Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA ETIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan I


Dosen Pengampu: Rosliana Dewi, S.Kp., M.H.Kes., M.Kep.

Disusun Oleh:
Adny Nanda Nesvitta (C1AA21008)
Ahmad Apriliana (C1AA21011)
Elsa Rahmawati (C1AA21038)
Fajar Sidik (C1AA21041)
Marsa Ananda Syabina (C1AA21068)
Mery Dhea Rahmawati (C1AA21071)
Neng Sapitria (C1AA21098)
Novi Puspita Darmawan (C1AA21101)
Rismay Wulandari (C1AA21128)
Rohmat (C1AA21131)
Siti Maysharoh Oktaviani (C1AA21158)
Siti Paridah (C1AA21161)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kita panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DILEMA ETIK”. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita umatnya
hingga akhir zaman.

Makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya.

Akhirnya, sesuai dengan pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Penulis mengharapkan
kritik dan saran atas adanya laporan yang ditulis sebagai batu loncatan agar dapat
memperbaiki laporan di masa yang akan datang. Kebenaran dan kesempurnaan hanya
milik Allah SWT.

Sukabumi,12 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1


B. TUJUAN ................................................................................................................. 2
C. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4

A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA


ETIK ....................................................................................................................... 4
B. TEORI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA ETIK .................... 7
C. ALUR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA ETIK .................................... 9
D. CONTOH KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA ETIK ................ 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 18

A. KESIMPUAN ......................................................................................................... 18
B. SARAN ................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada


pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat
ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana
yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah; dan apa
yang dilakukan jika semua solusi tampak salah.

Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat dan akurat sangat diperlukan bagi tenaga
paramedis untuk dapat menyelamatkan pasien yang dihadapi. Pola-pola perilaku pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh tenaga paramedis ini melibatkan aspek-aspek fisik maupun
psikis yang sangat besar, mengandung resiko yang cukup tinggi antara keselamatan dan
kematian dari pasien yang sedang dihadapi.

Dilema etik dapat bersifat personal maupun profesional. Dilema sulit dipecahkan bila
memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan
keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang yang lain menjadi sulit karena
keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan
memenuhi semua kriteria. berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya
dampak emosional seperti rasa marah, frustasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan
rasional.

Dalam situasi genting terkadang membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan,


perawat harus siap melakukan pengambilan keputusan saat menangani pasien dalam
berbagai kondisi yang dihadapi. Oleh karena itu penulis menyusun makalah dengan tema
pengambilan keputusan dilema etik agar dapat dipahami oleh pembaca yang nantinya pasti
akan berguna ketika memasuki dunia kerja terutama bagi mahasiswa keperawatan.

1
B. TUJUAN

a. Memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan I


b. Mengetahui dan memahami Teori dasar Pengambilan Keputusan Dilema Etik
c. Mengetahui dan memahami Faktor yang mempengaruhi Pengambilan keputusan
d. Mengetahui dan memahami alur pengambilan keputusan dilema etik
e. Mengetahui dan memahami Model Pengambilan Keputusan
f. Memahami dan menerapkan tata cara pengambilan keputusan.

2
C. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana Teori dasar pengambilan keputusan dilema etik?


b. Faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan?
c. Bagaimana alur pengambilan keputusan dilema etik?
d. Apa saja model pengambilan keputusan etik?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA


ETIK

Berbagai faktor mempunyai pengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etis.
Faktor ini dapat berupa faktor internal maupun faktor eksternal. Berikut faktor yang
berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam pengambilan keputusan, antara lain:

a. Faktor agama dan adat-istiadat

Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua akan
semakin banyak pengalaman dan belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan
nilai yang dimilikinya.

Berbagai latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan
etis.Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang
dianutnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan
berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat.

Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih agama/ kepercayaan yang
dianutnya.ini sesuai dengan Bab XI pasal 29 UUD 1945 yang berbunyi

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, dan


2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan.

Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh terhadap
pembuatan keputusan etis. Contoh dalam budaya Sunda ada pepatah “Hirup mah Kudu silih
asih silih asah jeung silih asuh” (Hidup itu Harus Saling mengasihi, saling mengajari dan
saling menjaga satu sama lain).

