Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG PERAPOTEKAN
DI
APOTEK SHANTHI
PERIODE 16 MARET – 30 MARET 2021

DISUSUN OLEH :

Winda Apriliyani, S.Farm 2004026113

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2021



KATA PENGANTAR

Bismilllahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Apoteker (PKPA) di Apotek Shanthi periode 16 Maret – 30
Maret 2021. Kegiatan PKPA bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.
Laporan Apotek ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Apoteker di Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. HAMKA.
Terlaksananya PKPA di Apotek Shanthi tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
2. Ibu Apt. Ani Pahriyani, M.Sc selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
3. Bapak Dr. apt. Fith Khaira Nursal,M.Si, selaku pembimbing akademik FFS
UHAMKA yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama PKPA
dan penyusunan laporan ini.
4. Ibu Apt. Hendri Marlina, S.Farm. selaku pembimbing lapangan Apotek
Shanthi yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama PKPA dan
penyusunan laporan ini.
5. Seluruh staff dan pegawai di Apotek Shanthi yang telah memberikan
pengarahan dan bantuan selama pelaksanaan PKPA.
6. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Farmasi dan Sains jurusan Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
7. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan
doa selama pelaksanaan PKPA.
8. Teman-teman Apoteker angkatan XXXIV Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. HAMKA yang telah berjuang bersama dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu diharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan peran Apoteker dan memberikan gambaran tentang lapangan
pekerjaan kepada calon Apoteker dalam bidang perapotekan.

Jakarta, Maret 2021

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PENGESAHAN Ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI Iv
DAFTAR TABEL V
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan PKPA 2
BAB II TINJAUAN UMUM 3
A. Definisi Apotek 3
B. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 3
C. Sejarah Apotek Shanthi 3
D. Visi Misi Apotek Shanthi 4
E. Sarana dan Prasarana 4
F. Struktur Organisasi Apotek Shanthi 6
G. Alur Pelayanan di Apotek Shanthi 6
H. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Shanthi 9
I. Perpajakan 14
J. Pelayanan KIE dan Pharmaceutical Care 14
K. Evaluasi Mutu di Apotek Shanthi 15
BAB III KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN 16
A. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker 16
B. Pembahasan 17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 26
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 28

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Kegiatan PKPA di Apotek Shanthi 16

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Apotek Shanthi 28


Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Shanthi 29
Lampiran 3. Alur Pemesanan dan Penerimaan di Apotek Shanthi 30
Lampiran 4. Alur Pelayanan Obat 31
Lampiran 5. Contoh Surat Pesanan 32
Lampiran 6. Surat Pesanan Obat Narkotika dan Psikotropika 33
Lampiran 7. Surat Pesanan Obat Prekusor 34
Lampiran 8. Copy Resep 35
Lampiran 9. Faktur dan Kwitansi 36
Lampiran 10. Kartu Stok 37
Lampiran 11. Tempat Penyimpanan Obat 38
Lampiran 12. Etiket 40
Lampiran 13. Ruang Konseling 41
Lampiran 14. Formulir PIO 42
Lampiran 15. Formulir Konseling 43

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting, bahkan menjadi
kebutuhan primer sehingga banyak masyarakat yang menginginkan untuk
mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan dengan baik dan mudah
terjangkau. Salah satu tempat pelayanan kesehatan di Indonesia adalah Apotek.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.73 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu, sediaan
farmasi pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan (PP No. 51 Tahun 2009). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan standar pelayanan kefarmasian
adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kerja
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus
kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Apotek harus dikelola oleh
seorang Apoteker yang profesional agar dapat memberikan pelayanan
kefarmasian yang professional (Satibi dkk. 2015). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014, peran Apoteker
direalisasikan dengan upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

1

perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Apoteker
harus memiliki bekal yang cukup, baik ilmu pengetahuan ataupun kemampuan
komunikasi yang baik agar dapat melayanai pasien dengan baik.
Peran Apoteker sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat, oleh sebab itu diperlukan Apoteker yang memiliki kompetensi yang
memadai di bidangnya. Salah satu langkah dalam mencapai tujuan tersebut
adalah dengan melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek yang diselenggarakan oleh Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA untuk
mempersiapkan calon Apoteker agar dapat mengimplementasikan praktik
kefarmasiaan berdasarkan standar pelayanan kefarmasian. Kegiatan PKPA ini
dilaksanakan di Apotek Shanthi pada periode 16 – 30 Maret 2021.

B. Tujuan PKPA
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah
sebagai berikut :
1. Memahami peran dan fungsi Apoteker di Apotek.
2. Mempelajari tata cara pengelolaan dan pelayanan apotek yang baik
melalui pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan selama PKPA di
Apotek.
3. Mendidik dan melatih mahasiswa calon Apoteker agar lebih kompeten.
4. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien terutama
saat memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling mengenai terapi
suatu penyakit.

2

BAB II
TINJAUAN UMUM

A. Definisi Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker. Apotek merupakan salah satu sarana tempat melakukan praktek
kefarmasian yang memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat (PP No.51 Tahun 2009).

B. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016, standar
pelayanan kefarmasian di apotek meliputi :
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
yaitu meliputi Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pemusnahan, Pengendalian, Pencatatan dan Pelaporan.
2. Pelayanan farmasi klinik, yaitu meliputi Pengkajian dan Pelayanan Resep,
Dispensing, Pelayanan Informasi obat (PIO), Konseling, Pelayanan
Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care), Pemantauan Terapi Obat
(PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

C. Sejarah Apotek Shanthi


Apotek Shanthi didirikan pada tahun 2017. Apotek ini didirikan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan tersedianya pengadaan obat dan
perbekalan kesehatan di Jakarta Utara. Kata Shanthi berasal dari bahasa india yang
berarti damai. Pemilik sarana Apotek Shanthi adalah Dr. Kishore Kumar dan
Dr. Sunita Morangkey yang merupakan sepasang suami-istri yang memiliki klinik
praktek yang tergabung bersama Apotek Shanthi. Apotek Shanthi dikelola oleh
seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) bernama Apt. Hendri Marlina, S.Farm.
dengan SIA No. 18/B.13/31.72.02/-1.779.3/2018, STRA 19730106/STRA-
ISTN/2017/252747 dan SIPA No. 36/B.19/31.72.02/-1.779.3/2018.

3

D. Visi Misi Apotek Shanthi
1. Visi
Menjadi pelayanan masyarakat terhadap pelayanan dibidang farmasi dan
dibidang alat-alat kesehatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dibidang kesehatan.
2. Misi
a. Melakukan aktivitas usaha pada bidang farmasi, perdagangan dan layanan
kesehatan,
b. Membuka hubungan baik antara pasien dan apoteker,
c. Menyediakan alat-alat kesehatan yang dapat menunjang kesehatan
masyarakat.

E. Sarana dan Prasarana Apotek Shanthi


1. Lokasi
Apotek Shanthi berlokasi di jalan Agung Permai 1 Blok C5 No. 35 Sunter
Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Lokasi Apotek Shanthi strategis dan
mudah diakses karena berada di jalan Agung Permai dengan arus lalu lintas dua
arah yang ramai dan berada didaerah pemukiman menengah dan padat
penduduk.
2. Tata Ruang
Bangunan Apotek Shanthi memiliki desain yang modern dan dilengkapi
dengan papan nama Apotek yang cukup besar sehingga Apotek mudah terlihat.
Bangunan Apotek Shanthi terdiri dari dua lantai, tetapi hanya lantai 1 yang
dipergunakan untuk operasional Apotek. Tata ruang apotek terbagi menjadi:
a. Tempat Administrasi yang sekaligus kasir Apotek yaitu tempat untuk
pendaftaran pasien baru atau lama yang mau berobat ke klinik dan
pembayaran setiap adanya transaksi penjualan. Tempat ini dilengkapi
dengan 1 set komputer yang setiap ada transaksi penjualan diinput ke
komputer.
b. Ruang Tunggu Pasien, dilengkapi dengan beberapa kursi, majalah,
televisi, wifi dan pendingin udara (Air Conditioner).

4

c. Tempat Pelayanan Resep, berfungsi sebagai tempat penerimaan resep
dan penyerahan obat, baik obat resep ataupun obat yang dibeli tanpa
resep.
d. Ruang Penyimpanan yang terdiri dari beberapa bagian yaitu berada pada
bagian luar ruangan dan dalam ruangan serta dilantai dua untuk
penyimpanan stock obat-obat baru. Untuk ruangan bagian dalam
berfungsi sebagai tempat penyimpanan obat sekaligus ruang peracikan.
Tempat ini dilengkapi dengan air conditioner dan lemari pendingin
karena pada ruangan ini selain digunakan sebagai tempat penyimpanan
obat-obat sediaan tablet, sirup, salep, tetes mata juga terdapat obat-obat
seperti suppositoria yang perlu tempat khusus dalam penyimpanan,
begitu juga dengan obat-obat narkotika dan psikotropika yang disimpan
pada lemari khusus yaitu lemari berkunci ganda dan Apoteker langsung
yang berwenang untuk menyimpan kunci tersebut. Sedangkan pada
bagian luar ruangan dipergunakan sebagai tempat untuk mengadakan
transaksi pembelian maupun penjualan obat sebagai tempat melakukan
penerimaan sampai penyerahan resep, juga sebagai tempat penyimpanan
obat-obat bebas atau obat bebas terbatas. Produk-produk tersebut
diletakkan pada bagian luar untuk memudahkan pasien memilih obat atau
alat kesehatan yang dibutuhkan.
e. Ruang Peracikan, berada pada bagian dalam ruangan Apotek. Ruangan
ini terdapat meja yang dilengkapi dengan peralatan seperti timbangan,
blender obat, kertas puyer, etiket, perkamen, sudip, kapsul, gelas ukur
dan peralatan lain yang dibutuhkan dalam proses penyiapan maupun
peracikan.
f. Ruang Konseling, terdapat dalam ruangan Apotek yang merupakan ruang
kerja APA yang sekaligus berfungsi sebagai ruang konseling untuk
pasien.
g. Ruang Praktek Dokter.
h. Ruang belakang terdapat mushola, dapur dan kamar mandi.

5

F. Struktur Organisasi Apotek Shanthi
Apotek Shanthi dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA)
bernama Apt. Hendri Marlina, S.Farm. dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA)
sepasang suami-istri Dr. Kishore Kumar dan Dr. Sunita Morangkey. Apotek
Shanthi menyusun struktur organisasi dengan menyesuaikan kondisi dan sarana
yang tersedia. Jumlah karyawan keseluruhan di Apotek Shanthi berjumlah 5 orang
yang terdiri dari 1 orang PSA, 1 orang APA, 2 orang TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian), dan 1 orang administrasi yang membawahi bagian kasir. Apotek
Shanthi memberikan pelayanan setiap hari selama 12 jam yaitu pukul 08.00 –
20.00 WIB yang terbagi menjadi 2 shift pagi dan sore. Untuk shift pagi pukul
08.00 – 14.00 WIB dan shift sore pukul 14.00 – 20.00 WIB, namun selama
pandemi Covid-19 hanya melayani 1 shift yaitu pukul 08.00 – 17.00 WIB.

G. Alur Pelayanan di Apotek Shanthi


Pelayanan yang dilakukan di Apotek Sehat Bersama meliputi pelayanan non
resep dan pelayanan resep dokter.
a. Pelayanan Non Resep
Pelayanan obat tanpa resep yaitu penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep
dokter, seperti penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, alat kontrasepsi, dan
vitamin.
b. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di Apotek Shanthi melakukan pelayanan resep klinik, resep
yang dibawa sendiri oleh pasien yang datang ke Apotek maupun resep online
melalui WhatsApp (Pelayanan Delivery Service). Resep dibayar secara tunai
atau melalui transfer bank. Pelayanan obat dengan resep tunai dapat
dilakukan dengan alur pelayanan sebagai berikut :
1) Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian menerima resep klinik/resep
yang dibawa oleh pasien dan memeriksa kelengkapan resep (skrining
resep) dan ketersediaan obat yang diminta. Kegiatan skrining resep
meliputi administratif, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinis.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker menghubungi dokter penulis resep.

6

2) Jika resep telah absah maka diinformasikan harga obat tersebut kepada
pasien, serta meminta keputusan pasien untuk menebus semua obat atau
hanya sebagian. Untuk obat yang stoknya kosong atau tidak dimiliki
Apotek, Apoteker akan memberikan rekomendasi obat yang memiliki
nama yang berbeda (baik nama generik ataupun nama dagang) namun
kandungan zat aktif dan khasiatnya sama. Jika pasien setuju maka resep
akan dilayani. Tindakan Apoteker telah memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian Pasal 24, yaitu dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat
mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merk dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien. Jika pasien tidak ingin obatnya diganti maka petugas akan
mengembalikan atau memberikan salinan resep. Tetapi jika pasien setuju
maka obat dibayar ke kasir dan resep diberi nomor resep.
3) Penyiapan atau peracikan obat. Jika resep tersebut adalah racikan, maka
dihitung terlebih dahulu jumlah obat yang harus disiapkan, setelah obat
lengkap, dilakukan peracikan oleh TTK sesuai bentuk sediaan yang
diinstruksikan oleh dokter penulis resep.
4) Pengemasan obat dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai. Di Apotek
Shanthi sediaan obat jadi, obat racikan berbentuk puyer dan kapsul
dimasukkan kedalam plastik klip yang tercetak nama Apotek, sedangkan
untuk racikan salep dimasukkan ke dalam pot plastik.
5) Penulisan etiket pada obat yang telah disediakan. Terdapat 2 jenis etiket
di Apotek Shanthi diantaranya adalah etiket putih untuk sediaan oral dan
etiket biru untuk semua bentuk sediaan yang penggunaannya selain oral.
Dalam masing-masing etiket mencantumkan :
a. Nama, alamat, dan nomor telepon Apotek.
b. Nama dan nomor SIPA Apoteker Pengelola Apotek.
c. Nomor dan tanggal penyiapan resep.
d. Nama pasien.
e. Aturan penggunaan obat yang jelas.

7

f. Informasi kondisi tertentu, misalnya “Kocok Dahulu”.
6) Pemeriksaan akhir, yaitu kesesuaian hasil penyiapan atau peracikan
dengan resep (nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah, aturan pakai dan
nama pasien). Kesesuaian salinan resep dengan resep asli (jika
diperlukan salinan resep). Kebenaran kwitansi (jika diperlukan kwitansi
atas obat yang dibeli). Setiap petugas TTK yang telah menyiapkan obat,
sebelum melakukan penyerahan, obat yang sudah diberi etiket di cek
terlebih dahulu dengan TTK lain untuk meminimalisir adanya kesalahan
dalam pemberian obat.
7) Penyerahan obat dan Pemberian Informasi Obat Obat yang telah siap,
diserahkan kepada pasien dengan memanggil terlebih dahulu nama
pasien dan memastikan apakah benar pasien. Setelah itu, obat diserahkan
disertai penjelasan mengenai aturan dan cara pakai obat.
8) Resep yang sudah dikerjakan disimpan berdasarkan tanggal, sehingga
akan mempermudah pengecekan.
9) Pelayanan Delivery Service
Pelayanan delivery service di Apotek Shanthi dilakukan melalui aplikasi
WhatsApp untuk pelayanan resep maupun non resep. Bila menggunakan
resep, pasien harus mengirimkan foto resep terlebih dahulu, dan resep
akan diambil saat pengantaran obat oleh kurir Apotek, dalam hal ini
hanya resep yang tidak mengandung obat narkotika dan psikotropika
yang dapat dilayani dengan delivery service ini. Seperti halnya pelayanan
lainnya, maka petugas Apotek menginformasikan terlebih dahulu
mengenai harga obat, jika pasien setuju obat akan disiapkan dan diantar
oleh petugas kurir Apotek. Pembayaran resep dilakukan secara tunai saat
kurir Apotek mengantarkan obat ataupun melalui transfer bank.

8

H. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Shanthi
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
1) Perencanaan
Perencanaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan
suatu proses seleksi untuk menentukan jumlah dan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang akan dipesan kepada Pedagang
Besar Farmasi (PBF) untuk kebutuhan selama jangka waktu tertentu. Tujuan
perencanaan ini adalah untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sesuai dengan kebutuhan
serta menghindari terjadinya kekosongan atau penumpukkan obat di Apotek.
Pertimbangan jenis dan jumlah obat yang akan dipesan untuk pengadaan obat
juga dipengaruhi dengan adanya anggaran biaya, harga yang ada, pola
konsumsi, pola penyakit daerah sekitar, dan jumlah ketersediaan minimum
obat di apotek Hal tersebut dilakukan agar apotek dapat melaksanakan
pelayanan apotek dengan baik dan mendapat kepercayaan dari masyarakat
bahwa apotek memiliki ketersediaan obat yang lengkap. Dalam membuat
perencanan dapat dilakukan dengan pola penyakit, pola konsumsi,
kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat.
2) Pengadaan
Pengadaan dilakukan dengan cara menggunakan aplikasi yang disediakan
oleh PBF, telpon ke Distributor atau salesman. Selanjutnya distributor akan
mengantarkan barang ke apotek sesuai dengan faktur dan surat pesanan.
Apotek dapat melakukan pelayanan permintaan mendesak jika obat atau
persediaan perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan dengan melakukan
permintaan CITO. Untuk obat narkotika, psikotropika, prekursor, dan obat-
obat tertentu pemesanaan langsung ke PBF/ distributor dengan menggunakan
surat pesanan khusus yang harus diambil terlebih dahulu oleh salesman.
3) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Kemenkes RI 2016) tetapi

9

jika barang yang diterima tidak sesuai pesanan atau terdapat kerusakan fisik
maka bagian pembelian akan membuat nota pengembalian barang retur dan
mengembalikan barang tersebut ke distributor yang bersangkutan untuk
kemudian ditukar dengan barang yang sesuai.
4) Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara
menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat. Kegiatan penyimpanan bertujuan untuk menjamin stabilitas sediaan obat
sebelum digunakan kepada pasien. Penyimpanan obat di simpan dalam wadah
asli dari pabrik yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama
obat, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out) (Kemenkes RI 2016).
5) Pemusnahan
Pemusnahan resep dilakukan untuk resep yang telah disimpan selama
lebih dari 5 tahun dan obat yang telah expired date atau rusak. Pemusnahan
Obat kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, pemusnahan obat non narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain. Pemusnahan resep
dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di

10

Apotek dengan cara dibakar. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan atau izin edarnya
dicabut dilakukan oleh pemilik izin edar dengan laporan kepada Kepala
BPOM (Kemenkes RI 2016).
6) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama obat, tanggal
kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan
(Kemenkes RI 2016).
7) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan
terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika
dan pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan
akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal (Kemenkes RI 2016).

b. Pelayanan Farmasi Klinik


1) Pengkajian Resep (Skrining Resep) dan Pelayanan Resep
Resep yang diterima oleh Apotek, sebelum dilayani terlebih dahulu perlu
dilakukan pengkajian resep yang meliputi yaitu pengkajian administratif,
kesesuaian farmasetika dan pertimbangan klinis.

11

a. Pengkajian administratif
1. Nama, SIP, dan alamat dokter,
2. Tanggal penulisan resep,
3. Tanda tangan dan paraf dokter,
4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien,
5. Nama obat, potensi, dosis dan jumlah obat yang diminta,
6. Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetika berupa bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c. Pertimbangan klinis
1. Ketepatan indikasi dan dosis, aturan,
2. Cara, dan lama penggunaan obat,
3. Duplikasi dan/atau polifarmasi,
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain),
5. Kontraindikasi,
6. Interaksi obat
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian, maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep dan bila perlu
memberikan pertimbangan dan alternatif atau pilihan solusi dari
permasalahan yang ada.

2) Dispensing
Setelah selesai kegiatan pengkajian resep, maka dilanjutkan dengan
kegiatan dispensing. Kegiatan dispensing dimulai dari kegiatan penyiapan
obat dalam resep termasuk proses peracikan obat, penyerahan obat kepada
pasien, dan pemberian informasi obat.
Kegiatan penyiapan obat dimulai dengan:
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan dalam resep, yaitu dengan
menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep dan
mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.

12

2. Melakukan peracikan obat bila obat perlu diracik terlebih dahulu
3. Memberikan etiket warna putih atau biru. Etiket berwarna putih untuk
obat dalam atau penggunaan oral, sedangkan etiket biru untuk obat luar
atau topical, inhalasi dan suntik.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda demi menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
Setelah obat siap, obat tersebut diserahkan kepada pasien dengan disertai
pemberian informasi. Penyerahan obat dimulai dengan:
1. Memeriksa kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan, jenis dan jumlah obat. Penulisan etiket harus sesuai
dengan resep.
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3. Memeriksa ulang identitas pasien dan alamat pasien untuk mengurangi
kesalahan pemberian obat pada pasien yang berbeda.
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dan lain-lain.
6. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf oleh
Apoteker.
7. Menyimpan resep pada tempatnya,
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep ataupun pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan
obat bebas, obat bebas terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA).
3) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan,
formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik,

13

farmakologi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksim dan lain-lain (Satibi dkk. 2019).
4) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan, sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien,
apabila tingkat kepatuhan pasien rendah, perlu dilanjutkan dengan metode
Health Belief Model (HBM) (Satibi dkk. 2015).
5) Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat merupakan proses yang memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau,
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping (Satibi
dkk. 2015)
7) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan (Satibi dkk. 2015).

I. Perpajakan
Di Apotek Shanthi pajak yang sudah dibayarkan adalah pajak tidak
langsung yang dikenakan pada setiap pembelian barang ke PBF. Besarnya pajak
yang harus dibayar sebesar 10% dari jumlah pembelian. Misalnya untuk setiap
pembelian obat khususnya untuk PBF resmi maka dikenai PPN sebesar 10%.

J. Pelayanan KIE dan Pharmaceutical Care


Pada saat melakukan penyerahan obat kepada pasien, pasien tidak hanya
sekedar mendapatkan obat saja, tetapi pasien juga akan diberi informasi dan

14

edukasi tentang obat yang mereka dapatkan. Dengan demikian pasien akan
memahami tentang pengobatannya, sehingga orientasi untuk meningkatkan
kualitas kesehatan pasien dapat tercapai dengan adanya pemberian informasi dan
edukasi yang dikomunikasikan secara interaktif oleh TTK/Apoteker. Hal tersebut
juga telah tertera dalam PMK No.73 tahun 2016 bahwa Pelayanan Kefarmasian
telah mengalami perubahan yang semula adalah berfokus kepada pengelolaan obat
(drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif (pharmaceutical
care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian
lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung
penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan penggunaan
obat.

K. Evaluasi Mutu di Apotek Shanthi


Evaluasi mutu di Apotek Shanthi dilakukan mutu manajerial yaitu dengan
melakukan kegiatan stock opname secara parsial dan keseluruhan. Stock opname
secara parsial dilakukan setiap hari dengan memberikan tanggung jawab kepada
masing-masing petugas yang bertanggung jawab terhadap rak obat, sedangkan
untuk stock opname secara keseluruhan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

15

BAB III
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek Shanthi
pada tanggal 16-30 Mareti 2021 dan dilakukan 1 shift pukul 10.0 – 17.00 WIB.
Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Shanthi :
Tabel 1. Daftar Kegiatan PKPA di Apotek Shanthi

No Waktu Kegiatan
1. Penjelasan singkat mengenai Apotek
Shanthi oleh APA
2. Perkenalan dengan pegawai yang ada di
Apotek Shanthi
3. Pengenalan letak penyimpanan obat
4. Mempelajari alur penerimaan resep dari
klinik
5. Mempelajari alur pelayanan obat tanpa
resep ataupun dengan resep
6. Mempelajari tata cara penyimpanan dan
tata letak sediaan farmasi, alkes dan
BMHP di Apotek
1 Minggu ke-1 7. Menyiapkan obat-obat mulai dari
meracik obat, memberi etiket dan
mengemas obat
8. Menyerahkan obat kepada pasien dengan
memberikan informasi sesuai dengan
resep
9. Diskusi dengan pembimbing lapangan
tentang struktur organisasi Apotek,
pengadaan, penyimpanan, penyerahan
dan pelaporan obat-obat narkotika dan
psikotropika
10. Melihat cara pelaporan narkotika dan
psikotropika secara SIPNAP
1. Mengamati alur penerimaan barang dari
PBF
2. Mempelajari cara input barang yang
2 Minggu ke-2 datang ke dalam sistem komputer
3. Membantu membereskan barang yang
baru datang
4. Melakukan pelayanan resep dari klinik

16

5. Melakukan pelayanan obat tanpa resep
ataupun dengan resep
6. Melakukan stok opname
7. Mempelajari cara pemesanan barang dan
cara perencanaan lewat buku defecta
8. Menyiapkan obat-obat mulai dari
meracik obat, memberi etiket dan
mengemas obat
9. Menyerahkan obat kepada pasien dengan
memberikan informasi sesuai dengan
resep
10. Diskusi dengan pembimbing lapangan
mengenai aspek farmasi klinis di Apotek
dan cara mendirikan Apotek
3 Minggu ke-3 1. Diskusi dengan pembimbing lapangan
2. Penyusunan Laporan
1. Diskusi dengan pembimbing lapangan
4 Minggu ke-4 2. Penyusunan Laporan

B. Pembahasan
Apotek Shanthi berdiri pada tahun 2017 yang didirikan oleh dr. Kishore
Kumar dan Sunita Morangkey yang merupakan sepasang suami-istri yang
berpengalaman dari bidang kesehatan.. Apoteker Penanggung Jawab yang
berada di Apotek Shanthi dikelola oleh apt. Hendri Marlina, S.Farm dengan SIA
No. 18/B.13/31.72.02/-1.779.3/2018, STRA 19730106/STRA-ISTN/2017/252747
dan SIPA No. 36/B.19/31.72.02/-1.779.3/2018.
Apotek Shanthi berlokasi di jalan Agung Permai 1 Blok C5 No. 35 Sunter
Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Lokasi Apotek Shanthi strategis dan mudah
diakses karena berada di jalan Agung Permai dengan arus lalu lintas dua arah
yang ramai dan berada didaerah pemukiman menengah dan padat penduduk.
Tata ruang dan bangunan Apotek Shanthi ini sudah sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2017 tentang
Apotek yaitu terdiri dari ruang tunggu, ruang penerimaan resep, ruang pelayanan
resep dan peracikkan, ruang penyerahan obat, ruang konseling, ruang
penyimpanan, ruang arsip, ruang administrasi, wastafel, ruang praktek dokter,
kasir, kamar mandi dan halaman parkir.
Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di Apotek Shanthi
terdiri dari dua kegiatan Pelayanan Kefarmasian, yaitu kegiatan yang bersifat

17

manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP dan
kegiatan Farmasi Klinik.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi
Kegiatan manajerial sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Apotek
Shanthi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan
Apotek Shanthi menggunakan pola konsumsi dan pola penyakit.
Tenaga Teknik Kefarmasian akan melakukan pengecekan mengenai barang
apa saja yang habis (terutama barang yang cepat terjual/fast moving) dan
selanjutnya akan dicatat di buku pemesanan yang digunakan sebagai acuan
untuk melakukan pembelian. Setelah dilakukan pengecekan dan pencatatan,
maka Tenaga Teknik Kefarmasian akan melakukan pemesanan atau pembelian
sesuai rencana melalui PBF yang resmi. Obat yang dipesan disesuaikan
dengan kebutuhan di Apotek Shanthi.
b. Pengadaan
Dalam pengelolaan sediaan obat di Apotek, pengadaan merupakan hal
yang sangat penting. Kegiatan pengadaan di Apotek Shanthi bertujuan untuk
menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, maka pengadaan sediaan farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara,
teknik dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan tentang obat-
obatan yang akan diadakan, baik jumlah maupun sumbernya. Jenis sediaan
dan jumlah sediaan disesuaikan dengan kebutuhan dokter yang berpraktek,
barang fast moving, slow moving, dengan melihat dan mempertimbangkan
harga, diskon, kelengkapan obat, dan ketepatan barang datang. Pengadaan
perbekalan farmasi dan Alkes di Apotek Shanthi dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian dibawah pengawasan APA yang meliputi pengadaan obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras, prekursor, narkotika, psikotropika, obat-obat
tertentu dan alkes.
Pemilihan distributor/PBF yang akan memasok persediaan perbekalan
farmasi di Apotek Shanthi dilakukan berdasarkan legalitas PBF, cara

18

pembayaran, kepercayaan dalam hal kualitas obat yang dipesan, ketepatan
waktu pengiriman, besarnya diskon, dan harga. Pengadaan perbekalan farmasi
di Apotek Shanthi menggunakan pembayaran cash (pembayaran langsung).
Pengadaan dilakukan seminggu sekali setiap hari Kamis. Pengadaan sediaan di
Apotek Shanthi dilakukan dengan cara membeli melalui PBF dengan
menggunakan surat pemesanan berdasarkan golongan obat. Hal ini sesuai
dengan PP No 51 tahun 2009 pasal 6 yang menyatakan bahwa pengadaan
sediaan farmasi dilakukan pada fasilitas pelayanan sediaan farmasi. Hal
tersebut juga menandakan bahwa pengadaan di Apotek Shanthi sesuai dengan
Permenkes No. 73 tahun 2016.
c. Penerimaan
Penerimaan barang pesanan dari PBF diterima oleh tenaga teknis
kefarmasian kemudian dilakukan penyesuaian dan pemeriksaan antara surat
pesanan dengan faktur. Penyesuaian dan pemeriksaan yang dilakukan meliputi
nama obat, jenis sediaan, jumlah, nomor batch, tanggal kedaluwarsa, nama
PBF, diskon dan harga barang yang sesuai dengan surat pesanan. Penerimaan
Narkotika dan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh Apoteker. Pada saat
penerimaan dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah obat yang
dipesan. Kegiatan penerimaan barang di Apotek Shanthi telah sesuai dengan
Permenkes No. 73 tahun 2016 bahwa penerimaan merupakan kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Kegiatan penyimpanan bertujuan untuk menjamin stabilitas sediaan
obat sebelum digunakan kepada pasien. Penyimpanan obat di simpan dalam
wadah asli dari pabrik yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa. Penyimpanan di Apotek Shanthi sesuai dengan Permenkes No. 73
Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek. Menurut
Permenkes No. 73 tahun 2016 sistem penyimpanan dilakukan dengan
berdasarkan bentuk sediaan, jenis, alfabetis, efek farmakologi dengan
menerapkan prinsip First ln First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO) disertai sistem informasi manajemen. Untuk obat-obatan yang

19

disimpan dalam suhu terkendali di dalam lemari pendingin seperti
suppositoria dan ovula juga terdapat di dalam ruang racik yang dilengkapi
dengan thermometer untuk melakukan pemantauan suhu dan kelembapan
secara berkala. Alat kesehatan, bahan obat, dan obat generik juga diletakkan di
dalam ruang racik. Penataan obat bebas dan obat bebas terbatas diletakkan
dibagian etalase dalam dan sebagian di etalase OTC/swalayan. Untuk salep,
injeksi, dan larutan elektrolit diletakkan di etalase bagian dalam dan tertutup.
Obat golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari
terpisah dengan obat lain. Berdasarkan Permenkes RI No. 3 tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan Dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika dan Prekusor farmasi bahwa obat golongan Narkotika dan
Psikotropika disimpan pada lemari khusus dengan kunci ganda. Penyimpanan
obat Narkotika dan Psikotropika di Apotek Shanthi sudah memenuhi
persyaratan.
e. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan pada pernekalan farmasi berupa obat, alat
kesehatan dan resep. Barang-barang yang mendekati tanggal expired date
dapat diretur ke PBF yang bersangkutan dengan batas minimal 1 bulan
sebelum expired date dan untuk barang-barang yang sudah melewati expired
date akan dibuat berita acara pemusnahan. Pemusnahan juga dilakukan
terhadap resep yang diterima oleh Apotek yang sebelumnya disimpan dan
dikumpulkan secara berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan
petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep, hal ini disebut
pengarsipan resep. Resep disimpan selama 5 tahun setelah itu dimusnahkan.
Menurut Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek bahwa resep yang disimpan melebihi 5 tahun dapat
dilakukan pemusnahan dengan cara dibakar atau cara lain dengan disaksikan
oleh Apoteker dan petugas lain, serta dibuat berita acara pemusnahan dan
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Apotek Shanthi belum melakukan pemusnahan resep karena resep yang
telah disimpan belum melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun untuk dapat
dimusnahkan. Untuk pemusnahan Narkotika dan Psikotropika yaitu Apoteker

20

Pengelola Apotek (APA) membuat dan menandatangani surat permohonan
untuk pemusnahan Narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah
Narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Surat permohonan yang
telah ditandatangani oleh APA dikirim ke BPOM Jakarta dan/atau Dinas
Kesehatan kab/kota, kemudian ditetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asiten
Apoteker (AA), petugas BPOM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Jakarta. Bila
pemusnahan Narkotika telah dilaksanakan, dibuat berita acara yang berisi hari,
tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnaha, petugas yang
melakukan pemusnahan, nama, tanda tangan APA. Berita acara tersebut
dikirimkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kepala Dinas
Kesehatan, dan Arsip Apotek. Di Apotek Shanti juga belum melakukan
pemusnahan sediaaan farmasi, alkes dan BMHP karena belum melebihi 5
(lima) tahun.
f. Pengendalian
Pengendalian di Apotek Shanthi yaitu menggunakan kartu stok.
Menurut Permenkes No. 73 tahun 2016, pengendalian dilakukan untuk
mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan,
melalui sistem pengaturan atau pengadaan, penyimpanan dan pengadaan yang
dilakukan dengan cara menggunakan kartu stok baik manual ataupun
elektronik. Pengendalian persediaan di Apotek Shanthi dilakukan
menggunakan kartu stok dengan cara manual dan elektronik.
Kegiatan stock opname dilakukan oleh TTK dibantu oleh petugas
apotek yang lain, dimana seluruh kegiatannya dibawah tanggung jawab APA.
Tujuan dari stock opname ini adalah untuk menghitung jumlah fisik barang
yang ada di stock untuk dicocokkan dengan transaksi pada komputer hal ini
berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kehilangan barang, mendata
barang-barang yang kadaluarsa atau mendekati waktu kadaluarsa, untuk
barang-barang yang kadaluarsa kurang dari 1 tahun dipisahkan dan diberi
daftar agar lebih mudah dalam penjualan obat dan bila memungkinkan di retur
ke PBF. Selain itu stock opname digunakan untuk mendeteksi barang-barang

21

slow moving dan fast moving. Setelah selesai kegiatan stock opname di buat
laporan stock opname untuk dilakukan evaluasi oleh APA.
g. Pencacatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan perbekalan farmasi di Apotek
Shanthi dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara online melalui
SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) di situs
sipnap.binfar.depkes.go.id. Setiap bulan maksimal sampai tanggal 10.
Kemudian laporan narkotika dalam bentuk hardcopy dibuat untuk arsip
Apotek. Apotek Shanthi melakukan pelaporan tersebut setiap bulan dan sudah
sesuai dengan Permenkes No. 3 tahun 2015.

2. Kegiatan Farmasi Klinik


Selain pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 73 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek juga mengamanatkan kepada para Apoteker di
Apotek untuk melaksanakan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik di
Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik dalam
peraturan ini meliputi pengkajian dan pelayanan resep, dispensing, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home

22

pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan monitoring efek samping
obat (MESO).
Terdapat empat jenis pelayanan yang dilakukan di Apotek Shanthi yaitu
pengkajian dan pelayanan resep, dispesing, pelayanan informasi obat (PIO) dan
konseling. Home pharmacy care, pemantauan terapi obat (PTO) dan monitroring
efek samping obat (MESO) masih belum berjalan dikarenakan keterbatasan
sumber daya dan fasilitas.
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dilakukan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dan Apoteker pengelola Apotek di Apotek Shanthi,
meliputi pengkajian administratif, pengkajian farmasetik dan pertimbangan
klinis, dengan tujuan menghindari medication error dan meminimalisir risiko
klinis, finansial, dan legal. Jika terdapat atau ditemukan ketidaksesuaian dari
hasil pengkajian, maka Apoteker menghubungi dokter penulis Resep untuk
memastikan dan mengklarifikasi ketidaksesuaian dari resep yang ditulis.
Apabila ada obat yang tidak bisa dilayani karena ketersediaan di Apotek yang
tidak ada, petugas akan melakukan konfirmasi penggantian obat yang
memiliki kandungan yang sama kepada Dokter atau pasien yang
bersangkutan.
Sebagai upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat
dilakukan dengan pengecekan berulang pada setiap alur pelayanan resep.
Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep yang selama ini dilakukan di Apotek
Berkat Agung telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
b. Dispensing
Kegiatan dispensing di Apotek Shanthi dilakukan dengan cara
memeriksa kelengkapan resep terlebih dahulu, kemudian memastikan
ketersediaan obat, lalu resep dihargai dan meminta persetujuan dari pasien
mengenai harga obat dalam resep. Jika pasien setuju, obat akan disiapkan oleh
TTK. Dispensing meliputi penyiapan, penyerahan, dan pemberian informasi.
Untuk resep non racik langsung disiapkan obatnya sesuai dengan permintaan

23

resep, sedangkan untuk resep racikan dihitung terlebih dahulu kebutuhan dosis
dan jumlahnya sesuai resep, kemudian diracik dan diberi etiket, dilakukan
pengecekan ulang (double check). Kemudian pada saat penyerahan dilakukan
pemanggilan berdasarkan nama pasien dan kemudian dilakukan konfirmasi
alamat dan tanggal lahir pasien, dan diserahkan kepada pasien disertai
informasi obat.
c. Pelayanan Informasi Obat
Kegiatan PIO di Apotek Shanthi dilakukan oleh TTK dan Apoteker.
Setelah dilakukan dispensing dan dilakukan double check, selanjutnya
dilakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO). Pemberian informasi mengenai
obat yang diberikan yakni meliputi nama obat, kegunaan atau indikasi obat,
cara penggunaan dan aturan pakai, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping (Lampiran 14). Selain obat resep, fasilitas PIO di
Apotek Shanthi juga berlaku untuk obat bebas dan herbal. Adapun beberapa
kegiatan PIO yang telah diterapkan di Apotek Berkat Agung, meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
2. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa yang
sedang praktik profesi.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien
atau keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Konseling yang dilakukan di
Apotek Shanthi dilakukan oleh Apoteker di ruangan khusus konseling
(Lampiran 13), pasien yang diberikan konseling merupakan pasien dengan
kriteria khusus. Rata-rata pasien dengan kriteria khusus yang paling sering
berkunjung ke Apotek Shanthi merupakan pasien geriatri dan pediatri, pasien
terapi jangka panjang/penyakit kronis seperti TB, DM, Hipertensi, pasien
dengan polifarmasi, serta pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Pemberian informasi yang diberikan berupa indikasi, dosis, waktu dan
cara minum atau menggunakan obat, hasil terapi yang diharapkan, cara

24

penyimpanan obat, efek samping obat jika diperlukan, dan hal-hal lain yang
harus diperhatikan selama penggunaan obat (Lampiran 15). Konseling
berlangsung interaktif, dua arah dan didampingi oleh keluarga pasien untuk
kategori pasien geriatri dan pediatri. Dokumentasi konseling belum diterapkan
di Apotek Shanthi. Guna mengetahui progress pengobatan pasien, diperlukan
evaluasi setiap akhir bulan dengan mendokumenasi jumlah pasien yang
diberikan konseling.

25

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilaksanakan di Apotek Shanthi, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Mahasiswa calon Apoteker yang telah melaksanakan PKPA mendapatkan
pembelajaran mengenai peran penting Apoteker di Apotek dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian baik dari pengelolaan perbekalan farmasi maupun
pelayanan farmasi klinik.
2. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, APA di Apotek Shanthi dibantu
oleh TTK. Dimana Apoteker bertugas melaksanakan fungsinya secara
profesional dalam menjamin penggunaan obat yang efektif, aman dan
rasional, sehingga pelayanan kefarmasian di Apotek Shanthi dapat dicapai
dengan optimal.
3. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek Shanthi oleh Apoteker, meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengendalian,
pemusnahan, pencatatan dan pelaporan, serta pelayanan farmasi klinik yang
meliputi pengkajian resep dan pelayanan resep, dispensing, pelayanan
informasi obat, dan koseling sesuai dengan Permenkes 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
4. Dalam pelaksanaan pelayanan klinis di Apotek Shanthi telah melaksanakan
pelayanan klinis dengan baik, pelayanan yang belum dilakukan yaitu home
pharmacy care, dan MESO dan PTO.

B. Saran
Mengingat lokasi Apotek Shanthi yang berada di dalam perumahan
sebaiknya diberikan tanda Apotek di depan jalan raya perumahan.

26

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


RI No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes RI No. 3 tahun 2015


tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekusor. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Satibi, Rokhman MR, Aditama H. 2015. Manajemen Apotek. Gajah Mada


University Press.

27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Apotek Shanthi

28

Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Shanthi

PSA APA
Dr. Kishore Kumar & Apt. Hendri Marlina, S.Farm
Dr. Sunita Morangkey

TTK Umum
1. Faruk Rosidin Novi Sari
2. Muh. Suriansah

29

Lampiran 3. Alur Pemesanan dan Penerimaan di Apotek Shanthi

Buku Defecta

Pemesanan (menentukan
jenis, jumlah dan PBF)

Sediaan Obat Obat Psikotropika Obat Narkotika


Umum dan Alkes

Surat Pesanan Surat Pesanan Surat Pesanan


Obat Umum Obat Psikotropika Obat Narkotika

Barang yang datang, kemudian dilakukan pengecekan


kesesuaian antara faktur, barang dan surat pesanan

Sesuai Tidak Sesuai

Barang diterima dan Retur barang dan


diinput stock ke komputer faktur
dan diberi harga

Penataan dan penyimpanan


barang

Obat Psikotropika dan Sediaan obat umum dan


Narkotika disimpan alkes
dilemari khusus Narkotika
dan Psikotropika
Bentuk sediaan dan Suhu
efek farmakologi penyimpanan

30

Lampiran 4. Alur Pelayanan Obat

Resep datang Skrining resep Cek ketersediaan

Pasien tidak Perhitungan


setuju/tidak mampu harga obat

Ajukan alternatif Pasien setuju

Pasien setuju Transaksi di kasir

Penyiapan/
peracikan

Pengemasan

Pengecekkan
kembali

Penyerahan obat

Pelayanan
Informasi Obat
(PTO)

31

Lampiran 5. Contoh Surat Pesanan

32

Lampiran 6. Surat Pesanan Obat Narkotika dan Psikotropika


Surat Pesanan Narkotika

Surat Pesanan Psikotropika

33

Lampiran 7. Surat Pesanan Obat Prekusor

34

Lampiran 8. Copy Resep

35

Lampiran 9. Faktur dan Kwitansi

36

Lampiran 10. Kartu Stok

37

Lampiran 11. Tempat Penyimpanan Obat

38

39

Lampiran 12. Etiket

40

Lampiran 13. Ruang Konseling

41

Lampiran 14. Formulir PIO

42

Lampiran 15. Formulir Konseling

43

Anda mungkin juga menyukai