APOTEK 7 MENIT
(2 JANUARI - FEBRUARI 2019)
Disusun Oleh:
DWI PUJI ASTUTI
21181111
Disetujui Oleh :
i
penulis sehingga dapat terselesaikannya laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun
harapan besar penulis, semoga ilmu, pengalaman dan pengetahuan yang telah
didapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek 7 Menit dapat
bermanfaat di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
SUMPAH APOTEKER ...................................................................................... vi
KODE ETIK APOTEKER.................................................................................. vii
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA ........................................... x
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER…................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang PKPA ........................................................................... 1
1.2. Tujuan PKPA ........................................................................................ 3
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA ................................................ 3
BAB II TINJAUAN UMUM .............................................................................. 4
2.1 Sejarah Apotek di Indonesia.................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Apotek .............................................................................. 6
2.1.2 Persyaratan Apotek ............................................................................. 6
2.1.3 Tugas dan Fungsi Apotek ................................................................... 8
2.2 Pengelolaan Apotek .............................................................................. 8
2.2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai ............................................................................................ 8
2.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik ...................................................................10
2.3 Peranan Apoteker di Apotek ...................................................................16
2.4 Susunan Organisasi Apotek ...................................................................19
2.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) ....................................................19
2.4.2 Apoteker Pelayanan Kefarmasian .....................................................20
2.4.3 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) ...................................................20
2.5 Tata Cara Pendirian Apotek ....................................................................20
2.5.1 Perizinan Apotek ................................................................................20
2.5.2 Tata Cara pemberian Izin Apotek (Pasal 13 dan 14) ..........................21
2.5.3 Pencabutan Surat Izin Apotek ............................................................23
iii
2.6 Laporan-Laporan di Apotik .....................................................................24
2.7 Laporan Narkotika/Psikotropika .............................................................25
2.8 Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial .................................................26
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK 7 MENIT MARGACINTA ............27
3.1 Lokasi dan Bangunan ..............................................................................27
3.1.1 Tata Ruang Apotek 7 Menit Margacinta ............................................27
3.2 Profil Umum ............................................................................................27
3.3 Struktur Organisasi ..................................................................................28
3.4 Pengelolaan Apotek .................................................................................30
3.4.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP ...............30
3.4.2 Pelayanan Farmasi Klinik...................................................................37
3.5 Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan Apotek .....................................40
3.6 Badan Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS)................................................42
3.6.1 Pelayanan Obat BPJS .........................................................................44
BAB IV TUGAS KHUSUS ................................................................................48
4.1 Look A Like Sound A Like ....................................................................48
4.1.1 Penggolongan LASA ..........................................................................49
4.1.2 Penanganan Obat Kategori LASA ......................................................53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................58
5.1 Kesimpulan .............................................................................................58
5.2 Saran ........................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................60
LAMPIRAN........................................................................................................62
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
SUMPAH APOTEKER
vi
KODE ETIK APOTEKER
MUKADIMAH
vii
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara
keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling
mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
viii
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode
etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau
tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui
dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang
menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 08 Desember 2009
ix
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang
kefarmasian, yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga negara
Republik Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang- undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dapat dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau
ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam
tiga hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
Apoteker.
x
BAB II
KETENTUAN UMUM
xi
mencapai kriteria minimal sistem pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat, di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
10. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan profesional yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai (knowledge, skill
dan attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
11. Standar Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan
bertanggungjawab yang dimiliki oleh seorang Apoteker sebagai syarat untuk
dinyatakan mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya.
12. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik
profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta
diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
15. Praktik Apoteker adalah upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
16. Standar Praktik Apoteker adalah pedoman bagi Apoteker dalam menjalankan
praktiknya yang berisi prosedur-prosedur yang dilaksanakan apoteker dalam
upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
17. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
xii
18. Standar Prosedur Operasional, yang selanjutnya disingkat SPO adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan,
dimana dan oleh siapa dilakukan.
19. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
20. Organisasi profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di
Indonesia.
BAB III
LANDASAN FORMAL
xiii
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER
xiv
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas
pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya
tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-
medikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan
kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan
tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA)
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan
yang diketahuinya secara benar dan patut.
xv
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-
Undang- Undangan yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker
yang dimaksud dapat berupa:
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama1
(satu) tahun.
BAB VI
PENUTUP
xvi
menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi
dibidang farmasi, serta menjadi rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh
para praktisi tersebut agar dapatmenjalankan praktik kefarmasian secara
profesional.
Dengan ditegakkannya disiplin kefarmasian diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu
pelayanan apoteker; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi
kefarmasian.
xvii
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek
adalah :
1. Untuk mengetahui peran, tujuan, dan fungsi apoteker di apotek pada
umumnya dan Apotek 7 Menit pada khususnya.
2. Untuk meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
3. Untuk membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
4. Untuk memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktik farmasi komunitas di apotek.
5. Untuk mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja
sebagai tenaga farmasi yang profesional khususnya di era Jkn ini.
6. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
4
5
kota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak
tanggal 1 Mei 1964.
6. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan
harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tangga
kedaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkankontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran obat memakai sistem First Expire First Out dan
First In First Out
e. Pemusnahan
1. Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kedaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek
10
4) Memasukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan
etiket dan resep).
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dan lain-lain
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
tidak stabil
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
apoteker (apabila diperlukan)
9. Menyimpan resep pada tempatnya
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan
obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
13
Peranan Apoteker digariskan oleh WHO semula dikenal dengan Seven Stars
of Pharmacist yang sekarang dikenal dengan Seven Star Plus One of Pharmacist
diantaranya meliputi:
a. Care giver, pelayanan dalam bentuk pelayanan klinis, analitis, teknis,
sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam memberikan pelayanan
Apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu maupun
kelompok. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada system
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan farmasi
yang dihasilkan harus bermutu tinggi.
b. Decision maker, pengambil keputusan yang tepat untuk kemanjuran dan
cost effective yang menjadi dasar pekerjaan kefarmasian (misalnya
dalam pengobatan, prosedur, pelatihan). Dalam pencapaian tujuan
memerlukan kemampuan dalam mengevaluasi, membuat dan
memutuskan tindakan yang akan dilaksanakan.
c. Communicator, farmasis berada di posisi diantara dokter dan pasien.
Farmasis diharuskan mempunyai pengetahuan yang luas dan yakin
ketika berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan masyarakat.
Komunikasi meliputi verbal, non verbal, mendengarkan serta
kemampuan menulis.
d. Leader, memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin, memiliki
keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif serta
kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
e. Manager, kemampuan mengelola sumber daya dan informasi secara
efektif. Tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia
berbagi informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan obat.
f. Long Life Learner, belajar terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan.
g. Teacher, bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan pelatihan
pada generasi masa depan. Seperti mengajar dan menemukan ilmu baru
18
A. Pasal 14
1) Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 ayat (6), maka penerbitannya bersama
dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
2) Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.
B. Perubahan Surat Izin Apotek (Pasal 15)
1) Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat
dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama
Apotek harus dilakukan perubahan izin.
2) Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang
SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan
izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3) Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan nama Apotek sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
4) Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang melakukan
perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker
pemegang SIA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13.
27
28
c. Apotek Mama
Jl. Suka Maju No. 44
d. Apotek Netral
Jl. Rumah Sakit Ujung Berung No.62
8. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang dan
mencatat barang persediaan yang tinggal sedikit atau habis ke dalam
buku defekta.
c. Staff dan Karyawan
Dalam hal ini, staff dan karyawan memiliki tugas membantu dalam proses
admministrasi apotek, terutama dalam administrasi BPJS.
yang expair date lebih dahulu dikeluarkan terlebih dahulu meskipun barangnya
terakhir datang,dan sistem FIFO (First In First Out) artinya barang yang datang
lebih dulu, harus dikeluarkan lebih dulu atau disimpan di depan, sedangkan
barang yang terakhir datang disimpan di belakang, begitu seterusnya. Sistem ini
dilakukan agar perputaran barang dapat berjalan sedemikian rupa, sehingga dapat
menghindari barang yang sudah dekat kadaluarsanya berada di counter.
e. Pemusnahan
Sediaan farmasi dan komoditi non farmasi yang meliputi: 1) diproduksi
tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat diolah
kembali, 2) telah kadaluarsa, 3) tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk
sisa penggunaan, 4) dibatalkan izin edarnya atau 5) berhubungan dengan tindak
pidana. Pemusnahan sediaan farmasi dengan cara ditanam, dibakar atau cara lain
yang ditetapkan dan dilapor dalam berita acara pemusnahan.
Pada pemusnahan resep, resep dapat dimusnahkan setelah disimpan lebih
dari 5 tahun dengan cara di bakar. Proses pemusnahan dilakukan dengan adanya
saksi seperti petugas apotek (apoteker maupun asisten apoteker) dengan
menandatangani surat pemusnahan, lalu melaporkan ke Dinas Kesehatan dengan
format berita acara. Jika yang dimusnahkan adalah resep psikotropika dan
narkotika maka pemusnahan harus disaksikan langsung oleh Dinas Kesehatan.
Resep psikotropika dan narkotika dihitung perlembar resep, sedangkan resep non
narkotika dan psikotropika hanya ditimbang dari semua jumlah resep yang akan
dimusnahkan.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual maupun dengan komputerisasi.
Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah
35
2. Penyiapan obat
Resep diterima kemudian disiapkan obatnya. Obat yang disiapkan meliputi
obat jadi atau obat racikan. Untuk obat yang telah diambil langsung ditulis
di kartu stok dengan jumlah yang dikeluarkan. Setelah obat disiapkan,
maka obat dimasukkan kedalam plastik klip dan diberikan etiket sesuai
dengan perintah yang ada di resep. Jika pasien menghendaki kwitansi,
maka dibuatkan kwitansi pembayaran biaya resep.
3. Pemeriksaan obat
Obat yang telah disiapkan dilakukan ricek untuk memastikan kesesuaian
obat dengan resep yang diberikan, meliputi nama obat, jumlah, aturan
pakai,waktu kedaluwarsa, dan harga obat.
4. Penyerahan obat
Setelah obat diperiksa, maka obat langsung diserahkan kepada pasien
dengan memberikan informasi terkait obat dan cara pemakaian.
j. Pelayanan farmasi tanpa resep
Pelayanan farmasi tanpa resep terdiri dari: swamedikasi dan pembelian
produk farmasi lainnya. Swamedikasi dilakukan jika pasien berupaya melakukan
pengobatan dan perawatan terhadap penyakitnya secara mandiri. Biasanya
swamedikasi dilakukan untuk pengobatan pertama sebelum ke dokter, dan
merupakan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan menggunakan obat non
resep. Produk obat yang digunakan dalam swamedikasi biasanya adalah golongan
OTC. Sedangkan obat keras yang boleh diberikan tanpa resep dokter adalah
Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) dan SK Menteri Kesehatan Nomor 919
tentang kriteria obat keras tanpa resep.
Sebelum melakukan penyerahan obat, dilakukan pertanyaan terlebih
dahulu mengenai keluhan dan obat yang telah digunakan oleh pasien. Dari
pertanyaan-pertanyaan itulah kemudian diberikan pilihan obat yang tepat untuk
pasien dengan disertai pemberian informasi tentang pengobatan yang efektif.
3.4.2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
38
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan fasilitas kefarmasian
adalah sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2017, yang dimaksud apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat
dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian. Tenaga
teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi,
dan Analisis Farmasi.
Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker serta dibantu oleh apoteker
pendamping dan tenaga teknis kefarmasian yang memiliki surat tanda registrasi
berupa STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) bagi Apoteker dan memiliki
Surat Izin Praktik serta STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian) bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/ Menkes/ Per/ V/ 2011
Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Pelayanan
farmasi klinik yang dilakukan di apotek meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di
rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring
efek samping obat (MESO). Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Apotek 7
Menit Margacinta meliputi :
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi: nama pasien, umur, jenis
kelamin dan berat badan; nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf; dan tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian
39
c. Laporan Aliran Kas (Cash Flow) yaitu laporan yang menggambarkan tentang
aliran kas yang masuk dan keluar pada periode tertentu.
Tujuan utama kegiatan pembukuan adalah agar seluruh transaksi keuangan
dapat didokumentasikan sesuai dengan urutan peristiwa atau kejadian dan
besarannya, sehingga dapat disajikan dalam laporan keuangan dengan benar.
dan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
1. Laporan Aliran Kas
Laporan Aliran Kas (Cash Flow) merupakan laporan keuangan yang berisi
tentang pemasukan dan pengeluaran dana di apotik pada waktu periode
tertentu. Untuk pembukuannya setiap omset perharinya dicatat pendapatan
pagi dan siang sampai akhir bulan, diakumulasikan hingga didapatkan saldo
untuk akhir bulan. Saldo akhir dibulan sebulmnya merupakan saldo awal
dibulan berikutnya, omset yang didapatkan dilakukan debet ditambahkan
kedalam saldo awal. Jika ada pengeluaran (oprasional dan pembayaran
faktur) dan masukan kedalam kredit atau mengurangi saldo awal dan omset
sebelumnya, pengeluaran dilakukan pencatatan pada buku kas pengeluaran,
jika ada pembayaran tagihan diambil dari bank, uang yang diambil pada
buku kas dibuat di pemasukan yang baru dibayarkan. Untuk buku
pendapatan tahunan adalah total dari laporan tiap hari dan perbulannya.
2. Laporan Penjualan
Laporam penjualan mencakup dari hasil penjualan barang-barang di apotik,
dilakukan pembukuan di buku pendapatan/buku omset/buku harian. Semua
data yang telah di catat dimasukan ke dalam komputer dan dibuat grafik
sehingga dapat dilihat apakah terjadi peningkatan atau penurunan pada
penjualan di bulan tertentu.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan untuk mengukur keberhasilan
operasional perusahaan selama jangka waktu tertentu. laporan ini untuk
menentukan profitabilitas dan nilai investasi. Laporan ini menyajikan
informasi untuk membantu pengusaha dalam memprediksi jumlah arus kas
42
8. Santosa Hospital
dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Untuk saat ini
PROLANIS sementara mengatur penyakit DM dan Hipertensi. Kegiatan
PROLANIS meliputi :
1) Dibentuk klub risti (resiko tinggi)
2) Senam
3) Edukasi (penyuluhan : dokter, petugas bpjs, petugas apotek)
4) Pemeriksaan kesehatan : Pemeriksaan : tensi, gula darah (GDP, GDPP)
5) Pembagian obat
resep reguler, resep BPJS rumah sakit, resep BPJS puskesmas dan resep BPJS
klinik.
Untuk pelayanan resep dokter atau resep reguler terlebih dahulu diperiksa
keabsahan resep, kemudian pengecekan stok obat pada komputer untuk melihat
apakah apotek menyediakan obat tersebut atau tidak serta memberikan informasi
kepada pasien tentang harga obat. Jika pasien menyetujui dengan harga yang
ditentukan, maka resep langsung dikerjakan dengan tepat dan teliti baik berupa
penyiapan obat ataupun peracikan. Obat yang sudah dikemas diberikan etiket
sesuai dengan resep dokter dan kemudian diserahkan kepada pasien. Selama
pemberian, pasien diberikan informasi terkait obat dan beberapa hal yang
ditanyakan oleh pasien. Pasien juga diberikan salinan resep jika obat yang
diberikan hanya sebagian dan juga diberikan jika pasien meminta salinan resep.
Sedangkan dalam pelayanan resep BPJS dibagi dalam beberapa ketentuan
untuk pelayanan resep BPJS rumah sakit (pelayanan pasien penyakit kronis non
stabil) terlebih dahulu diperiksa kelengkapan persyaratan yang mencakup
fotocopy kartu BPJS, Resep Asli yang dibubuhi cap BPJS center yang ada di
rumah sakit, Surat Eligibilitas Peserta (SEP), dan persyaratan hasil tindakan atau
hasil laboratorium untuk obat-obat tertentu. Jika semua persyaratan dipenuhi,
maka pasien diberikan obat untuk pemakaian selama 23 hari, dengan asumsi
bahwa kebutuhan selama 7 hari pasien di tanggung oleh rumah sakit. Obat yang
disiapkan di apotek hanya obat yang sesuai dengan ketentuan Fornas dan dengan
harga yang sama di E-katalog.
Untuk pelayanan resep BPJS puskesmas yakni pasien PROLANIS, maka
pasien hanya perlu menyerahkan fotocopy kartu BPJS dan resep dokter
puskesmas yang bekerja sama dengan apotek. Sebelum pasien diberi obat,
diperiksa terlebih dahulu kesesuaian antara obat yang menjadi resep dokter
dengan obat yang terdaftar di BPJS. Jika keduanya sesuai, maka diberikan dengan
jumlah yang ditentukan didalam daftar BPJS yang cukup untuk kebutuhan selama
30 hari. Jika tidak sesuai, maka ditanyakan kembali kepada dokter penulis resep.
Untuk pelayanan Pasien Rujuk Balik (PRB), maka pasien harus
menyerahkan fotocopy kartu BPJS, Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter
47
48
49
2. Kemasan Mirip
Beberapa obat yang dapat digolongkan dalam kategori kemasan mirip
seperti pada tabel dibawah ini:
No. NAMA OBAT
1 HISTAPAN HEPTASAN
2 BIO ATP PEHAVRAL
3 TOMIT TAB TRIFED TAB
4 OMEPRAZOLE INJ CEFTIZOXIME INJ
5 RHINOS SIRUP RHINOFED SIRUP
6 TILFLAM TAB VACLO TAB
7 UBESCO TAB IMESCO TAB
8 IKALEP SIRUP LACTULAC SIRUP
9 ILIADIN DROP ILIADIN SPRAY
10 MERTIGO TAB NOPRES TAB
51
Label Obat
6. Pemantauan
Saat melakukan pemantauan terhadap obat-obatan, pastikan bahwa :
a. Semua fasilitas yang diperlukan untuk penataan penyimpanan obat
kategori LASA harus senantiasa di organisir dengan baik untuk
menghindari kesalahan.
b. Mekanisme umpan balik berkaitan informasi obat kategori LASA.
57
7. Informasi
a. Semua personil yang bekerja di unit pelayanan kefarmasian dapat
mengakses daftar obat-obat kategori LASA.
b. Staf yang bekerja di unit pelayanan kefarmasian dapat memberikan
informasi berkaitan dengan obat baru dan obat kategori LASA.
8. Edukasi Pasien
Saat melakukan edukasi tentang obat-obatan kepada pasien hendaknya
disampaikan secara baik dan melakukan hal-hal berikut ini, yaitu:
a. Informasikan kepada pasien tentang perubahan penampilan obat.
b. Petugas kesehatan memberi informasi kepada pasien setiap kali obat
muncul bervariasi dari apa yang biasanya.
c. Motivasi pasien untuk mempelajari nama obat-obatan.
9. Evaluasi
Lakukan evaluasi jika mengalami kesalahan dalam pemberian obat terutama yang
terkait dengan obat kategori LASA.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilaksanakan di Apotek 7 Menit Margacinta, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa calon apoteker dapat mengetahui peran, tujuan, dan fungsi
apoteker di apotek pada umumnya dan Apotek 7 Menit pada khususnya.
2. Mahasiswa memiliki pemahaman sebagai calon apoteker tentang peran,
posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
apotek.
3. Calon apoteker memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
4. Calon apoteker dapat melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik
farmasi komunitas di apotek.
5. Mahasiswa calon apoteker dapat mempersiapkan diri dalam memasuki
dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional khususnya di era
Jkn ini.
6. Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata tentang permasalahan
pekerjaan kefarmasian di apotek.
5.2 Saran
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek 7
Menit, ada beberapa hal yang disarankan, diantaranya :
1. Perlu ditingkatkan kegiatan perbekalan kefarmasian berupa persediaan obat
yang lebih lengkap.
2. Perlu tempat yang lebih luas serta gudang untuk penyimpanan obat-obat
BPJS.
3. Peningkatan disiplin bagi setiap karyawan apotek dalam hal mengisi kartu
stok obat dan buku defekta, sehingga kemungkinan untuk terjadi kekosongan
58
59
barang atau stok dapat dihindari dan kemungkinan penolakan resep dapat
lebih dikurangi atau dihilangkan.
4. Perlu CCTV untuk kepentingan keamanan di apotek.
DAFTAR PUSTAKA
60
61
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK 7 MENIT MARGACINTA
Manager Apotek
Popi Meilani
TTK TTK
LAMPIRAN 2
DENAH APOTEK
1 2
3
B 10 9
4
8
5 6 7
11 22 21
12
18
C
13
20
17
14 16
29
19 28
15
24
25 D
23
26 27
32 31
E
F
G
6
3
33 32
64
LAMPIRAN 3
ALUR PELAYANAN RESEP REGULER
Resep
Lengkap
Obat Diperiksa Kembali
(Nama, Jenis Obat dan
Penandaan)
Cek Harga dan
Konfirmasi Pasien
Pengambilan Obat
dan Pemberian Etiket
Penyerahan Obat
dan PIO ke Pasien
66
LAMPIRAN 4
ALUR PELAYANAN RESEP BPJS
Fc Kartu BPJS
Resep dan
Surat Eligibilitas
Persyaratan BPJS Peserta (SEP)
Lengkap
Obat Diperiksa Kembali
(Nama, Jenis Obat dan
Penandaan)
Input Sistem BPJS
Pengambilan Obat
dan Pemberian Etiket
LAMPIRAN 5
SALINAN RESEP
68
LAMPIRAN 6
NOTA PEMBAYARAN OBAT PEDAGANG BESAR FARMASI
69
LAMPIRAN 7
SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR FARMASI
70
LAMPIRAN 8
SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PSIKOTROPIKA FARMASI
71
LAMPIRAN 9
KARTU PEMBERIAN OBAT RUJUK BALIK
72
LAMPIRAN 10
KARTU BARANG
73
LAMPIRAN 11
SURAT PESANAN REGULER
74
LAMPIRAN 12
NOTA PEMBAYARAN OBAT PASIEN
75
LAMPIRAN 13
ETIKET
76
LAMPIRAN 14
FAKTUR PEMESANAN OBAT PEDAGANG BESAR FARMASI
77
LAMPIRAN 15
KARTU ABSENSI KARYAWAN
78
LAMPIRAN 16
NOTA PEMBAYARAN RESEP
79
LAMPIRAN 17
BUKTI KAS
80
LAMPIRAN 18
KONTRA BON
81
LAMPIRAN 19
KARTU PIUTANG
82
LAMPIRAN 20
RESEP PASIEN PUSKESMAS
83
LAMPIRAN 21
RESEP PASIEN RUMAH SAKIT
84
LAMPIRAN 22
SURAT ELEGIBILITAS PESERTA
85
LAMPIRAN 23
PERSYARATAN HASIL LABORATORIUM
86
LAMPIRAN 24
PERSYARATAN PENUNJANG PENGAMBILAN OBAT BPJS