BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik Kerja Indutri (PRAKERIN) adalah suatu bentuk
penyelenggaraan dari sekolah yang memadukan secara sistematik dan sinkron
antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh
melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat
keahlian profesional. Dimana keahlian professional tersebut hanya dapat
dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu
pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita
berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses
mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Pendidikan
Sistem Ganda dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang
profesional dibidang Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK). Melalui Pendidikan
Sistem Ganda diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional
tersebut. Dimana para siswa yang melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan
dapat menerapkan ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri.
Tanpa diadakannya Pendidikan Sistem Ganda ini kita tidak dapat langsung terjun
ke dunia industri karena kita belum mengetahui situasi dan kondisi lingkungan
kerja.
2. Siswa dapat memperoleh gambaran yang yang nantinya berguna bagi siswa
yang bersangkutan, sehingga nantinya dapat beradaptasi di mana saja
dalam usaha di dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Definisi Apotek
Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 yang
diterbitkan di Jakarta tanggal 1 September 2009, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Pekerjaan kefarmasian yang sesuai dengan PP No. 51 tahun 2009, adalah
pembuatan termasuk pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Apotek termasuk salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki
peranan penting dalam membantu meningkatkan kesehatan masyarakat. Apotek harus
mampu memberikan pelayanan yang baik, yang berorientasi langsung dalam
penggunaan obat, dengan menerapkan iimu pengetahuan tentang obat dalam
perawatan penderita.
4. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
masyarakat.
1. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik
sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.
2. Apotek dapat melakukan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
c.
2. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya sesuai dengan standar
pelayanan di apotek, meliputi:
a.
Perencanaan
1) PolaPenyakit
2) Daya beli masyarakat
3) Kebutuhan atau permintaan
b.
Pengadaan
Faktor pengadaan sediaan farmasi, meliputi:
Penyimpanan
1) Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik, kecuali
dalam keadaan darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus tertulis informasi yang jelas pada
wadah yang baru.
4)
Golongan Obat
Penyimpanan barang dengan berdasarkan golongan obat
Kjasanva dilakukan untuk obat solonsan narkot'.ka dan
5) Farmakologi
6) karmaterapi
7) Alfabctis
8) Bentuk Sediaan
3. Pengelolaan apotek di bidang administrasi, meliputi : a.
Administrasi Umum
Pencatatan
Pencatatan ini dilakukan sebagai bukti tertulis datadata penting yang
terdapat di apotek.
2)
Pengarsipan
b. Administrasi Pelayanan
Administrasi pelayanan resep terbagi atas beberapa bagian, diantaranya:
1) Pengarsipan Resep
Setiap resep yang datang ke apotek, resep langsung dikumpulkan di tempat
yang sudah disediakan, setelah semua resep terkumpul, kemudian
diarsipkan demi pengamanan dan ketertiban.
2) Perarsipan Catatan Pengobatan Pasien
Perarsipan ini dilakukan setiap ada pasien yang datang ke apotek dan
melakukan pengobatan di dokter yang ada di apotek.
Pelayanan Resep di Apotek
a. Skrining Resep
Skrining resep dilakukan oleh Apoteker, meliputi:
1) Persyaratan administratif
hidup
pasien
atau
yang
bersangkutan
terhindar
dari
bahaya
penyalahgunaan obat.
7) Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus mampu
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut serta
dalam membantu menyebarkan informasi, antara lain dengan penyebaran
brosur, poster, penyuluhan dan lain - lain.
8) Pelayanan Residensial
Apoteker juga diharapkan dapat melakukan pelayanan kefarmasian
bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia, orang yang
kurang mampu, dan pasien yang mempunyai penyakit kronis lainnya.
Untuk aktifitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan untuk pasien yang dikunjunginya.
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker di Apotek
Tugas dan tanggung jawab Apoteker di apotek, antara lain :
RI
No.917/MENKES/Per/VI/2000.
Penggolongan
obat
pada penjualannya harus disertai dengan tanda peringatan dan kemasan asli
dari pabrik.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat -obatan
kedalam daftar obat "W" bahwa pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras
yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Obat bebas terbatas hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabrik atau pembuatnya.
b. Obat bebas terbatas boleh dijual jika pembuat mencantumkan tanda
peringatan
yang
tertera
sesuai
contoh.
Tanda
peringatan
tersebut
ketiga,
untuk
peningkatan
penyediaan
obat
yang
1) Heroin
2) Tanaman Ganja
3) Kokaina
4) Tanaman Papaver Somniferum L
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat sebagai
pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya:
1) Morfina
2) Petidina
3) Fentanil
4) Metadona
c. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat sebagai
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan ilmu
1) Kodeina
2) Etilmorfina
Penandaan Narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam
Ordonasi Obat Bius yaitu "Palang Merah Medali" adalah sebagai berikut:
1) Lisergida
2) Kationona
b. Psikotropika Golongan II
1) Amfetamina
2) Metamfetamin
3) Metakualon
c. Psikotropika Golongan III
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat sebagai
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang dan dapat menyebabkan ketergantungan.
Contohnya :
1) Amobarbital
2) Pentonarbital
d. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat sebagai
pengobatan, terapi, dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
1) Diazepam
2) Fenobarbital
3) Flurazolam
4) Nitrazepam
Penandaan psikotropika yaim, lingkaran bulat berwarna merah dengan
garis tepi warna hitam dan terdapat huruf K berwarna hitam yang menyentuh
garis tepi, sebagai berikut:
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Sejarah Apotek Karunia
Apotek Karunia adalah sebuah apotek yang sudah berdiri selama 12
tahun. Apotek Karunia berdiri pada tanggal 10 Juli 2000, yang bertempat di Jl.
BKR No. 20-22 Telp. (0265) 741666 Banjar.
Pada awalnya pemilik Apotek Karunia adalah Ibu Yayan Puja Sari,
namun sekarang telah diserahkan kepada putrinya yang bernama Ibu Sanny
Puspa Dewi dan berlanjut sampai sekarang.
Apotek Karunia telah mengalami dua pergantian Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Pada awalnya Apotek Karunia dikelola oleh Ibu Nina Kurnia,
S.Si. Apt, dari tahun 2000-2006 kemudian diganti oleh seorang Apoteker yang
bernama Bapak Dikdik Prayogi, S.Farm.,Apt., dan berlanjut sampai sekarang.
Pergantian ini disebabkan oleh adanya No Farmasis No Service (NFNS) di
Indonesia. Apotek Karunia memiliki Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) yang
bernama Ibu Eni Sulistiani dari sejak berdiri apotek tahun 2000 sampai
sekarang tahun 2013 belum pernah mengalami pergantian Asisten Apoteker.
17
26
26
a) Panadol
b) Otopan
c) Poldanmig
d) Diatabs
e) Dumin
f)
g) 2)
Obat
Bebas
Terbatas,
antara lain:
a) Poncolin D
b) Paratusin
c) Intrabat
d) Zenirex
e) Oskadryl
h) 3)
a) Neorotam
b) Tramifen
c) Lasal
d) Somerol
e) Glucobay
i) 4)
a) Famotidin
b) Ranitidin
c) Kloramfenikol
j) 5)
Obat Psikotropika,
antara lain:
a) Asabium
b) Valisanbe
c) Analsik
k) 6)
lain:
a) Coditam
b) Codein
29
c) b.
1) Termometer
2) Perban
3) Kasa steril
4) Stetoskop
5) Masker
d) c.
Kosmetik
Contohnya:
1) Sabun
2) SikatGigi
3) Spon Mandi
30
12) Adapun alur pelayanan obat dengan obat dengan resep dokter, yaitu: 1)
Pasien membawa resep, lalu diterima oleh karyawan atau karyawati kemudian
resep diambil dan ditunjukan kepada APA untuk dilakukan pemeriksaan
kelengkapan resepnya,
(nama pasien, umur, alamat, nomor resep) dan ditulis nomor resep di ujung
30
atas resep (nomor asli berikan pada pasien untuk pengambilan resep). Apabila
resep bermasalah (identitas dokter tidak lengkap, paraf dokter tidak jelas, obat
kurang, obat kosong) maka APA akan mengkonsultasikan kepada dokter yang
bersangkutan. Adapun tujuan dari pendataan pasien, yaitu: a) Administrasi
13)
14)
b)
15)
Kesalahan
sehingga jika terjadi suatu kesalahan (dosis tidak sesuai dengan resep,
salah obat) APA ataupun pihak apotek lain dapat mengkonsultasikan
dengan mudah kepada pasien sehingga tidak terjadi kesalahan yang fatal.
16)
c)
17)
Kontroling
18)
d)
Pencitraan
30
sebagian obat dari resep tersebut. Apabila pasien setuju dengan harga yang
ditawarkan, kemudian pasien melakukan pembayaran tunai dan resep
diserahkan kembali pada APA supaya obat disiapkan.
21) Apabila pasien tidak setuju dengan harga yang ditawarkan, maka
obat dikembalikan pada pasien.
22) 3)
Peracikan
24) 4)
Pemeriksaan Obat
25) Sebelum obat diserahkan pada pasien, obat diperiksa kembali oleh
APA atau TTK terhadap kesesuaian hasil racikan obat dengan nomor obat,
nama obat, jumlah obat, aturan pakai, nama pasien, umur pasien. Alamat
pasien, nomor telepon pasien, dan kebenaran kwitansi.
26) 5)
Penyerahan Obat
28) pakai, cara penyimpanan serta efek samping yang mungkin timbul dan
29) cara mengatasinya.
30) 6) Resep didokumentasikan di apotek
31) Setelah obat diserahkan kepada pasien, resep dikumpulkan untuk
dokumentasi setiap bulannya oleh TTK. a. Pelayanan Obat Tanpa Resep Dokter
30
32)
Pelayanan obat tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat bebas
terbatas, alat kesehatan, obat tradisional, dan obat wajib apotek. Adapun alur
penjualan obat tanpa resep dokter, antara Iain:
4) Apabila pasien sudah setuju dengan obat dan harga yang ditawarkan,
kemudian karyawan atau karyawati menulis dalam nota yang
mencakup, jumlah barang, nama barang, harga satuan, dan jumlah
untuk bukti pembayaran ke kasir.
33)
34)
30
39)
40)
41)
rangkap, lalu dikirim ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota berupa perangkat
lunak, kemudian Dinas Kesehatan Kota melaporkan ke Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan kepala BPOM setempat, kemudian print out kembali laporan
narkotika tersebut sebagai arsip di apotek.
42) 2.
44) 3.
30
46) 4.
53)
1.
Fungsi Apoteker
54)
2.
Tugas Apoteker
30
55)
61)
1.
Fungsi Apoteker
62)
2.
Tugas Apoteker
66)
67)
1.
a.
30
68)
b.
pekerjaan
Apoteker.
69)
2.
70)
a.
71)
b.
penempelan etiket
pada obat.
72)
c.
73)
74)
75) 3.8
6. Memiliki mushola.
7. Memiliki mess karyawan dengan 5 kamar.
8. Memiliki ruang tunggu resep yang nyaman dan bersih.
9. Memiliki ruang peracikan yang nyaman.
6. Memiliki 2 gudang (1 gudang OTC atau stok obat bebas dan 1 gudang
untuk obat penjualan resep).
30
77)
82)
84)
sfinkter, suppositoria ini akan terdorong keiuar iagi dari lubang dubur.
85)
86)
30
87) 4.6
92) 4.7
Penggunaan Swinghaler
94)
95)
96) 4. Letakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menggigigitnya dan tutup bibir
hingga mouthpiece tertutup rapat.
97)
30
98)
99)
101)
103)
105)
100)
102)
104)
108)
109)
110)
111)
112)
113)
114)
clicks.
30
115)
116)
117)
118)
119)
120)
121)
122)
123)
124)
125)
126)
127)
128)
antara dua bibir anda dan tarik nafas sedalam termungkin melalui mulut anda.
Sekiranya anda diperlukan untuk mengambil lebih daripada 1 dos, ulangi
langkah B & C.
129)
130)
133)
132)
135)
r\
136)
*
138)
142)
144)
134)
137)
i
141)
143)
4.9 Penggunaan Tablet Bukal dan Sublingual
145)
berikut:
30
158)
159)
BAB V
PENUTUP
160)
5.1
Simpulan
161)
1.
162)
a.
b.
c.
bekerja
163)
sekolah.
164)
yang
165)
166)
d.
2.
167)
a.
mengaplikasikan cara
penggunaan obat-obatan yang ada di Apotek Karunia.
168)
b.
diketahui, benar
atau tidak dalam mengaplikasikannya.
169)
5.2
Saran
Bhakti Kencana Banjar yang akan melaksanakan praktik kerja industri pada
tahun ajaran berikutnya. Lebih meningkatkan pelayanan prima kepada
pasien agar dapat memuaskan, meningkatkan rasa kekeluargaan dan
kenyaman diantara karyawan. Serta lebih melengkapi blangko resep dokterdokter yang praktik di Apotek Karunia.
36
37
172)
173)
175)
176)
DAFTAR PUSTAKA
177)
178)
179)