Anda di halaman 1dari 16

Tugas Perundang-undangan Dan Etika

Segi Hukum Dalam Penyaluran Obat

Oleh :
Hera Apria (2017001251)
Kelas B

Dosen Pengampu : Dr. Faiq Bahfen, SH

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan.
Diawali dari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah
satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada
pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain, obat dapat merugikan kesehatan bila tidak
memenuhi persyaratan, bila digunakan secara tidak tepat atau bila disalahgunakan.
Oleh karena itu berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, peredaran obat
diatur sedemikian rupa agar terjamin keamanan, mutu dan ketepatan
penggunaannya.
Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau
penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan baik dalam rangka perdagangan,
bukan perdagangan, atau pemindahtanganan. Ketepatan penggunaan ini menjadi
aspek penting dalam penggunan obat karena ketidaktepatan penggunaan obat dapat
menyebabkan banyak kerugian, baik itu kerugian dari sisi finansial maupun
kerugian bagi kesehatan. Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menjadi
korban karena membeli obat di toko - toko obat yang tidak memiliki surat ijin usaha
serta obat - obatannya pun ilegal. Bebasnya peredaran obat - obatan ilegal ternyata
banyak diminati konsumen, ini disebabkan karena obat - obatan tersebut mudah di
dapat dan di jual bebas pada setiap toko obat yang ada. Pada sisi lain sebenarnya
harus ada pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, pengawasan ini
dimaksudkan agar proses perizinannya berfungsi preventif serta tidak akan
merugikan konsumen.
Dalam keadaan yang seperti ini, dapat mengakibatkan kedudukan dari
konsumen atau korban dan pelaku usaha menjadi tidak seimbang. Di mana
kedudukan konsumen berada dalam posisi yang lemah. Konsumen hanya menjadi
objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar - besarnya oleh
pelaku usaha. Banyaknya produsen yang bersaing dalam meraup untung dari para
konsumen, sehingga tidak sedikit dari mereka yang melakukan kecurangan untuk
hal itu. Kecurangan yang mereka lakukan bisa dari segi promosi, penjualan atau
penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. Sehingga pemberlakuan
undang - undang ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi konsumen dan
lembaga perlindungan konsumen untuk memberdayakan dan melindungi
kepentingan konsumen, menanggapi hal itu pemerintah Indonesia telah
mengesahkan Undang - ndang tentang perlindungan konsumen, agar dapat
membuat pelaku usaha lebih bertanggung jawab. Tujuan dari undang - undang ini
adalah untuk melindungi hak - hak konsumen, yaitu: hak atas keyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Undang -
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya
disebut “UUPK”.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Subjek Hukum

Subyek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum Indonesia,
yang sudah barang tentu berdasar dari sistem hukum Belanda, ialah individu
(orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi, institusi). Dalam dunia hukum,
subyek hukum dapat diartikan sebagai pembawa hak, yakni manusia dan badan
hukum

1. Manusia (naturlife persoon). Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia


sudah menjadi subyek hukum secara kodrati atau secara alami. Anak-anak
serta balita pun sudah dianggap sebagai subyek hukum. Manusia dianggap
sebagai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal dunia. Bahkan
bayi yang masih berada dalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subyek
hukum bila terdapat urusan atau kepentingan yang menghendakinya.
Namun, ada beberapa golongan yang oleh hukum dipandang sebagai subyek
hukum yang "tidak cakap" hukum. Maka dalam melakukan perbuatan-
perbuatan hukum mereka harus diwakili atau dibantu oleh orang lain, seperti
anak yang masih dibawah umur, belum dewasa, atau belum menikah, dan
orang yang berada dalam pengampunan seperti orang yang sakit ingatan,
pemabuk, pemboros.
2. Badan Hukum (recht persoon). Badan hukum adalah suatu badan yang
terdiri dari kumpulan orang yang diberi status "persoon" oleh hukum
sehingga mempunyai hak dan kewajiban. Badan hukum dapat menjalankan
perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia. Seperti melakukan
perjanjian, mempunyai kekayaan yang terlepas dari para anggotanya dan
sebagainya. Perbedaan badan hukum dengan manusia sebagai pembawa hak
adalah badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan, tidak dapat diberi
hukuman penjara, tetapi badan hukum dimungkinkan dapat dibubarkan.
2.2 Perbuatan Hukum
Perbuatan Hukum adalah segala perbuatan subyek hukum (orang atau badan
hukum) yang secara sengaja dilakukan sehingga menimbulkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban. Perbuatan yang dimaksud, misalnya membuat surat wasiat,
membuat perjanjian, dan lain-lain. Dalam pergaulan hidup sehari-hari manusia
selalu melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi kepentingannya. Tidak
semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia merupakan suatu perbuatan
hukum. Sebagaiman pengertian perbuatan hukum tersebut di atas, maka hanya
perbuatan seseorang atau badan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban
sajalah yang dapat dikatakan sebagai perbuatan hukum. Contoh perbuatan manusia
yang bukan termasuk perbuatan hukum adalah makan, minum, dan lain sebagainya.
Perbuatan hukum sendiri dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu :

1. Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh


satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula.
Misalnya : pembuatan surat wasiat dan pemberian hadiah sesuatu benda
(hibah).
2. Perbuatan hukum dua pihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh
dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua
belah pihak (timbal balik). Misalnya : membuat perjanjian jual beli,
perjanjian sewa menyewa, dan lain-lain.

Dengan kata lain bahwa suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum kalau
perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan akibat itu
dikehendaki oleh yang bertindak. Apabila akibat suatu perbuatan tidak dikehendaki
oleh yang melakukannya atau salah satu yang melakukannya, maka perbuatan itu
bukanlah suatu perbuatan hukum. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
kehendak dari yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan
tersebut. Jadi, suatu perbuatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh yang
melakukannya bukanlah suatu perbuatan hukum.

Sedangkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh subyek hukum yang


menimbulkan peristiwa kemasyarakatan, dan oleh hukum peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan tersebut diberikan akibat-akibat hukum, maka peristiwa-peristiwa
tersebut dinamakan peristiwa hukum atau kejadian hukum (rechtsfeit). Misalnya :
seseorang meminjam suatu barang kepada orang lain, maka terjadilah suatu
peristiwa yaitu pinjam meminjam. Peristiwa pinjam meminjam tersebut dalam
dunia hukum ditetapkan suatu kaedah yang menentukan, bahwa si peminjam
berkewajiban mengembalikan barang yang dipinjamnya dan pemilik barang
tersebut berhak memintakan kembali barang yang dipinjamkannya.

2.3 Hubungan Hukum


Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum. Hubungan
hukum yang diatur oleh hukum itu adalah hak dan kewajiban warga, pribadi yang
satu terhadap warga, pribadi yang lain dalam hidup bermasyarakat. Jadi, hubungan
hukum adalah hak dan kewajiban hukum setiap warga atau pribadi dalam hidup
bermasyarakat. Hak dan kewajiban tersebut apabila tidak terpenuhi dapat
dikenakan sanksi menurut hukum. Hubungan hukum adalah perikatan yang lahir
akibat peristiwa hukum. Peristiwa hukum terjadi karena undang - undang dan
perjanjian. Dalam hubungan hukum pelayanan kesehatan hubungan hukum telah
diatur dalam berbagai aturan hukum kesehatan berupa undang - undang dan
peraturan pelaksanannya serta diatur berdasarkan perjanjian pelayanan kesehatan
antara Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan Pemberi Pelayanan
Kesehatan. Isi hubungan hukum adalah hak dan kewajiban secara timbal balik.
Pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut seseuatu dari pihak yang lain, dan
pihak yang lain itu wajib memenuhi tuntutan itu, dan sebaliknya.

2.4 Akibat Hukum


Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh
hukum. Tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan
yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki hukum. Lebih
jelas lagi bahwa akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau
akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum
yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.
Akibat hukum merupakan sumber lahirnya hak dan kewajiban bagi subyek-
subyek hukum yang bersangkutan. Misalnya, mengadakan perjanjian jual-beli
maka telah lahir suatu akibat hukum dari perjanjian jual beli tersebut yakni ada
subyek hukum yang mempunyai hak untuk mendapatkan barang dan mempunyai
kewajiban untuk membayar barang tersebut. Dan begitu sebaliknya subyek hukum
yang lain mempunyai hak untuk mendapatkan uang tetapi di samping itu dia
mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang. Jelaslah bahwa perbuatan yang
dilakukan subyek hukum terhadap obyek hukum menimbulkan akibat hukum.
Akibat hukum itu dapat berujud:
a. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum.
Contoh:
 Usia menjadi 21 tahun, akibat hukumnya berubah dari tidak cakap
hukum menjadi cakap hukum, atau
 Dengan adanya pengampuan, lenyaplah kecakapan melakukan tindakan
hukum.
b. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua atau
lebih subyek hukum, di mana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
Contoh:
A mengadakan perjanjian jual beli dengan B, maka lahirlah hubungan hukum antara
A dan B. Setelah dibayar lunas, hubungan hukum tersebut menjadi lenyap.
c. Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.
Contoh:
Seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat hukum dari perbuatan
si pencuri tersebut ialah mengambil barang orang lain tanpa hak dan secara
melawan hukum.
d. Akibat hukum yang timbul karena adanya kejadian-kejadian darurat oleh
hukum yang bersangkutan telah diakui atau dianggap sebagai akibat hukum,
meskipun dalam keadaan yang wajar tindakan-tindakan tersebut mungkin terlarang
menurut hukum.
Misalnya:
Dalam keadaan kebakaran dimana seseorang sudah terkepung api, orang tersebut
merusak dan menjebol tembok, jendela, pintu dan lain-lain untuk jalan keluar
menyelamatkan diri.
Di Dalam kenyataannya, bahwa perbuatan hukum itu merupakan perbuatan
yang akibat diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja (bersegi satu)
maupun yang dilakukan dua pihak (bersegi dua). Apabila akibat hukumnya
(rechtsgevolg) timbul karena satu pihak saja, misalnya membuat surat wasiat diatur
dalam pasal 875 KUH Perdata, maka perbuatan itu adalah perbuatan hukum satu
pihak. Kemudian apabila akibat hukumnya timbul karena perbuatan dua pihak,
seperti jual beli, tukar menukar maka perbuatan itu adalah perbuatan hukum dua
pihak
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Polisi Bongkar Peredaran Obat Kedaluwarsa di


Pasar Pramuka

Peredaran obat kedaluwarsa di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Timur,


dibongkar polisi. Obat tersebut dijual kembali ke pasaran dengan dikemas
menggunakan kemasan baru dengan mengubah tahun kadaluwarsa obat. Direktur
Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Fadil Imran mengatakan kasus terungkap
berkat informasi masyarakat yang kemudian dikembangkan oleh Subdit Industri
dan Perdagangan (Indag) Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. "Kami mendapatkan
informasi bahwa di sebuah rumah di Jl Kayu Manis RT 007/14 Kelurahan Utan
Kayu Selatan, Kecamatan Matraman Jakarta Timur dijadikan tempat untuk
menyimpan obat-obatan yang telah kadaluarsa yang untuk diperdagangkan
kembali," jelas Fadil dalam keterangan kepada wartawan, Senin (5/9/2016). Dalam
kasus tersebut, polisi menetapkan seorang tersangka berinisial M. Tersangka
mengedarkan kembali obat-obatan kadaluwarsa itu di toko obat miliknya di Pasar
Pramuka. "Tersangka juga memiliki toko obat di Pasar Pramuka di Lantai Dasar,
Toko 'MG' yang diduga menjadi tempat peredaran obat kadaluarsa," lanjut Fadil.
Bisnis ilegal itu telah berlangsung sejak 2006. Tersangka M meraup
keuntungan hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya dari hasil penjualan obat-obatan
kadaluwarsa tersebut. "Tersangka menjual kembali obat-obatan yang telah
kadaluwarsa dengan modus mengemasnya dengan menggunakan kemasan baru dan
mengubah tanggal kedaluwarsanya, sehingga seolah-olah obat tersebut belum expired.
Tersangka menjualnya dalam grosiran maupun eceran," jelas Fadil.
Kasus ini masih terus dikembangkan oleh Subdit Indag Ditreskrimsus Polda Metro
Jaya dan bekerja sama dengan BPOM RI untuk mengungkap peredaran dan distribusi
obat kadaluarsa yang dimiliki tersangka M. "Peredaran obat kadaluarsa bisa
mengancam kesehatan konsumen dan mengancam jiwa, karena seharusnya, obat
kadaluarsa harus segera dimusnahkan bukan malah diperjualbelikan secara bebas,"
terang Fadil. Atas perbuatannya tersangka dijerat Pasal 196 Jo Pasal 98 ayat 2 UU RI
NO 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dengan ancaman penjara paling lama 10 tahun.
Dan Pasal 62 Jo Pasal 62 Jo Pasal 8 UU RI No 8 Tahun 1999 tentang Pelaku Usaha
yang melanggar Ketentuan dengan ancaman penjara paling lama 5 tahun atau pidana
denda paling banyak 2M. Dalam kasus ini polisi menyita sejumlah obat-obatam di
rumah tersangka di antaranya 1.963 strip obat kadaluwarsa berbagai merk seperti
flavin obat untuk alergi, sohobal, obat pelancar darah, Scopamin plus obat sakit perut,
Zincare obat untuk diare, Lodia obat untuk Diare, Forbetes obat untuk sakit gula atau
obat diabetes, Lipitor obat untuk Kolesterol, Acran Obat Untuk Maag, Cindala obat
antibiotik, Mersikol obat nyeri tulang, Biosanbe obat untuk vitamin zat besi,Imudator
obat untuk Vitamin daya tahan tubuh, Imudator obat untuk vitamin daya tahan tubuh,
Padonil obat untuk, Nutrichol Obat untuk vitamin.
Selain itu juga di TKP ditemukan, 49 botol obat cair kadaluarsa berbagai macam
merk, 24 karung obat kadaluarsa berbagai merk, 122 streep obat kadaluarsa
berbagai macam jenis dan merk yang sudah diganti masa expired-nya, dan 3 botol
nail polish remover serta cotton bud.

