Anda di halaman 1dari 41

KARYA TULIS ILMIAH

“PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERAN TENAGA KEFARMASIAN DI


PUSKESMAS SULI SELAMA PANDEMI COVID-19”

OLEH :
NADIA
DF.18.03.054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya

virus baru yaitu corona virus jenis baru (SARS-coV-2) dan

penyakitnya disebut Coronavirus diase 2019 (COVID-19). Diketahui

asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada

akhir Desember tahun 2019. Sampai saat ini sudah dipastikan

terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus satu ini. (WHO, 2020).

Pada awalnya data epidemologi menunjukkan 66% pasien

yang berkaitan atau terpajan dengan satu per satu seafood atau live

market di provinsi Hubei Tiongkok (Huang, et.al 2020). Sampel

isolate dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi

coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru,diberi nama 2019 novel

Coronavirus (2019-ncoV).

Pada tanggal 11 Februari 2020, World Healt Organization

member nama virus baru tersebut Severe acute respiratory Syndrom

coronavirus-2 (SARS-coV-2) dan nama penyakitnya sebgai

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) (WHO,2020). Pada mulanya

transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara

manusia- manusia . Jumlahnya kasus terus bertambah seiring dengan

waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh

salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut di curigai kasus “Super

1
2

Spaider”.(Chanel News Asia, 2020). Akhirnya dikonfirmasi bahwa

transmisi Pheumonia ini dapt menular dari manusia ke manusia

(Relman, 2020). Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar

masih misterius dan penelitiannya masih terus berlanjut.

Saat ini ada sebanyak 221 negara terinfeksi virus corona.

Dilansir data dari Worldometers, perkembangan terbaru pada minggu

tanggal 28 februari 2021 total kasus covid-19 telah lebih dari 114,36

juta. Itu artinya infeksi bertambah 386.693 kasus dalam 24 jam

terakhir. Dari jumlah tersebut, sebanyak 72.810.592 (72 juta) pasien

telah sembuh dan 2.536.649 orang meninggal dunia. Kasus aktif

hingga saat ini tercatat sebanyak 25.823.680 dengan rincian

25.715.995 pasien dengan kondisi ringan dan 110.129 dalam kondisi

serius. Terbukti pasien konfirmasi covid-19 di Indonesia berawal dari

suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan seorang

warga negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia.

Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk

dan sesak nafas (WHO,2020).

Berdasarkan data angka mortalitas diseluruh dunia mencapai

30 juta dan berikut 15 negara dengan kematian tertinggi berdasarkan

data worldometers yaitu AS dengan mortalitas 243.269, brazil dengan

mortalitas 162.286, india dengan mortalitas 126.162, meksiko

denganmortalitas94.808, inggris dengan mortalitas 48.888, italia

dengan mortalitas 41.063, perancis dengan mortalitas 40.169, spanyol


3

dengan mortalitas 38.291, iran dengan mortalitas 38.291, peru dengan

mortalitas 34.840, argentina dengan mortalitas 33.348, kolombia

dengan mortalitas 32.595, rusia dengan mortalitas 30.537, afrika

selatan dengan mortalitas 19.789, indonesia dengan mortalitas

14.614. Kasus kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit

penyerta. Kasus kematian usia lelaki usi 61 tahun dengan penyakit

penyerta tumor intra obdomen dan kelainan di liver ( The straist

time,2020).

Kejadian luar biasa oleh coronavirus bukanlah merupakan

kejadian yang pertama kali tahun 2002 severe acute respiratory

syndrome (SARS) disebabksn oleh sars- coronavirus (SARS- CoV)

dan penyakit middle east respiratory syndrome (MERS) tahun 2012.

Disebabkan oleh mers- corona virus ( MERS-CoV) dengan total

akumulatif kasus sekitar 10 ribu ( 1000-an kasus MERS dan 8000-an

kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10% sedangkan MERS

lebih tinggi yaitu sekitar 40%. (PDI 2020).

Oleh karena itu disetiap daerah terdapat tempat pelayaan

kesehatan seperti puskesmas untuk memeriksaan kesehatan pada

saat terkena gejala - gejala yang menyerupai gejala penyakit virus

corona. Puskesmas sendiri merupakan kesatuan organisasi

fungsional yang menyelenggaran upaya kesehatan yang bersifat

menyeluru, terpadu, merata dapat di terima dan terjangkau oleh

masyarakt dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan


4

hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,

dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah da masyarakat luas

guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan

mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI 2009).

Dipuskesmas sendiri terdapat berbagai tenaga medis seperti

Dokter, Dokter gigi, perawat, Bidan, dan tenaga kefarmasian. Dan

yang akan di bahas adalah tenaga kefarmasian. Tenaga kefarmasian

adalah tenaga kerja yang bertugas dalam bidang farmasi . Tenaga

kefarmasian di bagi menjadi apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian

sendiri dibagi menjadi Apoteker , asisten apoteker, dan ahli madya

farmasi (PERMENKES NO. 31).

Kemudian peran tenaga kefarmasian yang kebanyakan

dilakukan oleh Apoteker di puskesmas selama pandemik covid-19

yaitu lebih memperhatikan ketersedian alat – alat kesehatan, obat –

obat yang behubungan dengan gejala – gejala virus corona maupun

vitamin – vitamin yang dapat menambah daya tahan tubuh agar

terhindar dari virus corona serta memonitoring masyarakat yang

tinggal didaerah tersebut atau masyarakat yang datang langsung ke

puskesmas untuk berobat dengan keluhan penyakit lain untuk lebih

mematuhi hidup sehat seperti,mencuci tangan sebelum menyentuh

makanan atau bagian tubuh lainnya, menggunakan masker saat

bepergian atau saat berada di kerumunan orang banyak dan bagi


5

masyarakat yang sementara batuk atau tidak diajarkan bagaimana

cara etika batuk yang baik.

Selain itu peran tenaga kefarmasian untuk puskesmas itu

sendiri yaitu menyediakan handzenitizer pagi para tenaga kesehatan

lainnya seperti, bidan, perawat, dokter, bahkan di peruntukkan juga

untuk pasien dan keluarga pasien yang datang berobat dan tenaga

farmasi juga menyediakan alat pelindung diri ( APD) seperti,

Masker,baju astronot, dan handsqun dan masih banyak lagi peranan

tenaga farmasi di puskesmas selama adanya virus corona.

Peran tenaga kefarmasian sangat dibutuhkan karena para

apoteker dapat memberikan pelayanan berupa informasi kepada

pasien seperti kebersihan tangan dan penggunaan APD, untuk

menghindari kontak langsung dengan pasien, termasuk pasien yang

mengalami gangguanpernapasan, darah, cairan tubuh dan kulit.

Pasien yang terluka juga mencakuppembersihan, desinfeksi, dan

sterilisasi linen serta desinfeksi lingkungan. untuk mengurangi resiko

lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana

persepsi masyarakat tentang peran tenaga kefarmasian di puskesmas

suli selama pandemi covid 19.


6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi

masyarakat tentang peran tenaga Kefarmasian di puskesmas suli

selama pandemi covid-19.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penelitiSebagai sumber pengalaman baru yang dilalui oleh

peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dalam suatu

penelitian.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini untuk menambah ilmu baru tentang peran tenaga

kefarmasian di puskesmas suli selama pandemi covid 19

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan bahan referensi oleh peneliti selanjutnya agar

dapat dijadikan bahan perbandingan.


7

BAB Il

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang COVID-19

1. Definisi Covid -19

Virus corona atau severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang

system pernapasan penyakit karena infeksi virus ini disebut

COVID-19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan

pada sistem pernapasan,infeksiparu-paru yang berat,hingga

kematian.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2(SARS-

CoV-yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis

baru dari coronavirus yang menular kemanusia. Walaupun lebih

banyak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang

siapa saja,mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa,

termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

Infeksi virus corona disebut COVID-19 (Corona Virus Desaes

2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada

akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan

telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia,

hanya dalam waktu beberapa bulan.

Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan

kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


8

mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri,

berskala besar ( PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi

sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya

menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus

ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti

infeksi paru-paru (pneumonia).

Selain virus SARS-CoV-2 atau virus corona, virus yang juga

termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-

East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus

dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki

beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam

hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

2. Gejala Virus Corona (COVID-19)

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa

menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit

tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan

sembuh atau malah memberak. Penderita dengan gejala yang

berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan

berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut

muncul ketika tubuh beraksi melawan virus Corona.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


9

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan

seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

a. Demam (suhu tubuh diatas 38 derajat Celsius)

b. Batuk kering

c. Sesak napas

Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi

virus Corona meskipun lebih jarang, yaitu:

a. Diare

b. Sakit kepala

c. Konjungtivitis

d. Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau

e. Ruam dikulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu

dua hari sampai dua minggu setelah penderita terpapar virus

Corona.

3. Penyebab Virus Corona (COVID-19)

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh

coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem

pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya

menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti

flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi

pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


10

Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari

hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus

Corona juga menular dari manusia ke manusia. Seseorang dapat

tertular COVID-19 sebagai cara, yaitu:

a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar

saat penderita COVID-19 batuk atau bersin

b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih

dahulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah

penderita COVID-19

c. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya

akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang

lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit tertentu,

perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya

pada penderita kanker. Karena mudah menular, virus Corona juga

berisiko tinggi menginfeksi para tenaga medis yang merawat

pasien COVID 19. Oleh karena itu, para tenaga medis dan orang-

orang yang memiliki kontak dengan pasien COVID-19 perlu

menggunakan alat pelindung diri (APD).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


11

4. Pengobatan Virus Corona (COVID-19)

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati,

tetapi ada beberapa langkah yang dilakukan dokter untuk

meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:

a. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani

perawatan dan karantina di rumah sakit rujukan

b. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan

sesuai kondisi penderita

c. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi

mandiri dan istirahat yang cukup

d. menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air

putih untuk menjaga kadar cairan tubuh

5. Komplikasi virus Corona (COVID-19)

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa

menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini :

a. Pneumonia (infeksi paru-paru)

b. Infeksi sekunder pada organ lain

c. Gagal ginjal

d. Acute cardiac injuri

e. Acute respiratory distress syndrome

f. Kematian.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


12

6. Pencegahan virus Corona (COVID-19)

Sampai saat ini belum ada paksin untuk mencegah infeksi

virus Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan

yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa

menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu :

a. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1

meter dari orang lain, dan jangan dulu keluar rumah kecuali

ada keperluan mendesak.

b. Gunakan masker saat beraktivitas ditempat umum atau

keramaian, termasuk saat pergi brbelanja bahan makanan.

c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand

sanitizeryang mengandung alcohol minimal 60% terutama

setelah beraktivitas diluar rumah atau di tempat umum.

d. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci

tangan.

e. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.

f. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang

dicurigai positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang

sedang sakit demam, batuk, atau pilek.

g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk dan bersin,

kemudian buang tisu ketempat sampah.

h. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan

lingkungan, termasuk kebersihan rumah(WHO, 2020).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


13

B. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kefarmasian

1. Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan

tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan

kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Menkes RI,

2004). Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah

suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien

yang berkitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai

hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan

perlindungan terhadap pasien berfungsi sebagai (Bahfen, 2006):

a. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga

kesehatan lainnya, tujuan yang ingin dicapai mencakup

mengidentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir

pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapi, agar

diterapkan penggunaan secara rasional, memantau efek

samping obat dan menentukan metode penggunaan obat.

b. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat

yang tepat.

c. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi

yang berlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran

untuk memodifikasi pengobatan.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


14

d. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan

kepada pasien.

e. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian

pengobatan bagi pasien penyakit kronis.

f. Berpartisipasi dalam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan

gawat darurat.

g. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi

masyarakat.

h. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit

kesehatan.

Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga

kesehatan.

2. Peran tenaga kefarmasian di pelayanan Puskesmas

a. Membuat perencanaan kebutuhan obat atau alkes dan APD

dengan akurat

b. Mencari referensi, dan buku panduan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan apoteker dalam mencari solusi

apabila obat atau alkes atau alat pelindung diri (APD) yang

dibutuhkan sulit didapat.

c. meningkatkan kerjasama dengan apoteker di puskesmas lain,

untuk bertukar informasi terkait penyediaannya obat atau alkes

dan informasi suplai.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


15

d. bekerjasama dengan panitia farmasi dan terapi, maupun

dengan tim-tim yang terlibat seperti tim pengendalian infeksi, tim

satgas covid dan juga komite medis, untuk mencari alternatif

obat atau alkes yang dapat digunakan sebagai best alternatif.

e. melakukan seleksi dan bekerjasama dengan beberapa suplier

yang memiliki izin distribusi secara legal (Alumnus fakultas

farmasi UGM).

3. Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional.

Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai

ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan

serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan

Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan

keamanan, mutu dan kemanfaatan (PP 51, 2009).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 yang

dimaksud dengan:

a. Nilai Ilmiah adalah Pekerjaan Kefarmasian harus didasarkan

pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


16

dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun

pengalaman serta etika profesi.

b. Keadilan adalah penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian harus

mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada

setiap orang dengan biaya yang terjangkau serta pelayanan

yang bermutu. Universitas Sumatera Utara

c. Kemanusiaan adalah dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian

harus memberikan perlakuan yang sama dengan tidak

membedakan suku, bangsa, agama, status sosial dan ras.

d. Keseimbangan adalah dalam melakukan Pekerjaan

Kefarmasian harus tetap menjaga keserasian serta keselarasan

antara kepentingan individu dan masyarakat.

e. Perlindungan dan keselamatan adalah Pekerjaan Kefarmasian

tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi

harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan

pasien.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009,

tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah untuk:

a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam

memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa

kefarmasian.

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan

Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


17

pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan-

undangan dan

c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan

tenaga kefarmasian. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada

fasilitas pelayanan kefarmasian berupa Apotek, Instalasi farmasi,

rumah sakit, Puskesmas, Klinik, Toko obat atau Praktek

bersama

Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

dalam menjalankanpekerjaan kefarmasian pada fasilitas

pelayanan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker

pendamping dan atau tenaga teknis kefarmasian. Tenaga Teknis

Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana

Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga

Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian adalah

bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi

apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien (Menkes RI, 2004). Menurut PP 51 tahun

2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung

dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


18

Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan

perlindungan terhadap pasien berfungsi sebagai (Bahfen, 2006):

a. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga

kesehatan lainnya, tujuan yang ingin dicapai mencakup

mengidentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir

pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapi, agar

diterapkan penggunaan secara rasional, memantau efek

samping obat dan menentukan metode penggunaan obat.

b. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat

yang tepat.

c. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi

yang berlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran

untuk memodifikasi pengobatan.

d. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan

kepada pasien.

e. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian

pengobatan bagi pasien penyakit kronis. Universitas Sumatera

Utara

f. Berpartisipasi dalam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan

gawat darurat.

g. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi

masyarakat.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


19

h. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit

kesehatan.

i. Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga

kesehatan.

Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas

pelayanan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker

pendamping dan atau tenaga teknis kefarmasian. Tenaga Teknis

Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana

Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga

Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

4. Apotek

Berdasarkan PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan

Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sarana

dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek untuk

meningkatkan kualitas pelayanan adalah (Menkes RI, 2004):

a. Papan nama apotek yang dapat terlihat dengan jelas, memuat

nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor izin

apotek dan alamat apotek.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


20

b. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien yaitu bersih, ventilasi

yang memadai, cahaya yang cukup, tersedia tempat duduk dan

ada tempat sampah.

c. Tersedianya tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat

bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur, leaflet,

poster atau majalah kesehatan.

d. Ruang untuk memberikan konseling bagi pasien.

e. Ruang peracikan. Universitas Sumatera Utara

f. Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan lainnya.

g. Ruang/tempat penyerahan obat.

h. Tempat pencucian alat.

i. Peralatan penunjang kebersihan apotek.

5. Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai

Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PP

51, 2009).

Apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan

memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang

tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri

sebagai pemimpim dalam situasi multidisipliner, kemampuan

mengelola sumber daya (manusia, fisik dan anggaran) secara

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


21

efektif, selalu belajar sepanjang karir dan membantu memberi

pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan

pengetahuan (Menkes RI, 2004).

6. Asisten Apoteker

Asisten apoteker memiliki tugas dan fungsi dalam

pengelolaan apotek, yaitu (Umar,2005):

a. Fungsi pembelian meliputi: mendata kebutuhan barang,

membuat kebutuhan pareto barang, mendata pemasok,

merencanakan dan melakukan pembelian sesuai dengan yang

dibutuhkan, kecuali ketentuan lain dari APA dan memeriksa

harga.

b. Fungsi gudang meliputi: menerima dan mengeluarkan

berdasarkan fisik barang, menata, merawat dan menjaga

keamanan barang. Universitas Sumatera Utara

c. Fungsi pelayanan meliputi: melakukan penjualan dengan harga

yang telah ditetapkan, menjaga kenyamanan ruang tunggu,

melayani konsumen dengan ramah dan membina hubungan baik

dengan pelanggan.

7. Manajemen Apotek

Manajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau

kegiatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip dasar

manajemen dapat dipelajari tetapi hasil yang diperoleh dalam

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


22

penerapannya masih banyak tergantung pada bakat-bakat

perorangan. Manajemen yang baik akan memberikan hasil yang

memuaskan sesuai harapan (Anief, 1995).

Menurut Umar (2005), dalam mengelola sebuah apotek

berlaku cara mengelola fungsi-fungsi manajemen meliputi:

a. Fungsi perencanaan (planning) yaitu menyusun program kerja

untuk mencapai suatu tujuan (sasaran).

b. Fungsi pengorganisasian (organization) yaitu membagi-bagi

pekerjaan yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan

tanggung jawab pada setiap fungsi.

c. Fungsi Kepemimpinan (actuating) yaitu melaksanakan program

kerja sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab

pekerjaannya serta sasaran yang akan dicapainya.

d. Fungsi pengawasan (controlling) yaitu melakukan pengawasan

dan pengendalian terhadap pelaksanaan sistem operasional dan

sasaran yang dicapai melalui indikator tingkat keberhasilan pada

setiap fungsi.

Apotek dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dan

perbekalan kesehatan dari pemasok kepada konsumen memiliki

5 fungsi kegiatan (Umar, 2005) yaitu:

a. Pembelian (phurcashing)

b. Gudang (ware house)

c. Pelayanan dan penjualan (servicing and selling)

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


23

d. Keuangan (finanching)

e. Pembukuan (accounting)

Seorang APA selain menguasai ilmu kefarmasian, juga

harus dibekali dengan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran

(marketing) dan ilmu akuntansi (accounting). Sehingga seorang

APA dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak

hanya sebagai penanggung jawab teknik kefarmasian saja,

melainkan juga dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-

prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-

pihak yang memiliki kepentingan tanpa harus menghilangkan

fungsi sosialnya di masyarakat (Umar, 2005).

8. Administrasi

Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan

teknis yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Menurut Anief

(1995), administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi:

a. Administrasi pembukuan yaitu pencatatan uang masuk dan uang

yang keluar.

b. Administrasi penjualan yaitu pencatatan pelayanan resep,

penjualan bebas dan penjualan secara tunai dan kredit.

c. Administrasi pergudangan yaitu pencatatan penerimaan dan

pengeluaran barang. Universitas Sumatera Utara

d. Administrasi pembelian yaitu pencatatan pembelian harian

secara tunai atau kredit.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


24

e. Administrasi piutang yaitu pencatatan penjualan kredit,

pelunasan piutang dan penghasilan sisa piutang.

f. Administrasi kepegawaian yaitu pencatatan absensi karyawan

dan gaji.

C. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes RI No 75,2014).

2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh

puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan

kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di

wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya (trihono, 2010) .

3. Fungsi Puskesmas

Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas

menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan upaya kesehatan

perorangan (UPK) tingkat pertama di wilayah. Kerjanya dan upaya

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


25

kesehatan masyarakat (UKM) tinkat pertama di wilayah kerjanya.

Dalam menyelenggarakan fungsinya, Puskesmas berwenang

untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah

kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang

di perlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor

lain terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan

dan upaya kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompotensi sumber daya manusia

Puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan

kesehatan

h. Melaksanakan pencacatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan

masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


26

dini dan respon penanggulangan penyakit. (Permenkes RI No

75 Tahun 2014)

4. Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai

institusi pelaksanaan teknis, dituntut memiliki kemampuan

manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam

bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui

sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana

kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan

permantauan yang akurat, pada masa mendatang, puskesmas juga

dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait

upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan

terpadu (Effendi,2009)

D. Kerangka Konsep
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 pasal 3 ayat (1)
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Karakteristik Individu :
Kefarmasian di Puskesmas :
1. Usia
1. Pengelolaan Obat dan Bahan 2. Jenis kelamin
Medis Habis Pakai ; 3. Pekerjaan
2. Pelayanan Farmasi Klinik. 4. Pendidikan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Persepsi Masyarakat Tentang


Indonesia Nomor 30 pasal 5 ayat (2) tahun Tenaga Kefarmasian Di
2014 tentang Mutu Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Suli Selama
di Puskesmas : Pandemi Covid-19

1. Monitoring ; dan
2. Evaluasi

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah

deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang

di maksudkan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang peran

tenaga kefarmasian di Puskesmas Suli selama pandemi covid-19.

Dalam penelitian peneliti bertindak sebagai pengamat dan hanya

memotret apa yang terjadi pada objek atau wilayah yang di teliti.

(arikunto, 2010)

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Suli Kabupaten

Luwu.

2. Waktu

Penelitian di laksanakan pada April 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah Pasien Puskesmas Suli

Kabupaten Luwu.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Pasien di Puskesmas Suli

Kabupaten Luwu.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


28

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria apabilah terpenuhi dapat

mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian. Sedangkan

kriteria Esklusi adalah kriteria diluar kriteria Inklusi(Hajijah 2012)

Kriteria inklusi dan kriteia eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Kriteria Inklusi

a. Masyarakat yang tinggal di Desa Tede

b. Masyarakat yang berkenan mengisi kuesioner.

c. Masyarakat yang dalam keadaan sehat dan tidak dalam

paksaan.

d. Masyarakat yang tahu tentang Kefarmasian.

e. Masyarakat yang berpendidkan.

f. Masyarakat yang berumur 20-50≤

2. Kriteria Eksklusi

a. Masyarakat yang tidak tinggal di Desa Tede

b. Masyarakat yang tidak berkenan mengisi kuesioner.

c. Masyarakat yang dalam keadaan sakit dan dalam keadaan

dipaksa.

d. Masyarakat yang tidak tau tentang tenaga Kefarmasian.

e. Masyarakat yang tidak memiliki pendidikan.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


29

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah pengumpulan data (Sugiyono 2012)

Sampel dihitung berdasarkan rumus slovin dengan tingkat

kesalahan sebesar 0,1%

Keterangan : n = jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = tingkat kesalahan 0,1%

N
Rumus slovin : n =
1+ N ( d ) 2

50
n =
1+ 50(0,1)2

50
n =
1+ 50(0,01)

50
n =
1+ 0,5

50
n =
1,5

n = 33

Maka jumlah responden yang di ambil pada penelitian ini

adalah sebayak 33 responden.

F. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung diambil atau

diperoleh dari responden dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuisioner).

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


30

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi

terkait yang ada hubungan dengan penelitian.

G. Prosedur Kerja

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti harus

memperkenalkan diri kepada calon responden dan menjelaskan

kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur

pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia maka

responden di berikan kuisioner.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi tempat penelitian dan dalam

penelitian tetap memperlihatkan masalah etika meliputi:

1. Infomed consent

Lembar persetujuan yang diberikan pada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Anomymity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


31

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya

melaporkan data tertentu.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Jumlah Responden Berjenis Kelamin


Jenis laki-laki Jumlah perempuan Persentase %

Laki-laki 13 39,3%

Perempuan 20 60,7 %

Total 33 100%

JENIS KELAMIN
25

20

15

10

0
Jenis Kelamin

Laki-laki perempuan

Sumber : Data Primer 2021

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


32

Tabel 4.2 : Berdasarkan Usia


Usia Jumlah responden Persentase%

20- 29 tahun 18 54,6%

30-39 tahun 6 18,2%

40-49 tahun 5 15,1%

50> 4 12,1%

Total 33 100%

20
18
16
14
12 20-29 tahun
30-39 tahun
10
40-49 tahun
8 50>
6
4
2
0

Sumber : Data Primer2021

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


33

Tabel 4.3Tingkat Pendidikan Responden


No Pendidikan terakhir Jumlah Persentase (%)
responden

1 SD 5 15,2%

2 SMP 8 24,2%

3 SMA 13 39,4%

4 Perguruan tinggi 7 21,2%

Total 33 100 %

14

12

10

0
Tingkat Pendidikan

SD SMP SMA
PERGURUAN TINGGI

Sumber : Data Primer 2021

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


Tabel 4.4 persepsi masyarakat tentang peran tenaga
kefarmasian
Persepsi Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 18 54,5%

Buruk 15 45,5%

Total 33 100%

Keterangan : Baik :18


Buruk :15

18.5
18

17.5
17
16.5

16
15.5
15

14.5
14
13.5
persepsi Masyarakat

Baik Buruk

Sumber : Data Primer 2021

B. Pembahasan
35

Persepsi diartikan sebagai proses individu dalam memilih,

mengorganisasi, dan menafsirkan informasi yang ada untuk

menciptakan sebuah gambar yang bermakna tentang dunia (kotler,

2008).

Setiap orang memepunyai kecenderungan dalam benda yang

sama dengan cara-cara yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa di

pengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan,

pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan

cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara

yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki,

kemudia berusaha untuk menafsirkannya (waidi, 2006).

Peran tenaga kefarmasian sangat dibutuhkan karena para

apoteker dapat memberikan pelayanan berupa informasi kepada

pasien seperti kebersihan tangan dan penggunaan APD untuk

menghindari kontak langsung dengan sekret termasuk sekret

pernapasan, darah, cairan tubuh dan kulit pasien yang terluka juga

mencakuppembersihandesinfeksi, dan sterilisasi linen serta desinfeksi

lingkungan. untuk mengurangi resiko lebih lanjut.

Berdasarkan penelitian ini di ambil dari populasi penelitian yang

sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu ibu rumah tangga yang tercatat

sebagai anggota kecamatan Desa Tede, yang bersedia menjadi

responden penelitian dan tidak sedang sakit. Pengambilan data

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


36

dilakukan dengan cara pengisian angket yang diberikan kepada ibu

rumah tangga pada periode juni 2020.

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang

ditelitiPada tabel 4.2 responden dibagi dalam 4 kelompok umur, yaitu

20 – 29 tahun, 30 tahun - 39 tahun, 40 – 49 tahun dan ≥50 tahun.

Dalam kelompok usia tersebut jumlah responden terbanyak pada

kelompok umur 30tahun - 39 tahun(57,6%) dan jumlah responden

yang paling sedikit pada kelompok 50 tahun - 59 tahun(9,1%).

Pada table 4.3 menunjukkan responden dengan tingkat

Pendidikan terakhir pada tingkat Pendidikan SD merupakan responden

yang paling banyak pada penelitian ini dengan persentase sebanyak

36,4%. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan terakir pada

Perguruan Tinggi merupakan responden yang paling sedikit pada

penelitian ini dengan presentase sebanyak 3%.

Pada tabel 4.4 menunjukkan persepsi masyarakat tentang

peran tenaga kefarmasian dipusekemas Bastem Utara selama

pandemi covid-19, responden yang menyatakan baik dengan

persentase sebanyak 54,5%. Sedangkan responden yang menyatakan

buruk dengan persentase sebanyak 45,5%.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Hening Pratiwi 2020, Hasil yang diperoleh dari kuesioner persepsi

masyarakat terhadap peran apoteker pada layanan kefarmasian di

apotek Kecamatan Sokaraja, baturaden, sumbang, dan kedung

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


37

banteng yaitu pada kisaran 0,5015/0,861, sedangkan untuk hasil dari

kuesioner harapan yaitu pada kisaran 0,741/0,788, dan untuk

kuesioner pengalaman yaitu pada kisaran 0,714/0,843. Berdasarkan

hasil tersebut menunjukkan pada masing-masing item pertanyaan

mempunyai nilai terhitung yang lebih besar dari tabel yaitu 0,361,

sehingga item pertanyaan pada kuesioner persepsi, harapan,dan

pengalaman di tanyakan valid.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


38

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi

masyarakat tentang peran tenaga kefarmasian di puskesmas Bastem

Utara selama pandemi covid-19 memperoleh hasil yang baiksebanyak

18 responden (54,5%) dalam pelayanan kefarmasian.

B. Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Perlunya peningkatan pemberian informasi kepada masyarakat tentang

peran penting tenaga kefarmasian selama pandemi

2. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

yang berhubungan dengan covid-19

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


39

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntono, suharmisi 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan


praktek. Jakarta : rineka cipta

Channel News Asia. Wuhan virus outbreak: 15 medical workers infected,


1 in critical condition. [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th
2020.Availableon:https://www.channelnewasia.com/news/asia/wu
han-pneumonia-outbreak-health-workers-coronavirus-12294212
(Jan 21st 2020).

Depkes RI, 2009, Peraturan pemerintah no. 51 tahun 2009 tentang


pekerjaan kefarmasian, departemen kesehatan RI: Jakarta.

Effendi, ferry & makhfud. (2009). Keperawatan kesehatan komunikasi teori


dan praktik dalam keperawatan. Jakarta : salemba medika.

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, etc. Clinical


features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. The Lancet. 24 jan 2020.

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, etc. Clinical


features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. The Lancet. 24 jan 2020.

Kotler, Philip, Amstrong, Garry, 2008.Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1.


Erlangga : Jakarta

Sugiyono 2012, Tekhnik sampling adalah teknik pengambilan data, dari


buku Metode penelitian hal. 126

Trihono, F. ( 2010). Manajemen puskesmas. Jakarta salemba medika.

WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1. Januari 21,


2020.

Relman E, Business insider Singapore. [Homepage on The Internet].


Cited Jan28th 2020. Available
on:https//www.businessinsider.sg/deadly-china-wuhan-virus-
spreading-human-to-human-officials-confirm-2020-1/?r=US&IR=T.

The Straits Times. China repotrs first death in Wuhan pneumonia outbreak
[Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th 2020. Available on:
https://www.straitstimes.com/asia/east-asia/china-reports-first-
death-in -wuhan-oneumonia-outbreak.Jan11st 2020.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya


40

Peraturan menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang pusat


kesehatan masyarakat. 2014

Pratiwi Hening, 2020. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Peran


Apoteker Pada Layanan Kefarmasian.Purwokerto.

Waidi, 2006. pemahaman dan teori persepsi. Remaja Karya, Bandung.

KTI STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya

Anda mungkin juga menyukai