Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING Tbk

CABANG JAMBI

Disusun Oleh :

1. NADIATUL MAWADDAH : (1548201050)


2. REGITA ANGGINA : (1548201022)

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN 2018/2019
LEMBARAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


INI TELAH DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING INSTITUSI DAN PEMBIMBING LAPANGAN
MAHASISWA SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI
JAMBI

JAMBI, September 2018

PEMBIMBING INSTITUSI

( SANTI PERAWATI, M.Farm, Apt )

PEMBIMBING LAPANGAN

(MUTIA ARDILA,S.Farm., Apt)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja lapangan (PKL)
Di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk Cabang Jambi dengan baik. Praktek yang
mana pelaksanaannya dimulai dari tanggal 3 September 2018 sampai 22
September 2018.

Maka dari itu kami segenap tim penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak terkait yang telah mengajarkan kami banyak hal selama Praktik
Kerja Lapangan di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk Cabang Jambi dan
membantu kami dalam menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan ini,
terutama kepada :

1. Ibu Santi Perawati, M.Farm., Apt. sebagai pembimbing institusi yang telah
memberi pengarahan dalam menyusun laporan PKL.
2. Kakak Mutia Ardila,S.Farm., Apt selaku Apoteker Penanggung Jawab di
PT. Enseval Putera Megatrading Tbk Cabang Jambi sekaligus sebagai
pembimbingan lahan yang telah memberikan materi, arahan serta
bimbingan selama PKL berlangsung.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-satu yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, maka dari
itu kami sangat berharap kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan
laporan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilakukan, semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jambi, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG PKL ...................................................................1


1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PKL ..........................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
1.1 TINJAUAN UMUM ...............................................................................3
1.2 TINJAUAN KHUSUS ............................................................................9
1.2.1 SEJARAH ....................................................................................9
1.2.2 VISI DAN MISI ...........................................................................11
1.3 RUANG LINGKUP PBF ........................................................................12
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................16
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................20
4.1 KESIMPULAN .......................................................................................20
4.2 SARAN ...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan


Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
kesehatan nasional dalam bidang kesehatan, dalam pencapaian derajat kesehatan
secara optimal. Dalam kaitan ini pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan
untuk memperoleh tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu menjalankan
tugas untuk mewujudkan perubahan pertumbuhan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu proses pembelajaran pada
unit kerja secara nyata, sehingga mendapat gambaran pengalaman kerja secara
langsung dan menyeluruh. Sebagai calon tenaga penunjang pada pelayanan
kesehatan mahasiswa STIKes Harapan Ibu jambi diharapkan mengetahui berbagai
kegiatan meliputi bidang produksi, distribusi, pelayanan dan pengawasan sedian
farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi merupakan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan yang menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan
tenaga pelayanan kesehatan khususnya dibidang farmasi, oleh karena itu tenaga
farmasi harus terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri baik sebagai
pribadi maupun sebagai tenaga kesehatan profesional berdasarkan nilai-nilai yang
dapat menunjang upaya pembangunan kesehatan.
Untuk mendapatkan tenaga farmasi maka penyelenggaraan pendidikan
terutama proses belajar mengajar perlu ditingkatkan secara terus menerus baik
kuantitas maupun kualitas. Salat satu upaya yang dapat dilakukan diantaranya
adalah dengan memberikan pengalaman kerja kepada peserta didik melalui latihan
kerja yang disebut sebagai Pelatihan Kerja Lpangan (PKL)
Salah satu yang berperan besar dalam proses distribusi sedian farmasi dan
perbekalan farmasi adalah Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pedagang Besar
Farmasi merupakan suatu usaha berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
melakukan pengadaan, penyimpana, penyaluran dan perbekalan farmasi dalam
jumlah besar sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku. Maka dari itu

1
agar dapat mengaplikasikan ilmu tentang pendistribusian sediaan farmasi
dilakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk
Cabang Jambi.

1.2 Tujuan dan Manfaat PKL


A. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
a. Memahami dasar-dasar pendistribusian sediaan farmasi dan
alat kesehatan di PBF.
b. Mampu memahami proses pengelolaan dan pendistribusian
sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangaan.
c. Meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta
keterampilan tentang pengadaan, penyimpanan, pengelolaan
distribusi, pelayanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di
PBF sesuai CDOB.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja dan
tanggung jawab seorang tenaga teknis kefarmasian di PBF.
b. Untuk menghasilkan tenaga kefarmasian yang profesional,
jujur dan bertanggung jawab dalam hal pelayanan kefarmasian
kepada masyarakat.

B. Manfaat PKL
a. Memberikan pengalaman kerja nyata serta dapat menyatukan
pengetahuan dan keterampilan agar lebih percaya diri dan
mandiri,
b. Menambah ilmu pengetahuan dalam hal pengelolaan sediaan
farmasi mulai dari perencanaan, pemesanan, penyimpanan,
dan pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan.

2
c. Dapat mengetahui secara langsung tata laksana
pendistribusian dan pengelolaan sediaan farmasi lainnya di
PBF.
d. Mengetahui cara pendistribusian sediaan farmasi dan alat
kesehatan terutama obat-obatan yang baik dan aman sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2017 tentang Pedagang Besar Farmasi yaitu :

Pasal 13

1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan


menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan oleh Menteri.

2) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi


dan/atau sesama PBF.

3) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri


farmasi, sesama PBF dan/atau melalui importasi.

4) Pengadaan bahan obat melalui importasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5) PBF Cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/atau bahan


obat dari PBF pusat atau PBF Cabang lain yang ditunjuk oleh PBF
pusatnya.

6) PBF dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan obat atau bahan
obat harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan nomor SIPA.

Pasal 14

1) Dalam hal apoteker penanggung jawab tidak dapat melaksanakan tugas,


PBF atau PBF Cabang harus menunjuk apoteker lain sebagai pengganti
sementara yang bertugas paling lama untuk waktu 3 (tiga) bulan.

4
2) PBF atau PBF Cabang yang menunjuk apoteker lain sebagai pengganti
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada kepala dinas kesehatan provinsi
setempat dengan tembusan Kepala Balai POM.

Pasal 15

1) PBF dan PBF Cabang harus melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan


penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB yang
ditetapkan oleh Menteri.

2) Penerapan CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai


pedoman teknis CDOB yang ditetapkan oleh Kepala Badan.

3) PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat
CDOB oleh Kepala Badan.

Pasal 16

1) Setiap PBF atau PBF Cabang wajib melaksanakan dokumentasi


pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran di tempat usahanya dengan
mengikuti pedoman CDOB.

2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara


elektronik.

3) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) setiap saat
harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang.

Pasal 17

1) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat secara
eceran.

2) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menerima dan/atau melayani resep
dokter.

5
Pasal 18

1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2) Fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. apotek;
b. instalasi farmasi rumah sakit;
c. puskesmas;
d. klinik; atau
e. toko obat.

3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF dan
PBF Cabang tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat.

4) Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dan PBF Cabang dapat


menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19

1) PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di daerah
provinsi sesuai dengan surat pengakuannya.

2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF


Cabang dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di daerah provinsi
terdekat untuk dan atas nama PBF pusat yang dibuktikan dengan Surat
Penugasan/Penunjukan.

3) Setiap Surat Penugasan/Penunjukkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


berlaku hanya untuk 1 (satu) daerah provinsi terdekat yang dituju dengan
jangka waktu selama 1 (satu) bulan.

6
4) PBF Cabang yang menyalurkan obat dan/atau bahan obat di daerah
provinsi terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyampaikan
pemberitahuan atas Surat Penugasan/Penunjukan secara tertulis kepada
kepala dinas kesehatan provinsi yang dituju dengan tembusan kepala dinas
kesehatan provinsi asal PBF Cabang, Kepala Balai POM provinsi asal
PBF Cabang dan Kepala Balai POM provinsi yang dituju.

Pasal 20

1) PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berdasarkan


surat pesanan yang ditandatangani apoteker pemegang SIA, apoteker
penanggung jawab, atau tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab
untuk toko obat dengan mencantumkan nomor SIPA atau SIPTTK.

2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


penyaluran obat berdasarkan pembelian secara elektronik (E-Purchasing)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 21

1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan.

2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan surat


pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker
penanggung jawab.

3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) surat


pesanan untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani oleh pimpinan
lembaga.

7
Pasal 22

1) Setiap PBF dan PBF Cabang yang melakukan pengadaan, penyimpanan,


dan penyaluran narkotika wajib memiliki izin khusus sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

1) Setiap PBF atau PBF Cabang yang melakukan pengubahan kemasan


bahan obat dari kemasan atau pengemasan kembali bahan obat dari
kemasan aslinya wajib melakukan pengujian laboratorium.

2) Dalam hal dilakukan pengubahan kemasan atau pengemasan kembali


bahan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PBF atau PBF Cabang
wajib memiliki ruang pengemasan ulang sesuai persyaratan CDOB.

Pasal 24

1) Selain menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat


dan/atau bahan obat, PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan
dan pelatihan.

Syarat gudang PBF Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


30 tahun 2017 :

Pasal 25

1) Gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada lokasi yang
terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan intern
oleh direksi/pengurus dan penanggung jawab.

2) Dalam hal gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang berada dalam lokasi
yang terpisah maka pada gudang tersebut harus memiliki apoteker.

8
Pasal 26

1) PBF dan PBF Cabang dapat melakukan penambahan gudang atau


perubahan gudang.

2) Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) harus memperoleh persetujuan dari Direktur Jenderal.

3) Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF Cabang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus memperoleh persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.

Pasal 27

1) Permohonan penambahan gudang PBF diajukan secara tertulis kepada


Direktur Jenderal dengan mencantumkan :
a. alamat kantor PBF pusat;

b. alamat gudang pusat dan gudang tambahan;


c. nama apoteker penanggung jawab pusat; dan

d. nama apoteker penanggung jawab gudang tambahan.

2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh


direktur/ketua dan dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :
a. fotokopi izin PBF;

b. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker calon penanggung jawab


gudang tambahan;

c. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung


jawab;

d. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang; dan


e. peta lokasi dan denah bangunan gudang tambahan.

3. Permohonan penambahan gudang PBF Cabang diajukan secara tertulis


kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

9
Pelaporan kegiatan PBF menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 30 tahun 2017 :

Pasal 30

1) Setiap PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3


(tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat
dan/atau bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM.

2) Selain laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur


Jenderal setiap saat dapat meminta laporan kegiatan penerimaan dan
penyaluran obat dan/atau bahan obat.

3) Setiap PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan


psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika
dan psikotropika sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan
secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi.

5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) setiap saat harus dapat
diperiksa oleh petugas yang berwenang.

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Sejarah

PT. Enseval didirikan pada Oktober 1973, sebagai akibat dari


pemisahan fungsi distribusi dari pemasaran dan produksi PT. Kalbe Farma
bersama anak perusahaan. Dalam perkembangannya PT. Enseval juga
berkembang menjadi distributor umum, tidak saja menjadi distributor produk
produk farmasi saja tapi juga mencakup produk keperluan konsumen, alat –

10
alat kedokteran bahkan agen dan distributor bahan-bahan dasar kimia untuk
industry farmasi, kosmetik dan industri makanan. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi Indonesia.

PT. Enseval juga melakukan diversifikasi ke berbagai usaha diluar


bidang perdagangan dan distribusi. Ketika manajemen mengambil
kebijaksanaan untuk kembali ke bid ang usaha inti pada tahun 1993, maka
semua kegiatan usaha perdagangan dan distribusi dipindahkan ke PT. Arya
Gupta Cempaka suatu Perseroan yang didirikan pada tahun 1988 yang
selanjutnya pada 6 Agustus 1993 berganti nama menjadi PT Enseval Putera
Megatrading. Pada tanggal 1 Agustus 1994 Perseroan tercatat di Bursa Efek
Jakarta sebagai PT.Enseval Putera Megatrading Tbk.

Kegiatan Perseroan difokuskan pada jasa distribusi dan perdagangan,


yang terdiri atas 4 divisi, yaitu :

a. Divisi penjualan dan distribusi produk farmasi


b. Divisi penjualan dan distribusi produk barang konsumsi, obat bebas dan
nutrisi
c. Divisi pemasaran dan distribusi produk peralatan & perlengkapan
kesehatan
d. Divisi pemasaran dan penjualan produk kimia bahan baku industri farmasi,
kosmetik, makanan dan kesehatan hewan

Hingga kini, PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk memiliki 46


cabang di seluruh Indonesia yang tersebar dari Banda Aceh sampai ke
Jayapura. Perseroan ini juga memiliki infrastruktur yang memadai guna
menunjang kelancaran operasional logistik yaitu 2 Regional Distribution
Centre berupa fasilitas gudang besar yang berada di Jakarta dan Surabaya.
Masing-masing cabang memiliki gudang dan armada pengiriman serta
personil lengkap guna menunjang kegiatan operasional dan keperluan pihak
pemasok (Prinsipal) dan Pelanggan (Outlet).

11
PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk mempunyai 5 anak perusahaan yaitu:

a. PT. Tri Sapta Jaya


b. PT. Millenia Dharma Insani
c. PT. Enseval Medika Prima
d. PT. Global Chemindo Megatrading
e. PT. Renalmed Tiara Utama

2.2.2 Visi dan Misi

PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk memiliki visi dan misi, yaitu :

Visi

Menjadi penyedia layanan logistik dan jasa kesehatan regional terbuka,


dengan mengutamakan pelayanan pelanggan dan kegiatan operasi yang
terpadu.

Misi

Menyediakan jasa layanan logistik yang unggul dan terpadu untuk


produk-produk perawatan kesehatan dan produk sejenisnya.

PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk memiliki Care Values yang disingkat
dengan GISSIA, yaitu:

a. Giving the best to costumer (memberikan yang terbaik pada pelanggan)


b. Integrity (integritas)
c. Striving for excellence (gigih untuk mencapai yang terbaik)
d. Strong teamwork (kerjasama yang kokoh)
e. Innovation (inovasi)
f. Agility (tangkas dan lincah)

12
2.3 Ruang Lingkup PBF
1. Manajemen Mutu
Fasilotas distribusi harus mempertahankan system mutu yang mencakup
tanggung jawab proses dan langkah manajemen resiko kegiatan yang
dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat
atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama
proses distribusi. Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan
jelas, dikaji secara sistematis dan semua tahapan kritis proses distribusi
dan perubahan yang bermakna harus divalidasi dan didokumentasikan.
A. Organisasi, manajemen dan personalia
Pelaksanaan dan pengelolaan system manajemen yang baik serta
distribusi obat atau bahan yang benar sangat bergantung pada
personil yang menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan
kompeten untuk melaksanakan semua tugas yang menjadi
tanggung jawab semua fasiloitas distribusi. Tanggung jawab
masing-masing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat.
Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus
menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjut yang sesuai
dengan tanggung jawabnya
a. Organisasi dan manajemen
Harus ada struktur organisasi untuk tiap bagian yang
dilengkapi dengan bagan organisasi yang jelas. Tanggung
jawab, wewenang dan hubungan antar personil harus ditetapkan
dengan jelas.
b. Tanggung jawab
Penanggung jawab harus seorang apoteker yang
memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai peraturan
perundang-undangan. Disamping itu telah memiliki
pengetahuan dan telah mengikuti pelatihan CDOB.
c. Hygiene
Harus tersedia prosedur tertulis berkaitan dengan hygiene
personil yang reelevan dengan kegiatannya mencakup

13
kesehatan, hygiene dan pakaian kerja. Dilarang menyimpan
makanan, minuman, rokok atau obat untuk penggunaan pribadi
di area penyimpanan. Personil harus dilengkapi dengan pakaian
pelindung sesuai dengan persyaratan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
2. Bangunan dan peralatan
Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan untuk
menjamin perlindungan dan distribusi obat atau bahan obat.
A. Bangunan
1. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan
bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan,
mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup
untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang
baik, dan area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan
yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan
dilaksanakan secara akurat dan aman.
2. Harus ada area terpisah dan terkunci untuk obat atau bahan obat
yang akan dimusnahkan, ditarik maupun yang kadaluarsa.
3. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat atau
bahan obat yang membutuhkan penanganan dan kewenangan
khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan (misalnya
precursor, psikotropika dan narkotika).
4. Jika diperlukan area penyimpanan dengan kondisi khusus, harus
dilakukan pengendalian yang memadai untuk mrnjaga agar
semua bagian terkait dengan area penyimpanan berada dalam
parameter suhu, kelembapan dan pencahayaan yang
dipersyaratkan.
5. Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah,
terlindung dari kondisi cuaca.
6. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman
harus diberikan kepada personil yang berwenang

14
7. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari
sampah dan debu.
B. Peralatan
1. Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan atau memonitor
lingkungan penyimpanan obat atau bahan obat harus dikalibrasi,
serta kebenaran dan kesesuaian tujuan penggunaan diverifikasi
secara berkala dengan metodologi yang tepat.
2. Dokumentasi yang memadai untuk kegiatan perbaikan,
pemeliharaan dan kalibrasi peralatan utama harus dibuat dan
disimpan. Peralatan tersebut misalnya tempat penyimpanan suhu
dingin, termohigrometer atau alat lain pencatat suhu dan
kelembapan.

3. Operasional
A. Pengadaan
1. Fasilitas distribusi harus memperoleh pasokan obat dari
pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Pengadaan obat atau bahan obat harus dikendalikan dengan
prosedur tertulis dan harus diidentifikasi serta
didokumentasikan.
B. Penerimaan
1. Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman
obat atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok
yang disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan
selama transportasi.
2. Obat atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau
tidakan pengamanan khusus, harus segera dipindahkan ketempat
penyimpanan yang sesuai setelah dilakukan pemeriksaan.
3. Nomor batch dan tanggal kadaluarsa obat atau bahan obat harus
dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran

C. Penyimpanan

15
1. Obat atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain
obat atau bahan obat dan terlindung dari paparan cahaya
matahari, suhu, kelembapan dan factor eksternal lainnya.
1. Obat atau bahan obat yang mempunyai persyaratan khusus harus
disimpan ditempat terpisah dengan label yang jelas ldan akses
masuk dibatasi hanya untuk personil yang berwenang.
2. Harus mengikuti metode First Expired First Out (FEFO).
3. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock
opname secara berkala.

D. Pendistribusian
1. Pengiriman obat atau bahan obat harus ditujukan kepada
pelanggan yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan
perundang – undangan.
2. Prosedur tertulis untuk pengiriman obat atau bahan obat harus
tersedia.
3. Dokumen untuk pengiriman obat atau bahan obat harus
disiapkan dan harus mencakup sekurang – kurangnya informasi
berikut:
a. Tanggal pengiriman
b. Nama lengkap, alamat, nomor telepon dan status dari
penerima (misalnya apotek, rumah sakit atau klinik)
c. Deskripsi obat atau bahan obat
d. Nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
e. Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman
f. Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat
perusahaan ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas
personil ekspedisi yang menerima.

16
BAB III

PEMBAHASAN

PBF PT Enseval Putera Megatrading dalam pelaksanaan kegiatannya


melakukan pengelolaan perbekalan/produk farmasi. Secara umum pengelolaan
yang dilaksanakan telah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tata cara
pendistribusian barang, pengembalian barang dari outlet ke PBF, pemusnahan
barang yang rusak serta kondisi penyimpanan pada gudang di PBF PT Enseval
Putera Megatrading adalah sebagai berikut:
1. Pendistribusian.
Pendistribusian barang di PBF PT Enseval Putera Megatrading meliputi
pendistribusian produk Farma, Konsumer dan Produk Alkes.
a. Untuk barang Farma.
Barang Farma terdiri dari obat keras, obat psikotropik. Distribusi barang
Farma dari PT Enseval Putera Megatrading ke pelanggan melalui
ekspedisi.
b. Barang Konsumer
Destribusi barang konsumer kepada pelanggan di dalam dan di luar pulau
dilakukan melalaui kanvas.
c. Produk Alkes
Didistribusikan ke pelanggan yang mempunyai izin alkes.
2. Pengembalian Barang.
Barang-barang yang mengalami kerusakan fisik serta melewati batas
kadalursa dikembalikan oleh pelanggan ke PT Enseval Putera Megatrading,
barang yang dikembalikan dari pelanggan dicek dan dibuatkan laporan berita
acara barang rusak.
Proses retur ada 2 cara:
1) Retur barang kemudian di buatkan faktur dan retur (yang
selanjutnya pemotongan tagihan)
2) Retur barang diganti dengan barang-barang yang sejenis dalam
kondisi baik

17
Kriteria pengembalian barang rusak:
a. Produk yang mendekati expire date, tiga bulan sebelum expire date
dari yang tertera pada kemasan.
b. Kemasan rusak.
c. Obat rusak.
d. Penarikan produk oleh pabrik karena:
1) Kebijakan dari pabrik karena alasan tertentu
2) Ada perintah penarikan dari Dirjen POM
3. Pemusnahan barang rusak
1. Khusus obat-obat yang rusak dikembalikan/diretur ke kantor pusat
dengan membuat Laporan Barang Rusak (LBR). Dokumen LBR dikirim
bersama produk yang rusak tersebut ke kantor pusat untuk selanjutnya
dimusnahkan di pusat.
2. Untuk produk bukan obat (consumer) seperti:susu dan produk makanan
bayi,pemusnahannya dilakukan dikantor cabang dan dibuatkan berita
acara pemusnahan barang,dalam form berita acara pemusnahan barang
tertera nama produk, kode produk, kemasan, jumlah, nomor batch,
tanggal serta tanda tangan para saksi. Pemusnahan dihadiri oleh saksi-
saksi antara lain: Kepala Cabang, Kepala seksi akuntansi, Asisten
Apoteker, penanggung jawab dan kepala gudang serta pihak Principal.

4. Penyimpanan di Gudang
Setelah melakukan penerimaan barang atau alat kesehatan yang telah
memenuhi syarat dan sesuai dengan spesifikasi maka barang atau alat kesehatan di
simpan ke gudang. Luas gudang yaitu 48 x 23 m. Di gudang juga dilengkapi
dengan monitoring suhu yang harus dicatat yaitu tiap pukul 08.00, 11.00, 14.00,
dan pukul 16.00 WIB, pencatatan suhu ini akan diperiksa oleh Badan POM.
Suhu ini akan dapat bermasalah jika suhu tidak sesuai dengan obat atau barang
karena ini akan dapat mempengaruhi kestabilan obat, khususnya obat-obatan yang
suhunya telah ditetapkan, terutama barang ethical.

18
Waktu penyimpanan barang / obat hendaklah diperhatikan petunjuk-
petunjuk / syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk menyimpan barang / obat
tersebut, agar tetap stabil dan tidak rusak karena penyimpanan yang salah, seperti:
a. Sesuai dengan sifat fisika dan kimianya
b. Sesuai dengan jenisnya
c. Menurut bentuk sediaan
d. Penyusunan barang berdasarkan prinsipal
e. Penyusunan barang berdasarkan sistem FEFO
f. Penyusunan barang di letakkan dalam palet-palet ditiap locator,
berdasarkan nomor dan abjad
g. Tiap-tiap palet dan locator barang masing-masing ada penanggung jawab
h. Barang yang rusak atau kemasan penyot dikembalikan ke gudang dan
diletakkan terpisah
i. Barang yang expire date 3 bulan terakhir atau yang sudah dekat
kedaluarsanya ditarik oleh gudang dan dimusnakan
j. Jangan menyimpan barang / obat-obatan langsung diatas lantai, dan
hindarkan dari cahaya matahari langsung, karena akan mempercepat
kerusakan.

Pada waktu penyimpanan barang harus diperhatikan kondisi gudang,


dimana kondisi gudang yang baik sebagai berikut:
a. Lantai rata, tidak licin, dan kedap air
b. Dinding, minimal 20 cm diatas lantai harus kedap air.
c. Luas ruangan cukup
d. Atap tidak bocor
e. Punya langit-langit / loteng yang mudah dibersihkan
f. Ventilasi cukup
g. Punya sarana penyimpanan yang menandai seperti rak obat, lemari
pendingin, ruang yang punya AC dan lain-lain.
h. Punya lemari khusus untuk penyimpanan psikotropika
i. Penyinaran yang cukup
j. Punya sumber air yang memenuhi syarat sebagai air minum
k. Mempuyai pengamanan gudang

19
Di gudang ada tiga macam suhu:
1) Suhu Ambience
Ruangan atau tempat yang bersuhu 25 - 35oC, di tempat ini terdapat
barang-barang yang dijual bebas atau barang comsumer.

2) Suhu Chiller
Tempat yang berada 2-8oC, di tempat ini di letakkan obat-obat tertentu
yang suhunya harus dicek setiap waktu dan sesuai, antara lain:
a. Vaksin (letakkan tidak boleh di gabungkan dengan obat lain)
b. Suppostoria
c. Ovula
d. Dll

3) Suhu Cool Room


Tempat yang bersuhu 20o - 25oC, di tempat ini banyak jenis obat-obatan
dan alat-alat kesehatan lainnya. Setiap barang orderan barang di ruangan
Cool Room harus ada Surat Pesanan (SP) khususnya barang OKT wajib
memiliki Surat Pesanan.
Diruangan Cool Room ada tempat penyimpanan obat psikotropika yang
tersimpan Khusus dilemari OKT, yang isinya ada 4 macam item obat
antara lain:
a. Zipraz
b. Fortanest
c. Danalgin
d. Cliad

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk melakukan pengadaan, penyaluran, penyimpanan
dan penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan No 30 Tahun 2017. Dalam pelaksanaan tugas untuk
melayani perbekalan farmasi kepada instansi yang membutuhkan. PBF PT.
Enseval Putera Megatrading telah menjalankan tugasnya dengan baik.
PBF ini juga telah menjadi lembaga yang dipercaya untuk menyediakan,
menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dalam jumlah besar
kepada sarana kesehatan lainnya, baik berupa produk farma (obat), produk
non farma (Produk Consumer Health Enseval) maupun alat kesehatan.

4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa lebih mempersiapkan diri sebelum
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL), terutama mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan instansi tempat PKL.

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai