Disusun Oleh :
Maya Anshari
G3A019016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Definisi
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh
aedes albopictus.Yang ditandai dengan demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. Manifestasi perdarahan, termasuk uji
tourniquet positif, trombositopeni ( jumlah trombosit kurang dari 100.000/Ul),
Homokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa pembesaran
hati. (Depkes RI,2005)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty. (DR. Nursalam, 2005)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah penyakit demam akut dengan cirri-ciri
demam disertai tanda-tanda perdarahan yang dapat menjadi syok yang dapat menyebabkan
kematian.(Rinawati,2012).
B. Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO :
Derajat I :Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji tourniquet
positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
Derajat II : Sama seperti Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau
perdarahan spontan seperti petekie, ekimosa, epitaksis, hematemesis dan
melena.
Derajat III : pada derajat ini seringkali disebut juga fase pre syok. Dengan tanda DHF
derajat II namun penderita mulai mengalami tanda syok ditandai dengan
kesadaran yang mulai menurun, tangan kaki dingi, nadi teraba cepat dan
lemah karena ditemukan kegagalan sirkulasi. TD rendah (hipotensi) atau
menurun, gelisah, sianosis, sekitar mulut hidung dan ujung jari (tanda-tanda
dari renjatan).
Derajat IV : pada fase ke IV dari DHF ini sering disebut dengan fase syok (dengue syok
syndrome/DSS), Penderita syok dealam dengan kesadaran sangat menurun
hingga koma, anggota gerak seperti tangan dan kaki dingin dan pucat, kulit
tampak kebiruan, nadi sangat lemah sampai tidak teraba, TD tidak dapat
diukur (denyutan jantung kurang dari 140mmHg).
C. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)
adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe
virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah
dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir
ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.( Nursalam, 2005)
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti yaitu badannya kecil, warnanya hitam dan
berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di
tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100
M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang
(multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.
(Padila. 2013)
D. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai
syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah
dengue.
1. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah,
nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
2. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan
panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik.
Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin
tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim.
Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis
sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati
mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri.
Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata,
biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya
gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas)
kemudian turun menuju suhu normal, bersamaan dengan berlangsungnya demam saat
demam suhu tubuh dapat mencapai 38C pada fase ini sekitar 50-80% pasien dengan
gejala mengalami ruam serta gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian. Nyeri kepala dan rasa lemah
yang dapat menyertainya
2. Manifestasi perdarahan
Biasanya terjadi pada hari ke dua dan ke tiga dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat uji tourniquet positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekie dan purpura tanda-tanda perdarahan lainnya yaitu berupa bintik-bintik
kemerahanadanya dilengan atau dikaki kemdian timbul perdarahan hidung atau gusi
atau bisa jga berupa muntah darah atau berak darah, perdarahan ringan hingga sedang
dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan hematemesis
perdarahan gastrointestinal biasanya didahului dengan nyeri perut yang hebat.
3. Pembesaran hati (Hepatomegali)
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah teraba. Pembesaran juga bisa terjadi limfa dan kelenjar
getah bening. Bila terjadi peningkatan hepatomegali, hati akan teraba kenyal, harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita dan biasanya sifatnya
nyeri tekan dan tanpa di sertai ikterus.
4. Syok (Renjatan)
Biasanya terjadi pada hari ke tiga sejak sakit, yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai
tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah,
timbul sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk.
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa.Demam dengue pada bayi dan anak berupa
demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan
dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam,
sakit kepala,40 anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut
kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun
hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar
atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama
demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai
epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang
terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens
seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali.Nyeri tekan
sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
E. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan
dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Oleh karena itu ada penderita
Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah
berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Padila. 2013)
F. Pathways
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:HB dan PCV
meningkat ( > 20 % )
a. Trombositopenia ( < 100.000/ml )
b. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis )
c. lg. D . dengue fositif
d. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemi, hipokloremia,
dan hiponatremia.
e. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
f. Asidosis metabolik : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
g. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue
adalah melalui uji rumpel leed, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan
hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit
plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell
culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptosi Polymerase Chain Reachon).Namun ketika teknik yang rumit yang
berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi
total, IgM maupun IgG).
3. Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
a. Rontgen thorax untuk mengamati ada tidaknya effusi pleura.
b. Uji tes Tourniquet. (Soegeng Soegianto, 2006).
H. Komplikasi
1. Perdarahan luas.
2. Syok atau renjatan
3. Efusi Pleura
4. Penurunan kesadaran
I. Penatalaksanaan
1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak 1,5-2,5 liter/24 jam dapat berupa dengan air teh manis, gula atau susu
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF. Mengkonsumsi air lebih banyak sangat dianjurkan karena air
dapat mengatasi efek kebocoran plasma darah dan meningkatkan jumlah trombosit.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal penderita DBD dianjurkan untuk minum
sesuai rumus berikut ini :
- Dewasa : 50 cc/kgBB/hari.
- Anak : 10 kg BB pertama : 100cc/kg/hari.
10 kg BB Kedua : 50cc/kgBB/hari
10 kg BB ketiga dan seterusnya : 20cc/kgBB/Hari.
4. Antipiretik jika terdapat demam.
5. Antikonvulsan jika terdapat kejang.
6. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum
dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
7. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap harii
8. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
9. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
10. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
11. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter ,
K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
12. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.
Indikasi pemberian tranfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang
secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan HB yang mencolok.
J. Pengkajian Fokus
1. Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun ), jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama orang tua , pendidikan orang tua
, dan pekerjaan orang tua serta identitas penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil dan saat demam
kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 , dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual,
muntah, anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit, gusi ( grade III, IV ), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk
aides aigepty.
6. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat di hindarkan.
7. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun.Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
8. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare /
konstipasi.sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit /
banyak, sakit / tidak. pada DHF garade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit /
nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
e. Kebersihan.Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membesihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
g. Pemeriksaan fisik.Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki.Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak
adalah sebagai berikut.
1. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2. Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada perdarahan
spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3. Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun
4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit
tampak biru.
10. Pengkajian Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan
dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
c. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn
limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit.
11. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam ( flusy ), mata anemis,
hidung kadang mengalamiperdarahan ( epistaksis ) pada grade II,III,IV, pada mulut di
dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga
( pada grade II,III,IV ).
12. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak.pada fhoto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang
biasanya terdapat grade III dan IV.
13. Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ), dan asietas.
14. Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang.
K. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan DHF :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,
perdarahan, muntah, dan demam
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, tidak ada nafsu makan
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus .
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
J. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Defisit volume NOC : NIC :
cairan berhubungan Fluid balance Fluid management
dengan Hydration Timbang popok/pembalut jika
peningkatan Nutritional Status : diperlukan
permeabilitas Food and fluid Pertahankan catatan intake dan
kapiler , Intake output yang akurat
perdarahan, Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi (
muntah, dan Mempertahankan kelembaban membrane mukosa,
demam urine output sesuai nadi adekuat, tekanan darah
dengan usia dan ortostatik ) ; jika diperlukan
BB,BJ urine Monitor hasil lab yang sesuai
normal,HT normal dengan retensi cairan ( BUN,
Tekanan darah,nadi Hmt, osmolalitas urine )
dan suhu tubuh Monitor vital sign
dalam batas normal Monitor masukan makanan atau
Tidak ada tanda cairan dan hitung intake kalori
dehidrasi,Elastisitas harian .
turgor kulit baik, Kolaborasi pemberian cairan IV
membrane mukosa Monitor status nutrisi
lembab,tidak ada Berikan cairan
rasa haus berlebihan Berikan Diuretik sesuai
. interuksi
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogatrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan .
Tawarkan snack ( jus buah ,
buah segar )
Kolaborasikan dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
Atur kemungkinan transfuse
Persiapan untuk transfusi
2. Ketidakseimbanga NOC : NIC :
n nutrisi kurang Nutrisional status : Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan Food and Fluid Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh berhubungan Intake menentukan jumlah kalori dan
dengan Nutrisional status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
mual,muntah, tidak nutrient intake Anjurkan pasien untuk
ada nafsu makan . Weight control meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan protein dan
Adanya vitamin C
peningkatan berat Berikan subsasi gula
badan sesuai tujuan Yakinkan diet yang dimakan
Berat badan ideal mengandung tinggi serat untuk
sesuai dengan tinggi mencegah konstipasi
badan Berikan makanan yang terpilih (
Mampu sudah dikonsltasikan dengan ahli
mengidentifikasi gizi )
kebutuhan nutrisi Ajarkan pasien bagaimana
Tidak ada tanda membuat catatan makanan
tanda malnutrisi harian.
Menunjukkan Monitor jumlah nutrisi dan
peningkatan fungsi kandungan kalori
pengecapan dari Berikan informasi tentang
menelan kebutuhan nutrisi
Idak terjadi penurunan berat Kaji kemampuan pasien untuk
badan yang berarti mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan .
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitoring adanya penurunan
berat badan
Monitoring tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitoring interaksi anak dan
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik,pap
illa lidah dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna
magenta ,scarlet
3. Hipertermia NOC : NIC :
berhubungan Thermoregulasi Fever Treatment
dengan proses Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering mungkin
infeksi virus Suhu tubuh dalam Monitor IWL
rentang normal Monitor warna dan suhu kulit
Nadi dan RR dalam Monitor tekanan darah, Nadi
rentang normal dan RR
Tidak ada Monitor penurunan tingkat
perubahan warna kesadaran
kulit dan tidak ada Monitor WBC, Hb dan Hct
pusing Monitor intake dan output
Berikan antipireutik
Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan Tapid sponge
Kolaborasi pemberian cairan
intravena
Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperatur regulation
Monitor suhu tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD,nadi dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda hipotermi dan
hipertermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
Berikan Antipireutik jika perlu
Analgetic Administration
Tentukan
lokasi,karakteristik,kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek intruksi dokter tentang
jenis obat,dosis,dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgetik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgetik pilihan,rute
pemberian,dan dosis yang
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV,IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
pertama kali
Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesic,
tanda dan gejala (efek samping)
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a) Identitas pasien
Nama : An. P
Umur : 2 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal pengkajian : Senin, 23 Desember 2019
Tanggal masuk RS : senin, 23 Desember 2019
Diagnose Medis : Dengue Hemoragic Fever (DHF)
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan Demam(Hipertermi) sudah 3 hari, naik turun
2) Riwayat penyakit sekarang :
Ibu klien mengatakan klien mengalami demam sudah sejak 20
Desember 2019 saat itu suhu tubuhnya 39ºC lalu klien di antarkan ke
klinik tapi belum ada perubahan. Lalu ibu klien membawanya ke RSUD
KRMT WONGSONEGORO Kota Semarang.
Klien dan keluarga datang ke IGD RSUD KRMT
WONGSONEGORO pada senin, 23 Desember 2019 jam 17.00 WIB
dengan keluhan panas naik turun selama 3 hari, nafsu makan menurun,
badan lemas, di Igd dilakukan pemeriksaan ku : cukup, gcs :15, S: 38ºC,
RR: 18x/mnt, N: 132 x/m, BB: 11 kg, diberikan terapi infus RL.
2. Pengkajian primer
a. Airway
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan nafas paten
b. Breathing
RR: 22x/menit, tidak ada penggunaan alat bantu nafas
c. Circulation
Akral hangat, sianosis (-), HR: 132 x/menit, HB : 9,2 g/dl
d. Dissability
Gcs : 15 (E : 4 , M: 6 ,V : 5), pupil kanan (+) berespon terhadap cahaya, pipil
kiri (+) berespon pada cahaya, isokor,
e. Exposure
Tidak terdapat luka, terpasang infus, tidak ada jejas
3. Pengkajian sekunder
a. Sign and symptom
Ibu klien mengatakan klien mengalami demam sudah sejak 20 Desember 2019
saat itu suhu tubuhnya 39ºC lalu klien di antarkan ke klinik tapi belum ada
perubahan. Lalu ibu klien membawanya ke RSUD KRMT
WONGSONEGORO Kota Semarang. Klien dan keluarga datang ke IGD
RSUD KRMT WONGSONEGORO pada senin, 23 Desember 2019 jam 17.00
WIB dengan keluhan panas naik turun selama 3 hari, nafsu makan menurun,
badan lemas, di Igd dilakukan pemeriksaan ku : cukup, gcs :15 (E : 4 , M: 6 ,V
: 5), S: 38ºC, RR: 18x/mnt, N: 132 x/m, BB: 11 kg, diberikan terapi infus RL.
b. Allergies
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap suhu,
makanan ataupun obat.
c. Medication
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya klien mengosumsi obat penurun
panas yang diberikan dari klinik.
d. Post medical history
Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai riwayat penyakit.
e. Last oral intake
Keluarga pasien mengatakan pasien terakhir makan pada siang hari dengan
nasi, sayur dan lauk serta minum air putih dengan porsi tidak dihabiskan
f. Event prociding incident
Keluarga pasien mengatakan pasien masuk dengan keluhan demam
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
JENIS HASIL SATUAN NORMAL
PEMERIKSAAN
Hematologi EDTA (B)
Darah Rutin ( WD EDTA)
Leukosit 48.7 /Ul 3.6-11.0
Hemoglobin 9.2 g/Dl 11-15
Hematokrit 28.80 % 150-400
Trombosit 80 /uL 150-400
SERO IMUN (serum) B
Widal (Serum/plasma)
S Typhi O Negatif Negatif
S Typhi H Negatif Negatif
b. Terapi Medis :
- Infus RL
- Inj, Ranitidin 2x10 mg
- Paracetamol Sirup 120 mg/5 ml
- cek lab darah rutin
5. Analisa Data
6. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
7. Intervensi keperawatan
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : An. P
Umur : 2 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal pengkajian : Senin, 23 Desember 2019
Tanggal masuk RS : senin, 23 Desember 2019
Diagnose Medis : Dengue Hemoragic Fever (DHF)
B. Data Fokus
Blood
Memproduksi endogenus
pirogen (IL-1, IL-6)
Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin dan
neurotransmiter
Meningkatkan
(ROM) thermostat
(ROM) “set
point” pada pusat
termoregulator
(ROM) (ROM)
Hipertermi
A. Justifikasi Ebn
Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok laki-laki dan
perempuan setelah diberikan intervensi terapi video game.Bermain game dinilai
mampu mengurangi intensitas nyeri dikarenakan ada keterlibatan dari otak.
seperti pada studyAmerican Pain Society yang mendapatkan hasil bahwa dengan
bermain video game akan mengurangi respon otak untuk rasa sakit fisik. Hal ini
dikarenakan ketika anak bermain game maka akan merasakan focus dan serius
menjalaninya bahkan mampu menurunkan sampai 50% rasa nyeri (Wingenfield,
2010).
B. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Jurnal Evidence Based
Nursing Research
Diagnosa yang dapat diangkat adalah : hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi.
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang
normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi merupakan
keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu
tubuh >37,80C (100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per rektal yang sifatnya
menetap karena faktor eksternal (Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan
keadaan peningkatan suhu tubuh (suhu rektal > 38,80C (100,4 F)) yang
berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia adalah kondisi di mana
terjadinya peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. (Perry
& Potter, 2005).
Hipertermia merupakan suatu kondisi di mana terjadinya peningkatan
suhu tubuh di atas 37,20C akibat dari system pertahanan tubuh dari infeksi
(viremia). (Sudoyo, Aru W, dkk, 2010). Jadi hipertermia merupakan salah satu
gejala klinis yang ditemukan pada DHF sehingga dimungkinkan bahwa
hipertermi juga berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit DHF.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi tenaga medis, tindakan terapi music dan video game dapat diaplikasikan
sebagai tindakan pendamping dan pelengkap tindakan medis yang mudah.
2. Bagi instansi kesehatan pemberian tindakan terapi music dan video game
merupakan tindakan yang aman, sehingga dapat diaplikasikan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA