DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 24
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PEDAGANG BESAR FARMASI
PT . MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, Tbk
CABANG MAKASSAR
DISETUJUI OLEH :
PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING INSTITUSI
Apt. Nur Sukmawaty, S.Si. Apt. Yuyun Sri Wahyuni, S.Si., M.Si
MENGETAHUI
DIREKTUR AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan ini adalah
salah satu tugas yang diberikan pada kami sebagai bagian Pelengkap
Praktek Kerja Lapangann (PKL) karena ini sebagai salah satu persyaratan
kepada :
Yamasi Makassar
2. Ibu Apt. Yuyun Sri Wahyuni,S.Si., M.Si selaku pembimbing dari pihak
kampus yang telah memberi arahan dan motivasi kepada kami dalam
3. Ibu Apt. Nur Sukmawaty, S.Si. selaku pembimbing teknis kami yang
ii
5. Semua pihak yang telah member dukungan kepada kami selama
yang pelaksanaannya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
I.1 Belakang..................................................................................1
I.2 Manfaat Pkl..............................................................................2
I.3 Tujuan Pembuatan Laporan....................................................2
BAB II URAIAN UMUM..........................................................................3
II.1 Uraian Umum PBF..................................................................3
II.2 Tugas Dan Fungsi PBF...........................................................3
II.3 Struktur Organisai PBF...........................................................4
II.4 Teknis CDOB..........................................................................5
BAB III URAIAN KHUSUS.....................................................................18
III.1 Sejarah PT. MPI....................................................................18
III.2 Visi dan Misi PT. MPI............................................................19
III.3 Struktur Organisasi PT. MPI.................................................20
III.4 Kegiatan PT.MPI...................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................25
1. Masalah Yang Ditemukan.......................................................25
2. Penyelesaian Masalah.............................................................26
BAB V PENUTUP..................................................................................27
1. Kesimpulan..............................................................................27
2. Saran.......................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................28
LAMPIRAN.............................................................................................29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
lebih menambah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya
I.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Adapun tujuang dari Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan yaitu:
1. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapatkan
dalam pendidikan dengan praktek di lapangan.
2. Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa selama
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
3. Memahami proses perbekalan farmasi di PBF, mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
pelaporan.
2
BAB II
URAIAN UMUM
3
b. Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi
ke sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi:
apotek, rumah sakit, toko obat berizin dan sarana pelayanan
kesehatan masyarakat lain serta PBF lainnya.
c. Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, perbekalan farmasi sehingga
dapat di pertanggung jawabkan setiap dilakukan
pemeriksaan. Untuk toko obat berizin, pendistribusian obat
hanya pada obat-obatan golongan obat bebas dan obat
bebas terbatas, sedangkan untuk Apotek, Rumah Sakit dan
PBF lain melakukan pendistribusian obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras dan obat keras tertentu.
II.2.2 Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)
a. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri- industri
farmasi.
b. Sebagai saluran distribusi obat- obatan yang bekerja aktif ke
seluruh tanah air secara merata dan teratur guna
mempermudah pelayanan kesehatan.
c. Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat
kesempurnaan penyediaan obat- obatan untuk pelayanan
kesehatan.
d. Sebagai aset atau kekayaan nasional dan lapangan kerja.
4
dan hubungan antara bagian komponen dan posisi dalam suatu
perusahaan. Dengan demikian organisasi merupakan serangkaian
aktivitas yang meliputi:
a. Penyusunan bentuk dan pola usaha bersama.
b. Pembagian pekerjaan yang dijalankan guna menyelenggarakan
rencana kepada petugas- petugas tertentu.
c. Menetapkan hubungan kerja seluruh perintah dari tanggung jawab
diantara mereka.
5
semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang
bermakna harus di validasi dan didokumentasikan.
II.4.2 Organisasi, Manajemen dan Personalia
Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu
yang baik serta distribusi obat dan atau bahan obat yang
benar sangat bergantung pada personil yang menjalankannya.
