Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN SARJANA FARMASI


FARMASI INDUSTRI

DI

PT. ISMUT FITOMEDIKA INDONESIA


(MAKASSAR, 29-30 SEPTEMBER 2021)

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMASTIAN MUTU PT. ISMUT


FITOMEDIKA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 48

JEYVEN MISAEL PAKPAHAN 19013202


INTHAN ANDJELHA 19013203
MAYANTI LISU ALLO 19013204
MAGFIRAH 19013205

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai Teknologi Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA SARJANA FARMASI


FARMASI INDUSTRI

DI
PT. ISMUT FITOMEDIKA INDONESIA
(MAKASSAR, 29-30 SEPTEMBER 2021)
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMASTIAN MUTU PT. ISMUT
FITOMEDIKA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 48
JEYVEN MISAEL PAKPAHAN 19013202
INTHAN ANDJELHA 19013203
MAYANTI LISU ALLO 19013204
MAGFIRAH 19013205

DISETUJUI OLEH

KOORDINATOR PKL PEMBIMBING PKL


FARMASI INDUSTRI FARMASI INDUSTRI

Apt.Ismail, S.Farm., M.Sc Apt.Irmayani., S.Si., MS.Farm


NIDN. 927129202 NIDN. 0928109001

II
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil ‘Alamiin, atas segala limpahan karuniah dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dimampukan untuk menyelesaikan Praktik dan penulisan laporan Kerja
Lapangan Farmasi Industri di PT. ISMUT Fitomedika Indonesia terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan yang tak terhingga dengan
rendah hati serta dengan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua Orang tua penulis yang telah melahirkan,
merawat, mendidik, membimbing, mendo’akan serta menjadi penguat dan tempat
berkeluh kesah penulis selama ini. Atas izin yang Maha Kuasa semoga beliau
selalu diberikan rezeki kesehatan dan umur panjang untuk melihat kesuksesan
penulis dimasa depan. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa praktek dan laporan ini tidak dapat terselesaikan
tanpa dukungan dan bimbingan orang-orang di sekitar penulis. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Nursamsiar, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar.
2. Pimpinan, karyawan serta staf dari pabrik yang sudah meluangkan waktunya
untuk memberikan informsi dan ilmu yang sangat bermanfaat.
3. Bapak apt. Khaeruddin, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi ILmu Farmasi Makassar.
4. Ibu apt. Irmayani, S.Si., MS.Farm selaku pembimbing PKPA Farmasi
Industri
5. Bapak apt. Ismail, S.Farm., M.Sc. selaku koordinator PKPA Farmasi Industri
6. Segenap dosen – dosen, pegawai dan pengelola Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
7. Rekan peserta PKL Industri angkatan 2019, serta seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.

Akhirnya, Penulis menyadari bahwa tulisan penulis tidak lepas dari kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi peningkatan
penulisan berikutnya. Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi pembaca dan

III
pihak lain yang memerlukan.
Makassar, 30 November 2021

Penulis

IV
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan PKPA ......................................................................................... 2
BAB 2 GAMBARAN UMUM
2.1 Profil Perusahaan .................................................................................... 4
2.1.1 PT. ISMUT Fitomedika Indonesia ......................................................... 4
A. Sejarah PT. ISMUT Fitomedika Indonesia ............................................ 4
B. Visi Misi Perusahaan .............................................................................. 4
C. Produ-Produk PT. ISMUT Fitomedika Indonesia .................................. 4
2.2 Penerapan Aspek CPOTB PT. ISMUT Fitomedika Indonesia .............. 6
2.2.1 Manajemen Mutu ................................................................................... 6
2.2.2 Personalia ............................................................................................... 13
2.2.3 Bangunan, Fasilitas, dan Peralatan ......................................................... 14
2.2.4 Sanitasi dan Hygiene .............................................................................. 14
2.2.5 Dokumentasi ........................................................................................... 15
2.2.6 Produksi .................................................................................................. 16
2.2.7 Pengawasan Mutu .................................................................................. 17
2.2.8 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Mutu ........................................... 17
2.2.9 Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat Tradisional Yang Baik ......... 17
BAB 3 GAMBARAN KHUSUS
3.1 Pemastian Mutu ...................................................................................... 18
3.2 Tugas Pemastian Mutu PT ISMUT Fitomedika Indonesia .................... 18
3.3 Tanggung Jawab Pemastian Mutu PT ISMUT Fitomedika Indonesia .... 18

V
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
4.2 Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

VI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Produk Obat PT. ISMUT Fitomedika Indonesia
Gambar 2. Logo PT. ISMUT Fitomedika Indonesia

VII
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. ISMUT Fitomedika Indonesia

Lampiran 2. Contoh Produk

Lampiran 3. Logo PT. ISMUT Fitomedika Indonesia

VIII
BAB I
PENDAHLUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan Industri Farmasi di Indonesia berubah dengan cepat
dikarenakan era globalisasi. Meningkatnya persaingan antar perusahaan, kendala
biaya, dituntut untuk lebih efektif dan efisien, ketatnya regulasi, rantai pasokan
dan proses produksi yang kompleks adalah tantangan bagi perusahaan farmasi. Di
jaman yang cepat sekali berubah, perusahaan yang bisa beradaptasi akan tetap
bisa bertahan dan makmur. Sehubungan dengan pentingnya peranan seorang
tenaga kefarmasian dalam industri farmasi, maka sebagai calon farmasis selain
pengetahuan teoritis tentang masalah terkait farmasi, juga perlu langsung
dipraktikkan di lapangan. Hal tersebut berguna untuk memberikan pengetahuan
dan pengalaman yang nyata kepada calon farmasis. Dengan begitu maka dapat
melahirkan farmasis yang profesional, berwawasan luas, dan memiliki
keterampilan, perilaku, sikap dan tata nilai berbasis pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh selama kegiatan Magang. Salah satu industri farmasi yang menjadi
tempat pelaksanaan magang tersebut ialah
Praktek kerja lapangan merupakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran yang
dilaksanakan di dunia industri dalam upaya pendekatan atau untuk meningkatkan
mutu para mahasiswa. Dengan kopentensi siswa sesuai bidangnya dan untuk
menambah bekal masa mendatang guna memasuki dunia kerja yang semakin
banyak serta ketat dalam persaingan. Industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat. Industri obat tradisional harus membuat obat sedemikian rupa
agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakan penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak
efektif. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini
melalui suatu “kebijakan mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari
semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan , para pemasok dan para
distibutor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,

1
diperlukan sistem pemastian mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar serta menginkorporasi cara pembuatan obat tradisional
yang baik (CPOTB) termasuk pengawasan mutu dan manajemen risiko mutu.
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi, dan prosedur kelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum dihaluskan tidak
digunakan serta produk yang belum dihaluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Maka diperlukan adanya
evaluasi dalam proses pembuatan obat agar obat yag diproduksi terjamin
mutunya.
PT. Ismut Fitomedika Indonesia adalah perusahaan herbal berbasis farmasi.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 24 Desember 2015 dengan teknologi dan
inovasi serta di dukung SDM yang ahli sehingga mampu memproduksi obat yang
berkualitas tinggi. UPT Materia Medika didirikan sejak tahun 1960 oleh
almarhum Bapak R.M.Santoso. Beliau merupakan salah satu pendiri Hortus
Medicus Tawangmangu yang sekarang berubah nama menjadi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional (B2P2TO2T) di
Tawangmangu. Awal berdirinya Materi Medica didasarkan hasil pengamatan
beliau tentang tanaman obat di indonesia yang tidak dapat dikoleksi pada satu
daerah saja. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya adaptasi tanaman obat
terhadap lingkungan (iklim). Dari penjabaran diatas, praktek kerja lapangan
merupakan mata kuliah keahlian berisi pendalaman dan pengkajian ilmu dan
pengalaman suatu program studi yang diharapkan dapat menerapkan teori yang
didapat dalam kegiatan belajar. Praktek kerja lapangan diharapkan teori dapat
diterapakn dilapangan dan dunia kerja yang dapat dipakai di perusahaan farmasi
atau instansi yang terkait.
I.2 Tujuan PKPA
Tujuan Praktik Kerja Lapangan di Industri Farmasi adalah sebagai berikut :
1. Untuk melihat penerapan CPOTB di PT. ISMUT Fitomedika Indonesia.

2
2. Untuk mengetahui dan memahami Sistem Dokumentasidi PT. ISMUT
Fitomedika Indonesia.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM
II.1 Profil Perusahaan
II.1.1 PT. ISMUT Fitomedika Indonesia
A. Sejarah PT. ISMUT Fitomedika Indonesia
PT Ismut Fitomedika Indonesia adalah perusahaan herbal berbasis farmasi.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 24 Desember 2015 dengan teknologi dan
inovasi serta didukung SDM yang ahli sehingga mampu memproduksi obat yang
berkualitas tinggi.
PT Ismut Fitomedika Indonesia adalah perusahaan herbal berbasis farmasi.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 24 Desember 2015 dengan teknologi dan
inovasi serta didukung SDM yang ahli sehingga mampu memproduksi obat yang
berkualitas tinggi. Nama ISMUT adalah singkatan dari bahasa arab Ihdinas siratal
mustaqim yang mengandung arti “ Tunjukkan kami jalan yang lurus”. PT. IFI
berusaha menjalankan perusahaan ini dengan baik agar dapat memberi kontribusi
dibidang kesehatan dengan komitmen yang tertuang dalam visi dan misinya.
B. Visi Misi Perusahaan
Visi PT. ISMUT Fitomedika Indonesia
Menjadi perusahaan industri herbal yang unggul terkemuka dan terdepan
dalam kualitas guna meningkatkan kesehatan masyarakat indonesia dan dunia.
Misi PT. ISMUT Fitomedika Indonesia
1. Menjalankan perusahaan secara profesional dengan kualitas produk yang
tinggi berbasis riset dan layanan prima.
2. Mengembangkan SDM yang handal, jujur, bertanggung jawab dan memiliki
kinerja tinggi untuk kemajuan dan kesejahteraan perusahaan dan karyawan.
C. Produk-Produk PT. ISMUT Fitomedika Indonesia
Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Ismut Fitomedika Indonesia antara
lain yaitu
1. Ifalmin
Digunakan untuk memperbaiki kondisi dan memelihara kesehatan tubuh.
Komposisi : Ekstrak ikan tomang (Channa micropeltes).

4
2. Fibrolivit
Efektif mengobati keluhan lambung dan asam lambung serta melindungi
fungsi hati juga menyembuhkan ulkus peptikum (tukak lambung), GERD dan
penyakit gastritis lainnya.
Komposisi : Ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza rhizoma) dan Ekstrak
katimaha (Kleinhovia hospita).
3. Spondyloss
Untuk membantu memelihara kesehatan, untuk pencegahan dan pengobatan
pada disfungsi jantung/kardiovaskuler, menormalkan kadar LDL dan mencegah
radikal bebas pada kardiovaskuler.
Komposisi : Ekstrak ceplukan (Physalis angulata).
4. Gluliped
Untuk memperbaiki fungsi pankreas untuk mengendalikan kadar gula darah.
Komposisi : Ekstrak bunga matahari meksiko (Tithonia diversifolia), Ekstrak
lamtaro atau petai cina (Leucaena leucocephala), dan Ekstrak puluta (Urena
lobate).
5. Strovit
Mengandung senyawa anti inflamasi dan anti oksidan yang berkhasiat
menyembuhkan sinusitis.
Komposisi : Ekstrak buah nanas (Ananas comosus) dan Ekstrak jantan hitam /
habatussauda (Nigella sativa).
6. Cheral
Efektif mengobati kista, mioma uteri, tumor, kanker, tiroid, dan prostat.
Mengandung senyawa anti oksidan dan anti inflamasi yang berguna untuk
mengatasi seluruh keluhan kesehatan berupa peradangan dan pembengkakan.
Komposisi : Ekstrak kunyit (Curcuma longa) dan Ekstrak meniran
(Phyllanthus niruri).
7. Gluvigen
Produk kaya kolagen yang efektif mengembalikan kondisi jaringan tubuh
yang lemah atau rusak antara lain hernia, rahim turun, wasir stadium 1 dan 2 serta
kulit yang menua.

5
Komposisi : Ekstrak kulit dan sisik ikan tomang (Channa micropeltes).
II.2 Penerapan Aspek CPOTB PT ISMUT Fitomedika Indonesia
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh
aspek yang menyangkut pembuatan tradisional, yang bertujuan untuk menjamin
agar produk yang dihasilkan senantiasa memnuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari
bahan awal proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan
personalia yang menangani.
Bentuk penerapan aspek-aspek CPOTB pada PT. Ismut Fitomedika Indonesia
yaitu:
II.2.1 Manajemen Mutu
1. Sistem Manajemen Mutu
Unsur dasar dari manajemen mutu adalah sistem mutu dan pemastian mutu.
Sistem mutu mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
a. Quality Assurance (QA)
Pemastian mutu/Quality Assurance (QA) adalah totalitas semua pengaturan
yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan
mutu yang sesuai dengan mutu pemakaiannya. Pengkajian mutu produk secara
berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat tradisional terdaftar, termasuk
produk ekspor dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian
dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat trend
an mengidentifikasi perbaikan untuk produk dan proses.
Karena itu pemastian mutu mencakup CPTOB ditambah dengan faktor lain
diluar persyaratan teknis ini, seperti design dan pengembangan produk. Sistem
pemastian mutu yang tepat bagi industry hendaklah memastikan bahwa:
1) Design dan pengembangan obat tradisionla dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOTB dan cara berlaboratorium pengawasan
mutu yang baik.
2) Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dalam
CPOTB diterapkan.
3) Tanggungjawab manajerial diuraikan dalam uraian jabatan.

6
4) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemasan yang benar.
5) Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama
proses (in proses control) lain serta validasi.
6) Pengkanjian terhadap semua dokumen terkait dengan proses,
pengemasan dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi
semua faktor yang relevan termaksud kondisi pembuatan, hasil pengujian
dan pengawasan selama proses, pengkajian dokumen produksi termasuk
pengemasan, pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah
ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
7) Obat tradisional tidak di distribusikan sebelum kepala manajemen mutu
(pemastian mutu) menyatakan bahwa tiap bets diproduksi dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar
dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan
mutu dan pelulusan obat tradisional
8) Tersedia pengaturan yang memadai bahwa sedapat mungkin obat
tradisional disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/simpan obat
tradisional
9) Tersedia prosedur inspeksi diri yang secara berkala mengevaluasi
efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu.
10) Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memastikan mutu bahan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan
oleh perusahaan.
11) Penyimpanaan dilaporkan, diinvestigasi dan dicatat.
b. Quality Control (QC)
Pengawasan mutu/Quality Control (QC) adalah bagian dari CPOTB yang
berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, sert
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa

7
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang
belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum dijual diluluskan tidak
dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Fungsi dari Quality Control (QC) yaitu :
1) Melakukan sebuah pemantauan pada suatu proses produksi dari awal
proses sampai barang jadi.
2) Memberitahukan kepada supervisor quality control apabila ada
ketidaksesuaian proses.
3) Meluluskan produk jadi atau finish goods.
4) Melakukan pada suatu pengambilan sampel per tinggal (retain).
5) Membuat sebuah laporan pengamatan proses harian.
6) Melaksanakan berbagai tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh
supervisor quality control.
7) Untuk dapat memastikan produk dan jasa yang sudah dirancang dan
diproduksi sehingga telah memenuhi persyaratan dari pelanggan atau
produsen itu sendiri.
2. Pemastian Mutu
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
tradisional yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan
yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat tradisional dihasilkan
dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian
Mutu mencakup CPOTB ditambah dengan faktor lain di luar Persyaratan Teknis
ini, seperti desain dan pengembangan produk.
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi industri obat tradisional
hendaklah memastikan bahwa:
a. Desain dan pengembangan obat tradisional dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOTB dan Cara Berlaboratorium Pengawasan
Mutu yang Baik.
b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOTB
diterapkan.

8
c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan
awal dan pengemas yang benar.
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses (in-
process controls) lain serta validasi.
f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan
dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan
untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan
termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian dan/atau pengawasan selama
proses, pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian,
penyimpanan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan, dan
spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
g. Obat tradisional tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala manajemen
mutu (pemastian mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan
peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan
pelulusan obat tradisional.
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat
mungkin, obat tradisional disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/simpan obat
tradisional.
i. Tersedia prosedur inspeksi diri yang secara berkala mengevaluasi efektivitas
dan penerapan sistem pemastian mutu.
j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memastikan mutu bahan memenuhi Spesifikasi yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
k. Penyimpangan dilaporkan, diinvestigasi dan dicatat
l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk.
m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui, dan
n. Evaluasi berkala mutu obat tradisional dilakukan untuk verifikasi konsistensi

9
proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan

3. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)


CPOTB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
tradisional dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
Spesifikasi produk. CPOTB mencakup produksi dan pengawasan mutu.
Persyaratan dasar dari CPOTB adalah:
a. Semua proses pembuatan obat tradisional dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten
menghasilkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan mutu dan
spesifikasi yang telah ditetapkan;
b. Tahap proses yang kritis dalam proses pembuatan, pengawasan dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
c. Tersedia semua sarana yang diperlukan untuk CPOTB termasuk:
1) Personil yang terkualifikasi dan terlatih;
2) Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
3) Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
4) Bahan, wadah dan label yang benar;
5) Prosedur dan instruksi yang disetujui; dan
6) Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
d. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang
tersedia; Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara
benar;
e. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
f. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran

10
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk
yang mudah diakses;
g. Penyimpanan dan distribusi obat tradisional yang dapat memperkecil risiko
terhadap mutu obat tradisional;
h. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat tradisional mana pun dari
peredaran; dan
i. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan
pengulangan kembali keluhan.
4. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri obat tradisional hendaklah mempunyai fungsi pengawasan
mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang
memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan
Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Persyaratan dasar
dari pengawasan mutu adalah bahwa:
a. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang
disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian
bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOTB;
b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui
oleh Pengawasan Mutu;
c. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu);
d. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan

11
dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan pengujian benar-benar telah
dilaksanakan Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
e. Produk jadi berisi bahan atau ramuan bahan yang dapat berupa bahan nabati,
bahan hewani, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan-bahan tersebut dengan komposisi kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan
yang disetujui pada saat pendaftaran, serta dikemas dalam wadah yang sesuai
dan diberi label yang benar;
f. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan
dibandingkan terhadap spesifikasi; dan
g. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang
cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi
disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar.
5. Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua
obat tradisional terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan
pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan
yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian biasanya dilakukan tiap
tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;
b. Kajian terhadap pengawasan selama-proses yang kritis dan hasil pengujian
produk jadi;
c. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifiksasi yang ditetapkan
dan investigasi yang dilakukan;
d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan,
dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses pengolahan;
f. kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak

12
diinginkan;
g. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat
tradisional yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah
dilakukan; dan
h. Kajian terhadap status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal
sistem tata udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain lain;
Industri obat tradisional dan pemegang izin edar, bila berbeda, hendaklah
melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat
untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi
ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah
didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui
hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia
prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian
aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi
diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan
menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, dan lain-lain.
Bila pemilik izin edar bukan industri obat tradisional, maka perlu ada suatu
Kesepakatan Teknis dari semua pihak terkait yang menjabarkan siapa yang
bertanggung jawab untuk melakukan kajian mutu. Kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), yang bertanggung jawab untuk melakukan sertifikasi bets,
bersama dengan pemilik izin edar hendaklah memastikan bahwa pengkajian mutu
dilakukan tepat waktu dan akurat.
II.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat tradisional yang
benar. Oleh sebab itu industry obat tradisonal bertanggung jawab dalam
menyediakan personil ang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Tanggun jawab semua personil hendaklah dipahami
masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami seluruh
CPOTB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai hygine dan berkaitan dengan pekerjaannya.

13
Personalia kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Posisi
kunci tersebut dijabat oleh personil prunawaktu. Kapala bagianproduksi da kepala
bagian manajemen mutu harus independen satu terhadap yang lainnya.
II.2.3 Bangunan, fasilitas dan peralatan
Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat tradisional
hendaklah memiliki design, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang
benar. Tata letak dan design ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil resiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang, dan kesalahan lainnya.
Serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yag efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu dan kotoran, dan dampak
lain yang dapat menurunkan mutu obat tradisional.
Tata letak bangunan pada PT. Ismut harus sesuai standari CPOTB yang
mencakup area penyimpanan, area produksi, area pengawasan mutu, dan area
sarana pendukung. Begitupun dengan peralatan yang mencakup desain dan
konstruksi, serta pemasangan dan penempatan. Peralatan harus dengan
sedemikian rupa mengikuti tata aturan sesuai standar CPOTB.
II.2.4 Sanitasi dan hygiene
Tingkat sanitasi dan hiegene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat tradisional. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi
personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan
wadahnya,dan segala sesuatu yang dapat merupakna sumber pencemaran produk.
Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui mutu program
sanitasi dan hygienen menyeluruh dan terpadu. Karena sumbernya bahan obat
tradisional dapat mengandung cemaran mikrobiologis, disamping itu proses
pemanenan dan proses produksi obat tradisonal sangat mudah tercemar oleh
mikroba. Untuk menghindarkan perubahan mutu dan mnegurangi kontaminasi,
diperlukan penerapan sanitasi dna hiegine berstandar tinggi. Bangunan dan
fasilitas serta peralatam hendaklah dibersihkan dan dimana perlu diinfeksi
menurut prosedur yang tertulis dan dirinci dan tervalidasi.

14
Hygiene harus sesuai dan terstandar CPOTB dimana terdiri dari hygiene
perorangan yang mencakup syarat pakaian pelingung terstandar. Sanitasi
bangunan dan fasilitas yang mencakup setidaknya hendaklah ada prosedur tertulis
yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan
cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus
digunakan untuk pembersihan sarana dan bangunan. Prosedur tertulis terkait
hendaklah dipatuhi. Pembersihan dan sanitasi peralatan yang setelah digunakan,
peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi
yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk
memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah
dihilangkan serta prosedur terstandar lainnya yang tercakup dalam aspek CPOTB.
II.2.5 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang essensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa setiap
personil penerimaan uraian tugas yang relevan secara jelas dan rincian sehingga
memperkecil terjadinya salah tagsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi dokumentasi produksi
induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikai menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk
atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini
merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Produksi induk, prosedur pengolahan
induk dan prosedur pengemasan induk menyatakan bahwa seluruh bahan awal dan
bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan
dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu
misalnya, pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan
sampel, pengujian dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap
bets produk termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang

15
berpengaruh terhadap mutu produk akhir.

II.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur tervalidasi
yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Untuk bahan
mentah - baik yang dibudidayakan maupun yang hidup secara liar, dan yang
digunakan baik dalam bentuk bahan mentah maupun sudah melalui tehnik
pengolahan sederhana (misal perajangan atau penghalusan) - tahap kritis pertama
dalam proses produksi, dalam hal ini di mana persyaratan teknis ini mulai
diterapkan, hendaklah ditentukan dengan jelas. Penjelasan tentang hal tersebut
hendaklah dinyatakan dan didokumentasikan. Petunjuk diberikan seperti berikut.
Namun untuk proses seperti ekstraksi, fermentasi dan pemurnian, penentuannya
hendaklah ditetapkan berdasarkan kasus-per-kasus.
1. Pengumpulan/pembudidayaan dan /atau pemanenan, proses pasca panen
termasuk pemotongan pertama dari bahan alamiah hendaklah dijelaskan
secara rinci.
2. Jika diperlukan penghalusan lebih lanjut dalam proses pembuatannya,
hendaklah hal tersebut dilakukan sesuai CPOTB.
3. Dalam hal bahan aktif, sesuai definisi dalam Glosarium, terdiri hanya dari
rajangan atau serbuk, aplikasi dari persyaratan teknis ini dimulai pada
proses fisik yang mengikuti pemotongan awal dan perajangan, dan
termasuk pengemasan.
4. Jika ekstraks digunakan, prinsip-prinsip dari persyaratan teknis ini
hendaklah diberlakukan pada setiap tahap produksi mengikuti proses pasca
panen / pasca pengumpulan.
5. Dalam hal produk jadi diolah secara fermentasi, penerapan CPOTB
hendaklah meliputi seluruh tahap produksi sejak pemotongan awal dan
penghalusan.