3.2 Pembahasan Kasus


1. Subjek Hukum
Subyek Hukum adalah Segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki hak dan
kewajiban dalam lalu lintas hukum. Yang termasul dalam pengertian subyek
hukum ialah Manusia atau orang (Naturlijke Person) dan Badan Hukum
(VichtPerson) misalnya : PT, PN, Koperasi.
Dalam Kasus tersebut telah tejadi Peredaran obat kedaluwarsa di kawasan
Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Obat tersebut dijual kembali ke pasaran
dengan dikemas menggunakan kemasan baru dengan mengubah tahun
kadaluwarsa obat. Dalam kasus ini subjek hukumnya merupakan seorang
manusia dengan inisial bernama M yang tidak disebutkan namanya.
Tersangka M tesebut telah menjalani bisnis ilegal tersebut dari tahun 2006.
Tersangka M meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya
dari hasil penjualan obat-obatan kadaluwarsa tersebut. "Tersangka menjual
kembali obat-obatan yang telah kadaluwarsa dengan modus mengemasnya
dengan menggunakan kemasan baru dan mengubah tanggal
kedaluwarsanya, sehingga seolah-olah obat tersebut belum expired.
Tersangka menjualnya dalam grosiran maupun eceran .
Subjek hukum adalah Manusia berinisial M.

2. Perbuatan Hukum
Perbuatan Hukum adalah segala perbuatan manusia yang secara sengaja
dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban.
Perbuatan hukum sepihak adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula.
Dalam kasus ini perbuatan hukum berupa pelanggaran dalam Peredaran
obat kedaluwarsa yang terjadi di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Timur.
Tersangka menjual kembali obat-obatan yang telah kadaluwarsa dengan
modus mengemasnya dengan menggunakan kemasan baru dan mengubah
tanggal kedaluwarsanya, sehingga seolah-olah obat tersebut belum expired.
Tersangka menjualnya dalam grosiran maupun eceran. Dalam Perbuatannya
tersangka dijerat Pasal 196 Jo Pasal 98 ayat 2 UU RI NO 36 Tahun 2009
tentang kesehatan dengan ancaman penjara paling lama 10 tahun. Dan Pasal
62 Jo Pasal 62 Jo Pasal 8 UU RI No 8 Tahun 1999 tentang Pelaku Usaha
yang melanggar Ketentuan dengan ancaman penjara paling lama 5 tahun
atau pidana denda paling banyak 2M.
Perbuatan Hukum : Pelanggaran dalam peredaran obat kadaluarsa
yang dijual kembali.

3. Hubungan Hukum
Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum. Isi hubungan
hukum adalah hak dan kewajiban secara timbal balik. Pihak yang satu
mempunyai hak untuk menuntut seseuatu dari pihak yang lain, dan pihak
yang lain itu wajib memenuhi tuntutan itu, dan sebaliknya.
Dalam kasus ini hubungan hukum ialah Tersangka M telah melakukan
pelanggaran dalam peredaran obat kadaluarsa yang dijual kembali. Dalam
hal ini tersangka dijerat hukum dengan ancaman penjara paling lama 5 tahun
atau denda pidana paling banyak 2 M. Jadi tersangka tersebut harus
mematuhi ancaman hukum tersebut.
Hubungan Hukum : Ancaman Denda paling lama 5 tahun atau pidana
denda paling banyak 5 M.

4. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum.
Adanya perbuatan yang seketika dilakukan bersinggungan dengan
pengembanan hak dan kewajiban yang telah diatur dalam hukum (undang-
undang).
Dalam kasus ini akibat hukum yang diatur dalam Pasal 196 yaitu

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan


farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana. Dimaksud dalam Pasal
98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

Dan Pasal 62 yaitu :

1. Dihukum dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana
Ddfd
denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dan milyard rupiah) terhadap :
Gg45433
pelaku usaha yang memproduksi atau memperdagangkan barang yang tidak
sesuai dengan berat, jumlah, ukuran, takaran, jaminan, keistimewaan,
kemanjuran, komposisi, mutu sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau
keterangan tentang barang tersebut ( pasal 8 ayat 1 ), pelaku usaha yang tidak
mencantumkan tanggal kadaluwarsa ( pasal 8 ayat 1 ), memperdagangkan
barang rusak, cacat, atau tercemar ( pasal 8 ayat 2 ), pelaku usaha yang
mencantumkan klausula baku bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen di dalam dokumen
dan/atau perjanjian. ( pasal 18 ayat 1 huruf b ).
2. Dihukum dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) terhadap : pelaku
usaha yang melakukan penjualan secara obral dengan mengelabuhi /
menyesatkan konsumen dengan menaikkan harga atau tarif barang sebelum
melakukan obral, pelaku usaha yang menawarkan barang melalui pesanan
yang tidak menepati pesanan atau waktu yang telah diperjanjikan, pelaku
usaha periklanan yang memproduksi iklan yang tidak memuat informasi
mengenai resiko pemakaian barang/jasa.
Menurut pasal 196 tersangka bisa kenai pidana penjara selama 10 tahun atau
denda pidana paling banyak 1 M. Sedangkan pada pasal 62 tersangka bisa dihukum
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp. 2.000.000.000 atau dihukum dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Akibat Hukum : pidana penjara selama 10 tahun atau denda palig banyak 1
M dan pidana penjara 5 tahun atau denda paling banyak 500 juta.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pelanggaran dalam


peredaran obat kadaluarsa masih ada yang terjadi di indonesia. Peredaran
obat kadaluarsa bisa mengancam kesehatan konsumen dan mengancam
jiwa, karena seharusnya, obat kadaluarsa harus segera dimusnahkan bukan
malah diperjualbelikan secara bebas. Jadi kita sebagai apoteker perlu ikut
turun tangan dalam mencegah hal tersebut. Agar para masyarakat merasa
aman dalam mengkonsumsi obat tersebut.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/3290878/polisi-bongkar-peredaran-obat-
kedaluwarsa-di-pasar-pramuka. Diakses pada Tanggal 26 juni 2018 pada
pukul 10.00 WIB.

http://repository.unpas.ac.id/30345/5/BAB%201.pdf. Diakses pada 26


Juni 2018 pada pukul 10.20 WIB.

http://digilib.unila.ac.id/20349/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada 26 Juni


2018 pada pukul 11.00 WIB.

https://ahmad-rifai-uin.blogspot.com/2013/04/akibat-hukum.html.
Diakses pada 26 Juni 2018 pada pukul 11.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai