Anda di halaman 1dari 30

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN

“PBF”PT. RAJAWALI NUSINDO CAB. MAKASSAR”

DISUSUSN OLEH :KELOMPOK 18

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

apt. Andi Hasisah S.Si.,M.Tr.Adm.Kes Muh.Tahir, S.Farm;M.Tr.Adm.Kes

Mengetahui

Direktur Akademi Farmasi Yamasi Makassar

Dr. H. Harningsih Karim S.Si.,M.Sc

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim Assalamualaikum Wr.Wb


Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena
atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat
diselesaikan dengan baik, yang berjudul “Laporan Praktek Kerja Lapangan di
PBF PT. Rajawali Nusindo Cab. Makassar”.

Penulis mendapatkan pengalaman yang begitu berharga dalam proses


pelaksanaan praktek kerja lapangan. Kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih. Kami
menyadari akan keterbatasan dan pengalaman yang kami miliki, maka kami
berharap hasil yang nantinya kami peroleh dapat diterima dan bermanfaat di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembacayang sifatnya membangun demi kesempurnaaan laporan ini.

Akhir kata, semoga laporan praktek kerja lapangan ini


dapat bermanfaat bagisemua pihak yang membacanya.

Makassar, April 2023

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang Dilaksanakan PKL ...................................................... 1

I.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan ............................................................ 1

I.3 Tujuan Pembuatan Laporan ................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

II.1 Uraian Umum Pedagang Besar Farmasi (PBF) .................................... 3

II.2 Tugas dan Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)............................... 4

II.3 Perizinan Pedagang Besar Farmasi (PBF) ............................................ 5

II.4 Tata Cara Pemberian Izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) .................. 5

II.5 Tata cara Pemberian Pengakuan PBF Cabang ..................................... 7

II.6 Masa Berlaku ........................................................................................ 8

II.7 Pengelolaan Sumber Pedagang Besar Farmasi (PBF) .......................... 8

II.8 Pelayanan Farmasi di Pedagang Besar Farmasi ................................... 8

II.9 SP (Surat Pesanan Obat) ..................................................................... 11

BAB III URAIAN KHUSUS ................................................................................ 12

iii
III.1 Sejarah PBF PT. RAJAWALINUSINDO Cabang Makassar ........... 15

III.2 Tujuan PBF PT. RAJAWALINUSINDO Cabang Makassar ............ 15

III.3 Organisasi Instansi/Unit Kerja .......................................................... 16

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 20

V.1.Kesimpulan ........................................................................................ 20

V.2 Saran ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

LAMPIRAN .......................................................................................................... 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Dilaksanakan PKL

Praktek Kerja Lapangan merupakan kegiatan pelatihan dan


pembelajaran yang dilaksanakan di PBF dalam upaya pendekatan atau untuk
meningkatkan mutu para mahasiswa. Dengan kopentensi mahasiswa sesuai
bidangnya dan untuk menambah bekal masa mendatang guna memasuki
dunia kerja yang semakin banyak serta ketat dalam persaingan.
Dari penjabaran diatas, praktek kerja lapangan merupakan mata kuliah
keahlian berisi pendalaman dan pengkajian ilmu dan pengalaman suatu
program studi yang diharapkan dapat menerapkan teori yang didapat dalam
kegiatan belajar. Praktek kerja lapangan pada teori dapat diterapakan
dilapangan dan dunia kerja yang dapat dipakai di perusahaan farmasi atau
instansi yang terkait. Kegiatan ini wajib diikuti bagi setiap mahasiswa DIII
Akademi Farmasi Yamasi Makassar yang merupakan salah satu syarat
kelulusan.
Hal tersebut yang melatar belakangi kami mendapat kesempatan
melaksanankan Praktek Kerja Lapangan, sehingga memiliki gambaran
sebenarnya di dunia farmasi untuk manjadi seorang tenaga ahli di bidang
farmasi. Kami mengikuti kegiatan PKL tersebut di PBF PT. Rajawali
Nusindo Cabang Makassar Dimulai tanggal 20 Februari 2023 – 11 Maret
2023.
I.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

a. Untuk mengetahui dunia kerja Pedagang Besar Farmasi.


b. Mempersiapkan tenaga yang ahli di bidangnya yang berkepribadian dan
bertanggung jawab serta siap memasuki dunia kerja.
c. Mengenal kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan sebuah PBF
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi.

