BAB I
PENDAHULUAN
Gejala umum yang didapati oleh pasien adalah demam, batuk dan mialgia
atau kelelahan. Gejala yang spesifik yaitu batuk berdahak, sakit kepala,
hemoptisis (batuk yang mengandung darah) dan diare. Komplikasi termasuk
sindrom gangguan pernapasan akut, cedera jantung akut dan infeksi bakteri
sekunder (Huang, dkk., 2020). Sampai saat ini, jumlah informasi tentang virus ini
meningkat setiap hari dan semakin banyak data tentang penularan dan rutenya,
reservoir, masa inkubasi, gejala dan hasil klinis, termasuk tingkat kelangsungan
hidup yang dikumpulkan di seluruh dunia (Corman, dkk., 2020).
1
2
bahkan sampai menolak jenazah petugas medis yang gugur dalam tugas
kemanusiaan ini. Semuanya itu terjadi karena kekhawatiran yang berlebihan
dimasyarakat (Kompas, 2020).
kondisi terkait sudut pandang atas sesuatu yang dianggap bernilai negatif. Stigma
membedakan aib sosial melekat pada orang lain untuk mengidentifikasi dan
Fitriani Dai, 2020) menyebutkan banyak terjadi stigma negatif pada masyarakat
terkait pasien positif covid-19 dan tenaga kesehatan, masyarakat lebih menjaga
jarak dan terkesan mengucilkan mereka yang erat kaitannya dengan covid-19.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan
(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari
famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun
pemeriksaan laboratorium.
4
5
provinsi. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan
paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi
bahwa kasus paling banyak terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi pada usia
30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia <10 tahun (1%). Sebanyak
81% kasus merupakan kasus yang ringan, 14% parah, dan 5% kritis.
Orang dengan usia lanjut atau yang memiliki penyakit bawaan diketahui
lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang lebih parah. Usia lanjut juga
bahwa CFR pada pasien dengan usia ≥ 80 tahun adalah 14,8%, sementara
CFR keseluruhan hanya 2,3%. Hal yang sama juga ditemukan pada
2020).
2.1.2 Etiologi
(betacoronavirus).
virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada
ultraviolet dan panas efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid
9
2.1.3 Penularan
(civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan
yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai
Sebuah studi (Du Z et. al, 2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan
Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan
droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter)
bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau
konjungtiva (mata).
orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau
termometer).
dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah
11
demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami
rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis,
sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit
dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan
gagal multi- organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga
berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan
jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami
keparahan.
2.1.5 Diagnosis
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk
simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu
C. Pelayanan Farmasi
D. Pelayanan Laboratorium
E. Sistem Rujukan
2. Standar pelayanan:
F. Pemulasaraan Jenazah
kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan
juga upaya untuk bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku
seseorang. Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 upaya preventif adalah
suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan penyakit.
1. Dalam gedung
2. Luar gedung
Menurut (Pane, 2018) ada lima tingkat pencegahan penyakit yaitu sebagai berikut.
3. Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early
diagnosis and prompt treatment)
Golongan masyarakat tertentu serta keadaan tertentu yang secara langsung atau
tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan. Upaya-upaya yang termasuk
perlindungan umum dan khusus anatara lain:
Pada pencegahan sekunder termasuk upaya yang bersifat diagnosis dini dan
pengobatan segera (early diagnosis and prompt teratment) meliputi mencari kasus
sedini mungkin:
2.3 Stigma
kondisi terkait sudut pandang atas sesuatu yang dianggap bernilai negatif. Stigma
membedakan aib sosial melekat pada orang lain untuk mengidentifikasi dan
mendevaluasi mereka. Biasanya stigma ada pada beban penyakit (Wilsher, 2011).
seseorang atau sekelompok orang yang berbagi karakteristik tertentu dan penyakit
Stigma dari beberapa penyakit dan kelainan merupakan isu sentral dalam
yang memberikan rasa rendah diri. Penderita kusta, TBC, diabetes, dan lain-lain
sekitarnya cenderung menjauh dan tidak mau terlibat kontak dengan mereka
struktural.
27
2005), yaitu :
2005).
atau self fullfilling prophecy (Jussim dkk., dalam Major & O’Brien,
tersebut.
berikut :
seseorang.
diketahui seperti bekas narapidana, pasien rumah sakit jiwa dan lain
sebagainya.
keluarga.
sebagai berikut :
a. Labeling
tersebut (Link & Phelan dalam Scheid & Brown, 2010). Sebagian besar
b. Stereotip
tertentu dan traits tertentu (Judd, Ryan & Parke dalam Baron &
c. Separation
proses pemberian stereotip berhasil (Link & Phelan dalam Scheid &
Brown, 2010).
30
d. Diskriminasi
Menurut (Link, Yang, Phelan & Collins, 2001) mengidentifikasi dimensi dari
interaksi interpersonal.
menyebabkan stigma.
31
Menurut (Major & O’Brien, 2005) stigma terjadi karena individu memiliki
beberapa atribut dan karakter dari identitas sosialnya namun akhirnya terjadi
devaluasi pada konteks tertentu. Menurut Link dan Phelan (dalam Scheid &
Brown, 2010) stigma terjadi ketika muncul beberapa komponen yang saling
mengalami diskriminasi.
Pada awal tahun 2020, seiring dengan munculnya pandemi global COVID-
bisa menular dengan sangat cepat dan bisa mengakibatkan kematian. Terlebih lagi
1. Faktor Individu
probable, yang harus melakukan isolasi diri dirumah membuat lingkungan tempat
tinggal menjadi resah. Apalagi ketika di awal kasus Covid-19 semua orang takut
mudah untuk menyerap informasi yang tidak diketahui benar atau salahnya hal ini
kurangnya kesadaran dari setiap orang untuk melakukan kegiatan positif seperti
memberi dukungan atau semangat kepada orang dengan status suspek, probable,
menganggap bahwa yang terkena Covid-19 dapat menularkan dan apabila terkena
33
virus Covid-19 tidak akan sembuh sepenuhnya hal itu karena informasi yang
diri meskipun telah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Mereka dicap sebagai
warga yang tinggal di sekitar mereka menjadi takut. Perasaan takut kembali
pasien Covid-19. Selain itu, faktor lainnya adalah ketakutan dari tenaga kesehatan
akibat banyak dokter, perawat dan tenaga medis lainnya yang meninggal.
Tak jarang para tenaga kesehatan memposting kegiatan mereka pada akun
Ada yang kagum dengan perjuangan tenaga kesehatan dan ada yang sedih melihat
4. Faktor Sosial-Ekonomi
Kemudian Kurangnya rasa simpati, kesatuan dan gotong royong masyarakat untuk
terus bertambah seiring angka kejadian kasus baru masih belum teratasi.
suspek, kasus probable dan kasus konfirmasi positif untuk melakukan isolasi
dengan pesat trend-nya. Bagi sebagian orang dengan imunitas yang baik, COVID-
19 dapat dilawan dengan sistem imun dalam tubuhnya sendiri. Karena orang yang
menderita COVID-19 atau terinfeksi virus corona ini baru bisa diketahui setelah
pasiennya, maka setidaknya ada 4 (empat) sebutan orang terkait COVID-19 yaitu,
orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gejala (OTG), positif COVID-19.
35
kriteria: demam (suhu ≥ 38°C) atau riwayat demam, batuk atau pilek, memiliki
daerah dengan transmisi lokal di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala, namun tidak memiliki riwayat kontak dengan orang positif COVID-19.
Pasien dalam pengawasan (PDP) atau suspek merupakan orang yang memenuhi
keriteria: memiliki demam dan atau riwayat demam dan satu dari gejala berikut
batuk/ pilek/ sesak napas tanpa disertai pneumoni, memiliki riwayat perjalanan/
hari terakhir sebelum timbul gejala, atau riwayat demam atau batuk/pilek tanpa
disertai pneumonia, dan memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi positif
COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) adalah orang- orang yang tidak
berat, baik kontak fisik atau berada dalam ruangan dengan radius satu meter dari
pasien COVID-19. Dan kelompok yang paling ditakuti adalah “Positif Corona”
atau bisa juga disebut dengan “kasus konfirmasi”. Pada status ini, seseorang yang
pernapasan atau darah, sebagai indikator kunci untuk rawat inap. Selanjutnya bisa
dilakukan CT scan dada yang memiliki sensitivitas yang lebih tinggi untuk
36
corona.
sama
37
Gambar 3.1: Kerangka konsep stigma pada masyarakat terhadap pelayanan puskesmas selama pandemi covid 19
39
BAB 3
METODE PENILITIAN
deskriptif eksplorasi. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambar atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta - fakta, sifat-sifat serta hubungan
3.3.1 Populasi
39
40
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Sampel penelitian
meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari persyaratan minimal
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
4.658
n= 2
4.658 ( 0 , 10 ) +1
4.658
n=
4.658(0 ,01)+1
4.658
n=
465 , 8+1
4.658
n=
466 , 8
n = 99,7 = 100
41
Dari hasil perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang diambil adalah
100 kepala keluarga dari jumlah keseluruhan 4.658 kepala keluarga di kelurahan
sananwetan tahun 2020.
3.3.3 Sampling
a. Teknik Sampling
sama untuk menjadi anggota sampel (Asnawi, 2009). Teknik pengambilan sampel
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
memperoleh informasi yang relevan, akurat dan reliabel. Metode yang di gunakan
yaitu metode Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
untuk dijawab oleh responden (Sugiyono, 2012). Dalam hal ini yang dimaksud
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
menjadi kuisioner. Secara umum teknik dalam pemberian skor yang digunakan
dalam kuisioner penelitian ini adalah teknik skala likert, skala likert adalah skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau
19, jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada kuisioner diberi nilai skor
sebagai berikut :
S : Setuju skor 4
RG : Ragu skor 3
Sp
N= x 100
Sm
Keterangan:
pandemi covid-19)
dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2011). Data ini diperoleh
1. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk data numerik digunakan nilai mean
atau rata-rata, median dan standar deviasi. Proses analisis data dilakukan dengan
cara meng-entry data dari hasil pengumpulan data dari responden ke paket
komputer (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan statistik deskritif.
Analisa univariat dilakukan yaitu terhadap variabel stigma masyarakat terhadap
pelayanan puskesmas dimasa pandemi covid-19 pada kelompok intervensi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis bersifat kualitatif
yaitu memberikan arti dan data yang ada sesuai kenyataan yang ada di lapangan
sehingga didapat kesimpulan atas masalah yang diteliti. Untuk mengetahui
bagaimana meneliti stigma pada masyarakat terhadap pelayanan puskesmas
selama pandemi covid-19. Data yang diperoleh melalui angket kemudian diuji
dengan menggunakan uji prosentase.
Uji prosentase akan diuji dengan menggunakan rumus: P=F/Nx100%=..%
Keterangan:
46
P = Prosentase
N= Jumlah responden
76%-100% Baik
Baik : Masyarakat yang mengetahui, peduli, dan memahami tentang stigma yang
Cukup Baik : Masyarakat yang mengetahui dan peduli namun tidak memahami
Kurang Baik : Masyarakat yang mengetahui, tidak peduli dan tidak memahami
diantaranya :
1. Editing
47
2. Coding
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi
3. Data Entry
2010).
4. Tabulating
a. Informed consent
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan
(Sugiyono, 2012).
c. Kerahasiaan (confidentiality)
dasar pemikiran baginya untuk bersikap dan berperilaku, cukup, atau kurang.
pandemi covid 19 saat ini. Terjadi peningkatan atau punurunan minat kunjungan
ke pelayanan puskesmas dalam permasalahan ini, tentu terkait erat dengan tingkat
terjadi saat ini. Diharapkan dengan tingkat pengetahuan yang semakin baik,
Berdasarkan pada pemikiran di atas, maka kerangka kerja penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Sampel:
Mengambil 100 kepala keluarga yang dipilih secara acak untuk
dijadikan sampel penelitian
Pengumpulan Data:
Melakukan survey lapangan dan memberikan kuisioner tentang
stigma masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dimasa pandemi
covid 19 di kelurahan sananwetan kota blitar.
50
Penyajian data
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ai, T., Yang, Z. and Xia, L. Correlation of Chest CT and RT-PCR Testing in
Coronavirus Disease. Radiology, 2020; 2019, pp. 1-8. doi:
10.14358/PERS.80.2.000.
Arikunto, S., 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6.
Jakarta : Rineka Cipta.
Asnawi, Nur & Masyhuri. 2009. Metodologi Risert Manajemen Pemasaran. UIN.
Malang Press
51
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi sosial edisi kesepuluh. Jakarta :
Erlangga.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Symptom and
diagnosis.https://www.cdc.gov/coronavirus/about/symptoms.html.
Corman, V. M., Landt, O., Kaiser, M., Molenkamp, R., Meijer, A., Chu, D. K.,
Bleicker, T., Brünink, S., Schneider, J., Schmidt, M. L., Mulders, D. G.,
Haagmans, B. L., van der Veer, B., van den Brink, S., Wijsman, L., Goderski,
G., Romette, J.-L., Ellis, J., Zambon, M., … Drosten, C. (2020). Detection of
2019 novel coronavirus (2019-nCoV) by real-time RT-PCR.
Eurosurveillance, 25(3). https://doi.org/10.2807/1560-
7917.ES.2020.25.3.2000045\
Cui, J., Li, F., & Shi, Z.-L. (2019). Origin and evolution of pathogenic
coronaviruses. Nature Reviews Microbiology, 17(3), 181–192.
https://doi.org/10.1038/s41579-018-0118-9
Hartono, B., 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Rineka
cipta. Jakarta.
https://id.m.Kompas.com.news/berita
Link BG, Phelan JC. 2001. Conceptualizing stigma. Annu. Rev. Sociol, 27, 363-
385.
Major, B., & O'Brien, L. T. (2005). The social psychology of stigma. Annual
review of psychology (56), 393.
doi:10.1146/annurev.psych.56.091103.070137
Scheid, T. L., & Brown, T. N. (2010). A handbook for the study of mental health
social context, theories, and system second edition. New York: Cambridge
University Press.
penelitiankesehatan/article/download/173/134.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial edisi kedua
belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
WHO. 2020. Social Stigma associated with COVID-19. A guide to preventing and
addressing social stigma. https://www.unicef.org/documents/social-stigma-
associated-coronavirus- disease-2019