Anda di halaman 1dari 50

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SAW, atas rahmat dan hidayahNya seh
penyusun dapat menyelesaikan makalah keperawatan Gawat Darurat dengan judul As
Kperawatan Kegawat Daruratan “ Overdosis dan Keracunan” .

Makalah ini membahas tentang Patofisiologi,Farmakologi dan Terapi diet pada gang
berbagai sistem “Overdosis dan Keracunan “

Penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membe
bantuan dan partisipasinya saat penyusunan makalah ini dilakukan,antara lain :

1.Bapak Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim beserta jajaran civitas Akadem

2.Bapak Ns.Wiyadi.S,S Kep.,M Sc selaku koordinator Mata Ajar Keperawatan G


Darurat

3.Seluruh Mahasiswa Ners Poltekes Kemenkes Kaltim,khusus nya kelas Balikpapan

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu sang
perlukan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan kegiatan pengabdian masya
nantinya

Balikpapan, 30 Agustus 201

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB I................................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................4
D. Manfaat...................................................................................................4
E. Sistematika Penulisan.............................................................................5
BAB II...............................................................................................................6
A. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat...........................................6
B. Konsep Dasar Keracunan.....................................................................10
C. Konsep Dasar Overdosis......................................................................37
BAB III............................................................................................................50
A. Kesimpulan...........................................................................................50
B. Saran.....................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................51

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Overdosis obat adalah hal yang sangat serius dan mengancam nyawa.
Apabila overdosis obat terjadi maka akan bisa menyebabkankerusakan
setiap sistem tubuh manusia, tergantung jenis obat dan dosis obatyang
dikosumsi.
Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
gejalaterjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat
obat yangmelebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh.
Overdosis merupakan keracunan pada penggunaan obat baik
yangtidak disengaja maupun sengaja, hal ini dapat terjadi pada setiap
umurangka kejadiannya juga mengalami peningkatan pada tahun
2011,diperkirakan kasus overdosis obat di seluruh dunia berjumlah 50
juta orang,35 juta orang diantaranya adalah overdosis NAPZA, dan 80%
tinggal dinegara berkembang menurut The International Narcotics
Control Board(INCB).
Laporan BNN 2012 memperkirakan bahwa rata-rata
penggunaNAPZA yang terdata di indonesia 20% nya mengalami
overdosis yangmengakibatkan kematian dan 10% nya bisa ditangani oleh
tim medis. Angkaprevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi
di negara-negaraberkembang, dikarenakan negara berkembang
merupakan negara yangmasih kurang akan pengetahuan tentang
dampak dari NAPZA. kita ambilsalah satu contohnya adalah di
Indonesia, di negara ini merupakan salahsatu penghasil narkotika
terbesar di dunia dan sebagai target peredarannarkotika jaringan
internasional. Hal ini akan beresiko tinggi untuk warga
Indonesia yang masih banyak yang belum mengetahui tentang
dampakNAPZA itu sendiri, terutama kalangan remaja atau pelajar.
Sedangkan 15jutanya merupakan kasus overdosis penggunaan obat medis
yang di izinkan,dimana penggunaanya tidak sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, kurangpahamnya pasien tentang tujuan pengobatan

3
yang di berikan, tidakmengertinya pasien tentang pentingnya
mengikuti aturan pengobatan yangdi tetapkan sehubungan dengan
prognosisnya.
Penyebab pasti yang sering terjadi pada overdosis obat adalah
usia,lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering
terjadikesalahan dosis karena lansia minum lagi. Merk dagang,
banyaknya merekdagang untuk obat yang sama, sehingga pasien bingung,
misalnya furosemid(antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia dan unex.
Gangguan emosi danmental. Menyebabkan ketagihan penggunaan obat
untuk terapi penyakit(habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan
dan tranquilizer.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana auhan keperawatan
kegawatdaruratan overdosis dan keracunan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan
overdosis dan keracunan

2. Tujuan Khusus
a) Untuk menganalisis tentang proses keperawatan dan tindakan
dalam penanganan kasus overdosis.
b) Untuk menganalisis tentang proses keperawatan dan tindakan
dalam penanganan kasus keracunan.

D. Manfaat
1. Bagi Keperawatan
Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada kasus overdosis dan
keracunan.

4
2. Bagi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada kasus overdosis dan keracunan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan umum,


tujuan khusus, manfaat dan sistematika penulisan
BAB II : Membahas tentang telaah pustaka yang meliputi asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada kasus overdosis dan
keracunan.
BAB III : Membahas tentang kesimpulan dan saran

5
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat


1. Definisi keperawatan gawat darurat
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan
pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien
dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan.Kegiatan
pelayanan keperawatan menunjukkan keahlian dalam pengkajian
pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan
masyarakat.

Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah :


a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
b. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk
memperoleh penanganan yang lebih memadai.
c. Penanggulangan korban bencana

Untuk dapat mencegah kematian petugas harus tahu penyebab kematian


yaitu :
a. Mati dalam waktu singkat (4-6menit)
1) Kegagalan sistem otak
2) Kegagalan sistem pernafasan
3) Kegagalan sistem kardiovaskuler
b. Mati dalam waktu lebih lama (perlahan-lahan)
1) Kegagalan sistem hati
2) Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)
3) Kegagalan sistem pancreas (endokrin)
2. Prinsip-prinsip keperawatan gawat darurat
Triage diambil dari bahasa Perancis “trier” artinya
“mengelompokkan” atau “memilih”. Konsep triage unit gawat darurat
adalah berdasarkan pengelompokkan atau pengklasifikasian klien ke

6
dalam tingkatan prioritas tergantung pada keparahan penyakit atau
injuri.
a. Gawat Darurat (Emergent Triage)
Klien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. Kategori
yang termasuk didalamnya yaitu kondisi yang timbul berhadapan
dengan keadaan yang dapat segera mengancam kehidupan atau
berisiko kecacatan.Misalnya klien dengan nyeri dada substernal,
nafas pendek, dan diaphoresis ditriage segera ke ruang treatment dan
klien injuri trauma kritis atau seseorang dengan perdarahan aktif.
b. Gawat Tidak Darurat (Urgent Triage)
Klien berada dalam keadaan gawat tetapi memerlukan tindakan
darurat, misalnya kanker stadium lanjut.Kategori yang
mengindikasikan bahwa klien harus dilakukan tindakan segera, tetapi
keadaan yang mengancam kehidupan tidak muncul saat itu.Misalnya
klien dengan serangan paru pneumonia (sepanjang gagal nafas tidak
muncul segera), nyeri abdomen, kolik ginjal, laserasi kompleks tanpa
adanya perdarahan mayor, dislokasi, riwayat kejang sebelum tiba dan
suhu lebih dari 370.
c. Darurat Tidak Gawat (Nonurgent Triage)
Klien akibat musibah yang dating tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal. Secara umum dapat bertoleransi menunggu beberapa jam
untuk pelayanan kesehatan tanpa suatu risiko signifikan terhadap
kemunduran klinis. Misalnya simple fractures, simple lacerations,
atau injuri jaringan lunak, gejala demam atau viral dan skin rashes.
3. Primary survey, secondary survey, dan intervensi resusitasi
a. Primary survey dan intervensi resusitasi
Primary survey mengatur pendekatan ke klien sehingga ancaman
kehidupan segera dapat secara cepat diidentifikasi dan tertanggulangi
dengan efektif. Primary survey berdasarkkan standar “ABC”

7
mnemonic dengan “D” dan “E” ditambahkan untuk klien
trauma :airway/spinal servical (A: jalan napas) brething (B:
pernapasan ) circulation (C: sirkulasi) disability (D:
ketidakmampuan), dan eksposure (E: paparan). Usaha resusitasi
terjadi secara simultan dengan setip elemen dari primary survey ini
(Cummins, 2003, dalam ignataficius, 2006)
1) A: airway (jalan napas) / spinal servical
Prioritas intervensi tertinggi dalam primary survey adalah
mempertahankan kepatenan jaln npas. Dalam hitungan menit
tanpa adekuatnya suplai oksigen dapat menyebabkan trauma
serebral yang akan berkembang menjadi kematian otak (anoxic
brain death). Airway harus bersih dari berbagai secret atau debris
dengan kateter suction atau secara manual jika diperlukan. Spinal
servikal harus diproteksi pad klien trauma dengan kemungkinan
truma spinal secara manual alignment leher pada posisi netral,
posisi in-line dan menggunakan maneuver jaw thrust ketika
mempertahankan jalan napas.
2) B: Breathing
Setelah jalan nafas aman, breathing menjadi prioritas
berikutnya dalam primary survey.Pengkajian ini untuk
mengetahui apakah usaha ventilasi efektif atau tidak hanya pada
saat klien bernafas.Fokusnya adalah pada auskultasi bunyi nafas
dan evaluasi ekspansi dada, usaha respirasi, dan adanya bukti
trauma dinding dada atau abnormalitas fisik.Pada klien upnea dan
kurangnya usaha ventilasi untuk mendukung sampai intubasi
endotrakeal dilakukan dan ventilasi mekanik digunakan.Jika
resusitasi jantung paru (RJP) diperlukan, ventilasi mekanik harus
dihentikan.Intervensi penyelamatan kehidupan (life-saving)
lainnya pada fase ini adalah dekompresi dada.
3) C: circulation
Intervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi yang
effektif melalui resusitasi kardiopulmoner, control perdarahan,

8
akses intravena dengan penatalaksanaan cairan dan darah jika
diperlukan, dan obat-obatan.Perdarahan eksternal sangat baik
dikontrol dengan tekanan langsung yang lembut pada sisi
perdarahan dengan balutan yang kering dan tebal.Perdarahan
internal lebih menjadi ancaman tersembunyi yang harus dicurigai
pada klien trauma atau mereka yang dalam status syok.
4) D: disability
Pengkajian disability memberikan pengkajian dasar cepat
status neurologis. Metode mudah untuk mengevealuasi tingkat
kesadaran adalah dengan “AVPU” :
A :Alert (waspada)
V :Responsive to voice (berespon terhadap suara)
P :Responsive to pain (berespon terhadap nyeri)
U :Unresponsive (tidak ada respon)
Pengkajian lain tentang tingkat kesadaran yang mengukur
secara objektif dan diterima luas adalah Glaslow Coma Scale
(GCS) yang menilai respon mata, respon verbal dan respon
motorik.Skor terendah adalah 3 yang mengindikasikan tidak
responsifnya klien secara total, GCS normal adalah
15.Abnormalitas metabolik, hipoksia, trauma neurologis, dan
intoksikasi dapat menggangu tingkat kesadaran.
5) E: exposure
Seluruh pakaian harus dibuka untuk memudahkan pengkajian
menyeluruh. Pada situasi resusitasi, pakaian harus digunting untuk
mencapai akses cepat ke bagian tubuh.
6) F : folley catheter
Pemasangan kateter dilakukan untuk mempermudah
eliminasi/berkemih pada pasien dengan penurunan kesadaran atau
dengan kondisi tertentu, selain itu pemasangan kateter juga dapat
digunakan untuk mengetahui jumlah pengeluaran cairan.
7) G : gastric tube

9
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
mengeluarkan racun dari dalam tubuh, salah satunya denga
prosedur kumbah lamung.
8) H : heart monitor
Pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan
darah harus selalu dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi
kegawatdaruratan lebih lanjut yang biasanya cenderung
mengakibatkan komplikasi pada sistem kardiovaskuler.
b. Secondary survey dan intervensi resusitasi
Setelah tim resusitasi unit gawat darurat telah melakukan
penyelamatan jiwa segera, aktivitas lain dimana perawat gawat
darurat dapat mengantisipasi termasuk insersi gastric tube untuk
dekompresi saluran pencernaan untuk mencegah muntah dan
aspirasi. Tim resusitasi juga melakukan suatu pengkajian head to toe
yang lebih komprehensif, yang dikenal dengan secondary survey
untuk mengidentifikasi trauma lain atau isu medis yang memerlukan
penatalaksanaan atau dapat memperngaruhi perawatan.

B. Konsep Dasar Keracunan


1. Keracunan
a. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi,
menempelpada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah
yang relatif kecilmenyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia (Brunner &Suddarth, 2001). Keracunan adalah suatu
keadaan di mana terjadi gangguanfungsi organ tubuh karena kontak
dengan bahan kimia (Bakta, 1999).
Keracunan adalah bila suatu zat yang masuk ke dalam tubuh
manusiabaik disengaja maupun tidak disengaja dapat menyebabkan
sakit ataumengancam nyawa (Sartono, 2009). Keracunan ialah
suatu keadaan penyakitakut yang diakibatkan oleh obat atau suatu
zat kimia lain yangmasuk/mengenai tubuh manusia secara

10
berlebihan baik dengan sengajamaupun tidak, yang dapat
membahayakan jiwa (Munaf, 1984).
Keracunan adalah suatu keadaan dimana terjadi ganguan
fungsi organtubuh karena kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan
gejala klinis yangtimbul keracunan dibedakan atas keracunan akut,
keracunan sub klinis dankeracunan samar, yang secara proporsional
digambarkan sebagai piramiddengan keracunan akut (KA) sebagai
puncaknya (Bakta, 1999).

b. Klasifikasi
Menurut Gunawan (2007), Anamnesis amat penting dan sering
dapatmenunjukkan adanya unsur keracunan. Keracunan dapat
terjadi karenabeberapa hal adalah :
1) Klasifikasi menurut cara terjadinya keracunan
a) Self poisoning. Pada keadaan ini pasien makan obat dengan
dosisberlebihan tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini
tidak akanmembahayakan. Jadi pasien tidak bermaksud
bunuh diri, biasanyahanya untuk menarik perhatian
lingkungan. Pada anak muda kadangkadangdilakukan untuk
coba-coba, tanpa disadari bahwa tindakan inidapat
membahayakan dirinya.
b) Attempted Suicide. Dalam hal ini, pasien memang bermaksud
bunuhdiri, tetapi bisa berakhir dengan kematian atau pasien
sembuh kembali bila ia salah tafsir tentang dosis yang
dimakannya.
c) Accidental poisoning. Ini jelas merupakan kecelakaan, tanpa
faktorkesengajaan sama sekali.
d) Homodical Poisoning. Keracunan ini akibat tindakan kriminal
yaituseseorang dengan sengaja meracuni orang lain.
2) Klasifikasi menurut mula waktu terjadinya keracunan
Keracunan akut lebih mudah dikenal daripada keracunan
karena biasanyaterjadinya mendadak setelah makan sesuatu. Ciri

11
lain adalah seringmengenai banyak orang, misalnya pada
keracunan makanan, dapatmengenai seluruh keluarga atau warga
sekampung. Gejala keracunan akutdapat menyerupai setiap
sindrom penyakit, karena itu harus selalu diingatkemungkinan
keracunan pada keadaan sakit mendadak dengan gejalaseperti
muntah, diare, kejang, koma dan sebagainya.
3) Klasifikasi menurut organ yang terkena
Dalam klasifikasi ini keracunan digolongkan menurut organ
yang terkena,misalnya racun susunan saraf pusat (SSP), racun
jantung, racun hati,racun ginjal dan sebagainya. Suatu organ
cenderung dipengaruhi olehbanyak macam obat, sebaliknya
jarang terdapat obat yang hanyamengenai satu organ.
4) Klasifikasi menurut jenis bahan kimia
Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat
toksik yangsama, misalnya golongan alkohol, fenol, logam berat
dan lain-lain.
c. Etiologi
Tidak ada batasan yang tegas tentang keracunan berbagai macam
obat danbahan kimia. Menurut Sartono (2002), keracunan
disebabkan oleh makanan,pestisida, narkotika, psikotropika,
kosmetika, obat, bahan kimia dan bisa.
1) Keracunan makanan
Masalah yang sering kita hadapi dari waktu ke waktu
ialahmasalah di bidang keselamatan, yaitu “keracunan
makanan”, baik yangterjadi secara masal maupun perorangan,
selain kerusakan makanannyasendiri. Keracuanan makanan
dapat terjadi karena :
a) Makanan mengandung toksin
Keracunan karena ulah mikroorganisme dapat dibedakan
antara keracunan makanan (food intoxication) dan infeksi
karena makanan yang terkontaminasi oleh parasit, protozoa,
atau bakteri yang patogen (food infection). Keracunan

12
makanan ( food intoxication) dapat terjadi karena makanan
tercemar oleh toksin. Keracunan makanan yang biasaterjadi
disebabkan oleh makanan mengandung eksotoksin
yangdihasilkan oleh Klostridium botulinum atau enterotoksin
yangdihasilkan, antara lain oleh Stafilokoki.
b) Makanan tercemar bakteri pathogen
Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri
patogen, disebutjuga infeksi karena makanan (food infection).
Bakteri yang biasamencemari makanan terutama Salmonela
sebagai penyebab penyakittipus dan paratipus, selain dapat
juga Proteus, Escherichia, danbeberapa Pseudonomas.
c) Makan tercemar protozoa dan parasit
Makanan yang tercemar protozoa atau parasit dapat
menyebabkanpenyakit yang serius, antara lain penyakit
disentri yang disebabkanoleh Entamuba histolitika dan
penyakit lain yang dapat ditimbulkanoleh trikomonas
hominis, giardia lamblia, dan penyakit cacing.
2) Keracunan pestisida
Buah-buahan dan sayuran dilindungi terhadap tikus,
serangga, jamur, bakteri dan mikroorganisme lain, dan hama
penyakit tanaman, dengan menggunakan rodentisida, fungisida,
germisida, dan pestisida lainnya. Pestisida yang ideal ialah yang
tidak toksik dan mudah dicuci. Harapan ini dinyatakan aman
bagi manusia, dapat menimbulkan reaksi alergi pada orang-
orang tertentu.
3) Keracunan narkotika
Keracunan narkotika dapat terjadi karena overdosis dalam
terapi, suatukecelakaan atau tidak sengaja menggunakan
narkotika, danpenyalahgunaan yang parah, antara lain keracunan
morfin dan turunannyadalam terapi dan penyalahgunaan kokain
dan ganja.

13
4) Keracunan psikotropika
Keracunan psikotropika umumnya disebabkan oleh
overdosis obatgolongan psikotropika yang digunakan untuk
terapi, atau penyalahgunaanbahan atau senyawa dari golongan
psikotomimetika.
5) Keracunan Kosmetika
Sediaan kosmetika sendiri bukanlah racun. Akan tetapi,
karena dibuat daribahan-bahan kimia, terutama bagi kulit orang-
orang tertentu, dapatmenyebabkan timbul reaksi yang tidak
dikehendaki seperti reaksi alergi,iritasi, dan fotosensitisasi,
selain yang disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaannya.
6) Keracunan obat
Keracunan akut yang terjadi pada umumnya disebabkan
oleh obat.Keracunan obat, baik yang tidak sengaja, maupun yang
disengaja,biasanya sebagai akibat overdosis atau dosis yang
berlebihan
7) Keracunan bahan kimia
Bahan kimia adalah semua yang menempati ruang dan
bermassa.Makanan, pakaian, obat, dan udara yang terhirup
adalah bahan kimia.Bahan kima adalah bahan atau senyawa
kimia yang bersifat racun ataupotensial dapat menjadi racun,
terutama yang digunakan dalam bidangindustri.
8) Keracunan bisa
Bisa adalah racun yang disekresi oleh beberapa binatang
reptilian dan artropoda. Binatang-binatang tersebut antara lain
ular berbisa, lebah, danbinatang laut.
d. Manifestasi
Menurut Sartono (2002) efek dan gejala yang ditimbulkan
akibatkeracunan, terjadi antara lain pada sistem pencernaan
makanan, pernapasan,kardiovaskuler, urogenital, darah dan
hemopoitika, sistem saraf pusat sertakulit.
1) Sistem pencernaan makanan

14
Efek dan gejala keracunan pada sistem pencernaan makanan
dapatmenyebabkan muntah, diare, perut kembung, dan
kerusakan hati (sebagaiakibat keracunan obat dan bahan kimia).
2) Sistem pernafasan
Efek dan gejala keracunan pada sistem pernafasan, antara lain
hipoksiadan depresi pernafasan, edema paru, dan ventilasi paru.
3) Sistem kardiovaskuler
Efek dan gejala pada sistem kardiovaskuler, antara lain syok,
gagaljantung kongesti, dan jantung berhenti berfungsi.
4) Sistem urogenital
Efek dan gejala keracunan pada sistem urogenital, antara lain
dapatmenyebabkan gagal ginjal dan retensi urin.

5) Sistem darah dan hemopoitika


Efek dan gejala keracunan pada sistem darah dan hemopoitika,
antara laindapat menyebabkan methemoglobinemia,
agranulositosis dan diskrasiasdarah lain dan reaksi hemolitik.
6) Sistem saraf pusat
Efek dan gejala keracunan pada sistem saraf pusat, antara lain
dapatmenyebabkan konvulsi, koma, hipoglikemia,
hiperaktivitas, delirium, danmaniak.
7) Kulit
Efek dan gejala keracunan karena kontaminasi bahan kimia
pada kulit,antara lain dapat menimbulkan dermatitis.
e. Penatalaksanaan
Menurut Gunawan (2007) penanganan pasien keracunan
yangpertama memutuskan apakah perlu tindakan segera terutama
pada fungsivital, karena itu tindakan darurat meliputi penanganan
gagal napas dan syokserta mencegah absorpsi.
1) Penanganan gagal napas