1
d. Budaya Memberikan kesempatan kerja secara terpadu dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan khusus di bidang Farmasi.

e. Memperoleh masukan dan umpan balik, Guna memperbaiki dan


mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan
farmasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
f. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untukmensosialisasikan diri
pada lingkungan kerja yang sebenarnya.

I.3 Tujuan Pembuatan Laporan

a. Memberikan uraian dan pertanggung jawaban kerja yang telah dikerjakan


oleh mahasiswa selama melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
b. Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
sekolah melalui suatu laporan.
c. Peserta PKL mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan
pelajaran yang telah di peroleh di kampus dan diterapkan di lapangan
kerja

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Umum Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Menurut Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang Pedangan Besar


Farmasi (PBF), dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah


perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
2. Pedagang Besar Farmasi (PBF) Cabang adalah cabang Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
4. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat
yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai
bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.
5. Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB
adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang
bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/ penyaluran
sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.
6. Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan, yang
selanjutnya disebut Kepala Balai POM adalah kepala unit pelaksana
teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

3
7. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disebut
Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya
di bidang pengawasan obat dan makanan.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian
dan alat kesehatan.
9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang kesehatan.

II.2 Tugas dan Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)

a. Tugas Pedagang Besar Farmasi (PBF)

1. Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang


meliputi obat, bahan obat, dan alat kesehatan.
2. Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi : apotek, rumah sakit,
toko obat berizin dan sarana pelayanan kesehatan masyarakat lain serta
Pedagang Besar Farmasi (PBF) lainnya.
3. Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, perbekalan farmasi sehingga dapat di pertanggung
jawabkan setiap dilakukan pemeriksaan. Untuk toko obat berizin,
pendistribusian obat hanya pada obat-obatan golongan obat bebas dan
obat bebas terbatas, sedangkan untuk Apotek, rumah sakit dan PBF lain
melakukan pendistribusian obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras
dan obat keras tertentu.

b. Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)

1. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.


2. Sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif ke seluruh
tanah air secara merata dan teratur guna mempermudah pelayanan
kesehatan.

4
5

3. Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempurnaan


penyediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan.
4. Sebagai penyalur tunggal obat-obatan golongan narkotik dimana
PBF khusus, yang melakukannya adalah PT. Kimia Farma.
5. Sebagai aset atau kekayaan nasional dan lapangan kerja.

II.3 Perizinan Pedagang Besar Farmasi (PBF)

1. Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal.


2. Setiap PBF dapat mendirikan PBF Cabang.
3. Setiap pendirian PBF Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah
PBF Cabang berada.
4. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
5. Pengakuan PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF.
6. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan
7. Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman modal,
pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman modal dari instansi
yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8. Terhadap permohonan izin PBF dikenai biaya sebagai penerimaan negara
bukan pajak sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
9. Dalam hal permohonan izin PBF sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditolak, maka biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik

kembali oleh pemohon.

II.4 Tata Cara Pemberian Izin Pedagang Besar Farmasi (PBF)

1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan


kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan
menggunakan contoh Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker
calon penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administratif
3. Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat selain
harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melengkapi surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.
4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1),
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat
(3).

5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya


tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1),
Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan CDOB.
6. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif
kepada Direktur Jenderal
7. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CDOB, Kepala Balai POM mengeluarkan
rekomendasi hasil analisis pemenuhan persyaratan CDOB kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon dengan menggunakan contoh
Formulir 3 sebagaimana terlampir.
8. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) serta
persyaratan lainnya yang ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin
PBF dengan menggunakan contoh Formulir 4 sebagaimana terlampir.
9. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat
surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Direktur Jenderal

6
7

dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Balai POM dan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dengan menggunakan contoh Formulir 5
sebagaimana terlampir. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak
diterimanya surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF dengan tembusan kepada
Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai POM.

