Disusun Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada
Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan
Teknologi Nasional
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.
394 Siliwangi, Depok yang dilaksanakan pada tanggal 04-30 September 2018
dapat diselesaikan dengan baik. PKPA ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Disamping itu diharapkan calon Apoteker memperoleh tambahan pengetahuan
yang sangat berguna mengenai segala bentuk kegiatan di Apotek yang merupakan
salah satu tempat pengabdian Apoteker.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada bapak Tedi Fawitra, S.Farm., Apt. selaku pembimbing PKPA di
Apotek Kimia Farma No. 394 Siliwangi, Depok dan ibu Lia Puspitasari,.MSi.,
Apt. selaku pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi ISTN yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, arahan
dan bimbingan selama proses PKPA. Tidak lupa kami berterima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut serta membantu memberikan masukan dan penjelasan
dari berbagai bidang yaitu :
1. Dr. Refdanita, Msi, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Sains Dan
Teknologi Nasional, Jakarta.
2. Okpri., MSi., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Institus Sains Dan Teknologi Nasional, Jakarta
3. Lia Puspitasari,.MSi., Apt. selaku pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi
ISTN .
4. Seluruh staf Apotek Kimia Farma No. 394 Siliwangi, Depok yang sangat baik
dan sabar dalam memberikan bimbingan selama kami PKPA di Apotek.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi ISTN yang telah
memberikan banyak ilmu dan kemudahan selama menjalankan perkuliahan di
Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
6. Orang tua, keluarga, dan sahabat yang selalu memberi dukungan dan
semangat yang tiada henti.
iii
7. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker ISTN Angkatan 35 atas dukungan
dan kebersamaan selama menempuh pendidikan.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, kami menerima segala kritik dan
saran untuk kebaikan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kepustakaan Fakultas
Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.1.7 Good Phmarmacy Practice (GPP) ............................................ 33
3.2 Apotek Kimia Farma No. 394 ............................................................ 33
3.2.1 Struktur Organisasi ................................................................... 33
3.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek .......................... 34
3.2.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek ................................................ 35
3.2.3 Kegiatan Di Apotek Kimia Farma No. 394 .............................. 37
3.2.4 Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinis.......................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 57
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 57
5.2 Saran .................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
vi
1
DAFTAR GAMBAR
vii
2
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Apotek
2.1.1 Definisi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker
(Pemerintah Republik Indonesia, 2009).
2.1.2 Pesyaratan Pendirian Apotek
Persyaratan pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan lokasi,
persyaratan bangunan, persyaratan sarana, prasarana, dan peralatan dan
persyaratan ketenagaan.
a. Persyaratan lokasi diatur oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dan memperhatikan
akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
b. Persyaratan bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien
serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan Apotek
harus bersifat permanen dan dapat merupakan bagian dan/atau terpisah
dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017).
c. Persyaratan Sarana, Prasarana dan Peralatan Apotek. Persyaratan
Prasarana paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih; instalasi listrik;
sistem tata udara; dan sistem proteksi kebakaran. Persyaratan Peralatan
Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian. Persyaratan Sarana paling sedikit memiliki ruang
sebagai berikut:
4
5
1) penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set
komputer ;
2) pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat,
air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan
pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan
resep, etiket dan label obat;
3) penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, dapat berupa konter
penyerahan obat yang dapat digabungkan dengan ruang penerimaan
resep.;
4) konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan
pasien;
5) penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, harus
memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi
dan pemisahan. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan
rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,
lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6) arsip, menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
Terkait sarana dan prasarana Apotek wajib memasang papan nama,
yang terdiri dari papan nama Apotek dan papan nama praktek Apoteker.
Papan nama Apotek memuat paling sedikit informasi mengenai nama
Apotek, nomor SIA dan alamat. Papan nama praktek Apoteker memuat
paling sedikit informasi mengenai nama Apoteker, nomor SIPA dan
jadwal praktek Apoteker. Papan nama ini harus dipasang di dinding
bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara jelas dan
mudah terbaca. Jadwal praktek Apoteker harus berbeda dengan jadwal
6
4) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out).
e. Pemusnahan
Produk farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai dengan
standar yang berlaku harus dimusnahkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada pemusnahan sediaan farmasi antara lain:
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara
ditimbang dan kemudian dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep selanjutnya
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
12
(alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain); kontra indikasi; dan
interaksi (Menteri Kesehatan RI, 2016). Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek, dalam hal obat yang
diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apoteker dapat mengganti
obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya
atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 98 tahun 2015
tentang Pemberian Informasi Harga Eceran Tertinggi (HET), Apotek
dapat menjual obat dengan harga yang sama atau lebih rendah dari HET.
