Anda di halaman 1dari 10

PENYULUHAN INTOKSIKASI OBAT

Pokok Bahasan

: Intoksikasi Obat

Sasaran

: Keluarga Ny.R

Tempat

: Rumah Ny.R

Hari/ Tanggal

: Senin 18 April 2016

Waktu

: 30 Menit

Penyuluh

A.

: Dwi MiraYuniarto

Latar Belakang

Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air
dan lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih
ada kemungkinan keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari
sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui
lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.Untungnya, hati (liver) memiliki
kemampuan

mendetoksifikasi

zat-zat

toksik

tersebut

sehingga

dapat

dikeluarkan melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan


penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk
dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat
tersebut. Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke
dalam tubuh dan menyebabkan efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat
antitoksik seperti Desferrioksamin Metansulfonat untuk keracunan besi akut.
Intoksikasi obat sering terjadi dimasyarakat Indonesia khususnya
dalam pemakaian obat-obatan yang dijual bebas di apotek maupun warung,
sehingga

memudahkan

masyarakat

mendapatkan

secara

bebas

tanpa

mengetahui dosis dan efek samping yang tepat tidak heran banyak kasus
menunjukan banyaknya angka keracunan khususnya penggunaan obat yang
tidak tepat.

Tujuan instruksional

B.

1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada keluarga, keluarga diharapkan
memahami

dan

mengaplikasikan

materi

yang

diberikan

dalam

kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapat penyuluhan tentang intoksikasi obat, keluarga
dapat:
1. Menjelaskan pengertian intoksikasi obat.
2. Menjelaskan gejala intoksikasi obat.
3. Menjelaska penanganan intoksikasi obat
C. Materi penyuluhan
1.
2.
3.
4.

Pengertian Intoksikasi
Klasifikasi intoksikasi
Tanda dan gejala intoksikasi
Penanganan intoksikasi obat

D. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah keluarga Ny.R
E. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan Tanya jawab.
F. Media
Media yang digunakan adalah lembar balik dan leaflet
G. Kegiatan penyuluhan.
Tahap

Waktu

Pertumbu

han

menit

Kegiatan penyuluhan

Kegiatan

dengan -

peserta
Mendengar

Membuka

salam.
Memperkenalkan

kan
Memperhati

diri
Menjelaskan

kan
Menjawab

maksud dan tujuan


-

penyuluhan.
Kontrak waktu
Menggali

pertanyaan

Metode

Medi

Cerama

a
-

pengetahuan
peserta

sebelum

dilakukan
Penyajian

15

penyuluhan.
Menjelaskan tentang

menit

Mendengar

Cerama Leaf
h,

et.

kan
Memberi

Tanya

Lemb

jawab

arbal

1. Pengertian
Intoksikasi
2. Klasifikasi
intoksikasi
3. Tanda

tanggapan
dan
dan

ik

pertanyaan

gejala

mengenai

intoksikasi
4. Penanganan

hal

yang

kurang

intoksikasi obat

dimengerti.
Memberi kesempatan
untuk

bertanya

diskusi
Penutup

10

tentang

materi penyuluhan.
- Menggali

menit

Menjawab

Cerama Leaf

pertanyaan
Memberi

h,

et,

Tanya

LCD

pengetahuan
peserta

setelah

tanggapan

dilakukan
-

penyuluhan.
Menyimpulkan
hasil

jawab

balik

kegiatan

penyuluhan.
Menutup
dengan
salam.

5. Evaluasi
1. Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan 2 peserta.
b. Media yang digunakan adalah leaflet dan lembar balik.
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit.

d. Persiapan

penyuluhan

dilakukan

beberapa

hari

sebelum

kegiatan penyuluhan.
e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik.
f. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan.
2. Hasil :
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan
mengerti

dan

memahami

tentang

penanganan yang tepat.


b. Setelah mengikuti kegiatan
perubahan

perilaku

Intoksikasi

penyuluhan

kesehatan,

yaitu

obat

dan

diharapkan

ada

:keluarga

mampu

menerapkan budaya safety khususnya pada penggunaan obatobatan.


6. Materi ( Lampiran 1 )
7. Daftar pustaka (Lampiran 2)
Lampiran 1
INTOKSIKASI
A. PENGERTIAN
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam
tubuh manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi
sehingga menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.
Penggunaan pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara
langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi
kulit ringan, badan terasa sakit dan diare.
2. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang
perut, sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut
nadi meningkat, pingsan.

3. Keracunan kronis, lebih sulit


dan

menimbulkan

dideteksi karena tidak segera terasa

gangguan

kesehatan.

Beberapa

gangguan

kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida


diantaranya: iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada
bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan.
B. ETIOLOGI
Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan
pestisida adalah keracunan akibat kecelakaan; keracunan berupa
tindakan bunuh diri, pajanan melalui kontaminasi lingkungan atau
tempat kerja (okupasional).
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai
golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ),
golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan
logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik (
akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants )
mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis :
Bacillus

cereus,

Compilobacter

jejuni,

Clostridium

botulinum,

Escherichia coli dll


4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants )
mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari intoksikasi organofosfat terbagi menjadi 3
bagian: (1) efek muskarinik, (2) efek nikotinik, dan (3) efek Sistem Saraf
Pusat
1. Efek muskarinik

Tanda dan gejala yang timbul 12-24 jam pertama setelah terpapar
termasuk:

diare,

urinasi,

bronkospasma/bradikardi,

miosis

mual

(tidak

muntah,

pada

10%

peningkatan

kasus),

lakrimasi,

hipersalivasi dan hipotensi.


Efek muskarinik menurut sistem organ termasuk:
a) Kardiovaskular - Bradikardi, hipotensi
b) Respiratori bronkospasma, batuk, depresi saluran pernafasan
c) Gastrointestinal hipersalivasi, mual muntah, nyeri abdomen,
diare,inkontinensia alvi
d) Genitourinari Inkontinensia urin
e) Mata mata kabur, miosis
f) Kelenjar Lakrimasi meningkat, keringat berlebihan
2. Efek Nikotinik
Efek nikotinik termasuklah fasikulasi otot, kram, lemah, dan gagal
diafragma yang bisa menyebabkan paralisis otot. Efek nikotinik
autonom termasuk hipertensi, takikardi, midriasis, dan pucat.
3. Efek sistem saraf pusat
Efek sistem saraf pusat termasuk emosi labil, insomnia, gelisah,
bingung, cemas, depresi salur nafas, ataksia, tremors, kejang, dan
koma.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium klinik

Analisa gas darah

Darah lengkap

Serum elektrolit

Pemeriksaan fungsi hati

Pemeriksaan fungsi ginjal

sedimen urin

2) EKG

Deteksi gangguan irama jantung

3) Pemeriksaan radiologi

Dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui


inhalasi atau dugaan adanya perforasi lambung.

E. KOMPLIKASI

Gagal nafas

Kejang

Pneumonia aspirasi

Neuropati

Kematian

F. PENATALAKSANAAN
1. Stabilisasi
Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan
evaluasi primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap
tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami pasien.
Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal
harus dipertimbangkan bagi pasien yang mengalami perubahan status
mental

dan

memberikan

kelemahan
efek.

Pasien

neuromuskular
harus

sejak

menerima

intravena dan monitoring jantung.

antidotum

pengobatan

tidak
secara

Hipotensi yang terjadi harus

diberikan normal salin secara intravena dan oksigen harus diberikan


untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara
paralel dengan pemberian antidotum.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi

harus

segera

dilakukan

pada

pasien

yang

mengalami keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan


pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses pembersihan

ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik
untuk menghindari kontaminasi skunder dari udara.
Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi
toksikan yang terpapar secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa
digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran
pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan
setelah kondisi pasien stabil. Dekontaminasi saluran cerna dapat
melalui pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika toksikan
diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung kurang
efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang
cepat dan bagi pasien yang mengalami muntah.
Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap
toksikan yang masih tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus
diberikan setelah pasien mengalami pengosongan lambung. Muntah
yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang
aktif karena dapat berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan
paru kronik.
3. Pemberian Antidotum
a. Agen Antimuskarinik
Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat,
dan skopolamin biasa digunakan mengobati efek muskarinik karena
keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan adalah
Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin
melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat
pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme, dan
bronkorea.
Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg iv yang digandakan
setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis
awalnya 0,05mg/kg BB yang digandakan setiap 2-3 menit sampai
teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan
organofosfat dengan Atropin.
b. Oxime

Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan


untuk melawan efek neuromuskular pada keracunan organofosfat.
Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak berpengaruh pada efek
nikotinik

yang

ditimbulkan

oleh

organofosfat.

Oxime

dapat

mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil


organofosfat dari sisi aktif enzim.
Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada
regimen dosis tinggi (1 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam),
Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan
mengurangi jumlah penggunaan ventilator.
Efek samping yang dapat ditimbulkan
Pralidoxime

meliputi

drowsiness,

nausea,

dizziness,
takikardi,

karena

pandangan
peningkatan

pemakaian

kabur,

pusing,

tekanan

darah,

hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat


injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi

dan tidak ada

kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum


keracunan organofosfat.
c. Diazepam
Diberikan pada pasien bagi mengurangkan cemas, gelisah
(dosis: 5-10 mg IV) dan bisa juga digunakan untuk mengkontrol
kejang (dosis: sehingga 10-20 mg IV)

Lampiran 2
DAFTAR PUSTAKA
Arief, dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2. Jakarta : Medika
Aesculapius.
Brunner and Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.vol.3.Jakarta:EGC
Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan
Makanan Bagi Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta.
Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn
Terapi, EGC, Jakarta 2001 : 98-115.
Marylin. D. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai