Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI
Disusun Guna Memenuhi Tugas IDK II

Dosen Pengampu: Rima Novianti. S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 7

1. Dechandra Putera Nurmuhammad Abriyanto (C1AA21032)


2. Marsa Ananda Syabina (C1AA21068)
3. Muhammad Fauzan Pratama (C1AA21086)
4. Renasya Sabatini (C1AA21113)
5. Rifda Adzkia Maulani Ashfiya (C1AA21122)

1-B
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya yang
selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh
umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan
makalah Sistem Respirasi ini dengan baik tepat dan waktu. Adapun maksud dan tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan II.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai berbagai hambatan, namun
berkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih
terutama kepada Ibu Rima Novianti. S.Kep., Ners., M.Kep.

Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
bagi pembaca lain pada umumnya.

Sukabumi, 02 November 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Peranan Sistem Respirasi..................................................................................................3

B. Masalah yang Mengganggu Ventilasi dan Difusi serta Manifestasinya...........................6

C. Penyakit Pernafasan Obstruktif dan Restriktif.................................................................8

D. Penyakit Pernafasan Kardiovaskuler Paru-paru dan Kegagalan Pernafasan..................14

E. Kanker Paru dan Tuberkulosis Paru...............................................................................16

F. Gambaran Laboratorium dan Radiologi.........................................................................18

G. Jenis Bakteri atau Mikroba Terkait Penyakit Pada Sistem Respirasi.............................18

H. Cara Pencegahan dan Pengendalian Infeksi...................................................................20

BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem organ
yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini merupakan salah
satu sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup.
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur, seluruh struktur tersebut terlibat didalam
proses respirasi eksternal yaitu pertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta pertukaran
karbondioksida antara darah dan atmosfer, selain itu terdapat juga respirasi internal yaitu
proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan dimana sistem respirasi internal
ini terjadi pada seluruh sistem tubuh. (Djojodibroto, 2012).

Struktur utama dalam sistem pernapasan adalah saluran udara pernapasan, saluran-saluran
ini terdiri dari jalan napas, saluran napas, serta paru-paru. Struktur saluran napas dibagi
menjadi beberapa bagian diantaranya sistem pernafasan bagian atas dan bawah. Pada sistem
pernafasan bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring dan trakea. Struktur pernapasan
tersebut memiliki peran masing masing dalam sistem pernafasan. Sedangkan pada sistem
pernafasan bagian bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus dan alveolus (Manurung dkk,
2013).

Organ-organ pernapasan seperti hidung, dan yang lainnya sangat berperan penting dalam
proses pertukaran gas, yang mana proses pertukaran gas ini yang memerlukan empat proses
yang mempunyai ketergantungan satu sama lainnya, dimana proses tersebut terdiri dari
proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi, proses yang
berkaitan dengan volume darah di paru-paru dan distribusi aliran darah, proses yang
berkaitan dengan difusi oksigen dan karbon dioksida, serta proses yang berkaitan dengan
regulasi pernafasan. Sama seperti sistem dan struktur tubuh lainnya, sistem pernapasan juga
sering mengalami masalah dan gangguan dalam menjalankan fungsinya, baik yang
disebabkan oleh infeksi baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem respirasi ?
2. Masalah apa yang mengganggu ventilasi dan difusi serta manifestasinya ?
3. Apa yang di maksud dengan penyakit pernafasan obstruktif dan restriktif?

1
4. Apa yang dimaksud dengan penyakit kardiovaskuler, paru-paru dan kegagalan
pernafasan?
5. Apa itu kanker paru dan tuberkolosis paru?
6. Bagaimana gambaran laboratorium dan radiologi?
7. Apa saja jenis bakteri/mikroba terkait penyakit pada sistem respirasi?
8. Bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi sistem respirasi.
2. Mengetahui masalah mengganggu ventilasi dan difusi serta manifestasinya.
3. Mengetahui penyakit pernafasan obstruktif dan restriktif.
4. Mengetahui penyakit kardiovaskuler, paru-paru dan kegagalan pernafasan.
5. Mengetahui kanker paru dan tuberkulosis paru.
6. Mengetahui gambaran laboratorium dan radiologi.
7. Mengetahui jenis-jenis bakteri/mikroba terkait penyakit pada sistem respirasi.
8. Paham cara pencegahan dan pengendalian infeksi.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Peranan Sistem Respirasi

1. Pengertian sistem pernafasan

Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida


(CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel mengambil Oksigen yang akan
digunakan dalam bereaksi dengan senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk
menghasilkan senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan juga
dapat diartikan sebagai proses untuk menghasilkan energi. Sistem pernafasan berperan dalam
menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolism sel-sel tubuh dan pertukaran
gas. Melalui peran sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, lalu ditransport masuk ke
paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya
oksigen akan di difusi masuk ke kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses
metabolisme.

2. Anatomi sistem pernafasan

a. Rongga hidung

Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi
rongga hidung kiri dan kanan. Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah
dan bagian internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara. Di bagian depan
berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan
dengan bagian atas farings (nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi
bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior, dan bagian
respirasi.

