MANAJEMEN KEPERAWATAN
COVID-19
Disusun Oleh :
1. Aulia Indah P. (P1337420518059)
2. Siti Hariyanti (P1337420518074)
3. Ferian H. I. (P1337420518079)
4. Fadila Nur (P1337420518088)
ABIMANYU 2
A. Latar Belakang
Coronavirus 19 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh
WHO (WHO, 2020). Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara
hewan dan manusia. Virus dan penyakit ini diketahui berawal di kota Wuhan, Cina
sejak Desember 2019. Per tanggal 21 Maret 2020, jumlah kasus penyakit ini mencapai
angka 275,469 jiwa yang tersebar di 166 negara, termasuk Indonesia.
Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi
tahap Tanggap Darurat pada tanggal 17 Maret 2020. Jumlah kasus COVID-19 terus
meningkat di berbagai belahan dunia, Indonesia sendiri pada Kamis 26/3/2020) dalam
peta persebaran COVID-19 milik BNPB, sebanyak 790 kasus terkonfirmasi dengan
58 orang meninggal dan 31 orang dinyatakan sembuh (BNPB, 2020).
Wabah virus corona COVID-19 yang menyebar di seluruh dunia tidak hanya
berdampak pada masyarakat umum, tetapi juga tenaga kesehatan yang berada di garda
terdepan melawan virus mematikan ini. Para tenaga kesehatan tidak bisa melindungi
dirinya di dalam rumah seperti masyarakat umum. Mereka harus mempertaruhkan
nyawa menangani pasien virus corona COVID-19 dengan risiko penularan yang
sangat besar, dan harus hidup terpisah dengan keluarga dan orang yang disayang
selama bermingguminggu untuk menghindari penularan virus lebih luas. Salah satu
tenaga kesehatan yang paling banyak dan berinteraksi dengan pasien COVID-19
selama 24 jam adalah tenaga perawat.
Perawat adalah salah satu tenaga professional dalam bidang kesehatan yang
masih harus bekerja dan tetap melakukan pengabdian dalam situasi pandemi COVID-
19 saat ini. Perawat terutama mereka yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Pemerintah
yang menjadi rujukan perawatan pasien COVID-19 yang bertugas langsung di ruang
Isolasi menghadapi sebuah pilihan antara tetap bekerja menjunjung tinggi
profesionalisme atau mementingkan keamanan pribadi dan keluarga. Saat ini tercatat
setidaknya sudah ada 12 orang perawat di Indonesia yang positif terinfeksi COVID-
19 dan meninggal dunia. Berdasarkan angka yang dipublikasikan di JAMA Network
Open, sebuah situs medis online dari Journal of American Medical Association,
tenaga kesehatan yang terinfeksi di China mencapai 3,8% dari total kasus covid-19
dan tercatat lima kematian dari tenaga kesehatan.
Pada tanggal 10 Januari 2020, etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu
termasuk dalam virus Ribonucleid Acid(RNA) yaitu virus corona jenis baru,
betavorona virus dan satu kelompok dengan virus corona penyebab Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS CoV).
Diagnosis ditegakkan dengan risiko perjalanan dari wuhan atau negara terjangkit
dalam kurun waktu 14 hari disertai gejala infeksi saluran nafas atas atau bawah,
disertai bukti laboratorium pemeriksaan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-
PCR) COVID-19.
Penelitian selanjutnya menunjukkan hubungan yang dekat dengan virus
corona penyebab SevereAcute Respitatory Syndrome (SARS) yang mewabah di
Hongkong pada tahun 2003,1 hingga WHO menamakannya sebagai novel corona
virus (nCoV- 19). Tidak lama kemudian mulai muncul laporan dari provinsi lain di
Cina bahkan di luar Cina, pada orangorang dengan riwayat perjalanan dari Kota
Wuhan dan Cina yaitu Korea Selatan, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Makau,
Hongkong, Singapura, Malaysia hingga total 25 negara termasuk Prancis, Jerman, Uni
Emirat Arab, Vietnam dan Kamboja. Ancaman pandemik semakin besar ketika
berbagai kasus menunjukkan penularan antar manusia (human to human
transmission) pada dokter danpetugas medis yang merawat pasien tanpa adariwayat
berpergian ke pasar yang sudah ditutup.(Handayani, Hadi, Isbaniah & dkk, 2020).
Pofesi tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi langsung dengan klien
adalah perawat. Perawat harus dapat melayani klien dengan sepenuh hati dan
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan intelektual,
tehnikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring. Caring merupakan
sentral praktek keperawatan. Perilaku caring dari perawat dan pelayanan secara
komprehensif serta holistik, membantu memberikan kenyamanan dan ketenangan
bagi pasien (Kotler, 2008).
Kemampuan perawat dalam memperhatikan pasien, keterampilan intelektual
dan interpersonal akan tercermin dalam perilaku caring (Dwidiyanti, 2008). Watson
(2004), berpendapat bahwa seorang perawat harus memiliki perilaku caring dalam
pelayanannya terhadap pasien, karena hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan
dengan pasien merupakan faktor yang mempengaruhi proses kepuasan dan
kesembuhan pasien tersebut. Perilaku caring juga harus diterapkan pada pasien
dengan COVID-19, dimana kondisi pasien membutuhkan perlakuan khusus.
Perawatan di rumah sakit akan selektif dilakukan pada pasien yang memang betul-
betul terindikasi penyakit dan tidak memungkinkan melaksanakan isolasi diri. Pasien
positif yang tidak mampu melaksanakan isolasi mandiri adalah lansia, orang dengan
penyakit bawaan, seperti diabetes, hipertensi, kelainan jantung, serta masalah paru-
paru, karena mereka membutuhkan layanan perawatan yang maksimal.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada saat pandemi COVID-19
2. Untuk mengetahui adaptasi perilaku caring perawat pada pasien COVID-19 di
ruang Isolasi RSUD Dr. Yunus Bengkulu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah coronavirus jenis baru yang dapat
menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian terutama
pada kelompok yang rentan seperti orang tua, ana-anak, dan orang-orang dengan
kondisi kesehatan yang kurang adekuat.
B. Patofisiologi
Virus corona biasa ditemukan pada banyak spesies hewan, termasuk kelelawar, unta,
kucing, dan sapi.
1. COVID-19 adalah betacoronavirus, seperti MERS dan SARS, yang semuanya
berasal dari kelelawar.
2. Urutan dari pasien AS mirip dengan urutan yang awalnya diposting Cina,
menunjukkan kemungkinan munculnya tunggal baru-baru ini dari reservoir
hewan.
3. Ketika penyebaran dari orang-ke-orang telah terjadi seperti halnya dengan
MERS dan SARS, diperkirakan hal tersebut terjadi terutama melalui droplet
pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi bersin, mirip dengan
bagaimana influenza dan patogen pernapasan lainnya menyebar.
4. Sebagian besar virus corona menginfeksi hewan, tetapi tidak pada manusia; di
masa depan, satu atau lebih dari virus corona ini berpotensi berevolusi dan
menyebar ke manusia, seperti yang terjadi di masa lalu.
5. Banyak pasien memiliki kontak langsung atau tidak langsung dengan Pasar
Grosir Makanan Laut Wuhan Huanan yang diyakini sebagai tempat asli
pecahnya COVID-19.
6. Namun, transmisi COVID-19 dari ikan ke manusia tidak mungkin terjadi.
COVID-19 dan coronavirus ikan seperti Beluga Whale CoV / SW1 termasuk
dalam genera yang berbeda dan tampaknya memiliki kisaran inang yang
berbeda.
7. Karena pasar makanan laut pasar Wuhan juga menjual hewan lain, inang alami
COVID-19 menunggu untuk diidentifikasi.
8. Karena kemungkinan penularan dari hewan ke manusia, CoV pada ternak dan
hewan lain termasuk kelelawar dan hewan liar yang dijual di pasar harus terus
dipantau.
9. Selain itu, semakin banyak bukti menunjukkan virus COVID-19 yang baru
menyebar melalui rute penularan dari manusia ke manusia karena ada infeksi
pada orang yang tidak mengunjungi Wuhan tetapi memiliki kontak dekat dengan
anggota keluarga yang telah mengunjungi Wuhan dan terinfeksi.
C. Etiologi
Coronavirus dinamai untuk virus yang mempunyai tampilan seperti paku dengan
mahkota di permukaannya.
1. Ada empat sub-kelompok utama dari coronavirus, yang dikenal sebagai alpha,
beta, gamma, dan delta.
2. Virus korona manusia pertama kali diidentifikasi pada pertengahan 1960-an.
3. Tujuh coronavirus yang dapat menginfeksi manusia adalah 229E (alpha
coronavirus), NL63 (alpha coronavirus, OC43 (beta coronavirus), dan HKU1
(beta coronavirus).
4. Virus korona manusia lainnya adalah MERS-CoV, SARS-CoV, dan COVID-19.
D. Manifestasi Klinis
Untuk infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi, penyakit yang dilaporkan bervariasi
mulai dari orang yang sakit ringan sampai orang yang sakit parah dan sekarat; gejala-
gejala ini dapat muncul hanya dalam 2 hari atau selama 14 setelah paparan
berdasarkan apa yang telah dilihat sebelumnya sebagai masa inkubasi virus MERS.
1. Demam
2. Batuk kering
3. Sesak napas
I. Manajemen Farmakologis
Tidak ada pengobatan antivirus khusus yang direkomendasikan untuk infeksi
COVID-19, dan tidak ada vaksin saat ini untuk mencegahnya.
J. Manajemen Keperawatan
Manajemen perawatan untuk pasien dengan infeksi COVID-19 meliputi:
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pasien yang diduga COVID-19 harus mencakup:
a. Sejarah perjalanan. Penyedia layanan kesehatan harus mendapatkan riwayat
perjalanan yang terperinci untuk pasien yang dievaluasi dengan demam dan
penyakit pernapasan akut.
b. Pemeriksaan fisik. Pasien yang mengalami demam, batuk, dan sesak napas
dan yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina baru-baru ini harus
ditempatkan di bawah isolasi segera.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk pasien
dengan COVID-19 adalah:
a. Infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen
akibat paparan COVID-19.
b. Pengetahuan yang kurang terkait dengan ketidaktahuan dengan informasi
penularan penyakit.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
d. Gangguan pola pernapasan terkait dengan sesak napas.
e. Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui.
3. Perencanaan dan Tujuan Perawatan
Berikut ini adalah tujuan perencanaan perawatan utama untuk COVID-19:
a. Cegah penyebaran infeksi.
b. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Tingkatkan suhu tubuh adekuat
d. Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Kurangi kecemasan.
4. Intervensi Keperawatan
Di bawah ini adalah intervensi keperawatan untuk pasien yang didiagnosis
dengan COVID-19:
a. Pantau tanda-tanda vital. Pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai
dengan suhu tinggi; pantau juga laju pernapasan pasien karena sesak napas
adalah gejala umum lainnya.
b. Pantau saturasi O2. Pantau saturasi O2 pasien karena gangguan pernapasan
dapat menyebabkan hipoksia.
c. Pertahankan isolasi pernafasan. Simpan tisu di samping tempat tidur pasien;
buang sekresi dengan benar; mengintruksikan pasien untuk menutup mulut
saat batuk atau bersin; menggunakan masker, dan menyarankan mereka
yang memasuki ruangan untuk memakai masker juga; letakkan stiker
pernapasan pada bagan, linen, dan sebagainya.
d. Terapkan kebersihan tangan yang ketat. Ajari pasien dan orang-orang untuk
mencuci tangan setelah batuk untuk mengurangi atau mencegah penularan
virus.
e. Kelola hipertermia. Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme.
f. Berikan penkes pada pasien dan keluarga. Berikan informasi tentang
penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses penyakit, komplikasi, dan
perlindungan dari virus.
5. Evaluasi
Tujuan keperawatan terpenuhi sebagaimana dibuktikan oleh:
a. Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi yang dibuktikan dengan PHBS
dan isolasi pernafasan adekuat.
b. Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh yang adekuat.
d. Pasien mampu mengembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Pasien tidak terlihat cemas.
6. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi untuk pasien dengan COVID-19 meliputi:
a. Temuan individu, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi, interaksi,
sifat pertukaran sosial, spesifik perilaku individu.
b. Keyakinan budaya dan agama, dan harapan.
c. Paket perawatan.
d. Rencana pengajaran.
e. Tanggapan terhadap intervensi, pengajaran, dan tindakan yang dilakukan.
f. Pencapaian atau kemajuan menuju hasil yang diinginkan.
BNPB. (2020). Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus
Corona di Indonesia.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan Pengendalian Covid-19 Kemkes: Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Laschinger, Gilbert & Smith. (2011). Patient Satisfaction As A Nurse-Sensitive Outcome. In
D. M. Doran (Ed., Nursing Outcome, The State Of The Science, 2nd Ed. Pp. 359.
London: Jones & Bartle Learning
Meryland (2012) Principle For Nursing Staffing Second Edition Silver Spring. ANA
Mulyati, M., Susanti, E., Aryati, S., Mardhotillah, E., Maftukhah, M., Sulistyowati, G., ... &
Livana, P. H. (2020). Tingkat Kepuasan Pasien dalam Menerima Pelayanan Asuhan
Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 12(1), 57-62.
Nerslicious. Manajemen Dan Asuhan Keperawatan Covid-19.
https://www.nerslicious.com/asuhan-keperawatan-covid-19/. Diakses tanggal 26
November 2020
Nurul, Qomariah. (2012). Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Perilaku Caring Perawat
Pada Praktik Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.
Nurssalam, N. (2017). Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan
professional. Jakarta : Salemba Medika.S, Mugianti. (2016). Manajemen dan
Kepimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Kementrian Kesehatan RI, Edisi I, Jakarta.
Susilo A., Rumende, C.M., Pitoyo, C.W., dkk. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7:(01).
Yustisia, N., Utama, T. A., & Aprilatutini, T. (2020). Adaptasi Perilaku Caring Perawat pada
Pasien Covid-19 di Ruang Isolasi. JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
BENGKULU, 8(2), 117-127.