PROPOSAL
“PRODUKSI SABUN CAIR ANTISEPTIK YANG BAIK”
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas untuk mata kuliah
Teknologi Sediaan Farmasi. Pada kesempatan ini, penulis membahas mengenai
sediaan Farmasi sabun cair antiseptik.
Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya kepada Ibu
Prof. Dr. Teti Indrawati., MS., Apt selaku dosen Teknologi Sediaan Farmasi dan
rekan-rekan yang telah memberi dukungan dan semangat
Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya. Dan
penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi untuk
tugas mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
III.1 Alur Kerja Sumber Daya Manusia (SDM) .............................................................. 30
III.2 Alur Penerimaan Bahan Baku ................................................................................. 31
III.3 Alur Pengeluaran Bahan Baku ................................................................................ 32
III.4 Alur Produksi Sediaan Sabun Cair Antiseptik ........................................................ 33
III.5 Cara Pembuatan .......................................................................................................... 34
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat digunakan
untuk membebaskan kulit dari bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri
dikenal dengan sabun antiseptik. Sabun antiseptik mengandung komposisi
khusus yang berfungsi sebagai antibakteri. Bahan inilah yang berfungsi
mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada kulit. Sabun antiseptik yang baik
harus memiliki standar khusus. Pertama, sabun harus bisa menyingkirkan
kotoran dan bakteri. Kedua, sabun tidak merusak kesehatan kulit, karena kulit
yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh(3).
Apabila kulit tidak lagi utuh, maka menjadi sangat rentan terhadap infeksi.
Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa
kwlompok minor lainnya. Diantara mikroorganisme tersebut , bakteri.
1
Formulasi sabun cair antiseptik ditujukan untuk mencegah, memperlambat
dan menghentikan pertumbuhan mikroba pada permukaan kulit serta
mencegah terjadinya infeksi.
2
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas karakterisasi lanjutan terhadap
ekstrak etanol kubis, penentuan konsentrasi hambat minimum, penentuan
waktu kontak tercepat membunuh C. albicans, praformulasi ekstrak dan uji
praklinis terhadap terhadap C. albicans, serta penetapan formulasi antiseptik
sabun cair yang terbaik ditinjau dari segi kestabilan dan keefektivitasan
aktivitas antijamur
I.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Alur Bahan, Proses Dan Produk Sediaan Sabun Cair
Antiseptik.
2. Untuk Mengetahui Komponen Sediaan Sabun Cair Antiseptik.
3. Untuk Mengetahui Persyaratan Ruang, Alat Dan Metode Yang Digunakan
Pada Produksi Sediaan Sabun Cair Antiseptik.
4. Untuk Mengetahui Evaluasi Sediaan Sabun Cair Antiseptik.
5. Untuk Mengetahui Karakteristik Sediaan Sabun Ciar Antiseptik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
(kalium/potasium hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium
atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.
5
II.2.3. Macam – Macam Sabun
a. Sabun cair
b.Sabun lunak
c. Sabun keras
- Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang
dikeraskan dengan proses hidrogenasi
- Alkali yang dipakai NaOH
- Sukar larut dalam air
d. Selain jenis sabun diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain,
misalnya sabun toilet yang mengandung disinfektan dan pewangi. Textile
soaps yang digunakan dalam industri textile sebagai pengangkat kotoran
pada wool dan cotton. Dry-cleaning soaps yang tidak memerlukan air
untuk larut dan tidak berbusa, biasanya digunakan sebagai sabun pencuci
tangan yang dikemas dalam kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang
merupakan garam dari asam lemak yang direaksikan dengan alkali tanah
6
dan logam berat, biasanya digunakan untuk pendispersi warna pada cat,
varnishes, dan lacquer. Dan salt-water soaps yang dibuat dari minyak
palem Afrika (Elaise guineensis) yang dapat digunakan untuk mencuci
dalam air asin.
a. Surfaktan
Surfaktan adalah bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak
yang dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa (asam lemak
C12), minyak zaitun (asam lemak C16-C18), atau lemak babi.
Penggunaan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik
secara fisik maupun kimia. Ada sabun yang cepat berbusa tetapi terasa
airnya kasar dan tidak stabil, ada yang lambat berbusa tetapi lengket
dan stabil. Jenis bahan surfaktan pada syndet dewasa ini mencapai
angka ribuan.
b. NaOH / KOH
Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Bisa beli di toko
bahan kimia, ambil yang teknis saja.
c. Air
Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air
dari pam tidak bagus, banyak mengandung mineral.
d. Pelumas
Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak
saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun
yang lunak , misal : asam lemak bebas, fatty alcohol , gliserol ,
paraffin lunak, cocoa butter, dan minyak almond, bahan sintetik ester
7
asam sulfosuksinat , asam lemak isotionat , asam lemak etanolamid,
plimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat). Bahan-bahan tersebut
selain meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi
sebagai peramas (plasticizers).
e. Antioksidan dan Sequestering Agents
Untuk menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan
bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan butilhydroxy
toluene (0,02 %- 0,1%). Sequestering agent dibutuhkan untuk
mengikat logam berat yang mengkatalisasi oksidasi EDTA, EHDP (
ethanehidroxy -1- diphosphonate).
f. Deodoran
Deodoran dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun
oleh karena khawatir efek samping, penggunaan nya dibatasi. Bahan
yang digunakan adalah TCC (trichloro carbanilide) dan 2- hidroxy
2,4, 4- trichlodhenyl ester (Irgasan PP 300).
g. Warna
Kebanyakan sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih, atau
krem. Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan
peraturan yang ada, pigemen yang digunakan biasanya stabil dan
konsentrasinya kecil sekali (0,01 – 0,5 %).Titanium oksidasi 0,01 %
ditambahkan pada berbagai sabun tanpa menimbulkan efek berkilau.
Akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan transparan.
h. Parfum
Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfumsebagai
pewangi. Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna yang berbeda
pula. Setiap pabrik memilih bau dan warna sabun bergantung pada
permintaan pasar atau masyarakat pemakaiannya. Biasanya
dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk membedakan produk
masing-masing.
i. Pengontrol Ph
8
Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat,dapat
menurunkan pH sabun.
j. Bahan Tambahan Khusus
Berbagai bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar,
produsen, maupun segi ekonomi dapat dimasukkan dalam formula
sabun. D ewasa ini dikenal berbagai macam sabun khusus, misalnya :
1. Superfatty yang menambahkan lanolin atau paraffin.
2. Transparan yang menambahkan sukrosa dan gliserin.
3. Deodoran, yang menambahkan triklorokarbon, heksaklorofen,
diklorofen, triklosan, dan sulfur koloidal.
4. Antiseptik (medicated =carbolic ) yang menambahkan bahan
antiseptik, misalnya : fenol, kresol, dan sebagainya.
5. Sabun bayi yang lebih berminyak, pH netral, dan noniritatif.
6. Sabun netral , mirip dengan sabun bayi dengan konsentrasi yang
berbeda.
7. Apricot , dengan menambahkan apricot atau monosulfiram.
a. Saponifikasi
Saponifiksi melibatkan hidrolisis ikatan ester gliserida yang
menghasilkan pembebasan asam lemak dalam benuk garam dan gliserol.
Garam dari asam lemak berantai panjang adalah sabun(9).
Reaksi kimia pada prose saponifikasi adalah sebagai berikut :
9
b. Netralisasi
Netralisasi adalah proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak, dengan cara mereaksikn asam lemak bebas dengan
basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun.
Reaksi kimia pada proses netralisasi adalah sebagai berikut :
10
iritasi sabun pada kulit akibat pH sabun yang tinggi telah banyak
dilakukan. Pada tahun-tahun terakhir beberapa penelitian membuktikan
bahwa sifat iritasi sabun tidak bergantung pada pH sabun tetapi pada
lamanya sabun berada di kulit setelah dibilas dan bagaimana absorpsi
kulit terhadap sabun. Wortzman dkk. (1986) membuktikan bahwa daya
lekat sabun setelah dicuci (rinsability) yang berperan dalam efek iritasi
sabun ini(10).
b. Daya Pembengkakan dan Pengeringan Kulit
Kontak air (pH7) pada kulit yang lama akan menyebabkan lapisan
tanduk kulit membengkak akibat kenaikan permeabilitas kulit terhadap
air. Cairan yang mengandung sabun dengan pH alkalis akan
mempercepat hilangnya mantel asam pada lemak kulit permukaan
sehingga pembengkakan kulit akan terjadi lebih cepat. Marchionini
dan Schade (1928) yang meneliti hal tersebut menyatakan bahwa
kelenjar minyak kulit berperan dalam membentuk keasaman kulit
dengan pembentukan lapisan lemak permukaan kulit yang agak asam.