II.5 Tata cara Pemberian Pengakuan PBF Cabang

1. Untuk memperoleh pengakuan sebagai PBF Cabang, pemohon harus


mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Balai POM, dan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh
Formulir 6 sebagaimana terlampir.
2. Permohonan harus ditandatangani oleh kepala PBF Cabang dan apoteker
calon penanggung jawab PBF Cabang disertai dengan kelengkapan
administratif
3. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan verifikasi kelengkapan
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan ayat
(3).Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1),
Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan CDOB.
4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Balai POM
5. dan pemohon dengan menggunakan contoh Formulir7 sebagaimana terlampir.
II.6 Masa Berlaku

1. Izin PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila:


a. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;
b. Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau
c. Izin pbf dicabut.
2. Pengakuan Cabang PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila:
a. Masa berlaku Izin PBF habis dan tidak diperpanjang;
b. Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau
c. Pengakuan dicabut.

II.7 Pengelolaan Sumber Pedagang Besar Farmasi (PBF)


Setiap organisasi perusahaan beroperasi dengan menggunakan seluruh
sumber dayanya untuk dapat menghasilkan produk baik barang atau jasa
yangbiasa dipasarkan. Dalam hal ini pengelolaan sumber daya yang dimiliki
perusahaan meliputi sumber daya finensial, fisik, SDM, dan kemampuan
teknologi dan sistem. Karena sumber-sumber yang dimiliki perusahaan
bersifat terbatas sehingga perusahaan dituntut mampu memperdayakan dan
mengoptimalkan penggunaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan dalam suatu pedagang besar farmasi cabang terdiri dari beberapa
personalia yang bertanggung jawab dalam kegiatan manajerial dan harus
dipastikan tersedianya personil yang kompoten dalam jumlah memadai
dalam tiap kegiatan yang dilakukan dalam rantai distribusi untuk
memastikan bahwa mutu obat dan atau bahan obat tetap terjaga. Jabatan dan
tugas dari personaliapedagang besar farmasi cabang.

II.8 Pelayanan Farmasi di Pedagang Besar Farmasi


1. Perencanaan dan pengadaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan untuk menentukan jenis
obat apa dan berapa yang diperlukan untuk periode pengadaan yang akan
datang. Tujuan dari perencanaanobat adalah untuk mendapatkan jenis
dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan menghindari terjadinya

8
9

stock out (kekosongan) obat, dan meningkatkan penggunaan obat secara


rasional. Hal ini dikarenakan perencanaan merupakan hal penting dalam
pengadaan obat. Apabila dalam perencanaan lemah maka akan
mempengaruhi dan mengakibatkan kekacauan siklus manajemen secara
keseluruhan mulai dari pemborosan dalam penganggaran,
membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan serta tidak
tersalurnya obat hingga rusak atau kadaluwarsa.Pengadaan merupakan
kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah di rencanakan
sebelumnya. Hal ini terkait dengan tujuan dari pengadaan barang yaitu
memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik,
pengiriman obat terjamin tepat waktu, serta proses berjalan lancar dengan
tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebih.
2. Penerimaan barang
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman
obat dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang
disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama
transportasi.
3. Penyimpanan
Penyimpanan dan penanganan obat atau bahan obat harus
mematuhi peraturan perundang-undangan.
a. Kondisi penyimpanan untuk obat atau bahan obat harus sesuai dengan
rekomendasi dari industri farmasi memproduksi bahan obat standar
mutu farmasi.

b. Volume pemesanan obat atau bahan obat harus memperhitungkan


kapasitas sarana penyimpanan.
c. Obat atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat
atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan
akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor
eksternal lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat atau bahan
obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus.
d. Kontainer obat atau bahan obat yang diterima harus dibersihkan
sebelum disimpan.
e. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat atau bahan obat harus
memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan
dan memungkinkan penyimpanan secara teratur sesuai kategorinya;
dikembalikan, ditarik, atau diduga palsu.
f. Penyusunan dilakukan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-
masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan
terlebih dahulu dari obat yang datang kemudian, dan First Expired
First Out (FEFO) untuk masingmasing obat artinya obat yang lebih
awal kadaluarsamya harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang
kadaluarsanya lebih lama.
g. Obat atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian rupa
untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan tercampur.
Obat atau bahan obat tidakboleh langsung diletakkan dilantai. Obat
atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik, dipisahkan
secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik
untuk obat dan/atau bahan obat kedaluarsa harus dilakukan secara
berkala.
h. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock
opname secara berkala berdasarkan pendekatan risiko.

4. Penanganan obat kadaluarsa


a. Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat yang tidak memenuhi
syarat untuk didistribusikan.
b. Obat/bahan obat yang akan dimusnahkan harus diindentifikasi secara
tepat, diberi label yang jelas, disimpan secara terpisah dan terkunci
serta ditangani sesuai dengan prosedur tertulis. Prosedur tertulis
tersebut harus memperhatikan dampak terhadap kesehatan,
pencegahan pencemaran lingkungan, kebocoran/penyimpangan
obat/bahan obat kepada pihak yang tidak berwenang.

10
11

II.9 SP (Surat Pesanan Obat)


Surat pesanan adalah surat yang berisi permintaan pengadan sediaan
farmasi yang dilengkapi dengan nama, jenis dan kekuatan serta jumlah yang
ditujukan kepada pemasok.. Pemesanan dilakukan untuk memelihara
keadaan stock sehingga dapat memeberikan pelayanan yang
berkesinambungan dan teratur. Stock maksimum terdiri dari dua komponen
stock “reguler” dan stock“buffer”.
Titik batas pemesanan ini dapat ditetapkan berdasarkan jangka waktu
tertentu atau berdasarkan tingkat keseimbangan stok pada tingkat tertentu
ketika pemesanan untuk pengadaan harus sudah dilakukan.
Pemesanan dibuat secara tertulis minimal dua rangkap menggunakan
form Surat Pesanan. Jika pesanan dilakukan lewat telepon, Surat Pesanan
diserahkan pada saat obat diterima.Setiap Surat Pesanan seharusnya diberi
nomor secara berurutan, nomor dicetak dengan baik, jelas dan rapi.
Apabila karena suatu hal Surat Pesanan tidak dapat digunakan, maka
Surat Pesanan yang tidak digunakan ini tetap harus diarsipkan dengan diberi
tanda pembatalan yang jelas. Surat Pesanan harus ditandatangani oleh
penanggung jawab, sambil dicantumkan nama jelas dan nomor Surat Izin
Kerja yang bersangkutan. Surat Pesanan diarsipkan berdasarkan nomor urut
dan tanggal pemesanan.
BAB III

URAIAN KHUSUS
III.1 Sejarah Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. RAJAWALI NUSINDO
Cabang Makassar

PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) merupakan salah satu


perusahaan tertua di Indonesia dengan ukiran sejarah yang cemerlang. Pada
awalnya Perusahaan bernama Kian Gwan Company Limited NV didirikan
dengan akta No.85 dari Tan A Sioe Notaris di Semarang tanggal 22 Juli 1955
yang bernaung di dalam grup Oei Tiong Ham Concern. Anggaran dasar telah
mengalami perubahan dengan akta No. 91 tanggal 30 Agustus 1955 dari
Notaris yang sama dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
RI No.J.A.1/103/13 tanggal 5 November 1955.
Pada tahun 1961 perusahaan tersebut dinasionalisasikan oleh
Pemerintah RI berdasarkan Keputusan Pengadilan Ekonomi No.32/1961
EKS tanggal 10 Juli 1961 yang kemudian dikukuhkan dengan Keputusan
Mahkamah Agung RI No.5/Kr/K/1963 tanggal 27 April 1963 dimana
kegiatan perusahaan berada dibawah penguasaan Menteri / Jaksa Agung
untuk selanjutnya pada tanggal 20 Juli 1963 penguasaan diserahterimakan
dari Jaksa Agung kepada Menteri Urusan Pendapatan Pembiayaan dan
Pengawasan (P3) yang sekarang menjadi Departemen Keuangan Republik
Indonesia.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kompartemen Keuangan
tanggal 19 Agustus 1964 No.0642/M.K.3/64 dari seluruh harta Oei Tiong
Ham Concern oleh Pemerintah dipergunakan sebagai Penyertaan Modal
Pemerintah dalam pendirian PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi
Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia termasuk di dalamnya
seluruh saham Kian Gwan Company Indonesia Limited NV.Dalam
perkembangannya sesuai dengan akte No.5 dari Joeni Moelyani Notaris di
Semarang tanggal 1 Pebruari 1971 telah diadakan perubahan Anggaran
Dasar Perseroan Kian Gwan Company Indonesia Limited NV dengan

12
13

merubah nama perusahaan tersebut menjadi PT. Rajawali Impor Ekspor dan
pada tanggal 18 Juni 1971 terjadi lagi perubahan Anggaran Dasar Perseroan
dengan akta No.37 dari Notaris yang sama dengan merubah kembali nama
perusahaan menjadi PT. Perusahaan Impor Ekspor Rajawali Nusindo dan
perubahan tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI
No.J.A.5/138/3 tanggal 23 September 1971. Pada tanggal 27 Juni 1975
Anggaran Dasar mengalami perubahan kembali dengan menyatakan seluruh
saham PT. PIE Rajawali Nusindo dimiliki oleh PT. PPEN Rajawali
Nusantara Indonesia. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan terjadi kembali
pada tanggal 6 Agustus 1981 dengan meningkatkan modal perseroan dan
telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI
No.C25684.HT.01.04.TH.83.
Pada tanggal 29 Mei 1995 dengan akta No. 107 dari Imas Fatimah
SH. Notaris di Jakarta terjadi lagi perubahan Anggaran Dasar Perseroan
dengan peningkatan modal dan menyingkat nama PT. Perusahaan Impor
Ekspor Rajawali Nusindo menjadi PT. Rajawali Nusindo dan perubahan
anggaran dasar telah mendapat penesahan dari Menteri Kehakiman RI
tanggal 16 maret 1996.

Pada tanggal 8 Juli 1998 Anggaran Dasar Perseroan mengalami


perubahan kembali dengan akta No.21 tanggal 8 Juli 1998 tentang maksud
dan tujuan serta perubahan struktur permodalan. Perubahan tersebut telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI No.C2-
18.868.HT.01.04.TH.98 tanggal 2 Oktober 1998. Terakhir Anggaran Dasar
Perseroan mengalami perubahan kembali dengan akta No.32 dari Notaris
Sutjipto SH tanggal 12 Juni 2001 tentang penggabungan PT Rajawali
Nusindo ke dalam PT Rajawali Nusantara Indonesia. Perubahan
Anggaran tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia RI No.C-05796.HT.01.04.TH.2001 tanggal 14 Agustus
2001.
Pada tanggal 31 Oktober 2004 dengan akta nomor 4 dari Nanda Fauz
Iwan, SH, M.Kn, notaris yang berkedudukan di Jakarta, terjadi lagi
perubahan tentang pemisahan unit distribusi dan perdagangan PT. Rajawali
Nusantara Indonesia menjadi anak perusahaan sendiri dengan nama PT.
Rajawali Nusindo. Pendirian perseroan tersebut telah disetujui oleh Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara nomor S- 244/MBU/2004 tanggal 4 Mei
2004 serta telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia nomor C-16617 HT.01.01.TH.2004
tanggal 2 Juli 2004.
Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham, yang dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili paling sedikit
2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham yang mempunyai hak
suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari
jumlah suara tersebut.Perubahan tersebut harus dibuat dengan akta Notaris
dan dalam Bahasa Indonesia serta dilaporkan kepada Menteri Kehakiman
Replubik Indonesia dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan. Kini PT.
Rajawali Nusantara Indonesia (Rajawali Nusindo) merupakan salah satu
perusahaan tertua di Indonesia dengan ukiran sejarah yang
cemerlang.Rajawali Nusindo sebagai perusahaan distribusi dan trading
dibidang farmasi, alat kesehatan, consumer goods dan agri bisnis yang
sangat dinamis dan kompetitif telah terbukti berhasil terus
berkembang.Perusahaan ini adalah 100% dimiliki oleh negara yang
diversifikasi perusahaan induk PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero).
PT. Rajawali Nusindo memiliki 42 kantor cabang di Indonesia diantaranya
adalah PT. Rajawali Nusindo Cabang Makassar yang terletak dijalan W.
Mongisidi No. 54 Makassar.

14
15

III.2 Tujuan Pendirian Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. RAJAWALI


NUSINDO Cabang Makassar
Adapun Visi dan Misi dari PT. Rajawali Nusindo adalah :
VISI
Menjadi perusahaan investment holding terbaik di tingkat regional dengan
basis agro industri, farmasi, alat kesehatan, distribusi, perniagaan dan
properti.
MISI
1. Mengelola kelompok usaha secara terintegrasi dengan mengedepankan
prinsip sinergi antar kelompok usaha
2. Menjalankan perusahaan secara profesional dengan kualitas produk dan
layanan yang prima.
3. Mengembangkan budaya perusahaan dan sumber daya manusia yang
handal serta berkinerja tinggi dengan menerapkan prinsipprinsip tata
kelola perusahaan yang baik.
4. Menerapkan strategi usaha yang berkomitmen tinggi dalam rangka
memberikan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya.Menjalankan kegiatan usaha secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
III.3 Organisasi Instansi/Unit Kerja

16
17

BAB IV

PEMBAHASAN

Pedagang besar farmasi adalah badan hukum perseroan terbatas atau


koperasi yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Selain itu pedagang besar farmasi juga sangat dibutuhkan
masyarakat sekaligus membantu pemerintah dalam pengawasan dan pengendalian
obat yang beredar di masyarakat, obat dapat pula membahayakan kesehatan
apabila penggunaan yang tidak tepat. Dalam pemberian pelayanan kefarmasian
pedagang besar farmasi senantiasa berpegang pada peraturan pemerintah
disamping adanya tanggungjawab moral untuk senantiasa mementingkan
kepentingan sosial.

Salah satu fungsi PBF adalah untuk melakukan pengadaan, penyimpanan,


dan penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah kecil ataupun jumlah besar
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. PBF dapat menyalurkan
perbekalan farmasi di apotek, rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya
yang ditetapkan menteri kesehatan.

Secara umum di PT Rajawali Nusindo cabang Makassar telah menerapkan


cara distribusi obat yang baik (CDOB) dan mendistribusikan obat atau bahan
obat, hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian yang menyatakan bahwa fasilitas distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi harus memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik.
Begitu juga dengan peraturan menteri kesehatan N0.34 tahun 2014 yang
menyatakan bahwa PBF dan PBF cabang harus melaksanakan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat dan atau bahan obat sesuai dengan CDOB yang
ditetapakan oleh kepala badan.

Terdapat 9 aspek dalam CDOB yaitu manajemen mutu: organisasi,


manajemen dan personalia, bangunan dan peralatan, transportasi, fasilitas
distribusi berdasarkan kontrak dan dokumentasi, penerapan aspek manajemen
mutu yang dilaksakan yaitu mempertahankan sistem mutu dimana PT Rajawali
Nusindo Cabang Makassar menerapkan melalui standarisasi operasional prosedur
(SOP) seluruh kegiatan yang terdapat di PBF untuk menjamin mutu produk tetap
terjaga. Tujuan dari sistem mutu antara lain, adalah menjaga dan meningkatkan
kemampuan organisasi dan memenuhi persyaratan pelanggan, peraturan dan
persyaratan perundangan terkait, selain itu juga menjamin terselenggaranya suatu
sistem jaminan kualitas sehingga produk yang didistribusikan terjamin mutu,
khasiat, keamanan dan keabsahannya sampai ke tangan konsumen, serta
melingungi masyarakat dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan. Peran
apoteker dalam aspek manajemen mutu tersebut adalah membuat, mengevaluasi
dan merevisi SOP.

Secara umum pelaksaan aspek organisasi, manajemen, dan personalia


telah terlaksana secara baik, dimana PT.Rajawali Nusindo Cabang Makassar
memiliki struktur organisasi dengan job description yang jelas.

Bangunan di PT.Rajawali Nusindo Cabang Makassar meliputi gudang dan


office. PT.Rajawali Nusindo Cabang Makassar memiliki 2 lantai, yaitu lantai 2
dilakukan proses penerimaan pesanan, menyiapkan faktur lantai 1 sebagai gudang
penyimpanan obat.

Kegiatan distribusi PT.Rajawali Nusindo Cabang Makassar dimulai dari


pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran PT.Rajawali Nusindo
Cabang Makassar melakukan pengadaan barang secara rutin. Pengadaan
dilakukan dengan membuat defekta stok berdasarkan histori penjualan.
Pengadaan barang ini harus disetujui oleh kepala cabang Makassar dan apoteker
penanggung jawab PBF. Khusus untuk pengadaan psikotropika menggunakan
surat pesananan form khusus dan harus ditanda tangani oleh apoteker penanggung
jawab.

18
19

Sistem penyimpanan di PT.Rajawali Nusindo Cabang Makassar yaitu


FEFO (first expired first out). Penyimpanan obat digudang dilakukan berdasarkan
kelompok bentuk sediaan dan juga berdasarkan pada kondisi suhu yang sesuai
untuk setiap produknya, dengan memperhatikan kestablian produk terhadap
temperature dan cahaya. Memiliki sistem penyimpanan khusus seperti produk
vaksin yang menitikberatkan pada pengontrolan suhu. Untuk penyimpanan
vaksin, diperlukan alat khusus sepeti chiller agar mutu vaksin tersebut bisa tetap
terjaga, adapun dokumen yang digunakan pada proses penyimpanan antara lain
kartu stok, laporan evaluasi, dan laporan stock opname.

Proses penyiapan barang yang akan didisribusikan dilakukan oleh picker.


Picker menyiapkan barang di gudang sesuai pesanan dari outlet sesuai dengan
faktur.

Penangan keluhan obat, diduga palsu dan penarikan kembali, penangannya


diatur sesuai dengan SOP.

Adapun beberapa tugas yang dikerjakan mahasiswa selama PKL

i. Mencatat faktur pada buku ekspedisi meliputi : no,faktur, nama outlet,


jumlah total harga produk yang dipesan
ii. Membawa faktur yang sudah ditandaitangani oleh apoteker penanggung
jawab dan bagian gudang
iii. Menyiapkan obat sesuai dengan faktur
iv. Mencatat pengeluaran obat sesuai dengan faktur pada kartu stok yang
meliputi ; tanggal faktur, nama outlet, no batch, jumlah produk yang
diambil
v. Mengecek suhu gudang
vi. Melakukan stok opname
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan, tentu akan menemui berbagai kendala
dan hambatan. Begitu pula pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang
dilaksanakan oleh praktikan karena PKL merupakan hal yang baru dilakukan oleh
praktikan, maka praktikan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di pedagang besar farmasi
yaitu PT. Rajawali Nusindo Cabang Makassar selama kurang lebih tiga
minggu dapat kami simpulkan :

1. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di PT. Rajawali Nusindo


Cabang Makassar sudah diterapkan sebagaimana mestinya.
2. Pedagang Besar Farmasi melayani pendistribusian perbekalan farmasi
seperti obat-obatan dan sebagainya. Selain itu pedagang besar farmasi
hanya dapat mendistribusikan barang-barangnya kepada apotek, rumah
sakit, balai pengobatan, PBF lain, toko obat berizin dan instalasi lain
yangtelah di tentukan dalam peratuan pemerintah yang berlaku.
3. Pelaksanaan PKL di Pedagang Besar Farmasi PT. Rajawali Nusindo
sangat bermanfaat bagi mahasiswa farmasi menyangkut berbagai
aspek pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan,
pengadaan, penyimpanan dan distribusi.
V.2 Saran
Diharapkan pada tahun-tahun mendatang PT.Rajawali Nusindo Cab.
Makassar masih menerima mahasiswa akademi farmasi yamasi Makassar
dalam melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) dengan mempelajari
lebihdalam.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan No 1148 tahun 2011 Tentang Pedagang Besar


Farmasi. jakarta.

Faika. (2017). Laporan Praktek Kerja Lapangan PBF Rajawali. Makassar:


Jihan,Ayu,Sri,Aulia.

Wilujeng. (2013, juni rabu). PBF (Pedagang Besar Farmasi). Retrieved mei
minggu,2018, from blognya wilujeng
http;//blognyeajeng.blogspot.co.id

Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan nomor 6, 2020, Pedoman
tekhnis cara distribusi obat yang baik., BPOM; Jakarta

Reski amelia, s. (2019). Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Rajawali


Nusindo.program studi profesi apoteker fakultas farmasi, universitas Halu
oleo; kendari
LAMPIRAN

Gambar 1

PT. Rajawali Nusindo Cabang Makassr

22
23

Gambar 2
Tampak depan Gudang PT. Rajawali Nusindo
Gambar 3 Gambar 4
Gudang Obat Paten Gudang Obat Generik

Gambar 5. Gambar.6
Gudang alkes Lemari Psikotropika

24
25

Gambar 7 Gambar 8
Mengecek suhu Mengecek Barang Masuk

Gambar 9 Gambar 10
Menyiapkan barang pesanan Memisahkan Barang ED
Gambar 11 Gambar 12

Lemari Produk Rantai Dingin Mengtung obat Recall

(Cold Chain Product )

26

Anda mungkin juga menyukai