Anda di halaman 1dari 36

APLIKASI PENGARUH TERAPI MUSIK DAN TERAPI VIDEO GAME

TERHADAP TINGKAT NYERI ANAK USIA PRA SEKOLAH


YANG DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD KRMT WONGSONEGORO

Disusun Oleh :
Maya Anshari
G3A019016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular


yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes
Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat.
Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka
Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue
Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue
Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN
pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga
tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa
ditekan.
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102
orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009
sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di
Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen.
Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka
kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian
sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam
berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara
anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah
kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita, potensi
penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat
banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat
terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat
meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak
mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada
hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung
cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahani dalam mengaplikasikan pengaruh terapi musik
dan terapi video game terhadap tingkat nyeri anak usia pra sekolah yang dilakukan
pemasangan infus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami dan mengetahui definisi, penyebab tanda dan gejala pada
dengue hemoragic fever.
b. Untuk memahami dan mengaplikasikan dalam dalam mengaplikasikan pengaruh
terapi musik dan terapi video game terhadap tingkat nyeri anak usia pra sekolah
yang dilakukan pemasangan infus
c. Untuk memahami dan mengetahui mengenai jurnal keperawatan yang dapat
diaplikasikan pada pasien yang mengalami nyeri saat dilakukan pemasangan
infus
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh
aedes albopictus.Yang ditandai dengan demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. Manifestasi perdarahan, termasuk uji
tourniquet positif, trombositopeni ( jumlah trombosit kurang dari 100.000/Ul),
Homokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa pembesaran
hati. (Depkes RI,2005)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty. (DR. Nursalam, 2005)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah penyakit demam akut dengan cirri-ciri
demam disertai tanda-tanda perdarahan yang dapat menjadi syok yang dapat menyebabkan
kematian.(Rinawati,2012).

B. Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO :
Derajat I :Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji tourniquet
positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
Derajat II : Sama seperti Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau
perdarahan spontan seperti petekie, ekimosa, epitaksis, hematemesis dan
melena.
Derajat III : pada derajat ini seringkali disebut juga fase pre syok. Dengan tanda DHF
derajat II namun penderita mulai mengalami tanda syok ditandai dengan
kesadaran yang mulai menurun, tangan kaki dingi, nadi teraba cepat dan
lemah karena ditemukan kegagalan sirkulasi. TD rendah (hipotensi) atau
menurun, gelisah, sianosis, sekitar mulut hidung dan ujung jari (tanda-tanda
dari renjatan).
Derajat IV : pada fase ke IV dari DHF ini sering disebut dengan fase syok (dengue syok
syndrome/DSS), Penderita syok dealam dengan kesadaran sangat menurun
hingga koma, anggota gerak seperti tangan dan kaki dingin dan pucat, kulit
tampak kebiruan, nadi sangat lemah sampai tidak teraba, TD tidak dapat
diukur (denyutan jantung kurang dari 140mmHg).

C. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)
adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe
virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah
dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir
ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.( Nursalam, 2005)
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti yaitu badannya kecil, warnanya hitam dan
berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di
tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100
M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang
(multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.
(Padila. 2013)

D. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai
syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah
dengue.
1. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah,
nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
2. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan
panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik.
Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin
tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim.
Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis
sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati
mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri.
Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata,
biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.

Menurut patokan dari WHO diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya
gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas)
kemudian turun menuju suhu normal, bersamaan dengan berlangsungnya demam saat
demam suhu tubuh dapat mencapai 38C pada fase ini sekitar 50-80% pasien dengan
gejala mengalami ruam serta gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian. Nyeri kepala dan rasa lemah
yang dapat menyertainya
2. Manifestasi perdarahan
Biasanya terjadi pada hari ke dua dan ke tiga dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat uji tourniquet positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekie dan purpura tanda-tanda perdarahan lainnya yaitu berupa bintik-bintik
kemerahanadanya dilengan atau dikaki kemdian timbul perdarahan hidung atau gusi
atau bisa jga berupa muntah darah atau berak darah, perdarahan ringan hingga sedang
dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan hematemesis
perdarahan gastrointestinal biasanya didahului dengan nyeri perut yang hebat.
3. Pembesaran hati (Hepatomegali)
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah teraba. Pembesaran juga bisa terjadi limfa dan kelenjar
getah bening. Bila terjadi peningkatan hepatomegali, hati akan teraba kenyal, harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita dan biasanya sifatnya
nyeri tekan dan tanpa di sertai ikterus.
4. Syok (Renjatan)
Biasanya terjadi pada hari ke tiga sejak sakit, yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai
tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah,
timbul sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk.
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa.Demam dengue pada bayi dan anak berupa
demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan
dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam,
sakit kepala,40 anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut
kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun
hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar
atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama
demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai
epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang
terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens
seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali.Nyeri tekan
sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.

E. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan
dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Oleh karena itu ada penderita
Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah
berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Padila. 2013)
F. Pathways
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:HB dan PCV
meningkat ( > 20 % )
a. Trombositopenia ( < 100.000/ml )
b. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis )
c. lg. D . dengue fositif
d. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemi, hipokloremia,
dan hiponatremia.
e. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
f. Asidosis metabolik : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
g. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue
adalah melalui uji rumpel leed, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan
hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit
plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell
culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptosi Polymerase Chain Reachon).Namun ketika teknik yang rumit yang
berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi
total, IgM maupun IgG).
3. Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
a. Rontgen thorax untuk mengamati ada tidaknya effusi pleura.
b. Uji tes Tourniquet. (Soegeng Soegianto, 2006).

H. Komplikasi
1. Perdarahan luas.
2. Syok atau renjatan
3. Efusi Pleura
4. Penurunan kesadaran

I. Penatalaksanaan
1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak 1,5-2,5 liter/24 jam dapat berupa dengan air teh manis, gula atau susu
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF. Mengkonsumsi air lebih banyak sangat dianjurkan karena air
dapat mengatasi efek kebocoran plasma darah dan meningkatkan jumlah trombosit.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal penderita DBD dianjurkan untuk minum
sesuai rumus berikut ini :
- Dewasa : 50 cc/kgBB/hari.
- Anak : 10 kg BB pertama : 100cc/kg/hari.
10 kg BB Kedua : 50cc/kgBB/hari
10 kg BB ketiga dan seterusnya : 20cc/kgBB/Hari.
4. Antipiretik jika terdapat demam.
5. Antikonvulsan jika terdapat kejang.
6. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum
dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
7. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap harii
8. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
9. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
10. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
11. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter ,
K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
12. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.
Indikasi pemberian tranfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang
secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan HB yang mencolok.

Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic


Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
1. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih
baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas
paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika C. Obat panas salisilat tidak
dianjurkangejala panas masih nyata diatas 38,5 karena mempunyai resiko terjadinya
penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever
(DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang
menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan
penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan
manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk
dirawat inap.
13. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan
berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum
air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare.Apabila hematokrit
meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan indikator adanya kebocoran
plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama
kurun waktu 12-14 jam.
14. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan
yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti
secara tepat.Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi).dalam
hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam
darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik
(ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali)
dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
15. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat
gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal
dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai
satu macam obat hipnotik.
a. Terapi oksigen
b. Transfusi darah.
c. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler
telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg
BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya
furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis,
kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya
syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure
(CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
16. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk
menilai hasil pengobatan.

