Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PELAKSANAAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN DIMASA PANDEMI

COVID-19

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan


Tahun Pelajaran 2020

Disusun Oleh :
1. Aulia Indah P. (P1337420518059)
2. Siti Hariyanti (P1337420518074)
3. Ferian H. I. (P1337420518079)
4. Fadila Nur (P1337420518088)
ABIMANYU 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus 19 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh
WHO (WHO, 2020). Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara
hewan dan manusia. Virus dan penyakit ini diketahui berawal di kota Wuhan, Cina
sejak Desember 2019. Per tanggal 21 Maret 2020, jumlah kasus penyakit ini mencapai
angka 275,469 jiwa yang tersebar di 166 negara, termasuk Indonesia.
Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi
tahap Tanggap Darurat pada tanggal 17 Maret 2020. Jumlah kasus COVID-19 terus
meningkat di berbagai belahan dunia, Indonesia sendiri pada Kamis 26/3/2020) dalam
peta persebaran COVID-19 milik BNPB, sebanyak 790 kasus terkonfirmasi dengan
58 orang meninggal dan 31 orang dinyatakan sembuh (BNPB, 2020).
Wabah virus corona COVID-19 yang menyebar di seluruh dunia tidak hanya
berdampak pada masyarakat umum, tetapi juga tenaga kesehatan yang berada di garda
terdepan melawan virus mematikan ini. Para tenaga kesehatan tidak bisa melindungi
dirinya di dalam rumah seperti masyarakat umum. Mereka harus mempertaruhkan
nyawa menangani pasien virus corona COVID-19 dengan risiko penularan yang
sangat besar, dan harus hidup terpisah dengan keluarga dan orang yang disayang
selama bermingguminggu untuk menghindari penularan virus lebih luas. Salah satu
tenaga kesehatan yang paling banyak dan berinteraksi dengan pasien COVID-19
selama 24 jam adalah tenaga perawat.
Perawat adalah salah satu tenaga professional dalam bidang kesehatan yang
masih harus bekerja dan tetap melakukan pengabdian dalam situasi pandemi COVID-
19 saat ini. Perawat terutama mereka yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Pemerintah
yang menjadi rujukan perawatan pasien COVID-19 yang bertugas langsung di ruang
Isolasi menghadapi sebuah pilihan antara tetap bekerja menjunjung tinggi
profesionalisme atau mementingkan keamanan pribadi dan keluarga. Saat ini tercatat
setidaknya sudah ada 12 orang perawat di Indonesia yang positif terinfeksi COVID-
19 dan meninggal dunia. Berdasarkan angka yang dipublikasikan di JAMA Network
Open, sebuah situs medis online dari Journal of American Medical Association,
tenaga kesehatan yang terinfeksi di China mencapai 3,8% dari total kasus covid-19
dan tercatat lima kematian dari tenaga kesehatan.
Pada tanggal 10 Januari 2020, etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu
termasuk dalam virus Ribonucleid Acid(RNA) yaitu virus corona jenis baru,
betavorona virus dan satu kelompok dengan virus corona penyebab Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS CoV).
Diagnosis ditegakkan dengan risiko perjalanan dari wuhan atau negara terjangkit
dalam kurun waktu 14 hari disertai gejala infeksi saluran nafas atas atau bawah,
disertai bukti laboratorium pemeriksaan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-
PCR) COVID-19.
Penelitian selanjutnya menunjukkan hubungan yang dekat dengan virus
corona penyebab SevereAcute Respitatory Syndrome (SARS) yang mewabah di
Hongkong pada tahun 2003,1 hingga WHO menamakannya sebagai novel corona
virus (nCoV- 19). Tidak lama kemudian mulai muncul laporan dari provinsi lain di
Cina bahkan di luar Cina, pada orangorang dengan riwayat perjalanan dari Kota
Wuhan dan Cina yaitu Korea Selatan, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Makau,
Hongkong, Singapura, Malaysia hingga total 25 negara termasuk Prancis, Jerman, Uni
Emirat Arab, Vietnam dan Kamboja. Ancaman pandemik semakin besar ketika
berbagai kasus menunjukkan penularan antar manusia (human to human
transmission) pada dokter danpetugas medis yang merawat pasien tanpa adariwayat
berpergian ke pasar yang sudah ditutup.(Handayani, Hadi, Isbaniah & dkk, 2020).
Pofesi tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi langsung dengan klien
adalah perawat. Perawat harus dapat melayani klien dengan sepenuh hati dan
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan intelektual,
tehnikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring. Caring merupakan
sentral praktek keperawatan. Perilaku caring dari perawat dan pelayanan secara
komprehensif serta holistik, membantu memberikan kenyamanan dan ketenangan
bagi pasien (Kotler, 2008).
Kemampuan perawat dalam memperhatikan pasien, keterampilan intelektual
dan interpersonal akan tercermin dalam perilaku caring (Dwidiyanti, 2008). Watson
(2004), berpendapat bahwa seorang perawat harus memiliki perilaku caring dalam
pelayanannya terhadap pasien, karena hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan
dengan pasien merupakan faktor yang mempengaruhi proses kepuasan dan
kesembuhan pasien tersebut. Perilaku caring juga harus diterapkan pada pasien
dengan COVID-19, dimana kondisi pasien membutuhkan perlakuan khusus.
Perawatan di rumah sakit akan selektif dilakukan pada pasien yang memang betul-
betul terindikasi penyakit dan tidak memungkinkan melaksanakan isolasi diri. Pasien
positif yang tidak mampu melaksanakan isolasi mandiri adalah lansia, orang dengan
penyakit bawaan, seperti diabetes, hipertensi, kelainan jantung, serta masalah paru-
paru, karena mereka membutuhkan layanan perawatan yang maksimal.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada saat pandemi COVID-19
2. Untuk mengetahui adaptasi perilaku caring perawat pada pasien COVID-19 di
ruang Isolasi RSUD Dr. Yunus Bengkulu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah coronavirus jenis baru yang dapat
menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian terutama
pada kelompok yang rentan seperti orang tua, ana-anak, dan orang-orang dengan
kondisi kesehatan yang kurang adekuat.

