1.Pengertian
Transport konvertif sering disebut juga filtrasi, transport paraseluler atau transport pori.
Transport konvektif adalah mekanisme absorpsi lintas membran melalui pori-pori disekitar
membran secara pasif. Dikatakan secara pasif dikarenakan obat terbawa oleh aliran cairan yang
disebabkan tekanan hidrostatik atau perbedaan osmosis. Cairan yang menyebabkan gaya alir dari
terjadinya transport konvektif disebut pelarut obat (solvent drug).
Sebagian besar membran (membran seluler epitel halus dan lain-lain) memiliki ukuran
pori-pori yang kecil (4-7 A). Pada Transpor konvektif hanya dapat dilalui oleh molekul dengan
bobot molekul yang kecil yaitu lebih kecil dari 150 Dalton untuk senyawa yang bulat, atau lebih
kecil dari 400 Dalton jika molekulnya terdiri atas rantai panjang. untuk itu, transpor konvektif
khusus untuk senyawa-senyawa yang berukuran cukup kecil. Contoh : molekul alkohol, urea, air
dan gula. Mekanisme absorpsi secara transport konvektif penting untuk absorpsi obat yang berat
molekulnya rendah dan ukuran molekul kecil (lebih kecil dari diameter pori) yang bersifat
hidrofilik/ senyawa yang menyukai air.
Proses transpor konvektif terjadi pada seluruh organ dan jaringan absorpsi :
Transport konvektif merupakan jenis dari trasnport difusi yang mekanisme terjadinya
tidak melibatkan proses melawan gradien konsentrasi sehingga tidak memerlukan energi. Proses
transport terjadi hingga terjadi kesetimbangan atau telah mencapai taraf mantap (steady state)
atau dicapai kadar obat bentuk non-ion kedua sisi membrane akan sama atau telah dicapai
kesetimbangan.
- Mula- mula obat berada dalam larutan air pada permukaan membrane sel
- Karena adanya kandungan obat diluar sel menyebabkan pada kompatemen luar
atau luar sel mengalami kenaikan konsentrasi
- Untuk menyeimbangkan perbedaan konsentrasi, obat yang bersifat hidrofobik
bersama air masuk ke membran melalui bantuan protein transpor atau protein
integral. Protein integral disebut pula sebagai kanal ion atau saluran aqua atau
aquaporins. Protein integral disebut sebagai saluran aqua karena kemampuannya
untuk dilewati oleh molekul air.
- Setelah melalui protein integral pada membran, obat masuk ke sistemik yang
terdapat pada lapisan terdalam membran.
- Pada proses ini obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain.
Setelah taraf mantap (steady state) dicapai kadar obat bentuk non-ion kedua sisi
membran akan sama
- Kesetimbangan terbentuk, proses transport pasif berakhir.
Proses pelaluan molekul pada membran organ absorpsi terjadi hanya untuk molekul
hidrofilik atau polar dan merupakan basa lemah. Obat yang bersifat asam/basa kuat tidaklah
stabil hal ini ditandai dengan kemampuan obat untuk menjadi ion-ion bermuatan ketika bereaksi
dengan air sehingga dibutuhkan obat dalam bentuk asam/basa lemah agar tidak terbentuk ion-ion
bermuatan, namun obat asam/basa lemah dapat membnetuk ion bermuatan apabila lingkungan
absorpsinya berada pada sifat keaasam/basaannya berbeda dan merupakan asam/basa kuat.
Sehingga obat yang asam lemah yang tidak akan membentuk ion bermuatan pada lingkungan
asam kuat baik untuk diabsorpsi di lambung, sedangkan obat basa lemah yang tidak membentuk
ion bermuatan pada lingkungan basa kuat baik untuk diabsorpsi di usus.
Contoh obat yang mekanisme transportnya menggunakan transport konvektif adalah obat
a. Vitamin B1
Berat molekul vitamin B1 adalah 337,27 gram/mol. Absorbsi per oral maksimum 8-15
mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg. Dalam satu hari sebanyak 1 mg
melalui saluran cerna. Ekskresi melalui urine dalam bentuk utuh dan bentuk garam
sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal 1,4 mg%.
c. Sulfonamida terionisasi
membentuk garam dengan asam ataupun basa. Daya larutnya sangat kecil dalam air
namun bentuk terionnya mudah larut dalam air walaupun sifatnya tidak stabil karena
mudah terurai. Jadi, mekanisme transport untuk sulfonamida terionisasi adalah transport
konvektif.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi 3, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Joenoes, N. Z., 2002. Ars Prescribendi – penulisan Resep yang Rasional. Cetakan Ketiga.
Surabaya : Airlangga University Press.
Mickey, Marry J., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widia Medika, Jakarta.
Shargel L dan Andrew BC Yu, 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi II,
Airlangga University Press: Surabaya.