Seperti air dan sabun, deterjen sintetik juga dapat menggangu lapisan
lemak permukaan kulit dalam kapasitas yang lebih kecil. Besarnya
kerusakan lapisan lemak kulit yang terjadi bergantung pada : tempratur
,konsentrasi , waktu kontak , dan tipe kulit pemakai. Kerusakan lapisan
lemak kulit dapat meningkatkan permeabilitas kulit sehingga
mempermudah benda asing menembus ke dalamnya. Bergantung pada
lama kontak dan intensitas pembilasan, maka cairan sabun dapat
diabsorpsi oleh lapisan luar kulit sehingga dapat berada di dalam kulit
sesudah dibilas. Kerusakan lapisan lemak kulit dapat menambah
kekeringan kulit akibat kegagalan sel kulit mengikat air.
pembengkakan kulit inisial akan menurunkan pula kapasitas sel untuk
menahan air sehingga kemudian terjadi pengeringan yang akan diikuti
oleh kekenduran dan pelepasan ikatan antarsel tanduk kulit. Kulit
tampak berskuama,kasar dan tidak elastis. Terjadi pula peningkatan
11
permeabilitas stratum korneum terhadap larutan kimia yang iritan.
Inilah yang sering dirasakan pada kulit oleh mereka yang sering dan
lama berhubungan dengan deterjen (rasa deterjen). Penambahan sabun/
deterjen dengan bahan-bahan pelumas (superfatty) dapat mengurangi
efek ini(10).
d. Daya Antimikrobial
Sabun yang mengandung surfaktan, terutama kation, mempunyai daya
antimikroba, apalagi bila ditambah bahan antimikroba. Daya
antimikroba ini terjadi pula akibat kekeringan kulit, pembersih kulit,
oksidasi di dalam sel keratin, daya pemisah surfaktan, dan kerja
mekanis air(10).
e. Daya Antiperspirasi
Kekeringan kulit juga dibantu oleh penekanan perspirasi. Pada
pencobaan dengan larutan natrium laurel sulfat , didapat penurunan
produksi kelenjar keringat antara 25-75%(10).
f. Lain-lain
Efek samping lain berupa dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak
alergik, atau kombinasi keduanya.
12
Sabun merupakan iritan lemah. Pengguanaan yang lama dan berulang
akan menyebabkan iritasi, biasanya mulai di bawah cincin yang tidak
dicuci bersih, dan terjadi di dalam rumah tangga , bartender,
hairdresser , sehingga disebut sebagai soap atau housewife contact
dermatitis. Pembuktian efek iritan sering kontroversial. Uji tempel
konvensional dengan larutan sabun tidak adekuay sebab menimbulkan
reaksi eritema monomorfik dengan intensitas yang bervariasi. Reaksi
alergi terhadap deterjen sintetik lebih jarang lebih mungkin terjadi
secara kumulatif akibat penggunaan yang berulang pada kulit yang
sensitif.
II.3. Antiseptik
Antiseptik adalah agen kimia yang mencegah, memperlambat atau
menghentikan pertumbuhan mikroorganisme (kuman) pada permukaan luar
tubuh dan membantu mencegah infeksi beberapa antiseptik mampu membunuh
kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya mencegah atau menghambat
pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Antiseptik berbeda dengan antibiotik
yang menghancurkan kuman di dalam tubuh dan dari disinfektan yang
menghancurkan kuman pada benda mati.
13
mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersih dan penutup luka dengan
pembalut agar tetap bersih dan terjaga.
14
c. Disinfeksi membran mukosa : irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke
dalam uretra, kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau
membersihkan rongga sebelum kateterisasi.
d. Disinfeksi mulut dan tenggorokan : obat kumur antiseptik dapat
digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.
b. Alcohol
Alcohol adalah antiseptic yang kuat, alcohol membunuh kuman dengan
cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri,
jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alcohol. Alcohol (yang
15
biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk
mensterilkan kulit sebelum dan sesudah suntikan dan tindakan medis lain.
Alcohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena
menimbulkan efek terbakar.
c. Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut
yodium tinktur) untuk sterilisasi sebelum dan sesudah tindaan medis.
Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan
karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu
penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore),
sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh
lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan
meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Salah satu merk antiseptic dengan iodine povidone adalah
betadine.
16
d. Hydrogen Peroksida
Larutan hydrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan
borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka
gores atau iris ringan di rumah. Hydrogen peroksida sangat efektif
memberants jenis kuma anaerob yang tidak membutuhkan oksigen.
Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan
parut dan menambah waktu penyembuhan. Untuk mengurangi efek
sampingnya, hydrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir
dan sabun sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hydrogen
peroksida sebagai obat kumur, pastikan anda mengeluarkannya kembali
setelah berkumur. Jangan menelannya.
e. Triklosan
Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun
sebagai antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas
antimikrobial sedang terhadap koki gram positif, mikrobakteria dan jamur,
tetapi tidak terdapat baksil gram negati, khususnya P.aeruginosa (Larson,
1995). Meskipun perhatian ditujukan pada resistensi terhadap bahan ini
bisa berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain. Resistensi pada flora
kulit tidak ditemukan penelitian klinis sampai saai ini.
Keuntungan dari triklosan adalah aktivitas antiseptik bersprektrum luas,
persistensi sangat bagus dan sedikit efeknya oleh bahan organik.
Sedangkan kerugiannya adalah tidak ada efek terhadap P.aeruginosa atau
baksil gram negatif lain dan bersifat bakteriostatik (hanya mencegah
pertumbuhan bakteri).
17
II.4 Syarat Mutu Sabun mandi dapat dilihat pada tabel berikut.
A. Tabel persayaratan mutu dan karakteristik kimia pembuatan
sabun mandi berdasar SNI 3532-2016
18
II.5. KULIT
19
Gambar II.1. Anatomi Kulit
Cara :
20
b. Pengukuran pH
Cara :
21
naman herba dikotil setahun dan dua-tahunan; bentuk dua-tahunan
umumnya ditanam sebagai tanaman setahun (Vincent, 1998).
22
tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa
pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian
Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta
peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal
hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat
hendaklah memastikan bahwa:
a. desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOB;
b. semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan;
c. tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian
jabatan;
d. pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar;
e. semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-
proses lain serta dilakukan validasi;
f. pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses,
pengemasan dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian
hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi
produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen
pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari
prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari
Spesifikasi Produk Jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan
akhir;
23
g. obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat
dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi,
pengawasan mutu dan pelulusan produk;
h. tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat
mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat;
i. tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara
berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian
Mutu;
j. pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui
untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh
perusahaan;
k. penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
l. tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
mutu produk;
m. prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan
n. evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan
2) Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan
personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung
jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami
prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
3) Bangunan dan Fasilitas
24
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan
dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar.
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan
lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif
untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran,
dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,
tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila
letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang
efektif terhadap pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi
dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal
terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan
bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.
Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan
hama.
area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan
hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan
hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan
serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar
kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat.
Area penimbangan. Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil
nyata produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area
penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area
ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
Area produksi. Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius
akibat terjadi pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained
25
harus disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika
tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk
mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat
hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian,
bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah
mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang
diperlukan telah dilakukan.
Area pengawasan mutu. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah
terpisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan
radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
4) Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu
atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu
produk.
5) Sanitasi dan hygiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta
wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat
merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial
hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang
menyeluruh dan terpadu.
26
6) Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
7) Pengawasan mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua
tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal
pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan
bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual,
sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
8) Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan
dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi
atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri
hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang
efektif.
27
9) Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui
atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
10) Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan
rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur,
metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan
tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.
11) Pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang
dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima
Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan
kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas
prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
12) Kualifikasi dan validasi
menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri
farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi
validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek
28
kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap
fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk
hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah
digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
29
BAB III
PEMBAHASAN
30
Dibutuhkan kualifikasi minimal S1 Apoteker sebanyak 2 orang
minimal pengalaman kerja 2 tahun di bagian di bagian produksi
3) Produksi
Dibutuhkan kualifikasi minimal D3 Farmasi sebanyak 2 orang
minimal pengalaman kerja 1 tahun di bagian produksi
4) Packaging
Dibutuhkan kualifikasi Minimal SMA sederajat sebanyak 100
orang
Sampling
Label Merah
No
UJI / OK ? (Reject)
YES
Label Hijau
(Relrase)
31
III.3 Alur Pengeluaran Bahan Baku
Dilakukan pengawasan
selama proses
Penimbangan (In Proses Control)
YES
WO dikirim ke QC, periksa dan signed oleh Manager QC
32
III.4 Alur Produksi Sediaan Sabun Cair Antiseptik
Bahan baku
penimbangan
Minyak zaitun/minyak
kelapa pencampuran
Sediaan 1
pewarna pencampuran
Sediaan 2
pewangi pencampuran
pengemasan
33
III.5 Cara Pembuatan
III.5.1. Pembuatan Ekstrak Etanol Kubis
34
Formula Diameter daya hambat
F1 1.65 mm
F2 Tidak dilakukan uji bakteri
F3 21.3 mm
Keterangan :
F1 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
F2 : Formula dengan ekstrak lidah buaya
F3 : Formula dengan ekstrak batang nanas
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa tiap-tiap
ekstrak memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri patogen maka
diameter zona hambatnya berbeda-beda.
35
BAB IV
KESIMPULAN
1. Alur bahan , Perintah Pembuatan dari PPIC Pemeriksaan dan Signed oleh
Manager Produksi Gudang Bahan Baku Penyiapan Bahan Baku
Penimbangan Bahan baku Cek Hasil Penimbangan Yes (WO dikirim
Ke QC, periksa dan signed oleh Manager QC) Gudang Bahan baku (serah
Terima dari gudang menuju kepada petugas produksi untuk dilakukan proses
produksi).
Alur proses produk sediaan sabun cair antiseptic, bahan baku pemanasan/
pelelehan pencampuran (minyak zaitun) penyiapan stock sabun
pencampuran (etanol,Nacl,asam sitrat,air) sediaan 1
pencampuran (pewarna) sediaan 2 pencampuran(pewangi)
pengemasan.
2. Komponen yang digunakan pada pembuatan sabun cair, Zat aktif : ekstrak
etanol kubis,ekstrak lidah buaya, ekstrak batang nanas, Surfaktan : PEG
400,Viskolam SMC-20, minyak zaitun, Massa asam : Larutan asam sitrat 0.1
M, Massa basa : Larutan Na2HPO4 0.2 M, Reaktan basa : KOH, Pengawet :
Acnibio Ac, BHT , Pengental : Asam stearate, Na CMC, Pelumas : Adeps
lanae, Membantu stabilita gel : TEA, Pengharum : parfum qs, Pelarut : Air.
3. Ruang : ruangan steril dibedakan menjadi 4 kelas yaitu :
Kelas A : zona untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misal zona
pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial
terbuka,penyambungan secara aseptis, umumnya kondisi ini di
capai dengan memasang unit
Kelas B : untuk pembuatan dan pengisisan secara aseptis kelas ini
adalah lingkungan latarbelakang untuk kelas A.
Kelas C dan D : area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung resiko lebih rendah
36
Alat : blander, pisau, timbangan digital,gelas ukur, Erlenmeyer, beker
glass,cawan penguap,kaca arloji, batang pengaduk corong, buret,botol
semprot,piknometer,pipet tetes, PH meter, viscometer,sentrifuse. metode
yang digunakan pada produksi sediaan sabun cair antiseptic :
saponifikasi (hidrolisis ikatan ester gliserida asam lemak dalam
bentuk garam dan gliserol),netralisasi (mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa/pereaksi lainya sehigga membentuk sabun).
Penggumpulan bahan uji dengan ekstraksi dengan metode maserasi dan
perendaman.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
12. Aggraini Deni, Rahmides Wiwik Sri, dan Malik Masril. 2012. Formulasi
Sabun Cair Dari Ekstark Batang Nanas (Ananas comosus. L) Untuk
Mengatasi Jamur Candida albican. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 1(1).
13. Soebagio B., Sriwidodo dan Angarini Irni. Formulasi Sabun Mandi Cair
Dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera) Jurnal Farmasi FMIPA
UNPAD.
39