Dikecualikan dari ketentuan tersebut, Apotek dapat menjual obat dengan
harga lebih tinggi dari HET apabila harga yang tercantum pada label
sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan harus
memberikan penjelasan kepada masyarakat. Apoteker di Apotek pada
saat memberikan pelayanan obat atas resep dokter wajib memberikan
informasi HET obat kepada pasien atau keluarga pasien. Selain itu,
Apoteker harus menginformasikan obat lain terutama obat generik yang
memiliki komponen aktif dengan kekuatan yang sama dengan obat yang
diresepkan yang tersedia pada Apotek kepada pasien atau keluarga
pasien.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan pemberian
informasi obat. Obat disiapkan sesuai dengan permintaan resep atau
melakukan peracikan bila diperlukan. Etiket diberikan dengan warna
putih untuk obat dalam/oral, warna biru untuk obat luar atau suntik. Obat
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus
dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan resep). Kemudian, memanggil nama dan nomor
tunggu pasien, memeriksa ulang identitas dan alamat pasien. Setelah itu
dilakukan penyerahan obat yang disertai pemberian informasi obat
14
meliputi informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan
obat seperti manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.
Apabila diperlukan, Apoteker membuat salinan resep sesuai dengan resep
asli dan diparaf oleh Apoteker. Apoteker di Apotek juga dapat melayani
obat non resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan
edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit
ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai
(Menteri Kesehatan RI, 2016).
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang
tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi obat yang diberikan meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan
pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan PIO di Apotek meliputi: menjawab pertanyaan baik lisan
maupun tulisan; membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leafet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan); memberikan informasi dan
edukasi kepada pasien, memberikan pengetahuan dan ketrampilan
kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktek profesi; melakukan
penelitian menggunakan obat, membuat atau menyampaikan makalah
dalam forum ilmiah; melakukan pogram jaminan mutu. PIO harus
didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali dalam waktu
yang relatif singkat (Menteri Kesehatan RI, 2016).
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
15
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
17
c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di Apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
d. Obat Narkotik
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
2.4 Swamedikasi
Departemen Kesehatan RI (2007) mendefinisikan swamedikasi
sebagai Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri (UPDS).
Menurut WHO (1998), self-medication adalah kegiatan pemilihan dan
penggunaan obat, baik obat moderen, herbal, maupun obat tradisional, oleh
18
D. Penyerahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2015, Penyerahan Narkotika, Psikotropika dan/ atau Prekursor
Farmasi golongan obat keras kepada Apotek lain, puskesmas, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi Klinik dapat dilakukan untuk
memenuhi kekurangan jumlah obat berdasarkan resep yang telah diterima.
Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika harus berdasarkan surat
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab.
Penyerahan Narkotika dan/ atau Psikotropika kepada pasien berdasarkan
resep dokter. Penyerahan Narkotika dan/ atau Psikotropika kepada Dokter
harus berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh dokter
dan hanya dapat dilakukan dalam hal:
a. Dokter menjalankan praktek perorangan dengan memberikan obat
melalui suntikan
b. Dokter menjalankan tugas atau praktek di daerah terpencil yang tidak ada
Apotek atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas oleh
Apotek kepada Apotek lainnya, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, dan Toko Obat hanya dapat dilakukan untuk
memenuhi kekurangan kebutuhan harian Prekursor Farmasi golongan obat
bebas terbatas yang diperlukan untuk pengobatan. Penyerahan kepada
dokter hanya dapat dilakukan apabila diperlukan untuk menjalankan
tugas/prakter di daerah terpencil yang tidak ada Apotek atau sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyerahan Prekursor Farmasi
golongan obat bebas terbatas oleh Apotek kepada Toko Obat hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh
Tenaga Teknis Kefarmasian.
E. Pencatatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2015, dinyatakan bahwa Apotek wajib membuat pencatatan
pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi. Pencatatan paling sedikit terdiri atas:
23
BAB III
TINJAUANKHUSUS
27
28
(Persero), Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik. Pada tanggal 4 Januari 2002
didirikan 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia
Farma Trading & Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih
terarah dan berkembang dengan cepat.
3.1.2 Logo PT. Kimia Farma (Persero), Tbk
d. Sumber energi
Matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan Kimia
Farma barumemposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan
masyarakat.
e. Semangat yang abadi
Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian.
Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna
yaitusemangat yang abadi.
3.1.3 Visi, Misi, Budaya Perusahaan
a. Visi
Menjadi perusahaan healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
b. Misi
1) Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan
farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, retail farmsi dan layanan
kesehatan serta optimalisasi aset.
2) Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance (GCC)
dan operational excellence didukung oleh SDM profesional.
3) Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.
c. Budaya Perusahaan
1) Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun
produk unggulan
30
2) Customer First
Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja
3) Accountable
Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan
oleh perusahaan dengan memegang teguh profesialisme, integritas dan
kerja sama
4) Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat
sasaran dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar
dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah
5) Eco-Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan
yang ramah lingkungan.
5 As sebagai ruh Budaya Perusahaan, terdiri dari:
1) Kerja Ikhlas
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama
2) Kerja Cerdas
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi
yang tepat
3) Kerja Keras
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan
untuk mendapatkan hasil terbaik
4) Kerja Antusias
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk
mencapai tujuan bersama
5) Kerja Tuntas
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan
output yang maksimal sesuai dengan harapan
3.1.4 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dipimpin oleh seorang Direktur
Utama yang membawahi 4 direktur, yaitu Direktur Supply Chain, Direktur
31
Depok. Struktur organisasi apotek Kimia Farma No. 394 dapat dilihat pada
Lampiran 4.
3.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek
A. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
APA yang bekerja di Apotek Kimia Farma No. 394 Depok sebagai
Pharmacist Manager (PHM) memiliki beberapa tugas dan tanggung
jawab, yaitu:
1) Memimpin, menentukan kebijaksanaan, melaksanakan pengawasan
dan pengendalian apotek sesuai dengan undang – undang yang
berlaku
2) Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai
dengan pedoman yang telah ditentukan oleh perusahaan antara lain
menentukan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia
dan anggaran dana yang dibutuhkan.
3) Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan.
4) Mengelola dan mengawasi persediaan perbekalan farmasi di apotek
untuk memastikan ketersediaan barang atau obat sesuai dengan
kebutuhan dan rencana yang telah ditetapkan.
5) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan swamedikasi
kepada pasien dan tenaga kesehatan.
6) Melaksanakan pelaporan bulanan produk narkotika dan psikotropika.
7) Memberikan laporan setiap bulannya tentang seluruh kegiatan di
apotek kepada unit Business Manager Depok.
B. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
Tugas dan tanggung jawab untuk AA adalah:
1) Melayani resep tunai dan kredit, serta menginput data pasien di
komputer.
2) Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya
berdasarkan resep yang diterima.
3) Menyiapkan, menimbang, meracik, mengemas, dan memberikan
etiket sesuai permintaan resep.
35
4) Membuat kuitansi dan copy resep untuk obat yang perlu diulang,
obat baru yang diserahkan sebagian atau atas permintaan dari pasien.
5) Memeriksa kembali kebenaran obat yang akan diserahkan kepada
pasien, meliputi etiket (nama pasien, nomor urut, tanggal resep,
tanggal daluwarsa), nama dan jumlah obat, bentuk sediaan, aturan
pakai dan salinan resep.
6) Menyerahkan obat dan pemberian informasi mengenai cara
pemakaian obat, lama pengobatan, frekuensi penggunaan obat, efek
samping, expired date, dll kepada pasien.
7) Mengatur dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi
lainnya berdasarkan farmakologi, jenis dan sifat barang yang disusun
secar alfabetis dan berurutan.
8) Melakukan pencatatan keluar masuknya barang di kartu stok dan
melaksanakan uji petik setiap hari.
9) Memeriksa kesesuaian barang yang datang dengan faktur dan SP
yang dibuat.
10) Membuat laporan penjualan resep tunai dan resep kredit dari instansi
yang telah disepakati.
11) Berperan sebagai kasir dengan mengatur pengelolaan keuangan di
Apotek.
12) Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian.
13) Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan
sanitasi/kebersihan di Apotek.
3.2.3 Lokasi dan Tata Ruang Apotek
a. Lokasi
Apotek Kimia Farma No. 394 terletak di Jalan Raya Siliwangi No
35, Depok, Jawa Barat. Lokasi ini berada di wilayah yang strategis
dengan arus lalu lintas dua arah yang cukup ramai, dan mudah dijangkau
oleh masyarakat dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi,
tersedianya area parkir yang luas serta lokasinya berdekatan dengan
beberapa fasilitas umum, seperti Rumah Sakit Hermina Depok, dan
36
Perumahan Bella Casa. Hal ini memberikan keuntungan yang besar dan
menjadi faktor penunjang keberhasilan dari apotek.
b. Tata Ruang Apotek
Bangunan Apotek Kimia Farma No. 394 Siliwangi hanya terdapat
1 lantai, dilengkapi dengan fasilitas tempat parkir yang aman. Ruangan di
apotek Kimia Farma No. 394 diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan di apotek serta
memberikan suatu kenyamanan bagi pasien maupun petugas apotek.
Tempat untuk proses kuratif (pengobatan) yang terdiri dari:
a) Ruang tunggu
Ruang tunggu terdapat di bagian samping kanan tempat
penyerahan obat.
b) Swalayan Farmasi
Pada area swalayan farmasi tersedia obat-obat OTC (Over The
Counter). OTC adalah pelayanan obat tanpa resep dimana pasien
dapat memilih obat-obat yang diinginkannya secara langsung. Produk
OTC disusun berdasarkan kegunaan atau fungsi produk tersebut
(produk susu, obat luar, vitamin dan suplemen, obat batuk, flu,
demam, dan obat cacing, kosmetika, serta alat kesehatan) sehingga
pasien mudah mencari obat yang diinginkan.
c) Tempat penerimaan resep, penyerahan obat dan kasir
Tempat ini dibatasi oleh meja setinggi dada sebagai barier
antara petugas dengan pasien dan sebagai pembatas antara bagian
dalam apotek dengan pasien.
d) Meja Konseling
Tempat penyerahan obat dilengkapi dengan sebuah meja di
bagian ujung yang posisinya lebih rendah dibanding bagian
penyerahan obat. Meja ini adalah tempat Apoteker melakukan PIO
dan konseling. Apoteker dan pasien duduk berhadapan sehingga
pasien lebih mudah berkonsultasi dengan Apoteker.
37
3) Pengadaan konsinyasi
Pola ini diterapkan untuk produk konsinyasi. Konsinyasi
merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma
dengan suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan produknya
di apotek. Bentuk kerjasama konsinyasi hanya dapat dilakukan di BM,
kemudian supplier akan menitipkan produk dari perusahaan di Apotek
Kimia Farma No.394 untuk dijual. Barang konsinyasi ini biasanya
berupa produk yang baru beredar di pasaran atau produk yang baru
berada dalam listing. Produk-produk konsinyasi yang terdapat di
Apotek Kimia Farma No. 394 antara lain suplemen kesehatan, yaitu
Sea Quill, Nature’s Health, dan Wellness.
4) Dropping
Dropping dilakukan jika barang yang diminta tidak ada dalam
persediaan dan dilakukan untuk menghindari penolakan resep atau
obat. Misalnya, suatu Apotek 1 membutuhkan obat A dan meminta
barang ke Apotek 2. Apotek 1 akan menghubungi Apotek 2 untuk
mengecek ketersediaan obat A. Jika obat tersedia, Apotek 1 membuat
BPBA (Bon/Bukti Permintaan Barang Apotek) ke Apotek 2 yang
berisi nama obat + jumlahnya. Apotek 2 kemudian akan memberikan
barang disertai bukti dropping ke Apotek 1. Penjualan obat A akan
masuk ke omzet apotek 1, dengan adanya dropping maka nilai
pembelian di Apotek 1 akan bertambah senilai obat A, sedangkan di
Apotek 2, nilai pembeliannya akan berkurang senilai obat A juga.
5) Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Pemesanan Narkotika dilakukan dengan pesanan tertulis melalui
Surat Pesanan Narkotika (Lampiran 6) ke PBF PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Surat Pesanan Narkotika harus ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab dengan mencantumkan nama jelas,
nomor SIK, SIA, dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan terdiri dari
rangkap empat dan hanya dapat memesan satu jenis obat Narkotika.
Untuk obat golongan psikotropika dapat dipesan di PBF resmi, dengan
menggunakan Surat Pesanan Psikotropika (Lampiran 7) model khusus
40
diterima pasien. Informasi yang diberikan antara lain obat dan indikasi,
cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, efek samping dan informasi
penting lainnya, seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu
obat harus dihabiskan, dan lain-lain.Dengan dilakukannya konseling ini
diharapkan agar dapat meningkatkan kepatuhan pasien serta mencegah
terjadinya DRP.
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Home Care adalah suatu pelayanan dari Kimia Farma No.394 yang
dilakukan oleh Apoteker dimana Apoteker mengunjungi rumah pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Pelayanan home
care dilakukan terhadap pasien tertentu yang dianggap memerlukan
monitoring penggunaan obat di rumah. Dalam melakukan pelayanan
home care, Apoteker Kimia Farma No. 394menekankan kedisiplinan
pasien dalam mengkonsumsi obat, memberikan saran kepada pasien akan
penggunaan obat serta pola makan yang dikonsumsi pasien tersebut.
Pelayanan home care ini rutin dilakukan setiap bulan meskipun belum
berjalan optimal, misalnya pelayanan ini hanya dilakukan pada pasien
tertentu saja yang dianggap pelanggan tetap apotek.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
45
46
memadai dan memiliki fasilitas seperti pendingin ruangan, televisi dan brosur
obat. Selain itu, Apotek juga memiliki beberapa fasilitas lain seperti swalayan
farmasi, tempat penerimaan resep dan kasir, ruang penyimpanan obat, ruang
peracikan, dan meja konseling. Apotek juga telah dilengkapi dengan sarana
penunjang seperti toilet yang dapat digunakan oleh pelanggan apotek.
Penataan swalayan farmasi sudah sangat baik dan tertata rapih dan
letaknya berada di samping tempat tunggu pasien untuk memudahkan konsumen
untuk membeli secara langsung. Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma
No.394 sudah cukup lengkap dengan penataan obat danbarang diletakkan
berdasarkan jenisnya seperti baby care, topical, paperproduct, milk and
nutrition, oral care, haircare, skin care, medicine, dan vitamin. Dengan
adanya swalayan farmasi diharapkan dapat menaikkan omset dari apotek.
Akantetapi, beberapa kali pelanggan merasa kesulitan dalam memperoleh
informasi terkait harga barang- barang swalayan karena tidak dicantumkan harga.
Akibatnya, pasien harus mengecek harga di kasir terlebih dahulu. Hal ini akan
sangat merepotkan pelanggan jika Apotek sedang dalam keadaan ramai dan dia
harus mengentri terlebih dahulu sebelum dapat melakukan pengecekan harga.
Oleh karena itu,perlu adanya pemberian label harga di masing masing kotak
barang atau obat yang dipajang di swalayan.
Untuk obat-obatan ethical, obat-obatan tersebut disusun berdasarkan
kelas terapinya, bentuk sediaan, suhu penyimpanan obat tersebut dan secara
alfabetis. Obat dengan suhu penyimpanan khusus, seperti sediaan suppositoria,
ovula dan insulin disimpan di lemari pendingin dengan suhu yang telah
disesuaikan sebelumnya. Kemudian, tempat penyimpanan untuk obat-obatan
dengan bentuk sediaan berbeda juga dipisahkan. Antara sediaan setengah padat,
seperti salep dan krim, sediaan cair non steril dan sediaan cair dan setengah padat
steril, seperti salep mata, ditata sedemikian rupa sehingga tata letaknya dipisah. Di
Apotek Kimia Farma no 394, obat juga dibagi berdasarkan kelas terapi, antara lain
golongan antibiotik, anti alergi, analgesik dan antiinflamasi, hormone, obat
saluran cerna, obat saluran napas, obat jantung dan hipertensi, antidiabetes, obat
generik dan obat-obatan lainnya seperti obat BPJS. Obat- obatan yang tidak
47
Online (Gojek) dan juga melayani pembelian obat secara pesan antar (delivery)
untuk wilayah disekitar apotek ini dengan pembelian minimun Rp.100.000-,
pemesanannya dapat dilakukan melalui telepon atau pasien dapat langsung ke
apotek dan barang akan di antar kerumah.
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai di Apotek Kimia Farma No. 394 meliputi proses kegiatan
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Kegiatan perencanaan sediaan farmasi
yang akan dibeli bertujuan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan
perbekalan farmasi yang akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi unit bisnis
apotek. Sebelum melakukan proses perencanaan dilakukan proses pengkajian
yaitu dengan cara mencari data demografi penduduk yang diperoleh dari
Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Data demografi tersebut berupa data – data
seperti: data jumlah penduduk wanita dan pria, data jumlah penduduk berdasarkan
usia, jumlah morbiditas dan mortalitas, dan lain – lain. Dalam membuat
perencanaan pengadaan sediaan farmasi Apotek Kimia Farma no. 394
berdasarkan history penjualan periode sebelumnya dan buku defekta, dilakukan
analisis pareto. Selain itu juga diperhatikan epidemiologi penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat serta trend baru atau iklan yang sedang
populer di masyarakat.
Setelah dilakukan proses perencanaan, selanjutnya adalah melakukan
pengadaan barang. Pada proses pengadaan apotek Kimia Farma No. 394
dipusatkan serta dikoordinasi oleh Business Manager Depok. Khusus untuk
pengadaan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing
apotek pelayanan melalui Surat Pesanan (SP). Permintaan barang untuk obat-obat
narkotika harus menggunakan SP khusus yang empat rangkap yang dalam satu SP
hanya dapat memesan satu macam obat dan harus ditanda tangani oleh APA.
Sedangkan untuk obat-obat psikotropika, permintaan barang harus menggunakan
SP khusus rangkap dua dan dalam satu SP dapat memesan beberapa jenis
psikotropika dan harus ditandatangani oleh APA.
Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian di cek kesesuaian jenis,
nama obat, jumlah, mutu, dosis kemasan, kemasan, nomor batch, diskon, harga,
49
dan Expired Date. Apakah barang yang diterima sesuai dengan faktur dan surat
pesanan. Penerimaan Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor dari PBF harus
diterima oleh APA atau dilakukan oleh TTK dengan sepengetahuan APA.
Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan
pencocokan dengan surat pesanan. Selanjutnya barang akan diletakkan pada
tempat yang sesuai. Sistem gudang tidak diterapkan oleh apotek karena
meminimalisasi penyimpanan barang dalam jumlah besar agar tidak terjadi
kehilangan atau kerusakan barang.
Penyimpanan obat di apotek sudah sesuai dengan program GPP (Good
Pharmacy Practice), yaitu penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi yang
dikombinasi dengan bentuk sediaan seperti sediaan padat (tablet dan kapsul),
sediaan setengah padat (salep, krim, gel), sediaan cair (sirup, larutan, suspensi),
sediaan tetes mata/telinga/hidung, salep mata, inhaler/spray dan sediaan injeksi
serta berdasarkan kelompok obat tertentu seperti obat generik, paten, antibiotika,
obat narkotika dan psikotropika. dan alfabetis. Hal ini baik dilakukan untuk
meminimalisasi kesalahan penyerahan obat dan juga memudahkan apoteker untuk
memberikan alternatif obat pengganti yang mengandung zat aktif yang sama.
Selain itu, penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No. 394 telah sesuai dengan
kondisi yang di persyaratkan masing – masing produk, misalnya : pada kondisi
khusus dalam lemari pendingin (2-80C) untuk produk supossitoria, insulin dan
penyimpanan obat tertentu seperti narkotika dan psikotropika yang diletakkan di
lemari yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh TTK yang diberi kuasa untuk
memegang kunci. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No. 394berdasarkan
sistem FEFO (First Expired First Out)dan FIFO (First in First Out)serta
didukung dengan catatan penyimpanan yang untuk mengontrol sediaan farmasi
baik secara manual maupun komputerisasi.
Pemusnahan dilakukan untuk obat-obat yang sudah kadaluarsa atau rusak
dan resep yang telah disimpan selama 5 tahun. Pemusnahan dilakukan dengan
membuat berita acara pemusnahan (Lampiran 9) dan mengundang perwakilan
saksi dari dinas kesehatan dan perwakilan dari apotek untuk menyaksikan
pemusnahan terutama untuk obat golongan narkotika, psikotropika dan prekursor.
50
Untuk resep dapat dimusnahkan dengan cara dibakar dan disaksikan oleh
perwakilan dari apotek
Kegiatan pengendalian di Apotek Kimia Farma No. 394 dilakukan
dengan cara mencatat kedalam kartu stock kemudian mencocokkan kembali
dengan sistem dikomputer. Pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.
394 terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal meliputi
laporan stock opname, laporan kegiatan apotek, laporan keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi laporan narkotika dan psikotropika yang dilakukan setiap bulan.
Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 394
adalah melakukan pelayanan resep dokter secara tunai maupun kredit aatau BPJS,
penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC (Over the Counter) dan penjualan
obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal sebagai pelayanan
swamedikasi/UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Untuk layanan kredit, dapat
juga berupa pelayanan engross (penjualan dalam partai besar). Pelayanan resep
kredit berasal dari instalasi atau perusahaan yang menjalin kerjasama dengan
Apotek Kimia Farma No.394 dan untuk proses pembayarannya berdasarkan
perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Dalam pelayanan resep, terdapat tiga titik kritis yang penting, yaitu
skrinning awal, dispensing obat dan penyerahan obat. Ketika pertama kali
menerima resep, petugas memeriksa kelengkapan resep tersebut
(skrinning).Petugas kasir sangat berperan dalam penerimaan pertama kali resep
dari pasienkarena sebagai kasir harus memiliki kecermatan dan ketelitian, serta
kemampuanyang baik dalam membaca resep. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kesalahan dalam dispensing dan pemberian harga. Petugas kasir dan apoteker juga
memiliki peranan dalam melakukan skrining resep mulai dari memeriksa
kelengkapan persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan
klinis. Setelah semua pengecekan dilakukan, dilakukan kegiatan pemeriksaan
ketersediaan barang secara komputer ataupun secara fisik apakah tersedia secara
lengkap. Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi
kepada dokter atau pasien apakah bersedia diganti dengan obat lain yang memiliki
51
khasiat yang sama. Apabila pasien menolak pergantian obat, maka resep yang
belum ditebusakan dibuatkan salinan resep. Kemudian, dilakukan transaksi
apakah pasien mau membayar dengan harga yang diberikan atau tidak. Jika tidak,
maka transaksi dibatalkan. Jika pasien menerima harga yang diberikan, dilakukan
proses pembayaran oleh pasien. Kimia Farma no 394 ini mempunyai fasilitas
untuk melayani pembayaran dengan kredit dan debit disamping dengan uang
tunai.
