Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

RUMAH SAKIT
PERIODE 21 JUNI - 09 JULI 2021

Disusun Oleh :

Ahmad Sofyan M (189286)


Erika Tasya Ananda (189316)
Dinda Destian Nita (189310)
Desi Destari (189304)
Fitriya Syafira (189322)
Indah Aulia (189332)
Istianatul Hoiroh (189335)
Nunik Rahmawati (189357)

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


2021
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan dalam


Menyelesaikan Pendidikan di Akfar Yarsi Pontianak

Disusun Oleh :
Ahmad Sofyan M (189286)
Erika Tasya Ananda (189316)
Dinda Destian Nita (189310)
Desi Destari (189304)
Fitriya Syafira (189322)
Indah Aulia (189332)
Istianatul Hoiroh (189335)
Nunik Rahmawati (189357)

Pontianak, Juni 2021


Mengetahui,
Pembimbing

apt. Ade Ferdinan, M.Si


NIK :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN RUMAH SAKIT

Laporan ini disusun sebagai syarat dalam kurikulum program Pendidikan Teknis
Kefarmasian (TTK) pada Akademi Farmasi Yarsi Pontianak
Disusun Oleh :
Ahmad Sofyan M (189286)
Erika Tasya Ananda (189316)
Dinda Destian Nita (189310)
Desi Destari (189304)
Fitriya Syafira (189322)
Indah Aulia (189332)
Istianatul Hoiroh (189335)
Nunik Rahmawati (189357)

Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbig

apt. Ade Ferdinan, M.Si


NIK :

Mengetahui :
Direktur Akademi Farmasi Yarsi Pontianak

apt. Adhisty Kharisma J, M.Sc.


NIK. 1140792008210
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah rahmat dan hidayat-

NYA sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan di Rumah

Sakit yang dilaksanakan dari tanggal 21 Juni s/d 9 Juli 2021.Laporan ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma Farmasi

Akademi Farmasi Yarsi Pontianak. .

Dalam pembuatan laporan ini kami banyak dibantu oleh rekan-rekan dan

disen pembimbing. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Weni Puspitasari, S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing

Praktek Kerja Lapangan dari Akademi Farmasi Yarsi Pontianak. Dengan

selesainya penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit ini kami

juga menyampaikan terimakasih kepada

Ucapan terimakasih dissampaikan kepada :

1. Ibu Adhisty Kharisma Justicia, M.Sc., Apt, selaku Direktur Akademi Farmasi

Yarsi Pontianak.

2. Bapak Ade Ferdinan. M. Si., Apt selaku dosen pembimbing Praktek Kerja

Lapangan dari Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

3. Seluruh Staf Karyawan di Apotek Kimia Farma Purnama yang telah banyak

memberi bantuan selama PKL


4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Farmasi Yarsi Pontianak

5. Serta orang tua , sahabat dan rekan seperjuangan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca.

Wassalamualaikum, wr. wb

Pontianak, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)..................................................2
1.3. Tujuan Pembuatan Laporan Pelaksanaan PKL.......................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit............................................................................................5
2.2. Penetapan Kelas......................................................................................6
2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Umum..............................................................6
2.4. Instalasi Farmasi di Rumah Sakit............................................................7
2.5. Pengelolaan Instalasi Farmasi.................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Sejarah ....................................................................................................9
3.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Islam Yarsi Pontianak...............................11
3.3. Struktur dan personalia..........................................................................14
3.4. Lokasi ...................................................................................................15
3.5. Cakupan Layanan Rumah Sakit............................................................15
3.6. Sarana dan Prasarana.............................................................................16
a. Sarana...............................................................................................16
b. Prasarana...........................................................................................17
3.7. Alur Pelayanan.....................................................................................18
3.8. Pengelolaan Obat..................................................................................18
a. Distribusi obat dari Gudang farmasi ke instalasi farmasi.................18
b. Gudang Obat.....................................................................................19
BAB IV PENUTUP
5.1. Kesimpulan.........................................................................................20
5.2. Saran ..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sop Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan


Medis Habis Pakai Di Rumah Sakit............................................................................22

Lampiran 2. Sop Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan


Medis Habis Pakai Di Puskesmas.....................................................................24

Lampiran 3. Sop penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan


medis habis pakai di rumah sakit.....................................................................26

Lampiran 4. SOP sistem pelaporan obat golongan narkotika dan


psikotropika di rumah sakit..............................................................................28

Lampiran 5. SOP pengarsipan resep di rumah sakit ....................................30

Lampiran 6. SOP pengkajian dan pelayanan resep di rumah sakit.............31

Lampiran 7. SOP pelayanan informasi obat (PIO) di rumah sakit .............33

Lampiran 8. SOP one dayly dose (ODD) di rumah sakit ..............................35


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan,

kemauan, dan kemampuan yang sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajad

kesehatan masyarakat yang optimal. Agar dapat mewujudkan derajad kesehatan

yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum (Undang-Undang

Kesehatan RI No.23 Tahun 1992, Pasal 3). Untuk mencapai tujuan pembangunan

Undang-Undang Kesehatan RI No 23 Tahun 1992, Pasal 3 tersebut

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehan (Promosi), pencegahan penyakit (Preventif), penyembuhan penyakit

(Kuratif) dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

menyeluruh dan terpadu. Untuk mewujudkan tujuan tgersebut maka dilakukan

pelayanan kesehatan dibeberapa unit pelayanan kesehatan, salah satunya adalah

rumah sakit.

Menurut PerMenKes No.159 B/MenKes/Per/II/1998, rumah sakit adalah

sasaran upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan

serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan penelitian tenaga kerja. Dalam

melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, suatu rumah sakit

didukung oleh instalasi, salah satunya instalasi rumah sakit.

Menurut PerMenKes RI No.805/MenKes/Per/1989 pasal 1 Ayat 2,

instalasi farmasi rumah sakit adalah instalasi yang mempunyai tugas

menyediakan, mengelola, member penerangan dan melaksanakan penelitian


tentang obat-obatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut diperlukan tenaga

kesehatan yang memadai, termasuk didalamnya adalah farmasi.

Farmasis merupakan tenaga kesehatan yang bertanggung jawab kepada

semua hal yang berkaitan dengan kualitas obat dan alat kesehatan serta

penggunaan kliniknya. Untuk menghasilkan farmasis yang benar – benar terampil

dan terlatih di bidangnya maka Akademik Farmasi (AKFAR) Yarsi Pontianak

menyelenggarakan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) di beberapa unit

pelayanan kesehatan, salah satunya rumah sakit.

Dengan mengikuti kegiatan PKL ini diharapkan mahasiswa dan

mahasiswi dapat melihat, mengetahui, mengerti dan mempelajari serta menyerap

teknologi kesehatan yang ada di masyarakat sehingga mahasiswa atau mahasiswi

dapat menyesuaikan diri pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan

di bidangnya.

Praktik Kerja Lapangan juga berguna sebagai sarana pengenalan

lapangan kerja dan informasi di bidang pe ndidikan kesehatan. Selain itu

diharapkan peserta didik dapat melatih diri dalam bekerja, bertanggung jawab atas

dasar sikap yang objektif serta agar lebih mengetahui cara – cara pendistribusian,

penyerahan dan pelayanan obat kepada konsumen akhir, khususnya dilingkungan

rumah sakit.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di instalasi Farmasi rumah

sakit adalah sebagai berikut:


1. Meningkatkan, memeperluas dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki

lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang

ditetapkan.

2. Mempelajari kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat

secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun

social budaya

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan

pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam

melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian dirumah sakit dan

penyuluhan obat kepada masyarakat

4. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap etis, profesionalisme

dan nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan

kerja sesuai bidangnya

5. Memberi kesempatan kepada masiswa untuk memasyarakatkan diri pada

suasana atau iklim lingkungan kerja yang sebenarnya

6. Meningkat, mempeluas, dan memantapka proses penyerapan teknologi

baru dari lapangan kerja keinstitusi pendidikan atau sebaliknya.

7. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan

AKFAR Yarsi Pontianak

8. Memberi kesempatan masuk penempatan kerja

1.3 Tujuan Pembuatan Laporan Pelaksanaan PKL


Tujuan pembuatan laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan adalah

sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan

materi pelajaran yang diperoleh yang diperoleh di institusi pendidikan dan

diterapkan pada lapangan kerja.

2. Mahasiswa mampu mencari alternative pemecahan masalah kefarmasian

3. Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan dan dirinya.

4. Menambah perbendaharaan perpustakaan institusi untuk menunjang

meningkatkan pengetahuan mahasiswa lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/MenKes/Per/III/2010

tentang klasifikasi rumah sakit :

a. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripuma yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

b. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

c. Rumah khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama

pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit

d. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan.

e. Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana

maupun alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan

oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi

pasien.

f. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh

mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali
oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan

gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.

g. Prasarana adalah benda maupun jaringan / instansi yang membuat suatu

sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

h. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara purna

waktu dan berstatus pegawai tetap.

2.2 Penetapan Kelas

a. Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menteri.

b. Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan

akreditasi kelas dibawahnya.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Umum

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum

diklasifikasikan menjadi

a. Rumah sakit umum Kleas A, pelayanan spesialistik luas, tempat tidur lebih

dari 1.000

b. Rumah sakit umum Kelas B, pelayanan spesialistik dan subspesialistik

terbatas, tempat tidur 500-1.000

c. Rumah sakit umum Kelas C, pelayanan spesialistik dasar dengan tempat

tidur 150-500

d. Rumah sakit umum kelas D, tahun 2000 ditingkatkan menjadi Kelas C

Klasifikasi rumah sakit umum ditetapkan berdasarkan:

a. Pelayanan

b. Sumber Daya Manusia


c. Peralatan

d. Sarana dan prasarana

e. Administrasi dan Manajemen

2.4 Instalasi Farmasi di Rumah Sakit

a. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan

pelayanan kefarmasian.

b. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien.

c. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit.

d. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

e. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli

Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten

Apoteker.

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk

a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

b. Menjamin kepastian hokum bagi tenaga kerja kefarmasian


c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak

rasional dalam rangka keselamatan pasien (Patient Safety).

2.5. Pengelolaan Instalasi Farmasi

Sistem pengelolaan obat pada instalasi farmasi terdiri atas:

a. Sistem penerimaan obat

b. Sistem penyimpanan obat atau gudang

c. Sistem pengeluaran obat dari gudang ke apotek/unit distribusi

d. Sistem distribusi obat keruangan, poliklinik dan langsung ke klinik

Sistem pengelolaan obat merupakan perangkat untuk memperoleh

“OUTPUT” data statistik penggunaan atau pemakaian obat yang relefan, yang

diperlukan pada perhitungan satuan biaya obat.


BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

3.1 Sejarah

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna maksudnya adalah pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jadi bisa

dikatakan rumah sakit adalah pelayanan kesehatan dengan tindakan tepat dan

lengkap. Saat ini selain sarana dan prasarana yang lengkap dan modern, rumah

sakit juga dilengkapi dengan dokter yang berpengalaman di bidangnya untuk

menjamin kesehatan pasien.

Rumah sakit sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Dari dulu, teknik

pengobatan telah diterapkan untuk menyembuhkan manusia dari penyakit. Hingga

saat ini semua teknik, obat-obatan, dan peralatan pengobatan telah menjadi

semakin modern dan praktis. Bayangkan saja kalau zaman dulu orang yang

dibedah tidak menggunakan bius karena belum ditemukan. Pada awalnya,

kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi

pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Pada awalnya Kuil Asclepius di Yunani
dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga

diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius

dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir

sama dengan kepercayaan Yunani.

Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali ditemukan di India.

Institusi bernama rumah sakit pertama kali berdiri di Sri Lanka yakni Rumah

Sakit Brahmanti pada tahun 431 SM. Selain itu pada 230 SM Raja Ashoka

mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada dengan dilengkapi tenaga medis

dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan. umah sakit pertama yang

melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang

diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan

Persia. Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak,

Gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut

mempengaruhi pelayanan medis di sana. Sementara itu Konsili Nicea I pada

tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada

orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota

harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali

mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, Bishop of

Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan

disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra. pada abad 18 rumah sakit

modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan

pembedahan medis. Guy’s Hospital didirikan di London pada 1724 atas

permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai

swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya.


Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan

oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles

terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara

gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada mereka juga

diberikan pelayanan gratis. Hal ini juga berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit

yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh

rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran pada

orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah

menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa

pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui

bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali

tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk pegawai VOC.

3.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Islam Yarsi Pontianak

a. Visi

Terwujudnya rumah sakit yang islami, berkualitas dan mandiri

b. Misi

Mewujudkan rumah sakit yang islami dengan pelayanan prima, bekerja

sebagai professional dan bermoral, mandiri dengan SDM yang berkualitas,

dan turut serta membantu pemerintah meningkatkan derajat kesehatan

bangsa
3.3 Struktur dan personalia

STRUKTUR ORGANISASI

PELINDUNG
DIREKTUR
RUMAH SAKIT

KETUA

Rini Astutik

SEKRETARIS

Mahmus,Amd.Kep

MEDIS PERAWAT REKAM MEDIS

dr. Elsa Widya A Yeni P, Skep NS Desi F, Amd


3.4 Lokasi

Gambar 3.4 Gambar lokasi rumah sakit


3.5 Cakupan Layanan Rumah Sakit

Pelayanan Kesehatan Meliputi :

a. Rawat Jalan

 Poli Gigi

 Poli Umum

 Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam

 Poli kebidanan

 Spesialis Kebidanan

 Spesialis Bedah Mulut

 Spesialis Mata

 Spesialis Gigi

 Spesialis Penyakit Dalam

 Spesialis Anak

b. Fungsi Penunjang

 Apotek 24 jam

 Laboratorium

 Kamar operasi

1. Bedah umum

2. Kandungan

c. Pusat Pelayanan Terpadu

d. Fisioterapi

3.6 Sarana dan Prasarana

a. Sarana
Persyaratan Bangunan Rumah Sakit meliputi persyaratan:

a. Administratif

b. Teknis bangunan gedung pada umumnya

c. Teknis Bangunan Rumah Sakit

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf b terdiri atas aspek tata bangunan dan

keandalan bangunan.

2. Aspek tata bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

peruntukan dan intensitas bangunan, arsitektur bangunan, dan

pengendalian dampak lingkungan.

3. Aspek keandalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, sesuai

fungsi Rumah Sakit.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan gedung pada

umumnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Persyaratan teknis Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf c terdiri atas:

a. Rencana Blok Bangunan

b. Massa Bangunan

c. tata letak bangunan (site plan)

d. pemanfaatan Ruang
e. desain tata Ruang dan komponen bangunan.

Bangunan Rumah Sakit terdiri atas:

a. Ruang rawat jalan

b. Ruang rawat inap

c. Ruang gawat darurat

d. Ruang operasi

e. Ruang perawatan intensif

f. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan

g. Ruang rehabilitasi medic

h. Ruang radiologi

i. Ruang laboratorium

j. bank darah Rumah Sakit

k. Ruang sterilisasi

l. Ruang farmasi

m. Ruang rekam medis

n. Ruang tenaga kesehatan

o. Ruang pendidikan dan latihan

p. Ruang kantor dan administrasi

q. Ruang ibadah

r. Ruang tunggu

s. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit

t. Ruang menyusui

u. Ruang mekanik

v. Ruang dapur dan gizi


w. Laundry

x. kamar jenazah

y. Taman

z. pengelolaan sampah dan pelataran parkir yang mencukupi.

b. Prasarana

Prasarana Rumah Sakit meliputi :

a. Instalasi air

b. Instalasi mekanikal dan elektrikal

c. Instalasi gas medik dan vakum medic

d. Instalasi uap

e. Instalasi pengelolaan limbah

f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran

g. petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan

darurat

h. Instalasi tata udara

i. sistem informasi dan komunikasi

j. ambulans

3.7 Alur Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan:

a. Rumah Sakit umum

Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit khusus


Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit,

atau kekhususan lainnya.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas:

a. pelayanan medic

b. pelayanan keperawatan dan kebidanan

c. pelayanan penunjang medic

d. pelayanan penunjang nonmedik.

Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 terdiri atas Rumah

Sakit khusus:

a. ibu dan anak

b. mata

c. gigi dan mulut

d. ginjal

e. jiwa

f. infeksi

g. telinga-hidung-tenggorok kepala leher

h. paru

i. ketergantungan obat

j. bedah

k. otak

l. orthopedi
m. kanker

n. jantung dan pembuluh darah.

3.8 Pengelolaan Obat

a. Distribusi Obat Dari Gudang Farmasi ke Instalasi Farmasi

Obat yang sudah diterima oleh instalasi farmasi dari PBF akan diperiksa

jumlah dan bentuk sediaan sediaannya oleh petugas digudang. Dimana petugas

akan menyesuaikan jumlah obat yang diterima dari PBF dengan jumlah yang

telah dicatat pada kolom pemberian LPLPO untuk pengeluaran obat ke

Instalasi Farmasi (Apotek), maka dari pihak apotek membuat daftar

permintaan (Amprah) ke gudang rumah sakit, kemudian sebelum

mengeluarkan obat-obatan seesuai permintaan petugas gudang membuat Surat

Pemerintah Pengeluaran Materil (SPPM) dan Bukti Pengeluaran/Pengiriman

(BPP) yang ditanda tangani oleh kepala rumah sakit.

Pemantauan persediaan obat dilakukan digudang dan dikamar obat dengan

cara melihat secara langsung jumlah obat yang ada di rak atau lemari atau

dengan melihat kartu stok.

b. Gudang Obat
Pemesanan obat dibuat langsung oleh kepala Instalasi Farmasi kepada PBF.

Barang yang datang disesuaikan dengan faktur, obat disusun berdasarkan

abjad, bentuk sediaan dan jenis pelayanan kesehatan dengan metode FIFO dan

FEFO. Kemudian dilakukan penctatan dalam kartu stok disesuaikan dengan

jumlah obat yang ada. Kemudian setiap obat yang keluar dari gudang dicatat

dalam buku mutasi obat dan kartu stok. Untuk obat yang mendekati ED

dipisahkan dan disimpan ke gudang untuk di musnahkan.


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hasil dari praktek kerja lapangan dirumah sakit dapat disimpulkan

bahwa mahasiswa dapat meningkatkan, memeperluas dan memantapkan

keterampilan untuk persiapan dalam dunia kerja, mengetahui secara umum

kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara menyeluruh baik

ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun social budaya, mendapatkan

pengalaman kerja yang nyata pada kegiatan pelayanan kefarmasian dirumah sakit

dan penyuluhan obat kepada masyarakat dan memberikan kesempatan bagi kami

untuk memantapkan sikap etis, profesionalisme dan nasionalisme berdasarkan

bidang kefrmasian serta memberikan peluang untuk masuk pada penempatan

kerja.

4.2. Saran

Sebagai lembaga kesehatan khususnya pencetak Ahli Madya Farmasi,

Akademi Farmasi Yarsi Pontianak diharapkan agar kesempatan yang bersifat

aplikasi dilapangan lebih diperhatikan. Karena dengan demikian sumber daya


manusia yang benar-benar siap akan mudah tercipta dan dapat dimanfaatkan

sebagai mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/MenKes/Per/III/2010 tentang klasifikasi
rumah sakit
PerMenKes No.159 B/MenKes/Per/II/1998 tentang rumah sakit
Undang-Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992, tentang Kesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Lampiran 1. Sop Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan
Medis Habis Pakai Di Rumah Sakit.
STANDAR SOP PENGADAAN SEDIAAN FARMASI
PROSEDUR ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS
OPERASIONAL HABIS PAKAI
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui
melalui pembelian ke distributor farmasi.
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai.
Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
Prosedur 1. Kepala instalasi farmasi merencanakan
kebutuhan obat dan alat kesehatan setiap
bulan dibantu oleh apoteker pendamping.
2. Rencana kebutuhan disusun dalam DPBB
(Daftar Pembelian Barang dan Bahan).
3. DPBB (Daftar Pembelian Barang dan
Bahan) di persentasikan kepada direktur
utama rumah sakit, direktur operasional,
kepala bidang keuangan, kepala bidang
pelayanan, kepala seksi penunjang medis
untuk didiskusikan dan di setujui.
4. Bila DPBB disetujui, disusun permintaan
penawaran lokal (PPL) yang akan diberikan
pada distributor yang memiliki izin resmi.
5. PPL diserahkan admin finalsil ke distributor,
PPL dimaksudkan untuk memperoleh
kesepakatan pihak rumah sakit dengan
distributor baik dari jumlah maupun harga.
6. PPL yang telah disetujui kedu belah pihak
disusun dalam OPL (Order Pembelisn
Lokal) ditanda tanganin kepala instalasi,
Kepala bidang keuangan (Diparaf terlebih
dahulu oleh kepala seksi keuangan),
Direktur utama ( diparaf terlebih dahulu oleh
direktur operasional
7. OPL dan surat psanan diberika kepada
distributor untuk dilakukan pengiriman obat
dan alat kesehatan
8. Obat dan alat kesehatan diterima oleh tenaga
farmasi dengan memeriksa kesesuaian
pesanan, faktur, dan barang yang diterima
(jumlah, pengiriman sesuai kestabilitas
barang, dan tanggal expired min 2 tahun
kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai contoh:
Vaksin, Regensia).
9. Bila obat dan alat kesehatan yang diterima
sesuai dengan pesanan, petugas gudang
melakukan pencatatan dan dimasukan
kedalam kartu stok.
10. Khusus untuk narkotika dan psikotropika
surat pesanan dibuat dengan menggunakan
form khusus.
Unit Terkait 1. Instalasi Farmasi
2. Gudang Obat
Lampiran 2. Sop Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan
Medis Habis Pakai Di Rs
STANDAR PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT
PROSEDUR KESEHATAN DAN BAHAN HABIS PAKAI
OPERASIONAL
DI RS
Pengertian Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai adalah proses penerimaan
dari distributor yang sudah ditentukan.
Tujuan 1. Menjamin kesesusaian barang yang diterima
dengan surat pesanan (SP).
2. Menjamin barang yang diterima dengan mutu
yang baik.
3. Agar petugas farmasi memahami tata cara
penerimaan sediaan farmasi, alat Kesehatan
dan bahan medis habis pakai.
Referensi Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Prosedur 1. Barang yang baru diantarkan kurir distributor
harus dipastikan dalam kondisi baik.
2. Pastikan keaslian faktur dengan melakukan
pemeriksaan Nama Distibutor, Alamat
Distributor dan Stempel Basah Distributor.
3. Periksa kesesuaian jenis dan jumlah sediaan
farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang dikirimkan dengan surat
pesanan dan faktur
4. Lakukan pemeriksaan fisik sediaan farmasi,
alat Kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang dikirim meliputi kemasan sekundr dan
primer.
5. Jika sediaan farmasi, alat Kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang diterima sesuai
dengan poin 1 sampai 4 maka segera
disimpan sesuai dengan kaidah penyimpanan
6. Jika tidak ada kesesuaian jenis dan jumlah
yang ada dalam surat pesanan dengan faktur,
harus segera dikembalikan (retur) ke
distributor.
7. Jika kondisi fisik (kemasan sekunder dan
kemasan primer) sediaan farmasi, alat
Kesehatan dan bahan medis habis pakai rusak
maka harus dikembalikan ke distributor.
8. Membuat berita acara penerimaan barang
yang ditandatangani oleh petugas Gudang
farmasi dan kurir distributor sebanyak 2
rangkap.
9. Mengirimkan berita acara penerimaan sediaan
farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis
habis pakai ke pihak distributor.
Unit terkait 1. Apoteker
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
3. Instalasi kefarmasian
4. Gudang obat
Lampiran 3. Sop penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai di rumah sakit
STANDAR PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DAN
PROSEDUR BAHAN HABIS PAKAI
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengaturan
terhadap obat yang diterima agar aman, tidak hilang
terhindar dari kerusakan fisik dan mutunya tetap
terjamin sesuai dengan pesyaratan yang ditetapkan
Tujuan Agar mutu obat yang tersedia dipuskesmmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan
Referensi PERMENKES NOMOR 72 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
Prosedur Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan:
1. Kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sedian
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai
2. Sediaan farmasi disusun secara alfabetis
dengan menerapkan prinsip FIFO dan FEFO
disertai system informasi menejemen
3. Penyimpanan sediaan farmasi alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang penampilan
dan penamaannya yang mirip (LASA, Look
Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat.
4. Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi
penyimpanan obat emergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan
harus mudah diakses dan terhinar dari
penyalahgunaan dan pencurian.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan obat diberi label secara jelas
terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan
peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di
unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis
yang penting
3. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan
pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-
hati
4. Sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang dibawa oleh pasien
harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan
untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.
Unit terkait 1. Instalasi farmasi unit UGD
2. Intalasi rawat inap
Lampiran 4. SOP sistem pelaporan obat golongan narkotika dan
psikotropika di rumah sakit
STANDAR PELAPORAN OBAT GOLONGAN
PROSEDUR NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Adalah kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dan
asisten apoteker untuk memisahkan resep obat
narkotika dan psikotropika dan membuat laporan
jumlah pemakaian tiap bulannya yang di cek dan
ditandatangani apoteker kemudian dikirim ke BPOM
Tujuan Untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran obat
narkotika dan psikotropika agar tidak disalahgunakan.
Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi
Prosedur 1. Faktur pembelian untuk obat-obatan narkotika
dan psikotropika dipisahkan dan diarsipkan
secara terpisah
2. Pemasukan obat golongan narkotikan dan
psikotropika dicatat di buku laporan
3. Resep narkotikan dan psikotropika yang telah
dilayani diberi garis merah dan garis biru
untuk resep psikotropika
4. Resep narkotikan psikotropika dikumpulkan
dan dicatat di buku laporan sebagai
pengeluaran
5. Laporan dilakukan setiap bulannya pada bulan
berikutnya oleh Instalasi Farmasi dengan
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
dan diketahui oleh Direktur
6. Pelaporan dilakukan menggunakan aplikasi
SIPNAP
7. Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten dengan tembusan
kepada:
a. Kepala Balai Pengawas Obat dan
Makanan Wilayah Provinsi
b. Arsip
8. Salinan laporan disimpan sebagai arsip

Unit terkait 1. Isntalasi farmasi,


2. Apoteker
3. BPOM
4. Dinkes kabupaten
Lampiran 5. SOP pengarsipan resep di rumah sakit
STANDAR PENGARSIPAN RESEP
PROSEDUR
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Pengarsipan resep adalah penyimpanan resep asli dan
copy resep yang telah dilayani di IFRS Rumah Sakit.
Tujuan Sebagai acuan agar resep dan copy resep tersimpan
dengan rapi dan memudahkan pencarian kembali data
resep dan copy resep bila sewaktu waktu dibutuhkan.
Referensi 1. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor
1197/Menkes/SK/X?2004 tentang pelayanan
farmasi dirumah sakit
2. Peraturan menteri kesehatan Nomor
159b/Menkes//PER/II/1986 tentang rumah
sakit
Prosedur PETUGAS KAMAR OBAT
1. Melakukan pemilihan resep setiap akhir shift
berdasarkan:
Jenis transaksi = tunai/kredit/gratis
Unit pelayanan = UGD, Rawat Jalan dan
Rawat Inap
Jenis Obat = Narkotika dan psikotropika
2. Membandel resep, satu bandel resep
merupakan kumpulan resep selama 1 bulan
3. Menyimpan bandel resep pada kardus yang
diberi label bulan dan tahun ( satu kardus
berisi kumpulan resep selama 1 bulan )
4. Resep – resep selama 2 bulan terakhir
disimpan di kamar obat, selain itu
disimpan digudang arsip
Unit terkait 1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2. Gudang Obat
Lampiran 6. SOP pengkajian dan pelayanan resep di rumah sakit
STANDAR PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP
PROSEDUR
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis
dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuia peraturan perundang-undangan yang berlaku
Tujuan Untuk menjamin ketepatan (tepat diagnosis, tepat
pemilihan obat, tepat indikasi, tepat pasien, tepat
dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat harga,
tepat informasi dan waspada terhadap efek samping
obat)
Referensi Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang standar
pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Prosedur 1. Skrining resep (pengkajian resep)
a. Petugas (apoteker/TTK/petugas lain)
melakukan pemeriksaan kelengkapan
dan keabsahan resep yaitu nama dokter,
no izin praktek, alamat, tanggal
penulisan resep, tanda tangan atau
paraf dokter serta nama, alamat, umur,
jenis kelain dan berat badan pasien
b. Petugas melakukan pemeriksaan
kesesuaian farmasetik yaitu bentuk
sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan
lama pemberian obat
c. Mengkaji aspek klinis dengan cara
melakukan penilaian pasien yaitu
adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat
dan kondisi khusus lainnya), keluahan
pasien dan hal lain yang terkait dengan
kajian aspek klinis
d. Menetapkan ada tidaknya masalah
terkait obat (drug related
problem/DRP), dan membuata
keputusan profesi (komunikasai dengan
dokter merujuk pasien ke sarana
Kesehatan terkait dan sebagainya)
e. Mengkomunikasikan ke dokter tentang
masalah resep apabila diperlukan
f. Petugas yang melakukan pengkajian
resep memberikan tanda pada resep
g. Petugas membuat dokumen pencatatan
pengobatan pasien
2. Petugas melakukan penyiapan penyerahan obat
dan bahan medis habis pakai ke pasien
3. Apoteker menyerahkan obat dan memberikan
informasi yang dibutuhkan terkait obat atau PIO
Unit terkait 1. Instalasi farmasi
2. Apoteker
3. Tenaga teknis kefarmasian
Lampiran 7. SOP pelayanan informasi obat (PIO) di rumah sakit
STANDAR SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)
PROSEDUR
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian 1. Informasi obat adalah setiap data atau
pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan
terdokumentasi mencakup Farmakologi, toksilogi,
dan farmakoterapi obat.
2. PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen,
akurat, komprehensif dan terkini oleh apoteker
kepada pasien dan masyarakat yang
membutuhkan.
Tujuan Sebagai pedoman PIO kepada pasien.
Referensi Permenkes Nomor 72 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit
Prosedur 1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan
resep, rekam medik atau kondisi kesehatan pasien
baik lisan maupun tulisan.
2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan,
secara sistematis untuk memberikan informasi.
3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan
mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana
baik secara lisan maupun tertulis
4. Informasi yang perlu disampaikan kepaa pasien:
a. Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing
obat
b. Bagaimana cara pemakaian masing-masing
obat yang meliputi: bagaimana cara memakai
obat, kapan harus mengkonsumsi / memakai
obat, seberapa banyak /dosis waktu sebelum
atau sesudah makan, frekuensi penggunaan
dikonsumsi sebelumnya, obat / rentang jam.
c. Penggunaan
d. Bagaimana cara menggunakan peralatan
kesehatan
e. Peringatan atau efek samping
f. Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah
efek samping obat
g. Tata cara penyimpanan obat
h. Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dan
lain-lain)
6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan
informasi
Unit terkait 1. Instalasi farmasi
2. Apotek
3. Apoteker
4. Tenaga teknis kefarmasian
Lampiran 8. SOP one dayly dose (ODD) di rumah sakit
STANDAR SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)
PROSEDUR
OPERASIONAL
DI RUMAH SAKIT
Pengertian Adalah sistem distribusi dimana order atau resep
ditulis oleh dokter untuk tiap pasien. Obat yang
diberikan sesuai dengan resep diberikan untuk sehari
sesuai dengan dosisnya
Tujuan Untuk mendukung proses pendistribusian kepada
pasien secara cepat, tepan dan aman
Referensi SK Memkes RI No.1197/Menkes/SK/X/2004 standar
Pelayanan Farmasi di RS Depkes RI
Prosedur 1. Tugas menerima resep yang diserahakan oleh
pasien atau keluarganya.
2. Petugas menyerahkan kepada apoteker untuk
melakukan penelaahan resep.
3. Resep yang tidak sesuai akan dikonsulkan
kepada dokter penulis resep
4. Petugas apotik menyiapkan resep untuk dosis
sehari sesuai kebutuhan pasien dan dicek oleh
apoteker
5. Petugas mendistribusikan ke perawat ruangan
dan dicek ulang oleh perawat ruangan
6. Petugas mendistribusikan ke pasien
Unit terkait 1. Apotik instalasi farmasi
2. Instalasi raawat inap

Anda mungkin juga menyukai