Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


“PT. RAJAWALI NUSINDO CABANG MAKASSAR”

OLEH :

AYU PRATIWI NURDIN 201802014


HUSNA MARIANA 201802026
NURJANNAH RUSLI 201802049
RISKA SARI KUSNADI 201802061
SITTI NAIMA 201802066

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA KESDAM XIV / HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PBF PT. RAJAWALI NUSINDO CABANG MAKASSAR
GELOMBANG II TANGGAL 22 MARET – 03 APRIL 2021

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing lahan dan
pembimbing Institusi sebagai bukti pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
di PT. Rajawali Nusindo Cabang Makassar pada Tanggal 22 Maret – 03
April 2021.

Makassar, 16 April 2021

Menyetujui,
Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

apt. Andi Hasisah, S.Si., M.Adm.Kes. apt. Ira Widya Sari, S.Farm., M.Si.
NIP. 2010416002 NIDN. 9909926059

Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Kesdam XIV / Hasanuddin

apt. Desi Reski Fajar S, S.Farm., M.Farm.


NIDN. 925119102

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, karena kami dapat
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dan Laporan Praktek Kerja
Lapangan di Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Rajawali Nusindo
Cabang Makassar. Laporan ini berisi tentang semua lingkup kegiatan
yang dilakukan serta hal – hal yang berkaitan dengan kegiatan PKL.
Kami juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam proses pengerjaan hingga laporan ini selesai.
Laporan PKL ini dapat disusun berkat bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak.
Sadar akan banyaknya kekurangan pada laporan ini maka kami
pun masih mengharapkan saran dan kritik. Kami berharap laporan ini
dapat berguna bagi para pembaca sekalian dan bisa dijadikan
pengalaman untuk kita semua. Semoga segala bantuan dan dukungan
yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah
SWT.

Makassar, 16 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................
......................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI.................................................................................................
......................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan................................................... 2
C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian PBF.............................................................................. 4
B. Peraturan dan Perundang-Undangan Tentang PBF..................... 4
C. Tugas dan Fungsi PBF.................................................................. 5
D. Persyaratan Pendirian PBF........................................................... 5
E. Persyaratan Kelengkapan PBF...................................................... 8
F. Pengelolaan PBF...........................................................................
............................................................................................................
11
G. Deskripsi Faktur, Surat Pesanan, CDOB, Obat dan Bahan Obat.
............................................................................................................
12
H. Stuktur Organisasi PBF Secara Umum.........................................
............................................................................................................
14
I. Tugas Dan Peran Tenaga Teknis Kefarmasian Di PBF.................
............................................................................................................
14
iv
J. Manajemen Perbekalan Farmasi di PBF........................................
............................................................................................................
15
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PKL
A. Deskripsi Umum Lahan Praktik PBF..............................................
.............................................................................................................
17
B. Deskripsi Kegiatan Praktik.............................................................
.............................................................................................................
20
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................
......................................................................................................................
25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
.............................................................................................................
30
B. Saran .............................................................................................
.............................................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya maka perlu dilakukan suatu upaya
kesahatan. Pelaksanaan upaya kesehatan dapat dilakukan dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakitdan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
(PBF), PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi
dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) sebagai merupakan salah satu
unit terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas
pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat sampai ke tangan
masyarakat. Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF harus
mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di PBF
dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian sediaan
farmasi ke sarana pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
2011)
Fokus utama dari PBF PT. Rajawali Nusindo cabang Makassar
adalah menjadi perusahaan distribusi yang unggul dan terpercaya
pada produk kesehatan, kostumer dan industrial melalui pelayanan

1
2

yang terbaik bagi pelanggan dan peningkatan nilai pemangku


kepentingan (stakeholder).
Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk
pemberian dukungan terhadap tenaga kefarmasian di Pedagang Besar
Farmasi (PBF), maka Program Studi DIII Farmasi Institut Ilmu
Kesehatan Pelamonia Kesdam XIV / Hasanuddin Makassar bekerja
sama dengan PBF PT. Rajawali Nusindo cabang Makassar dalam
menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan dari tanggal 22 Maret – 03
April 2021. Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman calon tenaga kefarmasian mengenai
peranan tenaga kefarmasian di PBF, kegiatan rutin, organisasi,
manajemen pengelolaan sediaan farmasi di PBF.
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari PKL di PBF antara lain:
1. Untuk mengetahui dunia kerja Pedagang Besar Farmasi
2. Mempersiapkan tenaga kefarmasian yang ahli dibidangnya yang
berkepribadian dan bertanggungjawab serta siap memasuki dunia
kerja
3. Memahami tugas dan tanggungjawab seorang farmasis di PBF
4. Memahami penerapan aspek manajemen pengelolaan sediaan
farmasi di PBF
C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Adanya PKL diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi mahasiswa manfaat PKL adalah dapat meningkatkan
wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam dunia kerja
khususnya di PBF.
2. Bagi program studi manfaat PKL adalah dapat menjadi tolak ukur
pencapaian kinerja program studi khususnya untuk mengevaluasi
hasil pembelajaran oleh instansi tempat PKL dan dapat menjalin
kerjasama dengan instansi tempat PKL.
3

3. Bagi instansi tempat PKL manfaat PKL adalah dapat menjadi


bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan
perusahaan di masa yang akan datang berdasarkan hasil
pengkajian dan analisis yang dilakukan mahasiswa selama PKL.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PBF
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar
Farmasi, yang dimaksud dengan Pedagang Besar Farmasi, yang
selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
51 tahun 2009, bahwa Pedagang Besar Farmasi adalah perusahan
berbentuk badan hokum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah yang
besar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki
pengakuan untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran
obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, PBF harus mengacu kepada
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB adalah cara
distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai
persyaratan dan tujuan penggunaannya.
B. Peraturan dan Perundang-Undangan Tentang PBF
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi. 
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 Pedagang Besar Farmasi. 

4
5

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 30 tahun


2017 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 Pedagang Besar
Farmasi. 
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Precursor
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 tahun
1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan.
Jakarta
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014
Tentang Pekerjaan Kefarmasiaan
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat Yang Baik
C. Tugas dan Fungsi PBF
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1148/MENKES/PER/VI Tentang Pedagang Besar Farmasi,
tugas dan fungsi PBF pada Pasal 24 yaitu tugas PBF
menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat
dan/ atau bahan obat, PBF mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan dan pelatihan.
D. Persyaratan Pendirian PBF
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 dan Permenkes RI Nomor 34
Tahun 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi, pada pasal 2, pasal 3
dan pasal 4 tentang perizinan pendirian PBF yaitu:
1. Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal
2. Setiap PBF dapat mendirikan PBF cabang
3. Setiap pendirian PBF cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi di wilayah PBF cabang berada
6

4. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama


memenuhi persyaratan
5. Pengakuan PBF cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF
6. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi
b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c. Memiliki secara tetap apoteker warga negara Indonesia sebagai
penanggung jawab
d. Komisaris/dewan pengawas dan direksi/ pengurus tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir
e. Menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat
melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat
serta dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
PBF
f. Menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan
perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat
yang disimpan, dan
g. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan
lain sesuai CDOB
7. Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman
modal, pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman
modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman
modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tata cara pemberian izin PBF pada pasal 7 dan pasal 8,
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 dan Permenkes RI Nomor 34 Tahun 2014
Tentang Pedagang Besar Farmasi yaitu:
1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
7

Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai


POM dengan menggunakan contoh Formulir 1 sebagaimana
terlampir.
2. Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker
calon penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administratif
sebagai berikut:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas direktur/ketua;
b. susunan direksi/pengurus;
c. pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus
tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang farmasi;
d. akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. surat Tanda Daftar Perusahaan;
f. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
g. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
h. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;
i. peta lokasi dan denah bangunan
j. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker
penanggung jawab; dan
k. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.
3. Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat
selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus melengkapi surat bukti penguasaan laboratorium dan
daftar peralatan.
4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1), Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi
kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) dan ayat (3).
8

5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya


tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1), Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan
CDOB.
6. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan
administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Balai POM dan pemohon dengan menggunakan contoh
Formulir 2 sebagaimana terlampir.
7. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CDOB, Kepala Balai POM mengeluarkan
rekomendasi hasil analisis pemenuhan persyaratan CDOB kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon dengan menggunakan
contoh Formulir 3 sebagaimana terlampir.
E. Persyaratan Kelengkapan PBF
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
PBF pada pasal 5 yang akan menyalurkan bahan obat juga harus
memenuhi persyaratan:
1. Memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk
pengujian bahan obat yang disalurkan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan Direktur Jenderal; dan
2. Memiliki gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang
terpisah dari ruangan lain.
Suatu PBF baru dapat beroperasi setelah mendapat surat izin.
Selama PBF tersebut masih aktif melakukan kegiatan pengelolaan
obat, maka seluruh kegiatan yang dilaksanakan di PBF tersebut wajib
berdasarkan kepada CDOB. Agar dapat beroperasi, PBF harus
9

mempunyai lokasi dan bangunan yang memenuhi persyaratan serta


menyediakan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan distribusi.
1. Tempat/Lokasi, Lokasi PBF dapat dipilih dengan
mempertimbangkan segi efisiensi dan efektifitas dalam pengadaan
dan penyaluran obat ke sarana pelayanan kesehatan dan faktor-
faktor lainnya.
2. Bangunan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)
Suatu PBF harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan
memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi PBF. Suatu PBF paling sedikit memiliki
ruang tunggu, ruang penerimaan obat, ruang penyiapan obat, ruang
administrasi, ruang kerja apoteker, gudang obat jadi, ruang makan dan
kamar kecil. Bangunan PBF dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, pencahayaan yang memadai, alat
pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik.
Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan
bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan,
mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup untuk
memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, serta
area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai
untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan
aman.
Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah,
terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta
dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Akses masuk ke area
penerimaan, penyimpanan dan pengiriman hanya diberikan kepada
personil yang berwenang yakni dengan adanya sistem alarm dan
kontrol akses yang memadai.
Selain itu harus disediakan area khusus, antara lain:
a. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat yang
menunggu keputusan lebih lanjut mengenai statusnya, meliputi
10

obat yang diduga palsu, yang dikembalikan, yang ditolak, yang


akan dimusnahkan, yang ditarik, dan yang kedaluwarsa dari obat
yang dapat disalurkan.
b. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat yang
membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai
dengan peraturan perundangundangan (misalnya narkotika).
c. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat yang
mengandung   bahan radioaktif dan bahan berbahaya lain yang
dapat menimbulkan risiko kebakaran atau ledakan (misalnya gas
bertekanan, mudah terbakar, cairan dan padatan mudah
menyala) sesuai persyaratan keselamatan dan keamanan.
Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih, bebas dari
sampah dan debu serta harus dirancang dan dilengkapi,
sehingga memberikan perlindungan terhadap masuknya
serangga, hewan pengerat atau hewan lain. Selain itu, ruang
istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area
penyimpanan.
3. Perlengkapan PBF
Suatu PBF baru yang ingin beroperasi harus memiliki
perlengkapan yang memadai agar dapat mendukung
pendistribusian obat jadi. Perlengkapan yang harus dimiliki antara
lain:
a. Peralatan dan tempat penyimpanan obat seperti lemari obat jadi,
lemari pendingin (kulkas), lemari untuk menyimpan produk
kembalian, container untuk pengiriman barang dan box es untuk
pengiriman obat dengan suhu penyimpanan rendah
b. Perlengkapan administrasi terkait dokumen penjualan,
pembelian dan penyimpanan. Dokumen tersebut seperti blanko
pesanan, blanko faktur, blanko faktur, bilyet giro, blanko faktur
pajak, blanko surat jalan, kartu stok obat, bukti penerimaan
pembayaran, form retur, blanko faktur pajak dan stempel PBF
11

c. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan


perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan di
PBF.
F. Pengelolaan PBF
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 30 tahun 2017 tentang perubahan kedua atas peraturan
menteri kesehatan nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi pada pasal 13, pasal 19 dan pasal 20
tentang pengelolaan PBF yaitu:
1. PBF dan PBF cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/ atau bahan obat yang memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Menteri
2. PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri
farmasi dan/ atau sesame PBF
3. PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari
industri farmasi, sesama PBF dan/ atau melalui importasi
4. Pengadaan bahan obat melalui importasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
5. PBF cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/ atau
bahan obat dari PBF pusat atau PBF cabang lain yang ditunjuk
oleh PBF pusatnya
6. PBF dan PBF cabang dalam melaksanakan pengadaan obat atau
bahan obat harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani
apoteker penanggung jawab dengan mencantumkan nomor SIPA.
7. PBF cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/ atau bahan obat
di daerah provinsi sesuai dengan surat pengakuannya
8. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
PBF cabang dapat menyalurkan obat dan/ atau bahan obat di PBF
pusat yang dibuktikan dengan surat penugasan/ penunjukan
12

9. Setiap surat penugasan/ penunjukan hanya untuk 1 (satu) daerah


provinsi terdekat yang dituju dengan jangka waktu selama 1 (satu)
bulan.
10. PBF cabang yang meyalurkan obat dan/ atau bahan obat di daerah
provinsi terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
menyampaikan pemberitahuan atas surat penugasan/ penunjukan
secara tertulis kepada kepala dinas kesehatan provinsi yang dituju
dengan tembusan kepala dinas kesehatan provinsi asal PBF
cabang, Kepala Balai POM provinsi asal PBF cabang dan Kepala
Balai POM Provinsi yang dituju
11. PBF dan PBF cabang hanya melaksanakan penyaluran obat
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
pemegang SIA, apoteker penanggung jawab, atau tenaga teknis
kefarmasian penanggung jawab untuk toko obat dengan
mencantumkan nomor SIPA atau SIPTTK
12. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyaluran obat berdasarkan pembelian secara elektronik (E-
purchasing) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
G. Deskripsi Faktur dan Surat Pesanan
Faktur adalah suatu catatan yang menggambarkan barang-
barang yang dikirimkan kepada pembeli beserta harganya. Catatan ini
dibuat oleh penjual dan biasanya dikirimkan kepada pembeli untuk
meminta pembayaran atau hanya untuk menginformasikan tagihan
apabila pembayaran akan dilakukan dengan dasar kredit (jika pembeli
memiliki open account dengan pemasok barang) (Hariyanto, 2006).
Surat pesanan adalah surat yang dibuat oleh calon pembeli
kepada penjual yang berisi pesanan pembelian barang-barang. Surat
pesanan harus disusun dengan bahasa yang jelas, singkat, terperinci
dan harus (BPOM, 2018):
13

1. Asli dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 (tiga) serta tidak


dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotokopi. Dua rangkap surat
pesanan diserahkan kepada pemasok dan 1 (satu) rangkap
sebagai arsip;
2. Ditandatangani oleh Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian
Penanggung Jawab, dilengkapi dengan nama jelas, dan nomor
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin Praktik Tenaga
Teknis Kefarmasian (SIPTTK) sesuai ketentuan perundang-
undangan;
3. Dicantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan
alamat lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan
stempel sarana;
4. Dicantumkan nama fasilitas distribusi pemasok beserta alamat
lengkap;
5. Dicantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam
bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran
terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari Obat yang dipesan;
6. Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan
yang jelas;
7. Surat Pesanan Narkotika, Surat Pesanan Psikotropika, Surat
Pesanan Prekursor Farmasi dibuat terpisah dari surat pesanan
untuk obat lain.
8. Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
14

H. Stuktur Organisasi PBF Secara Umum

Direktur

Pimpinan

Penanggung ACC & Adm Distribusi Gudang Salesmen


Jawab Teknis Supervisi

Ass. Kepala Bagian


Kasir Pembukuan Gudang Penyaluran

I. Tugas Dan Peran Tenaga Teknis Kefarmasian Di PBF


Aktivitas perusahaan menentukan besar kecilnya pendapatan dari
perusahaan tersebut. PBF kegiatan utama adalah memasarkan obat-
obatan yang diproduksi oleh berbagai pabrik. Daerah pemasaran dari
perusahaan adalah kota dan daerah di luar kota. Obat-obatan yang
dipasarkan adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan
mitra termasuk obat-obat yang memiliki label K (obat keras).
Sasaran pemasaran dari PBF adalah dokter-dokter yang ada di
daerah sasaran maupun di luar daerah sasaran, apotek-apotek baik
yang lingkungan rumah sakit maupun tidak dalam lingkungan rumah
sakit, serta toko-toko obat. Selain obat-obatan, PBF juga memasarkan
berbagai jenis jamu atau obat tradisional, alat-alat kesehatan serta
bahan-bahan kimia. Dengan demikian berarti perusahan tidak hanya
terfokus pada pemasaran obat-obatan saja tetapi juga memasarkan
produk-produk kesehatan lainnya.
15

J. Manajemen Perbekalan Farmasi di PBF

1. Pengadaan dan Pemesanan

Pengadaan obat-obatan dilakukan berdasarkan jumlah

persediaan yang ada di gudang melalui kartu stok. Jika ada barang

yang akan habis maka segera dilakukan pemesanan barang ke

pabrik. Pemesanan barang dilakukan oleh tenaga teknis

kefarmasian dan disetujui oleh pimpinan dengan mengirimkan

surat pesanan langsung kepada pabrik yang bersangkutan melalui

faximile. Selanjutnya pabrik akan mengirimkan barang sesuai

dengan pesanan yang disertai fakktur pengiriman barang dari

pabrik.

2. Penerimaan Barang

Dalam hal ini dilkukan adalah pengecekan barang-barang

yang datang dari pabrik mengenai jumlah barang, keadaan

barang, dan kecocokan dengan faktur. Barang yang telah masuk

dicek, diperiksa, disimpan, dan disusun rapi dalam gudang, sesuai

dengan letaknya.

Apabila terjadi kekurangan untuk kekeliruan dari pengirim

barang tersebut, tenaga teknis kefarmasian harus segera

menginformasikan kepada pabrik. Pengecekan yang dilakukan

mencakup cek fisik yaitu kemasan, keadaan obat, jumlah obat, dan

tanggal exp. date.


16

3. Pergudangan

Barang yang telah diterima oleh PBF diek kembali oleh

tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab.

4. Penyimpanan

Barang yang masuk dan telah diperiksa, disimpan dan

disusun dengan rapi pada rak-rak penyimpanan berdasarkan:

a. Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan pabrik yang

memproduksinya

b. Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan abjad

c. Penyusunan dilakukan dengan sistem FIFO (First in First out),

dimana barang yang pertama masuk akan keluar lebih dahulu

d. Untuk obat-obat berbentuk sirup disusun di bagian bawah rak

untuk memudahkan pengambilan dan antisipasi bila sirup

tersebut jatuh atau pecah tidak akan membasahi obat lain

e. Untuk obat golongan OKT disimpan dalam lemari khusus

f. Untuk obat berbentuk injeksi, suppositoria dan obat yang

higroskopis disimpan dalam lemari pendingin


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PKL

A. Deskripsi Umum Lahan Praktik PBF


1. Sejarah PT. Rajawali Nusindo Cabang Makassa
PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Rajawali Nusindo)
merupakan salah satu perusahaan tertua di Indonesia dengan
ukiran sejarah yang cemerlang. Pada awalnya Perusahaan
bernama Kian Gwan Company Limited NV didirikan dengan akta
No.85 dari Tan A Sioe Notaris di Semarang tanggal 22 Juli 1955
yang bernaung di dalam grup Oei Tiong Ham Concern. Anggaran
dasar telah mengalami perubahan dengan akta No. 91 tanggal 30
Agustus 1955 dari Notaris yang sama dan telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman RI No.J.A.1/103/13 tanggal 5
November 1955.
Pada tahun 1961 perusahaan tersebut dinasionalisasikan
oleh Pemerintah RI berdasarkan Keputusan Pengadilan Ekonomi
No.32/1961 EKS tanggal 10 Juli 1961 yang kemudian dikukuhkan
dengan Keputusan Mahkamah Agung RI No.5/Kr/K/1963 tanggal
27 April 1963 dimana kegiatan perusahaan berada dibawah
penguasaan Menteri / Jaksa Agung untuk selanjutnya pada tanggal
20 Juli 1963 penguasaan diserahterimakan dari Jaksa Agung
kepada Menteri Urusan Pendapatan Pembiayaan dan Pengawasan
(P3) yang sekarang menjadi Departemen Keuangan Republik
Indonesia.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kompartemen
Keuangan tanggal 19 Agustus 1964 No.0642/M.K.3/64 dari seluruh
harta Oei Tiong Ham Concern oleh Pemerintah dipergunakan
sebagai Penyertaan Modal Pemerintah dalam pendirian PT.
Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali

17
18

Nusantara Indonesia termasuk di dalamnya seluruh saham Kian


Gwan Company Indonesia Limited NV.
Dalam perkembangannya sesuai dengan akte No.5 dari
Joeni Moelyani Notaris di Semarang tanggal 1 Pebruari 1971 telah
diadakan perubahan Anggaran Dasar Perseroan Kian Gwan
Company Indonesia Limited NV dengan merubah nama
perusahaan tersebut menjadi PT. Rajawali Impor Ekspor dan pada
tanggal 18 Juni 1971 terjadi lagi perubahan Anggaran Dasar
Perseroan dengan akta No.37 dari Notaris yang sama dengan
merubah kembali nama perusahaan menjadi PT. Perusahaan
Impor Ekspor Rajawali Nusindo dan perubahan tersebut telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI No.J.A.5/138/3
tanggal 23 September 1971.
Pada tanggal 27 Juni 1975 Anggaran Dasar mengalami
perubahan kembali dengan menyatakan seluruh saham PT. PIE
Rajawali Nusindo dimiliki oleh PT. PPEN Rajawali Nusantara
Indonesia. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan terjadi kembali
pada tanggal 6 Agustus 1981 dengan meningkatkan modal
perseroan dan telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman RI No.C2-5684.HT.01.04.TH.83.
Pada tanggal 29 Mei 1995 dengan akta No. 107 dari Imas
Fatimah SH. Notaris di Jakarta terjadi lagi perubahan Anggaran
Dasar Perseroan dengan peningkatan modal dan menyingkat nama
PT. Perusahaan Impor Ekspor Rajawali Nusindo menjadi PT.
Rajawali Nusindo dan perubahan anggaran dasar telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman RI No.C2-
7539.HT.01.04.TH.96 tanggal 6 Maret 1996. Kemudian Anggaran
Dasar mengalami perubahan kembali dengan akta No.88 dari
Notaris Sutjipto SH tanggal 17 Juli 1996 tentang peningkatan modal
dan perubahan tersebut telah pula mendapat pengesahan dari
19