Setelah pasien membayar, maka resep dapat disiapkan oleh petugas yang
berbeda. Petugas yang berbeda diharapkan terjadi beberapa kali pengecekan dari
awal resep diterima sampai obat akan diserahkan kepada pasien sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam dispensing obat. Ketika melakukan dispensing obat,
salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pengambilan obat yang tepat dan
pembuatan etiket obat. Etiket obat harus mencantumkan nama pasien, tanggal
pemberian resep, nama obat, jumlah obat, dan tanggal kadaluarsa disamping
aturan pakai obat. Hal ini sesuai dengan GPP dan bertujuan untuk menjamin
keamanan pasien dalam menggunakan obat. Dalam penulisan etiket,terkadang
dokter tidak menulis waktu pemakaian obat (sebelum/ sesudah makan,pagi/ siang/
sore/ malam), sehingga apoteker tidak mencantumkannya dalam etiket. Namun,
sebaiknya apoteker dapat mengetahui dan memberikan informasi waktu
pemakaian obat yang lebih efektif dan menuliskannya di etiket. Untuk pemakaian
obat antibiotik, apotek telah menyediakan stiker khusus yang berisi perhatian
untuk meminum habis obat antibiotik tersebut serta peringatan untuk sirup kering
antibiotik penggunaannya maksimal 7 hari setelah direkontitusi.
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh Apoteker yang sedang
bertugas saat itu. Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan pemberian
informasi obat yang meliputi nama obat dan indikasi atau kegunaannya, cara
penggunaan obat, aturan pakai dari obat dan menunjukkan waktu kadaluarsa obat
ke pasien (jika pasien bertanya). Selain itu, pasien juga diberikan beberapa
informasi penting lainnya seperti jika obat berupa antibiotik maka obat tersebut
harus dihabiskan, untuk beberapa obat-obatan yang harus diminum saat perut
kosong maka pasien harus diberitahu waktu minum obatnya dapat 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan dan jika obat-obatan menyebabkan kantuk maka
52
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan ketersediaan obat. Jika obat tersedia, maka
petugas akan menginformasikan harga.
2. Resep Kredit
Penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerja sama yang
telah disepakati oleh suatu perusahaan/ instansi dengan apotek yang
pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan
secara berkala. Pelayanan resep kredit yang diterima Apotek Kimia Farma No.
394 bekerja sama dengan BPJS dan Mandiri Inhealth.
Resep BPJS yang diterima kemudian diperiksa persyaratannya yaitu copy
resep dari rumah sakit, Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dan fotokopi kartu peserta
BPJS untuk pasien penyakit kronis, dan sedangkan untuk Peserta Rujuk Balik
(PRB) harus membawa resep asli, foto copy buku peserta dan fotocopy kartu
peserta BPJS. Selanjutnya pemeriksaan terhadap kelengkapan resep (persyaratan
administratif) terdiri dari, nama dokter, nama pasien, tanggal resep atau salinan
resep. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan apakah obat yang ditulis ditanggung
BPJS atau tidak serta memeriksa ketersediaan obat. Resep yang diserahkan
kepada petugas akan langsung disiapkan/diracik apabila semua obat yang ada di
dalam resep masuk dalam daftar obat yang dicover oleh perusahaan/instansi, jika
terdapat obat yang tidak masuk dalam daftar baik sebagian atau seluruhnya akan
diinformasikan kepada pasien dan diajukan penawaran untuk pembayaran obat
tersebut atau tidak diambil.
Dalam melakukan pelayanan resep, pertama kali yang harus dilakukan
petugas ketika menerima resep adalah mengecek kelengkapan resep. Apabila
kelengkapan resep sudah terpenuhi, selanjutnya petugas melakukan pengecekan
terhadap stok obat dikomputer serta stok fisik obat tersebut. Jika obat tersedia,
maka petugas akan menginformasikan harga resep. Penyiapan obat dilakukan
apabila pasien setuju dengan harga obat, dilakukan penyiapan obat sesuai dengan
permintaan resep yaitu mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat
dan melakukan peracikan bila diperlukan.
Apabila obat yang tertulis di dalam resep tidak tersedia, dilakukan upaya
untuk memenuhi permintaan pasien dengan menawarkan obat lain sebagai
54
pengganti obat dengan komposisi yang sama. Jika ada obat yang persediaannya
habis, maka dilakukan pengecekan stok obat di gudang atau di apotek kimia farma
terdekat lain dan jika obat tersedia maka obat akan diambilkan oleh petugas
apotek dan langsung diberikan kepada pasien. Tetapi jika tidak ada maka pasien
ditawarkan untuk menunggu obat atau obat diantarkan ke rumah pasien tanpa
harus menunggu.Copy resep diberikan apabila pasien hanya mengambil sebagian
dari jumlah obat.
Setelah tahap penyiapan obat, kemudian obat dikemas dalam wadah yang
sesuai. Sebelum obat di serahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan, jenis dan
jumlah obat. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker maupun Asisten Apoteker
yang diizinkan oleh Apoteker yang disertai dengan pemberian informasi obat.
Informasi yang diberikan berupa indikasi/ khasiat Obat, aturan pakai, cara
penggunaan, dosis, waktu penggunaan, lama penggunaan, efek samping yang
mungkin timbul dan cara mengatasinya, dan hal yang perlu diperhatikan selagi
minum obat.
Dalam pelayanan non resep, baik obat OTC dan UPDS, pelayanan yang
diberikan berupa rekomendasi obat yang tepat untuk pasien. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah menentukan terapi yang tepat bagi pasien. Dalam proses
pelayanan, petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan penggunaan obat
yang akan dibeli dan apakah pasien telah sering menggunakan obat tersebut.
Apabila pasien belum pernah mendapatkan obat sebelumnya, dan obat tersebut
tidak terdapat di daftar obat wajib apotek, petugas akan merekomendasikan untuk
memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu.
Secara umum, petugas yang bekerja dibagian pelayanan atau penjualan
telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran
bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga
bersikap santun dan informatif dengan selalu berbicara menggunakan bahasa yang
baik serta cepat tanggap dalam menangani keluhan pasien.
Selain proses pelayanan resep dan swamedikasi, kegiatan farmasi klinis
lain yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 394 adalah Pelayanan Informasi
Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home care pharmacy)
55
Home Care adalah suatu pelayanan dari Kimia Farma No.394 yang
dilakukan oleh Apoteker dimana Apoteker mengunjungi rumah pasien dengan
tujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Pelayanan home care dilakukan
terhadap pasien tertentu yang dianggap memerlukan monitoring penggunaan obat
di rumah. Dalam melakukan pelayanan home care, Apoteker Kimia Farma
menekankan kedisiplinan pasien dalam mengkonsumsi obat, memberikan saran
kepada pasien akan penggunaan obat serta pola makan yang dikonsumsi pasien
tersebut.. Pelayanan home care ini rutin dilakukan setiap bulan meskipun belum
berjalan optimal, misalnya pelayanan ini hanya dilakukan pada pasien tertentu
saja yang dianggap pelanggan tetap apotek.
Pelayanan homecare bertujuan untuk menunjukkan sisi kepedulian dan
tanggung jawab Apoteker dalam menjalankan tugas, yakni memberikan pelayanan
kefarmasian yang berorientasi kepada pasien. Disamping itu, pelayanan homecare
juga akan membantu meningkatkan eksistensi Apoteker di masyarakat serta
meningkatkan loyalitas pelanggan kepada Apotek.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Selama menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Kimia Farma No.394 Jl. Siliwangi No 35, Depok pada tanggal 04-
30 September 2018 dapat disimpulkan bahwa:
1. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berjalan rutin di Apotek Kimia
Farma no. 394 meliputi pelayanan resep kredit, pelayanan resep tunai,
pelayanan swamedikasi, pelayanan swalayan obat, pelayanan alat
kesehatan dan menajemen perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan.
57
58
Kefarmasian di Apotek
Direktur Utama BPJS Kesehatan. 2013. Panduan Praktis Program Rujuk Balik
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
59
LAMPIRAN
61
APOTEKER PENDAMPING