Terdapat 3 fungsi rongga hidung:

1) Dalam hal pernapasan : udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani
3 proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghanatan, dan pelembaban.
2) Epithelium olfactory : bagian medial rongga hidung memiliki fungsi dalam
penerimaan bau.

3
3) Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara-suara fenotik dimana ia
berfungsi sebagai ruang resonasi.

b. Faring

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Fungsi utama faring adalah
menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagai jalan makanan dan
minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara
percakapan.
c. Larings (kotak suara)
Larings adalah suatu katup yang rumit pada persimpangan antara lintasan makanan
dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah
makanan masuk ke trakea. Fungsi utama pada larings adalah untuk melindungi jalan napas
atau jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya, namun juga sebagai organ pembentuk
suara atau menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi. Larings
ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid,
yang khas nyata pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawah tulang rawan ini
terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea. Epiglotis terletak diatas
seperti katup penutup. Epiglotis adalah sekeping tulang rawan elastis yang menutupi lubang
larings sewaktu menelan dan terbuka kembali sesudahnya. Pada dasarnya, Larings bertindak
sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat
masuk ke dalam batang tracheobronchial. Disamping fungsi dalam produksi suara, ada fungsi
lain yang lebih penting, yaitu Larings bertindak sebagai katup selama batuk, penutupan pita
suara selama batuk, memungkinkan terjadinya tekanan yang sangat tinggi pada batang
tracheobronchial saat otot-otot thorax dan abdominal berkontraksi, dan pada saat pita suara
terbuka, tekanan yang tinggi ini menjadi pemicu ekspirasi yang sangat kuat dalam
mendorong sekresi keluar.

c. Trakea
Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10 sampai 12 cm.
Trakea terletak di daerah leher depan esophagus dan merupakan pipa yang terdiri dari gelang-

4
gelang tulang rawan. Di daerah dada, trakea meluas dari larings sampai ke puncak paru,
tempat ia bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan. Jalan napas yang lebih besar ini
mempunyai lempeng-lempeng kartilago di dindingnya, untuk mencegah dari kempes selama
perubahan tekanan udara dalam paru-paru. Tempat terbukanya trakea disebabkan tunjangan
sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang berbentuk huruf C (Cincin-cincin kartilago)
dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus). Trakea dilapisi epitel bertingkat
dengan silia (epitelium yang menghasilkan lendir) yang berfungsi menyapu partikel yang
berhasil lolos dari saringan hidung, ke arah faring untuk kemudian

d. Bronkus dan Bronkiolus


Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri
dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi
bronkiolus.
Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris
(bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus
inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah
menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
e. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dexter) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus,
jaringan elastik, dan pembuluh darah.

3. Fisiologi Sistem Pernafasan


Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernapasan
melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui hidung dan mulut pada
waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat

5
berhubungan erat dengan darah didalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membrane yaitu
membrane alveoli kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membrane ini dan diambil oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini
dipompa ke dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen. Di Dalam paru-
paru, karbondioksida salah satu hasil buangan metabolism, menembus membrane alveolar
kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dan
dikeluarkan melalui hidung dan mulut.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat oksigen dan karbondioksida. Pada waktu gerak badan, lebih banyak
darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak karbondioksida dan sedikit oksigen,
jumlah karbondioksida itu tidak dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan
dan dalamnya pernafasan. Penambahan Ventilasi ini mengeluarkan karbondioksida dan
mengambil lebih banyak oksigen.

B. Masalah yang Mengganggu Ventilasi dan Difusi serta Manifestasinya

Ventilasi merupakan langkah pertama dalam peran paru sebagai organ penukar gas
dan penyuplai kebutuhan jaringan tubuh. Ventilasi adalah suatu proses berurutan inhalasi dan
menghembuskan napas. Dalam kondisi tenang, paru menyerap sejumlah oksigen per menit
yang sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung metabolisme jaringan dalam jumlah yang
cukup, tidak lebih dan tidak kurang. Difusi adalah pergerakan molekul dari daerah
berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah hingga tercapai konsentrasi yang sama
antara kedua daerah. Gas lewat dengan segera di antara alveolus dan darah dengan cara
difusi. Pada difusi ini, molekul gas lewat dari tempat dengan tekanan parsial tinggi ke tempat
dengan tekanan parsial rendah. Masalah yang mengganggu ventilasi dan difusi yaitu:

1. HIPOVENTILASI

Hipoventilasi didefinisikan sebagai gangguan ketika seseorang bernapas terlalu


pendek atau terlalu lambat sehingga pemenuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh terjadi
sangat lambat. Gangguan ini dapat muncul bersamaan dengan penyakit pada sistem saluran
pernapasan yang menyebabkan seseorang memperoleh oksigen yang terlalu sedikit dan juga

6
disertai kondisi hiperkapnia atau peningkatan kadar karbon dioksida dalam sistem
pernapasan.

Gangguan hipoventilasi dapat bersifat akut maupun kronis bergantung kondisi atau
gangguan apa yang menyebabkannya. Kondisi hipoventilasi dapat dialami siapa saja yang
memiliki faktor risiko. Gangguan ini dapat terjadi pada individu usia muda maupun usia
lanjut. Rentang umur paling umum untuk mengalami hipoventilasi adalah sekitar 20-50
tahun. Individu laki-laki lebih mungkin mengalami hipoventilasi karena gangguan yang
menyebabkan hipoventilasi lebih banyak ditemukan pada laki-laki.

PATOFISIOLOGI HIPOVENTILASI adalah ketidakseimbangan ventilasi dan


perfusi paru yang menyebabkan hipoksemia atau peningkatan produksi karbon dioksida dan
gangguan pembuangan karbon dioksida yang menyebabkan hiperkapnia. Hipoventilasi sering
terjadi karena obstruksi, aliran udara terhambat, gangguan gerak karena nyeri operasi, fraktur
costae, pleister lebar jaringan ketal.

MANIFESTASI KLINIK Pusing,nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital


hanya saat terjaga) , letargi, disorientasi, penurunan kemampuan mengikuti instruksi,
disritmia jantung , ketidakseimbangan elektrolit, konvulsi, koma, henti Jantung.

2. GANGGUAN DIFUSI

Pada keadaan seperti edema paru akut, terjadi gangguan pertukaran gas alveolus dengan
sirkulasi paru. Gangguan seperti ini terutama mempengaruhi pertukaran oksigen. Karbon
dioksida memiliki kelarutan di air yang besar sehingga tidak menerima dampak sebesar
oksigen. Gangguan difusi terjadi karena:

a) Rendahnya tekanan parsial oksigen inspirasi (pada ketinggian diatas 10.000 kaki)
b) Ketidakseimbangan antara ventilasi dengan perfusi baik shunt maupun dead space

Keadaan dead space, yaitu ventilasi normal, namun perfusi berkurang


sehingga rasio ventilasi dan perfusi meningkat. Dampaknya, tidak terjadi pertukaran
gas pada area ini dan udara yang diventilasi menjadi sia sia. Keadaan shunt, yaitu
terjadi penurunan ventilasi namun perfusi normal atau tidak menurun separah
ventilasi sehingga rasio ventilasi dan perfusi menurun. Dampaknya adalah sirkulasi

7
yang melalui area ini tidak mendapatkan oksigenasi yang adekuat dan menyebabkan
hipoksemia dan hiperkapnia. Pada kerusakan paru luas seperti pada tuberkulosis paru,
area shunt dapat menjadi banyak dan menyebabkan hipoksemia yang bermakna pada
pasien.

c) Kelainan pirau kanan ke kiri pada kelainan jantung


d) Peningkatan kebutuhan oksigen jaringan yang meningkat (sepsis, luka bakar hebat,
pancreatitis, keracunan sianida, overdosis salisilat atau obat-obatan lainnya)

C. Penyakit Pernafasan Obstruktif dan Restriktif

Paru-paru manusia bisa sewaktu-waktu terkena penyakit kronis atau jangka panjang. Penyakit
tersebut dapat terbagi menjadi 2 kategori, yaitu bersifat restriktif dan obstruktif. Namun,
dalam beberapa kasus, ada pula penyakit paru campuran, di mana pasien mengalami gejala
dari kedua jenis penyakit paru.

1. Penyakit Pernafasan Obstruktif

Penyakit paru obstruktif adalah peradangan kronis pada paru-paru yang menyebabkan
terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan napas. Dua kondisi yang paling umum yang
berkontribusi adalah bronkitis  kronik dan emfisema. Berikut contoh penyakit pernafasan
obstruktif:
a) Asma Bronkial
Asma Bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan dan ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama
pada malam atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak
mengganggu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan
dapat menimbulkan kematian (Nugroho. T, 2016). Asma bronkial adalah penyakit inflamasi
kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast
sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi
secara episodik berulang.

8
PATOFISIOLOGI ASMA BRONKIAL
- Asma alergik / ekstrinsik
Merupakan suatu jenis asma yang disebabkan oleh allergen ( misalnya bulu binatang, debu,
ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain). Alergen yang paling umum adalah alergen
yang perantaraan penyebarannya melalui udara (air borne) dan alergen yang muncul secara
musiman (seasonal). Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit
alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eczema atau rhinitis alergik. Paparan terhadap
alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma pada umumnya dimulai pada saat
kanak-kanak.
- Idiopathic atau non allergic asthma / intrinsic
Merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik.
Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas, emosi dan polusi
lingkungan dapat menimbulkan serangan asma. Beberapa agen farmakologi, antagonis beta
adrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga dapat berperan sebagai faktor
pencetus. Serangan asma idiopatik atau non alergik dapat menjadi lebih berat dan sering kali
dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronkitis dan emfisema.

MANIFESTASI KLINIK Gejala asma mengacu pada triad: dispnea, batuk dan ronki
kering (mengi), Ronki kering dapat pula terdapat pada keadaan-keadaan lain seperti aspirasi
benda asing, tumor, emboli paru, infeksi, gagal jantung kiri.

b) Fibrosis Kistik
Fibrosis kistik adalah gangguan herediter di mana sejumlah besar material kental
disekresikan. Fibrosis kistik mempengaruhi kelenjar keringat,bronki, pankreas, dan kelenjar
pensekresi-mukus dari usus halus Meskipun gangguan genetik ada pada saat lahir, penyakit
ini pada beberapa orang yang terkena tidak terdeteksi sampai remaja atau dewasa awal karena
gejala tidak umum atau tersembunyi.

PATOFISIOLOGI FIBROSIS KISTIK Gambaran patologis mencakup konsentrasi


natrium dan klorida yang tinggi dalam keringat dan sekresi mukus serta eliminasi abnormal.
Sekresi mukus kental melalui jalan nafas menimbulkan obstruksi jalan napas yang
menimbulkan berbagai kombinasi atelektasis, pneumonia, bronkitis, emfisema, dan kondisi
pernapasan lain. Infeksi bakteri sekunder umum terjadi.

9
MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinis bervariasi, pada beberapa orang
terutama mengalami gejala gastrointestinal dan yang lainnya mengalami masalah paru berat.
Semua manifestasi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengatasi sekresi
berlebihan. Tanda dan gejala paru umum terjadi dan meliputi batuk menahun, infeksi paru
menetap, dan kor pulmonale

c) Bronkitis Menahun
Bronkitis adalah infeksi pada sistem pernapasan yang mengenai paru-paru atau
bronkus. Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu sedangkan pada bronkitis
kronik keluhan batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-
turut. Inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan progresif pada batuk produktif dan
dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab spesifik, adalah gambaran klasik
dari bronkitis menahun. Istilah ini biasanya digunakan pada individu yang mengalami batuk
produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan berturut-turut dalam 2 tahun
terakhir.Biasanya inflamasi dan batuk ini adalah respons pada mukosa bronkial terhadap
iritasi kronis dari merokok.

PATOFISIOLOGI BRONKITIS MENAHUN Secara patofisiologis, penebalan


dan kekakuan mukosa bronkus akibat dari vasodilatasi, bendungan, dan edema. Area mukosa
dapat terinfiltrasi dengan leukosit, makrofag, dan leukosit polimorfonuklear. Sekresi yang
berlebihan ditambah penyempitan jalan napas menyebabkan obstruksi pertama pada ekspirasi
maksimal dan selanjutnya aliran udara inspirasi maksimal. Bakteri khususnya Haemophilus
influenza dan Streptococcus pneumoniae, sering dibiakkan dari jalan nafas ini.

MANIFESTASI KLINIK Bronkitis dapat menimbulkan peningkatan tahanan jalan


napas dengan atau tanpa perubahan emfisema,gagal jantung kanan (kor pulmonal),displasia
sel epitel pernapasan yang dapat berubah menjadi keganasan. Manifestasi klinis mencakup
siano produksi sputum berlebihan, derajat hiperinflasi ringan, hiperkapnia nyata, dan
hipoksemia berat.

d) Emfisema
Emfisema adalah penyakit paru menahun yang paling umum dan sering
diklasifikasikan dengan bronkitis menahun karena kejadian simultan dari dua kondisi. Pada
istilah anatomik, emfisema mencakup bagian paru distal sampai bronkiolus terminal (acinus)

10
dimana pertukaran gas terjadi. Emfisema mengakibatkan pembesaran asinus permanen dan
abnormal yang disertai perubahan destruktif.

PATOFISIOLOGI EMFISEMA Emfisema tampak berkaitan dengan banyak cedera


yang terjadi jangka panjang. Prevalensi dan beratnya paling besar pada individu lansia.
Jaringan elastin dan serat dari alveoli dan jalan napas dirusak. Alveoli membesar, dan banyak
dindingnya dihancurkan. Perusakan alveolar menimbulkan pembentukan ruang udara yang
lebih besar daripada normal, yang sangat menurunkan permukaan difusi alveolar. Bila proses
dimulai, proses ini berjalan lambat dan tidak konsisten.
MANIFESTASI KLINIK Biasanya, kondisi yang sudah sangat parah ditandai
dengan sesak napas yang tidak menghilang meskipun pengidap emfisema sudah beristirahat.
Sesak napas dan batuk juga akan disertai beberapa gejala lainnya, seperti cepat lelah, jantung
berdebar, penurunan berat badan, serta depresi.

2. Penyakit Pernafasan Restriktif

Penyakit paru restriktif adalah kategori penyakit pernapasan ekstrapulmoner , pleura, atau
parenkim yang membatasi ekspansi paru-paru, mengakibatkan volume paru menurun,
peningkatan kerja pernapasan, dan ventilasi yang tidak memadai atau oksigenasi. Tes fungsi
paru menunjukkan penurunan kapasitas vital paksa. Penyakit paru restriktif terjadi saat paru-
paru pasien tidak dapat membesar secara maksimal ketika sedang menarik napas. Akibatnya,
oksigen yang masuk ke dalam paru-paru menjadi terbatas. Berikut contoh penyakit
pernafasan restriktif:

a) Atelektasis
Atelektasis adalah penyakit restriktif akut, akibat kolapsnya jaringan paru yang tadinya
sudah berkembang, atau pengembangan paru yang tidak sempurna saat lahir. Dua perubahan
utama pada atelektasis ialah kompresi jaringan paru oleh sumber di luar alveoli dan absorpsi
yang melibatkan absorpsi gas dari alveoli.

PATOFISIOLOGI ATELEKTASIS Atelektasis kompresi dapat terjadi akibat


pneumotoraks, efusi pleural, atau tumor dalam toraks. Atelektasis absorpsi terjadi bila sekresi
dalam bronkus dan bronkiolus menyumbat jalan nafas dan mencegah masuknya udara ke
dalam alveoli. Udara yang terperangkap dalam alveoli diabsorpsi dan sakus alveoli itu kolaps.

11
Timbunan sekret dalam jalan napas merupakan media yang sangat baik untuk perkembangan
bakteri dan terjadinya pneumonia stasis. Patofisiologi atelektasis berkaitan dengan penurunan
compliance paru, terganggunya oksigenasi, dan peningkatan resistensi vaskular paru.
Penyebab atelektasis antara lain adanya kompresi jaringan paru, absorpsi udara alveolar, atau
gangguan produksi maupun fungsi surfaktan.

MANIFESTASI KLINIS Gejala yang paling umum didapatkan pada atelektasis


adalah sesak napas, pengembangan dada yang tidak normal selama inspirasi, dan batuk.
Gejala gejala
lainnya adalah demam, takikardi, adanya ronki, berkurangnya bunyi pernapasan, pernapasan
bronkial,dan sianosis. Jika kolaps paru terjadi secara tiba-tiba, maka gejala yang paling
penting didapatkan pada atelektasis adalah sianosis. Jika obstruksi melibatkan bronkus utama,
mengi dapat didengar, dapat terjadi sianosis dan asfiksia, dapat terjadi penurunan mendadak
pada tekanan darah yang mengakibatkan syok. Jika terdapat sekret yang meningkat pada
alveolus dan disertai infeksi, maka gejala atelektasis yang didapatkan berupa demam dan
denyut nadi yang meningkat (takikardi). Pada pemeriksaan klinis didapatkan tanda atelektasis
pada inspeksi didapatkan berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit, tka bunyi nafas yang
berkurang, pada palpasi ditemukan vokal fremitus berkurang, trakea bergeser ke arah sisi
yang sakit, pada perkusi didapatkan pekak dan auskultasi didapatkan penurunan suara
pernapasan pada satu sisi.

b) Efusi Pleural

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara
lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada
dinding dalam rongga dada. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari penyakit lain.
Pada kondisi normal, terdapat sekitar 10 ml cairan di rongga pleura yang berfungsi sebagai
pelumas untuk membantu melancarkan pergerakan paru ketika bernapas. Namun, pada efusi
pleura, jumlah cairan tersebut berlebihan dan menumpuk. Hal ini bisa mengakibatkan
gangguan pernapasan. Cairan pleura normalnya hanya cukup untuk berfungsi sebagai
pelumas pleura viseral dan parietal. Penambahan cairan pleura atau efusi pleural dapat terjadi
akibat penyakit atau trauma seperti gagal jantung kongestif, neoplasma, infeksi,
tromboemboli dan defek kardiovaskular dan imunologis. Trauma pada toraks dapat berakibat
perdarahan ke dalam rongga pleura yang disebut hemotoraks.

12
PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURAL Patofisiologi efusi pleura didasari
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan di kavum pleura, sehingga
menyebabkan akumulasi cairan pleura, baik berupa transudat maupun eksudat. Keduanya
terbentuk melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak jarang cairan pleura ditemukan
memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan. Transudat, yang terjadi akibat
penyakit seperti gagal jantung kongestif, memiliki kadar yang lebih rendah, dengan kadar
protein <3,5 g/dL dan LDH<200 unit. Berkumpulnya transudat kadang-kadang disebut
sebagai hidrotoraks. Jika efusi itu mengandung materi purulen, maka disebut emfisema. Bila
empiema ini akhirnya berakibat fibrosis dari paru dan dinding toraks, disebut fibrotoraks. Jika
cairan pleura mengandung darah disebut hemotoraks.

MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinik tergantung kecepatan efusi. Pada


hemotoraks akibat aneurisma aorta torakal yang pecah, darah dengan cepat mengumpul dan
timbul tanda dan gejala kehilangan darah dan geseran letak mediastinum. Bila prosesnya
lambat, mungkin tertampung sampai 2000 cc cairan dalam rongga pleura, sebelum ada gejala
dispnea. terdapat dispnea, kelainan analisis gas darah, sianosis, distensi vena juga laris
Terapi tergantung penyakit penyebabnya, namun umumnya dengan drainase WSD ( water
sealed drainage).

c) Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah penyakit yang terjadi bila udara masuk ke dalam rongga pleura.
Akibatnya, jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih
tepat kalau dikatakan paru kolaps (jaringan paru elastis).

PATOFISIOLOGI PNEUMOTORAKS Udara dapat memasuki rongga pleura


melalui lubang pada dinding toraks, atau dari paru-paru itu sendiri. Yang berasal dari paru
sendiri antara lain lubang yang terjadi akibat adanya patah tulang iga yang menusuk pleura,
ruptur spontan sebuah bleb (semacam gelembung) di permukaan paru. Ruptur trakeobronkial
akibat trauma dapat pula berakibat preumotoraks.

13
MANIFESTASI KLINIK Gejala klinik pneumotoraks adalah dispnea dan nyeri dada
mendadak. Pergeseran letak trakea, suara napas bronkial pada sisi yang bersangkutan. Pada
awalnya terdapat hipoksia akut. Berat ringannya gejala klinik tergantung berat/tingkatnya
pneumotoraks. Gejala "tension pneumothorax" termasuk distres/gawat paru yang
menghambat disertai sianosis, sternum menonjol, vena leher melebar, CVP meningkat dan
hipotensi.

D. Penyakit Pernafasan Kardiovaskuler Paru-paru dan Kegagalan Pernafasan

1. Penyakit Pernafasan Kardiovaskuler Paru-paru

Penyakit kardiovaskular terjadi karena adanya gangguan pada jantung dan pembuluh
darah. Penyakit jantung dan stroke merupakan dua penyakit kardiovaskuler yang paling
banyak dikenal, namun ada juga penyakit kardiovaskuler yang lain. Menurut data World
Health Organization, penyakit kardiovaskuler menyebabkan 17,6 juta kematian setiap
tahunnya. Pola hidup tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak,
tidak rutin berolahraga, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol secara berlebihan
merupakan faktor- faktor penyebab penyakit kardiovaskuler. Berikut contoh penyakit
kardiovaskuler:

a. ANEURISMA
Aneurisma merupakan dilatasi atau pembentukan kantung setempat yang menonjol
keluar pada dinding arteri yang lemah. Aneurisma dapat pecah atau ruptur, yang
menyebabkan perdarahan internal dan dapat berujung pada terjadinya kematian. Kondisi ini
sering kali tidak menimbulkan tanda dan gejala. Jadi, seseorang yang mengalami aneurisma
bisa saja tidak mengetahui kondisinya walaupun ukurannya besar.

PATOFISIOLOGI ANEURISMA Kelemahan ini dapat terjadi karena pembentukan


plak aterosklerotik yang membuat erosi pada dinding pembuluh darah atau karena kehilangan
jaringan elastin serta kolagen di dalam dinding pembuluh darah tersebut.kelainan kongenital
pada tunika media dinding pembuluh darah, trauma, dan infeksi seperti sifilis dapat
menimbulkan pembentukan aneurisma. Aneurisma yang mengalami ruptur dapat
menyebabkan pendarahan hebat dan kematian.

b. EMBOLI

14
Emboli merupakan substansi yang dikeluarkan dari lokasi yang satu ke lokasi lain
melalui aliran darah di dalam tubuh. Meskipun sebagian besar emboli merupakan bekuan
darah yang berasal dari trombus, namun emboli juga dapat terdiri dari potongan jaringan,
gelembung udara, cairan amnion, cairan, lemak, bakteri, tumor sel-sel, atau benda asing.

PATOFISIOLOGI EMBOLI Emboli yang dikeluarkan dari sirkulasi darah vena,


seperti dari trombosis dan vena profunda, akan bermigrasi dari jantung kanan ke sirkulasi
pulmoner dan akhirnya tersumbat di dalam pembuluh kapiler sehingga menjadi infark paru
bahkan kematian. Kebanyakan emboli dalam sistem arteri yang berasal dari jantung kiri dan
disebabkan oleh keadaan, perti aritmia, penyakit katup jantung, infark miokard, gagal jantung
atau endokarditis. Emboli arteri dapat tersangkut dalam organ, seperti otak, ginjal, atau
ekstremitas sehingga terjadi iskemia atau infark.

c. TROMBUS
Trombus adalah bekuan darah yang terdiri atas trombosit, fibrin, dan sel darah merah
serta putih yang bisa terbentuk di mana saja dalam sistem vaskuler seperti arteri, vena, ruang
jantung, atau katup jantung.
PATOFISIOLOGI TROMBUS Sebagian besar trombosis arteri disebabkan oleh
keluarnya keping darah atau trombosit sebagai respon tubuh akibat pecahnya plak penyebab
aterosklerosis. Keping darah ini kemudian menyatu dan menggumpal. Jika gumpalan yang
terbentuk cukup besar, maka kondisi ini bisa menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah
arteri. Tiga keadaan yang dikenal sebagai trias Virchow memudahkan pembentukan trombus.
Ketiga keadaan tersebut adalah: cedera endotel, aliran darah yang lamban, dan peningkatan
koagulabilitas. Kalau dinding pembuluh darah mengalami cedera, lapisan endotelnya akan
menarik trombosit dan mediator inflamasi lain yang dapat menstimulasi pembentukan bekuan
darah. Aliran darah yang lamban atau abnormal juga akan memudahkan pembentukan
trombus dengan memungkinkan trombosit serta faktor-faktor pembekuan berkumpul dan
melekat pada dinding pembuluh darah. Keadaan yang meningkatkan koagulabilitas
(kemudahan darah untuk membeku) juga akan menggalakkan pembentukan trombus.

2. Kegagalan Pernafasan
Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi gagal untuk melakukan
fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Ketidakmampuan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen dan

15
mengeluarkan karbondioksida. Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan sistem pernafasan
untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal.

