RUMAH SAKIT
PERIODE 21 JUNI - 09 JULI 2021
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Ahmad Sofyan M (189286)
Erika Tasya Ananda (189316)
Dinda Destian Nita (189310)
Desi Destari (189304)
Fitriya Syafira (189322)
Indah Aulia (189332)
Istianatul Hoiroh (189335)
Nunik Rahmawati (189357)
Laporan ini disusun sebagai syarat dalam kurikulum program Pendidikan Teknis
Kefarmasian (TTK) pada Akademi Farmasi Yarsi Pontianak
Disusun Oleh :
Ahmad Sofyan M (189286)
Erika Tasya Ananda (189316)
Dinda Destian Nita (189310)
Desi Destari (189304)
Fitriya Syafira (189322)
Indah Aulia (189332)
Istianatul Hoiroh (189335)
Nunik Rahmawati (189357)
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbig
Mengetahui :
Direktur Akademi Farmasi Yarsi Pontianak
Assalamualaikum, wr.wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah rahmat dan hidayat-
Sakit yang dilaksanakan dari tanggal 21 Juni s/d 9 Juli 2021.Laporan ini disusun
Dalam pembuatan laporan ini kami banyak dibantu oleh rekan-rekan dan
disen pembimbing. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Weni Puspitasari, S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing
selesainya penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit ini kami
1. Ibu Adhisty Kharisma Justicia, M.Sc., Apt, selaku Direktur Akademi Farmasi
Yarsi Pontianak.
2. Bapak Ade Ferdinan. M. Si., Apt selaku dosen pembimbing Praktek Kerja
3. Seluruh Staf Karyawan di Apotek Kimia Farma Purnama yang telah banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Wassalamualaikum, wr. wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)..................................................2
1.3. Tujuan Pembuatan Laporan Pelaksanaan PKL.......................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit............................................................................................5
2.2. Penetapan Kelas......................................................................................6
2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Umum..............................................................6
2.4. Instalasi Farmasi di Rumah Sakit............................................................7
2.5. Pengelolaan Instalasi Farmasi.................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Sejarah ....................................................................................................9
3.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Islam Yarsi Pontianak...............................11
3.3. Struktur dan personalia..........................................................................14
3.4. Lokasi ...................................................................................................15
3.5. Cakupan Layanan Rumah Sakit............................................................15
3.6. Sarana dan Prasarana.............................................................................16
a. Sarana...............................................................................................16
b. Prasarana...........................................................................................17
3.7. Alur Pelayanan.....................................................................................18
3.8. Pengelolaan Obat..................................................................................18
a. Distribusi obat dari Gudang farmasi ke instalasi farmasi.................18
b. Gudang Obat.....................................................................................19
BAB IV PENUTUP
5.1. Kesimpulan.........................................................................................20
5.2. Saran ..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
DAFTAR LAMPIRAN
kemauan, dan kemampuan yang sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajad
Kesehatan RI No.23 Tahun 1992, Pasal 3). Untuk mencapai tujuan pembangunan
rumah sakit.
serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan penelitian tenaga kerja. Dalam
semua hal yang berkaitan dengan kualitas obat dan alat kesehatan serta
dapat menyesuaikan diri pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan
di bidangnya.
diharapkan peserta didik dapat melatih diri dalam bekerja, bertanggung jawab atas
dasar sikap yang objektif serta agar lebih mengetahui cara – cara pendistribusian,
rumah sakit.
ditetapkan.
social budaya
sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin
maupun alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan
pasien.
f. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh
mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali
oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
h. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara purna
diklasifikasikan menjadi
a. Rumah sakit umum Kleas A, pelayanan spesialistik luas, tempat tidur lebih
dari 1.000
tidur 150-500
a. Pelayanan
pelayanan kefarmasian.
pasien.
Sakit.
d. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
Apoteker.
“OUTPUT” data statistik penggunaan atau pemakaian obat yang relefan, yang
3.1 Sejarah
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jadi bisa
dikatakan rumah sakit adalah pelayanan kesehatan dengan tindakan tepat dan
lengkap. Saat ini selain sarana dan prasarana yang lengkap dan modern, rumah
Rumah sakit sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Dari dulu, teknik
saat ini semua teknik, obat-obatan, dan peralatan pengobatan telah menjadi
semakin modern dan praktis. Bayangkan saja kalau zaman dulu orang yang
kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi
pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Pada awalnya Kuil Asclepius di Yunani
dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga
dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir
Institusi bernama rumah sakit pertama kali berdiri di Sri Lanka yakni Rumah
Sakit Brahmanti pada tahun 431 SM. Selain itu pada 230 SM Raja Ashoka
dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan. umah sakit pertama yang
Gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut
tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada
orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota
harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali
disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra. pada abad 18 rumah sakit
permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai
oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles
diberikan pelayanan gratis. Hal ini juga berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit
yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh
rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran pada
orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah
bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali
a. Visi
b. Misi
bangsa
3.3 Struktur dan personalia
STRUKTUR ORGANISASI
PELINDUNG
DIREKTUR
RUMAH SAKIT
KETUA
Rini Astutik
SEKRETARIS
Mahmus,Amd.Kep
a. Rawat Jalan
Poli Gigi
Poli Umum
Poli kebidanan
Spesialis Kebidanan
Spesialis Mata
Spesialis Gigi
Spesialis Anak
b. Fungsi Penunjang
Apotek 24 jam
Laboratorium
Kamar operasi
1. Bedah umum
2. Kandungan
d. Fisioterapi
a. Sarana
Persyaratan Bangunan Rumah Sakit meliputi persyaratan:
a. Administratif
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b terdiri atas aspek tata bangunan dan
keandalan bangunan.
undangan.
b. Massa Bangunan
d. pemanfaatan Ruang
e. desain tata Ruang dan komponen bangunan.
d. Ruang operasi
h. Ruang radiologi
i. Ruang laboratorium
k. Ruang sterilisasi
l. Ruang farmasi
q. Ruang ibadah
r. Ruang tunggu
t. Ruang menyusui
u. Ruang mekanik
x. kamar jenazah
y. Taman
b. Prasarana
a. Instalasi air
d. Instalasi uap
darurat
j. ambulans
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
a. pelayanan medic
Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 terdiri atas Rumah
Sakit khusus:
b. mata
d. ginjal
e. jiwa
f. infeksi
h. paru
i. ketergantungan obat
j. bedah
k. otak
l. orthopedi
m. kanker
Obat yang sudah diterima oleh instalasi farmasi dari PBF akan diperiksa
jumlah dan bentuk sediaan sediaannya oleh petugas digudang. Dimana petugas
akan menyesuaikan jumlah obat yang diterima dari PBF dengan jumlah yang
cara melihat secara langsung jumlah obat yang ada di rak atau lemari atau
b. Gudang Obat
Pemesanan obat dibuat langsung oleh kepala Instalasi Farmasi kepada PBF.
abjad, bentuk sediaan dan jenis pelayanan kesehatan dengan metode FIFO dan
jumlah obat yang ada. Kemudian setiap obat yang keluar dari gudang dicatat
dalam buku mutasi obat dan kartu stok. Untuk obat yang mendekati ED
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hasil dari praktek kerja lapangan dirumah sakit dapat disimpulkan
pengalaman kerja yang nyata pada kegiatan pelayanan kefarmasian dirumah sakit
dan penyuluhan obat kepada masyarakat dan memberikan kesempatan bagi kami
kerja.
4.2. Saran
sebagai mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/MenKes/Per/III/2010 tentang klasifikasi
rumah sakit
PerMenKes No.159 B/MenKes/Per/II/1998 tentang rumah sakit
Undang-Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992, tentang Kesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Lampiran 1. Sop Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan
Medis Habis Pakai Di Rumah Sakit.
STANDAR SOP PENGADAAN SEDIAAN FARMASI
PROSEDUR ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS
OPERASIONAL HABIS PAKAI
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui
melalui pembelian ke distributor farmasi.
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai.
Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
Prosedur 1. Kepala instalasi farmasi merencanakan
kebutuhan obat dan alat kesehatan setiap
bulan dibantu oleh apoteker pendamping.
2. Rencana kebutuhan disusun dalam DPBB
(Daftar Pembelian Barang dan Bahan).
3. DPBB (Daftar Pembelian Barang dan
Bahan) di persentasikan kepada direktur
utama rumah sakit, direktur operasional,
kepala bidang keuangan, kepala bidang
pelayanan, kepala seksi penunjang medis
untuk didiskusikan dan di setujui.
4. Bila DPBB disetujui, disusun permintaan
penawaran lokal (PPL) yang akan diberikan
pada distributor yang memiliki izin resmi.
5. PPL diserahkan admin finalsil ke distributor,
PPL dimaksudkan untuk memperoleh
kesepakatan pihak rumah sakit dengan
distributor baik dari jumlah maupun harga.
6. PPL yang telah disetujui kedu belah pihak
disusun dalam OPL (Order Pembelisn
Lokal) ditanda tanganin kepala instalasi,
Kepala bidang keuangan (Diparaf terlebih
dahulu oleh kepala seksi keuangan),
Direktur utama ( diparaf terlebih dahulu oleh
direktur operasional
7. OPL dan surat psanan diberika kepada
distributor untuk dilakukan pengiriman obat
dan alat kesehatan
8. Obat dan alat kesehatan diterima oleh tenaga
farmasi dengan memeriksa kesesuaian
pesanan, faktur, dan barang yang diterima
(jumlah, pengiriman sesuai kestabilitas
barang, dan tanggal expired min 2 tahun
kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai contoh:
Vaksin, Regensia).
9. Bila obat dan alat kesehatan yang diterima
sesuai dengan pesanan, petugas gudang
melakukan pencatatan dan dimasukan
kedalam kartu stok.
10. Khusus untuk narkotika dan psikotropika
surat pesanan dibuat dengan menggunakan
form khusus.
Unit Terkait 1. Instalasi Farmasi
2. Gudang Obat
Lampiran 2. Sop Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan
Medis Habis Pakai Di Rs
STANDAR PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT
PROSEDUR KESEHATAN DAN BAHAN HABIS PAKAI
OPERASIONAL
DI RS
Pengertian Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai adalah proses penerimaan
dari distributor yang sudah ditentukan.
Tujuan 1. Menjamin kesesusaian barang yang diterima
dengan surat pesanan (SP).
2. Menjamin barang yang diterima dengan mutu
yang baik.
3. Agar petugas farmasi memahami tata cara
penerimaan sediaan farmasi, alat Kesehatan
dan bahan medis habis pakai.
Referensi Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Prosedur 1. Barang yang baru diantarkan kurir distributor
harus dipastikan dalam kondisi baik.
2. Pastikan keaslian faktur dengan melakukan
pemeriksaan Nama Distibutor, Alamat
Distributor dan Stempel Basah Distributor.
3. Periksa kesesuaian jenis dan jumlah sediaan
farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang dikirimkan dengan surat
pesanan dan faktur
4. Lakukan pemeriksaan fisik sediaan farmasi,
alat Kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang dikirim meliputi kemasan sekundr dan
primer.
5. Jika sediaan farmasi, alat Kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang diterima sesuai
dengan poin 1 sampai 4 maka segera
disimpan sesuai dengan kaidah penyimpanan
6. Jika tidak ada kesesuaian jenis dan jumlah
yang ada dalam surat pesanan dengan faktur,
harus segera dikembalikan (retur) ke
distributor.
7. Jika kondisi fisik (kemasan sekunder dan
kemasan primer) sediaan farmasi, alat
Kesehatan dan bahan medis habis pakai rusak
maka harus dikembalikan ke distributor.
8. Membuat berita acara penerimaan barang
yang ditandatangani oleh petugas Gudang
farmasi dan kurir distributor sebanyak 2
rangkap.
9. Mengirimkan berita acara penerimaan sediaan
farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis
habis pakai ke pihak distributor.
Unit terkait 1. Apoteker
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
3. Instalasi kefarmasian
4. Gudang obat
Lampiran 3. Sop penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai di rumah sakit
STANDAR PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DAN
PROSEDUR BAHAN HABIS PAKAI
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengaturan
terhadap obat yang diterima agar aman, tidak hilang
terhindar dari kerusakan fisik dan mutunya tetap
terjamin sesuai dengan pesyaratan yang ditetapkan
Tujuan Agar mutu obat yang tersedia dipuskesmmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan
Referensi PERMENKES NOMOR 72 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
Prosedur Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan:
1. Kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sedian
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai
2. Sediaan farmasi disusun secara alfabetis
dengan menerapkan prinsip FIFO dan FEFO
disertai system informasi menejemen
3. Penyimpanan sediaan farmasi alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang penampilan
dan penamaannya yang mirip (LASA, Look
Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat.
4. Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi
penyimpanan obat emergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan
harus mudah diakses dan terhinar dari
penyalahgunaan dan pencurian.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan obat diberi label secara jelas
terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan
peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di
unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis
yang penting
3. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan
pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-
hati
4. Sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang dibawa oleh pasien
harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan
untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.
Unit terkait 1. Instalasi farmasi unit UGD
2. Intalasi rawat inap
Lampiran 4. SOP sistem pelaporan obat golongan narkotika dan
psikotropika di rumah sakit
STANDAR PELAPORAN OBAT GOLONGAN
PROSEDUR NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Adalah kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dan
asisten apoteker untuk memisahkan resep obat
narkotika dan psikotropika dan membuat laporan
jumlah pemakaian tiap bulannya yang di cek dan
ditandatangani apoteker kemudian dikirim ke BPOM
Tujuan Untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran obat
narkotika dan psikotropika agar tidak disalahgunakan.
Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi
Prosedur 1. Faktur pembelian untuk obat-obatan narkotika
dan psikotropika dipisahkan dan diarsipkan
secara terpisah
2. Pemasukan obat golongan narkotikan dan
psikotropika dicatat di buku laporan
3. Resep narkotikan dan psikotropika yang telah
dilayani diberi garis merah dan garis biru
untuk resep psikotropika
4. Resep narkotikan psikotropika dikumpulkan
dan dicatat di buku laporan sebagai
pengeluaran
5. Laporan dilakukan setiap bulannya pada bulan
berikutnya oleh Instalasi Farmasi dengan
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
dan diketahui oleh Direktur
6. Pelaporan dilakukan menggunakan aplikasi
SIPNAP
7. Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten dengan tembusan
kepada:
a. Kepala Balai Pengawas Obat dan
Makanan Wilayah Provinsi
b. Arsip
8. Salinan laporan disimpan sebagai arsip