16
II.2.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan
obat tradisional yang baik. Rasa ketertarikan dan tanggung jawab semua unsur
dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk
yangbermutu mulai dari bahan awal sampai pada produk jadi. Pengawasan mutu
obat tradisional dilaksanakan melalui suatu sistem pengawasanyang terencana dan
terpadu.Semua unsur yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional, baik
personalia maupun kelengkapan sarana pabrik, hendaklah menunjang maksud
pembuatan obat tradisional itu dan mendukung sepenuhnya persyaratan yang
diinginkan sehingga obat tradisional yang dihasilkan senantiasa memenuhi
spesifikasi mutu.Pengawasan mutu merupakan bagian (departemen) yang berdiri
sendiri dan tidak merupakan bagian dari departemen produksi.
II.2.8 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Mutu
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
II.2.9 Cara Penyimpanan Dan Pengiriman Obat Tradisional Yang Baik
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan
dan manajemen rantai pemasokan produk yang terintegrasi. Dokumen ini
menetapkan langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi
semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk.
Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk
jadi dari pabrik ke distributor sesuai kaidah dan pedoman yang tertera pada
CPOTB.

17
BAB III
GAMBARAN KHUSUS
“TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMASTIAN MUTU PT. ISMUT
FITOMEDIKA INDONESIA”
III.1 Pemastian Mutu
Pemastian mutu/Quality Assurance (QA) adalah totalitas semua pengaturan
yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan
mutu yang sesuai dengan mutu pemakaiannya. Pengkajian mutu produk secara
berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat tradisional terdaftar, termasuk
produk ekspor dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian
dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren
dan mengidentifikasi perbaikan untuk produk dan proses.
III.2 Tugas Pemastian Mutu PT ISMUT Fitomedika Indonesia
Tugas pemastian mutu PT ISMUT antara lain yaitu :
1. Memantau kinerja sistem mutu dan prosedur, menilai efektifitasnya, dan
melakukan perubahan jika diperlukan.
2. Melakukan penilaian terhadap keluhan teknik farmasi dan pengambilan
keputusan serta tindakan dari hasil penilaian, bila perlu kerjasama dengan
bagian lain.
3. Memastikan penyelenggaraan validasi proses pembuatan dan sistem pelayanan.
4. Memastikan pengelolaan penyimpangan yang berdampak pada mutu /
termasuk penyimpangan yang terjadi pada bets.
5. Memastikan penerapan sistem pengendalian perubahan dan menyetujui
perubahan.
6. Melakukan pelulusan akhir atau penolakan produk jadi.
III.3 Tanggung Jawab Pemastian Mutu PT ISMUT Fitomedika Indonesia
Tanggung jawab pemastian mutu PT ISMUT Fitomedika Indonesia antara
lain yaitu ;
1. Memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan.
2. Memprakarsai dan memimpin audit internal / inspeksi diri berkala.

18
3. Mendampingi team audi BPOM / audit eksternal dan mengkoordinasikan
tindakan/tanggapan terhadap temuan.
4. Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan Mutu.
5. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok, pembuatan obat, dan lab berdasarkan kontrak).
6. Berpartisipasi dalam program validasi.
7. Memastikan pemenuhan persyaratan teknis dan peraturan BPOM yang
berkaitan mutu produk jadi.
8. Mengevaluasi dan mengkaji catatan bets.
9. Meluluskan / menola produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor.
10. Mengevaluasi dan Mengotorisasi semua prosedur tertulis dan dokumen lain
yang berkaitan dengan mutu produk termasuk amandemen.
11. Bersama bagian produksi dan bagian teknis bertanggung jawab, dalam
pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat.
12. Menetapkan dan memantau pelaksanaan higiene/sanitas/kebersihan di pabrik.
13. Mengavaluasi protokol dan laporan kualifikasi / valiadasi serta menyetujui /
mengotorisasi bersama bagian bersangkutan.
14. Bersama Kabag lain menyiapkan dan mengotorisasi, melaksanakan dan
memantau penyelenggaraan program pelatihan personil yang efektif.
15. Memberikan persetujuan dan melakukan pemantauan terhadap pembuatan
obat dan analiss berdasarkan kontrak.
16. Mengotorisasi penetapan bersama bersama bagian produksi, melakuakan
pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk.
17. Menentukan, mengawasi penerapan sistem penyimpanan catatan kegiatan.
18. Melakukan pemantauan pemenuhan persyaratan CPOTB
Melakukan / memprakarsai inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sample
yang diperlukan untuk penentuan faktor yang mungkin berdampak terhadap
mutu produk.

19
19. Memberikan persetujuan terhadap pengolahan ulang setelah mengidentifikasi
tindakan korektif dan preventif untuk menghindarkan pengulangan insiden.
20. Menangani semua keluhan Mutu Bahan / Produk.
21. Melaksanakan/mengkoordinasi Penarikan kembali Obat.
22. Memberikan persetujuan akhir terhadap seluruhan perubahan bersangkutan
dengan sistem dokumen, produk, bangunan, sarana penunjang.
23. Melakukan pengkajian mutu produk sesuai jadwal (berkala).

20
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan pada PT. Ismut Fitomedika Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa PT. Ismut Fitomedika Indonesia telah menerapkan CPOTB
(Cara pembuatan Obat Tradisional yang Baik) dalam seluruh proses produksinya.
Pemastian mutu PT. Ismut Fitomedika Indonesia telah melaksanakan tugas dan
tanggungjawab sesuai CPOTB.
IV.2 Saran
Sebaiknya PT. Ismut Fitomedika Indonesia tetap memperhatikan tugas dan
tanggungjawab pemastian mutu yang sesuai dengan CPOTB, agar produk yang
dihasilkan dapat memberikan kualitas yang lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. BPOM, 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan


Republik Indonesia Penerapan Pedoman Cara Membuat Obat Yang
Baik.BPOM : Jakarta.

2. Badan POM RI. 2011. Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional
Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

3. BPOTM. 2011. Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.


Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

4. Kementerian Kesehatan, RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Repuplik


Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

5. Kurniawan, A.D, 2011. Evaluasi Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional


Yang Baik (CPOTB) pada Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di
kabupaten Bantul, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

6. Priyambodo B. 2007.Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama.


Yogyakarta.

22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. ISMUT Fitomedika Indonesia

Gambar: Struktur Organisasi PT. ISMUT Fitomedika Indonesia

23
Lampiran 2. Produk PT. ISMUT Fitomedika Indonesia
No Bentuk Sediaan Jumlah
1 Kapsul 6
Total 6

Lampiran 3. Contoh Produk

Gambar: Contoh produk Obat

24
Lampiran 4. Logo PT. Ismut Fitomedika Indonesia

Gambar: Logo PT. Ismut Fitomedika Indonesia


Nama ISMUT adalah singkatan dari bahasa Arab–Ihdinas siratal mustaqim
yang mengandung arti “Tunjukkan kami jalan yang lurus”.PT. IFI berusaha
menjalankan perusahaan ini dengan baik agar dapat memberikontribusi di bidang
Kesehatan dengan komitmen yang tertuang dalam visi dan misinya.

25

Anda mungkin juga menyukai