Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MAKALAH RUTE ABSORBSI, DISTRIBUSI,


METABOLISME, DAN EKSKRESI DARI PARACETAMOL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmakologi dengan


Dosen Pengajar apt. Devi Ratnasari, M.Farm

Oleh:

Kelas B
Vina Nur Azizah NPM. 1810631220053

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan


pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rute Absorpsi, Distribusi,
Metabolisme, dan Ekskresi dari Paracetamol” dengan tepat waktu
Makalah “Rute Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi dari
Paracetamol” disusun guna memenuhi tugas dosen Ibu apt. Devi Ratnasari,
M.Farm pada mata kuliah Farmakologi di Universitas Singaperbangsa Karawang.
Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi pada obat
di dalam tubuh khususnya paracetamol.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu apt. Devi
Ratnasari, M.Farm selaku dosen mata kuliah Farmakologi. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang gizi. Saya
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Parasetamol..................................................................................................5
2.2 Absorpsi........................................................................................................5
2.3 Distribusi......................................................................................................5
2.4 Metabolisme.................................................................................................6
2.5 Ekskresi........................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
PENUTUP................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan....................................................................................................7
3.2 Saran..............................................................................................................7
Daftar Pustaka..........................................................................................................8

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Definisi farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang
obat dengan segala aspekya (sifat-sifat obat seperti kimiawi, fisika, fisiologi,
dan resorpsi, hingga mengenai “nasib” obat dalam tubuh. Sedangkan
farmakologi klinis merupakan pengetahuan khusus tentang interaksi obat
dengan tubuh manusia. Farmakologi memiliki beberapa ilmu yang terkait,
meliputi Farmakognosi, Farmasi, Farmakope, Farmakodinamika,
Farmakokinetika, Farmakoterapi, Toksikologi, dan Farmasetika.
Salah satu ilmu farmakologi yang mempelajari penyerapan (absorpsi)
obat, penyebaran (distribusi) obat, mekanisme kerja (metabolisme) obat, dan
pengeluaran (ekskresi) obat adalah farmakokinetik. Farmakokinetik
mempelajari pengaruh tubuh terhadap suatu obat, dimulai dari masuknya obat
kedalam tubuh sampai keluarnya obat tersebut dari dalam tubuh. Pada
umumnya, obat baru dikeluarkan (ekskresi) dari dalam tubuh setelah
mengalami biotransformasi di hepar. Ekskresi obat dapat melalui beberapa
tempat, antara lain ginjal (urin) dan kulit (keringat).
Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang beredar di pasaran
dan dijual dengan harga yang terjangkau sehingga sering digunakan
masyarakat untuk mengobati penyakit ringan seperti demam dan sakit kepala
(Pakarti, 2009,Tripathi, et al., 2009). Parasetamol diketahui dapat
berinteraksi dengan makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat
dan alkohol (Harkness, 1989). Interaksi obat juga dapat terjadi antara obat
dengan obat lain ataupun dengan senyawa lainnya (Kee dan Hayes, 1996).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan parasetamol?
2. Bagaimana proses absorpsi parasetamol di dalam tubuh?
3. Bagaimana proses distribusi parasetamol di dalam tubuh?
4. Bagaimana proses metabolisme parasetamol di dalam tubuh?
5. Bagaimana proses ekskresi parasetamol di dalam tubuh?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diambil tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi parasetamol.
2. Untuk mengetahui proses absorpsi parasetamol di dalam tubuh.
3. Untuk mengetahui proses distribusi parasetamol di dalam tubuh.
4. Untuk mengetahui proses metabolisme parasetamol di dalam tubuh.
5. Untuk mengetahui proses ekskresi parasetamol di dalam tubuh.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem
Saraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik
dalam bentuk sediaan tunggal sebagai anallgetik-antripiretik maupun
kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau
yang dijual bebas (Lusiana Darsono, 2002). Parasetamol adalah
paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan sudah digunakan
sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai
daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan
tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono, 1993).
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala,
mialgia, nyeri paska melahirkan, dan keadaan lainnya (Katzung, 2011).
Adapun struktur kimia parasetamol (Gambar 1).

Gambar 1. Struktur Kimia Parasetamol

2.2 Absorpsi
Parasetamol diabsorpsi dengan baik di usus halus melalui transport
pasif pada pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit
memperlambat absorpsi parasetamol. Sebagaimana diketahui karbohidrat
dapat berinteraksi dengan parasetamol dengan menunda absorpsi parasetamol
(Harkness, 1989). Adanya karbohidrat akan memperlambat waktu
pengosongan lambung. Ketika lambung terisi makanan, isi lambung akan
diangkut secara perlahan ke usus. Perlambatan perpindahan parasetamol dari
lambung ke usus ini menyebabkan terjadinya penundaan absorpsi
parasetamol. Penundaan atau penurunan absorpsi parasetamol menyebabkan
laju absorpsi parasetamol menjadi menurun. Sedangkan, pada pemberian
melalui rektum, terjadi variasi konsentrasi puncak di plasma dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
2.3 Distribusi
Volume distribusi dapat dianggap sebagai volume dimana obat terlarut
(Hakim, 2010). Parameter volume distribusi obat memiliki hubungan
berbanding terbalik dengan kadar obat dalam plasma (Cp) dimana ketika
suatu obat terikat oleh protein plasma dalam jumlah besar atau berada di
dalam pembuluh darah, maka nilai kadar obat dalam plasma akan semakin

5
tinggi (Hakim 2010; Shargel, and Yu, 2005). Parasetamol memiliki
bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25% parasetamol dalam darah diikat oleh
protein. Parameter klirens atau Cl merupakan parameter primer yang dapat
menjelaskan kinetika eliminasi dari parasetamol. Proses eliminasi obat dari
tubuh dipengaruhi oleh proses metabolisme dari obat tersebut dimana
semakin cepat proses metabolisme suatu obat berlangsung maka semakin
cepat pula obat tersebut dikeluarkan dari tubuh. Parameter AUC merupakan
parameter yang mencerminkan jumlah total obat aktif yang mencapai siklus
sistemik. Nilai parameter AUC sangat berkaitan erat dengan parameter
volume distribusi, semakin besar harga volume distribusi suatu obat makan
semakin kecil harga AUC obat tersebut (Hakim, 2010).
2.4 Metabolisme
Tempat utama metabolisme parasetamol adalah di dalam hati. Di dalam
hati, 60% dikonjugasikan dengan asam glukuronat, 35% asam sulfat, dan 3%
sistein; yang akhirnya menghasilkan konjugat yang larut dalam air serta
dieksresi bersama urin. Pada proses metabolisme parasetamol di hati,
glutathione (GSH) mempunyai peran yang cukup penting. Senyawa toksik
hasil metabolisme parasetamol, N-acetyl-para-benzoquinone imine (NAPQI)
akan mengalami konjugasi dengan GSH. Konjugasi NAPQI pada GSH terjadi
secara spontan dan dengan dikatalis oleh enzim glutathione-S-transferase
(GST). Reaksi nonenzimatik menghasilkan konjugat GSH, yaitu parasetamol-
GSH, parasetamol bebas, dan glutathione disulfida (GSSG). Sedangkan
reaksi enzimatik oleh GST menghasilkan parasetamol-GSH dan parasetamol
bebas. Pada suatu keadaan dimana kadar GSH yang sangat kurang, akan
menyebabkan senyawa toksik hasil metabolime parasetamol, yaitu N-acetyl-
para-benzoquinone imine (NAPQI) tidak dapat didetoksifikasi secara
sempurna. Hal tersebut dapat mempengaruhi metabolisme dari parasetamol.
Metabolisme parasetamol dapat berlangsung lambat disebabkan oleh
adanya siklus enterohepatik yang dilalui oleh parasetamol dimana menurut
literatur parasetamol mengalami metabolisme melalui jalur sitokrom p450,
konjugasi glukoronidasi, dan sulfatasi (Forte, 2002). Parasetamol dapat
melalui siklus enterohepatik dikarenakan salah satu jalur metabolisme
parasetamol adalah melalui konjugasi glukoronidasi dimana parasetamol
dalam bentuk konjugatlah yang dapat melalui siklus enterohepatik (Watari, et
al., 1984). Peningkatan laju metabolisme parasetamol dapat disebabkan oleh
pengaruh senyawa lain yang terkandung di dalam makanan, contoh senyawa
alkohol (Harmita, 2004). Alkohol diketahui dapat menginduksi enzim
sitokrom p450 yang merupakan enzim pemetabolisme parasetamol sehingga
menyebabkan parasetamol berlangsung lebih cepat (Prescott, 2000).
2.5 Ekskresi
Ekskresi parasetamol salah satunya dipengaruhi oleh antioksidan
endogen, yaitu glutathione (GSH). GSH akan membentuk konjugat
parasetamol-GSH yang kemudian diekskresikan melalui urin. Parasetamol
yang dieksresi melalui urin sekitar 85% dalam bentuk terkonjugasi dan bebas
melalui urin dalam waktu 24 jam. Pada parasetamol oral, ekskresi melalui
renal berlangsung dalam laju 0,16-0,2 mL/menit/kg. Selain ginjal, sekitar

6
2,6% dieksresikan melalui biller. Parasetamol juga dapat diekskresikan
dengan hemodialisa.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem
Saraf Pusat (SSP). Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang,
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan, dan keadaan lainnya.
Parasetamol diabsorpsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada
pemberian oral. Parasetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar
25% parasetamol dalam darah diikat oleh protein. Tempat utama metabolisme
parasetamol adalah di dalam hati. Di dalam hati, 60% dikonjugasikan dengan
asam glukuronat, 35% asam sulfat, dan 3% sistein; yang akhirnya
menghasilkan konjugat yang larut dalam air serta dieksresi bersama urin.

3.2 Saran
Studi lanjut mengenai pembahasan rute absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi obat di dalam tubuh khususnya paracetamol
diharapkan mencari dan membaca dari referensi lainnya sebagai salah satu cara
memaksimalkan pengetahuan serta kesempurnaan dari makalah.

8
Daftar Pustaka

Darsono, L. (2002). Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.


Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Faizurrahman Andi Kusuma, E. S. (2016). PENGARUH PEMBERIAN MINYAK
JELANTAH TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL
PADA TIKUS WISTAR . Jurnal Kedokteran Diponegoro , 779-790:5(4).
Luthfiyani, d. S. (n.d.). ALOMEDIKA. Retrieved Oktober 15, 2020, from
alomedika.com: https://www.alomedika.com/obat/analgesik/analgesik-non-
narkotik-antipiretik/paracetamol
Nita Noviani, V. N. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Gigi Farmakologi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pinondang Simaremare, M. A. (2013). EFFECT OF DURIAN FRUIT JUICE
(Durio zibethinus Murr.) TO PHARMACOKINETIC PROFILE OF
PARACETAMOL ON WISTAR MALE RATS (Rattus norvegicus L.) .
Traditional Medicine Journal , 178-186:18(3).

Anda mungkin juga menyukai