Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KAPITA SELEKTA

“PERAN APOTEKER DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN


TERKAIT PANDEMI COVID-19”
(Kebijakan Terhadap Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan)

Dosen Pengampu : apt. Moordiani,SF.,M.Sc

Disusun Oleh :
Kelas C
Kelompok 1

Lidyana Suci Cahyanti (2020000117)


Nofi Lutfiah (2020000074)
Puspa Izati Prihatini (2020000075)
Rachmadiana (2020000076)
Raissa Nurwihda Yusuf (2020000077)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
ABSTRAK................................................................................................................iv

BAB IPENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG........................................................................................1
B.TUJUAN PENELITIAN....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. PROPOLIS.....................................................................................................5
B. LEBAH Trigona sp.........................................................................................8
C. KETOKONAZOL SEBAGAI OBAT ANTIJAMUR.........................................10
K. UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI........................................................................20
L. LANDASAN TEORI.....................................................................................20
M. HIPOTESIS.................................................................................................22

BAB IIIPEMBAHASAN
A. PRINSIP PENELITIAN.................................................................................23
B. METODE PENGUMPULAN DATA...............................................................23
C. BAHAN PENELITIAN...................................................................................23
D.TEKNIS ANALISIS DATA.............................................................................24

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN..............................................................................................26
B. SARAN......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................32
LAMPIRAN............................................................................................................. 36
ABSTRAK

(A). KELOMPOK 1
(B). PERAN APOTEKER DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN TERKAIT
PANDEMI COVID-19
(C). iii + 18 halaman; 5 lampiran
(D). Kata kunci :Peran Apoteker, Pandemi Covid 19, Pelayanan
Kefarmasian
(E). Dunia saat ini sedang mengalami wabah penyakit berkepanjangan
yang disebabkan oleh kemunculan satu jenis penyakit menular baru
yaitu Corona Virus 2019 (Covid-19). Covid-19 merupakan penyakit jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia yang
disebabkan oleh virus Sars-CoV-2 yang ditularkan secara zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Covid-19 utamanya ditularkan
dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada
jarak dekat melalui droplet. Hingga saat ini, belum terdapat vaksin dan
obat yang spesifik untuk mencegah atau mengobatiCovid-19.
Sementara ini, pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis.
Berdasarkan tantangan yang terjadi di sektor kesehatan khususnya
bidang kefarmasian, terkait industri farmasi dalam ketersediaan bahan
baku dan produksi obat, alat kesehatan serta tuntutan pembuatan
vaksin disituasi pandemic Covid-19.
(F). Daftar Rujukan :12 Rujukan
(G). Apt. Moordiani, SF., M.Sc
(H). 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai
pandemi global. Penyebaran wabah Covid-19 yang terus meningkat
menyebabkan perkembangan krisis kesehatan yang mempengaruhi
aktivitas ekonomi, sosial, pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain.
Selama pengembangan vaksin Covid-19 masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup
berdampingan dengan Covid-19 dan membentengi diri dengan
senantiasa menjaga kebersihan serta menjaga jarak dengan sesama.
Peran tenaga kesehatan sangat penting untuk membantu menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas karena Covid-19 yang terjadi (1,2).
Upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona dari dan ke petugas
kesehatan dan pasien bergantung pada penggunaan alat pelindung diri
(APD) yang efektif seperti sarung tangan, masker bedah, respirator
pemurni udara/masker 95, kacamata pelindung, pelindung wajah,
sarung tangan, serta gown. Meminimalkan kebutuhan APD harus
dilakukan secara tepat dan bijak dan harus dengan tetap memastikan
bahwa tenaga kesehatan dan orang lain yang berada di rumah sakit
terlindung dari paparan virus COVID-19 (…).
Jaminan ketersediaan obat dan alat kesehatan sangat diperlukan agar
pengobatan Covid-19 dapat berjalan efektif. Dalam hal ini, peran
seorang Apoteker sangat diperlukan dalam memastikan ketersediaan
obat-obatan serta alat kesehatan yang dibutuhkan selama pandemi
Covid-19. Apoteker juga dituntut untuk ikut andil dalam pembuat
kebijakan selama pandemi Covid-19 demi kepentingan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah Kapita Selekta 1 ini akan
membahas mengenai peran Apoteker dalam pembuatan kebijakan
terkait pandemi Covid-19 khususnya dalam hal pemastian ketersediaan
Obat dan Alat Kesehatan, serta diharapkan Calon Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam pembuat kebijakan disituasi pandemi seperti sekarang ini (3).

B. DEFINISI-DEFINISI
1. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (4).
2. Kebijakan
Kebijakan (Policy) adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih
untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Kebijakan merupakan
instrument pemerintah, bukan dalam arti pemerintah yang hanya
menyangkut aparatur negara, tetapi juga pemerintah yang
menyentuh pengelolaan sumberdaya public. Kebijakan pada intinya
merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang
secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian
sumberdaya alam, finansial, dan manusia demi kepentingan publik
(1).
3. Corona Virus 2019 (Covid-19)
Covid-19 merupakan penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia yang disebabkan oleh virus
Sars-CoV-2 yang ditularkan secara zoonosis (ditularkan antara
hewan dan manusia) (5).

C. TUJUAN
Mengetahui dan memahami peran Apoteker dalam pembuat kebijakan
terkait ketersediaan obat dan alat kesehatan di era pandemi Covid-19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. CORONA VIRUS (COVID-19)


1. Definisi
Covid-19 merupakan penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia yang disebabkan oleh virus
Sars-CoV-2 yang ditularkan secara zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia) (5).
2. Epidemiologi
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2
Maret 2020 Virus ini berasal dari keluarga yang sama dengan SARS
dan MERS, namun SARS-CoV-2 bersifat lebih menular dan jumlahnya
terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni
2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi
COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar
di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus
paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit
terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada
pasien dengan usia 10 -55-64 tahun (5).
3. Etiologi
Penyebab Covid-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus.Coronavirusmerupakan virus RNA strain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmenHasil analisis filogenetik menunjukkan
bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam,
yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19
sebagai SARS-CoV-2 (5).
Penelitian (Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless
steel, kurangdari 4 jam pada tembaga dan kurangdari 24 jam pada
kardus. Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitifterhadapsinar
ultraviolet dan panas (5).
4. Penularan
Corona virus ditularkan antara hewan dan manusia (zoonosis). Hingga
saat ini hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19masih
belum diketahui. Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi, Covid-
19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke
orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter)
dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (batuk atau
bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan
hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui
benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang
yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus Covid-19 dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak
tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada
orang yang terinfeksi (5).
5. Manifestasi Klinis
Gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan
batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan
sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit,
namun beberapa orang yang terinfeksi Covid-19 tidak menunjukkan
gejala apapun dan tetap merasa sehat (asimptomatis).. Pada kasus
Covid-19 berat, pasien akan mengalami Acute Respiratory Distress
Syndrome(ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-organ,
termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat
kematian (5).
6. Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan
adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification
Test) seperti pemeriksaan RT-PCR (termasuk Tes Cepat
Molekuler/TCM yang digunakan untuk pemeriksaan TB dan mesin
PCR Program HIV AIDS dan PIMS yang digunakan untuk memeriksa
Viral Load HIV (5).

B. PELAYANAN FARMASI DI SITUASI PANDEMI COVID-19


APD tidak hanya dibutuhkan oleh petugas medis yang merawat pasien
secara langsung tapi juga dibutuhkan oleh petugas kesehatan yang tidak
secara langsung berinteraksi dengan pasien COVID-19. Meningkatnya
kebutuhan APD, tidak meratanya distribusi pemyaluran bantuan,
terbatasnya sumber daya dan akses rumah sakit di daerah terpencil
untuk memperoleh APD, kualitas APD yang tidak memadai serta
penggunaan APD yang tidak rasional, merupakan faktor-faktor yang
berpotensi menyebabkan rumah sakit mengalami kekurangan APD yang
sesuai standar dan mampu melindungi tenaga kesehatan dari risiko
terinfeksi virus corona secara maksimal. Tenaga medis dan juga tenaga
kesehatan lain penting untuk dilindungi karena apabila mereka terinfeksi
dan jumlah pemberi pelayanan tidak mencukupi akan meningkatkan risiko
tidak tertolongnya pasien baik yang terinfeksi COVID-19 maupun pasien
lain yang tidak terkait COVID-19.
BAB III

PEMBAHASAN

Meminimalkan kebutuhan APD harus dilakukan secara tepat dan bijak dan
harus dengan tetap memastikan bahwa tenaga kesehatan dan orang lain
yang berada di rumah sakit terlindung dari paparan virus COVID-19.
Beberapa strategi yang dapat digunakan antara lain:
1. Pemanfaatan telemedicine atau pelayanan berbasis telepon secara
ekstensif baik untuk assesment awal pasien terduga Covid-19 maupun
pengobatan non Covid-19.
2. Penggunaan penghalang fisik seperti kaca atau jendela plastik terutama
pada tahap awal pasien ke rumah sakit seperti saat triase, atau
pendaftaran gawat darurat serta unit pendukung lain yang tidak ada
tindakan langsung kepada pasien.
3. Penundaan prosedur elektif, prosedur tidak mendesak, kunjungan pasien
kronis, serta menetapkan petugas/tim perawatan khusus hanya untuk
perawatan pasien COVID-19 sehingga mereka dapat menggunakan APD
untuk periode waktu yang lebih lama (penggunaan APD yang
diperpanjang dengan persyaratan tertentu).
4. Pembatasan jumlah petugas layanan kesehatan yang memasuki kamar
pasien COVID-19, penyederhanaan alur kerja, termasuk pertimbangkan
kegiatan bundling (menggabungkan beberapa kegiatan sekaligus) untuk
meminimalkan berapa kali ruang perawatan dimasuki.
5. Pertimbangkan menggunakan APD spesifik hanya jika bersentuhan
langsung dengan pasien atau ketika menyentuh lingkungan.
6. Sebisa mungkin melarang atau membatasi dengan ketat pasien Covid-19
untuk dikunjungi keluarga atau kerabatnya.
Pemerintah dan sistem pelayanan farmasi memang memiliki kewajiban untuk
memastikan ketersediaan APD yang memadai untuk semua. Namun, ini
mungkin sulit terjadi ketika terjadi pandemi seperti saat ini, ketika sumber
daya kesehatan cenderung terbatas. Strategi mitigasi yang tepat pada
kondisi kekurangan APD sangat diperlukan untuk mengurangi dampak dari
pandemi COVID-19. Menetapkan prioritas dalam kondisi seperti ini menjadi
pilihan yang logis, namun terkadang sekilas terlihat tidak mencerminkan
keadilan atau kesetaraan dan tidak jarang harus berhadapan dengan etika.
Strategi lain yang tidak kalah pentingnya adalah mendorong penggunaan
APD yang rasional agar tidak terjadi pemborosan sumber daya.
Langkah terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah mengelola rantai
pasokan APD meliputi:
1. Membuat perkiraan kebutuhan APD berdasarkan model kuantifikasi
rasional untuk memastikan rasionalisasi persediaan yang diminta, agar
tidak kekurangan ataupun kelebihan suplai.
2. Pendekatan manajemen pengadaan terpusat (misalnya melalui instalasi
farmasi) untuk menghindari duplikasi stok dan memastikan kepatuhan
yang ketat terhadap aturan manajemen stok, untuk menghindari
terjadinya pemborosan, kelebihan, atau kekacauan stok.
3. Memantau dan mengendalikan distribusi APD .
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Memastikan akses APD yang memenuhi standar bagi petugas kesehatan
di rumah sakit menjadi prioritas dalam melengkapi protokol kesehatan
penanggulangan pandemi Covid-19 selain penerapan prosedur PPI yang
ketat, kontrol administratif dan rekayasa lingkungan. Mengatasi
kekurangan APD ditengah pandemi Covid-19 harus melibatkan
perencanaan yang matang dan mempertimbangkan banyak hal.
Kerjasama lintas bagian dan lintas profesi di rumah sakit hingga lintas
institusi dalam struktur sistem pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan.
Rumah sakit harus mampu mengidentifikasi status kekurangan APD yang
mereka hadapi agar mampu melakukan intervensi dan antisipasi yang
tepat. Meminimalkan kebutuhan APD, memastikan penggunaan APD
yang rasional serta melakukan koordinasi mekanisme manajemen rantai
pasokan APD merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan agar
alokasi sumber daya terkait kebutuhan APD menjadi efektif. Mitigasi
sementara pada saat krisis APD meliputi waktu penggunaan APD yang
diperpanjang, pemrosesan ulang diikuti dengan penggunaan kembali
APD serta penggunaan item alternatif yang dapat dibandingkan dengan
standar yang direkomendasikan oleh WHO dapat dipertimbangkan. 
Adalah penting mempromosikan penggunaan APD yang rasional untuk
dapat memastikan permintaan yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan
keselamatan selama pandemi Covid-19. Pada akhirnya, mekanisme
kebijakan dan upaya harmonisasi harus menekankan pada dukungan
terhadap praktik manufaktur/produksi APD yang baik, manajemen dan
keamanan rantai pasokan yang tepat, dan koordinasi strategi untuk
mengatasi kekurangan APD pada saat terjadi pandemi seperti saat ini.
B. SARAN
1 .
DAFTAR PUSTAKA

1. Tuwu D. Kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemic Covid-19.


Jornal Publicuho. 2020;3(2): 267-78.
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman

pencegahan danpengendaliancoronavirus disease 2019(Covid-19).


Jakarta. 2020.
3. Fortunio M. Peran penting Apoteker di Tengah Pandemi Covid-19
[Internet]. Bhakti Wiyata. 2020. Available from:
https://www.iik.ac.id/v3/home/webiik.php?
opt=homeNewsRead&sqn=2051
4. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009tentangPekerjaan Kefarmasian. Jakarta. 2009.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta. 2020.
6. Indonesia, M.I.M.S., MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 15, PT. Bhuana
Ilmu Populer, Jakarta. 2016.
7. Obat, B.P.,InformatoriumObat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan
PengawasObat dan MakananRepublik Indonesia. 2008.
8. Burhan, E., Santoso, A., Nasution, S., Ginanjar, E., Pitoyo, C. and Susilo,
A., ProtokolTatalaksana COVID-19. 2020.
9. Mas’udi, W., S.W Poppy. Tata Kelola Penanganan COVID-19 di
Indonesia:Kajian Awal. Gadjah Mada University Press. 2020
10. Yuniarti Endang, M.Kes Dr. apt Strategi Mitigasi Pada Kondisi Kekurangan
Alat Pelindung Diri Di Tengah Pandemi COVID-19
https://farmasi.ugm.ac.id/id/strategi-mitigasi-pada-kondisi-kekurangan-
alat-pelindung-diri-di-tengah-pandemi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai