Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK VARIA

Disusun oleh :
Destari, S.Farm
NIM 210213018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA


PROFESI APOTEKER

di

APOTEK VARIA
MEDAN

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Disusun oleh:

Destari, S.Farm.
NIM 210213018

Pembimbing,

apt. Cut Masyitah Thaib, S.Farm., M. Si apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si
NIDN : 0101018106 NIDN : 0125067801
Staf Pengajar SIPA:1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Apoteker Penanggung Jawab
Sari Mutiara Indonesia Medan Apotek Varia
Medan

Medan, 05 November 2021 Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Universitas Sari Mutiara Indonesia
Dekan, Ketua,

Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM apt. Dra. Modesta Tarigan M.Si
NIDN: 0116107103 NIDN: 0119036801
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi

Apoteker di Apotek Varia Medan. Shalawat beserta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, kiblat dalam perjalanan kita

sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.

Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan salah satu syarat dalam

mengikuti Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia untuk memperoleh gelar Apoteker.

Terlaksananya Praktek Kerja Profesi Apoteker ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Taruli Rohana Sinaga S.Kep,

MKM selaku Dekan Fakultas Farmasi Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara

Indonesia, kepada Ibu Apt. Dra. Modesta Tarigan, M.Si sebagai Ketua Program

Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan

Universitas Sari Mutiara Indonesia, kepada ibu apt. Cut Masyitah Thaib, S.Farm.,

M. Si sebagai pembimbing saya yang telah mengarahkan dan membimbing dalam

penyusunan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker dan ibu apt. Mandike Ginting,

S.Si., M.Si, selaku pembimbing di apotek dan Apoteker Penanggung Jawab

Apotek (APA) sekaligus pemilik sarana apotek dan kepada Ibu selaku

Pembimbing yang telah berkenan memberikan arahan, bimbingan dan berbagi

pengalamannya kepada penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Profesi

Apoteker hingga selesainya penulisan laporan ini.


Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Staf

Pengajar Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan

Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan

pengetahuan kepada penulis, seluruh karyawan di Apotek Varia Medan atas kerja

sama dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan Praktik

Kerja Profesi Apoteker ini.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan tak

terhingga kepada kedua orang tua saya atas doa, kasih sayang, nasihat dukungan

baik moril maupun materil, dan teman-teman yang telah mendukung dalam doa.

Tak lupa juga kepada teman-teman satu tim dalam melaksanakan praktik kerja

profesi yang telah bekerja sama dengan baik selama masa praktik kerja profesi di

Apotek Varia Medan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, November 2021


Penulis,

Destari,S.Farm
NIM 210213018
RINGKASAN

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Komunitas di Apotek


Varia Medan yang berlokasi di Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 184 C, telah
dilaksanakan pada tanggal 27 September 2021 hingga 23 November 2021. Praktek
Kerja Profesi Apoteker ini dilaksanakan dalam upaya untuk memberikan
perbekalan, keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat
secara langsung cara pengelolaan suatu apotek serta peran dan tugas apoteker
penanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek.
Kegiatan ini bertujuan agar calon apoteker mampu mengelola apotek
secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-
kaidah profesi yang berlaku.
Kegiatan PKPA di Apotek Varia Medan, yang dilakukan meliputi melihat
dan mempelajari sistem penyusunan obat di apotek, pendataan perbekalan farmasi
dan masa kadaluarsa obat, penyiapan resep tunai, tata cara pembelian dan
penerimaan barang dari PBF serta pencatatan stok obat yang habis pada buku
pesanan.Selain itu juga belajar untuk memberikan pelayanan swamedikasi dan
informasi obat kepada pasien serta pelayanan obat dalam bentuk resep.
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
RINGKASAN ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 3
1.3 Manfaat Kegiatan ................................................................. 3
1.4 Pelaksana Kegiatan ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK ............................................... 4
2.1 Definisi, Tugas dan FungsiApotek ........................................ 4
2.2 Peran, Tugas dan Fungsi Apoteker ........................................ 4
2.3 Persyaratan Pendirian Apotek ............................................... 7
2.4 Perizinan Apotek .................................................................. 9
2.5 Pengelolaan Apotek .............................................................. 10
2.5.1 Sumber Daya Manusia .................................................. 10
2.5.2 Sarana dan Prasarana..................................................... 11
2.6 Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............... 13
2.6.1 Pengelolaan sediaan farmasi. alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai .................................................... .................. 13
2.6.1.1 Perencanaan ................................................... 13
2.6.1.2 Pengadaan ....................................................... 13
2.6.1.3 Penerimaan ..................................................... 14
2.6.1.4 Penyimpanan .................................................. 14
2.6.1.5 Pemusnahan ................................................... 14
2.6.1.6 Pengendalian .................................................. 15
2.6.1.7 Pencatatan dan pelaporan ............................... 15
2.6.2 Pelayanan farmasi klinik ............................................. 16
2.6.2.1 Pengkajian resep ............................................. 16
2.6.2.2 Dispensing ...................................................... 17
2.6.2.3 Pelayanan informasi obat ................................ 18
2.6.2.4 Konseling ........................................................ 19
2.6.2.5 Pelayanan kefarmasian di rumah ................ 20
2.6.2.6 Pemantauan terapi obat ................................... 21
2.6.2.7 Monitoring efek samping obat ......................... 21
2.7 Aspek Bisnis ......................................................................... 22
2.7.1 Lokasi ........................................................................... 22
2.7.2 Pembelian ..................................................................... 23
2.7.3 Penjualan ...................................................................... 23
2.7.4 Analisis Keuangan ........................................................ 24
2.7.5 Perpajakan .................................................................... 25
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK VARIA MEDAN ................. 27
3.1 Sejarah Apotek ................................................................... 27
3.2 Lokasi Apotek .................................................................... 27
3.3 Struktur Organisasi dan Personalia ..................................... 27
3.4 Sarana dan Prasarana .......................................................... 28
3.5 Pengelolaan dan Perbekalan Farmasi ................................. 31
3.5.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi ................................... 31
3.5.2 Penyimpanan dan Penataan ......................................... 33
3.6 Pelayanan Kefarmasian di Apotek ...................................... 33
3.7 Administrasi dan Pelaporan .............................................. 34
3.7.1 Pajak .... .................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................... 36
4.1 Lokasi Apotek ................................................................... 36
4.2 Pelayanan/penjualan ......................................................... 36
4.3 Manajemen Apotek ............................................................ 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 39
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 39
5.2 Saran ................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 40
LAMPIRAN ................................................................................. 41
DAFTAR GAMBAR

3.1 Struktur Organisasi Apotek Varia Medan ................................. 28


DAFTAR LAMPIRAN

1 Alur Perizinan Operasional Apotek ( SIA)…………………............ 58


2 Formulir 1 (Surat Permohonan Izin Apotek)............................ ......... 59
3 Formulir 2 (Surat Penugasan Pemeriksaan) ..................................... 61
4 Formulir 3 (Berita Acara Pemeriksaan Apotek)……………… ........ 62
5 Formulir 4 (Surat Izin Apotek)………………………………. ......... 63
6 Formulir Surat Pesanan Narkotika .................................................. 64
7 Formulir Surat Pesanan Psikotropika ............................................... 65
8 Formulir Surat Pesanan Prekursor .................................................. 66
9 Formulir Surat Pesanan .................................................................. 67
10 Formulir Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu ................................... 68
11 Copy Resep Apotek Varia Medan ................................................... 69
12 Laporan Penggunaan Narkotika Bulan Oktober
Secara Online .................................................................................. 70
13 Laporan Penggunaan Psikotropika Bulan Oktober
Secara Online .................................................................................. 72
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia sehingga

menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa (Presiden RI, 2009).

Kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan

sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing

bangsa bagi pembangunan nasional (Presiden RI, 2009).

Pelayanan kesehatan adalah suatu upaya yang diselenggarakan secara

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Depkes

RI, 2009).

Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah apotek, yang merupakan

sarana pelayanan tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker, dalam hal

ini fungsi apoteker adalah melakukan pekerjaan kefarmasianyaitu pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

1
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan

obat, bahan obat dan obat tradisional dengan maksud untuk mencapai hasil yang

pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009).

Apoteker merupakan tenaga kesehatan profesional yang banyak

berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat

(Bahfen, 2006). Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) selain bertindak

sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian, juga harus mengelola apotek

sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada

pihak-pihak yang memiliki kepentingan tanpa harus menghilangkan fungsi

sosialnya di masyarakat (Presiden RI, 2009).

Pelayanan kefarmasian di apotek, menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 73 tahun 2016, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian

pada saat ini telah mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care).

Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan yang

bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik (Menkes RI, 2016).

Berdasarkan hal tersebut, maka Program Studi Profesi Apoteker (PSPA)

Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia bekerja

sama dengan berbagai apotek di Medan dalam menyelenggarakan kegiatan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), salah satunya adalah Apotek Varia

Medan, yang berlokasi di Jln. Jend. Gatot Subroto No.184 C Medan agar calon

apoteker dapat mengetahui dan melihat secara langsung pengelolaan apotek dan

pelayanan kefarmasian di apotek.

2
1.2 Tujuan

PKPA di apotek bertujuan untuk:

a. Memahami peran, fungsi dan tanggung jawab apoteker terkait pekerjaan

kefarmasian di apotek;

b. Memahami permasalahan apotek dan mampu mengelola apotek secara

profesional sesuai dengan peraturan perundanganan-undangan dan kaidah-

kaidah profesi yang berlaku;

c. Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan memberikan pelayanan

informasi obat kepada pasien.

1.3 Manfaat Kegiatan

Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

bagi calon Apoteker adalah dapat mengetahui dan melihat secara langsung peran

dan tugas Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA), organisasi dan manajerial

yang berlangsung di Apotek serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

calon Apoteker dalam pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di Apotek.

1.4 Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

Varia Medan di Jln. Jend. Gatot Subroto No.184 C Medan dilaksanakan mulai

tanggal 01 November 2021 hingga 22 November 2021.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi, Tugas, dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73

Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek,apotek adalah

sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh

apoteker, sedangkan pengertian pelayanan kefarmasian itu sendiri adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien. Apotek merupakan tempat bagi apoteker dalam

melaksanakan pengabdian profesi berdasarkan keilmuan,tanggungjawab dan etika

profesi (Menkes RI, 2016).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Apotek, tugas

dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau

bahan obat

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata

2.2 Peran, Tugas dan Fungsi Apoteker

Peran apoteker menurut WHO dikenal dengan "Nine Stars of Pharmacist",

yaitu:

a. Care Giver (memberikan pelayanan yang baik)

Apoteker sebagai pengelola apotek dalam memberikan pelayanan kefarmasian

4
yang profesional harus dapat menerapkan pelayanannya dalam sistem

pelayanan kesehatan dan profesi lainnya secara keseluruhan sehingga

dihasilkan sistem pelayanan kesehatan yang berkesinambungan (Mashuda,

2011).

b. Decision Maker (mengambil keputusan secara profesional)

Pada tingkat lokal dan nasional apoteker memainkan peran dalam penyusunan

kebijaksanaan obat-obatan. Dalam hal ini apoteker dituntut sebagai penentu

keputusan harus mampu mengambil keputusan yang tepat, berdasarkan pada

efikasi, efektifitas dan efisiensi terhadap penggunaan sumber daya yang tepat,

bermanfaat, aman dan tepat guna seperti SDM, obat-obatan, bahan kimia, alat

kesehatan, prosedur dan pelayanan (Mashuda, 2011).

c. Communicator (berkomunikasi dengan baik)

Apoteker merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan antara dokter

dan pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada

masyarakat.Apoteker harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri

serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pasien dan

profesi kesehatan lainnya (Mashuda, 2011).

d. Leader (pemimpin)

Sebagai leadermampumenempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi mult i

disiplin. Apoteker harus mampu menjadi pemimpin, yaitu mampu mengambil

keputusan yang tepat dan efektif, serta mampu mengelola hasil keputusan

tersebut dan bertanggung jawab (Mashuda, 2011).

e. Manager (kemampuan dalam mengelola sumber daya)

Apoteker harus mempunyai kemampuan mengelola sumber daya (manusia,

5
fisik dan anggaran) dan informasi secara efektif, juga harus dapat dipimpin dan

memimpin orang lain dalam timkesehatan (Mashuda, 2011).

f. Long Life Learner (selalu belajar sepanjang hidup)

Apoteker harus selalu belajar, baik pada jalur formal maupun informal

sepanjang kariernya dan menggali informasi terbaru sehingga ilmu dan

keterampilan yang dimiliki selalu baru (uptodate) (Mashuda, 2011).

g. Teacher (membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk

meningkatkan pengetahuan)

Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih sumber

daya yang ada, membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga

memberi peluang pada praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan

menyesuaikan keterampilan yang telah dimilikinya (Mashuda, 2011).

h. Researcher (kemampuan untuk meneliti/ilmuan)

Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu yang berdasarkan bukti (ilmiah,

praktik farmasi, sistem kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat

pada pengguna obat secara rasional dalam tim pelayanan kesehatan. Dengan

berbagi pengalaman apoteker dapat juga berkontribusi pada bukti dasar dengan

tujuan mengoptimalkan dampak dan perawatan pasien.Sebagai peneliti,

apoteker dapat meningkatkan akses dan informasi yang berhubungan dengan

obat pada masyarakat dan tenaga profesi kesehatan (Mashuda, 2011).

i. Entrepreneur (pengusaha)

Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun berwirausaha dalam

mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan

masyarakat.Misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan,

6
minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan

apotek, serta bisnis tanaman obat (Mashuda, 2011).

Menurut Anief (2000), Apoteker di apotek mempunyai tanggung jawab

sebagai berikut:

1. Tanggung jawab terhadap obat yang diberikan melalui resep. Apoteker harus

mampu menjelaskan tentang obat kepada pasien mengenai cara pakai, reaksi

efek samping obat yang mungkin timbul, stabilitas obat, toksisitas, dosis, rute

pemakaian obat.

2. Tanggung jawab apoteker untuk memberi informasi pada masyarakat dalam

pemakaian obat bebas dan bebas terbatas. Apoteker menentukan apakah

pengobatan sendiri dari penderita itu dapat diberikan obatnya atau disarankan

untuk berkonsultasi ke dokter.

2.3 Persyaratan Pendirian Apotek

Apoteker dapat mendirikan apotek dengan modal sendiri dan/atau modal

dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan. Apoteker yang

mendirikan apotek dengan bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan

kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan

(Menkes RI, 2017).

Ketentuan mengenai persyaratan pendirian apotek yang harus dipenuhi di

dalam Permenkes RI No. 9 tahun 2017 diantaranya :

1. Lokasi

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran apotek di

wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan kefarmasian.

7
2. Bangunan

Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan

kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan

keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan

orang lanjut usia. Bangunan apotek harus bersifat permanen dan dapat

merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah

toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

3. Sarana, prasarana dan peralatan

Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:

a. Ruang penerimaan resep

b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

c. Ruang penyerahan obat

d. Ruang konseling

e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai

f. Ruang arsip

Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih, instalasi listrik,

sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran. Peralatan apotek meliputi rak

obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,

komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien

yaitu catatan mengenai riwayat penggunaan sediaan farmasi dan/atau alat

kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang

diberikan kepada pasiendan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.

8
4. Ketenagaan

Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat dibantu oleh

apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.

Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Menkes RI, 2017).

2.4 Perizinan Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2018 tentang

Surat Izin Apotek (SIA), dinyatakan bahwa pendirian apotek harus memenuhi

syarat yaitu:

a. Apotek diselenggarakan oleh pelaku usaha perseorangan. Pelaku usaha

perseorangan sebagaimana dimaksud yaitu apoteker.

b. Persyaratan untuk memperoleh izin apotek disertai dengan kelengkapan

dokumen administrasi yang harus menelusuri aplikasi online single submission

(OSS) dikirim melalui situs online, meliputi:

 Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);

 Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA);

 Denah bangunan;

 Daftar sarana danprasarana, dan

 Berita acara pemeriksaan, (Menkes RI, 2018).

PengertianOnline Single Submission (OSS)

Perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau Online Single

Submisson yang selanjutnya disingkat sebagai OSS adalah perizinan berusaha

yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan

9
lembaga, gubernur atau bupati/ walikota kepada pelaku usaha melalui sistem

elektronik yang terintegrasi.

Prosedur menggunakan OSS:

- Membuat User-ID,

- Log-in ke sistem www.oss.co.id menggunakan User-Id,

- Mengisi data untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB),

Contoh data meliputi:

a. Nomor Induk Kependudukan

b. Bentuk Badan Usaha

Manfaat Online Single Submission (OSS) :

1. Mempermudah pengurusan perizinan berusaha untuk di tingkat pusat

maupun daerah dengan mekanisme pemenuhan komitmen persyaratan

izin.

2. Memfasilitasi pelaku usaha untuk terhubung dengan semua stalkeholder

dan memperoleh izin secara aman, cepat dan real time.

3. Memfasilitasi pelaku usaha dalam melakukan pelaporan dan pemecahan

masalah perizinan dalam satu tempat.

4. Memfasilitasi pelaku usaha untuk menyimpan data perizinan dalam satu

identitas berusaha (NIB).

2.5 Pengelolaan Apotek

2.5.1 Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Peraturan MenteriKesehatanRepublik IndonesiaNo. 73 tahun

2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, bahwa Pelayanan

Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh

10
apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki Surat

Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Dalam melakukan

Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi kriteria:

1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi.

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku.

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).

2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.

3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan dan mampu memberikan pelatihan

yang berkesinambungan.

4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri,

baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau

mandiri.

5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang-

undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar

pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku (Menkes RI, 2016).

2.5.2 Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73

tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, bahwa apotek

harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana apotek dapat

menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta

kelancaran praktik pelayanan kefarmasian.

11
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan

Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan

resep, 1(satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang

penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat

oleh pasien.

2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas

meliputi rak-rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan

sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air

minum (air mineral) untuk pengenceran, sendok obat, bahan pengemas obat,

lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label

obat. Ruang ini diatur sedemikian agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi

udara yang baik atau cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air

conditioner).

3. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat

digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

4. Ruang konseling

Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi

konseling, lemari buku, buku-buku referensi, poster, alat bantu konseling, buku

catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.

12
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan

petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari obat,

pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus

narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu.

6. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta

pelayanan kefarmasian dengan jangka waktu tertentu (Menkes RI, 2016).

2.6 Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian di Apotek

2.6.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, meliputi

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,

pencatatan dan pelaporan (Menkes RI, 2016).

2.6.1.1 Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,

budaya dan kemampuan masyarakat.

2.6.1.2 Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan Sediaan

farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.

13
2.6.1.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat

pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

2.6.1.4 Penyimpanan

a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus

dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada

wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan

tanggal kadaluwarsa.

b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga

terjamin keamanan dan stabilitasnya.

c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan

kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.

d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO

(First In First Out).

2.6.1.5 Pemusnahan

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung

narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas

Keshatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika

dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang

memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan

dengan berita acara pemusnahan.

14
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara

pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep dan

selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2.6.1.6 Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau

pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk menghindari

terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,

kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan

menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok

sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,

jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

2.6.1.7 Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakaimeliputi pengandaan (surat

pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota/struk penjualan)

dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.Pelaporan internal

merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,

meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.

15
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi

kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan meliputi

pelaporan narkotika dan psikotropika (Menkes RI, 2016).

2.6.2 Pelayanan farmasi klinik

Menurut Permenkes No.73 tahun 2016, pelayanan farmasi klinik di apotek

merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik tersebut meliputi:

1. pengkajian resep;

2. dispensing;

3. pelayanan informasi obat (PIO);

4. konseling;

5. pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

6. pemantauan terapi obat (PTO); dan

7. monitoring efek samping obat (MESO).

2.6.2.1 Pengkajian resep

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik

dan pertimbangan klinis.

1. Kajian administratif meliputi:

a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan

paraf;

c. tanggal penulisan Resep.

16
2. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

a. bentuk dan kekuatan sediaan;

b. stabilitas; dan

c. kompatibilitas (ketercampuran obat).

3. Pertimbangan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi dan dosis obat;

b. aturan, cara dan lama penggunaan obat;

c. duplikasi dan/atau polifarmasi;

d. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi

klinis lain);

e. kontra indikasi; dan

f. interaksi.

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker

harus menghubungi dokter penulis Resep (Menkes RI, 2016).

2.6.2.2 Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi

obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep

b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan

c. Memberikan etiket

d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang

berbeda.

Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:

a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan

kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta

17
jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep).

b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.

c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.

d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.

e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan

obat.

f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik.

g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.

h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker

(apabila diperlukan).

i. Menyimpan resep pada tempatnya.

j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien

Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan

swamedikasi.Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang

memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas

atau bebas terbatas yang sesuai (Menkes RI, 2016).

2.6.2.3 Pelayanan informasi obat

Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,

dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.informasi mengenai

obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan

metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,

18
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,

stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika dan sifat kimia dari obat.

Kegiatan Pelayanan Informasi obat di Apotek meliputi:

a) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;

b) Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat

(penyuluhan);

c) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;

d) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang

sedang praktek profesi;

e) Melakukan penelitian penggunaan obat;

f) Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;

g) Melakukan program jaminan mutu.

Pelayanan Informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu

penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat (Menkes RI, 2016).

2.6.2.4 Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan

kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,

Apoteker menggunakan three prime questions.Apabila tingkat kepatuhan pasien

dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.Apoteker

harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami

obat yang digunakan

19
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:

a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,

ibu hamil dan menyusui).

b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,

AIDS, epilepsi).

c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan

kortikosteroid dengan tappering down/off).

d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,

fenitoin, teofilin).

e. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi

penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari

satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis

obat.

f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah (Menkes RI, 2016).

2.6.2.5 Pelayanan kefarmasian di rumah

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan

pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah (home pharmacy care),

khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis

lainnya.

Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker,

meliputi :

a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan

pengobatan

b. Identifikasi kepatuhan pasien.

20
c. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya

d. Cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin.

e. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.

f. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat

berdasarkan catatan pengobatan pasien.

g. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.

2.6.2.6 Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan proses yang memastikan bahwa

seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan

memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:

a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

b. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.

c. Adanya multidiagnosis.

d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.

f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang

merugikan.

2.6.2.7 Monitoring Efek Samping Obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis (Menkes RI, 2016).

21
Kegiatan:

a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami

efek samping obat.

b. Mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO).

c. Melaporkan ke pusat MESO nasional (Menkes RI, 2016).

Faktor yang perlu diperhatikan:

a. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.

b. Ketersediaan formulir monitoring efek samping obat (Menkes RI, 2016).

2.7 Aspek Bisnis

2.7.1 Lokasi

Banyak faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

menentukan lokasi suatu usaha. Sebagai faktor yang digunakan sebagai dasar

pertimbangan ialah pasar. Pasar merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan

dan pula faktor pembeli harus diperhitungkan terlebih dahulu. Oleh karena itu

hendaklah diperhitungkan lebih dulu:

a. Ada tidaknya apotek lain

b. Letak apotek yang akan didirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir

kendaraannya

c. Jumlah penduduk

d. Jumlah dokter

e. Keadaan sosial ekonomi rakyat setempat.

Selain itu perlu dipertimbangkan ada tidaknya fasilitas kesehatan lain seperti:

rumah sakit, puskesmas, poliklinik. Sebab tempat-tempat tersebut juga memberi

obat langsung pada pasien (Anief, 2014).

22
2.7.2 Pembelian

Berhasil atau tidaknya usaha tergantung pada kebijaksanaan pembelian.

Cara melakukan pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Pembelian dalam jumlah terbatas (Hand to mouth buying)

Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek, misalnya

satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada

dalam jarak tidak jauh dari apotek.

b. Pembelian secara spekulasi

Pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan,

dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena

ada diskon atau bonus.

c. Pembelian berencana

Cara pembelian ini erat berhubungan dengan pengendalian persediaan barang

(Anief, 2014).

2.7.3 Penjualan

Macam penjualan di apotek:

a. penjualan obat melalui resep

b. penjualan umum atau penjualan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat

OWA atas petunjuk Apoteker. Penjualan umum ini perlu pemberian

informasi atau penjelasan secara profesional mengenai cara penggunaan

obatnya, penjualan dilakukan dengan nota.

c. Penjualan alat kesehatan, laboratorium, bahan kimia.

d. Penjualan kepada Dokter/Poliklinik dan langganan (kredit)

e. Pemberian harga, dapat diatur sebagai berikut:

23
- berupa resep obat racikan (dibuat di apotek)

i. harga pembelian bahan dikalikan tiga (3)

ii. + harga tetap

iii. + harga pengemas (1,2 x harga pembelian)

iv. uang tambahan bila ada obat daftar narkotika

v. uang servis pada hari libur lebih besar dari hari biasa

- berupa resep obat jadi (paten) dibuat di pabrik

i. harga jual obat (HJA = 1,4 X HNA)

ii. + harga tetap bila ada obat daftar G

iii. + uang tambahan bila ada daftar narkotik

iv.+ harga pengemas (1,2 x harga pembelian)

v. + uang servis, pada hari libur lebih besar dari hari biasa

- penjualan obat bebas umumnya kalkulasi adalah 1,1 x harga pembelian

ditambah embalase kalau diperlukan embalase

f. Penunjang penjualan yang perlu diperhatikan (promosi)

Ruang tunggu diatur dengan baik, tempat duduknya yang baik,

menyenangkan, penerangan cukup pada malam hari, pelayanan yang ramah, baik

dan cepat. Harga obatnya tidak mahal dan persediaan obat yang lengkap.

Informasi obat yang jelas. Promosi denganhadiah tidak dilakukan, karena tidak

dibenarkan dalam etika farmasi (Anief, 2014).

2.7.4 Analisis Keuangan

Keuangan merupakan faktor penentu, perlu adanya sistem kontrol dan

pembagian tugas. Bendahara mengontrol dan menerima setoran dari kasir di

bagian muka apotek mengenai hasil penjualan tunai dan adari adminitrasi piutang

24
hasil tagihan piutang. Kontrol pemasukan uang, bendahara dibantu administrasi

mengontrol tagihan piutang dan dari penjualan tunai harian, pengontrolan dapat

menggunakan alat kas register.

Dalam mengadakan analisa finansil di apotek digunakan:

1. untuk kelangsungan hidup apotek dengan analisa B.E.P = Break Even

Point

Fc

B.E.P = 1 - Vc

TR

Fc = Fixed Cost (biaya tetap)

Vc = Variable Cost (biaya variabel)

TR = Total revenue (hasil penjualan)

2. Untuk perkembangan apotek digunakan analisa “Return on Investment”

(R.O.I)

R.O.I = N.P.

T.I.

N.P = net profit

T.I. = total investment

Hasilnya dibanding jasa modal umurnya (Anief, 2014)

2.7.5 Perpajakan

Apotek sebagai tempat usaha, mempunyai kewajiban terhadap negara

berupa pajak, pelaporan pemakaian narkotik dan psikotropik dan kewajiban

terhadap tenaga kerjanya.Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk

menyerahkan sebagian dari hasil kekayaan atau penghasilannya kepada negara,

25
menurut peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat (Umar, 2011).

Adapun jenis pajak yang harus disetorkan ke kas negara antara lain (Umar,

2011):

1. Pajak yang dipungut oleh negara (pemerintah pusat) seperti pajak pertambahan

nilai (PPN), pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB).

2. Pajak yang dipungut oleh daerah seperti pajak reklame/iklan (papan nama

apotek), pajak kendaraan bermotor, surat keterangan izin tempat usaha dan

retribusi sampah.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke

konsumen. Tarif PPN yang dikenakan secara umum untuk semua barang dan jasa

yang kena pajak adalah 10% (Presiden RI, 2009).

Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak atas gaji/upah/honorium, imbalan

jasa dan lainnya yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang pemberi kerja,

jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia (Presiden RI,

2009).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan

terhadap bumi dan atau bangunan. Objek PBB adalah bumi (tanah dan perairan)

dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia (contoh:

sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan dan tambang) dan bangunan yang

dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan Indonesia (contoh: rumah

tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan,

pagar, dermaga, taman, jalan tol dan kolam renang) (Presiden RI, 1985).

26
BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK VARIA MEDAN

3.1 Sejarah Apotek

Apotek Varia Medan didirikan pada tanggal 15 Maret 1968. Apotek Varia

Medan merupakan Apotek milik perseorangan. Apotek ini dikelola oleh seorang

Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek

yaitu Ibu apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si.

3.2 Lokasi Apotek

Apotek Varia Medan berlokasi di Jln. Jend. Gatot Subroto No.184 C

Medan. Lokasi Apotek Varia Medan tergolong strategis karena terletak

dipemukiman padat penduduk, dan ditepi jalan raya sehingga mudah dijangkau

dan dilalui oleh kendaraan umum dan juga terdapat beberapa rumah sakit, tempat

praktek dokter dan klinik bidan disekitarnya.

3.3 Struktur Organisasi dan Personalia

Apotek Varia Medan dikelola oleh Apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si

selaku Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA). Kegiatan diapotek dilakukan

setiap hari mulai pukul 08:00 WIB sampai dengan pukul 19:00 WIB. Struktur

organisasi Apotek Varia Medan dapat dilihat di bawah ini :

27
STRUKTUR ORGANISASI
APOTEK VARIA

DIREKTUR

APOTEKER

Bagian Penjualan Assisten Bagian Bagian Pembelian


Apoteker Administras
i
Penjualan Pembelian
Kasir Gudang
-

Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Varia Medan

3.4 Sarana dan Prasarana

Ditinjau dari tata ruangnya, apotek terdiri dari 2 lantai. Kegiatan pelayanan

di apotek dilakukan di lantai 1 yang dilengkapi dengan kipas angin dan

penerangan lampu yang baik. Pada lantai 1 apotek dilengkapi dengan kamera

CCTV dimana kameranya dipasang pada beberapa titik ruang apotek yang

bertujuan untuk memantau situasi atau keadaan di apotek.

Pengaturan tata ruang ini ditujukan untuk kelancaran kegiatan di apotek

dan kenyamanan pasien. Pembagian ruang yang terdapat di dalam apotek antara

lain :

a. Ruang Tunggu

Ruang tunggu terdapat di sebelah kiri pintu masuk apotek. Ruang ini

dilengkapi dengan tempat duduk sehingga dapat memberikan kenyaman bagi

pasien yang menunggu.

28
b. Ruang penerimaan resep, penyerahan obat dan pelayanan obat Over The

Counter

Ruang penyerahan obat digabungkan dengan ruang penerimaan resep dan

pelayanan obat OTC.Ruang penerimaan resep berada bersamaan dengan bagian

over the counter. Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan

dan mudah terlihat oleh pasien Bagian pelayanan resep ini dipisahkan oleh

counter yang tidak terlalu tinggi. Bagian pelayanan obat Over The Counter terdiri

dari perbekalan kesehatan yang dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter. Area

OTC terletak dekat pintu masukdan mudah terlihat dari ruang tunggu,

menyediakan obat bebas, obat bebas terbatas, obat herbal, vitamin dan suplemen,

alat kesehatan, perawatan tubuh, perawatan bayi, minuman ringan serta produk

susu. Produk - produk ditata dan disusun sedemikian rupa berdasarkan bentuk

sediaan obat dan efek farmakologis.

c. Ruang Penyimpanan Obat dan Ruang Peracikan

Ruang penyimpanan obat terletak di bagian belakang tempat penerimaan

resep dan penyerahan obat. Ruang penyimpanan obat juga dibedakan atas obat

generik pada ruang penyimpanan bagian kanan, produk paten pada ruang

penyimpanan bagian kiri, narkotika & psikotropika pada lemari khusus, dan obat-

obatan yang harus disimpan di kulkas (suhu dingin).

Pada ruangan penyimpanan untuk obat generik dan paten terdapat lemari

yang terdiri dari banyak rak dimana obat tersusun sedemikian rupa sehingga

mudah untuk disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan, peracikan dan

pengemasan. Setiap jenis obat tersusun rapi pada rak obat. Penataan obat disusun

berdasarkan bentuk sediaan dan cara pemakaian (sediaan padat; setengah padat;

29
cair oral; cair tetes mata, hidung, telinga; topikal; dan preparat mata). Penyusunan

obat dilakukan secara alfabetis agar mempermudah dalam pencarian dan

penyimpanan obat dan di beri label pada setiap rak nya.

Ruang peracikan menyatu dengan ruang penyimpanan obat, dilengkapi

dengan fasilitas untuk peracikan seperi meja dan kursi untuk tempat peracikan

lumpang dan alu, bahan baku, bahan pengemas seperti cangkang kapsul, kertas

perkamen, kertas pembungkus puyer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari

pendingin, blanko salinan resep, kwitansi, etiket dan label obat. Ruang ini diatur

sedemikian dan mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang baik atau cukup,

dan dilengkapi dengan kipas angin. Pada ruang peracikan ini dilakukan kegiatan

penimbangan, pencampuran, peracikan dan pengemasan obat-obat yang dilayani

berdasarkan resep dokter.

d. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai

Ruang penyimpanan ini terletak di bagian belakang diantara ruang

penyimpanan obat paten dan generik dilengkapi dengan rak/lemari obat.

e. Kasir

Bagian kasir terdapat di bagian tengah ruangan apotek yang menjadi tempat

pembayaran baik pembelian obat dengan resep maupun tanpa resep.

f. Ruang penunjang lainnya

Ruang ini terdiri atas toilet, ruang penyimpanan arsip resep.

30
3.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

3.5.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi

Proses pengadaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan pembelian,

pelaksanaan pembelian dan pemantauan hasil pembelian.

a. Perencanaan pembelian

Perencanaan pembelian dilakukan dengan menetapkan jenis dan jumlah

barang yang akan dipesan/dibeli dengan memperhatikan kebutuhan pada ruang

peracikan dan penjualan bebas yang disesuaikan dengan permintaan masyarakat,

menentukan pemasok dengan mempertimbangkan legalitasnya, kondisi pembelian

dan pembayaran yang diberikan dan juga kecepatan pengiriman barang.

Perencanaan pembelian dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Setiap perbekalan farmasi yang berkurang atau telah habis dicatat dalam

buku kosong yang diketahui dari pemeriksaan rutin yang dilakukan setiap

hari terhadap resep dan penjualan bebas;

2. Dicek apakah ada atau tidak stok barang di gudang;

3. Menetapkan jumlah barang yang akan dibeli disesuaikan dengan sifat

barang laku atau tidaknya barang di apotek (fast moving atau slow moving);

4. Barang yang sudah dipastikan untuk dibeli dicatat dalam buku pemesanan,

kemudian buku diletakkan di meja depan apotek.

b. Pengadaan barang

Pembelian perbekalan farmasi di Apotek Varia Medandilakukan dengan

cara pemesanan melalui perantara PBF yang datang ke apotek setiap hari. PBF

yang datang ke apotek dapat melihat perbekalan farmasi yang dibutuhkan apotek

pada buku pesanan yang diletakkan di tempat penjualan bebas. Kemudian PBF

31
akan datang kembali membawa obat yang dipesan, biasanya siang atau sore hari.

Jika PBF tidak hadir atau ada barang yang tidak dapat disediakan oleh PBF, maka

pihak apotek akan menghubungi pemasok yang lain melalui telepon untuk

menanyakan ketersediaan barang yang dibutuhkan.

Untuk pembelian narkotika dan psikotropika dilakukan dengan

menggunakan surat pesanan khusus narkotika dan psikotropika. Untuk

psikotropika ditujukan pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang

menyediakannya dan ditandatangani oleh APA. Untuk narkotika, pemesanan

ditujukan langsung ke PBF Kimia Farma Medan dengan menggunakan Surat

Pesanan Narkotika (Formulir N-9) rangkap 5 yang ditandatangani APA yaitu satu

lembar pesanan untuk satu item pesanan narkotika.

c. Pemantauan hasil pembelian

Pemantauan hasil pembelian dilakukan sebagai berikut :

1. Petugas menerima barang dari pemasok disertai dengan surat pengantar

barang (faktur) dan surat pesanan.

2. Dilakukan pemeriksaan yang meliputi :

a. Menyesuaikan faktur dengan barang yang diterima dalam hal jumlah,

jenis, keadaan, masa kadaluwarsa, kesesuaian harga, potongan harga yang

telah disepakati, nama perusahaan pemasok.

b. Meminta penjelasan pemasok apabila keadaan barang tidak sesuai dengan

yang diinginkan sebagaimana tertulis dalam faktur untuk segera dikoreksi.

3. Bila sesuai, petugas menandatangani faktur dan membubuhkan stempel

apotek. Satu lembar copy faktur sebagai pertinggal untuk apotek dan faktur

asli beserta copy faktur lainnya dikembalikan pada petugas pengantar barang.

32
4. Setelah barang diterima, barang dikarantina sementara dengan meletakkannya

di tempat tertentu untuk kemudian diperiksa kembali dan diberi harga.

3.5.2 Penyimpanan dan Penataan

Apotek Varia Medan mempunyai Lemari penyimpanan yang banyak untuk

penyimpanan barang. Stok barang dalam jumlah yang banyak disimpan dalam

lemari tersebut. Penyusunan barang di Apotek Varia Medan dilakukan

berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis, dan berdasarkan efek farmakologi

obat dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Exprired First Out). Barang dagangan yang terdapat di etalase depan adalah obat-

obat yang dapat dijual bebas tanpa resep dokter, obat tradisional, kosmetika dan

alat-alat kesehatan.

Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika di simpan di lemari khusus

dan terkunci sedangkan obat-obat seperti supositoria, insulin dan tetes mata

disimpan dalam lemari pendingin.

3.6 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Varia

Kegiatan pelayanan di Apotek Varia Medan berupa pelayanan resep tunai,

pelayanan swamedikasi dan pelayanan penjualan bebas.

a. Pelayanan resep

Pelayanan terhadap resep dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Asisten apoteker menerima resep kemudianapoteker memeriksa kelengkapan

resep dari pasien dan diteruskan ke ruang peracikan;

2. Pengecekan ketersediaan obat;

3. Penetapan harga obat dalam resep dan diberitahukan kepada pasien;

33
4. Ditanya kepada pasien apakah setuju untuk membeli semua obat atau

tidak.Jika setuju maka disiapkan obatnya, diracik untuk obat yang

memerlukan peracikan, lalu diberi etiket, diperiksa kembali dan dikemas;

5. Obat diberikan di ruang depan (bagian penjualan) kemudian diperiksa kembali

kelengkapan dan ketepatan obat yang diberikan dengan yang tertulis di resep,

serta penulisan etiketnya;

6. Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan penjelasan/pelayanan

informasi tentang obat yang ada pada resep obat tersebut;

7. Pembeli membayarkan harga resep. Jika dibutuhkan, diberikan kuitansi dan

copy resep pada pasien, sedangkan resep asli disimpan sebagai arsip.

b. Pelayanan obat bebas atau swamedikasi

Pelayanan obat bebas dilakukan sebagai berikut :

1. Asisten apoteker di ruang penjualan menerima permintaan barang dari pasien

dan menginformasikan harga;

2. Jika pasien yang datang dengan keluhan menderita suatu penyakit maka

Apoteker Pengelola Apotek atau Asisten Apoteker membantu memilih obat

yang sesuai dengan penyakit yang dikeluhkan dengan disertai informasi

tentang obat yang digunakan;

3. Bila harga sesuai maka barang diserahkan dan pasien membayarnya.

3.7 Administrasi dan Pelaporan

Administrasi apotek harus dikelola dengan baik dan benar sehingga

apabila suatu saat diperlukan dokumen tersebut dapat ditujukan sebagai bahan

pengawasan, pertanggungjawaban dan sebagai bahan pembantu bagi apoteker

pengelola apotek dalam mengambil keputusan.

34
Petugas administrasi melaksanakan pencatatan :

1. Administrasi pembukuan mencatat arus uang dan arus barang terdiri dari:

a. Buku pembelian, mencatat semua barang yang diterima dari pemasok

b. Buku penjualan, mencatat omset penjualan barang baik dari resep maupun

dari penjualan non resep

c. Buku pemesanan barang mencatat barang yang diperlukan untuk dipesan

kepada pemasok

2. Administrasi pelaporan yaitu pelaporan narkotika dan psikotropika melalui

aplikasi SIPNAP (sipnap.kemkes.go.id) paling lambat tanggal 10 setiap

bulannya.

3.7.1 Pajak

Adapun jenis pajak yang harus disetorkan oleh Apotek Varia Medan

adalah

- Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen

ke Apotek Varia Medan. Tarif PPN yang dikenakan adalah 10%.

- Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak atas gaji/upah/honorium, imbalan

jasa dan lainnya yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang pemberi

kerja, jabatan dan hubungan kerja lainnya.

- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan

terhadap bumi dan atau bangunan. Objek PBB adalah bangunan tempat

usaha yaitu Apotek Varia Medan.

35
- Pajak yang dipungut oleh daerah dari Apotek Varia Medan adalah pajak

reklame/iklan (papan nama apotek), pajak kendaraan bermotor, surat

keterangan izin tempat usaha dan retribusi sampah.

36
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Apotek

Apotek Varia Medan terletak di kawasan yang strategis yaitu di Jln. Jend.

Gatot Subroto No.184 C. Lokasi apotek terletak di kawasan padat penduduk dan

berada tidak jauh dari persimpangan jalan yang biasanya menjadi tempat

masyarakat menunggu angkutan umum dari berbagai arah. Selain itu di sekitar

apotek juga terdapat beberapa tempat praktik dokter, klinik dan rumah sakit.

Lokasi yang strategis ini memudahkan apotek dalam menarik pengunjung.

Apotek Varia Medan dipimpin oleh seorang Apoteker Penanggung jawab

Apotek yaitu apt. Mandike Ginting, S.Si, M.Si, dalam melaksanakan tugasnya,

Apoteker Penanggung jawab Apotek dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.

Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan nomor 73 tahun 2016 yang

menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh

apoteker, dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis

kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat

Izin Kerja.

4.2 Pelayanan/Penjualan

Pelayanan resep dan swamedikasi dilakukan langsung oleh apoteker pada

pasien. Namun apoteker tidak selamanya bisa berada di apotek untuk melayani

pasien. Untuk itu apoteker mendelegasikan tugas pelayanan tersebut kepada

tenaga teknis kefarmasian yang terlatih. Pelayanan di Apotek Varia Medan

dilakukan dengan cepat dan ramah oleh para karyawannya.

36
Salah satu tanggung jawab dari apoteker di apotek sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016 adalah melakukan pelayanan farmasi

klinik. Namun pelayanan ini belum sepenuhnya bisa dilaksanakan. Pelayanan

farmasi klinik yang bisa dilakukan di Apotek Varia Medan masih berupa

pelayanan resep, dispensing, penyampaian informasi obat dan konseling kepada

pasien yang langsung dilakukan oleh apoteker penanggung jawab apotek dibantu

oleh tenaga teknis kefarmasian. Di apotek Varia melayani Pasien Resep BPJS,

adapun alur pelayanan nya ialah sebagai berikut :

1. Resep datang diterima oleh apoteker atau asisten apoteker

2. Resep di skrining oleh apoteker atau asisten apoteker

Hal yang harus di skrining :

 Nama pasien,Usia,BB

 Nama dokter

 Kesesuaian obat

 Kesesuaian dosis

 Interaksi Obat

 Keaslian resep untuk resep narkotika dan psikotropika

3. Hubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep apabila

 Penulisan resep tidak terbaca  sebelum konfirmasi tanyakan

pendapat rekan di farmasi terlebih dahulu (lihat SPO)

 Jika obat yang ada di resep tidak tersedia

4. Resep dicek tanggal pengambilan obat terakhir pada pasien dengan

penyakit kronis

37
 jika pengambilan obat sebelum tanggal terakhir pengambilan resep

sebelumnya maka resep tidak dilayani (jika obat yang diresepkan

bukan untuk pengobatan penyakit kronis maka tetap dilayani)

 jika tanggal pengambilan obat sesuai atau sesudah tanggal terakhir

pengambilan obat sebelumnya maka resep dilayani dan cek

FORNAS pada ketentuan pemberianya

 Bila ada sediaan yang tidak dijamin, tanyakan kepada pasien

apakah mau melakukan pembayaran sendiri atau tidak

5. Resep dihargai melalui software

6. Penyiapan atau peracikan obat ( untuk obat peracikan di luar FORNAS

menunggu kepastian pembayaran  kwitansi pembayaran)

7. Beri etiket

8. Penyerahan obat ke pasien disertai informasi minimal cara penggunaan,

khasiat obat dan cara penyimpanan obat.

4.3 Manajemen Apotek

Apotek merupakan suatu bisnis yang harus dikelola dengan baik agar

memperoleh keuntungan guna menutupi beban biaya operasional sehingga apotek

tetap dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Akan tetapi dalam kegiatannya,

bisnis apotek juga tidak melupakan fungsi sosialnya dalam mendistribusikan

perbekalan farmasi (khususnya obat) kepada masyarakat, sehingga keberadaan

apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan

masyarakat. Seorang apoteker diberi kepercayaan untuk mengelola apotek dengan

tujuan agar pendistribusian dan penggunaan perbekalan farmasi di masyarakat

dapat terkendali.

38
Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Varia Medan dilakukan

menurut prosedur yang terdiri dari: perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, penjualan, pengendalian, pemusnahan dan pelaporan. Penanganan

perbekalan farmasi dilakukan oleh apoteker yang juga bertindak sebagai Pemilik

Sarana Apotek dibantu oleh karyawan-karyawan lainnya.

Pengelolaan perbekalan farmasi masih secara manual, belum secara

komputerisasi sehingga data ketersediaan produk dan kuantitasnya tidak dapat

dipastikan dengan cepat dan pasti. Apabila seseorang pasien menginginkan suatu

jenis produk tertentu maka harus menunggu tenaga teknis kefarmasian melakukan

pengecekan manual untuk mengetahui ketersediaan dan kuantitasnya.

Pelaksanaan penyimpanan sediaan farmasi dilakukan berdasarkan

stabilitas sediaan, bentuk sediaan, efek farmakologi, abjad, dengan menggunakan

sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Penyusunan

obat umunya sudah dilakukan dengan baik, untuk sediaan generik sudah tertata

baik. Hal tersebut disebabkan oleh faktor tempat penyimpanan yang sudah baik

dan banyaknya rak penyimpanan yang sudah tercukupi.

39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Apoteker sebagai pengelola apotek memiliki peran, fungsi dan tanggung

jawab yang sangat penting dalam pengelolaan segala aspek di apotek, yaitu

meliputi kegiatan manajerial dan pelayanan farmasi klinis.

b. Pelayanan kefarmasian di Apotek Varia Medan sudah dilaksanakan dengan

baik, meliputi pengelolaan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai serta pelayanan farmasi klinis.

c. Peningkatan kemampuan berkomunikasi dilatih dengan pemberian konseling

pada pelayanan resep dan swamedikasi pasien.

5.2 Saran

a. Menyediakan ruangan khusus untuk melakukan pelayanan KIE (Komunikasi,

Informasi, dan Edukasi).

b. Melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dengan teknik komputerisasi

sehingga data ketersediaan dan kuantitas setiap produk dapat diketahui

dengan cepat dan pasti.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M.C. (2000). Prinsip dan Dasar Manajemen: Pemasaran Umum dan
Farmasi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Halaman 46-47.
Anief, M.C. (2014). Manajemen Farmasi. Cetakan Keenam. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Halaman 121-132.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI.
Mashuda, A. (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).
Jakarta: Kerja Sama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dengan Pengurus
Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Halaman 12-13. Presiden RI. (2009).
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016
tentangStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Menkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3
Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek.Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintergrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Presiden RI. (1980). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesiaNo.25 Tahun
1980Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun
1965 Tentang Apotek.Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Presiden RI. (1985).Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan.Halaman 27.
Presiden RI. (1997). Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tentang
Psikotropika.Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Presiden RI. (2009). Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Umar, M. (2004).Manajemen Apotek Praktis. Cetakan Ketiga. Solo: CV Ar-
Rahman. Halaman 1-19, 114, 183.
Umar, M. (2011).Manajemen Apotek Praktis.Cetakan Keempat. Solo: Penerbit
CV Ar Rahman. Halaman 1, 117-119, 179-182, 229.

41
Lampiran 1. Alur Perizinan Operasional Apotek

42
Lampiran 2. Formulir 1 (Surat Permohonan Izin Apotek)

43
Lampiran 2. (Lanjutan)

44
Lampiran 3. Formulir 2 (Surat Penugasan Pemeriksaan)

45
Lampiran 4. Formulir 3 (Berita Acara Pemeriksaan Apotek )

46
Lampiran 5. Formulir 4 (Surat Izin Apotek)

47
Lampiran 6. Formulir Surat Pesanan Narkotika

Rayon : Model N.9


No. S.P : Lembar ke 1/2/3/4/5

SURAT PESANAN NARKOTIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si
Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek
Alamat rumah : Jln. Jend. Gatot Subroto No.184 C

Mengajukan pesanan narkotika kepada :


Nama Distributor : ............................................
Alamat & No. Telepon : ............................................
............................................
Sebagai berikut :

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan


Apotek
Lembaga

Medan, .................20............
Pemesan

apt. Mandike Ginting, S.Si.,M.Si


SIPA No.1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021.

48
Lampiran 7. Formulir Surat Pesanan Psikotropika

Nomor :

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si
Alamat : Jln. Jend. Gatot Subroto No.184 C
Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek

Mengajukan permohonan kepada :


Nama Perusahaan :
Alamat :

Jenis Psikotropika sebagai berikut :

Untuk keperluan :
Nama : Apotek Varia Medan
Alamat : apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si

Medan,............................
Penanggungjawab
Apoteker Pengelola Apotek

Apt. Mandike Ginting.S.Si.,M.Si


SIPA No.1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021

49
Lampiran 8. Formulir Surat Pesanan Prekursor

SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR FARMASI


NO : ....................................................
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si
Jabatan : Apoteker Pengelolah Apotek
No. SIPA : 1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021

Mengajukan pesanan obat mengandung prekursor farmasi kepada :


Nama PBF : .............................................................
Alamat : .............................................................
Telepon : .............................................................
Jenis obat yang mengandung prekussor yang dipesan adalah :
No Nama Obat Zat Aktif Bentuk dan Satuan Jumlah Ket
Mengandung Prekussor Kekuatan
Prekussor Farmasi Farmasi Sediaan
1.
2.
3.
4.
5.

Obat mengandung prekursor farmasi tersebut akan digunakan untuk memenuhi


kebutuhan :
Nama Apotek : Apotek Varia Medan
Alamat Lengkap : Jln. Jend. Gatot Subroto No.184 C
No. SIA : 0065/SK-APT/DPMPTSP/MDN/3.3/VI/2021
Medan, .......
Pemesan

Apt. Mandike Ginting, S.Si.,M.Si


SIPA No.1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021

50
Lampiran 9. Formulir Surat Pesanan

APOTEK VARIA
Jl. Jend. Gatot Subroto No.184 C
Telp: (061) 7363747-77831169; Fax: (061)7354427

Kepada Yth:
....................................
di Medan

SURAT PESANAN
No:.......................

Mohon dikirim kepada kami barang sebagai berikut:


No. Produk Kemasan Banyaknya Keterangan

Medan, ..................................
Apoteker Pengelola Apotek

Apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si


SIPA No.1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021

51
Lampiran 10. Formulir Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu

SURAT PESANAN OBAT-OBAT TERTENTU


NO : SP ...........................
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Alamat :
Jabatan :
Mengajukan Permohonan Kepada :
Nama perusahaan :
Alamat :

Jenis obat-obat tertentu sebagai berikut :


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Untuk keperluan pedagang besar farmasi/apotek/rumah sakit/sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah/lembaga penelitian/ atau lembaga pendidikan *)
Nama :
Alamat :
No. Ijin Sarana :

Medan,................
Pemesan

Apt. Mandike Ginting, S.Si.,M.Si


SIPA No.1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021

52
Lampiran 11. Copy resep Apotek Varia

53
Lampiran 12. Laporan Penggunaan Psikotropika Bulan Oktober 2021
REKAPITULASI LAPORAN PSIKOTROPIKA
Nama Unit Layanan: Apotek Varia Tahun: 2021
Provinsi, Kabupaten/Kota: Sumatera Utara, Kota Medan Bulan: Oktober

DATA PENGGUNAAN OBAT PSIKOTROPIKA BULAN OKTOBER 2021


Nomor Nama Alprazolam Alprazolam Alprazolam Valisanbe Proclozam Clobazam
No. Tanggal Nama Pasien Analsik Alganax Phenobarbital
R/ Dokter 0,25 mg 0,5 mg 1 mg 2 mg 10 mg 10 mg
Dr.Imat S. Ungguh Br.
1 7/10/2021 10202108226 Depari Pinem 5
Dr.Imat S.
2 7/10/2021 10202108228 Depari Djawali Tjng 10
Dr.Imat S.
3 8/10/2021 10202108230 Depari Op.dr. Imat 10
Dr.Imat S. Arnold
4 21/10/2021 10202108251 Depari Ridwan 30
Dr.Imat S.
5 26/10/2021 10202108257 Depari Ir. Budi 30
Dr.Imat S.
6 27/10/2021 10202108258 Depari Tenedara 15
Dr.Imat S.
7 28/10/2021 10202108263 Depari Op.dr. Imat 10
Dr.Imat S.
8 7/10/2021 016783 Depari L. Batu 60
Dr.Imat S.
9 8/10/2021 016828 Depari Ernawati 45
Dr.
10 12/10/2021 016942 Drastior Butar 69
11 13/10/2021 016961 Dr. Ratna Irfan Syafri 69
12 21/10/2021 017248 Dr. Nindy Dini 45
13 21/10/2022 017673 Dr. Anni Sandy 45

54
14 25/10/2021 017269 Dr. Kartini Jarnis 90
15 27/10/2021 017705 Dr. Maiya Dodi 120
Sri
16 21/10/2021 017502 Dr. Yunita Rahmawati 15
17 27/10/2021 017507 Dr. Yunita Ronaldy 90
TOTAL 10 20 60 5 15 648

Apoteker Penanggungjawab

Apt. Mandike Ginting, S.Si., M.Si


SIPA No.1870/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/IV/2021

55
56

Anda mungkin juga menyukai