FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI RUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO
JALAN BENDUNGAN HILIR NO. 17 JAKARTA PUSAT
PERIODE 03 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2018
Disusun oleh:
Hera Apria, S.Farm (2017001251)
Hestu Tyas Puspitasari, S.Farm (2017001252)
Rita Aprilini H Panggabean, S.Farm (2017001273)
Yasyfa Cahya Yuagesti, S.Farm (2017001283)
Debby Anggun Priangan, S.Farm (2017001288)
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
Disusun oleh:
Hera Apria, S.Farm (2017001251)
Hestu Tyas Puspitasari, S.Farm (2017001252)
Rita Aprilini H Panggabean, S.Farm (2017001273)
Yasyfa Cahya Yuagesti, S.Farm (2017001283)
Debby Anggun Priangan, S.Farm (2017001288)
Disetujui Oleh :
Mayor Siti Fauziyah, S.Si., M.Farm., Apt Drs. Agus Purwanggana, M.Si., Apt
Pembimbing PKPA Pembimbing PKPA
RSAL Dr. Mintohardjo Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
KATA PENGANTAR
i
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit TNI AL Dr.
Mintohardjo yang berlangsung pada tanggal 03 September - 31 Agustus 2018.
Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa
hormat kepada Mayor Siti Fauziyah, S.Si., M.Farm., Apt selaku pembimbing
PKPA di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo dan Drs. Agus Purwanggana,
M.Si., Apt selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan,
pengetahuan, dan saran selama menjalani PKPA dan penyusunan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih atas
bantuan dan dukungan kepada:
1. Prof. Dr. Shirly Kumala, M.Biomed., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila, Jakarta.
2. Dra. Titiek Martati, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
3. Seluruh karyawan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo yang telah
menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.
4. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila.
5. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa serta
dukungan moral dan finansial kepada penulis.
6. Seluruh teman-teman Apoteker angkatan 61 yang telah berjuang bersama
dalam menyelesaikan studi di Program Studi Profesi Apoteker Universitas
Pancasila.
ii
agar laporan ini dapat menjadi lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan para
pembacanya, khususnya di bidang farmasi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR……………………………………………...…...... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………...…..... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………...... 1
B. TUJUAN……………………………………………........... 2
BAB II TINJAUAN UMUM
A. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT………………….... 3
B. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS)……..… 14
C. CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)
…………………………………………………...... 34
D. SITOSTATIKA………………………………………….... 38
BAB III TINJAUAN KHUSUS
A. GAMBARAN UMUM RSAL Dr. MINTOHARDJO…..… 40
E. GAMBARAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI
RSAL Dr. MINTOHARDJO…………………………….... 53
BAB IV PEMBAHASAN
A. RUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO…………. 63
B. PEKERJAAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT TNI
AL Dr. MINTOHARDJO…………………………………. 64
C. FARMASI KLINIS……………………………………… 68
D. PENANGANAN LIMBAH DI RSAL Dr.
MINTOHARDJO…………………………………............. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN…………………………………………... 73
B. SARAN…………………………………………………... 73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 74
LAMPIRAN………………………………………………………………. 76
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spriritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan,
dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan. Pemerintah bertanggung jawab dalam
melaksanakan upaya kesehatan, untuk itu pemerintah menyediakan berbagai
program dan sarana kesehatan (1).
Salah satu sarana yang penting adalah Rumah sakit. Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kefarmasian merupakan salah
satu unsur dari pelayanan dirumah sakit (2).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian dan administrasi. Sedangkan, Pelayanan farmasi
klinik meliputi pengkajian dan pelayanan Resep, penelusuran riwayat
penggunaan Obat, rekonsiliasi Obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO),
konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping
Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), dispensing sediaan steril,
dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) (3).
1
2
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Peranan apoteker sangat
berpengaruh dalam mengatur setiap bagian dari pelayanan kefarmasian baik
dalam aspek managerial maupun klinis di rumah sakit. Maka diperlukan
seorang apoteker yang memiliki wawasan luas, dan memiliki keahlian dalam
kedua aspek tersebut. Tenaga apoteker yang kompeten sangat diperlukan,
untuk itu suatu lembaga pendidikin profesi apoteker mempersiapkan calon
profesi apoteker melalui praktek kerja profesi apoteker (PKPA) dilembaga
pelayanan kesehatan. Program Profesi Apoteker Universitas Pancasila dan
Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo bekerjasama mengadakan praktek kerja
profesi apoteker (PKPA) untuk mempersiapkan apoteker yang menjalankan
profesinya secara profesional sesuai dengan kompetensi apoteker.
3
4
optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan
audiologis.
k. Tenaga teknik biomedika
Terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli teknoiogi laboratorium
medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
l. Tenaga kesehatan tradisional
Terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga kesehatan
tradisional keterampilan.
m. Tenaga kesehatan lain (4).
2) Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari
sekurang-kurangnya memuat:
a) Identitas pasien
b) Tanggal dan waktu
c) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
d) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e) Diagnosis
f) Rencana penatalaksanaan
g) Pengobatan dan/atau tindakan
h) Persetujuan tindakan bila diperlukan
i) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j) Ringkasan pulang (discharge summary)
k) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.
l) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu dan
untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik (6).
sistem satu pintu. Yang dimaksud dengan sistem satu pintu adalah bahwa
rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien (2).
2) Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a) Anggaran yang tersedia;
b) Penetapan prioritas;
c) Sisa persediaan;
d) Data pemakaian periode yang lalu;
e) Waktu tunggu pemesanan; dan
f) Rencana pengembangan.
3) Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif
harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses
pengadaan, dan pembayaran.
20
8) Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah
persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh
Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan
Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a) penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b) penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c) memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a) melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow
moving);
b) melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam
waktu tiga bulan berturut-turut (death stock);
c) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
9) Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang
sudah berlalu.
27
Salah satu indikator baik atau tidaknya suatu rumah sakit dapat
dilihat dari tingkat penyebaran infeksi yang terjadi, semakin sedikit tingkat
penyebaran infeksi yang terjadi maka semakin baik kualitas rumah sakit
tersebut. Salah satu pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara
melakukan sterilisasi dan desinfeksi. Sterilisasi adalah suatu proses
pengelolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua
bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora yang dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika. Desinfeksi adalah proses pembasmian
terhadap semua jenis mikroorganisme patogen yang biasanya dilakukan
pada obyek yang tidak bernyawa (misal ruangan pasien). Tindakan
sterilisasi dan desinfeksi ditujukan untuk memutus mata rantai penyebaran
infeksi dengan cara mengendalikan kuman-kuman yang berada di
lingkungan rumah sakit, dilakukan baik terhadap peralatan-peralatan yang
dipakai, baju, sarung tangan, maupun ruangan-ruangan khususnya di
lingkungan rumah sakit (9).
2. Metode Sterilisasi
Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Sterilisai panas kering
b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
c. Sterilisasi uap
d. Mesin sterilisasi uap
e. Sterilisasi menggunakan plasma
f. Sterilisasi suhu rendah uap formaldehid
CSSD memberikan pelayanan pemrosesan barang dan instrumen
kotor menjadi barang bersih maupun steril. Unit dekontaminasi melakukan
36
pembersihan barang dan instrumen kotor agar aman bagi pekerja dan siap
dilakukan pengemasan. Unit pengemasan melakukan pengecekan barang
dan instrumen mengenai kelayakan barang tersebut serta melakukan
pengemasan agar sterilitas dapat terjaga. Unit sterilisasi melakukan
sterilisasi barang dan instumen yang telah dikemas menggunakan metode
yang tepat agar mencapai sterilisasi yang optimal. Unit penyimpanan
melakukan penyimpanan barang steril dan melakukan penjaminan kualitas
barang dan instrumen steril. Unit distribusi mengirimkan suplai kepada
kustomer yang membutuhkan barang tersebut (9).
3. Tujuan CSSD
a. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhan kondisi steril,
untuk mencegahnya terjadi infeksi
b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
c. Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien
d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk
yang dihasilkan
4. Ruangan CSSD
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih
dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian
ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat sterilisasi dibagi atas 5
ruang yaitu:
a. Ruang dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor,
dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus
direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi
37
D. SITOSTATIKA
1. Definisi
Senyawa sitoksik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat merusak
dan sel normal dan juga sel kanker, serta digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dari sel tumor maliginan. Istilah dari toksisitas juga dapat
digunakan untuk zat-zat yang bersifat genotoksik, mutagenik, onkogenik,
teratogenik, dan zat-zat yang bersifat berbahaya.
Obat sitotoksik mencakup obat yang menghambat atau mencegah
fungsi sel. Obat sitotoksik termasuk obat-obatan yang terutama digunakan
untuk mengobati kanker, sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi.
Bentuk yang paling umum dari obat sitotoksik dikenal sebagai
antineoplastik. Obat sitotoksik memiliki efek mencegah pertumbuhan yang
cepat dan pembagian (mitosis) sel kanker . Namun, obat sitotoksik juga
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel lain membagi cepat dalam tubuh seperti
folikel rambut dan lapisan dari sistem pencernaan. Sebagai hasil dari
pengobatan, banyak sel-sel normal yang rusak bersama dengan sel-sel
kanker (10).
2. Handling Cytotoxic
Handling cytotoxic drugs adalah penanganan penggunaan obat
sitostatika. Hal ini perlu dilakukan karena obat ini dikenal sangat beracun
untuk sel, terutama melalui tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak
yang terbukti menjadi karsinogen, mutagen atau teratogen.
39
40
41
dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi matra laut wilayah barat. Di
samping itu, RSAL berperan aktif dalam memberikan rekomendasi tentang
tingkat kelayakan kesehatan personel untuk kepentingan pembinaan
personel, melaksanakan penelitian, dan pengembangan bidang kesehatan
dan rumah sakit.
Pada tahun 1998 rumah sakit ini juga telah terakreditasi dengan status
akreditasi penuh dan sekarang telah merupakan rumah sakit tipe B atau
kelas II. Di tahun 2017 RSAL Dr. Mintohardjo sedang dalam proses untuk
reakreditasi mewujudkan predikat sebagai rumah sakit pendidikan bagi
mahasiswa institusi pendidikan kesehatan, antara lain: Program Studi
Kedokteran, Keperawatan, Kebidanan, Farmasi/Apoteker, Psikologi,
Kesehatan Masyarakat, dan lain-lain, serta memberi peluang terhadap riset,
penelitian program sarjana dan master bidang kesehatan dan non kesehatan
yang berkaitan dengan rumah sakit dan akreditasi rumah sakit tipe A atau
kelas I. Pada Desember 2011, di RSAL Dr. Mintohardjo telah tersedia
fasilitas Laboratorium Kateterisasi Jantung/Cath Lab (Catheterization
Laboratorium) guna menunjang kesehatan anggota TNI-AL dan
masyarakat umum (11).
41
42
42
43
4. Struktur Organisasi
Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo dipimpin oleh seorang Kepala
Rumah Sakit (Karumkital) yang berpangkat kolonel dan dibantu oleh dua
wakil kepala (Waka) yaitu Wakil Kepala Bidang Medis (Wakamed) dan
Wakil Kepala Bidang Pembinaan (Wakabin) yang berpangkat Kolonel.
Karumkital juga dibantu oleh Kelompok Ahli, Sekretariat, Dansatma dan
Pemegang Pekas. RSAL Dr. Mintohardjo memiliki 11 departemen unsur
pelaksana antara lain:
a. Departemen Kesehatan Kelautan (Dep. Kesla)
b. Departemen Bedah (Dep. Bedah)
c. Departemen Penyakit Dalam (Dep. Kitlam)
d. Departemen Saraf, Jiwa, dan Rehabilitatif (Dep. Saware)
e. Departemen Penyakit Kulit, THT, Mata (Dep. Kutema)
f. Departemen Penyakit Gigi dan Mulut (Dep. Gilut)
g. Departemen Kesehatan Ibu dan Anak (Dep. KIA)
h. Departemen Perawatan (Dep. Wat)
i. Departemen Penunjang Klinik (Dep. Jangklin)
j. Departemen Farmasi (Dep. Far)
k. Departemen Bangdiklat (Dep. Bangdiklat)
43
44
44
45
2) Asisten Apoteker
3) Tenaga Teknik Farmasi
c. Tenaga Keperawatan
1) Perawat
2) Bidan
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat
1) Administrasi
2) Sanitarian
e. Tenaga Gizi
1) Nutrisionis
2) Dietisien
f. Tenaga Keterampilan Medis
1) Fisioterapi
g. Tenaga Kesehatan Medis
1) Radioterapis
2) Perekam medis
3) Analisis kesehatan
h. Lain-lain
1) Psikolog
2) Akupuntur
Sumber daya manusia di rumah sakit ini sudah sesuai dengan Undang-
Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yaitu harus memiliki
tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit, dan
tenaga non kesehatan.
45
46
c. Ruang Bedah
d. Ruang ICU
e. Ruang ICCU
f. Ruang Radiologi
g. Laboratorium Klinik
h. Ruang Gizi
i. Ruang Rehabilitasi Medik
j. Ruang penunjang: Ruang Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, Ruang
Penanganan Obat Sitostatika, Ruang Departemen Farmasi, Bangunan
Pengelolaan Limbah, Ruang Laundry, Ruang Sterilisasi (CSSD), Ruang
Jenazah, Ruang Administrasi, Gudang Sanitasi, Ambulance, Ruang
Komite Medis, Ruang PKMRS yang tergabung dalam bagian PIO,
Perpustakaan, Ruang Jaga Co-Ass, Ruang Pertemuan, Bangunan Diklat,
Ruang Diskusi, Sistem Informasi Rumah Sakit, Listrik, Air, Gas Medis,
Tempat Pengelolahan Limbah Rumah Sakit, Penanganan Kebakaran,
Perangkat Komunikasi (24 jam), ruang pusat sterilisasi yang baru
didirikan pada tahun 2015 dan tempat tidur pasien.
46
47
47
48
48
49
49
50
2) Terapi Sekunder
Kerusakan jaringan akibat radiasi, ischemia dan crush injuries
akut, luka bakar, anemia akut, luka bakar yang sukar sembuh,
cangkokan kulit, osteomielitis, ulkus/ganggren DM, tuli mendadak
dan tinnitus, patah tulang, rehabilitasi pasca stroke, meningkatkan
motilitas sperma pada infertilitas, alergi, kebugaran dan estetika.
f. Angiografi (Cath lab)
Katerisasi jantung/cath lab (Catheterization Laboratorium) guna
menunjang kesehatan anggota TNI AL dan masyarakat umum.
Kateterisasi jantung (termasuk angiografi) adalah suatu tindakan yang
dilakukan di laboratorium kateterisasi jantung guna menentukan
diagnostis penyakit jantung dan pembuluh darah, selanjutnya dilakukan
intervensi non bedah sesuai indikasi melalui pembuluh darah dengan
menggunakan kateter. Tenaga pelaksana yang mengawal di ruang
angiografi adalah para Dokter Spesialis Jantung dan Dokter Spesialis
Radiologi yang sudah mengikuti pendidikan khusus, para medis yang
memiliki sertifikat khusus, tenaga administrasi dan pekarya. Saat ini
Ruang Angiografi RSAL Dr. Mintohardjo dikepalai oleh Kolonel Laut
(K) dr. Tjatur Bagus Gunarto, Sp.JP.
g. Medical Check-Up
Pemeriksaan kesehatan secara berkala membantu mendeteksi
penyakit secara dini. Pelaksanaan uji badan dilakukan oleh para dokter
spesialis bedah, penyakit dalam, jantung, mata, THT, ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen, Pap smear, Mammografi,
Treadmill dan lain-lain. Dari hasil laboratorium kesehatan akan diketahui
fungsi hati, ginjal, dsb. Bagian medical check up berada di gedung unit
rawat jalan A lantai III.
h. Hemodialisa
Hemodialisa merupakan fasilitas pelayanan yang khusus
menangani pasien gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah secara
rutin. RSAL Dr. Mintohardjo mempunyai alat Hemodialisa sebanyak 27
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
lingkupnya.
f. Menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan, serta
penyimpanan data yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pembinaan farmasi rumah sakit.
g. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan, dan instansi lain baik
di dalam maupun di luar rumah sakit untuk kepentingan pelaksanaan
tugasnya sesuai tingkat dan kewenangannya.
h. Mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan program
kefarmasian guna menjamin pencapaian tujuan sasaran programnya
secara berhasil guna dan berdaya guna.
i. Mengajukan saran dan pertimbangan kepada pimpinan rumah sakit
khususnya mengenai hal–hal yang berhubungan dengan bidang
tugasnya.
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
2) Aero-Reactor
Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair masuk
ke dalam proses pengolahan utama.
3) Biomedia Filtration Technology
Mikroba (bakteri) pendegradasi limbah ditumbuh kembangkan
untuk optimalisasi aktifitasnya dalam limbah cair.
4) Sedimentasi
Mengendapkan bakteri-bakteri pendegradasi limbah (lumpur aktif)
5) Klorinasi
Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan sudah
layak dibuang kelingkungan/badan air akan melalui proses
desinfektan dengan menggunakan khlorin untuk membunuh
bakteri-bakteri yang tersisa.
6) Organic Reducing Apparatus
Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan telah
disterilkan oleh sistem klorinasi, perlu di klorinasi lagi dengan
sistem ultra violet, sehingga bilamana klorin tablet/parasit habis
pemakaian, air limbah akan tetap di sterilkan dengan organic
reducing apparatus.
62
BAB IV
PEMBAHASAN
63
64
tersebut yang ideal untuk BOR adalah 60-85% sementara RSAL Dr.
Mintohardjo hanya mencapai 55,29%; untuk TOI idealnya 1-3 hari sementara
RSAL Dr. Mintohardjo mencapai >3 hari (3,26 hari); untuk AVLOS idealnya
6-9 hari sementara RSAL Dr. Mintohardjo hanya mencapai 3,12 hari ; dan
untuk BTO, nilai idealnya 40-50 kali sementara RSAL Dr. Mintohardjo hanya
mencapai 24,84 kali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pemanfaatan
pelayanan di RSAL Dr. Mintohardjo belum ideal. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan >60% pasien RSAL Dr. Mintohardjo merupakan pasien peserta
BPJS. Dengan adanya program BPJS dengan sistem rujukan, RSAL Dr.
Mintohardjo sebagai fasilitas kesehatan tingkat dua (2) merupakan tempat
pelayanan kesehatan rujukan dari Faskes I selain dari pasien peserta BPJS
yang dalam kondisi gawat darurat.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan alat medis habis pakai
di RSAL Dr. Mintohardjo dilakukan secara terpusat yaitu di Departemen
Farmasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan alat medis habis pakai di
RSAL Mintohardjo berdasarkan Formularium Rumah Sakit yang berpedoman
pada Formularium Nasional, mutu, efektifitas, keamanan, dan harga. Untuk
perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan alat medis habis pakai di
RSAL Dr. Mintohardjo berdasarkan anggaran yang tersedia, sisa persediaan
dan data pemakaian periode yang lalu. Perencanaan dibuat dalam anggaran
untuk 1 tahun ke depan. Saat perencanaan, gudang farmasi harus melaporkan
stok perbekalan farmasi yang ada ke bagian pengadaan. Apabila sebelum
dilakukannya perencanaan, terdapat stok perbekalan farmasi yang kosong
maka ULP akan langsung melakukan pembelian dalam jumlah kecil.
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan alat medis habis pakai
di RSAL Mintohardjo menggunakan tiga cara yaitu E-purchasing, produksi,
dan hibah atau dropping. Alur pengadaan dimulai dengan pembuatan
perencanaan pembelian oleh tim perencanaan, kemudian daftar tersebut
diserahkan ke bagian ULP (Unit Layanan Pengadaan). Selanjutnya diajukan
ke pimpinan rumah sakit untuk disetujui. Pengadaan perbekalan farmasi
dilakukan oleh bagian pembelian tetapi perencanaan dan permintaan
pembelian tetap berasal dari Departemen Farmasi. Proses pembelian
perbekalan farmasi dilakukan dengan 2 metode yaitu pembelian melalui tender
untuk total pembelian lebih dari 200 juta dan pembelian langsung kepada
distributor untuk total pembelian kurang dari 200 juta. Kegiatan pelelangan
dan pembelian langsung kepada distributor harus dilakukan sebanyak 3 kali
dalam setahun. RSAL Dr. Mintohardjo tidak memproduksi secara khusus
sediaan farmasi, namun memproduksi produk non-obat seperti kasa steril.
Hibah atau dropping di RSAL Dr. Mintohardjo diperoleh dari lembaga-
66
dengan Pelayanan Informasi Obat (PIO). Resep yang diterima apotek akan
disimpan sebagai arsip.
C. FARMASI KLINIS
Pelayanan Farmasi Klinik berdasarkan Permenkes No.72 Tahun 2016
adalah pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat,
rekonsiliasi obat, PIO, konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO),
Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO),
dispensing sediaan steril, Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
Pelayanan farmasi klinik di RSAL Dr. Mintohardjo belum sepenuhnya
dilakukan secara sempurna atau menyeluruh karena keterbatasan sumber daya
manusia. Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 pekerjaan kefarmasian
terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis
Kefarmasian yang melakukan pelayanan kefarmasian harus dibawah supervisi
apoteker. Dalam pelayanan kefarmasian rawat inap dibutuhkan apoteker
dengan rasio 1 apoteker untuk 30 pasien sedangkan untuk pelayanan rawat
jalan dibutuhkan apoteker dengan rasio 1 apoteker untuk 50 pasien. Selain itu,
apoteker juga dibutuhkan di unit logistik medik/distribusi, unit produksi steril/
aseptic dispensing, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU),
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), Neonatus Care Unit (NICU), Pediatric
Care Unit (PICU), dan pelayanan informasi obat, dan lain-lain. Tenaga
kefarmasian di RSAL Mintohardjo terdiri dari 5 orang Apoteker. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah apoteker di RSAL Mintohardjo tidak sesuai
dengan Permenkes tersebut.
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016, pengkajian resep dilakukan
untuk resep rawat inap maupun resep rawan jalan. Namun dikarenakan
kurangnya tenaga Apoteker maka pengkajian resep di RSAL Dr. Mintohardjo
belum dilakukan secara maksimal pada seluruh satelit dan belum dilakukan
secara tertulis. Pada saat pelaksaan PKPA di RSAL Dr. Mintohardjo
mahasiswa melakukan pengkajian resep pada apotek rawat jalan untuk
69
ikan mas, dengan cara mengalirkan air limbah yang telah diolah ke dalam
kolam ikan. Air hasil IPAL akan dimanfaatkan untuk irigasi taman rumah
sakit. Penanganan limbah padat dilakukan dengan cara pembakaran di dalam
insenerator yaitu suatu proses dimana limbah padat medis dibakar pada suhu
800-1200°C. Tujuan pengelolaan limbah padat untuk menghilangkan atau
meminimalisasi sifat infeksius dan patogen dari limbah sehingga dapat
dibuang ke tempat penimbunan dengan mudah dan aman. Pembakaran dengan
insenerator dilakukan dua kali dalam seminggu pada waktu jam kerja namun
tidak menutup kemungkinan jika volume limbah banyak dapat dilakukan lebih
dari dua kali seminggu. Hasil pembakaran berupa abu dan asap. Asap yang
dihasilkan insenerator dikeluarkan melalui cerobong asap setelah sebelumnya
sudah disaring menjadi udara bersih menggunakan membran filter. Abu yang
dihasilkan dibuang menggunakan pihak ke-3 yaitu PPLI (Prasadha Pamunah
Limbah Industri)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Apoteker memiliki tugas dan fungsi dalam pelaksanaan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi
klinis. Akan tetapi pada fungsi pelayanan farmasi klinis belum terlaksana
secara maksimal.
2. Apoteker berperan dalam proses pelayanan kesehatan sebagai praktisi
kesehatan dan bagian dari sistem rujukan profesional, sebagai pengelola
penyediaan produk obat yang diperlukan, sebagai profesional kesehatan yang
berinteraksi dengan profesional kesehatan lainnya dan atau penderita, akan
tetapi belum aktif melaksanakan kegiatan konseling bagi pasien.
B. SARAN
1. Perlu peningkatan pelayanan farmasi klinis di Rumah Sakit TNI AL Dr.
Mintohardjo agar pekerjaan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien
(patient oriented) dapat terwujud sehingga mutu pelayanan rumah sakit dan
keamanan pasien meningkat.
2. Pelaksanaan konseling perlu diadakan kembali dengan pemilihan pasien
dengan penyakit terbanyak yang masuk kategori pasien yang harus diberikan
konseling karena keterbatasan jumlah apoterker.
3. Pelaksanaan visite oleh apoteker sebaiknya juga dilakukan bersamaan dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk mengoptimalkan perannya sebagai apoteker.
4. Perlu adanya penambahan personel apoteker karena ketidak sesuaian jumlah
apoteker dengan peraturan tentang jumlah minimal apoteker untuk Rumah
Sakit Kelas B.
73
DAFTAR PUSTAKA
75