CABANG JAMBI
Disusun Oleh :
TAHUN 2018/2019
LEMBARAN PERSETUJUAN
PEMBIMBING INSTITUSI
PEMBIMBING LAPANGAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja lapangan (PKL)
Di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk Cabang Jambi dengan baik. Praktek yang
mana pelaksanaannya dimulai dari tanggal 3 September 2018 sampai 22
September 2018.
Maka dari itu kami segenap tim penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak terkait yang telah mengajarkan kami banyak hal selama Praktik
Kerja Lapangan di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk Cabang Jambi dan
membantu kami dalam menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan ini,
terutama kepada :
1. Ibu Santi Perawati, M.Farm., Apt. sebagai pembimbing institusi yang telah
memberi pengarahan dalam menyusun laporan PKL.
2. Kakak Mutia Ardila,S.Farm., Apt selaku Apoteker Penanggung Jawab di
PT. Enseval Putera Megatrading Tbk Cabang Jambi sekaligus sebagai
pembimbingan lahan yang telah memberikan materi, arahan serta
bimbingan selama PKL berlangsung.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-satu yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, maka dari
itu kami sangat berharap kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan
laporan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilakukan, semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
agar dapat mengaplikasikan ilmu tentang pendistribusian sediaan farmasi
dilakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk
Cabang Jambi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja dan
tanggung jawab seorang tenaga teknis kefarmasian di PBF.
b. Untuk menghasilkan tenaga kefarmasian yang profesional,
jujur dan bertanggung jawab dalam hal pelayanan kefarmasian
kepada masyarakat.
B. Manfaat PKL
a. Memberikan pengalaman kerja nyata serta dapat menyatukan
pengetahuan dan keterampilan agar lebih percaya diri dan
mandiri,
b. Menambah ilmu pengetahuan dalam hal pengelolaan sediaan
farmasi mulai dari perencanaan, pemesanan, penyimpanan,
dan pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan.
2
c. Dapat mengetahui secara langsung tata laksana
pendistribusian dan pengelolaan sediaan farmasi lainnya di
PBF.
d. Mengetahui cara pendistribusian sediaan farmasi dan alat
kesehatan terutama obat-obatan yang baik dan aman sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasal 13
6) PBF dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan obat atau bahan
obat harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan nomor SIPA.
Pasal 14
4
2) PBF atau PBF Cabang yang menunjuk apoteker lain sebagai pengganti
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada kepala dinas kesehatan provinsi
setempat dengan tembusan Kepala Balai POM.
Pasal 15
3) PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat
CDOB oleh Kepala Badan.
Pasal 16
3) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) setiap saat
harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang.
Pasal 17
1) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat secara
eceran.
2) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menerima dan/atau melayani resep
dokter.
5
Pasal 18
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF dan
PBF Cabang tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat.
Pasal 19
1) PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di daerah
provinsi sesuai dengan surat pengakuannya.
6
4) PBF Cabang yang menyalurkan obat dan/atau bahan obat di daerah
provinsi terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyampaikan
pemberitahuan atas Surat Penugasan/Penunjukan secara tertulis kepada
kepala dinas kesehatan provinsi yang dituju dengan tembusan kepala dinas
kesehatan provinsi asal PBF Cabang, Kepala Balai POM provinsi asal
PBF Cabang dan Kepala Balai POM provinsi yang dituju.
Pasal 20
Pasal 21
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan.
7
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
1) Gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada lokasi yang
terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan intern
oleh direksi/pengurus dan penanggung jawab.
2) Dalam hal gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang berada dalam lokasi
yang terpisah maka pada gudang tersebut harus memiliki apoteker.
8
Pasal 26
Pasal 27
9
Pelaporan kegiatan PBF menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 30 tahun 2017 :
Pasal 30
4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan
secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi.
5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) setiap saat harus dapat
diperiksa oleh petugas yang berwenang.
2.2.1 Sejarah
10
alat kedokteran bahkan agen dan distributor bahan-bahan dasar kimia untuk
industry farmasi, kosmetik dan industri makanan. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi Indonesia.
11
PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk mempunyai 5 anak perusahaan yaitu:
PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk memiliki visi dan misi, yaitu :
Visi
Misi
PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk memiliki Care Values yang disingkat
dengan GISSIA, yaitu:
12
2.3 Ruang Lingkup PBF
1. Manajemen Mutu
Fasilotas distribusi harus mempertahankan system mutu yang mencakup
tanggung jawab proses dan langkah manajemen resiko kegiatan yang
dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat
atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama
proses distribusi. Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan
jelas, dikaji secara sistematis dan semua tahapan kritis proses distribusi
dan perubahan yang bermakna harus divalidasi dan didokumentasikan.
A. Organisasi, manajemen dan personalia
Pelaksanaan dan pengelolaan system manajemen yang baik serta
distribusi obat atau bahan yang benar sangat bergantung pada
personil yang menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan
kompeten untuk melaksanakan semua tugas yang menjadi
tanggung jawab semua fasiloitas distribusi. Tanggung jawab
masing-masing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat.
Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus
menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjut yang sesuai
dengan tanggung jawabnya
a. Organisasi dan manajemen
Harus ada struktur organisasi untuk tiap bagian yang
dilengkapi dengan bagan organisasi yang jelas. Tanggung
jawab, wewenang dan hubungan antar personil harus ditetapkan
dengan jelas.
b. Tanggung jawab
Penanggung jawab harus seorang apoteker yang
memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai peraturan
perundang-undangan. Disamping itu telah memiliki
pengetahuan dan telah mengikuti pelatihan CDOB.
c. Hygiene
Harus tersedia prosedur tertulis berkaitan dengan hygiene
personil yang reelevan dengan kegiatannya mencakup
13
kesehatan, hygiene dan pakaian kerja. Dilarang menyimpan
makanan, minuman, rokok atau obat untuk penggunaan pribadi
di area penyimpanan. Personil harus dilengkapi dengan pakaian
pelindung sesuai dengan persyaratan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
2. Bangunan dan peralatan
Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan untuk
menjamin perlindungan dan distribusi obat atau bahan obat.
A. Bangunan
1. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan
bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan,
mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup
untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang
baik, dan area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan
yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan
dilaksanakan secara akurat dan aman.
2. Harus ada area terpisah dan terkunci untuk obat atau bahan obat
yang akan dimusnahkan, ditarik maupun yang kadaluarsa.
3. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat atau
bahan obat yang membutuhkan penanganan dan kewenangan
khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan (misalnya
precursor, psikotropika dan narkotika).
4. Jika diperlukan area penyimpanan dengan kondisi khusus, harus
dilakukan pengendalian yang memadai untuk mrnjaga agar
semua bagian terkait dengan area penyimpanan berada dalam
parameter suhu, kelembapan dan pencahayaan yang
dipersyaratkan.
5. Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah,
terlindung dari kondisi cuaca.
6. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman
harus diberikan kepada personil yang berwenang
14
7. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari
sampah dan debu.
B. Peralatan
1. Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan atau memonitor
lingkungan penyimpanan obat atau bahan obat harus dikalibrasi,
serta kebenaran dan kesesuaian tujuan penggunaan diverifikasi
secara berkala dengan metodologi yang tepat.
2. Dokumentasi yang memadai untuk kegiatan perbaikan,
pemeliharaan dan kalibrasi peralatan utama harus dibuat dan
disimpan. Peralatan tersebut misalnya tempat penyimpanan suhu
dingin, termohigrometer atau alat lain pencatat suhu dan
kelembapan.
3. Operasional
A. Pengadaan
1. Fasilitas distribusi harus memperoleh pasokan obat dari
pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Pengadaan obat atau bahan obat harus dikendalikan dengan
prosedur tertulis dan harus diidentifikasi serta
didokumentasikan.
B. Penerimaan
1. Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman
obat atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok
yang disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan
selama transportasi.
2. Obat atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau
tidakan pengamanan khusus, harus segera dipindahkan ketempat
penyimpanan yang sesuai setelah dilakukan pemeriksaan.
3. Nomor batch dan tanggal kadaluarsa obat atau bahan obat harus
dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran
C. Penyimpanan
15
1. Obat atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain
obat atau bahan obat dan terlindung dari paparan cahaya
matahari, suhu, kelembapan dan factor eksternal lainnya.
1. Obat atau bahan obat yang mempunyai persyaratan khusus harus
disimpan ditempat terpisah dengan label yang jelas ldan akses
masuk dibatasi hanya untuk personil yang berwenang.
2. Harus mengikuti metode First Expired First Out (FEFO).
3. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock
opname secara berkala.
D. Pendistribusian
1. Pengiriman obat atau bahan obat harus ditujukan kepada
pelanggan yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan
perundang – undangan.
2. Prosedur tertulis untuk pengiriman obat atau bahan obat harus
tersedia.
3. Dokumen untuk pengiriman obat atau bahan obat harus
disiapkan dan harus mencakup sekurang – kurangnya informasi
berikut:
a. Tanggal pengiriman
b. Nama lengkap, alamat, nomor telepon dan status dari
penerima (misalnya apotek, rumah sakit atau klinik)
c. Deskripsi obat atau bahan obat
d. Nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
e. Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman
f. Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat
perusahaan ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas
personil ekspedisi yang menerima.
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
Kriteria pengembalian barang rusak:
a. Produk yang mendekati expire date, tiga bulan sebelum expire date
dari yang tertera pada kemasan.
b. Kemasan rusak.
c. Obat rusak.
d. Penarikan produk oleh pabrik karena:
1) Kebijakan dari pabrik karena alasan tertentu
2) Ada perintah penarikan dari Dirjen POM
3. Pemusnahan barang rusak
1. Khusus obat-obat yang rusak dikembalikan/diretur ke kantor pusat
dengan membuat Laporan Barang Rusak (LBR). Dokumen LBR dikirim
bersama produk yang rusak tersebut ke kantor pusat untuk selanjutnya
dimusnahkan di pusat.
2. Untuk produk bukan obat (consumer) seperti:susu dan produk makanan
bayi,pemusnahannya dilakukan dikantor cabang dan dibuatkan berita
acara pemusnahan barang,dalam form berita acara pemusnahan barang
tertera nama produk, kode produk, kemasan, jumlah, nomor batch,
tanggal serta tanda tangan para saksi. Pemusnahan dihadiri oleh saksi-
saksi antara lain: Kepala Cabang, Kepala seksi akuntansi, Asisten
Apoteker, penanggung jawab dan kepala gudang serta pihak Principal.
4. Penyimpanan di Gudang
Setelah melakukan penerimaan barang atau alat kesehatan yang telah
memenuhi syarat dan sesuai dengan spesifikasi maka barang atau alat kesehatan di
simpan ke gudang. Luas gudang yaitu 48 x 23 m. Di gudang juga dilengkapi
dengan monitoring suhu yang harus dicatat yaitu tiap pukul 08.00, 11.00, 14.00,
dan pukul 16.00 WIB, pencatatan suhu ini akan diperiksa oleh Badan POM.
Suhu ini akan dapat bermasalah jika suhu tidak sesuai dengan obat atau barang
karena ini akan dapat mempengaruhi kestabilan obat, khususnya obat-obatan yang
suhunya telah ditetapkan, terutama barang ethical.
18
Waktu penyimpanan barang / obat hendaklah diperhatikan petunjuk-
petunjuk / syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk menyimpan barang / obat
tersebut, agar tetap stabil dan tidak rusak karena penyimpanan yang salah, seperti:
a. Sesuai dengan sifat fisika dan kimianya
b. Sesuai dengan jenisnya
c. Menurut bentuk sediaan
d. Penyusunan barang berdasarkan prinsipal
e. Penyusunan barang berdasarkan sistem FEFO
f. Penyusunan barang di letakkan dalam palet-palet ditiap locator,
berdasarkan nomor dan abjad
g. Tiap-tiap palet dan locator barang masing-masing ada penanggung jawab
h. Barang yang rusak atau kemasan penyot dikembalikan ke gudang dan
diletakkan terpisah
i. Barang yang expire date 3 bulan terakhir atau yang sudah dekat
kedaluarsanya ditarik oleh gudang dan dimusnakan
j. Jangan menyimpan barang / obat-obatan langsung diatas lantai, dan
hindarkan dari cahaya matahari langsung, karena akan mempercepat
kerusakan.
19
Di gudang ada tiga macam suhu:
1) Suhu Ambience
Ruangan atau tempat yang bersuhu 25 - 35oC, di tempat ini terdapat
barang-barang yang dijual bebas atau barang comsumer.
2) Suhu Chiller
Tempat yang berada 2-8oC, di tempat ini di letakkan obat-obat tertentu
yang suhunya harus dicek setiap waktu dan sesuai, antara lain:
a. Vaksin (letakkan tidak boleh di gabungkan dengan obat lain)
b. Suppostoria
c. Ovula
d. Dll
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk melakukan pengadaan, penyaluran, penyimpanan
dan penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan No 30 Tahun 2017. Dalam pelaksanaan tugas untuk
melayani perbekalan farmasi kepada instansi yang membutuhkan. PBF PT.
Enseval Putera Megatrading telah menjalankan tugasnya dengan baik.
PBF ini juga telah menjadi lembaga yang dipercaya untuk menyediakan,
menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dalam jumlah besar
kepada sarana kesehatan lainnya, baik berupa produk farma (obat), produk
non farma (Produk Consumer Health Enseval) maupun alat kesehatan.
4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa lebih mempersiapkan diri sebelum
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL), terutama mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan instansi tempat PKL.
21
DAFTAR PUSTAKA
22