PATOFISIOLOGI KEGAGALAN PERNAFASAN Gagal nafas terjadi karena


kerusakan pertukaran gas, keadaan yang dikaitkan dengan hipoventilasi alveolar ketidak
cocokkan V/Q dan sunting intrapulmonar ( dari kanan ke kiri ) dapat menyebabkan gagal
nafas akut jika tidak ditangani. Penurunan saturasi oksigen dapat terjadi karena hipoventilasi
alveolar, pada kondisi ketika abstruksi kronis jalan nafas mengurangi alveolar minute
ventilation. Pada keadaan ini terjadi penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 yang
menyebabkan hipoksemia.

MANIFESTASI KLINIK Gejala yang spesifik bervariasi menurut penyebab yang


mendasari gagal napas akut namun gejala tersebut dapat meliputi sistem Pernafasan,
Frekuensi harus dapat meningkat, menurun, ataupun normal bergantung pada penyebab
pernapasan dapat dangkal, dalam, atau silih berganti antara keduanya ini; gejala terengah
engah dapat terlihat. Kalau terjadi hipoksemia dan hiperkapnia pasien dapat terlihat gelisah,
bingung, kehilangan konsentrasi, iritabel serta tremor disertai penurunan reflex tendon,
papilledema, dan koma.

E. Kanker Paru dan Tuberkulosis Paru

1. KANKER PARU
Kanker paru-paru adalah kondisi ketika sel ganas (kanker) terbentuk di paru-paru.
Kanker ini lebih banyak dialami oleh orang yang memiliki kebiasaan merokok dan
merupakan satu dari tiga jenis kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia. Kanker paru
adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer). Kanker paru mengacu kepada kanker lapisan epitel saluran napas
(karsinoma bronkogenik). Kanker dapat timbul di mana saja di paru.
PATOFISIOLOGI KANKER PARU Sel-sel epitel mengalami perubahan secara
progresif seiring dengan terbentuknya kanker, pertama-tama memperlihatkan tanda
metaplasia yang samar, kemudian dysplasia, dan akhirnya neoplasia. Keadaan-keadaan yang
mendahului neoplasma dapat dilihat secara histologis pada individu yang mengidap bronkitis

16
kronik dan efisema. Sel-sel epitel bronkus yang tampaknya mengalami kerusakan parah
akibat toksin adalah sel-sel yang terletak di bifurkasio (percabangan) bronkus. Tampaknya
terjadi penimbunan mukus dan toksin di bagian ini, sehingga cedera paling parah terjadi di
tempat ini. Akibatnya adalah sel-sel epitel menjadi menebal, sel-sel penghasil mukus
mengalami hipertrofi, dan timbul metaplasia dan displasia. Struktur dan fungsi sel alveolus
juga dapat berubah

MANIFESTASI KLINIK Gambaran klinis yang mungkin terjadi pada penyakit


kanker paru yaitu batuk persisten, hemoptisis (batuk darah), infeksi saluran napas berulang
sering menandakan adanya kanker paru, dan gejala-gejala lain yang dijumpai pada masing-
masing jenis kanker yang berbeda-beda seperti yang telah disebabkan sebelumnya.

2. TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan
oleh mikro-organisme Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu
tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melalui lesi kulit.

PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS PARU Karena basil Mycobacterium


tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah mengkolonisasi saluran napas bawah,
maka tujuan respons imun adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan
untuk mematikannya. Respons seluler melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag
mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks
makrofag-basil tersebut. Kompleks basil, makrofag, sel T, dan jaringan parut disebut
tuberkel. Tuberkel akhirnya mengalami klasifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat
dilihat pada pemeriksaan sinar-X toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami
pelunakan (perkijuan). Pada saat ini, mikro-organisme hidup hidup dapat memperoleh
akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan
walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup di dalam tuberkel.
Diperkirakan bahwa karena viabilitas ini, sekitar 5-10% individu yang pada awalnya tidak
menderita penyakit tuberkulosis mungkin pada suatu saat dalam hidupnya akan menderita
penyakit tersebut.

17
MANIFESTASI KLINIK Gambaran klinis tuberkulosis mungkin belum muncul
pada infeksi awal, dan mungkin tidak akan pernah timbul apabila tidak terjadi infeksi aktif,
pasien biasanya memperlihatkan: demam (biasanya pada pagi hari), malese, keringat
malam, hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan, serta batuk purulent.

F. Gambaran Laboratorium dan Radiologi

Radiologi memiliki peran signifikan dalam penanganan kondisi medis tertentu yang
dialami pasien. Tiga bidang radiologi, yaitu radiologi diagnostik, radiologi intervensional,
dan radiologi onkologi, membantu dokter utama yang menangani pasien dalam penegakan
diagnosis dan pengobatan penyakit. Hasil pemeriksaan radiologi juga dapat mencegah
operasi invasif yang tidak perlu.

contoh gambaran radiologi penderita TB

G. Jenis Bakteri atau Mikroba Terkait Penyakit Pada Sistem Respirasi

1. Haemophilus influenzae
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria

18
Ordo : Pasteurellales
Family : Pasteurellaceae
Genus : Haemophilus
Species : Haemophilus influenzae

Haemophilus influenzae adalah bakteri berbentuk kokobasil bersifat gram negatif,


berukuran kecil (1–2 mm) dan bersifat pleomorfik. H. influenzae merupakan bakteri non-
motil yang terdapat dalam famili Pasteurellaceae yang umumnya hidup secara aerob. H.
influenzae memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap manusia. Bakteri ini terdapat
dalam tenggorokan dari sekitar 75 % anak– anak dan orang dewasa yang sehat. Bakteri ini
jarang ditemui di rongga mulut dan belum dapat ditemukan pada selain manusia. Terdapat
dua golongan serotipe dari H. influenzae, yaitu berkapsul (encapsulated) dan tidak
berkapsul. Golongan yang berkapsul ini dibagi menjadi 6 serotipe yaitu a, b, c, d, e, f
berdasarkan antigen berbeda dari kapsul polisakarida yang dimiliki. Sedangkan bakteri
yang tidak berkapsul dikenal dengan Non-typeable H. influenzae (NTHi).

2. Mycobacterium tuberculosis
Kingdom :  Bacteria
Filum : Actinobacteri 
Kelas : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies :  Mycobacterium tuberculosis

Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama


Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang seluruh tubuh manusia dan
dialirkan melalui pembuluh darah. Meskipun demikian Mycobacterium tuberculosis
biasanya menginfeksi dan menyerang paru-paru. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah
bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4-3µm. Pada media buatan, bentuk kokoid
dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesieske spesies lain. Basil ini tidak bergerak
dan tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul dan apabila diwarnai sering nampak
bermanik atau berbutir-butir. Satu karakteristik basil tuberkel yang menonjol adalah
penampilannya yang berlilin. Zat lilin ini berperan dalam terbentuknya fase atau formasi

19
granuloma/bintil/nodul yang terlihat pada hasil foto rontgen paru-paru penderita TBC.

3. Streptococcus pneumoniae

Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class :  Diplococcic
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptoccoceae
Genus :  Streptococcus
Spesies : Streptococcus pneumonia

S. pneumoniae atau pnemokokus adalah diplokokus Gram-positif yang merupakan


penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia. Bakteri ini sering
berbentuk bulat hingga lanset atau tersusun dalam bentuk rantai, mempunyai simpai
polisakarida yang mempermudah penentuan tipe dengan antiserum spesifik., Panjang
rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Rantai
panjang akan muncul bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung
magnesium.

H. Cara Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari masyarakat/komunitas


(Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit (Healthcare-Associated
Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu
disebut sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan
diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated
Infections) dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari
rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas
infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang
tertular pada saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

20
Menurut Budiono, Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya
atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap
dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis atau pengendalian administratif.

Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya secara umum terdiri dari
masker, respirator, katrit, kanister, Rebreather, Airline respirator, Continues Air Supply
Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater
Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan
emergency breathing apparatus.

21
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida


(CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel mengambil Oksigen yang akan
digunakan dalam bereaksi dengan senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk
menghasilkan senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan juga
dapat diartikan sebagai proses untuk menghasilkan energi. Sistem pernafasan berperan dalam
menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolism sel-sel tubuh dan pertukaran
gas. Melalui peran sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, lalu ditransport masuk ke
paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya
oksigen akan di difusi masuk ke kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses
metabolisme. ang terdiri atas rongga hidung, laring, faring, bronkus dan bronkeolus, dan
paru-paru.

Masalah yang dapat menyebabkan Masalah yang Mengganggu Ventilasi dan Difusi
serta Manifestasinya adalah hipoventilasi dan gangguan difusi. Penyakit Pernafasan
Obstruktif dan Restriktif terdiri atas asma bronkial, Fibrosis Kistik, Bronkitis Menahun, dan
Emfisema. Bakteri yang menjadi penyebab infeksi saluran pernafasan diantaranya:
Haemophilus influenzae, Mycobacterium tuberculosis, dan Streptococcus pneumoniae.

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi dapat mengurangi tingkat
keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai
pelengkap pengendalian teknis atau pengendalian administratif. Jenis alat pelindung
pernapasan dan perlengkapannya secara umum terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister,
Rebreather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask Respirator,
tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-
Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing apparatus.

B. SARAN

22
Demi mencegah terjadinya infeksi saluran pernafasan, sebaiknya kita menjaga organ
pernafasan dengan cara Rutin berolahraga, Mengonsumsi makanan bergizi, Minum banyak
air putih, Rajin mencuci tangan, Tidak merokok, Menghindari paparan polusi, Menjadikan
rumah sebagai area yang asri, dan Mendapatkan vaksin.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Tonang Dwi. 2011. Sistem Respiratory. Diakses : 25 Oktober 2021. Kuliah-sistem-
respirasi_2.pdf

Arif Muttaqin, 2020, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Banjarmasin: PENERBIT SALEMBA

Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway closure. Respiratory
Physiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-221.

Ikawati, Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Yogyakarta:
Bursa Ilmu.

Lesauskaite, V. and Ebejer, M. (1999). Age-related changes in the respiratory system. Maltese
Medical Journal, 11(1), p.25

Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory Control System using
Labview. International Journal of Control Theory and Computer Modeling, 2(6), pp.13-23.

Anda mungkin juga menyukai