Harus ada personil yang cukup dan kompeten untuk
melaksanakan semua tugas yang menjasi tanggung jawab
fasilitas distribusi. Tanggung jawab masing- masing personil
harus dipahami dengan jelas dan dicatat. Semua personil
harus memahamu prinsip CDOB dan harus menerima
pelatihan dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai
dengan tanggung jawab.
II.4.3 Bangunan dan Peralatan
Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan
untuk menjamin perlindungan dan distribusi obat dan bahan
obat. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk
memastikan bahwa kondisi penyimpnan yang baik dapat
dipertahankan, mepunyai keamanan yang memadai dan
kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan
penanganan obat yang baik, dan area penyimpanan
dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk
memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat
dan aman. Jika diperlukan area penyimpanan dengan kondisi
khusus, harus dilakukan pengendalian yang memadai untuk
menjaga agar semua bahan terkait dengan area penyimpanan
berada dalam parameter suhu, kelembaban dan pencahayaan
yang dipersyaratkan.
Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus
terpisah, terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain
dengan baikserta dilengkapi dengan peralatan yang memadai.
6
II.4.4 Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi
harus dapat memastikan bahwa identitas obat dan bahan obat
tidak hilang dan distribusinya ditangani sesuai dengan
spesifikasi yang tercantum pada kemasan. Fasilitas distribusi
harus menggunakan semua prangkat dan cara yang tersedia
untuk memastikan bahwa sumber obat dan atau bahan obat
yang diterima berasal dari industri farmasi dan atau fasilitas
distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan
perundan-undangan untuk meminimalkan risiko obat dan atau
bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi.
II.4.5 Inspeksi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangkai memantau
pelasanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan
utnuk bahan tindak lanjut langkah- langkah perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara yang
independen dan rindi oleh personil yang kompeten dan
ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal yang dilakukan oleh
ahli independen dapat membantu, namun tidak bisa dijadikan
sebagai satu- satunya cara untuk memastikan kepatuhan
terhadap penerapan CDOB.
II.4.6 Keluhan, Obat dan atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu
dan Penarikan kembali
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan atau
bahan obat berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan
diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis. Obat dan bahan
obat yang akan dijual kembali harus melalui persetujuan dari
personil yang bertanggung jawab sesuai dengan
kewenangannya.
7
II.4.7 Transportasi
Selama proses transportasi, harus diterapkan metode
transportasi yang memadai. Obat dan atau bahan obat harus
diangkut dengan kondisi penyimpanan sesaui dengan
informasi pada kemasan. Metode transportasi yang terpat
garus digunakan untuk mencakup transportasi melalaui darat,
laut, udara atau kombinasi diatas. Apapun moda trasporatsi
yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat dan atau
bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama
transportasi yang dapat mengurangi mutu. Pendekatan
berbasisi risiko harus digunakan ketika merencanakan rute
transportasi.
II.4.8 Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak
Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi
kontrak dan penerima kontrak serta setiap kegiatan harus
sesuai dengan persyaratan CDOB. Cakupan kegiatan
kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat
dan mutu obat dan/atau bahan obat, antara lain:
a. Kontrak pemanfaatan fasilitas penyimpanan berupa
gudang/ruang di fasilitas distribusi;
b. kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia
jasa antara lain transportasi, pengendalian hama,
pergudangan, kebersihan dan sebagainya.
Kontrak terkait dengan pemanfaatan fasilitas penyimpanan
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. pemberi kontrak harus memperoleh surat persetujuan
perubahan fasilitas dari Badan POM terkait Lokasi
gudang/ruang yang disewa;
b. penerima kontrak harus melaporkan kepada Badan POM
perubahan denah bangunan atas fasilitas penyimpanan
yang dikontrakkan; dan
8
c. pengelolaan di gudang/ruang penerima kontrak harus
memenuhi persyaratan CDOB
Untuk fasilitas distribusi yang menerima kontrak fasilitas
penyimpanan dari industri farmasi harus memenuhi
persyaratan dalam peraturan ini dan persyaratan Cara
Produksi Obat yang Baik.