4
b. Faktor legislasi dan keputusan yuridis

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan.Setiap perubahan sosial
atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan
tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang
bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik (Ellis, Hartley, 1990).

Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etika kesehatan
sedang menjadi topik yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang
praktik keperawatan dan keputusan menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan praktik
perawat. Dalam UU Keperawatan No 38 Tahun 2014 Bab VI tentang hak dan kewajiban
Pasal 36 butir a tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berhak
memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang
undangan. Pasal 37 butir b tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan praktek
keperawatan berkewajiban memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
peraturan perundang undangan.

c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada era abad XX, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang meliputi berbagai bidang. Manusia telah menjelajahi ruang angkasa dan
mendarat di beberapa planet selain bumi. Setelah komunikasi antarnegara dapat dilaksanakan
secara langsung dari tempat yang jaraknya ribuan kilometer.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara
prosedur baru, dan bahan atau obatan baru. Misalnya, klien dengan gangguan ginjal yang
dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Wanita yang mengalami
kesulitan dapat dibantu dengan berbagai inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan
yang berhubungan dengan etika.

5
d. Faktor Sosial

Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis.Faktor ini meliputi
perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum dan peraturan
perundang-undangan (Ellis, Hartley, 1980). Nilai-nilai tradisional sedikit demi sedikit telah
ditinggalkan oleh beberapa kalangan masyarakat. Misalnya, kaum wanita yang pada awalnya
hanya sebagai ibu rumah tangga yang bergantung pada suami, telah beralih menjadi
pendamping suami yang mempunyai pekerjaan dan banyak yang menjadi wanita karir. Nilai-
nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh pula terhadap keperawatan.

e. Faktor dana/keuangan

Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.


Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah. Walaupun pemerintah telah
mengalokasikan dana yang besar untuk pembangunan kesehatan, dana ini belum seluruhnya
dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan sehingga partisipasi swasta dan masyarakat
banyak digalakkan.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang setiap hari menghadapi klien, sering menerima
keluhan klien mengenai pendanaan. Dalam daftar kategori diagnosis keperawatan tidak ada
pernyataan yang menyatakan ketidakcukupan dana, tetapi hal ini dapat menjadi etiologi bagi
berbagai diagnosis keperawatan, antara lain ansietas dan ketidakpatuhan. Masalah
ketidakcukupan dana dapat menimbulkan konflik, terutama bila tidak dapat dipecahkan.

f. Faktor Pekerjaan

Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu mempertimbangkan posisi


pekerjaannya. Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktek sendiri, tetapi
bekerja di rumah sakit, dokter praktek swasta, atau institusi kesehatan lainnya. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang.
Sebagai konsekuensinya, ia dapat mendapat sanksi administrasi atau mungkin kehilangan
pekerjaan.

6
B. TEORI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA ETIK

Pengambilan Keputusan adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi dan memilih


suatu tindakan dari beberapa alternatif pilihan yang tersedia, terutama yang dilakukan oleh
tenaga paramedis, saat gawat darurat. Teori dasar/prinsip etika merupakan penuntun untuk
membuat keputusan etis praktik profesional (fry, 199).

Teori etis digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan
aturan. Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar
dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.

a. Teleologi

Teleologi ( berasal dari bahasa yunani, dari kata telos berarti akhir ). Istila teleologi atau
utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau
makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan
pada pencapaian hasil akhir yang terjadi, pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (kell, 1987).

Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan act
utilitarianisme. rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan
bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada
manusia. act utilitarianisme bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan aturan umum, tetapi
berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa
yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidak baikan sekecil-kecilnya
pada individu.

b. Deontologi (formalisme)

Deontologi berasal dari bahasa yunani, deon, yang berarti tugas. Berprinsip pada aksi atau
tindakan. Menurut kant benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi
dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan
pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah
tindakan tersebut secara moral benar atau salah Secara lebih luas teori deotologi di
kembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran
dan ketaatan adalah sebagai berikut:

7
1. Kemurahan Hati

Ini dari kemurahan hati (beneficence) adalah tanggung jawab untuk


melakukan kebaikan yang menguntungkan klien dan menghindari perbuatan
yang merugikan atau membahayakan klien.

2. Keadilan

Prinsip dari keadilan (justice) menurut beauchamp dan childress adalah


mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat begitupun sebaliknya,
sesuai dengan kebutuhan mereka.

3. Otonomi

Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan


untuk menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka
pilih (veatch dan fry 1987).

4. Kejujuran

Prinsip kejujuran atau veracity menurut veatch dan fry (1987) menyatakan
hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Jujur merupakan dasar terbinanya
hubungan saling percaya antar perawat dan klien

5. Ketaatan

Prinsip ketaatan (fidelity) menurut veatch dan fry menyatakan sebagai


tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.

8
C. ALUR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILEMA ETIK

Catalano (1997) telah menyusun algoritma pengambilan keputusan etik untuk

perawat. Algoritma ini berisi lima langkah yang dimulai dengan identifikasi dilema

etik yang mungkin terjadi dan menghasilkan resolusi atau keputusan untuk tidak

melakukan tindakan.

a. Komponen Pengambilan Keputusan Etik

Banyak komponen masuk ke proses pengambilan keputusan etik. Komponen-komponen


tersebut adalah :

1. Fakta situasi khusus.


2. Teori dan prinsip etik.

9
3. Kode etik keperawatan.
4. Hak klien.
5. Nilai personal.
6. Faktor-faktor yang berperan atau mengganggu kemampuan seseorang untuk membuat
atau menetapkan pilihan, seperti nilai budaya, harapan sosial, derajat komitmen,
kurang waktu, kurang pengalaman, pengabaian atau takut hukum, dan konflik
loyalitas

b. Kerangka Pembuatan Keputusan

Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi
perawat untuk menjalankan pelayanan praktik keperawatan profesional (Fry, 1989). Dalam
membuat keputusan etis ada beberapa unsur yang mempengaruhi yaitu nilai dan kepercayaan
pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawat, dan prinsip etis dan model kerangka
keputusan etis. Kerangka pembuatan keputusan Meliputi:

1. Menerima tantangan.

Pengambilan keputusan dimulai manakala seseorang dihadapkan kepada suatu


tantangan terhadap jalur tindakannya yang berlaku.

2. Mencari alternatif.

Bila suatu jalur tindakan yang sedang berlaku mendapat tantangan, pengambilan
keputusan yang efektif mulai mencari alternatif. Individu mempertimbangkan secara
matang-matang tujuan-tujuannya serta nilai-nilai yang relevan dengan suatu
keputusan.

3. Penilaian alternatif.

Pada tahap ini kelebihan-kelebihan serta kekurangan kekurangan dari masing-


masing alternatif dipertimbangkan dengan cermat. Tahap ini sering melibatkan upaya
yang besar untuk mencari informasi yang dapat dipercayai yang relevan dengan
keputusan yang efektif, mencari fakta-fakta serta ramalan dari berbagai ragam sumber
berkenaan dengan akibat-akibat dari alternatif-alternatif yang sedang
dipertimbangkan. Individu menimbang dengan hati-hati baik aspek positif maupun
negatif dari masing-masing alternatif.

10
4. Menjadi terikat.

Pada tahap ini pilihan terakhir sudah dibuat dan pengambilan keputusan menjadi
terikat kepada suatu jalur tindakan baru. Pengambilan keputusan efektif menelaah
kembali segala informasi yang telah terkumpul sebelum mengambil suatu keputusan
terakhir. Individu juga memikirkan bagaimana melaksanakan keputusan dan membuat
rencana cadangan seandainya ada sesuatu resiko yang menjadi kenyataan.

5. Berpegang pada keputusan.

Setiap pengambil keputusan berharap segalanya akan berjalan lancar sesudah suatu
keputusan diambil, tetapi hambatan sering terjadi. Memilih alternatif terbaik belumlah
mencukupi. Jika keputusan tidak dilaksanakan secara memadai, hasil yang
menggembirakan tidak akan tercapai.

c. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan

Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah:

1. Pengkajian

Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “apakah saya terlibat langsung
dalam dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang
berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil
keputusan, dengan bantuan pertanyaan, yaitu:

- Apa yang menjadi fakta medik?


- Apa yang menjadi fakta psikososial ?
- Apa yang menjadi keinginan klien?
- Apa nilai yang menjadi konflik?
2. Perencanaan

Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson (1985) mendaftarkan 3
(tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu:

- Tentukan tujuan dari treatment.

11
- Identifikasi pembuat keputusan
- Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi atau pilihan.
3. Implementasi

Selama implementasi, klien atau keluarganya yang menjadi pengambil keputusan


beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat
diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang
diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar
komunikasi tidak memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek
emosional seperti rasa bersalah, sedih atau berduka, marah, dan emosi kuat yang lain.
Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para
pengambil keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk melakukan yang terbaik
bagi klien”.

Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif
yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan.
Sekali tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala
kesepakatan tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem
dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien.
Seringkali klien atau keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di
dalam situasi lain permintaan klien dapat dihormati.

4. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan
sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan
fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu
untuk dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus
dipelihara.

Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek keperawatan dapat bersifat personal
maupun profesional. Dilema menjadi sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan
tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. sebagai tenaga profesional perawat kadang sulit
karena keputusan yang akan diambil keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan.
Pada saat berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak emosional seperti rasa marah,

12
frustasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini
membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.

d. Model Pengambilan Keputusan etik

1. Prosedur pengkajian situasi


2. Identifikasi isu dan masalah etik
- Apa isunya?
- Apa isu tersembunyi?
- Apa kompleksitas dari situasi?
- Adakah yang terabaikan?
3. Identifikasi dan analisis alternatif yang tersedia
- Apa kemungkinan kemungkinan yang wajar untuk tindakan yang diambil.
- Bagaimana keinginan pihak lain dalam menyelesaikan masalah.
- Apa prinsip etik yang diperlukan untuk setiap alternatif.
4. Tetapkan suatu alternatif
5. Berikan judifikasinya

13
D. CONTOH KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK

Seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang berumur 6 dan
4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny. D bekerja sebagai sopir angkutan umum.
Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil
pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker rahim grade III, dan dokter merencanakan klien
harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada
tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan
operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam, tampak cemas, dan bingung dengan rencana operasi
yang akan dijalani nya. Pada saat ingin meninggalkan ruangan, dokter memberitahu perawat
kalau Ny.D atau keluarganya bertanya sampaikan bahwa operasi adalah jalan terakhir. Dan
jangan jelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.

Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya, yaitu:

“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti.” karena kami masih ingin punya
anak.

“apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan

“apakah operasi saya bisa diundur dulu suster” Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat
ruangan hanya menjawab secara singkat

“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”

“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”

“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”.

“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan langsung dengan dokternya….ya.”

Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak
operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi. Penyelesaian kasu-kasus
diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini didefinisikan sebagai suatu
masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat
dilakukan keduanya.

Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral
atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan

14
dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya
pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D, dapat
diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang
dikemukakan oleh Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifikasi dilema etik


2. Mencari informasi sebanyaknya, berkaitan dengan orang yang terlibat yaitu Pasien,
suami pasien, dokter bedah atau kandungan, rohaniawan dan perawat.
3. Tindakan yang diusulkan yaitu, akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan atau
rahim pada Ny.D. tetapi pasien mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya
menggerogoti tubuhnya, walaupun sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena
pasien masih menginginkan keturunan. Maksud dari tindakan yaitu: dengan
memberikan pendidikan, konselor, advokasi diharapkan pasien mau menjalani operasi
serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi.
Dengan tujuan agar ogar kanker rahim yang dialami Ny.D dapat diangkat (tidak
menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
4. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu bila operasi dilaksanakan: Biaya
:Biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya.

Dari segi psikologis: Pasien bersyukur diberi umur panjang bila operasi berjalan lancar,
namun klien juga dihadapkan pada kondisi stress akan kelanjutan hidupnya bila ternyata
operasi itu gagal. Selain itu konsekuensi yang harus ditanggung oleh klien dan suami bahwa
mereka tidak lagi bisa memiliki keturunan.

Dari segi fisik: Timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAB, keluar keputihan atau cairan
encer dari vagina.

Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut, untuk memutuskan


apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut perawat dihadapkan pada konflik tidak
menghormati otonomi klien apabila tindakan operasi dilakukan, perawat dihadapkan pada
konflik tidak melaksanakan kode etik profesi dan prinsip moral. Bila menyampaikan
penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir akan kondisi Ny.D akan semakin parah dan
stress, putus asa akan keinginannya untuk mempunyai anak bila tidak dijelaskan seperti
kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-prinsip Profesional Perawat bila

15
perawat menyampaikan pesan dokter, perawat melangkahi wewenang yang diberikan oleh
dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat tidak bekerja sesuai standar profesi.

Hal yang dapat dilakukan perawat dalam menangani kasus ini adalah

1. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan


mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
2. Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi
3. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak
dilakukan tindakan operasi
4. Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai
anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya
5. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan
operasi dan memberikan alternatif tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh
keluarga
6. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat
penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan keluarga untuk
dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan
dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan.

Mendefinisikan kewajiban perawat dalam membantu pasien dalam membuat keputusan,


perawat perlu membuat daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, seperti
memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini, meningkatkan kesejahteraan pasien
membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung jawab
keluarga tentang kesehatan dirinya.membantu keluarga dan pasien tentang pentingnya sistem
pendukung melaksanakan peraturan rumah sakit selama dirawat, melindungi dan
melaksanakan standar keperawatan yang disesuaikan dengan kompetensi keperawatan
profesional dan SOP yang berlaku di ruangan tersebut.

Membuat keputusan: Membuat keputusan dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Dalam mengatasi dilema etik, tim kesehatan perlu mempertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Jika keputusan sudah
ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan
untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut.
Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu menggali dahulu untuk siapa

16
niat atau kepentingan dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau
kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga tetapi
setelah perawat atau tim perawatan dan medis menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang
kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pengambilan keputusan dilema etik merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang
dimana ia harus membuat keputusan mengenai perilaku yang patut dilakukan. Perawat
memiliki peranan penting dalam mengambil keputusan klinis yang tepat dan akurat karena
perawat akan menemukan berbagai situasi klinis yang berkaitan dengan masyarakat atau
pasien,anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga sangat penting untuk
berpikir kritis pada setiap situasi. Perawat harus mengidentifikasi masalah dan perawat juga
harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter
waktu untuk proses pembuatan keputusan. Perawat harus mengumpulkan data tambahan.
Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien, yang
terlibat dalam membuat keputusan bagi klien, harapan/ keinginan klien dan orang yang
terlibat dalam pembuatan keputusan.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etis.
Faktor ini antara lain faktor agama, sosial, ilmu pengetahuan/teknologi, legislasi/keputusan
yuridis, dana) keuangan, pekerjaan/posisi klien maupun perawat, kode etik keperawatan, dan
hak-hak klien. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pembuatan
keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat.

18
B. SARAN

Dalam pengambilan keputusan dilema etik, kita sebagai perawat atau tenaga kesehatan
tidak bisa memutuskan sesuatu sendiri. Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan kita
menghormati Hak Pasien dan menjalankan Kewajiban perawat dengan sungguh-sungguh
agar meminimalisir kesalahpahaman antara pihak tenaga kesehatan dengan klien yang
dihadapi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak, Wahit.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Salemba : Jakarta

Hanafiah, j. dkk. 2007.Etika Kedokteran dan Hukum keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Kathleen koenig Blais. 2006.Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi
Jakarta : EGC.

Kozier B, dkk.(2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Keperawatan (Eko Karyuni etal, Alih bahasa ). Jakarta: EGC.

Suhaemi, M., E. (2004). Etika Keperawatan : Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC.

Heni. (2017). Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 3(1).

20

Anda mungkin juga menyukai