Menteri Kehakiman RI No.C2-HT.01.04 A.805 tanggal 25 Januari


1997.
Pada tanggal 8 Juli 1998 Anggaran Dasar Perseroan
mengalami perubahan kembali dengan akta No.21 tanggal 8 Juli
1998 tentang maksud dan tujuan serta perubahan struktur
permodalan. Perubahan tersebut telah mendapat pengesahan dari
Menteri Kehakiman RI No.C2-18.868.HT.01.04.TH.98 tanggal 2
Oktober 1998. Terakhir Anggaran Dasar Perseroan mengalami
perubahan kembali dengan akta No.32 dari Notaris Sutjipto SH
tanggal 12 Juni 2001 tentang penggabungan PT Rajawali Nusindo
ke dalam PT Rajawali Nusantara Indonesia. Perubahan Anggaran
tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia RI No.C-05796.HT.01.04.TH.2001 tanggal 14
Agustus 2001.
Pada tanggal 31 Mei 2004 dengan akta nomor 4 dari Nanda
Fauz Iwan, SH, M.Kn, notaris yang berkedudukan di Jakarta, terjadi
lagi perubahan tentang pemisahan unit distribusi dan perdagangan
PT. Rajawali Nusantara Indonesia menjadi anak perusahaan
sendiri dengan nama PT. Rajawali Nusindo. Pendirian perseroan
tersebut telah disetujui oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara nomor S-244/MBU/2004 tanggal 4 Mei 2004 serta telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia nomor C-16617 HT.01.01.TH.2004
tanggal 2 Juli 2004.
Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham, yang dihadiri oleh Pemegang Saham yang
mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh
saham yang mempunyai hak suara yang sah dan disetujui oleh
paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara tersebut.
Perubahan tersebut harus dibuat dengan akta Notaris dan dalam
20

Bahasa Indonesia serta dilaporkan kepada Menteri Kehakiman


Replubik Indonesia dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.
2. VISI dan MISI
a. Visi Perusahaan (Vision)
Menjadi perusahaan distribusi yang unggul dan terpercaya
pada produk kesehatan, costumer dan industrial melalui
pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dan peningkatan nilai
pemangku kepentingan (stakeholder)
b. Misi Perusahaan (Mission)
1) Menyediakan produk berkualitas
2) Mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan
dengan principal yang menghasilkan produk bermutu
3) Memberdayakan seluruh karyawan sebagai asset yang
berharga untuk memberikan layanan terbaik bagi pelanggan
4) Meningkatkan kemampuan teknologi informasi secara
berkelanjutan untuk menghadapi kompetensi global
5) Meningkatkan peran internal control dan manajemen resiko
untuk mendorong kegiatan operasional yang efektif dan
efisien
B. Deskripsi Kegiatan Praktik
1. Perencanaan dan pengadaan
Setiap perusahaan sebelum melakukan pengadaan
pertama-tama harus membuat suatu perencanaan yaitu
menghitung jumlah pengeluaran dan berapa banyak yang
dibutuhkan yang akan diadakan atau dibeli. Perencanaan disusun
oleh PBF PT. Rajawali Nusindo cabang Makassar, terlebih dahulu
melihat evaluasi stock selama 4 bulan, kemudian melihat
kebutuhan yang diperlukan oleh rumah sakit, apotek (rutin), serta
pengadaan tender, perencanaan tersebut dibuat selama satu
setengah bulan, setelah itu dibuatkan SP dan diparaf oleh
21

marketing serta ditandatangani oleh penanggung jawab dan kepala


cabang, SP dibuat sebanyak 4 rangkap.
2. Penerimaan
Penerimaan produk yang telah dipesan sampai di PT.
Rajawali Nusindo Cabang Makassar, dilakukan pemeriksaan
berdasarkan checklist yaitu dengan memeriksa nama dan jumlah
barang yang datang sesuai dengan SP, kebenaran jenis, batch,
NIE, jumlah produk yang diterima, tidak terlihat tanda-tanda
kerusakan dan bocor, jangka waktu kadaluwarsa, keadaan produk,
kondisi kemasan dan suhu penerimaan (produk CCP). Setelah
dilakukan pemeriksaan barang, maka barang akan ditulis di PPB
kemudian diinput pada sistem, selanjutnya dimasukkan ke dalam
gudang yang telah disediakan dan di catat pada kartu stock yang
terdapat disetiap gudang pada tiap jenis obat maupun jumlah stock
yang terdapat dalam komputer. Jika ada produk yang rusak dan
ex.date dilakukan pengembalian/diganti sesuai dengan faktur/surat
penyerahan barang dengan membuat berita acara.
3. Penyimpanan
Penyimpanan disesuaikan dengan petunjuk yang ada di
etiket obat, PBF PT. Rajawali Nusindo Makassar melakukan
penyimpanan berdasarkan sistem alphabet, FIFO, FEFO, LIFO
(Last In First Out) obat yang terakhir masuk di keluarkan terlebih
dahulu. Adapun obat vaksin maupun reagen yang pada
penyimpanannya memerlukan suhu tertentu yang diletakkan pada
lemari pendingin dengan suhu 2-8˚C, jenis obat maupun alkes
memiliki masing-masing gudang tersendiri sehingga memudahkan
pengambilan barang baik obat-obatan maupun alkes, pada gudang
obat terbagi atas dua tempat, yaitu penyimpanan obat paten dan
penyimpanan obat generik pada suhu 15-25˚C.
Stock obat disimpan pada rak dengan tatanan yang rapi dan
diberi jarak agar petugas mudah untuk mengambil obat di bagian
22

dalam serta di beri huruf alphabet pada tiap rak untuk


mempermudah pencarian barang. Untuk obat psikotropika harus
disimpan dalam lemari terkunci, lemari dengan bahan yang kuat,
tidak mudah dipindahkan, tidak terlihat secara umum serta tertutup
rapat, guna untuk memudahkan pengawasannya.
Untuk lebih jelasnya pembagian gudang serta penjelasan
yang terdapat pada PBF PT. Rajawali Nusindo Makassar sebagai
berikut :
a. Gudang obat paten yaitu tempat penyimpanan obat yang suhu
penyimpanannya 25˚C.
b. Gudang obat generik yaitu tempat penyimpanan obat dengan
suhu penyimpanan 25˚C.
c. Gudang alkes yaitu tempat penyimpanan alkes dengan suhu 25-
30˚C.
d. Gudang Ekatalog yaitu tempat penyimpanan barang Ekatalog
dengan suhu 25-30˚C.
e. Gudang CCP yaitu tempat penyimpanan obat dengan suhu 2-
8˚C.
4. Pengeluaran 
Pengeluaran obat merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli.
Pengeluaran obat didasarkan pada faktur dan KNS. Barang keluar
merupakan permintaan orderan dari:
a. Apotik
b. PBF
c. Toko obat berizin, khususnya untuk obat bebas terbatas
d. Rumah Sakit
e. Instalasi Pemerintah
Apabila pelanggan membutuhkan pesanan segera (CITO)
pemesanan dapat dilakukan melalui via telepon, kemudian di cek
oleh gudang. Jika obat yang dipesan terdapat pada gudang, akan
23

dibuatkan faktur pemesanan namun apabila obat tersebut tidak


terdapat di PBF, maka pihak PBF menyampaikan ke outlet bahwa
obat tidak ada atau tidak tersedia. Faktur penyerahan barang
dibuat 5 rangkap:
a. Warna putih : Asli, diberikan kepada pelanggan pada saat
pembayaran
b. Warna biru : Arsip pesanan
c. Warna kuning : Gudang, untuk arsip gudang
d. Warna hijau : Pelanggan, untuk pelanggan
e. Warna merah : Arsip, untuk arsip bagian pesanan
Khusus penyaluran OKT didasarkan pada surat pesanan
psikotropika, precursor, dan OOT yang sudah ditandatangani oleh
penanggung jawab.
5. Pelaporan 
a. Laporan Obat Keras Tertentu (OKT)
PBF PT. Rajawali Nusindo membuat Laporan OKT setiap
bulannya yang dibuat oleh penanggung jawab PBF, laporan
bulanan dibuat setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan
berjalan.
Laporan triwulan dibuat oleh PBF Rajawali Nusindo
cabang Makassar setiap tiga bulan sekali untuk mengetahui
distribusi yang terjadi setelah tiga bulan, laporan ini dibuat
penanggungjawab. Yang termasuk dalam golongan barang
tersebut adalah :
1) Daftar obat keras (OKT)
2) Daftar obat bebas terbatas
3) Daftar obat bebas
PBF dan setiap cabang wajib menyampaikan secara
berkala setiap tiga bulan mengenai usahanya yang meliputi
jumlahnya penerimaan dan penyaluran masing–masing obat,
pelaporan ini dilakukan dalam pemeriksaan secara tidak
24

langsung dan ditujukan kepada Dinkes Provinsi tembusan


Balai POM setempat. Distribusi obat harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Laporan Retur
Rajawali Nusindo cabang Makassar membuat berita
acara retur barang untuk barang yang di retur, begitu pula
dengan obat yang exp. date sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah


perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan atau bahan obat dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Praktek kerja lapangan kali ini, dilakukan di Pedagang Besar
Farmasi PT. Rajawali Nusindo dimana PBF ini merupakan salah satu PBF
cabang yang berbentuk nasional di Kota Makassar. PBF Cabang adalah
cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk memenuhi
kebutuhan pemerintah, PBF dan PBF Cabang dapat menyalurkan obat
dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fokus utama dari PBF PT. Rajawali Nusindo adalah menjadi
perusahaan distribusi yang unggul dan terpercaya pada produk
kesehatan, kostumer dan industrial melalui pelayanan yang terbaik bagi
pelanggan dan peningkatan nilai pemangku kepentingan (stakeholder).
Waktu operasional di PBF ini adalah dari hari Senin hingga Jumat yang
berlangsung pada pukul 08.00 - 17.00 WITA.
Kegiatan usaha PBF PT. Rajawali Nusindo bertempat di suatu
bangunan dengan dua lantai di Jalan Monginsidi No. 54, Maricaya, Kec.
Makassar, Kota Makassar. Komponen penting yang harus dimiliki dan
merupakan salah satu syarat utama bagi PBF adalah gudang
penyimpanan yang dapat menjamin perlindungan terhadap obat dan
komoditi lain yang terdapat di PBF tersebut. Sesuai dengan persyaratan
dalam Pedoman Teknis CDOB, PBF PT. Rajawali Nusindo memiliki
gudang untuk penyimpanan obat, yang letaknya bersampingan dengan
ruangan manajemen. Gudang penyimpanan obat di lantai satu dilengkapi

25
26

dengan pintu masuk yang hanya dapat dilewati pegawai di PBF PT.
Rajawali Nusindo.
Perlengkapan yang tersedia di dalam gudang obat, antara lain rak-
rak besar untuk penyimpanan sediaan obat solid dan semisolid, rak-rak
kecil untuk penyimpanan sediaan obat cair, chiller untuk penyimpanan

sediaan obat dengan suhu 2-8 °C dan termometer sebagai alat pengendali
suhu di dalam gudang. Di dalam gudang, terdapat ruangan-ruangan
khusus seperti ruangan psikotropik & prekursor, serta ruangan yang
memiliki suhu khusus.
Ruang tempat penyimpanan di dalam gudang disesuaikan dengan
suhu yang dibutuhkan untuk penyimpanan obat. Pengaturan suhu ruang
gudang dilakukan dengan penggunaan air conditioner (AC) yang selalu
hidup selama 24 jam setiap harinya. Suhu di gudang obat jadi diatur agar
selalu berada pada suhu antara 15 - 25°C sesuai dengan ketentuan suhu
penyimpanan dalam Pedoman CDOB. Untuk memantau kondisi suhu
penyimpanan, di dalam ruangan gudang ditempatkan termometer,
sehingga pengecekan kesesuaian suhu gudang dapat dilakukan dengan
mudah setiap saat. Dan termometer ditempatkan di dalam chiller untuk
memantau kondisi suhu penyimpanan. Tujuan penggunaan termometer
adalah untuk memastikan keakuratan suhu dari chiller tersebut.
Kondisi gudang terlihat bersih. Kemungkinan masuknya debu ke
dalam gudang dapat diminimalisir dengan hanya terdapatnya dua pintu
sebagai jalan keluar masuk udara dari dan ke dalam gudang. Selain itu,
untuk menjaga kebersihan gudang, kegiatan pembersihan juga dilakukan
setiap harinya oleh staf di bagian gudang sesuai dengan standar prosedur
yang telah tersedia. Prosedur pembersihan minimal yang harus dilakukan
setiap hari adalah menyapu dan mengepel gudang penyimpanan.
Kegiatan utama dari PBF PT. Rajawali Nusindo, antara lain berupa
kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat kepada
pelanggan, serta pelaporan. Pelaksanaan kegiatan operasional tersebut
memerlukan manajemen yang baik agar proses pendistribusian maupun
27

pengadaan produk berjalan dengan baik dan pada akhirnya dapat


memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pengelolaan produk di PBF
PT. Rajawali Nusindo sedapat mungkin dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan pada Pedoman CDOB.
Sistem pengadaan yang dilakukan oleh PBF PT. Rajawali Nusindo
yaitu bersumber dari PBF pusat. Untuk pengadaan obat reguler, dengan
cara melakukan pemesanan melalui PBF pusat, kemudian PBF pusat
memverifikasi permintaan tersebut, setelah melakukan verifikasi, PBF
pusat mengirimkan barang yang telah dipesan bersama dengan Surat
Pengiriman Barang (SPB), lalu PBF cabang melakukan penerimaan
sesuai dengan dokumen.
Khusus untuk psikotropik dan precursor, PBF cabang harus
membuat surat pesanan, kemudian surat pesanan tersebut dikirim ke PBF
pusat (surat pesanan asli) dan diterima oleh Apoteker penanggung jawab
untuk diverifikasi. Setelah PBF Pusat melakukan verifikasi, barang dikirim
beserta dengan Surat Pengiriman Barang (SPB), kemudian PBF Cabang
melakukan penerimaan sesuai dengan dokumen. Setelah melakukan
penerimaan obat atau alat kesehatan yang telah memenuhi syarat dan
sesuai dengan spesifikasi maka barang di simpan ke gudang dengan
melaksanakan Cara Distribusi Obat yang Baik. Di gudang juga dilengkapi
dengan monitoring suhu yang harus dicatat. Suhu ini akan dapat
bermasalah jika suhu tidak sesuai dengan obat atau barang karena ini
akan dapat mempengaruhi kestabilan obat, khususnya obat-obatan yang
suhunya telah ditetapkan.
Waktu penyimpanan barang/obat hendaklah diperhatikan petunjuk-
petunjuk/syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk menyimpan
barang/obat tersebut agar tetap stabil dan tidak rusak karena
penyimpanan yang tidak benar. Sistem penyimpanan di PBF PT. Rajawali
Nusindo yaitu berdasarkan principal dimana obat generik dan obat paten
disimpan di dalam gudang yang berbeda dengan sistem penyimpanan
obat menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO) yaitu obat-obat
28