Fasilitas distribusi wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran obat
kepada Badan POM.
Dalam hal obat yang disalurkan oleh fasilitas distribusi yang
sudah dilengkapi dengan 2D barcode dengan metode
otentifikasi, pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
II.4.9 Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian dari sistem
manajemen mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas untuk
mencegah kesalahan dari komunitas lisan dan untuk
memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi,
prosedur. Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait
dengan tertulis (pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pelaporan), prosedur tertulis dan dokumen lain yang terkait
dengan pemastian mutu.
II.4.10 Ketentuan Khusus Bahan Obat
Pelaksanaan penggabungan bahan obat dalam bets yang
sama, pengemasan ulang dan/atau pelabelan ulang adalah
proses pembuatan bahan obat sehingga pelaksanaannya
harus sesuai dengan CPOB.
Perhatian khusus harus diberikan kepada hal-hal sebagai
berikut:
9
a. pencegahan terhadap kontaminasi, kontaminasi silang
dan campur baur;
b. pengamanan stok label, pemeriksaan jalur pengemasan,
pemeriksaan dalam proses, pemusnahan kelebihan label
yang sudah tercetak nomor betsnya;
c. cara sanitasi dan higiene yang baik;
d. menjaga integritas bets (pencampuran bets yang
berbeda dari bahan obat yang sama tidak boleh
dilakukan);
e. semua label yang dilepas dari wadah aslinya dan contoh
label baru yang dipasang selama kegiatan harus
disimpan sebagai bagian catatan pengemasan bets;
f. jika dalam prosesnya digunakan lebih dari satu bets
label, maka contoh masing-masing bets label harus
disimpan sebagai bagian catatan pengemasan bets; dan
mempertahankan identitas dan integritas produk.
Sertifikat analisis asli dari industri farmasi asal harus
disertakan. Jika pengujian ulang dilakukan, sertifikat analisis
asli dari industri farmasi asal dan sertifikat analisis baru
harus disertakan. Bets pada sertifikat analisis yang baru
harus dapat tertelusur dengan sertifikat analisis asli.
Bahan obat boleh dikemas ulang hanya jika ada sistem
pengendalian lingkungan yang efisien untuk memastikan
tidak ada kemungkinan kontaminasi, kontaminasi silang,
degradasi, perubahan fisikokimia dan/atau campurbaur.
Mutu udara yang dipasok ke area pengemasan ulang
tersebut harus sesuai untuk kegiatan yang dilakukan,
misalnya sistem filtrasi yang efisien.
Bahan obat yang tidak sesuai harus ditangani sesuai dengan
prosedur yang dapat mencegah masuknya bahan obat
10
tersebut ke pasar. Dokumentasi harus tersedia, mencakup
semua kegiatan termasuk pemusnahan dan pengembalian.
Penyelidikan harus dilakukan untuk menentukan ada atau
tidaknya pengaruh terhadap bets lain. Jika diperlukan,
tindakan korektif harus dilakukan. Jika ditetapkan bahwa
bahan obat dapat digunakan untuk maksud lain dengan
tingkat kualitas yang lebih rendah, maka harus
didokumentasikan. Bahan obat yang tidak sesuai tidak boleh
dicampur dengan bahan obat yang memenuhi spesifikasi.
Bahan obat dari industri farmasi asal yang disalurkan
kepada fasilitas distribusi harus disertai dengan sertifikat
analisis asli. Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh industri
farmasi asal menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari
pengujian dan hasil analisis yang diperoleh dari pengujian
acak. Direkomendasikan untuk menggunakan format
sertifikat analisis seperti yang disarankan oleh WHO Expert
Committee on Specification for Pharmaceutical Preparation.
Sebelum bahan obat dijual atau didistribusikan, fasilitas
distribusi harus memastikan tersedianya sertifikat analisis
II.4.11 Ketentuan Khusus Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product)
Untuk Produk Rantai Dingin, terdapat persyaratan khusus
yang harus dipenuhi sebagai standar selain yang
dipersyaratkan dalam CDOB, antara lain meliputi aturan
yang berkaitan dengan masalah suhu pada saat
penerimaan, penyimpanan dan pengiriman.
Pelatihan dilakukan secara sistematik dan berkala bagi
seluruh personil yang terlibat dalam penanganan produk
rantai dingin, mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. peraturan perundang-undangan;
b. CDOB;
c. prosedur tertulis;
11
d. monitoring suhu dan dokumentasinya; dan
e. respon terhadap kedaruratan dan masalah keselamatan.
Harus dipastikan bahwa setiap personil memahami
tanggung jawab khususnya. Pelatihan juga dilakukan
terhadap pengemudi. yang bertanggung jawab dalam
transportasi produk rantai dingin.
Lokasi penyimpanan dipilih dan dibangun untuk
meminimalkan risiko yang diakibatkan banjir, dan/atau
kondisi cuaca ekstrim dan bahaya alamiah lainnya.dingin
a. Bangunan tempat penyimpanan dibangun menggunakan
bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
b. Akses kendaraan ke gedung penyimpanan harus
disediakan untuk mengakomodasi kendaraan besar,
termasuk kendaraan untuk keadaan darurat.
c. Lokasi dijaga dari penumpukan debu, sampah dan
kotoran serta terhindar dari serangga.
d. Kapasitas netto bangunan tempat penyimpanan harus
cukup memadai agar dapat menampung tingkat
persediaan puncak, pada kondisi penyimpanan sesuai
persyaratan, dan dengan cara yang memungkinkan
kegiatan pengelolaan stok dapat dilaksanakan dengan
benar dan efisien.
e. area penyimpanan yang suhunya terjaga.
A karantina harus disediakan untuk pemisahan produk
kembalian, rusak dan penarikan kembali menunggu
tindak lanjut.
Bangunan yang digunakan untuk menyimpan produk
rantai dingin harus dipastikan memiliki keamanan yang
memadai untuk mencegah aksen pihak yang tidak
berwenang.
12
Produk rantai dingin harus dipastikan disimpan dalam
ruangan dengan suhu terjaga, cold room/ chiller (+2
s/d+8°C), freezer room/ freezer (-25 s/d -15°C), dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Ruangan dengan suhu terjaga, cold room dan freezer
room:
b. mampu menjaga suhu yang dipersyaratkan.
c. Dilengkapi dengan sistem auto-defrost yang tidak
mempengaruhi suhu selama siklus defrost.
d. dilengkapi dengan sistem pemantauan suhu secara
terus-menerus dengan menggunakan sensor yang
ditempatkan pada lokasi yang mewakili perbedaan suhu
ekstrim
e. Dilengkapi dengan alarm untuk menunjukkan terjadinya
penyimpangan suhu.
Fasilitas penyimpanan harus memiliki:
a. chiller atau cold room (suhu +2 s/d +8°C), untuk
menyimpan vaksin dan serum dengan suhu
penyimpanan 2 s/d 8°C, biasanya digunakan untuk
penyimpaan vaksin campak, BCG, DPT, TT, DT,
Hepatitis B, DPT-HB;
b. freezer atau freezer roorn (suhu -15 s/d -25°C) untuk
menyimpan vaksin OPV.
c. Penyimpanan vaksin dalam chiller dan freezer tidak
terlalupadat sehingga sirkulasi udara dapat dijaga, jarak
antara kotak vaksin sekitar 1-2 cm.
d. Harus berjarak minimal 15 cm antara chiller/freezer
dengan dinding bangunan.
e. Suhu minimal dimonitor 3 (tiga) kali sehari setiap pagi,
siang dan sore serta harus didokumentasikan.
13
II.4.12 Ketentuan Khusus Produk psikotropika, Narkotika dan
Prekursor Promosi
Cara distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor
farmasi harus dilakukan dalam rangka pemenuhan CDOB
termasuk untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan/atau
kehilangan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi dari
jalur distribusi resmi.
Distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi
wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
dan CDOB.
Penanggung jawab fasilitas distribusi merupakan
seorang apoteker sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan..
Persyaratan bangunan dan peralatan yang digunakan
untuk mengelola narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi
wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tempat penyimpanan narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi harus aman dan terkunci sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kunci tempat penyimpanan narkotika, psikotropika, atau
prekursor farmasi dikuasai oleh penanggung jawab fasilitas
distribusi dan personil lain yang dikuasakan sesuai dengan
uraian pekerjaan.
Pemasok yang menyalurkan narkotika wajib memiliki ijin.
khusus sebagai fasilitas distribusi atau industri farmasi yang
memproduksi narkotika. Izin khusus menyalurkan atau
memproduksi narkotik diterbitkan oleh Menteri Kesehatan.
Fasilitas distribusi harus memastikan penyaluran
narkotika ke fasilitas distribusi lain yang memiliki ijin khusus
penyalur narkotika, instalasi farmasi pemerintah, apotek, klinik
dan rumah sakit yang memiliki kewenangan menyalurkan atau
14
menyerahkan narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fasilitas distribusi harus memastikan penyaluran
psikotropika atau prekursor farmasi ke fasilitas industri
farmasi, fasilitas distribusi lain, apotek, rumah sakit, klinik dan
puskesmas yang memiliki kewenangan memproduksi,
menyalurkan atau menyerahkan psikotropika atau prekursor
farmasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pengadaan narkotika, psikotropika atau prekursor
farmasi harus berdasarkan surat pesanan dengan format
khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan
terhadap:
a. kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa,
jumlah dan kemasan harus sesuai dengan surat
pengantar / pengiriman barang dan/atau faktur penjualan,
serta Certificate of Analysis untuk bahan obat;
b. kondisi kontainer pengiriman dan/atau kemasan termasuk
segel, label dan/atau penandaan dalam kondisi baik;
c. kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat
pengantar / pengiriman barang dan/atau faktur penjualan
harus sesuai dengan arsip surat pesanan.
Setelah dilakukan pemeriksaan pada butir dan
dinyatakan telah sesuai, penanggung jawab fasilitas distribusi
harus menandatangani surat pengantar / pengiriman barang
dan/atau faktur penjualan dan dibubuhi stempel fasilitas
distribusi.
15
Penyimpanan narkotika, psikotropika atau prekursor
farmasi wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penyimpanan prekursor farmasi dalam bentuk obat jadi
dilakukan secara aman berdasarkan analisis risiko dari
masing-masing fasilitas distribusi, antara lain penyimpanan
dilakukan pada satu area dan mudah diawasi oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi.
Memisahkan dan memberi status yang jelas terhadap
Narkotika, Psikotropika atau Prekursor Farmasi :
a. Hasil penarikan kembali (recall);
b. Kedaluwarsa;
c. Rusak; dan
d. Kembalian.
sebelum dilakukan investigasi dan pemusnahan atau
dikembalikan ke pemasok.
Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas
distribusi dan disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan
Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai POM setempat, serta
dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi.
Bila tempat pelaksanaan pemusnahan berbeda provinsi
dengan lokasi fasilitas distribusi, pengajuan permohonan saksi
pemusnahan tetap disampaikan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi dan atau Balai POM tempat fasilitas distribusi berada
dengan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi dan atau
pemusnahan. Balai POM tempat pelaksanaan
Bila pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga, maka
pihak ketiga termasuk bagian dari saksi selain pemilik
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan saksi dari
Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai POM.
16
Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Balai
Besar/Balai POM tempat fasilitas distribusi berada dan Balai
Besar/Balai POM tempat pelaksanaan pemusnahan dengan
tembusan disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi tempat
fasilitas distribusi dan Dinas Kesehatan Provinsi tempat
pelaksanaan pemusnahan dengan melampirkan berita acara
pemusnahan.
a. Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:
nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi, jenis
dan kekuatan sediaan, isi kemasan, jumlah, nomor bets,
dan tanggal kedaluwarsa.
b. Tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan;
c. Cara dan alasan pemusnahan;
d. Nama penanggung jawab fasilitas distribusi; dan
e. Nama saksi-Saksi.
17
BAB III
URAIAN KHUSUS
III.1 Sejarah PT.Millenium Pharmacon International
PT Pedagang Besar Farmasi Millenium Pharmacon
Internasional, Tbk Cabang Makassar adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang distribusi farmasi dan alat kesehatan yang
sedang berkembang pada masa kini. PT Pedagang Besar Farmasi
Millenium Pharmacon Internasional, Tbk Cabang Makassar pertama
kali didirikan di Jakarta dengan nama N.V Perusahaan Dagang
Soedarpo Corporation, berdasarkan akta No. 32 tanggal 20 Oktober
1956 dari notaris Raden Moester Soewandi. Akta pendirian ini telah
disahkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia dalam surat
keputusan No. J.A.5/43/20 tanggal 27 Mei 1953 serta diumumkan
dalam berita Negara Republik Indonesia No.56, tambahan No.421
tanggal 14 Juli 1953. Anggaran dasar perusahaan mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No.83 Tanggal 15
Mei 2008 dari Notaris Sugito Tedjamulja, SH.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup
kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha perdagangan, indsutri
dan jasa. Hingga saat ini kegiatan usaha yang dilakukan PT
Milenium Pharmacon Internasional, Tbk Cabang Makassar adalah
dibidang distribusi.
Produk farmasi, suplemen makanan dan produk diagnostik, PT
Milenium Pharmacon Internasional, Tbk Cabang Makassar
beroperasi secara komersial pada 20 oktober 1952. Pada 3
Desember 2004, PT Milenium Pharmacon Internasional, Tbk anak
perusahaan dari Esteem Interpoint Sdn Bhd, Malaysia (yang
sekarang bernama Pharmaniaga Internasional Corporation Sdn
Bhd).
PT Milenium Pharmacon Internasional, Tbk Cabang Makassar
saat ini berlokasi di Jakarta dengan memiliki 31 kantor cabang di
18
Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi dengan memiliki 3
gudang penyimpanan yang berlokasi di Jakarta, Bandung, dan
Surabaya. Kantor pusat perusahaan beralamat di Jl. Tipar Cekung
Jakarta. Jumlah karyawan tetap perusahaan rata-rata 718 karyawan
tahun 2008 dan 682 karyawan tahun 2007.
Di Makassar, PT Millenium Pharmacon Internasional, Tbk
Cabang Makassar memiliki cabang yang terletak di Jl.Ir Sutami
Makassar. PBF ini menyalurkan sediaan farmasi seperti Obat, Alat
Kesehatan, Psikotropika dan Prekursor.
III.2. Visi dan Misi PT. Millenium Pharmacon International
Visi PT Milenium Pharmacon Internasional, Tbk Cabang
Makassar adalah menjadi perusahaan distribusi yang paling efisien
dan efektif di indonesia dengan memberikan nilai tambah kepada
para pelanggan dan principal.
Misi PT Milenium Pharmacon Internasional, Tbk Cabang
Makassar adalah menyediakan produk pemeliharaan kesehatan dan
pelayanan terbaik keseluruh wilayah nusantara.
Branch
Manager
BFO APJ AAPJ
19 PBF PBF
Sales
Supervisor
Collector
Stock
Coord
Collector Chasier Finance Supervisor
& Adm
Warehouse Expedition
Salesman TOS Coord Coord
EDP
Warehouse Delivery
Staf Man
Security
20
principal sesuai dengan pesanan cabang/ ASR cabang lalu
pusat principal menerbitkan DO (Delivery Order), lalu pusat
principal memerintahkan pabrik principal untuk mengirimkan
barang kefolling (pusat) berdasarkan DO (Delivery Order),
lalu folling MPI pusat meneruskan barang tersebut kecabang
berdasarkan permintaan cabang melalui pengirman darat,
laut atau udara, setelah cabang menerima barang dari pusat
tim logistik cabang mengecek kembali barang yang masuk
berdasarkan dengan nota lokasi jika sesuai dan kondisinya
baik, barang tersebut dimasukkan ke sistem dan siap untuk
didistribusikan.
III.4.2 Penyimpanan
Penyimpanan barang PT. Millenium Pharmacon
International cabang Makassar berdasarkan:
1. Suhu
Terdapat ruangan dengan suhu < 25C, < 30C, chiller
untuk penyimpanan cold chain produk di PBF Millenium
Pharmacon International.
2. Prinsipal
Ada beberapa prinsipal yang dipegang oleh PBF
Millenium Pharmacon International, barang disusun per
principal untuk memudahkan penyimpanan barang dan
pengambilan faktur.
3. Abjad
Sesuai dengan urutan abjad di setiap rak.
4. Terdapat ruang khusus psikotropika yang terkunci dan
dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab.
5. Terdapat ruang khusus prekursor dan obat- obat
tertentu yang terkunci.
21
6. Terdapat ruang karantina untuk obat- obat yang sudah
ED dan mendekati ED, rusak, obat recall, dan diduga
palsu.
7. Terdapat gudang khusus alat kesehatan dengan
penanggung jawab tersendiri.
8. Terdapat ruang loading out (barang keluar) dan loading
in (barang masuk).
9. Terdapat ruang pengemasan untuk obat- obat yang
akan dikemas dan dikirm oleh ekspedisi ke luar area
Makassar.
10. Penyimpanan obat diatas pallet tidak boleh diatas
lantai, tidak boleh dibawah AC, tidak boleh bersandar di
dinding dan menyentuh langit- langit.
22
d. Lalu SP yang telah dibuat tadi dibawa oleh TOS
kebagian BFO (Keuangan) untuk memastikan tidak ada
masalah pada outlet tersebut, setelah selesai di cek dan
ditanda tangani oleh BFO (Keuangan).
e. Kemudian SP (Surat Pesanan) dibawa ke bagian
pembuatan faktur, faktur dibuat sesuai dengan pesanan
kemudian dicetak.
f. Setelah itu faktur yang telah dicetak diserahkan kembali
ke TOS untuk dilakukan pengecekan ulang, kemudian
dibawa ke apoteker penanggung jawab untuk ditanda
tangani.
g. Lalu faktur diserahkan ke gudang, lalu pihak gudang
menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan faktur
lalu dikemas dengan baik berdasarkan dengan outlet
pemesan.
h. Kemudian salesmen akan membawa barang yang telah
dikemas ke masing-masing outlet sesuai dengan
pesanan.
III.4.4 Dokumen
1. Faktur merah ke Staf Gudang
2. Faktur Hijau dan Kuning ke Apoteker Penanggung Jawab
3. Faktur Putih ke Fakturis, baru ke cipkolektor
4. Faktur Biru ke Outlet.
III.4.5 Pelaporan
Laporan PBF Millenium Pharmacon International dibagi
menjadi beberapa pelaporan, yaitu:
1. Laporan bulanan psikotropika, prekursor dan obat-obat
tertentu ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) melalui situs e-was.pom.go.id, ke Balai POM
23
Makassar via email pemdik.bbpom@yahoo.co.id dan
kementrian melalui situs pbf.binfar.kemkes.go.id
2. Laporan triwulan BPOM melalui email
laporantriwulanpbf@pom.go.id dan situs e-report
pbf.benfar.kemkes.go.id
3. Laporan area salesmes dan pengantar barang via email
pemdik.bbpom@yahoo.co.id
24
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Masalah yang ditemukan
Sesuai Peraturan perundang-Undangan dalam CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik) dari Badan POM senagai bentuk
pengawasan dan menjaga rantai distribusi sesuai jalur. Suatu PBF
sudah mendapatkan sertifikat CDOB dan mendapatkan izin
menyalurkan obat yang sudah terjamin kualitas obatnya.
Menurut Kemenkes 1993 tentang Pedagang Besar Farmasi
pasal 9, gudang wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang dapat
menjamin mutu serta keamanan perbekalan farmasi yang disimpan.
Pada waktu penyimpanan barang harus diperhatikan kondisi gudang,
dimana kondisi gudang yang baik adalah lantai eata dan tidak licin,
dinding minimal 20 cm diatas lantai harus kedap air, luas ruangan
cukup, atap tidak bocor, ventilasi yang cukup, mempunyai sarana
penyimpanan yang memadai seperti rak obat, lemari pendingin,
ruangan ber AC, lemari khusus (psikotropika, dan precursor.),
penyinaran yang cukup dan mempunyai pengamanan gudang.
Gudang yang terdapat di, PT Milenium Pharmacon
Internasional, Tbk Cabang Makassar yaitu:
1. Penyimpanan obat yang tidak alfabetis.
2. Aadanya Obat yang dekat ED dirak penyimpanan obat
3. Terdapat adanya rembesan air pada langit-langit dan dinding
karena terdapat kebocoran pada atap.
4. Seharusnya ruangan TOS dengan ruangan keuangan berdekatan
agar mempermudah dan memperlancar dalam pemesanan dari
outlet- outlet.
25
IV.2 Alternatif pemecahan masalah yaitu:
1. Sebaiknya penyimpanan obat sebaiknya sesuai dengan alfabetis
sesuai kategori agar mempermudah pencarian, pada rak
diberikan nomor kode serta mencantumkan nama masing-
masing obat pada rak dengan rapi.
2. Sebaiknya lebih diperhatikan lagi agar Obat yang dekat ED untuk
segera ditarik Dan disimpan diruang karantina
3. Segera diperbaiki rembesan air pada langit- langit untuk
mengantisipasi agar rembesan air pada langit- langit dan dinding
tidak semakin parah.
4. Penataan pada ruangan TOS dengan ruang keuangan harus
ditata ulang agar mempermudah dalam pekerjaan.
26
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan PKL selama 18 hari, kami dapat
menyimpulkan bahwa:
1. PT Milenium Pharmacon Internasional adalah salah satu PBF
Nasional yang merupakan Pedagang Besar Farmasi PT Milenium
Pharmacon Internasional, Tbk Cabang Makassar dimana salah
satu perusahaan berbadan hukum yang diberikan izin untuk
melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran barang
kefarmasian dalam jumlah yang besar.
2. Pedagang Besar Farmasi PT Milenium Pharmacon Internasional,
Tbk Cabang Makassar telah melakukan kegiatan yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta telah menerapkan cara
distribusi obat yang baik.
V.2 Saran
a. Diharapkan nama Obat yang dirak didusun sesuai alfabetis Dan
bentuk sediaan
b. Untuk PKL selanjutnya diharapkan agar waktu pklnya ditambah
27
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2014, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi,
Jakarta: Depkes RI
Kemenkes RI Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang
Besar Farmasi
28
LAMPIRAN
29
30
31
CHILLER/LEMARI PENDINGIN
RUANG PSIKOTROPIK
RUANG KARANTINA
34
KARTU STOK
35
CONTOH FAKTUR