanggal 17 Desember 2003 berdasarkan

Akte Notaris No.03 NY. HARJATI REKSOATMOJO, S.H bertempat di

jalan Gunung Nona No.20 dengan izin PBF 129/Menkes/X/2004, namum

sejalan dengan kondisi lokasi yang kurang memadai maka pada tahun

2010 PT. Pharma Indo Sukses dipindahkan ke jalan Baji Minasa No.16

Makassar dengan ijin PBF terbaru HK 02.06 PBFN/0553/2016 dengan

Direktur Bapak Deddy Hamindong.

B. Kegiatan Sarana Distribusi PT.Pharma Indo Sukses

Kegiatan perbekalan farmasi di PT. Pharma Indo Sukses meliputi :

a. Perencanaan dan pengadaan

b. Penerimaan dan penyimpanan

c. Pengeluaran/distribusi

d. Pelaporan

e. Pemusnahan

C. Pengelolaan

1. Perencanaan Dan Pengadaan


Setiap perusahaan sebelum melakukan pengadaan pertama-tama harus

membuat suatu perencanaan yaitu menghitung jumlah pengeluaran dan

berapa banyak yang dibutuhkan yang akan didakan atau dibeli.

Perencanaan disusun oleh PBF PT. Pharma Indo Sukses, terlebih

dahulu melihat evaluasi stock yang terdata pada komputer yang

kemudian di cetak sebulan sekali, kemudian melihat kebutuhan yang

diperlukan oleh rumah sakit, Apotek, toko obat berizin, serta

pengadaan tender, perencanaan tersebut dibuat setelah itu dibuatkan SP

dan ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab. SP yang telah

dibuat kemudian di fotocopy, SP tersebut dikirim melalui email atau di

antar langsung oleh salesman. PT.Pharma Indo Sukses hanya dapat

membeli obat hanya kepada industri maupun sesama PBF selain itu

juga pada saat melakukan Pesanan barang dilakukan hanya dari

sumber-sumber yang resmi yang dapat dipertanggungjawabkan

mutunya, kualitas, dan status kuantitasnya.

2. Penerimaan Dan Penyimpanan

Pada saat penerimaan, barang tidak langsung disimpan ke gudang obat

tetapi harus masuk pada ruang karantina terlebih dahulu kemudian

yang dilakukan adalah menerima bukti permintaan barang dari

pengantar obat kemudian melakukan pengecekan atau pemeriksaan

barang sesuai dengan faktur, Setelah itu dilakukan pengecekan fisik

barang yang diterima meliputi nama barang, bentuk dari sediaan obat,
nomor batch, dan expire date, jumlah, kemudian dilakukan pengecekan

fisik dan kemasan dari obat

Untuk Penyimpanan pada PT. Pharma Indo Sukses disesuaikan dengan

petunjuk yang ada di etiket obat, serta melakukan penyimpanan

berdasarkan system FEFO, bentuk sediaan serta alphabet. Adapun obat-

obat precursor di tempatkan pada ruangan tersendiri. Begitu pula dengan

obat injeksi dan untuk obat yang butuh suhu tertentu, tidak lupa suhu nya

dilakukan pengecekkan tiap 3x sehari. Stock obat disimpan pada rak

dengan jejeran yang rapi dan diberi jarak agar petugas mudah untuk

mengambil obat di bagian dalam serta di beri huruf alphabet pada tiap rak

untuk mempermudah pencarian barang.

Untuk lebih jelasnya pembagian gudang serta penjelasan yang

terdapat pada PBF PT. Pharma Indo Sukses sebagai berikut :

a. Gudang transit yaitu tempat penyimpanan barang yang masuk untuk

diperiksa kemudian dipindahkan ke ruangan yang telah disediakan,

dan sekaligus tempat penyimpanan barang yang akan

dikeluarkan/dikirim disetiap sarana yang membutuhkan

b. Gudang obat yaitu tempat penyimpanan berbagai macam obat gudang

obat terbagi atas dua gudang antara lain gudang obat injeksi dan

gudang obat precursor, gudang suhu kurang lebih/sama dengan 25

derajat C dan suhu 25-30 derajat C

3. Penyaluran/pendistribusian
Untuk mendistribusikan barang ke outlet maka PBF PT. Pharma Indo

Sukses mempekerjakan bagian marketing atau salesman yang mana

bertugas mengunjungi tempat-tempat konsumen yang memesan barang

misalnya apotek, toko obat, dan lain-lain. Salah satu syarat

pendistribusian obat dari PT.Pharma Indo Sukses kepada outlet yaitu

harus memiliki izin yang lengkap yaitu memiliki izin apotek/Toko obat

dan izin tempat sehingga dapat dilayani. Adapun outlet yang ingin

membeli obat pada PT. Pharma Indo Sukses terlebih dahulu harus

membuat Surat Pesanan (SP) dan khusus unutk SP OOT/Precursor

harus dipisahkan dengan obat biasa, kemudian bagian fakturis akan

memeriksa kembali surat pesanan outlet tersebut, bila telah sesuai dan

stok obat tersedia maka dibuatkan lah faktur penjualan. Kemudian

aktur diserahkan ke bagian gudang dan barang disediakan sesuai

dengan nota dan sebelum di packing dilakukan pemeriksaan kembali

untuk mencegah kesalahan dalam penyiapan obat setelah itu dipacking

setelah itu dipisahkan barang yang akan dikirim ke luar daerah dan

dalam daerah, dan siap untuk dikirim.. Apabila pelanggan

membutuhkan pesanan segera (CITO) pemesanan dapat dilakukan

melalui via telepon, kemudian di cek oleh gudang, jika obat yang

dipesan terdapat pada gudang, akan dibuatkan faktur pemesanan

namun apabila obat tersebut tidak terdapt di PBF, maka pihak PBF

melaporkan ke apotik, toko obat, rumah sakit, dan sebagainya bahwa

obat tidak ada atau tidak tersedia


4. Pelaporan

Pada PT.Pharma Indo Sukses memiliki 3 jenis Laporan, yaitu :

a. Laporan Triwulan

Laporan ini merupakan laporan secara umum untuk mengetahui

distribusi yang terjadi setelah tiga bulan, laporan ini dibuat oleh

penanggungjawab dan dikirim melalui via email ke Dinkes

provinsi setempat dengan tembusan badan POM setempat, yang

termasuk dalam golongan barang tersebut adalah :

1. Daftar obat keras (OKT)

2. Daftar obat bebas terbatas

3. Daftar obat bebas

4. Laporan OOT (Obat Obat Tertentu)

Merupakan laporan untuk melihat pengeluaran OOT dalam

sebulan. Maka dari itu dilakukan 1 x sebulan kemudian diikirim ke

Dinas Kesehatan dan tembusannya diberikan ke BPOM

b. Laporan Precursor

Merupakan laporan untuk melihat pengeluaran prekursor dalam

sebulan. Maka dari itu dilakukan 1 x sebulan kemudian diikirim ke

Dinas Kesehatan dan tembusannya diberikan ke BPOM.

5. Pemusnahan Barang

Barang yang rusak, sudah kadaluarsa atau karena sebab tertentu

sehingga sediaan tersebut harus dimusnahkan di kumpulkan

sehingga memuat berita acara yang berkaitan dengan pemusnahan


sediaan, tanda tangan penanggung jawab (Apoteker, Tenega Teknis

Kefarmasian, dan saksi – saksi lainya) sehingga berita acaranya

dikirimkan ke Dinas Kesehatan / Balai besar POM.

BAB IV

HASIL KEGIATAN PKL

PT. Pharma Indo Sukses adalah sebuah pedagang besar farmasi di

Makassar yang didirikan pada tanggal 17 Desember 2003. PT. Pharma Indo

Sukses yang dikepalai oleh Bapak Dedy Hamindong, Yang didampingi oleh

Apoteker Penanggung Jawab, ibu Salmiah, Z.S.Farm, Apt

PT. Pharma Indo Sukses merupakan fasilitas distribusi atau penyaluran

sediaan farmasi berupa Pedagang Besar Farmasi. PBF adalah perusahaan

berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,

penyaluran obat dan bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan. Terdapat 9 aspek dalam CDOB yaitu manajemen mutu;

organisasi, manajemen dan personalia; bangunan dan peralatan; operasional;

inspeksi diri; penanganan keluhan, retur, diduga palsu dan penarikan; transportasi;

fasilitas distribusi berdasarkan kontrak dan dokumentasi. Penerapan aspek

manajemen mutu yang dilaksanakan yaitu mempertahankan sistem mutu dimana

PT. Pharma Indo Sukses menerapkannya melalui Standar Operasional Prosedur

(SOP) seluruh kegiatan yang terdapat di PBF untuk menjamin mutu produk tetap

terjaga. Tujuan dari sistem mutu antara lain, adalah menjaga dan meningkatkan
kemampuan organisasi dan memenuhi persyaratan pelanggan, peraturan dan

persyaratan perundangan terkait, selain itu juga menjamin terselenggaranya suatu

sistem jaminan kualitas sehingga produk yang didistribusikan terjamin mutu,

khasiat, keamanan dan keabsahannya sampai ke tangan konsumen, serta

melindungi masyarakat dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan. Peran

apoteker dalam aspek manajemen mutu tersebut adalah membuat, mengevaluasi

dan merevisi SOP. Secara umum pelaksanaan aspek organisasi, manajemen, dan

personalia telah terlaksana secara baik, dimana PT. Pharma Indo Sukses memiliki

struktur organisasi dengan job description yang jelas, sehingga setiap karyawan

yang dimiliki memenuhi kualifikasi yang sesuai dengan mengetahui tugas dan

tanggung jawabnya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2012

menyebutkan bahwa gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada

lokasi yang terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan

intern oleh direksi/pengurus dan penanggung jawab. Kegiatan distribusi PT.

Pharma Indo Sukses dimulai dari pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan

penyaluran.

Sistem penyimpanan di PT. Pharma Indo Sukses yaitu FEFO ( First

Expired First Out). Penyimpanan obat di gudang dilakukan berdasarkan kelompok

bentuk sediaan dan juga berdasarkan pada kondisi suhu yang sesuai untuk setiap

produknya, dengan memperhatikan kestabilan produk terhadap temperatur dan

cahaya. Dimana untuk penyimpanan di PT.Pharma Indo Sukses, penyimpanan

barang disusun atau ditumpuk ke atas dengan jumlah tumpukan yang disesuaikan

dengan yang tertera pada kemasan. Produk disusun di atas rak yang telah diberi
alas atau pallet, untuk mencegah kerusakan pada produk karena lembab akibat

kontak langsung antara produk dengan lantai dan juga untuk memudahkan pada

saat pengambilan barang dengan menggunakan alat. Hal lain yang harus

diperhatikan ialah penyusunan barang yaitu berdasarkan bentuk sediaan dimana

penempatan sediaan cair yang disertai kemasan yang mudah pecah disimpan pada

bagian bawah rak untuk mengurangi resiko terjatuh pada saat pengambilan produk

sedangkan obat yang dalam kemasan box seperti tablet disimpan pada bagian atas.

Pengadaan obat-obatan dilakukan berdasarkan jumlah persediaan yang ada

digudang melalui kartu stok yang terdata pada komputer. Jika ada barang yang

akan habis maka segera dilakukan pemesanan barang ke pabrik. Pemesanan

barang dilakukan langsung oleh Apoteker penganggung jawab melalui Surat

Pesanan (SP) dan disetujui oleh pimpinan/direktur dengan mengirimkan surat

pesanan langsung kepada pabrik yang bersangkutan melalui faximile/whatsapp.

Selanjutnya pabrik akan mengirimkan barang sesuai dengan pesanan yang disertai

faktur pengiriman barang dari pabrik. Kemudian Pada saat penerimaan barang,

pertama kali dilakukan adalah menerima bukti permintaan barang dari pengantar

obat kemudian melakukan pengecekan atau pemeriksaan barang sesuai dengan

faktur , jika terdapat ketidaksesuain PO maka dari pihak PBF memberikan

informasi kepada sales yang bersangkutan, dan jika sesuai dengan PO maka

dilakukan proses pembongkaran barang dan pemasukan barang ke gudang sesuai

dengan faktur pesanan obat. Setelah itu dilakukan pengecekan fisik barang yang

diterima meliputi nama barng, bentuk dari sediaan obat, nomor batch, dan expire

date, jumlah, kemudian dilakukan pengecekan fisik dan kemasan dari obat
Penyimpanan barang dalam gudang menggunakan sistem FEFO (First

Expired Firs Out), kemudian diatur berdasarkan jenis sediaan obat, dan alfabetis

serta dipisahkan atau disimpan berdasarkan suhu dari masing-masing obat

tersebut, dan ada pula yang harus diperhatikan adalah penyimpanan barang dalam

gudung yaitu rak tidak menyentuh lantai dan tidak menempel pada dinding. hal itu

dilakukan agar tidak terjadi kelembaban yang bisa menyebabkan kerusakan pada

obat. Penjualan barang (obat) PBF Pharma Indo Sukses hanya menyalurkan obat

kepada PBF lain, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan toko obat

(selain obat keras), melalui surat pesanan (SP) dari apotek melalui sales dan dapat

pula melakukan pemesanan melalui via telfon atau whatsapp. Kemudian orderan

disampaikan ke pada fakturis yang telah di periksa oleh apoteker, setelah itu

orderan atau pesanan di fakturkan dan disiapkan.Pengeluaran barang yaitu dengan

mengeluarkan barang-barang yang telah di periksa kelengkapan dari barang

tersebut, berdasarkan faktur penjualan kemudian dilakukan penyiapan dan

pengemasan barang, dan setelah barang siap untuk dikirim, dan di cek kembali

berapa banyak yang akan dikirim ke masing-masing Apotek, setelah itu

dipisahkan barang yang akan dikirim ke luar daerah dan dalam daerah, dan siap

untuk dikirim.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan praktek kerja lapangan ini yaitu :

1. Penyimpanan barang dalam gudang menggunakan sistem FEFO (First

Expired Firs Out), kemudian diatur berdasarkan jenis sediaan obat, dan

alfabetis serta dipisahkan atau disimpan berdasarkan suhu dari masing-

masing obat tersebut.

2. Penjualan barang (obat) PBF Pharma Indo Sukses hanya menyalurkan

obat kepada PBF lain, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan

toko obat (selain obat keras), melalui surat pesanan (SP) dari apotek

melalui sales dan dapat pula melakukan pemesanan melalui via telfon

atau whatsapp.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebaiknya kerja

sama akademik dengan pihak PBF selalu terus diadakan agar mahasiswa

dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama proses

perkuliahan dan menerapkan profesionalisme dalam bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) SMKS 16


Farmasi Bengkulu, 2015
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang
Pedagang Besar Farmasi. Kemenkes RI : Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik.
Syamsuni, Seno.2014. Undang-Undang Kesehatan jilid I. Jakarta:Departmen
Kesehatan
LAMPIRAN KEGIATAN PKL

Anda mungkin juga menyukai