PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibuprofen adalah NSAID yang paling banyak digunakan, berkat efek
sampingnya yang relatif ringan dan status OTC-nya di kebanyakan negara. Zat ini
merupakan campuran rasemis,dengan bentuk dextro yang aktif. Daya analgetis
dan antiradangnya cukup baik (Tjay ,T.H dan Kirana ,R, 2008).
Yang dimaksud dengan absorpsi suatu obat adalah pengambilan obat dari
permukaan tubuh atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalaman ke dalam
aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe. Dari aliran darah atau
pembuluh limfe tersebut distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan. Karen
aobat, baru dapat berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai
pada tempat kerjanya maka suatu absorpsi yang cukup meupakan syarat suatu
efek terapeutik, sejauh obat tidak digunakan secara intravasal atau tidak langsung
dipakai pada tempat kerjanya. Perjalanan obat lewat membran sel. Agar suatu obat
dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut harus melewati
membran sel. Pada umumnya membran sel mempunyai struktur lipoprotein yang
bertindak sebagai membran lipid smeipermeabel (Shargel, 1988).
Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui suatu
rangkaian proses. Proses tersebut meliputi (1) disintegrasi produk obat yang
diikuti pelepasan obat; (2) pelarutan obat dalam media aqueous; (3) absorpsi
melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik. Di dalam proses disintegrasi
obat, pelarutan, dan absorpsi, kecepatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ibuprofen
Nama kimia
Nama IUPAC
: 2-metil-4-propil-2-fenil-asam propanoat
Nama Lazim
: Motrin
Berat molekul
: 206,28
Rumus molekul
: C13H18O2
Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari
103,0% C13H18O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian serbuk hablur,putih
hingga hampir putih; berbau khas lemah. Kelarutan praktis tidak larut dalam air;
sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam
kloroform, sukar larut dalam etil asetat. Baku pembanding ibuprofen BPFI tidak
boleh dikeringkan. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup (Ditjen POM,
1995).
Obat pertama dari kelompok propionate ini adalah NSAID yang paling
banyak digunakan,berkat efek sampingnya yang relative ringan dan status OTCnya di kebanyakan Negara. Zat ini merupakan campuran rasemis,dengan bentuk
dextro yang aktif. Daya analgetis dan anti radangnya cukup baik dan sudah
banyak mendesak salisilat pada penanganan bentuk rema yang tidk begitu hebat
dan gangguan alat gerk. Ibuprofen 400mg oral sama efeknya dengan 500mg
rectal. Resorpsinya dari usus cepat dan baik yakni 80%,resorpsi rectal lebih lambt.
PP-nya 90-99%,plasma t1/2 nya adalah 2 jam. Zat ini merupakan campuran
rasemis,dengan bentuk dextro yang aktif. Daya analgetis dan anti radangnya
cukup baik dan sudah banyak mendesak salisilat pada penanganan bentuk rema
yang tidk begitu hebat dan gangguan alat gerk (Tjay ,T.H dan Kirana ,R, 2008).
efek terapeutik, sejauh obat tidak digunakan secara intravasal atau tidak langsung
dipakai pada tempat kerjanya. Perjalanan obat lewat membran sel. Agar suatu obat
dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut harus melewati
membran sel. Pada umumnya membran sel mempunyai struktur lipoprotein yang
bertindak sebagai membran lipid semipermeabel (Shargel, 1988).
PERJALANAN OBAT LEWAT MEMBRAN SEL.
Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja dijaringan atau organ, obat
tersebut harus melewati berbagai membrane sel. Terdapat beberapa teori mengenai
struktur yang pasti dari membran sel, termasuk model unit membran dan model
mosaik cair (dinamik). Pada umumnya, membran sel mempunyai struktur
lipoprotein yang bertindak sebagai membrane lipid semipermeabel. Berbagai
penyelidikan telah dilakukan menggunakan obat dengan berbeda struktur dan sifat
fisikokimia dan dengan bermacam-macam membrane sel, sebagai hasilnya
diketahui mekanisme pengangkutan beberapa obat lewat membrane sel.Salah satu
penemuan menunjukkan bahwa beberapa sifat fisikokimia molekul mempunya
pengaruh terhadap laju lintas obat lewat membrane sel.Factor utama adalah
kelarutan molekul obat dalam lipid (Shargel, 1988).
Difusi pasif.Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses
transmembran bagi umumnya obat-obat.Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini
adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Oleh karena obat
didistrbusi secara cepat ke dalam suatu volume yang besar sesudah masuk
kedalam darah,konsentrasi
sangat rendah
koefisien difusi zat aktif, yang merupakan suatu tetapan untuk setiap zat aktif dan
ditakrifkan sebagai jumlah molekul zat aktif yang berdifusi melewati suatu
membran dengan luas tertentu untuk tiap satuan waktu (Shargel, 1988).
Transport aktif. Merupakan proses transmembran yang diperantarai oleh
pembawa (carrier) yang memainkan peran penting dalam sekresi ginjal dan bilier
dari berbagai obat dan metabolit. Beberapa obat yang tidak larut dalam lemak
yang menyerupai metabolit fisiologik alami (seperti 5-fluorouracil) diabsorpsi dari
saluran cerna oleh proses ini. Transport aktif ditandai dengan perwatakan adanya
fakta bahwa obat yang dipindahkan melawan perbedaan konsentrasi-misal, dari
daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah konsentrasi tinggi. Oleh karena
itu, proses ini memerlukan system yang memerlukan energy. Selanjutnya,
transport aktif merupakan proses khususs yang mmerlukan pembawa yang
mengikat obat membentuk kompleks obat-pembawa yang membawa obat lewat
membrane dan kemudian melepaskan obat disisi lain dari membrane. Pada
transpor aktif, pelintasan terjadi dengan diperantarai oleh pembawa (carrier) yang
berupa enzim, atau paling tidak senyawa protein dengan molekul yang dapat
membentuk kompleks dengan zat aktif pada permukaan membran. Kompleks
tersebut melintasi membran dan membebaskan molekul zat aktif pada permukaan
lain, lalu pembawa kembali ke permukaan asalnya (Shargel, 1988).
Difusi yang di permudah (fasilitated difussion). Difusi yang dipermudah
juga merupakan system transport yang diperantarai pembawa, berbeda dengan
transport aktif, obat bergerak oleh karena perbedaan konsentrasi (yakni, bergerak
dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat
rendah).Oleh karena itu, system ini tidak memerlukan masukan energy.Namun,
karena system ini diperantarai pembawa, system dapat jenuh dan secara struktur
selektif bagi obat tertentu dan memperlihatkan kinetika persaingan bagi obat-obat
dengan struktur serupa.Dalam arti absorpsi obat, difusi yang dipermudah ini
tampaknya memainkan peranan sangat kecil. Difusi yang difasilitasi juga
merupakan sistem transmembran yang diperantarai oleh pembawa, namun
berbeda dengan transpor aktif, pada sistem ini tidak diperlukan energi, sebab
pelintasan zat aktif digerakkan oleh perbedaan konsentrasi. Oleh karena sistem ini
diperantarai oleh pembawa, maka sistem transpor ini dapat jenuh dan secara
berbagia
factor
yang
mempengaruhi
motilitas
pencernaan
dapat
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah homogenizer mixer (modifikasi), sentrifuge
(Health), touch mixer (Health), spektrofotometer ultraviolet (Shimadzu), water
bath (Centin), neraca analitis (Vibra AJ), stopwatch, politube, mikropipet, pH
meter (Hanna), erlenmeyer, maat pipet, gelas ukur, labu tentukur, corong, pipet
tetes, wadah dan satu set alat bedah.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Ibuprofen baku, aquadest, Natrium
dihidrogen fosfat pro analysis (p.a) (E. Merck), Dinatrium hidrogen fosfat p.a (E.
Merck), Natrium Klorida p.a (E. Merck), Etanol p.a (E. Merck), dan usus halus
kelinci.
3.2 Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan adalah kelinci jantan dengan berat 1,5-2 kg.
3.3 Prosedur
3.3.1 Pembuatan Air Bebas Karbondioksida
Air murni dididihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan
tidak boleh menyerap karbondioksida dari udara (Ditjen POM, 1995).
3.3.2 Pembuatan Larutan Natrium dihidrogenfosfat 0,8 %
Larutkan 0,8 g natrium dihidrogenfosfat dalam air bebas karbondioksida
secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).
3.3.3 Pembuatan Larutan Dinatrium hidrogenfosfat 0,947 %
Larutkan 0,947 g dinatrium hidrogenfosfat dalam air bebas karbondioksida
secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).
3.3.4 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7,4 Isotonis
Campur 20,0 ml natrium dihidrogenfosfat 0,8 % dengan 80,0 ml dinatrium
hidrogenfosfat 0,947% dan ditambahkan dengan 0,44 g/100 ml natrium klorida
(Ditjen POM, 1979).
3.3.9
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
4.1
Hasil
Tabel 1. Data Kurva kalibrasi Ibuprofen dalam usus halus homogen pH 7,4
isotonis pada suhu 270C
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Konsentrasi (ppm)
10
20
40
70
100
200
400
600
800
R
Absorbansi
0,055
0,072
0,089
0,110
0,185
0,205
0,257
0,348
0,398
0,9555
Tabel 2. Data Absorpsi ibuprofen dalam usus halus homogen pH 7,4 isotonis
dengan variasi waktu konsentrasi 2 mM
Waktu
(menit)
0,75
1
3
7
10
15
Absorbansi
A1
A2
A3
0,1057
0,1016
0,0923
0,0999
0,1028
0,0972
0,0972
0,1055
0,0938
0,0889
0,1002
0,0938
0,1013
0,1079
0,0905
0,0918
0,0968
0,1018
A Rata-rata
Standar
0,1014
0,1080
0,0961
0,0935
0,0999
0,1084
deviasi
4,25x10-3
3,18x10-3
5,05x10-3
5,70x10-3
3,01x10-3
4,01x10-3
4.2 Perhitungan
Terlampir
4.3 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu
terhadap absorpsi Ibuprofen pada usus halus kelinci yang dihomogenkan
dilakukan penentuan absorpsi ibuprofen dengan berbagai waktu yang berbeda
untuk melihat pada waktu berapa yang memiliki daya absorpsi yang paling efektif
bagi tubuh yang di analogikan dengan menggunakan hewan percobaan kelinci.
12
suatu membrane dengan luas tertentu untuk tiap satuan waktu bila perbedaan
konsentrasi sama dengan satu (Shargel, 1988).
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh
variasi waktu terhadap absorbsi Ibuprofen. Pada menit ke-15, absorbsi Ibuprofen
pada usus halus yang telah dihomogenkan lebih banyak.
5.2 Saran
-
14
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 43, 164, 449, 487.
Nafrialdi. (2007). Obat yang Mempengaruhi Metabolisme Elektrolit dan
Konservasi Air. Dalam buku
Editor: Rianto Setiabudy dan Nafrialdi. Jakarta: FKUI. Halaman 389, 391.
Schoenwald,R.D.(2002).Pharmacookinetics in Drug Discovery and Development.
United States of America: CRC Press. Page 11-12.
Shargel, L. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah :
Fasich dan Sjamsiah. Edisi Kedua. Surabaya : Penerbit Airlangga
University Press. Halaman 86-87,92-94.
Shargel, L., and Yu, A. (2005). Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics.
Fourth Edition. New York : Mc. Graw Hill. Page 258-259.
Tjay, T.H dan Kirana, R. (2008). Obat-Obat Penting. Edisi Keenam. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo. Halaman 136.
15
FLOWSHEET
1.1 Pembuatan Usus Halus yang Dihomogenkan
Kelinci jantan
16
1.2 Pembuatan Larutan Induk Baku I dan II Ibuprofen dalam Dapar Fosfat
pH 7,4 Isotonis
62,5 mg Ibuprofen
dimasukkan kedalam labu tentukur 250 ml
dilarutkan dengan dapar fosfat pH 7,4 isotonis
ditambahkan dapar fosfat pH 7,4 isotonis
sampai garis tanda
dikocok homogen
Larutan Induk Baku I
17
selama
30
detik,
3000
Endapan (dibuang)
rpm
1.6 Penentuan Kurva Kalibrasi Ibuprofen dalam Usus Halus Kelinci yang
Dihomogenkan dalam Dapar Fosfat pH 7,4 Isotonis pada temperatur 27 0C
pada = 223,0, n = 5
50 l Usus halus
homogen
Endapan
(dibuang)
dipipet sebanyak 0,5 ml
dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml
ditambahkan dengan dapar fosfat isotonis pH 7,4 sampai garis tanda
ditetapkan kadarnya dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet
pada panjang gelombang 223,0 nm
19
Endapan
(dibuang)
20
DAFTAR GAMBAR
Homogenizer
Mixer
Touch Mixer
Waterbath
Alat Sentrifuge
Kelinci
21