J. Pengkajian Fokus
1. Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun ), jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama orang tua , pendidikan orang tua
, dan pekerjaan orang tua serta identitas penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil dan saat demam
kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 , dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual,
muntah, anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit, gusi ( grade III, IV ), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk
aides aigepty.
6. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat di hindarkan.
7. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun.Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
8. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare /
konstipasi.sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit /
banyak, sakit / tidak. pada DHF garade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit /
nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
e. Kebersihan.Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membesihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
g. Pemeriksaan fisik.Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki.Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak
adalah sebagai berikut.
1. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2. Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada perdarahan
spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3. Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun
4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit
tampak biru.
10. Pengkajian Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan
dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
c. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn
limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit.
11. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam ( flusy ), mata anemis,
hidung kadang mengalamiperdarahan ( epistaksis ) pada grade II,III,IV, pada mulut di
dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga
( pada grade II,III,IV ).
12. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak.pada fhoto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang
biasanya terdapat grade III dan IV.
13. Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ), dan asietas.
14. Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang.

K. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan DHF :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,
perdarahan, muntah, dan demam
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, tidak ada nafsu makan
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus .
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
J. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Defisit volume NOC : NIC :
cairan berhubungan Fluid balance Fluid management
dengan Hydration  Timbang popok/pembalut jika
peningkatan Nutritional Status : diperlukan
permeabilitas Food and fluid  Pertahankan catatan intake dan
kapiler , Intake output yang akurat
perdarahan, Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi (
muntah, dan Mempertahankan kelembaban membrane mukosa,
demam urine output sesuai nadi adekuat, tekanan darah
dengan usia dan ortostatik ) ; jika diperlukan
BB,BJ urine  Monitor hasil lab yang sesuai
normal,HT normal dengan retensi cairan ( BUN,
Tekanan darah,nadi Hmt, osmolalitas urine )
dan suhu tubuh  Monitor vital sign
dalam batas normal  Monitor masukan makanan atau
Tidak ada tanda cairan dan hitung intake kalori
dehidrasi,Elastisitas harian .
turgor kulit baik,  Kolaborasi pemberian cairan IV
membrane mukosa  Monitor status nutrisi
lembab,tidak ada  Berikan cairan
rasa haus berlebihan  Berikan Diuretik sesuai
. interuksi
 Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nasogatrik
sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan .
 Tawarkan snack ( jus buah ,
buah segar )
 Kolaborasikan dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
 Atur kemungkinan transfuse
 Persiapan untuk transfusi
2. Ketidakseimbanga NOC : NIC :
n nutrisi kurang  Nutrisional status : Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan Food and Fluid Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh berhubungan Intake menentukan jumlah kalori dan
dengan  Nutrisional status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
mual,muntah, tidak nutrient intake Anjurkan pasien untuk
ada nafsu makan .  Weight control meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan protein dan
 Adanya vitamin C
peningkatan berat Berikan subsasi gula
badan sesuai tujuan Yakinkan diet yang dimakan
 Berat badan ideal mengandung tinggi serat untuk
sesuai dengan tinggi mencegah konstipasi
badan Berikan makanan yang terpilih (
 Mampu sudah dikonsltasikan dengan ahli
mengidentifikasi gizi )
kebutuhan nutrisi Ajarkan pasien bagaimana
 Tidak ada tanda membuat catatan makanan
tanda malnutrisi harian.
 Menunjukkan  Monitor jumlah nutrisi dan
peningkatan fungsi kandungan kalori
pengecapan dari  Berikan informasi tentang
menelan kebutuhan nutrisi
 Idak terjadi penurunan berat Kaji kemampuan pasien untuk
badan yang berarti mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan .
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitoring adanya penurunan
berat badan
Monitoring tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitoring interaksi anak dan
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik,pap
illa lidah dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna
magenta ,scarlet
3. Hipertermia NOC : NIC :
berhubungan Thermoregulasi Fever Treatment
dengan proses Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering mungkin
infeksi virus  Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Nadi dan RR dalam  Monitor tekanan darah, Nadi
rentang normal dan RR
 Tidak ada  Monitor penurunan tingkat
perubahan warna kesadaran
kulit dan tidak ada  Monitor WBC, Hb dan Hct
pusing  Monitor intake dan output
 Berikan antipireutik
 Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan Tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan
intravena
 Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperatur regulation
 Monitor suhu tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
 Monitor TD,nadi dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda hipotermi dan
hipertermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Berikan Antipireutik jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor tekanan darah,nadi ,
suhu dan respirasi
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk atau berdiri
 Auskultasi tekanan darah pada
kedua lengan dan bandingkan
 Monitor tekanan
darah,nadi,respirasi
sebelum,selama,dan setelah
aktivitas .
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
4. Nyeri Akut b/d NOC : NIC :
Agen injuri fisik  Pain level Pain Management
(DHF), viremia,  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri
nyeri otot dan sendi  Comfort level secara komperehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik
 Mampu mengontrol ,durasi,frekuensi,kualitas
nyeri ( tahu termasuk lokasi, karakteristik
penyebab nyeri, dan faktor presipitasi
mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan ketidaknyamanan
tehnik  Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien.
nyeri, mencari  Kaji kultur yang
bantuan ) mempengaruhi respon nyeri
 Melaporkan bahwa  Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri berkurang masa lampau
dengan  Evaluasi bersama pasien dan
menggunakan timkesehatan yang lain tentang
manajemen nyeri . ketidakefektifan control nyeri
 Mampu mengenali masa lampau
nyeri ( skala,  Bantu pasien dan keluarga
intensitas, frekuensi untuk mencari dan menemukan
dan tanda nyeri ) dukungan
 Menyatakan rasa  Kontrol lingkungan yang dapat
nyaman setelah mempengaruhi nyeri seperti
nyeri berkurang suhu ruangan, pencahayaan dan
 Tanda vital dalam kebisingan
rentang normal  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri ( farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal )
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan control
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgetic Administration
 Tentukan
lokasi,karakteristik,kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek intruksi dokter tentang
jenis obat,dosis,dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgetik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgetik pilihan,rute
pemberian,dan dosis yang
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV,IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
pertama kali
 Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektifitas analgesic,
tanda dan gejala (efek samping)
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a) Identitas pasien
Nama : An. P
Umur : 2 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal pengkajian : Senin, 23 Desember 2019
Tanggal masuk RS : senin, 23 Desember 2019
Diagnose Medis : Dengue Hemoragic Fever (DHF)
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan Demam(Hipertermi) sudah 3 hari, naik turun
2) Riwayat penyakit sekarang :
Ibu klien mengatakan klien mengalami demam sudah sejak 20
Desember 2019 saat itu suhu tubuhnya 39ºC lalu klien di antarkan ke
klinik tapi belum ada perubahan. Lalu ibu klien membawanya ke RSUD
KRMT WONGSONEGORO Kota Semarang.
Klien dan keluarga datang ke IGD RSUD KRMT
WONGSONEGORO pada senin, 23 Desember 2019 jam 17.00 WIB
dengan keluhan panas naik turun selama 3 hari, nafsu makan menurun,
badan lemas, di Igd dilakukan pemeriksaan ku : cukup, gcs :15, S: 38ºC,
RR: 18x/mnt, N: 132 x/m, BB: 11 kg, diberikan terapi infus RL.
2. Pengkajian primer
a. Airway
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan nafas paten
b. Breathing
RR: 22x/menit, tidak ada penggunaan alat bantu nafas
c. Circulation
Akral hangat, sianosis (-), HR: 132 x/menit, HB : 9,2 g/dl
d. Dissability
Gcs : 15 (E : 4 , M: 6 ,V : 5), pupil kanan (+) berespon terhadap cahaya, pipil
kiri (+) berespon pada cahaya, isokor,
e. Exposure
Tidak terdapat luka, terpasang infus, tidak ada jejas

3. Pengkajian sekunder
a. Sign and symptom
Ibu klien mengatakan klien mengalami demam sudah sejak 20 Desember 2019
saat itu suhu tubuhnya 39ºC lalu klien di antarkan ke klinik tapi belum ada
perubahan. Lalu ibu klien membawanya ke RSUD KRMT
WONGSONEGORO Kota Semarang. Klien dan keluarga datang ke IGD
RSUD KRMT WONGSONEGORO pada senin, 23 Desember 2019 jam 17.00
WIB dengan keluhan panas naik turun selama 3 hari, nafsu makan menurun,
badan lemas, di Igd dilakukan pemeriksaan ku : cukup, gcs :15 (E : 4 , M: 6 ,V
: 5), S: 38ºC, RR: 18x/mnt, N: 132 x/m, BB: 11 kg, diberikan terapi infus RL.
b. Allergies
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap suhu,
makanan ataupun obat.
c. Medication
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya klien mengosumsi obat penurun
panas yang diberikan dari klinik.
d. Post medical history
Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai riwayat penyakit.
e. Last oral intake
Keluarga pasien mengatakan pasien terakhir makan pada siang hari dengan
nasi, sayur dan lauk serta minum air putih dengan porsi tidak dihabiskan
f. Event prociding incident
Keluarga pasien mengatakan pasien masuk dengan keluhan demam
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
JENIS HASIL SATUAN NORMAL
PEMERIKSAAN
Hematologi EDTA (B)
Darah Rutin ( WD EDTA)
Leukosit 48.7 /Ul 3.6-11.0
Hemoglobin 9.2 g/Dl 11-15
Hematokrit 28.80 % 150-400
Trombosit 80 /uL 150-400
SERO IMUN (serum) B
Widal (Serum/plasma)
S Typhi O Negatif Negatif
S Typhi H Negatif Negatif
b. Terapi Medis :
- Infus RL
- Inj, Ranitidin 2x10 mg
- Paracetamol Sirup 120 mg/5 ml
- cek lab darah rutin
5. Analisa Data

Waktu DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


Senin, S : ibu klien mengatakan klien deman sudah 3 Proses Hipertermi
23-12- hari infeksi
2019 O:
- Keadaan umum : lemas
- Kesadaran : composmetis
- Akral hangat
- Suhu : 38 0c
- Jumlah trombosit : 80.000 /uL
- Nadi : 123 x/m

6. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

7. Intervensi keperawatan

No dx Waktu Tujuan&KriteriaHasil Intervensi TTD


1. Senin, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh
23/12/ selama 30 menit diharapkan hipertermi 2. Berikan cairan oral
2019 teratasi dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan tirah baring
 Suhu tubuh dalam rentang normal 4. Kolaborasi dengan
36,5-37 0c cek laboratorium
5. Kolaborasi dalam
pemberian cairan dan
elektrolit intravena
dengan diikuti
dengan terapi music
dan terapi video
game
8. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No Hari/ Implementasi Respon Evaluasi Ttd
dx Tanggal

1 23/12/20 1. Monitor suhu tubuh S:- S : ibu klien


19
O : Suhu : 38oc mengatakan
anaknya dema
2. Berikan cairan oral S:- sudah 3 hari
O : sudah di berikan
cairan oral berupa air O :
putih, dan PCT Syrup - Keadaan
umum :
S:- lemas
O : klien Nampak - Kesadaran
3. Anjurkan tirah lebih banyak :
baring berbaring di Bed composme
tis
S:- - Akral
O : kolaborasi sudah hangat
dilakukan - Suhu : 38
0
4. Kolaborasi dengan c
cek laboratorium S:- - Jumlah
O : kolaborasi trombosit :
pemasangan infus 80.000 /uL
5. Kolaborasi dalam sudah dilakukan - Nadi : 123
pemberian cairan diberikan dengan x/m
dan elektrolit pemberian terapi A : hipertermi
intravena dengan music dan video teratasi sebagian
diikuti dengan terapi game saat dilakukan
music dan terapi pemasangan infus P : lanjutkan
video game intervensi
BAB IV

APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : An. P
Umur : 2 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal pengkajian : Senin, 23 Desember 2019
Tanggal masuk RS : senin, 23 Desember 2019
Diagnose Medis : Dengue Hemoragic Fever (DHF)
B. Data Fokus

Waktu DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


Senin, S : ibu klien mengatakan klien deman sudah 3 Proses Hipertermi
23-12- hari infeksi
2019 O:
- Keadaan umum : lemas
- Kesadaran : composmetis
- Akral hangat
- Suhu : 38 0c
- Jumlah trombosit : 80.000 /uL
- Nadi : 123 x/m
C. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Jurnal Ebn Yang
Diaplikasikan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

D. Mekanisme Aplikasi EBN Pada Pasien


Mekanisme penerapan Terapi music dan Terapi Video Game
1. Pre Test
Menjelaskan kepada orang tua tindakan yang akan dilakukan, dan meminta anak
untuk memilih lagu atau video game yang di sukai
2. Test
Klien dibimbingi orang tua dalam tindakan pemasangan infus diikuti dengan
pemberian terapi video game
3. Post test
Post test dilakukan saat dilakukan pemasangan infus di ukur skala nyeri
menggunakan wong baker face pain scale

E. Justifikasi/Alasan Penerapan Evidence Based Nursing Practice

Gigitan nyamuk aedes aegpty

Infeksi virus dengue

Terbentuk kompleks virus antibody

Blood

virus masuk ke dalam


pembuluh darah

Menstimulasi sel host inflamasi


(seperti mikrofag, neutrofil)

Memproduksi endogenus
pirogen (IL-1, IL-6)
Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin dan
neurotransmiter

Prostaglandin berikatan dengan


neuron prepiotik di
hipotalamus

Meningkatkan
(ROM) thermostat
(ROM) “set
point” pada pusat
termoregulator
(ROM) (ROM)
Hipertermi

Terapi Musik Dan Terapi


Video Game

F. Landasan Teori Terapi Musik Dan Terapi Video Game


Terapi bermain game dinilai mampu mengurangi intensitas nyeri dikarenakan
anak yang bermain game focus dengan kegiatan yang anak lakukan, bukan hanya
lewat audio tapi juga visual. Menurut penelitian (Gehan, 2014) meyatakan bahwa
tehknik distraksi itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu distraksi aktif dan
distraksi pasiv, yang termasuk dalam distraksi aktiv adalah video game, virtual
reality, guided imagery dan relaksasi, sedangkan yang termasuk dalam distraksi pasiv
adalah mendengarkan musik dan menonton televise. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa distraksi aktif lebih efektiv daripada distraksi pasiv pada anak usia prasekolah
yang dilakukan tindakan medis.
Ada beberapa teori yang menjelaskan fenomena nyeri yang kompleks dan
berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsangan
nyeri. Seorang psikolog Ronal Melzack dan ahli anatomi patrick wall
memperkenalkan teori gate control dimana serabut saraf perifer membawa nyeri ke
spinal cord sebelum ditrasmisikan ke otak. Melalui teori gate control sensasi nyeri
akan dirasakan bila rangsangan nyeri berhasil dihantarkan oleh serabut saraf ke pusat
nyeri di otak. Gerbang nyeri dapat ditutup dengan serabut saraf Aβ melalui rangsang
raba, tekanan, sentuhan pada sumber nyeri, sehingga impuls nyeri tidak diteruskan
ke medula spinalis dan juga ke otak, akhirnya seseorang tidak merasakan sensasi
nyeri, saat gerbang nyeri terbuka, rangsangan nyeri dapat dihantarkan ke otak
sehingga timbul rasa nyeri (Perry & Potter, 2010).
Jenis permainan yang dapat digunakan untuk anak usia prasekolah (3-6 tahun)
adalah associative play, dramatic play, skill play, games atau permainan, unoccuiped
behaviour dan dramatik paly. Salah satunya adalah game atau permainan yaitu jenis
permainan yang menggunakan alat tertentu. Dengan skor atau perhitungan dan anak
bisa bermain sendiri.Jenisnya seperti permainan ular tangga, congklak dan puzzle
(Supartini 2004, hh.142-143).Salah satu terapi bermain yang dapat digunakan pada
anak prasekolah adalah Puzzle. Puzzle merupakan permainan yang dapat
mengembangkan kognisi, kemampuan menyamakan dan membedakan koordinasi
motorik kasar dan motorik halus (Safriyani 2011, h.112).
BAB V