B. Patofisiologi
Virus corona biasa ditemukan pada banyak spesies hewan, termasuk kelelawar, unta,
kucing, dan sapi.
1. COVID-19 adalah betacoronavirus, seperti MERS dan SARS, yang semuanya
berasal dari kelelawar.
2. Urutan dari pasien AS mirip dengan urutan yang awalnya diposting Cina,
menunjukkan kemungkinan munculnya tunggal baru-baru ini dari reservoir
hewan.
3. Ketika penyebaran dari orang-ke-orang telah terjadi seperti halnya dengan
MERS dan SARS, diperkirakan hal tersebut terjadi terutama melalui droplet
pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi bersin, mirip dengan
bagaimana influenza dan patogen pernapasan lainnya menyebar.
4. Sebagian besar virus corona menginfeksi hewan, tetapi tidak pada manusia; di
masa depan, satu atau lebih dari virus corona ini berpotensi berevolusi dan
menyebar ke manusia, seperti yang terjadi di masa lalu.
5. Banyak pasien memiliki kontak langsung atau tidak langsung dengan Pasar
Grosir Makanan Laut Wuhan Huanan yang diyakini sebagai tempat asli
pecahnya COVID-19.
6. Namun, transmisi COVID-19 dari ikan ke manusia tidak mungkin terjadi.
COVID-19 dan coronavirus ikan seperti Beluga Whale CoV / SW1 termasuk
dalam genera yang berbeda dan tampaknya memiliki kisaran inang yang
berbeda.
7. Karena pasar makanan laut pasar Wuhan juga menjual hewan lain, inang alami
COVID-19 menunggu untuk diidentifikasi.
8. Karena kemungkinan penularan dari hewan ke manusia, CoV pada ternak dan
hewan lain termasuk kelelawar dan hewan liar yang dijual di pasar harus terus
dipantau.
9. Selain itu, semakin banyak bukti menunjukkan virus COVID-19 yang baru
menyebar melalui rute penularan dari manusia ke manusia karena ada infeksi
pada orang yang tidak mengunjungi Wuhan tetapi memiliki kontak dekat dengan
anggota keluarga yang telah mengunjungi Wuhan dan terinfeksi.

C. Etiologi
Coronavirus dinamai untuk virus yang mempunyai tampilan seperti paku dengan
mahkota di permukaannya.
1. Ada empat sub-kelompok utama dari coronavirus, yang dikenal sebagai alpha,
beta, gamma, dan delta.
2. Virus korona manusia pertama kali diidentifikasi pada pertengahan 1960-an.
3. Tujuh coronavirus yang dapat menginfeksi manusia adalah 229E (alpha
coronavirus), NL63 (alpha coronavirus, OC43 (beta coronavirus), dan HKU1
(beta coronavirus).
4. Virus korona manusia lainnya adalah MERS-CoV, SARS-CoV, dan COVID-19.

D. Manifestasi Klinis
Untuk infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi, penyakit yang dilaporkan bervariasi
mulai dari orang yang sakit ringan sampai orang yang sakit parah dan sekarat; gejala-
gejala ini dapat muncul hanya dalam 2 hari atau selama 14 setelah paparan
berdasarkan apa yang telah dilihat sebelumnya sebagai masa inkubasi virus MERS.
1. Demam
2. Batuk kering
3. Sesak napas

E. Temuan Penilaian dan Diagnostik


Pada saat ini, pengujian diagnostik untuk COVID-19 hanya dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah, jika di Amerika, ada yang namanya
CDC (Center for Disease Control and Prevention)
1. Untuk meningkatkan kemungkinan mendeteksi infeksi,CDC merekomendasikan
pengumpulan tiga jenis spesimen: pernapasan bawah, pernapasan atas, dan
spesimen serum untuk pengujian.
2. CDC telah mengirimkan tim multidisiplin ke Washington, Illinois, California,
dan Arizona untuk membantu departemen kesehatan dengan manajemen klinis,
pelacakan kontak, dan komunikasi.
3. CDC telah mengembangkan tes Reaksi-Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR)
real-time yang dapat mendiagnosis COVID-19 dalam sampel serum pernapasan
dari spesimen klinis.
4. Saat ini, pengujian untuk virus ini harus dilakukan di CDC, tetapi dalam
beberapa hari dan minggu mendatang, CDC akan berbagi tes ini dengan mitra
domestik dan internasional.
5. CDC mengunggah seluruh genom virus dari kelima kasus yang dilaporkan di
Amerika Serikat ke GenBank.
6. CDC juga menumbuhkan virus dalam kultur sel, yang diperlukan untuk
penelitian lebih lanjut, termasuk untuk karakterisasi genetik tambahan

F. Peran Perawat saat Pandemi COVID-19


Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal .Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO/World
Health Organization) menyatakan perawat merupakan back bone (tulang punggung)
di fasilitas pelayanan karena proporsi jumlahnya yang lebih banyak dibandingkan
tenaga kesehatan lain.
Peran penting perawat dalam pelayanan kesehatan terutama dalam kondisi
wabah COVID-19 saat ini antara lain sebagai caregiver yang merupakan peran utama
dimana perawat akan terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan
keperawatan di tatanan layanan klinis seperti di rumah sakit. Selain itu, perawat juga
mempunyai peran sebagai edukator, dimana berperan sebagai tim pendidik yang
memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Perawat berperan
dalam memperkuat pemahaman masyarakat terkait dengan apa dan bagaimana Covid-
19, pencegahan dan penularan, serta bagaimana meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang tanda dan gejala.
Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan sense of crisis, sehingga
masyarakat menjadi waspada dan menerapkan perilaku pencegahan dan hidup sehat,
dan tidak panik. Selain peran diatas, perawat juga berperan dalam advokat dimana
perawat akan membantu mengurangi stigma bagi pasien dan keluarga yang terindikasi
covid positif. Secara umum, perawat mempunyai peran yang sangat penting baik dari
segi promotif, preventif, dan pelayanan asuhan keperawatan dalam kondisi pandemi
ini. Tenaga kesehatan dalam hal ini peraway adalah profesi yang terdekat bagi
pasiennya, akan lebih dahulu mengetahui keadaan dan apa yang dirasakan pasien.
Berbagai keluhan fisik dan psikologis seperti kecemasan akan sakit yang dirasakan,
mudah tersinggung dan marah, dan kurang konsentrasi sangat membutuhkan
perhatian, kepekaan, dan sikap peduli dari perawat untuk menanggapi keluhannya,
sehingga perilaku caring sangat dibutuhkan dalam pelayanan keperawatan (Nurul,
2012).

G. Mutu Pelayanan Keperawatan pada Masa Pandemi COVID-19


Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang memegang peranan penting
dalam pelayanan kesehatan dirumah sakit. Perawat memiliki peran memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas karena perawat berinteraksi langsung selama 24
jam dengan pasien, dan jumlah perawat yang mendominasi sehingga perawat harus
mampu memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu (Nursalam,
2011).Pelayanan yang berkualitas atau memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat oleh karena itu, kualitas pelayanan
harus di perhatikan dan selalu fokus kepada kepuasan pelanggan (Hardiansyah, 2018).
Mutu pelayanan kesehatan memiliki dampak yang sangat besar terhadap
seluruh upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan, sehingga mutu pelayanan
kesehatan selama masa pandemi Covid-19 merupakan hal yang sangat penting. Saat
ini Kemenkes RI sedang menyusun draft kerangka pelayanan fasilitas kesehatan era
new normal. Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan akan sangat menentukan
mutu pelayanan kesehatan disebuah tatanan atau layanan kesehatan serta sangat
mempengaruhi citra sebuah instansi pelayanan kesehatan misalnya citra sebuah
Rumah Sakit (Ritizza, 2013)
Pada kondisi pandemic Covid-19 saat ini, mutu pelayanan keperawatan harus
tetap dijaga sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien Covid-19
adalah pelayanan yang bermutu dan berkualitas. Peran seorang manajer keperawatan
sangat diperlukan untuk mencapai peningkatan mutu pelayanan keperawatan tersebut
(Pratiwi, 2016).
H. Manajemen Medis
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menghindari terkena virus corona ini.
1. Kebersihan tangan. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air
selama 20 detik; jika air dan sabun tidak tersedia, gunakan pembersih tangan
berbahan dasar alkohol.
2. Jauhkan tangan dari wajah Anda. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut
dengan tangan yang tidak dicuci.
3. Tidak ada kontak dekat dengan orang sakit. Hindari kontak dekat dengan orang
yang sakit, dan tinggal di rumah saat Anda sakit.
4. Etika batuk dan bersin yang tepat. Tutupi batuk atau bersin dengan tisu, lalu
buang tisu ke tempat sampah.
5. Perawatan suportif. Orang yang terinfeksi COVID-19 harus menerima perawatan
suportif untuk membantu meringankan gejala.
Kasus yang parah. Untuk kasus yang parah, perawatan harus mencakup perawatan
untuk mendukung fungsi organ vital.

I. Manajemen Farmakologis
Tidak ada pengobatan antivirus khusus yang direkomendasikan untuk infeksi
COVID-19, dan tidak ada vaksin saat ini untuk mencegahnya.

J. Manajemen Keperawatan
Manajemen perawatan untuk pasien dengan infeksi COVID-19 meliputi:
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pasien yang diduga COVID-19 harus mencakup:
a. Sejarah perjalanan. Penyedia layanan kesehatan harus mendapatkan riwayat
perjalanan yang terperinci untuk pasien yang dievaluasi dengan demam dan
penyakit pernapasan akut.
b. Pemeriksaan fisik. Pasien yang mengalami demam, batuk, dan sesak napas
dan yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina baru-baru ini harus
ditempatkan di bawah isolasi segera.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk pasien
dengan COVID-19 adalah:
a. Infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen
akibat paparan COVID-19.
b. Pengetahuan yang kurang terkait dengan ketidaktahuan dengan informasi
penularan penyakit.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
d. Gangguan pola pernapasan terkait dengan sesak napas.
e. Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui.
3. Perencanaan dan Tujuan Perawatan
Berikut ini adalah tujuan perencanaan perawatan utama untuk COVID-19:
a. Cegah penyebaran infeksi.
b. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Tingkatkan suhu tubuh adekuat
d. Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Kurangi kecemasan.
4. Intervensi Keperawatan
Di bawah ini adalah intervensi keperawatan untuk pasien yang didiagnosis
dengan COVID-19:
a. Pantau tanda-tanda vital. Pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai
dengan suhu tinggi; pantau juga laju pernapasan pasien karena sesak napas
adalah gejala umum lainnya.
b. Pantau saturasi O2. Pantau saturasi O2 pasien karena gangguan pernapasan
dapat menyebabkan hipoksia.
c. Pertahankan isolasi pernafasan. Simpan tisu di samping tempat tidur pasien;
buang sekresi dengan benar; mengintruksikan pasien untuk menutup mulut
saat batuk atau bersin; menggunakan masker, dan menyarankan mereka
yang memasuki ruangan untuk memakai masker juga; letakkan stiker
pernapasan pada bagan, linen, dan sebagainya.
d. Terapkan kebersihan tangan yang ketat. Ajari pasien dan orang-orang untuk
mencuci tangan setelah batuk untuk mengurangi atau mencegah penularan
virus.
e. Kelola hipertermia. Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme.
f. Berikan penkes pada pasien dan keluarga. Berikan informasi tentang
penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses penyakit, komplikasi, dan
perlindungan dari virus.
5. Evaluasi
Tujuan keperawatan terpenuhi sebagaimana dibuktikan oleh:
a. Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi yang dibuktikan dengan PHBS
dan isolasi pernafasan adekuat.
b. Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh yang adekuat.
d. Pasien mampu mengembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Pasien tidak terlihat cemas.
6. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi untuk pasien dengan COVID-19 meliputi:
a. Temuan individu, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi, interaksi,
sifat pertukaran sosial, spesifik perilaku individu.
b. Keyakinan budaya dan agama, dan harapan.
c. Paket perawatan.
d. Rencana pengajaran.
e. Tanggapan terhadap intervensi, pengajaran, dan tindakan yang dilakukan.
f. Pencapaian atau kemajuan menuju hasil yang diinginkan.

K. Pelaksanaan Manajemen Asuhan Keperawatan di Masa Pandemi COVID-19


Menurut jurnal yang kami gunakan yaitu “Adaptasi perilaku caring perawat pada
pasien Covid-19 di ruang Isolasi RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu” pelaksanaan
manajemen asuhan keperwatan dimasa pandemic covid yang telah digunakan yaitu
dengan melakukan :
1) Sikap peduli terhadap kebutuhan pasien
Partisipan menunjukkan sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhan pasien
COVID-19, ditunjukkan melalui memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan
pasien dengan memperhatikan protokol kesehatan dan merasakan adanya
keterbatasan interaksi pada pasien selama COVID-19.
2) Bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien
Semua partisipan menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan pasien secara berhati-hati terhadap pasien COVID-19, meskipun masih
ada pemenuhan kebutuhan spiritual yang belum optimal selama pelaksanaan
asuhan keperawatan.

3) Sikap ramah dalam melayani pasien


Partisipan telah menunjukan sikap ramah dalam melayani pasien Covid-19,
walaupun saat melayani pasien tidak seperti biasanya karena waktu interaksi yang
terbatas, namun saat interaksi tetap menunjukkan Bahasa tubuh yang bersahabat.
4) Sikap tenang dan sabar dalam melayani pasien
Partisipan dalam memberikan pelayanan keperawatan terhadap pasein Covid-19
sudah menunjukkan sikap tenang dan sabar dalam melayani pasien meskipun
perawat berusaha tenang, namun tetap ada rasa ketakutan, khawatir yang mereka
rasakan dan tetap menunjukkan sikap tenang di depan pasien.
5) Selalu siap sedia memenuhi kebutuhan pasien
Partisipan sudah menunjukkan selalu siap sedia memenuhi kebutuhan Pasien
dengan Covid-19 tidak hanya kebutuhan secara fisik namun psikososial spiritual,
walaupun minimal kontak dengan pasien tetap siap sedia berupaya memenuhi
kebutuhan pasien dengan memantau lewat monitor serta saling membantu sesama
perawat bila kondisi pasien total care.
6) Memberi motivasi kepada pasien dalam memberikan pelayanan
Partisipan dalam merawat pasien COVID-19 tetap memberikan motivasi pada
pasien saat merawat pasien, seperti mengingatkan untuk selalu bersikap tenang,
jangan stres, berpikir positif, selalu berdoa dan bersyukur. Memberikan semangat
untuk sembuh, memberikan edukasi bahwa penyakit akan sembuh dan keluarga
menunggu dirumah dan mengajak pasien untuk semngat dan berjuang melawan
COVID-19. Selalu mengingatkan untuk selalu bersikap tenang dan jangan stres,
berfikir positif dan banyak berdoa.
7) Sikap empati terhadap pasien dan keluarga
Partisipan menunjukkan sikap empatinya terhadap klien dan keluarga, ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh pasien, tetapi terkadang ada yang merasa
simpati/terlalu larut dalam masalah pasien, apalagi jika yang dirawat teman
sendiri. Rasa empati ditunjukkan dengan memahami apa yang dirasakan pasien
dan selau bersedia mendengarkan keluh kesah pasien.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah coronavirus jenis baru yang dapat
menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah
seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok
yang rentan seperti orang tua, ana-anak, dan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang
kurang adekuat. Tanda gejala seseorang yang terkena coronavirus yaitu batuk, demam, sesak
nafas, dan sulit membau.
Untuk mencegah agar tidak terkena virus corona ini dengan cara :
1) Sering mencuci tangan
2) Tidak ada kontak dengan orang yang terpapar corona virus
3) Etika batuk dan bersin yang tepat
4) Menggunakan masker

Perawat memiliki peran memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas karena


perawat berinteraksi langsung selama 24 jam dengan pasien, dan jumlah perawat yang
mendominasi sehingga perawat harus mampu memberikan pelayanan keperawatan yang
bermutu . Perilaku perawat dalam pelayanan keperawatan merupakan suatu tanggapan dan
tindakan terhadap kebutuhan dan keinginan dari para pasien. Caring perawat merupakan
sikap peduli yang memudahkan pasien untuk mencapai peningkatan kesehatan dan
pemulihan.
Hasil penelitian menunjukkan caring sebagai dasar dalam kesatuan nilai – nilai
kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepeduliaan, dan cinta terhadap diri sendiri dan orang
lain, empati, kepedulian). Seorang perawat tetap memiliki perilaku caring dalam memberikan
asuhan keperawatan, demikian pula saat pandemi berlangsung perawat tetap dapat
beradaptasi menerapkan perilaku caring terhadap pasien dengan ikhlas meskipun sebagai
individu mereka memiliki rasa kekhawatiran.
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2020). Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus
Corona di Indonesia.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan Pengendalian Covid-19 Kemkes: Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Laschinger, Gilbert & Smith. (2011). Patient Satisfaction As A Nurse-Sensitive Outcome. In
D. M. Doran (Ed., Nursing Outcome, The State Of The Science, 2nd Ed. Pp. 359.
London: Jones & Bartle Learning
Meryland (2012) Principle For Nursing Staffing Second Edition Silver Spring. ANA
Mulyati, M., Susanti, E., Aryati, S., Mardhotillah, E., Maftukhah, M., Sulistyowati, G., ... &
Livana, P. H. (2020). Tingkat Kepuasan Pasien dalam Menerima Pelayanan Asuhan
Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 12(1), 57-62.
Nerslicious. Manajemen Dan Asuhan Keperawatan Covid-19.
https://www.nerslicious.com/asuhan-keperawatan-covid-19/. Diakses tanggal 26
November 2020
Nurul, Qomariah. (2012). Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Perilaku Caring Perawat
Pada Praktik Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.
Nurssalam, N. (2017). Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan
professional. Jakarta : Salemba Medika.S, Mugianti. (2016). Manajemen dan
Kepimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Kementrian Kesehatan RI, Edisi I, Jakarta.
Susilo A., Rumende, C.M., Pitoyo, C.W., dkk. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7:(01).
Yustisia, N., Utama, T. A., & Aprilatutini, T. (2020). Adaptasi Perilaku Caring Perawat pada
Pasien Covid-19 di Ruang Isolasi. JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
BENGKULU, 8(2), 117-127.

Anda mungkin juga menyukai