yang tanggal kadaluwarsanya lebih dekat dijual atau didistribusikan


terlebih dahulu. Untuk produk kemasan dus, kemasan utuh obat disimpan
diatas rak dengan sistem penempatan berdasarkan golongan obat.
Penempatan sediaan cair yang disertai kemasan yang mudah pecah
disimpan pada bagian bawah rak untuk mengurangi risiko terjatuh pada
saat pengambilan barang. PT. Rajawali hanya menyediakan obat paten
yang di produksi oleh PT. Phapros.
Alur pendistribusian di PBF PT. Rajawali Nusindo yaitu, pelanggan
mengorder barang (via telepon, fax, email, e-katalog, dan sales man),
selanjutnya dientry oleh bagian pemesanan. khusus obat psikotropik dan
precursor harus memiliki surat pesanan atau SP yang diverifikasi oleh
Apoteker penanggung jawab. Selanjutnya barang yang telah dientri oleh
bagian pemesanan, dilakukan rilisan di credit control bagi pelanggan yang
memiliki piutang. Hal ini bertujuan untuk mengecek apakah pelanggan
memiliki piutang yang jatuh tempo atau tidak. Jika tidak terjadi masalah,
maka pemesanan dapat difakturkan. Setelah rilisan di credit control, maka
faktur di cetak oleh admin. Ada 5 warna faktur yaitu merah untuk
administrasi, kuning untuk gudang, putih adalah faktur asli yang diberikan
kepada pelanggan jika telah melakukan pelunasan terhadap barang yang
dipesan, biru untuk faktur administrasi bahwa barang telah diantarakan,
dan hijau untuk pegangan pelanggan. Setelah faktur dicetak, faktur kuning
diserahkan ke gudang dan pihak gudang menyiapkan barang.
Untuk psikotropika dan prekursor faktur diberikan kepada apoteker
penanggungjawab untuk mengambil barang. Setelah barang disiapkan
oleh pihak gudang, selanjutnya dibawa ke checker disertai dengan faktur
yang berwarna kuning. Pada saat barang telah di verifikasi di checker,
terjadi serah terima antara pihak checker dengan pihak ekspedisi, checker
menyerahkan barang dan di verifikasi kembali oleh ekspedisi untuk
mencocokkan antara barang dengan pesanan yang ada di faktur.
Selanjutnya pihak ekspedisi mengemas barang dan barang siap
diantarkan sesuai dengan pelanggan. Pada saat barang telah tiba
29

dipelanggan, dilakukan pengecekan kembali. Mencocokkan faktur dengan


barang. Dan apa bila telah sesuai, maka faktur putih, hijau, dan biru akan
ditandatangani serta distempel. Jika pembayaran lunas, maka dapat
diberikan faktur asli yaitu berwarna putih. Faktur biru akan dibawa kembali
sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Dan faktur hijau akan
dipegang oleh pelanggan.
Sistem pendistribusian PBF PT. Rajawali Nusindo yaitu disalurkan
ke Instansi Pemerintah (dinkes), Instalasi farmasi Rumah Sakit, Apotek,
Klinik Kesehatan, Toko Obat, dan Modern Market, serta penyaluran
barang keluar Provinsi.
Pelaporan yang dilakukan oleh PBF PT. Rajawali Nusindo ada tiga
laporan, yaitu pelaporan psikotropik dan prekursor dilakukan setiap 1
(satu) bulan sekali ke Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
pelaporan dinamika (all produk) dilakukan setiap 3 bulan sekali ke Dinas
Kesehatan setempat dan pelaporan alat-alat kesehatan dilakukan setiap 1
tahun sekali ke Dinas Kesehatan setempat.
Mekanisme obat atau alkes yang retur di PBF PT. Rajawali
Nusindo akan diberi tanda silang pada faktur dan diberi alasan retur obat
atau alkes tersebut, kemudian dilakukan pengembalian/diganti sesuai
faktur dengan membuat berita acara.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktek kerja lapangan (PKL) selama 2
minggu, kami dapat menyimpulkan bahwa Pedagang besar farmasi
(PBF) adalah badan hukum perseroan terbatas atau koperasi yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran
perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
PT. Rajawali Nusindo cabang Makassar dalam melaksanakan
kegiatan sehari hari sudah memenuhi CDOB yang dibuktikan
dengan adanya sertifikat CDOB dari Balai POM serta telah
mengaplikasikan tugas dan wewenang PBF yang diatur dalam
CDOB yang termuat dalam BPOM RI 2012 tentang teknis CDOB
seperti pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk
pengembalian obat atau bahan obat dalam rantai distribusi.
B. Saran
1. Saran kepada institusi
a. Diharapkan agar kedepannya, waktu PKL lebih lama agar
dapat lebih mengetahui perbekalan farmasi di PBF.
b. Pembimbing PKL seharusnya lebih giat untuk mengontrol
mahasiswa selama PKL berlangsung dan memberikan
bimbingan untuk kemajuan mahasiswa.
2. Saran kepada PBF PT. Rajawali Nusindo cabang Makassar
Sebaiknya gudang PT. Rajawali Nusindo cabang
Makassar dilakukan perluasan untuk menambah stok yang
akan dijual serta dapat menata stok obat yang ada dengan baik
agar mudah dilakukan pencarian barang

30
1
DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto Sugeng. (2006). English Busines Correspondence. Kanisius.


Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No. 1148/MENKES/PER/VI/2011
Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Kementerian

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 Pedagang Besar Farmasi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kementerian

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No. 30 tahun 2017 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 Pedagang Besar Farmasi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kementerian.

Peraturan BPOM. (2018). tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan


Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.

Presiden Republik Indonesia. (2009).Undang-Undang Republik Indonesia


No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1998). Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No. 72 tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi Dan Alat Kesehatan. Jakarta
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2
Ruang Penyimpanan Obat E-Katalog Ruang Penyimpanan Obat Paten

Gambar 3 Gambar 4
Ruang Penyimpanan Obat Generik Ruang Penyimpanan Alkes
Gambar 5 Gambar 6
Ruang Penyimpanan Alkes Ruang CCP

Gambar 7 Gambar 8
Tempat Penyimpanan Obat Narkotika Termometer Ruangan
& Psikotropika
Gambar 9 Gambar 10
Proses Penyiapan Pesanan Obat Kartu Stok Obat

Gambar 12
Gambar 11
Contoh Faktur
Contoh Surat Pesanan

Anda mungkin juga menyukai