PEMBAHASAN APLIKASI EVIDANCE BASED NURSING

A. Justifikasi Ebn
Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok laki-laki dan
perempuan setelah diberikan intervensi terapi video game.Bermain game dinilai
mampu mengurangi intensitas nyeri dikarenakan ada keterlibatan dari otak.
seperti pada studyAmerican Pain Society yang mendapatkan hasil bahwa dengan
bermain video game akan mengurangi respon otak untuk rasa sakit fisik. Hal ini
dikarenakan ketika anak bermain game maka akan merasakan focus dan serius
menjalaninya bahkan mampu menurunkan sampai 50% rasa nyeri (Wingenfield,
2010).
B. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Jurnal Evidence Based
Nursing Research
Diagnosa yang dapat diangkat adalah : hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi.
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang
normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi merupakan
keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu
tubuh >37,80C (100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per rektal yang sifatnya
menetap karena faktor eksternal (Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan
keadaan peningkatan suhu tubuh (suhu rektal > 38,80C (100,4 F)) yang
berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia adalah kondisi di mana
terjadinya peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. (Perry
& Potter, 2005).
Hipertermia merupakan suatu kondisi di mana terjadinya peningkatan
suhu tubuh di atas 37,20C akibat dari system pertahanan tubuh dari infeksi
(viremia). (Sudoyo, Aru W, dkk, 2010). Jadi hipertermia merupakan salah satu
gejala klinis yang ditemukan pada DHF sehingga dimungkinkan bahwa
hipertermi juga berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit DHF.

C. Hasil yang dicapai


Implementasi
Pengukuran Test/post test
Skala nyeri : wong baker face pain Hasil observasi pemberian terapi
scale video game pada pasien yang
dilakukan pemasangan infus
menunjukan skala nyeri yng di
rasakan pada anak P menunjukan pada
wajah keenam skor nyeri 10 dan
menunjukkan sakit terburuk.

Berdasarkan hasil dari penerapan evidence based nursing, terhadap terapi


video game pada pasien DHF yang dilakukan pemasangan pada pasien DHF saat
dilakukan pemasangan impus didapatkan hasil skor nyeri 10 yang menunjukkan
sakit terburuk.
Dapat disimpulkan bahwa keefektifan penerapan Terapi video game pada
pasien DHF yang dilakukan pemasangan infus belum signifikan mampu
mengatasi nyeri yang dirasakan.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Yang Ditemukan


Kelebihan yang ditemukan adalah tidak memerlukan peralatan yang banyak.
Kekurangan yang ditemukan sulitnya responden yang ditemukan menyebabkan
sulitnya penerapan terapi sehingga tidak adanya kelompok control sebagai
kelompok pembanding untuk mengetahui efektifitas dari terapi tersebut.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan dapat
juga ditularkan oleh aedes albopictus. Masalah keperawatan yang sering muncul
pada pasien DHF adalah hipertermi.
Berdasarkan hasil aplikasi EBN mengenai pemberian Terapi music dan
terapi video game terhadap pemasangan infus pada An. P di Ruang IGD RSUD
KRMT WONGSONEGORO dapat disimpulkan dengan pemberian Terapi music
dan terapi video game terhadap pemasangan infus belum mendapatkan hasil yang
signifikan.

B. Saran
1. Bagi tenaga medis, tindakan terapi music dan video game dapat diaplikasikan
sebagai tindakan pendamping dan pelengkap tindakan medis yang mudah.
2. Bagi instansi kesehatan pemberian tindakan terapi music dan video game
merupakan tindakan yang aman, sehingga dapat diaplikasikan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Padila. (2013). Asuhan keperawatan penyakit dalam. Nuha Medika. Yogyakarta.


Isna Arif Fauziah. (2016). Upaya Mempertahankan Balance Cairan Dengan Memberikan
Cairan Sesuai Kebutuhan Pada Klien DHF Di RSUD Pandan Arang Boyolali. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 39-46.
Rinawati. (2012). Kesehatan Keluarga.Tugu Publisher.Jakarta.
Wilkinson,Judith dan ahern nancy. (2009) . Buku saku keperawatan Nanda, NIC dan
NOC Edisi 9. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai