Disusun Oleh:
Selvi Tamiati, S. Farm
201FF05046
Dalam penulisan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................2
C. Waktu dan Tempat..........................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS........................................4
A. Gambaran Umum Puskesmas..........................................................4
B. Pengelolaam Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas...14
C. Pelayanan Farmasi Klinis...............................................................18
D. Sumber Daya Kefarmasian.............................................................26
E. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian..................................30
F. Regulasi Kefarmasian....................................................................33
BAB III TINJAUAN KHSUUS UPTD PUSKESMAS
PURBARATU......................................................................................34
A. Profil UPTD Puskesmas Purbaratu................................................34
B. Visi, Misi dan Tujuan UPTD Puskesmas Purbaratu......................34
C. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Purbaratu..........................35
D. Fasilitas Fisik dan Wilayah Kerja UPTD Puskesamas
Purbaratu........................................................................................36
E. Fasilitas UPTD Puskesmas Purbaratu............................................36
F. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di UPTD
Puskesmas Purbaratu......................................................................37
G. Pelayanan Farmasi Klinis di UPTD Puskesmas Purbaratu............44
BAB IV TUGAS KHUSUS.................................................................50
BAB V PENUTUP...............................................................................56
A. Kesimpulam...................................................................................56
B. Saran...............................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................57
LAMPIRAN.........................................................................................58
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan
masyarakat yang dapat diwujudkan dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu upaya
pembangunan nasional maka perlu diselenggarakan upaya kesehatan melalui
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilakukan secara menyeluruh, dan terpadu. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
persediaan obat-obatan yang memadai, berkualitas, aman, distribusi yang merata,
harga yang terjangkau oleh masyarakat luas serta meningkatkan ketepatan dan
efisiensi penggunaannya.
Dalam hal mendukung kesehatan yang optimal diperlukan suatu sarana
pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Tuntutan pasien akan peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, disebutkan bahwa pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat. Serta penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep
dokter dilaksanakan oleh Apoteker, sehingga Apoteker harus dapat bekerja
dengan handal dan bersikap professional agar dapat mewujudkan tujuan dari
1
Pekerjaan Kefarmasian.
Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab dalam menyelnggarakan pembangunan
kesehatan disuatu wilaya kerja Pembangunan dalam bidang kesehatan dilakukan
dalam bentuk kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, salah satu
peran dilakukan melalui puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama..
Dalam mewujudkan pembangunan kesehatan khususnya dalam bidang
farmasi maka sangat diperlukan peranan seorang apoteker untuk mengerjakan
pekerjaan kefarmasian dan pelayanan kefarmasian di lingkungan Dinas Kesehatan
dan Puskesmas. Peran dan tanggung jawab yang sangat penting menuntut
Apoteker untuk dapat meningkatkan kompetensinya, salah satunya adalah dengan
dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di
Dinas Kesehatan dan Puskesmas sebagai salah satu tempat pelatihan untuk
menerapkan tugas dan fungsi Apoteker secara nyata. Dengan dilaksanakannya
kegiatan PKPA di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dan Puskesmas Purbaratu
diharapkan mampu membantu mempersiapkan kompetensi calon Apoteker dalam
menerapkan peran dan tanggung jawabnya baik secara managerial, fungsional,
dan profesional, agar menjadi Apoteker yang berkompeten.
B. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker bagi mahasiswa profesi
Apoteker di Dinas Kesehatan/Puskesmas adalah:
1. Meningkatkan pemahaman, keterampilan, tugas, peran, fungsi dan
tanggung jawab apoteker Puskesmas purbaratu
2. Mengetahui manajemen pengelolaan kefarmasian di puskesmas
purbaratu
3. Memberikan deskripsi nyata mengenai pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas purbaratu
2
C. Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan selama 3
(Tiga) minggu di UPTD Puskesmas Purbaratu yang bertempat di Kelurahan
Purbaratu, Kec. Purbaratu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Waktu kegiatan
dilaksanakan pada tanggal 08 - 27 Maret 2021.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS
A. Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau disingkat Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
menurutu Permenkes No. 43 tahun 2019.
b. pertanggungjawaban wilayah;
c. kemandirian masyarakat;
d. pemerataan;
4
d. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
e. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsinya seperti pada huruf a,
Puskesmas Berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan.
b. Melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
5
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan rekam medis;
C. Persyaratan Puskesmas
Berdasarkan Permenkes nomor 43 tahun 2019 pasal 10, persyaratan
Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat
didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas.
c. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan,
jumlah penduduk dan aksesibilitas.
d. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan,
kefarmasian dan laboratorium klinik.
6
1) Lokasi
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a) Geografis;
b) Aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c) Kontur tanah;
d) Fasilitas parkir;
e) Fasilitas keamanan;
f) Ketersediaan utilitas publik;
g) Pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h) Tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara
Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi sesuai perundang undangan
2) Bangunan
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang
meliputi sebagai berikut :
a) Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja serta persyaratan teknis
bangunan;
b) Bangunan bersifat permanen dan terpisah dengan
bangunan lain; dan
7
kebisingan, sistem transportasi vertikal untuk bangunan
lebih dari 1 (satu) lantai; kendaraan Puskesmas keliling;
dan kendaraan ambulans.
b) dokter gigi;
c) perawat;
d) bidan;
i) tenaga kefarmasian.
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak
pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang
8
bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktek
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan tenaga nun kesehatan di Puskesmas harus
dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain
di Puskesmas.
9
penyerahan obat biasanya digabungkan dengan ruang
penerimaan resep.
d. Ruang Konseling
f. Ruang Arsip
Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai
dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam
rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan,
persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
10
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi
dan surat izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan Setiap tahun dapat dilakukan
penilaian kinerja tenaga kefarmasian yang disampaikan kepada yang
bersangkutan dan didokumentasikan secara rahasia. Hasil penilaian kinerja
ini akan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan
dan sanksi (reward and punishment).
a. Kompetensi Apoteker
1) Sebagai Penanggung Jawab
a) Mempunyai kemampuan untuk memimpin;
b) Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengelola dan
mengembangkan pelayanan kefarmasian;
c) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri;
d) Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain;
dan
e) Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, mencegah,
menganalisis dan memecahkan masalah
2) Sebagai Tenaga Fungsional
11
Tujuan Umum dari Pendidikan dan Pelatihan yaitu:
1) Tersedianya tenaga kefarmasian di Puskesmas yang mampu
melaksanakan rencana strategi Puskesmas.
2) Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga
kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
3) Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi calon
tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit l.
Tujuan Khusus dari Pendidikan dan Pelatihan yaitu:
1) Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pengelolaan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
2) Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan
Pelayanan.
3) Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon tenaga
kefarmasian internal maupun eksternal.
4) Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling
tentang Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
5) Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.
2) permintaan;
3) penerimaan;
12
4) penyimpanan;
5) pendistribusian;
6) pengendalian;
13
kefarmasian atau tenaga kesehatan lain. Pelayanan Kefarmasian secara
terbatas tersebut meliputi:
1) Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan
serta pemantauan dan evaluasi
14
Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya,
data mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi obat dan
Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter
gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian
obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan
melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari
stok berlebih.
15
3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Semua petugas
yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan
Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti,
jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO),
ditandatangani oleh petugas penerima, dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka petugas penerima dapat
mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari obat yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
16
5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan
jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
b. Puskesmas Pembantu;
c. Puskesmas Keliling;
d. Posyandu; dan
e. Polindes.
17
7. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
secara tertib, baik obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan
lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
18
penggunaan obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat (PIO)
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep
19
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan
masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat
oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus
memiliki alat penyimpanan yang memadai).
c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara pro aktif dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding
dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat
dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sumber informasi obat.
b. Tempat.
c. Tenaga.
d. Perlengkapan.
20
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat
jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat
kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan:
a. Kriteria pasien:
4) Pasien geriatrik.
5) Pasien pediatrik.
21
6) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
1) Ruangan khusus.
22
farmasi dan jadwal pemberian obat.
c) Menanyakan obat yang sedang digunakan atau
dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat
instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.
d) Mengkaji terapi obat lama dan baru untuk
memperkirakan masalah terkait obat yang mungkin
terjadi.
2) Untuk pasien lama dengan instruksi baru
23
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan
terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan obat.
Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian
pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi
obat.
24
Tujuan:
a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat.
b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait
dengan obat.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
c. Adanya multidiagnosis.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.
25
D. Sumber Daya Kefarmasian
26
6) Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan.
27
d. Pengembangan Tenaga Kefarmasian dan Program Pendidikan
Dalam rangka penyiapan dan pengembangan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kefarmasian maka Puskesmas menyelenggarakan aktivitas
sebagai berikut:
1) Setiap tenaga kefarmasian di Puskesmas mempunyai kesempatan
yang sama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
2) Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian harus memberikan
masukan kepada pimpinan dalam menyusun program
pengembangan staf.
3) Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawabnya.
4) Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bagi tenaga kefarmasian.
28
2) Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja
peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan,
timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok
obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan
resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan
(air conditioner) sesuai kebutuhan.
3) Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang penyerahan obat
dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4) Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling,
lemari buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster,
alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal
konsumsi obat (lampiran), formulir catatan pengobatan pasien
(lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5) Ruang penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
29
6) Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dan Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang
arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk
memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk
menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan
teknik manajemen yang baik.
Istilah „ruang‟ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud „ruangan‟
secara fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila
memungkinkan, setiap fungsi tersebut disediakan ruangan secara
tersendiri. Jika tidak, maka dapat digabungkan lebih dari 1 (satu)
fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi.
30
evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai standar.
2. Pelaksanaan, yaitu:
1. Retrospektif:
2. Prospektif:
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan
pelayanan. Contoh: Waktu pelayanan kefarmasian disesuaikan dengan
waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
1. Langsung (data primer):
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data.
Contoh: survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan
kefarmasian.
31
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung.
Contoh: catatan penggunaan obat, rekapitulasi data pengeluaran obat.
Berdasarkan teknik pengumpulan data, evaluasi dapat dibagi menjadi:
1. Survey
2. Observasi
1. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan
dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan
menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan
dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan
alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan kefarmasian
secara sistematis. Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1. Audit Klinis
32
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan
pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh: kajian
penggunaan antibiotik.
F. Regulasi Kefarmasian
1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Obat Keras.
2. Undang-Undang tentang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. Undang-Undang tentang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar PelayananKefarmasian di Puskesmas.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
11. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
Kode Etik Apoteker Indonesia, serta peraturan-peraturan organisasi lainnya
yang dikeluarkan oleh IAI.
33
BAB III
TINJAUAN KHUSUS UPTD PUSKESMAS PURBARATU
34
Misi :
Penanggungjawab UKP
Dr. H. Eddi Sadaryun
35
D. Fasilitas Fisik dan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Purbaratu
UPTD Puskesmas Purbaratu senantiasa menempatkan sumber daya manusia
pada posisi sentral dalam pengelolaannya. Sebab keberhasilan penegelolaan SDM
merupakan salah satu kunci sukses dalam upaya memeberikan pelayanan yang
berkualitas bagi masyarakat. Oleh karena itu, seluruh aspek terkait dengan sumber daya
manusia, baik kuantitas maupun kualitas mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.
36
6) Ruang taman ramah anak
7) Ruang klinik terpadu
8) Ruang administrasi
9) Apotek
10) Laboratorium
11) Ruang IGD
12) Ruang TB
13) Tempat pengkajian awal pasien
14) Ruang pemeriksaan TCM
Dilantai 2
a. Ruang kepala Puskesmas
b. Ruang kasubag TU
b. Gedung rawat inap:
a. Ruang PONED
b. Ruang rawat inap
c. Ruang staff
d. Mushola
e. Kamar mandi pasien
f. Gudang barang
g. Ruang arsip
h. Kantin
i. Kamar mandi pasien
1. Perencanaan
Perencaan sediaan farmasi merupakan hal yang penting karena sangat
mempengaruhi ketersediaan obat, alat kesehatan dan BMHP. Perencanaan sediaan
farmasi yang tepat dapat mencegah terjadinya kekurangan, kekosongan maupun
kelebihan obat dan alat kesehatan di seksi kefarmasian dan alat kesehatan UPTD
Puskesmas Purbaratu.
Proses seleksi perencanaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
UPTD Puskesmas Purbaratu mempertimbangkan metode campuran, diantaranya
37
metode epidemiologi/ pola penyakit yang sering dan sedang terjadi di masyarakat, dan
metode konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya, serta mutasi sediaan farmasi,
dan rencana pengembanganpada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium
Nasional dan Formularium Puskesmas.
Sistem perencanaan diselenggarakan setiap tahun dengan membuat Rencana
Kebutuhan Obat (RKO). RKO dibuat oleh tim Penyusun Obat Terpadu (POT), tim
POT terdiri dari farmasi, dokter, dokter gigi,penangung jawab seperti perawat dan
bidan, kemudian programer. Setelah RKO dibuat oleh tim POT lalu dikumpulkan
ke Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya akan melakukan analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi di UPTD
Puskesmas Purbaratu disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock (6 bulan) serta menghindari
stok berlebih. Sumber anggaran perencanaan pada UPTD Puskesmas Purbaratu
yaitu dari Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (DKJKN).
2. Permintaan
Permintaan dari puskesmas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi, alat kesehtan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan perencanaan
kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan di Ppuskesmas ini dilakukan dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang
selanjutnhya diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengkompilasi dan menganalisa LPLPO dari puskesmas, antara
lain:
a. Penyesuaian kebutuhan puskesmas
b. Penyesuaian anggaran
c. Perhitungan waktu kekosongan obat
d. Buffer stock
e. Menghindari overstock
LPLPO ini terdiri dari kolom yang berisi jumlah barang pada stok awal atau
stok akhir bulan sebelumnya, jumlah barang yang diterima, sehingga akan muncul
jumlah barang yang tersedia pada kolom persediaan. Kemudian terdapat pula kolom
pemakaian yang merupakan jumlah sediaan yang digunakan dalam satu bulan,
kolom stok optimum serta kolom stok akhir. Kolom terakhir merupakan kolom
38
permintaan yang merupakan jumlah barang yang diminta dari puskesmas untuk
diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.
Permintaan untuk obat yang berasal dari sumber dana DAK dilakukan
dengan menggunakan formulir LPLPO yang dikirim ke Dinas Kesehatan dan
barang akan disiapkan oleh UPTD Farmasi. Untuk dana JKN, permintaannya
dilakukan oleh puskesmas secara langsung dengan memesan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF).
3. Penerimaan
Penerimaan bertujuan agar sediaan farmasi yang diterima di puskesmas
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas dan
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Kemudian tanggung jawab
dari tim penerimaan di puskesmas yaitu menjamin ketertiban penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan danpenggunaan obat dan bahan medis habis pakai, dan
berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
a. Jumlah sediaan
b. Melihat fisik sediaan farmasi
c. Tanggal kadaluwarsa
d. Nomor batch
Untuk barang dari UPTD Farmasi yang telah sesuai dengan hal-hal diatas,
kemudian dokumen penerimaan ditandatangani oleh Apoteker yang bersngkutan dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas kemudian di cap. Dokumen penerimaan yang
berasal dari UPTD Farmasi diantaranya adalah Surat Bukti Barang Keluar dan Berita
Acara. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yaitu surat bukti barang keluar yang
dikeluarkan oleh UPTD Farmasi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sebagai bukti
telah dilakukan serah terima kepada puskesmas terhadap sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai yang diminta. SBBK ini berisi nama obat, satuan, jumlah, no
batch, expired date, harga satuan dan total harga. SBBK dan berita acara ditanda
tangani Apoteker Penanggungjawab Puskesmas, pihak dari UPTD Farmasi yang
mengeluarkan atau menyerahkan, serta Kepala UPTD Farmasi dan diminta lembar
39
bagian untuk puskesmasnya untuk diarsipkan. sedangkan untuk barang dari PBF jika
telah sesuai dengan faktur pemesanan maka faktur tersebut di cap dan di
tandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Puskesmas dan diminta copy
fakturnya untuk diarsipkan. Semua barang yang datang dan di terima baik dari
gudang farmasi atau dari pedagang besar farmasi ditulis di buku barang masuk
sesuai dengan faktur dan bukti dari UPTD Farmasi.
4. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan yaitu agar mutu sediaan farmasi yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, dimana
penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang dilakukan di UPTD
Puskesmas Purbaratu dengan mempertimbangakan hal-hal sebagai berikut:
40
terjadi kenaikan suhu tersebut maka perlu dilakukan pengaturan suhu kembali. Tetapi
monitoring suhu dan kelembaban di UPTD Puskesmas Purbaratu belum dilaksanakan
dengan baik.
5. Pendistribusian
Sistem pendistribusi obat yang diterapkan oleh UPTD Puskesmas Purbaratu
berupa sistem Floor stock, One Daily Dose, dan Resep Individual. UPTD Puskesmas
Purbaratu juga mendistribusikan obat ke subunit pelayanan kesehatan di dalam
lingkungan puskesmas seperti ke puskesmas pembantu, posyandu dan kegiatan
program kesehatan.
41
6. Pengendalian
Dalam pengendalian harus memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di puskesmas. Pengendalian dilakukan
terhadap pengendalian persediaan, pengendalian penggunaan, dan penanganan
sediaan farmasi yang hilang, rusak dan kadaluwarsa.
42
2. Laporan Indikator Ketersediaan Obat dan Vaksin
Laporan ini untuk memantau obat-obatan tertentu oleh Kemenkes
yang dilaporkan setiap bulan. Obat dan vaksin yang tertera pada laporan
tersebut merupakan standar minimal obat dan vaksin yang tersedia di setiap
puskesmas.
43
8. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan untuk memusnahkan obat yang sudah kadaluwarsa untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat atau
pembekalan kesehatan yang tidak memenuhi syarat mutu keamanan dan manfaat.
Pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga. Obat dengan waktu minimal 3 bulan dari
tanggal kadaluwarsa maka akan dipisahkan kedalam ruangan obat kadaluwarsa yang
selanjutnya akan diberikan ke Gudang Farmasi Kota untuk dimusnahkan sesuai
dengan SOP. Namun, hal ini belum terlaksana dengan baik sehubungan dengan
kurangnya kesepakatan yang jelas antara pihak Puskesmas dan Gudang Farmasi
Kota Dinas Kesehatan.
3) Tanggal resep
44
4) Ruangan/unit asal resep
b. Persyaratan farmasetik meliputi :
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Dosis dan jumlah obat
3) Stabilitas dan ketersediaan
4) Aturan dan cara penggunaan
c. Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2) Duplikasi pengobatan
3) Alergi, interaksi, dan efek samping obat
4) Kontraindikasi
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat yaitu
kegiatan pelayanan dimulai dari menyiapkan / meracik obat, memberikan label atau
etiket, menyerahkan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai. Dalam
melakukan pelayanan resep di UPTD Puskesmas Purbaratu dilakukan cross-check
oleh beberapa petugas yang melakukan skrining, penyiapan, penulisan etiket dan
yang menyerahkan. Cross- check tersebut dilakukan berulang kali untuk memastikan
bahwa obat yang disiapkan sesuai instruksi pada resep sehingga menghindari
medication error ketika dalam pemberian obat ke pasien.
45
3. Konseling
4. Visite Pasien
46
Puskesmas Purbaratu adalah visite tim yang terdiri dari dokter dan perawat. Untuk
visite mandiri belum dilakukan secara optimal dikarenakan keterbatasan tenaga
farmasi di UPTD Puskesmas Purbaratu. Selama Pandemi saat ini untuk visite
ruangan tidak ada dilakukan karena tidak ada pasien rawat inap selama pandemi
Covid 19.
47
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
48
7. Home Care
Pasien rawat inap yang telat pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya
kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan obat. Untuk itu, perlu juga
dilakukan pelayanan kefarmasian dirumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud
komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan obat sehingga
tercapai keberhasilan terapi obat.
Biasanya kegiatan home care dilakukan oleh apoteker dan tenaga kesehatan
lainnya. Di UPTD Puskesmas Purbaratu sebelumnya pernah dilakukan Home Care,
akan tetapi untuk saat ini tidak dilakukan dikarenakan keterbatasan waktu.
8. Penyuluhan
Tujuan kegiatan penyuluhan yaitu untuk menambah pengetahuan terkait
kesehatan, untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara mempengaruhi perilaku
masyarakat baik itu secara individu ataupun kelompok dengan menyampaikan pesan.
Penyuluhan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Purbaratu pada periode saat ini tidak
dilakukan, dikarenakan sedang terjadi pandemi covid-19.
49
BAB IV
TUGAS KHUSUS
A. Skrining Resep
1. Resep Dokter
50
2. Analisis Kajian Resep
Ada/tida Penatalaksanaan
Persyaratan k
Administrasi meliputi :
1. Nama pasien Ada Gigin
2. Alamat pasien Ada Benteng
3. Umur Ada 21 tahun
4. Berat badan Tidak -
5. Jenis kelamin Ada Laki-laki
6. Nama dokter Ada dr. Eddi
7. Nomor ijin (SIP) Tidak -
Jalan purbaratu tlp. (00265) 339665 Kota
8. Alamat dokter/no telp Ada Tasikmalaya
9. Paraf/tanda tangan dokter Ada Ada
10. Tempat dan tanggal penulisan Tasikmalaya, 16-03-2021
resep Ada
3. Pengkajian Farmasetik
51
20-250C
6 Aturan dan cara penggunaan obat Ada Sehari 3 kali 1 tablet
52
mg/KgBB/hari dibagi dalam 3
dosis.
(Pionas)
3. Duplikasi Tidak -
5. Obat tanpa indikasi Tidak -
6. Indikasi tidak diobati Tidak -
Paracetamol : peningkatan risiko
kerusakan fungsi hati pada
pengunaan bersama alkohol.
Ambroxol : Pemberian bersamaan
dengan antibiotik (amoksisilin
sefuroksim, eritromisin,
doksisiklin) menyebabkan
7. Interaksi obat Ada peningkatan penerimaan antibiotik
kedalam jaringan paru-paru.
Amoxicillin : allpurinol +
amoxicillin : peningkatan resiko
ruam. Sitotoksisk + amoxicilin :
penicillin mengurangi ekresi
methotrexate (peningkatan resiko
toksisitas)
Reaksi obat merugikan
8. Tidak -
(ROM)
9. Gagal menerima obat Tidak -
53
4) Indikasi Obat : nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi,
pireksia
5) KI Obat : gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.
6) Efek Samping Obat : jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia,
neutropenia), hipotensi juga dilaporkan pada infus, PENTING: Penggunaan jangka
panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati,
lihat pengobatan pada keadaan darurat karena keracunan.
b. Resep ke-2
1) Nama Obat : Ambroxol
2) Golongan Obat : Mukolitik
3) Mekanisme Obat : Ambroxol yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat
mengeluarkan lendir yang kentaldan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi
staknasi cairan sekresi. Pengeluaranlendir dipermudah sehingga melegakan
pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembaliselama pengobatan dengan
Ambroxol. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurangsecara bermakna.
Dengan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaanmukosa saluran
pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali
4) Indikasi Obat : Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis
khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma
bronkial.
5) KI Obat : Hipersensitif terhadap ambroksol.
6) Efek Samping Obat : Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah
dilaporkan tetapi jarang; efek samping yang ringan pada saluran saluran cerna
pernah dilaporkan pada beberapa pasien; reaksi alergi (jarang); reaksi alergi yang
ditemukan: reaksi pada kulit, pembengkakan wajah, dispnea, demam; tidak diketahui
efeknya terhadap kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin.
c. Resep ke-3
1) Nama Obat : Amoxicillin
2) Golongan Obat : Antibiotik/Antibakteri
3) Mekanisme Obat : Turunan ampisilin dan memiliki kesamaan spektrum antibakteri
(organisme gram positif dan gram negatif tertentu); aksi bakterisidal serupa dengan
54
penisilin; bekerja pada bakteri yang rentan selama tahap multiplikasi dengan
menghambat biosintesis mukopeptida dinding sel; ketersediaan hayati yang unggul
dan stabilitas asam lambung dan memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas
daripada penisilin; kurang aktif dibandingkan penisilin melawan Streptococcus
pneumococcus; Strain yang resisten terhadap penisilin juga resisten terhadap
amoksisilin, tetapi dosis yang lebih tinggi mungkin efektif; lebih efektif melawan
organisme gram negatif (misalnya, N meningitidis, H influenzae) daripada penisilin.
(medscape)
4) Indikasi Obat : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pd mulut,
bronkituis, pneumonia, infeksi H. Influenza,.
5) Ki Obat : Hipersensitivitas tehradap penicillin, infeksi mononkleosis
6) Efek Samping Obat : mual,muntah, diare, ruam, reaksi alergi
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengolaan sediaan farmasi dan BMHP di UPTD Puskesmas Purbaratu pada proses
penyimpanan sudah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan Peraturan Mentri
Kesehatan No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Puskesmas,
akan tetapi gudang obat di UPTD Puskesmas Purbaratu kurang luas, sehingga
penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP terlalu berdekatan
2. Monitoring pengaturan suhu ruang di gudang obat, lemari pendingin dan diruang
pelayanan sudah dilakukan cukup baik, akan tetapi monitoring suhu pada lemari
pendingin tidak maksimal, dikarenakan alat pengukur suhu yang digunakan
terkadang mengalami kerusakan sehingga suhu yang dimonitoring tidak tercatat
3. Konseling di UPTD Puskesmas Purbaratu sudah berjalan dengan baik di ruang
tertutup yang melindungi privasi pasien, akan tetapi dilakukannya di ruangan klinik
terpadu.
B. Saran
Dalam meningkatkan mutu pelayanan di UPTD Puskesmas Purbaratu perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya :
1. Sebaiknya perlu dilakukan perluasan gudang obat di UPTD Puskesmas Purbaratu
yang sesuai dengan standar penyimpanan, agar memudahkan tenaga farmasi dalam
melakukan penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP menjadi lebih baik.
2. Pada alat monitoring suhu di lemari pendingin sebaiknyan dikalibrasi kembali atau
diganti dengan alat pengukur suhu yang baru.
3. Sebaiknya di UPTD Puskesmas Purbaratu memiliki ruang konseling khusus agar
pelayanan konseling berjalan maksimal dan lebih baik lagi.
56
DAFTAR PUSTAKA
APTFI. 2016. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia.
Anonim, 2020,mims indonesia petunjuk konsultasi edisi 19, Pt. Buana ilmu, jakarta
BPOM RI. 2012. Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Bagi Tenaga
Kesehatan. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan .No 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi
Pangan Industi Rumah Tangga. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta. Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), 2-3,
Badan POM RI, Jakarta.
IAI. 2016. Keputusan Pengurus Pusat IAI tentang Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia, Jakarta: Ikatan Apoteker IndonesiaKementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
57
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 1
Struktur Organisasi
60
Lampiran 2
61
Suhu Lemari Pendingin Suhu Ruangan
62
Gudang Penyimpanan Obat Lemari Pendingin
63
64
LAMPIRAN 3
Etiket, Label, Blanko Resep dan Kartu Stock
Eiket Sirup
65
Etiket Obat Luar Tetes Telinga dan Mata
Etiket Drop
66
Blanko Resep
Plastik Puyer
67
. Kartu Stock
68
Lampiran 4
Alat-alat Khusus
. Perekat Kertas
69
Corong Bagi Puyer
70
Lampiran 5
Lembar LPLPO
71
Lembar RKO dan BMHP
72
Lembar SBBK
73
Lampiran 6
Kegiatan PIO
74
Melakukan pencatatan monitoring layanan kefarmasian
75
. Melakukan skrining resep
76
Kegiatan merapihkan dan menyusuan obat berdasarkan alfabetis
77
. Kegiatan monitoring suhu ruangan
78
79