15
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan
mulut danjalan napas. Untuk mengurangi kemungkinan aspirasi,
pasien harus selaludibaringkan dalam posisi miring bergantian
pada sisi kanan atau kiri bilatidak sadar. Pasang oksigen jika
diperlukan.
2) Penanganan syok
Pasien diletakkan dalam sikap tungkai sedikit keatas,
berikanmetaraminol 5 mg intra muscular (IM), bila tindakan
tersebut belummenolong dapat diberikan infuse dekstran,
oksigen perlu selalu diberikan,hidrokortison 100 mg tiap 6 jam
dapat ditambahkan dalam pengobatankasus resisten.
3) Pencegahan Absorbsi
Bila keracunan terjadi melalui kulit harus dibersihkan dengan
air dansabun, jika keracunan per inhalasi pasien harus
dipindahkan ke ruanganyang segar. Bila racun tertelan maka
yang harus dilakukan yaitumerangsang muntah, membilas
lambung dan memberikan pencahar.
f. Prinsip penatalaksanaan keracunan menurut Sartono (2009)
yaitu
1) Prinsip penatalaksanaan bila racun tertelan :
a) Encerkan: dengan memberi minum air, susu, dll
b) Muntahkan/ keluarkan: dengan mengupayakan pasien muntah
c) Netralkan: dengan memberikan antidotum
2) Prinsip penatalaksanaan bila racun terkena kulit atau mata
a) Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
b) Cuci/ bilas bagian yang terkena dengan air
c) Penolong jangan sampai jadi korban berikutnya.
3) Prinsip penatalaksanaan bila keracunan melalui inhalasi
a) Pindahkan pasien ke tempat aman
b) Beri oksigen
c) Tidak melakukan nafas buatan dari mulut ke mulut

16
g. Menurut Sartono (2001), Penanganan keracunan meliputi 2
tindakan,
yaitu menangani racun penyebabnya dan mengatasi efek atau gejala
klinikakibat keracunan.
1) Menangani racun dan penyebabnya
Racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, hidung
(inhalasi),kulit, suntikan, mata (kontaminasi mata), dan sengatan
atau gigitanbinatang berbisa.
a) Melalui mulut
Jika racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut,
makatindakan dalam menangani racun yang telah masuk ke
dalam tubuhialah mengurangi absorpsi racun dari saluran
cerna, memberikanantidot, dan meningkatkan eliminasi racun
dari tubuh.
(1) Mengurangi Absorpsi
Upaya mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna
dilakukandengan merangsang muntah, menguras
lambung, mengabsorpsiracun dengan karbon aktif, dan
membersihkan usus.
(a)Merangsang muntah
Untuk merangsang muntah, dapat digunakan sirup
ipeca,Pemberian sirup ipeca dalam waktu 1 jam
setelah keracunandapat mengeluarkan kembali 30 -
60% racun. Jika diberikanlebih dari 1 jam setelah
keracunan, racun yang dikeluarkankira-kira hanya
20%.

Indikasi perangsangan muntah :


(1) Racun yang sangat toksik dalam jumlah membahayakan.
(2) Menelan racun kurang dari 4 jam
(3) Pasien sadar dan kooperatif

Kontraindikasi perangsangan muntah :

17
(1) Keracunan zat korosif, hidrokarbon.
(2) Penderita tidak sadar, kejang.
(3) Tidak ada refleks muntah

Tabel 2.1 Penggunaan Sirup Ipeca

SIRUP IPECA
Indikasi:
Terutama diberikan pada pasien keracunan bahan kimia yang
toksik.
Kontra indikasi:
Anak usia kurang dari 6 bulan, pasien koma, pasien yang tidak
mempunyai refleks muntah, pasien keracunan asam atau basa kuat,
pasien sirosis dan trombositopenia, pasien yang selain keracunan
juga menelan benda tajam seperti pecahan kaca, dan pasien yang
sebelumnya sudah muntah-muntah.
Dosis:
Dewasa, 30 ml atau 2 sendok makan.
Anak-anak:
Usia 6-12 bulan, 10 ml atau 2 sendok teh.
Usia lebih dari 12 bulan, 15 ml atau 1 sendok makan.
Jika penderita belum muntah dalam 30 menit, pemberian sirup
ipeca dapat diulangi sekali lagi.
Catatan:
Kepada pasien diberi minum beberapa gelas air. Untuk mencegah
kemungkinan terjadinya aspirasi ke dalam paru, sebaiknya pasien
dalam posisi duduk atau letak kepalanya lebih tinggi.
Sumber : Sartono (2001)

(b)Kumbah lambung
Kumbah lambung efektif, jika dilakukan dalam
waktu 1 jamsetelah keracunan dengan menggunakan
pipa nasogastrik.Pengurasan lambung tidak dilakukan
pada pasien keracunanasam atau basa kuat dan harus

18
hati-hati pada pasienpendarahan diathesis. Untuk
pasien dewasa, sebagai cairanpenguras digunakan air
hangat. Setiap kali dimasukkan airhangat 200-300 ml
sampai air yang keluar jernih. Jumlah airhangat yang
digunakan biasanya antara 1-2 liter, tapi dpatjuga
sampai 5-10 ml/kg berat badan. Selain air hangat
danlarutan garam normal, pada waktu ini juga
digunakan larutanelektrolit polietilenglikol. Setelah
pengurasan lambung,biasanya diikuti dengan
pemberian karbon aktif untukmengabsorpsi sisa racun,
dan obat penguras usus atau laksanuntuk
mengeluarkan racun yang telah masuk ke dalam usus.
Pemberian karbon aktif dan obat laksan dapat
dilakukanmelalui pipa nasogastrik.

Tabel 2.2 Penggunaan Karbon Aktif

KARBON AKTIF
Indikasi:
Untuk mengabsorpsi racun dalam lambung.
Kontra indikasi:
Penderita keracunan asam atau basa kuat, dan penderita
pendarahan diathesis.
Dosis:
Dewasa dan anak-anak, 1 g/kg berat badan.
Catatan:
1. Jangan menggunakan antidote universal.
2. Karbon aktif dicampur dengan air, dengan perbandingan 1:4.
3. Jika menggunakan sirup ipeca, jangan diberi karbon aktif
sebelum sirup ipeca menunjukkan efeknya.
4. Jangan memberikan karbon aktif, jika diperkirakan akan
menyerap
antidote yang digunakan seperti N-asetilsistein.
5. Karbon aktif dapat dicampur dengan obat laksan dari golongan

19
senyawa garam seperti Magnesium-sulfat atau Natrium-sulfat.
Dosis multiple dapat diberikan, jika racun diduga mempunyai
siklus
enteropatik seperti obat depresan golongan trisiklik, digittlis dan
lainlain.
Sumber : Sartono (2001)
(c) Membersihkan usus
Pembersihan usus dilakukan dengan
menggunakan obatlaksan dari golongan senyawa
garam, yaitu Magnesiumsulfatdan Natrium-sulfat.
Laksan non-ionik biasanya tidakdigunakan dalam
usaha membersihkan usus karena akanterabsorpsi oleh
karbon sehingga menjjadi tidak aktif.Laksan yang
berupa minyak juga tidak digunakan karenaakan
mening katkan atau mempermudah absorpsi
beberaparacun oleh tubuh seperti golongan pestisida
dan senyawahidrokarbon.

Tabel 2.3 Penggunaan Magnesium-sulfat dan Natrium-sulfat

Magnesium-sulfat dan Natrium-sulfat


Indikasi:
Untuk membersihkan racun dari usus, dan juga merupakan antidot
umum.
Kontra indikasi:
Ileus yang adinamik, diare berat, trauma perut, obstruksi usus,
gagal
ginjal (Magnesium-sulfat) dan gagal jantung kongesti
(Natriumsulfat)
Dosis:
Dewasa:
Magnesium-sulfat atau Natrium-sulfat 30 g.
Anak-anak:
Magnesium-sulfat atau Natrium-sulfat 250 mg/kg berat badan.

20
Sumber : Sartono (2001)

(2) Antidot
Antidot atau obat penawar racun adalah obat atau
bahan yangmempunyai daya kerja bertentangan dengan
racun, dapat mengubahsifat-sifat kimia racun atau
mencegah absorpsi racun. hanya sedikitkeracunan yang
dapat ditawarkan oleh antidote yang spesifik.Meskipun
antidot kadang-kadang merupakan obat penyelamat
nyawapenderita karacunan, penanggulangan keracunan
tidak dapatdiandalkan hanya dengan menggunakan
antidot saja.

Tabel 2.4 Beberapa antidot yang spesifik

No Toksin Antidotum
1. Opiate Nalokson
2. Methanol, etilen glikol Etanol
3. Antikolinergik Fisostigmin
4. Organofosfat (insektisida karbamat) Atropin
5. Cianida Amil nitrit, natrium nitrit, natrium tiosulfat
Sumber: Hudak dan Gallo (1997)

(3) Meningkatkan eliminasi


Meningkatkan eliminasi racun dapat dilakukan dengan
dieresisbasa atau asam, dosis multipel karbon aktif,
dialisis danhemoperfusi.
(a)Diuresis basa
Diuresis basa dapat meningkatkan eliminasi
golongansalisilat, herbisida fenoksisetat (asam 2,4
diklorofenoksiasetat, 2,4-D dan mecoprop),
fenobarbital danbarbital.
(b)Diuresis asam

21
Diuresis asam semula digunakan untuk
meningkatkaneliminasi kina, kemudian diketahui an
terbukti tidak efektif.Demikian juga diragukan
efeknya dalam meningkatkaneliminasi Fensiklidin.
(c)Dosis multipel karbon aktif
Eliminasi obat-obat yang mempunyai volume
distribusi kecil(<1 1 liter/kg berat badan), pKa rendah,
afinitas ikatanrendah, dan waktu paruh yang menjadi
panjang karenaoverdosis akan meningkat dengan
menggunakan dosismultipel karbon aktif. Obat-obat
tersebut, antara lainasetosal, karbamazepin, dapson,
fenobarbital, kina danteofilin.

(d)Dialisis dan Hemoperfusi


(e)Dialisis dan hemoperfusi dapat dilakukan
untukmeningkatkan eliminasi racun pada penderita
dengan kadarracun dalam plasma yang tinggi dan
kombinasi gejala klinikkeracunan yang parah. Dialisis
dan hemoperfusi mempunyaiarti yang kecil untuk
racun dengan volume distribusi yangbesar (seperti
obat depresan golongan trisiklik) karena kadardalam
plasma kecil dibandingkan dengan jumlah total
racundalam tubuh. hemodialisis cukup dapat
meningkatkaneliminasi obat golongan salisilat,
lithium, methanol,isopropanol, etilen glikol dan
etanol. Sedangkan dialysisperitoneal dapat
meningkatkan eliminasi racun seperti etilenglikol dan
metanol.
b) Melalui hidung
Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung
(inhalasi), tindakan yang segera dilakukan ialah :

22
(1) Memindahkan pasien keracunan dari tempat atau ruangan
yangtercemar racun.
(2) Trakeotomi dapat dilakukan, jika dipandang perlu.
(3) Jika menggunakan alat resuscitator dengan tekanan
positif,tekanan darah perlu dikontrol terus menerus.
c) Kontaminasi Kulit
Jika kulit terkontaminasi atau terkena racun, segera
disiramdengan air untuk mengencerkan atau mengusir racun.
Kecepatan danvolume air yang digunakan sangat menentukan
kerusakan kulit yangterjadi, terutamam jika terkena racun
yang bersifat korosif danbahan – bahan atau racun yang
merusak kulit.
d) Kontaminasi Mata
Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia
harusdibilas atau dialiri air selama 15 menit. Dapat juga
digunakan gelaspencuci mata, yang airnya sering diganti.
Jangan sekali-kali diteteskan antidote senyawa kimia, karena
panas yang akan timbuldapat mengakibatkan kerusakan mata
yang lebih parah. Di rumahsakit, mata yang terkontaminasi
bahan kimia dibilas lagi dengan airatau larutan garam normal
yang steril dan kemudian ditetesi larutanfluorescein 2% yang
steril. Jika timbul warna kuning atau hijau,pembilasan
dilanjutkan selama 5 menit dan segera dikonsultasikan
kedokter spesialis mata untuk mendapatkan pemeriksaan
danpengobatan lebih lanjut. Diusahakan agar dalam waktu 2
jam matayang terkontaminasi sudah ditangani oleh dokter
spesialis mata.
e) Sengatan dan gigitan binatang berbisa
Jika terkena gigitan ular berbisa, maka tindakan
untukmencegah penjalaran bisa dilakukan dengan
menggunakan torniket didaerah atau diatas luka gigitan,
sampai dapat diberikan antidot yangspesifik terhadap bisa

23
ular penyebabnya. Selama dalam perjalanan kerumah sakit,
torniket dikendorkan setiap 15 menit selama 30
detik.Torniket tidak digunakan pada jari tangan atau kaki
yang terkenagigitan ular berbisa. Sebagai alternatif, dapat
dilakukan pembalutandengan yang kuat atau dengan tekanan
yang dapat dibiarkan beberapajam. Usaha lain untuk
memperlambat penjalaran bisa, yaitu denganpendinginan
lokal menggunakan es batu. Cara ini dapat membayakanjika
terjadi radang karena kedinginan. Cara lain lagi dengan
mengisapbisa dari luka gigitan, setelah luka disayat sepanjang
1,5 cm dankedalaman 0,5 cm. jika gigitan terjadi lebih dari
setengah jam,sebaiknya tidak dilakukan pengisapan.
Pengisapan yang dilakukandalam waktu 10 menit setelah
terjadi gigitan dapat mengeluarkanracun sampai 20%.

f. Pennyebab dan Jenis Keracunan


Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab
yang mengandung bahanberbahaya dan potensial dapat menjadi
racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain.
1) Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang
sesuai untuk pertumbuhan danperkembangbiakan
mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal
dari akibataktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi
langsung kepada nilai bahan makanan tersebutuntuk kepentingan
manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan olehbahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yangpatogen dan
juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering
mengakibatkan keracunan, antaralain :
a) Keracunan botolinum

24
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara
anaerobik, yaitu di tempat-tempatyang tidak ada udaranya.
Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak
tinggidengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya
yang demikian itu, kuman ini banyakdijumpai pada makanan
kaleng yang diolah secara kurang sempurna. Gejala
keracunan botolinum muncul secara mendadak, &0-12 jam
sesudah memakanmakanan yang tercemar. Gejala itu berupa
lemah badan yang kemudian disusul denganpenglihatan yang
kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh
kelumpuhansaraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita
mengalami kesulitan berbicara dan susahmenelan.Pengobatan
hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan
serumantitoksin yang khas untuk botulinum. 3leh karena itu
dalam hal ini yang penting ialahpencegahan.
Pencegahan : sebelum dihidangkan, makanan kaleng
dibuka dan kemudian direbus bersamakalengnya di dalam air
sampai mendidih.
b) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai ( jam
sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala
tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret,
haus,berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan : apabila tidak ada muntah-muntah,
penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya
dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram
dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila
perlu, berikan napas buatan dan kirimpenderita ke rumah
sakit.
c) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal
asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang

25
diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu : jumlah
yangdimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta
lainnya.
Gejala klinisnya seperti : sakit pinggang yang disertai
dengan sakit perut, nyeri sewaktukencing, dan kristal-kristal
asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama
airkencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan : pada keracunan yang ringan,
penderita diberi minum air sodasebanyak-banyaknya. Obat-
obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk
mengurangisakitnya. Pada keracunan yang lebih berat,
penderita harus dirawat di rumah sakit.
d) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.
Diduga racun tersebut terbawa dariganggang yang dimakan
oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang
lauttersebut muncul kira-kira (8 menit sesudah memakannya.
Gejala itu berupa : mual, muntah,kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan : usahakan agar dimuntahkan
kembali makanan yang sudah tertelanitu. Kalau mungkin
lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan.
Obat yang khasuntuk keracunan binatang-binatang laut itu
tidak ada.
e) Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida).
Singkong beracun biasanya ditanamhanya untuk pembatas
kebun, dan binatangpun tidak mau memakan daunnya. Racun
asambiru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa
menit setelah termakan racun singkong,gejala-gejala mulai
timbul. Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
2) Minyak Tanah

26
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden
Intoksikasi minyak tanah : Terutama pada anak-anak 9 2 tahun.
Khususnya pada negara-negara berkembang.Daerah perkotaan :
daerah pedesaanPria : wanita umumnya terjadi karena kelalaian
orang tua
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan
saluran napas, pencernaan, dan awalnya penderita akan segera
batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlahyang
tertelan hanya sedikit. !ianosis, distress pernapasan, panas badan,
dan batuk persistendapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih
besar mungkin mengeluh rasa panas padalambung dan muntah
secara spontan. Gejala termasuk lethargi, koma, dan
konsulsi.Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial
fibrilasi, dan fatal entrikular fibrilasidapat terjadi.Kerusakan
ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala lain
sepertibronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele,
pneumomediastinum, pneumothora, dansubcutaneus
emphysema. 6anda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis
bila terjadi paparanpada kulit. !edangkan pada mata akan terjadi
tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakanpermanen mata.

Komplikasi

Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis


aspirasi. Studi padabinatang menunjukkan toksisitas pada paru
>140 dibanding pada saluran pencernaan. Aspirasi umumnya
terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas
yang rendahdan tekanan permukaan, aspirat dapat segera
menyebar secara luas pada paru. Penyebaranmelalui penetrasi
pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa
alveoli, danmenurunkan jumlah surfactan sehingga memicu
terjadinya perdarahan, edema paru, ataupunkolaps pada paru.

27
jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan
kerusakan yangbermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak +2,5 ml
pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg
minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan - sedang,
karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan
abnormalitas eritrosit. namun efek sistemik tersebut jarang
karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak padasaluran
pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
Penatalaksanaan
Monitor sistem respirasiInhalasi oksigen nebulisasi dengan
Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas
Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai
profilaksis
Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang
dilakukan kumbah lambung dan charcoal aktif (arang) beberapa
literatur menolak penatalaksanaandengan kumbah lambung,
dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru.
Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila
jumlah yang ditelan cukupbanyak, karena dikhawatirkan terjadi
penguapan dari lambung ke paru.
Antasida : untuk mencegah iritasi mukosa lambungPemberian
susu atau bahan dilusi lain bila terjadi gagal napas, dapat
dilakukan ventilasi mekanik.
3) Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida
yang berada dalam golonganpropu<ur. Penanganan keracunan
baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama.
Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl 4sein,
pirimicarb 4rapid, apho<,timethacarb 4landrin dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare,
inkontinensia urin, miosis,fasikulasi otot, cemas dan kejang.

28
+iosis, salias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot
perut,muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak
awal. ematian biasanya karenadepresi pernafasan. Efek
muskarinik (parasimpatik) berupa : miosis 4pinpoint,
Aipersaliasi, lakrimasi,Aipersekresi bronchial, "ronkospasme,
Aiperperistaltik * mual, muntah, diare, kram perut.,Inkontinensia
urin, Pandangan kabur, Tradikardi Efek nikotinik berupa :
fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia,
takikardi4hipertensi. Efek SPP berupa : sakit kepala, bicara
ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresipernafasan. Efek
pada kardi vaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih
dominan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan
insektisida, pemeriksaan klinis dan menyeluruh dan terakhir
pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
1. General Management
Airways : jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
Breathing : beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan
intubasi.
Circulation : pasang IV line, pantau vital sign.
2. Spesifik terapi
a. Bilas lambung (100 - 200 ml), diikuti pemberian karbon
aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.
b. Karbon aktif Dosis > 12 tahun 25- 100 gr dalam 300-
800 ml.
3. Pharmacologik terapi
Atropine: > 2 tahun 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai
atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5 mg / 30 menit atau 1
jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal
50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.

29
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan
furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul.
4) Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan
kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian,
produk tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan
kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah :

Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan


Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar
Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya
dan ruang yang gelap serta jauhkan juga menebabkan hal yang sama.
dari bahan-bahan yang mudah
terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar
korosif terutama dengan kepekatan dan kulit melepuh. Gas/uapnya
tinggi. juga menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun menyebabkan pingsan, gangguan
pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam sulfat
higroskopis, bersifat membakar pekat karena dapat menyebabkan
bahan organik dan dapat merusak kerusakan paru-paru, kontak
jaringan tubuh dengan kulit menyebabkan
Gunakan ruang asam untuk proses dermatitis, sedangkan kontak
pengenceran dan hidupkan kipas dengan mata menyebabkan
penghisapnya. kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis Dapat merusak jaringan tubuh.
dan menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup senyawa ini pada
khas. konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan
saluran pernafasan dan sesak
nafas. Terkena amonia pada

30
konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30
menit dapat menyebabkan
kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini karena
dapat menyebabkan pingsan dan
kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit,
beracun. mata, dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup uapnya dapat
menyebabkan kematian.

31
Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh
cara pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau
suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan
absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan
kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan
respons jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti
adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint),
muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin
dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada
pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin
menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah,
banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat
mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan


Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak Garam logam
lazim di mulut, mulut terasa
panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,
gemetar, lemah, pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri Staphylococcus Aureus
perut. dan enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, Bacillus Cereus.
muntah) rasa mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan,
koma.

32
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran
secret dari hidung, terkadang
ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan Corynebacterium
hidung, eksudat berwarna diphtheria
keabuan, demam, mengigil,
nyeri tengorokan, lemah, sulit
menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B.
12) disebabkan cereus; S; faecalis; S. 
Clostridiumperfringens, faecium
kadang-kadang rasa mual dan
muntah
12-72 jam (rerata 18- Kram perut, diare, muntah, Salmonella spp
36) demam, mengigil, lemah (termasuk S. Arizonae),
hebat, mual, sakit kepala, E. coli enteropatogenik,
kadang-kadang diare berdarah dan Enterobakteriacae,
dan berlendir, lesi kulit yang V. cholera (01 dan non-
disebabkan Vibrio vulnificuis. 01), vulvinicus, V.
Yersinia enterocolitica fluvialis.
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis
akut.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enterik
nyeri perut, gejala saluran
nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia
sakit perut, berat badan
menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, Entamoeba hystolitica
sakit kepala, mengantuk,

33
kadang tanpa gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu Taenia sanginata dan 
makan, berat badan menurun, taenia solium
sakit perut, kadang
gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic
penglihatan kabur, nyeri dada,
sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan,
berkeringat, gastroenteritis, Jamur jenis muscaria
nadi tak teraratur, pupil
mengecil, bernafas seperti
orang asma.
1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang,
kedutan, paralisis otot.
Rasa baal atau gatal,
gastroenteritis, pusing, mulut Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil
melebar, pandangan kabur,
paralisis otot.
2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated
jam) seperti dikaruk, pusing, lemah, hydrocarbon
tak ada nafsu makan, berat
badan menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau
diplobia, reflek cahaya hilang,
sulit menelan, berbicara dan Clostridium botulinum
bernafas; mulut kering, lemah, dan toksinnya.
paralisis pernafasan.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, Air raksa organic

34
paralisis, spastic, penglihatan
berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada
kaki, kaki dan tangan jatuh. Triortrocresyl
phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin
muntah, rasa panas pada (histamine)
mulut, tengorok terasa
terbakar, muka sembab dan
merah, sakit perut, gatal
dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa Monosodium glutamate
seperti digaruk (geli), (MSG)
kemerahan, pusing, sakit 
kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, Asam nikotinat
sakit perut, edema lutut dan
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin (paralytic
terbakar, baal, mengantuk, shelifish poisoning:
bicara inkoheren, paralisis PSP)
pernafasan.
2-5 menit sampai 3-4 Sensasi panas dan dingin Brevetoxin (neurotoxic
jam bergantian, rasa geli; baal shelifish poisoning:
disekitar bibir, lidah dan NSP)
tengorokan; nyeri otot, pusing,
diare, muntah.
30 menit sampai 2-3 Rasa mual, muntah, diare, Dinophysis toxin,
jam sakit perut, mengigil, demam. okadaic acid,
pectenotoxin, yessotoxin
(Diarrheic shelifish
poisoning:DSP)

35
24 jam  Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
(gastrointestinal) bingung, hilang ingatan, shelifish poisoning:
sampai 48 jam deisorientasi, kejang dan ASP)
(neurologis) koma.
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan
Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema Trichinella spiralis
hari) disekitar mata, berkeringat,
nyeri otot, mengigil, lemah,
sulit bernafas.
7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit Salmonella typhi
hari) kepala, sakit kepala, demam,
batuk, mual, muntah, sembelit,
sakit perut, mengigil, bintik
merah dikulit, tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri Toxoplasma gondii
otot, kemerahan.
10-50 hari (rerata 25- Demam, lemah-lesu, tak ada Mungkin virus
30) nafsu makan, mual, sakit perut,
kuning (ikterus).
Bervariasi, Demam, mengigil, sakit kepala Bacillus anthracis,
bergantung pada tipe atau sendi, lemah-lesu, brucella melitensis, B.
penyakit bengkak dikelenjar getah abortus, B. suis, coxiella
bening, dan gejala yang khas bernetti, francisella
untuk penyakit lain. tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.

36
C. Konsep Dasar Overdosis
1. Pengertian
Overdosis merupakan keracunan pada penggunaan obat baik yang
tidak disengaja maupun disengaja dengan maksud bunuh diri.Overdosis
merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gejala terjadinya
keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang
melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh.Overdosis obat sering
disangkutkan dengan erjadinya heroin digunakan bersama alcohol.
(Wikipedia, 14 april 2013 02:05 ).
Overdosis/intoksikasi adalah kondisi fisik dan perilaku abnormal
akibat penggunaan zat yg dosisnya melebihi batas toleransi tubuh.

2. Etiologi
a. Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah :
1) Usia. Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga
sering terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi
2) Merek dagang. Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama,
sehingga pasien bingung, misalnya furosemid (antidiuretik)
dikenal sebagai lasix, uremia dan unex.
3) Penyakit. Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati
atau sekresi obat melalui ginjal akan meracuni darah.
4) Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan
penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi) misalnya
barbiturate, antidepresan dan tranquilizer.
5) Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya
mengkonsumsi putau hamper bersamaan dengan alcohol atau obat
tidur seperti valium, megadom/ BK, dll.
6) Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya,
misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya
seminggu, tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang
sama seperti biasanya kemungkinan besar terjadi OD.
7) Kualitas barang dikonsumsi berbeda.

37
b. Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan :
1) Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
2) Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya
3) Sukarnya memperoleh obat itu diluar rumah sakit
4) Mahalnya harga obat
5) Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin
bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada
pasien
6) Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang
biasanya tidak bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau
memakai obat dengan merek dagang lain.

Keracunan obat dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk maksud


terapi maupun pada penyalahgunaan obat.Keracunan pada penggunaan
obat untuk maksud terapi dapat terjadi karena dosis yang berlebih
(overdosis) baik yang tidak disengaja maupun disengaja dengan maksud
bunuh diri, karena efek samping obat yang tidak diharapkan dan sebagai
akibat interaksi beberapa obat yang digunakan secara bersama-
sama.Kematian akibat penggunaan obat jarang terjadi.Hal yang dapat
menimbulkan reaksi dan mungkin mengakibatkan kematian, terutama
pada penggunaan obat secara IV, penggunaan obat golongan depresan,
penisilin dan turunannya, golongan anti koagulan, obat jantung, k-
klorida golongan diuretik dan insulin.

c. Manefestasi klinis overdosis umum


1) Penurunan kesadaran
2) Frekuensi pernapasan kurang dari 12kali/menit
3) Pupil miosis
4) Adanya riwayat pemakaian obat-obat terlarang
5) suhu tubuh menurun.
6) kuku, bibir menjadi kebiru- biruan.

38
7) Adanya suara- suara mengorok atau mendengkur yang berasal
dari tenggorokkan yang menandakan bawha seorang itu
mengalami kesulitan dalam melakukan pernafasan yang benar.
d. Jenis-jenis
Beberapa jenis intoksikasi/overdosis yang sering ditemui pada
kasus penggunaan NAPZA diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Intoksikasi opioida
2) Intoksikasi sedatif hipnotik (Benzodiazepin)
3) Intoksikasi Amfetamin
4) Intoksikasi Alkohol
5) Intoksikasi Kokain
Salah satu jenis overdosis yang akan dibahas lebih spesifik
disini adalah overdosis yang diakibatkan oleh amfetamin.
a. Over Dosis Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintesis
yang disebut sistem saraf pusat (SSP) stimulant. Amfetamin
merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintesis dan
kini terkenal diwilayah asia tenggara. Amfetamin dapat berupa
bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih Kristal
kecil.
Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan
kokain, tetapi amfetamin memliki waktu paruh lebih panjang
dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10-15
jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4-8kali
lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh
stimulator-stimulator tersebut mmengaktivasi “ reserve power”
yang ada didalam tubuh manusia dan ketika efek yang
ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan
“signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa itu lagi.
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin
adalah dihirup melalui tabung.Amfetamin dapat membuat
seseorang merasa energik, efek amfetamin termasuk rasa

39
kesejahteraan dan membuat seseorang merasa lebih percaya
diri. Perasaan ini bias bertahan sampai 12 jam, dan beberapa
orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obat.
bat-obat yang termasuk kedalam amfetamin : Amfetamin,
Metamfetamin, Metilendioksimetamfetamin (ektasi).
1) Metilendioksimetamfetamin (ektasi).
Shabu-shabu / metilendioksimetamfetamin/ ekstasi atau
3,4-metilen-dioksimetamfetamin karena efek
neurotoksisitas dan potensial disalahgunakan, diinggris
telah dimasukkan dalam golongan A dari “misuse of drug
Act” pada tahun 1971 dan diamerika serikat dilarang sejak
tahun 1985. Dinggris, atau kapsul ekstasi digunakan pada
pesta dengan gerakan dansa yang cepat dan lama, sehingga
efek farmakologinya bercampur dengan penggunaan
tenaga yang berlebihan dan dehidrasi berat.
Gejala klinis :
Tanda dan gejala intoksikasi/overdosis amfetamin biasa
nya diunjukkan dengan adanya dua atau lebih gejala-
gejalaseperti: takikardi atau
bradikardi,dilatasi pupil, peningkatan atau 
penurunan  tekanandarah, banyak keringat atau
kedinginan, mual atau muntah, penurunan BB, agitasi atau
retardasi psikomotor, kelelahan otot, depresi sistem
pernapasan, nyeri dada atau aritmia jantung,
kebingungan, kejang-kejang, diskinesia, distonia atau
koma.
Pada penyalahgunaan yang ringan, gejala yang timbul,
antara lain agitasi, takikardi, hipertensi, dilatasi pupil yang
kelihatan jelas, trimus, dan berkeringat.Pada kasus yang
berat dapat terjadi hipertermia, koagulasi intravaskuler
yang menyebar, rhabdomiolisis, dan gagal ginjal
akut.Kematian mungkin terjadi dan jika sembuh dapat

40
terjadi kerusakan hati dengan mekanisme yang belum
diketahui.

41
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWAT DARURATAN

DENGAN KLIEN “ OVERDOSIS”

A. Pengkajian
1. Primary survey

Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk


pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba,
pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi pemerintah
seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian
informasi melalui berbagai bentuk materi KTE yang di tunjukkan
kepada remaja langsung dan keluarga.

B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami


gangguan dalam bernapas
B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan
napas dan cek tekanan darah pasien.
B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses
berfikir.

42
B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal
yang dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut.
B5 : Bowel, kaji intake dan output pasien

a. Airway support

Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan


adalah ada tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah.
Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada
klien tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan
terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan
mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas.
Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus
terbuka. Teknik yg dapat digunakan adalah cross finger (silang
jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger
sweep (sapuan jari).

Gbr. 3.1 cross finger

43
Gbr. 3.2 finger sweep

Adapun Teknik untuk membuka jalan napas :


1) Head tilt / chin lift
Teknik ini dapat digunakan jika penderita tidak mengalami
cedera kepala, leher dan tulang belakang

Gbr. 3.3 headtilt/chinlift

2) Jaw trust

Gbr. 3.4 jaw trust

44
b. Breathing support

Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka


langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian status
pernapasan klien, apakah masih bernapas atau tidak. Teknik yg
digunakan adalah LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF
dilakukan tidak lebih dari 10 menit, jika klien masih bernapas,
tindakan yg dilakukan adalah pertahankan jalan napas agar
tetap terbuka, jika klien tidak bernapas, berikan 2 x bantuan
pernapasan dgn volume yg cukup.

c. Circulation support

Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan


dan kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang
mengalami henti jantung. Selain itu untuk mempertahankan
sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem jantung paru
agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut
(advance life support).

d. Disability
Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi
tingkatan kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta
tanda-tanda vital.
e. Exposure

Lakukan pengkajian head to toe.

f. Folley kateter

Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya


dilakukan untuk melakukan perhitungan balance cairan.

g. Gastric tube

45
Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah
kumbah lambung yang bertujuan untuk membersihkan
lambung serta menghilangkan racun dari dalam lambung.
Prosedur kumbah lambung :

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2) Membawa alat dekat pasien
3) Atur posisi pasien dalam sikap fowler bila sadar
4) Pasang sampiran
5) Pasang pengalas : satu dibawah dagu klien yg
dipentingkan dbagian punggung dan satu diletakkan pada
sisi dimana ember diletakkan
6) Letakkan ember diatas kain pel d bawah TT
7) Perawat cuci tangan dan masang sarung tangan
8) Ambil selang sende langsung dan keluarkan air dari dalam
selang
9) Selang diukur dari epigastrika mulut ditambah dari mulut
kebawah telinga ( 40-45 cm) kemudian diberikan tanda
10) Memasang selang yang telah diklem perlahan-lahan
kedalam lambung melalui mulut
11) Pastikan apakah selang lambung benar-benar telah masuk
kedalam lambung dengan cara memasukkan pangkalnya
kedalam air dan klem dibuka. Jika tidak ada gelembung
udara yang keluar maka selang sudah masuk kedalam
lambung. Sebaiknya jika ada udara yang keluar berarti
sonde dimasukkan keparu-paru
12) Atur posisi pasien, berbaring tanpa bantal dengan kepala
lebih rendah
13) Kosongkan isi lambung dengan cara merendahkan dan
mengarahkan sonde kedalam ember.
14) Jepit selang dan pasang corong pada pangkal selang
lambut / spuit besar (100 cc), tinggi corong/spuit + 30 cm
diatas lambung, kemudian menuangkan cairan perlahan-

46
lahan + 500 cc kedalam corong yang sedikit dimiringkan
sambil klem dibuka.
15) Sebelum cairan terakhir dalam corong/spuit habis, cairan
yang masuk tadi keluarkan kembali dengan cara
merendahkan corong dan tuangkan kedalam ember (jangan
terlalu rendah agar selaput lender lambung tidak hisap
masuk kedalam selang lambung
16) Lakukan berulang-ulang sampai cairan yang keluar
kelihatan jernih kemudian pangkal selang lambung.
17) Keluar kan selang lambung perlahan-lahan dengan cara
menarik sonde berlahan-lahan, kemudian selang + corong
di masukkan dalam kom.
18) Beri air untuk kumur kepada klien, kemudian mulut dan
sekitarnya dibersihkan dengan tissue
19) Angkat pengalas dan rapikan klien
20) Bersih kan alat-alat dan perawat cuci tangan

h. Heart monitor

Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung,


peningkatan tekanan darah dan kerusakan sistem
kardiovaskuler.

Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus


mengkaji riwayat pasien :
A : Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan
informasi perawat bisa menanyakan keluarga atau
teman dekat tentang riwayat alergi pasien )
M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )
P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti
masalah kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi :
ekstasi)

47
E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala,
keluhan utama, dan mekanisme overdosis)

2. Secondary survey

Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan


upaya penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan
awal (intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan
fisik dan mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic,
antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan
bahan-bahan adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus
dilakukan adalah melakukan tindakan keperawatan head to toe.

B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi
psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)
5. Resiko distress pernapasan b.dasidosis metabolik

48
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan kedaruratan
adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem
organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun,
dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun
terabsorbsi.
B. Saran
1. Bagi keperawatan, dapat dijadikan sarana pengetahuan dalam
pengelolaan dan pemberian asuhan keperawatan jiwa dengan konsep
recovery dan supportive enviroment.
2. Bagi Pendidikan, dapat dijadikan saran pengetahuan untuk mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan konsep recovery
dan supportive enviroment

49
DAFTAR PUSTAKA

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:


http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-
berbahaya/. Diakses tanggal 4 Mei 2012.Indonesiannursing. (2008). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar (Combustio).
Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-luka-bakar-combustio/. Diakses tanggal 16 April 2012.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans
Info Media.
Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal
Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC.
Syamsi. (2012).Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan
Serangga.

50

Anda mungkin juga menyukai