Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik Kerja Indutri (PRAKERIN) adalah suatu bentuk
penyelenggaraan dari sekolah yang memadukan secara sistematik dan sinkron
antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh
melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat
keahlian profesional. Dimana keahlian professional tersebut hanya dapat
dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu
pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita
berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses
mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Pendidikan
Sistem Ganda dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang
profesional dibidang Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK). Melalui Pendidikan
Sistem Ganda diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional
tersebut. Dimana para siswa yang melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan
dapat menerapkan ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri.
Tanpa diadakannya Pendidikan Sistem Ganda ini kita tidak dapat langsung terjun
ke dunia industri karena kita belum mengetahui situasi dan kondisi lingkungan
kerja.

1.2 Maksud dan Tujuan Prakerin


Prakerin sebagai pendidikan sistem ganda (PSG) bertujuan :

1. Menghasilkan paserta didik yang memiliki keahlian teknik kefarmasian,


yaitu peserta didik yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
etos kerja yang sesuai dengan tuntunan lapangan kerja.

2. Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan (ling and


match) antara lembaga pendidikan dan dunia kerja.

3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan peserta didik yang


berkualitas dan propesional.

4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai


proses dari pendidikan.

1.3 Manfaat Prakerin


Adapun manfaat dari kegjatan prakerin sebagai berikut:

1. Menambah pengalaman dan ilmu yang di berikan di instansi atau


perusahaan.

2. Siswa dapat memperoleh gambaran yang yang nantinya berguna bagi siswa
yang bersangkutan, sehingga nantinya dapat beradaptasi di mana saja
dalam usaha di dunia kerja.

1. Membentuk pola pikir yang konstruktifbagi siswa .


2. Membentuk etos kerja yang baik bagi siswa.
3. Membantu meringankan pekerjaan pembimbing di suatu instansi atau
perusahaan selama Praktik Kerja Lapangan Industri.
1.4 Lokasi dan Waktu
Adapun lokasi dan waktu Praktik Kerja Industri, yaitu :
1. Lokasi
Lokasi dan tempat pelaksanaan Praktik Kerja Industri dilaksanakan di
Apotek Karunia yang beralamat di Jalan BKR No. 20-22 Telp. (0265)
741666 Banjar.
2. Waktu
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri dilaksanakan dari tanggal 01 Oktober
2012 - 31 Desember 2012, setiap hari Senin - Sabtu dari jam 07.00 - 14. 30
WIB.

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Definisi Apotek
Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 yang
diterbitkan di Jakarta tanggal 1 September 2009, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Pekerjaan kefarmasian yang sesuai dengan PP No. 51 tahun 2009, adalah
pembuatan termasuk pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Apotek termasuk salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki
peranan penting dalam membantu meningkatkan kesehatan masyarakat. Apotek harus
mampu memberikan pelayanan yang baik, yang berorientasi langsung dalam
penggunaan obat, dengan menerapkan iimu pengetahuan tentang obat dalam
perawatan penderita.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan harus dapat mendukung upaya
pemerintah dalam menyediakan obat yang bermutu dengan harga yang terjangkau
dan mampu memberikan informasi yang tepat mengenai penggunaan obat dalam
rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Adapun tugas dan fungsi apotek sebagai berikut: 1. Sarana yang menyediakan
obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan yang diperlukan oleh
masyarakat.

2. Sarana farmasi yang telah melakukan peracikan, pengubahan bentuk,


pencampuran, dan penyerahan obat kepada masyarakat.

3. Sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah


jabatan.

4. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
masyarakat.

2 3 Persyaratan Pendirian Apotek


Persyaratan Apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.l332/MENKES/SK/X/2002, yaitu :

1. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik
sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.

2. Apotek dapat melakukan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.

2.4 Pengelolaan Apotek


1. Pengelolaan Apotek yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No.l332/MENKES/SK/X/2002, meliputi:
a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk,
percampuran, penyimpanan, penyerahan obat dan bahan obat.
b.

Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan


farmasi lainnya.

c.

Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

2. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya sesuai dengan standar
pelayanan di apotek, meliputi:
a.

Perencanaan

Dalam pembuatan perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu


diperhatikan :

1) PolaPenyakit
2) Daya beli masyarakat
3) Kebutuhan atau permintaan
b.

Pengadaan
Faktor pengadaan sediaan farmasi, meliputi:

1) Pengadaan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan.


2) Pengadaan dilakukan berdasarkan pesanan atau permintaan.
3) Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi.
c.

Penyimpanan
1) Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik, kecuali
dalam keadaan darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus tertulis informasi yang jelas pada
wadah yang baru.
4)

Golongan Obat
Penyimpanan barang dengan berdasarkan golongan obat
Kjasanva dilakukan untuk obat solonsan narkot'.ka dan

psikotropika yang disimpan secara terpisah di iemari khusus.

5) Farmakologi
6) karmaterapi
7) Alfabctis
8) Bentuk Sediaan
3. Pengelolaan apotek di bidang administrasi, meliputi : a.
Administrasi Umum

Administrasi umum terbagi menjadi beberapa bagiaiu diantaranya :


1)

Pencatatan
Pencatatan ini dilakukan sebagai bukti tertulis datadata penting yang

terdapat di apotek.
2)

Pengarsipan

Pensarsinan ini dilakukan sebagai bukti fisik datadata D e n t i n g vans


harus disimpan dengan baik dan benar. i ) Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Pclaooran obat Narkotika dan Psikotropika dilakukan setiap satu bulan
sekali. Pelaporan ini sudah sebagai ketentuan, karena dalam penjualan obat ini
ada catatan khusus dan pengecekan khusus sesuai neraturan nerundans
undanoan vans berlaku.

b. Administrasi Pelayanan
Administrasi pelayanan resep terbagi atas beberapa bagian, diantaranya:
1) Pengarsipan Resep
Setiap resep yang datang ke apotek, resep langsung dikumpulkan di tempat
yang sudah disediakan, setelah semua resep terkumpul, kemudian
diarsipkan demi pengamanan dan ketertiban.
2) Perarsipan Catatan Pengobatan Pasien
Perarsipan ini dilakukan setiap ada pasien yang datang ke apotek dan
melakukan pengobatan di dokter yang ada di apotek.
Pelayanan Resep di Apotek
a. Skrining Resep
Skrining resep dilakukan oleh Apoteker, meliputi:
1) Persyaratan administratif

a) Nama, SIP dan alamat dokter.


b) Tanggal penulisan resep.
c) Tanda tangan dan paraf dokter.
d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
f) Cara penggunaan yang jelas.
g) Informasi isinya.
2) Kesesuaian farmasetik, bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan Klinis :
Adanya alergi, er'ek samping, interaksi obat, kesesuaian (dosis, durasi.
iumlah obat dan lainlamV

Jika lerdapal keragnan terhadap resep, hendaknya di konsultasikan


kepada dokter penulis resep dengan memberikan nertimbangan dan alternatif b.
Persiapan Obal 1) Peracikan
Peracikan meruoakan keeiatan menviaokan bahan. menimbang,
mencampur, mengemas, dan penempeian etiket pada wadah obat.
Dalam proses peracikan obat harus sesuai dengan prosedur yang
sudah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan dosis, jenis dan iumlah
obat serta nemilisan etiket van?, benar
2) Etiket
htiker harus sesuai dengan obat, dapat dibaca dengan jelas,

dan harus diterooel dengan rapih.


3) Kemasan Obat
htiket harus dikemas dengan rapih dalam kemasan yang sesuai dan
steril schinsjsa tcriaua kualitasnva.
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan
neroeriksaan tcrhadan kesesuaian antara obat denoan reset).
Penyerahan obat dilakukan oleh ahlinya (Apoteker) sehingga tidak
terdapat kesalahan antara obat dengan resep.
5) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dapat
dimengerti, sopan, dan bijaksana.
Informasi obat pada pasien sekurang - kurangnya meliputi : cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktifitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama pengobatan.
6) Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,


pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki
cara

hidup

pasien

atau

yang

bersangkutan

terhindar

dari

bahaya

penyalahgunaan obat.
7) Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus mampu
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut serta
dalam membantu menyebarkan informasi, antara lain dengan penyebaran
brosur, poster, penyuluhan dan lain - lain.
8) Pelayanan Residensial
Apoteker juga diharapkan dapat melakukan pelayanan kefarmasian
bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia, orang yang
kurang mampu, dan pasien yang mempunyai penyakit kronis lainnya.
Untuk aktifitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan untuk pasien yang dikunjunginya.
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker di Apotek
Tugas dan tanggung jawab Apoteker di apotek, antara lain :

1. Sebagai pemimpin di apotek dalam menjalankan kegiatan kefarmasian


sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

2. Menyelesaikan permasalahan yang ada, baik yang bersifat internal maupun


eksternal.

3. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.


4. Berusaha agar apotek yang di pimpinnya dapat dipimpinnya dapat diterima
oleh masyarakat, sehingga dapat memberikan penghasilan yang sesuai
dengan rencana kerja.

2.6 Penggolongan Obat

Pengertian penggolongan obat tercantum dalam Peraturan Menteri


Kesehatan

RI

No.917/MENKES/Per/VI/2000.

Penggolongan

obat

dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta


pengamanan distribusi. Penggolongan obat kini telah diperbaiki dengan
Permenkes RI Nomor 949/ MENKES/ Per/ VI/ 2000.
Penggolongan obat terdiri dari: Obat bebas, Obat bebas terbatas, Obat
wajib apotek, Obat keras, Obat psikotropika, Obat Narkotika. 1. Obat Bebas
Obat Bebas adalah obat yang dapat di jual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar obat keras, obat bebas
terbatas, obat narkotika, obat psikotropika, dan sudah terdaftar di DepKes RI.
Contoh Obat bebas, antara lain :
a. Minyak Kayu Putih
b. Obat batuk hitam
c. Obat batuk putih
d. Tablet Parasetamol
e. Vitacimin
Penandaan obat keras bebas diatur berdasarkan S.K. Menteri
Kesehatan RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat
bebas.
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu berupa bulatan berwarna hijau
dengan garis tepi warna hitam, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Penanda Obat Bebas


2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas (daftar "W"), menurut bahasa Belanda "W"
singkatan dari "Waarschuwing" yang artinya peringatan, maksudnya obat yang

pada penjualannya harus disertai dengan tanda peringatan dan kemasan asli
dari pabrik.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat -obatan
kedalam daftar obat "W" bahwa pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras
yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Obat bebas terbatas hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabrik atau pembuatnya.
b. Obat bebas terbatas boleh dijual jika pembuat mencantumkan tanda
peringatan

yang

tertera

sesuai

contoh.

berwarna hitam, berukuran panjang

Tanda

peringatan

tersebut

cm, lebar 2 cm, dan memuat

pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:

1) P No 1 : Awas ! Obat Keras Bacalah


Aturan Memakannya

2) P No 2 : Awas ! Obat Keras Hanya Untuk


Kumur Jangan Ditelan

3) P No 3 : Awas ! Obat Keras Hanya Untuk


Bagian Luar Badan

4) P No 4 : Awas ! Obat Keras


Hanya Untuk Dibakar

5) P No 5 : Awas ! Obat Keras


Tidak Boleh Ditelan

6) P No 6 : Awas ! Obat Keras


Obat Wasir Jangan Ditelan
Penandaan untuk obat bebas terbatas yaitu berupa lingkarangan warna
biru dengan garis tepi warna hitam, seperti yang terlihat pada gambar:

Gambar 2.3 Penanda Obat Bebas Terbatas


3. Obat Keras
Obat Keras (daftar "G"), menurut bahasa Belanda "G" singkatan dari
"Gevaarlijk" yang artinya berbahaya, maksudnya obat golongan ini berbahaya
jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obatobatan ke dalam daftar obat keras, bahwa pengertian obat keras adalah obatobat yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Semua obat pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa
obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata untuk
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari
jaringan.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru tidak membahayakan
kesehatan manusia.
d. Semua yang tercantum dalam daftar obat keras, obat itu sendiri dalam
substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila
dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian
Daftar Obat Bebas Terbatas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NO.02396/A/SK/ VIII/ 1986 tentang tanda khusus Obat Keras (daftar "G")
berupa lingkaran berwarna merah dengan garis tepi warna hitam dengan huruf
K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar:

Gambar 2.4 Penanda Obat Keras


4. Obat Wajib Apotek
Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.347/MENKES/SK/VII/1990 yang telah diperbaharui dengan Keputusan
Menteri Kesehatan No.924/MENKES/ Per/XI/1993, dikeluarkan dengan berbagai
pertimbangan, antara lain : a. Pertimbangan pertama, untuk Obat Wajib Apotek
sama dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna
mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara
tepat, aman dan rasional.
b. Pertimbangan kedua, untuk peningkatan peran Apoteker di apotek
dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan
kepada masyarakat.
c. Pertimbangan

ketiga,

untuk

peningkatan

penyediaan

obat

yang

dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.


Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker di apotek tanpa resep dokter.
Adapun kewajiban-kewajiban apoteker dalam penyerahan Obat Wajib
Apotek, antara lain :
a. Memenuhi ketentuan dan batas tiap jenis obat pasien yang disebutkan
dalam Obat Wajib Apotek yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.
c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontra indikasi,
efek samping, dan lain-lain yang perlu diperhatikan atau dibutuhkan
oleh pasien.
5. Obat Narkotika

Narkotika menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang


narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semi sintensis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam
beberapa golongan.
a. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi dan dapat menyebabkan
ketergantungan. Contohnya:

1) Heroin
2) Tanaman Ganja
3) Kokaina
4) Tanaman Papaver Somniferum L
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat sebagai
pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya:

1) Morfina
2) Petidina
3) Fentanil
4) Metadona
c. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat sebagai
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan


ketergantungan.
Contonya :

1) Kodeina
2) Etilmorfina
Penandaan Narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam
Ordonasi Obat Bius yaitu "Palang Merah Medali" adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5 Penandaan Narkotika


6. Obat Psikotropika
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997, Psikotropika
adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintensis, bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan pikiran.
Menurut Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997, Psikotropika dibagi,
menjadi 4 golongan yaitu : a. Psikotropika Golongan I
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi yang sangat kuat, dapat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contohnya :

1) Lisergida
2) Kationona
b. Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II adalah Psikotropika yang berkhasiat


pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :

1) Amfetamina
2) Metamfetamin
3) Metakualon
c. Psikotropika Golongan III
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat sebagai
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang dan dapat menyebabkan ketergantungan.
Contohnya :

1) Amobarbital
2) Pentonarbital
d. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat sebagai
pengobatan, terapi, dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :

1) Diazepam
2) Fenobarbital
3) Flurazolam
4) Nitrazepam
Penandaan psikotropika yaim, lingkaran bulat berwarna merah dengan
garis tepi warna hitam dan terdapat huruf K berwarna hitam yang menyentuh
garis tepi, sebagai berikut:

BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Sejarah Apotek Karunia
Apotek Karunia adalah sebuah apotek yang sudah berdiri selama 12
tahun. Apotek Karunia berdiri pada tanggal 10 Juli 2000, yang bertempat di Jl.
BKR No. 20-22 Telp. (0265) 741666 Banjar.
Pada awalnya pemilik Apotek Karunia adalah Ibu Yayan Puja Sari,
namun sekarang telah diserahkan kepada putrinya yang bernama Ibu Sanny
Puspa Dewi dan berlanjut sampai sekarang.
Apotek Karunia telah mengalami dua pergantian Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Pada awalnya Apotek Karunia dikelola oleh Ibu Nina Kurnia,
S.Si. Apt, dari tahun 2000-2006 kemudian diganti oleh seorang Apoteker yang
bernama Bapak Dikdik Prayogi, S.Farm.,Apt., dan berlanjut sampai sekarang.
Pergantian ini disebabkan oleh adanya No Farmasis No Service (NFNS) di
Indonesia. Apotek Karunia memiliki Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) yang
bernama Ibu Eni Sulistiani dari sejak berdiri apotek tahun 2000 sampai
sekarang tahun 2013 belum pernah mengalami pergantian Asisten Apoteker.

3.2 Visi dan Misi Apotek Karunia


Visi Apotek Karunia yaitu memberikan pelayanan yang terbaik terhadap
pasien dan obat-obatan yang berkualitas.
Misi Apotek Karunia yaitu menjadikan Apotek Karunia menjadi apotek
yang modern dan dapat diterima oleh masyarakat luas.

17

26

3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Apotek Karunia


Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pengadaan, pembelian, penerimaan,
penyimpanan, pelayanan dan pemusnahan. Tujuan dilakukannya pengelolaan
perbekalan farmasi ini untuk menjamin kelancaran perusahaan supaya dapat berjalan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan.
1. Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek Karunia
Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dengan order ke
pedagang besar farmasi (PBF) melalui salesmen. Sebelum melakukan pengadaan
barang. petugas gudang terlebih dahulu mencatat barang-barang atau perbekalan
farmasi yang telah kosong ke buku defekta, kemudian menentukan PBF yang akan
menerima orderan barang dengan kriteria PBF yang selalu tepat waktu,dan cepat
dalam pengiriman barang.
2. Pembelian Perbekalan Farmasi Apotek Karunia
Pembelian perbekalan farmasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam
jangka waktu pendek dan secara berencana dengan pengendalian, persediaan
barang, pengawasan stok obat. Pengendalian persediaan barang dilakukan dengan
cara membandingkan jumlah pembeli dengan penjumlah tiap bulan. Dalam
pembelian barang, petugas pembelian membuat surat pesanan berisi nama
distributor, barang, kemasan, jumlah barang, dan diskon harga kemudian
ditandatangani oleh bagian pembelian dan APA. Surat pesanan dibuat rangkap
dua, untuk diambil oleh salesmen dan 1 rangkap lagi untuk di apotek.
3. Penerimaan Perbekalan Farmasi Apotek Karunia
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh karyawan administrasi dengan
mencocokan salinan surat pesanan (SP) dengan faktur dan barang yang datang.

26

Pemeriksaan yang harus dicocokan antara lain alamat pengiriman barang,


nama barang, banyaknya barang, bentuk sedian, no batch dan tanggal kadaluarsa,
kemudian faktur ditandatangani oleh penerima barang dicap Apotek Karunia.
4. Penyimpanan Perbekalan Farmasi Apotek Karunia
Penyimpanan perbekalan farmasi yang datang dari PBF langsung disimpan di
gudang untuk menjaga mutu dari sediaan tersebut supaya terhindar dari pencemaran
udara. Jika terjadi kekosongan barang di pelayanan. barang dapat diambil langsung dari
gudang dan mencatatnya di buku defekta yang tersedia di gudang.
Perbekalan farmasi yang tersedia meliputi: a. Obatobatan, meliputi: 1) Obat Bebas, antara lain:

a) Panadol
b) Otopan
c) Poldanmig
d) Diatabs
e) Dumin

f)

g) 2)

Obat

Bebas

Terbatas,

antara lain:

a) Poncolin D
b) Paratusin
c) Intrabat
d) Zenirex
e) Oskadryl
h) 3)

Obat Keras, antara lain:

a) Neorotam
b) Tramifen
c) Lasal
d) Somerol
e) Glucobay
i) 4)

Obat Wajib Apotek

a) Famotidin
b) Ranitidin
c) Kloramfenikol
j) 5)

Obat Psikotropika,

antara lain:

a) Asabium
b) Valisanbe
c) Analsik
k) 6)
lain:

a) Coditam

Obat Narkotika, antara

b) Codein

29

c) b.

Alat Kesehatan, meliputi:

1) Termometer
2) Perban
3) Kasa steril
4) Stetoskop
5) Masker
d) c.

Obat Tradisional, meliputi:

1) Jao - nori Fortibi


2) Dehaf
3) Tristan
4) Biocurkem
e) d.

Kosmetik

1) Minyak wangi (vitalis, pucelle)


2) Perlengkapan bayi (shampoo dee dee, sabun zwitzall)
3) Pelembab wajah (ponds, inez)
4) Pembersih wajah (mustika ratu, biore)
5) Handbody (citra, marina)
f) e.

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Contohnya:

1) Sabun
2) SikatGigi
3) Spon Mandi

30

4) f. Penyimpanan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)


5) Penyimpanan perbekalan farmasi di rak Apotek Karunia
dikelompokan atas obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Obat dikelompokan
berdasarkan golongan obat dan bentuk sediaan obat disusun secara alfabetis.
Penyimpanan obat dalam bentuk tablet/kapsul dibedakan berdasarkan produk
paten secara umum dan produk generik. untuk obat-obatan yang memerlukan
suhu khusus (dingin dan sejuk) seperti suppositoria, disimpan di lemari
pendingin.

6) Sedangkan untuk obat psikotropika dan narkotika disimpan dalam


lemari khusus yang terpisah dari obat lain. Masing-masing obat disimpan
dalam dus atau kotak obat secara alfabetis yang terpisah dengan penandaan
label yang sesuai dengan nama obat tersebut.

7) Apotek Karunia mempunyai jadwal tersendiri, setiap hari sabtu


dilakukan pengecekan barang, jika terdapat barang yang sudah kadaluarsa atau
mendekati tanggal kadaluarsa, maka barang akan diretur ke PBF yang
mengirim barang tersebut atau menukarnya dengan barang baru.

8) Pengeluaran barang di Apotek Karunia menggunakan metode


antara FEFO ( First Expired First Out ) dan FIFO ( First In First Out ).

9) Pelayanan Obat di Apotek Karunia


10) a. Pelayanan Obat dengan Resep Dokter (Praecription Medication)
11) Pelayanan obat dengan resep meliputi semua obat. baik obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotoprika dan obat narkotika.

12) Adapun alur pelayanan obat dengan obat dengan resep dokter, yaitu: 1)
Pasien membawa resep, lalu diterima oleh karyawan atau karyawati kemudian
resep diambil dan ditunjukan kepada APA untuk dilakukan pemeriksaan
kelengkapan resepnya,

kemudian dilakukannya pengecekan persediaan

obat, jika obat tersedia di apotek, kemudian dilakukannya pendataan resep

(nama pasien, umur, alamat, nomor resep) dan ditulis nomor resep di ujung

30

atas resep (nomor asli berikan pada pasien untuk pengambilan resep). Apabila
resep bermasalah (identitas dokter tidak lengkap, paraf dokter tidak jelas, obat
kurang, obat kosong) maka APA akan mengkonsultasikan kepada dokter yang
bersangkutan. Adapun tujuan dari pendataan pasien, yaitu: a) Administrasi

13)

Administrasi mi berfungsi sebagai pengarsipan di apotek,

ketertiban dalam pembayaran, dan demi kenyamanan bersama antara


pihak apotek dan pihak konsumen.

14)

b)

15)

Kesalahan

Dalam pendataan pasien tercantum nomor telepon pasien,

sehingga jika terjadi suatu kesalahan (dosis tidak sesuai dengan resep,
salah obat) APA ataupun pihak apotek lain dapat mengkonsultasikan
dengan mudah kepada pasien sehingga tidak terjadi kesalahan yang fatal.

16)

c)

17)

Kontroling

Setelah pasien berobat kurang lebih selama satu minggu, biasanya

APA melakukan kontroling terhadap pasien yang memerlukan informasi


lebih lanjut tentang permasalahn penyakitnya ataupun informasi obat
berikutnya dengan cara APA menghubungi pasien lewat telepon.
Sekurang-kurangnya informasi yang harus diberikan pada pasien oleh
APA mengenai perkembangan kesehatan pasien dan efek dari obat yang
sudah diberikan.

18)

d)

Pencitraan

19) Dengan adanya hal-hal diatas, (kenyamanan, ketertiban, dan perhatian)


nama apotek akan mendapat respon positif dari masyarakat dan dapat
diterima oleh masyarakat luas. 2) Resep dan Pembayaran

20) Setelah obat dipastikan tersedia semua di apotek dan dihitung


harga obat oleh TTK, karyawan dan karyawati menginformasikan harga obat
kepada pasien, apakah pasien akan membeli obat semua sesuai resep atau

30

sebagian obat dari resep tersebut. Apabila pasien setuju dengan harga yang
ditawarkan, kemudian pasien melakukan pembayaran tunai dan resep
diserahkan kembali pada APA supaya obat disiapkan.

21) Apabila pasien tidak setuju dengan harga yang ditawarkan, maka
obat dikembalikan pada pasien.

22) 3)

Peracikan

23) Obat disiapkan sesuai resep dokter, penulisan etiket dilakukan


oleh APA, pengemasan dan penempelan etiket dilakukan oleh petugas resep
lain, bila perlu diberi kwitansi (jika pasien meminta). Jika obat dalam resep
memerlukan racikan maka dilakukan peracikan terlebih dahulu.

24) 4)

Pemeriksaan Obat

25) Sebelum obat diserahkan pada pasien, obat diperiksa kembali oleh
APA atau TTK terhadap kesesuaian hasil racikan obat dengan nomor obat,
nama obat, jumlah obat, aturan pakai, nama pasien, umur pasien. Alamat
pasien, nomor telepon pasien, dan kebenaran kwitansi.

26) 5)

Penyerahan Obat

27) Penyarahan obat dilakukan oleh karyawan atau karyawati yang


sudah ahli dan sudah terbiasa memberikan informasi mengenai obat terhadap
pasien. Penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi mengenai
nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah, aturan

28) pakai, cara penyimpanan serta efek samping yang mungkin timbul dan
29) cara mengatasinya.
30) 6) Resep didokumentasikan di apotek
31) Setelah obat diserahkan kepada pasien, resep dikumpulkan untuk
dokumentasi setiap bulannya oleh TTK. a. Pelayanan Obat Tanpa Resep Dokter

30

32)

Pelayanan obat tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat bebas

terbatas, alat kesehatan, obat tradisional, dan obat wajib apotek. Adapun alur
penjualan obat tanpa resep dokter, antara Iain:

1) Pasien datang ke apotek dengan keluhan meminta obat ataupun pasien


sudah punya nama obat yang akan dibeli tanpa mengeluh pada
karyawan atau karyawati.

2) Apabila obat yang diperlukan pasien tersedia, maka karyawan atau


karyawati menginformasikan harga obat (negosiasi harga), jika pasien
keberatan dengan harga obat maka transaksi batal.

3) Apabila permintaan pasien bermasalah, maka konsultasikan ke APA


atau TTK, seperti obat tidak tersedia atau masalah lain yang
berhubungan dengan obat yang tidak dapat diatasi.

4) Apabila pasien sudah setuju dengan obat dan harga yang ditawarkan,
kemudian karyawan atau karyawati menulis dalam nota yang
mencakup, jumlah barang, nama barang, harga satuan, dan jumlah
untuk bukti pembayaran ke kasir.

5) Sementara menunggu pasien membayar ke kasir, obat disiapkan (bila


perlu bugkus obat)

33)

6) Setelah dilakukannya pembayaran, obat diserahkan pada pasien

oleh karyawan atau karyawati disertai dengan informasi mengenai obat


tersebut (cara pemakaian, dosis, cara penyimpanan) kemudian nota diambil
kembali dari pasien untuk dokumen apotek. 6. Permusnahan Perbekalan
Farmasi Apotek Karunia

34)

Permusnahan perbekalan farmasi di Apotek Karunia disebabkan

karena rusak, kadaluarsa, ataupun dilarang edar oleh badan POM.


Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar atau cara lain yang ditentukan
oleh badan POM. Pemusnahan tersebut dilaporkan oleh APA secara

30

tertulis dalam bentuk berita acara rangkap 3 yang ditunjukan kepada


Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, BPOM dan arsip apotek.
35)
36)

37) 3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek Karunia


38)

Pengelolaan narkotika dan psikotorpika di Apotek

Karunia ditangani oleh Apoteker Pengelolaan Apotek (APA) sebagai


penanggung jawab pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotorpika.
Pengelolaan narkotika dan psikotorpika di Apotek Karunia sebagai berikut: 1.
Pembelian, Pemesanan dan Peloporan Narkotika dan Psikotropika

39)

Pembelian narkotika menggunakan surat pesanan khusus

narkotika dan hanya dipesan kepada PBF Kimia Farma. Pemesanan


narkotika dibuat 4 rangkap, satu surat pesanan narkotika hanya dapat
digunakan untuk memesan satu jenis narkotika saja.

40)

Pembelian psikotropika boleh dilakukan ke PBF lain, seperti PT

Sanbe, PT Esenval dan lain-lain. Pemesanan psikotropika dibuat 2 rangkap dan


dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis psikotropika.

41)

Pelaporan narkotika setelah adanya sistem software, dibuat satu

rangkap, lalu dikirim ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota berupa perangkat
lunak, kemudian Dinas Kesehatan Kota melaporkan ke Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan kepala BPOM setempat, kemudian print out kembali laporan
narkotika tersebut sebagai arsip di apotek.

42) 2.

Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika

43) Penyimpanan narkotika dan psikotropika di Apotek Karunia


disimpan di lemari khusus yang terpisah dari obat-obatan lain dengan ukuran
lemari panjang 100 cm, dan lebar 90 cm yang terbuat dari kayu disertai dengan
bertanggung jawab langsung kepada APA.

44) 3.

Pengeluaran Narkotika dan Psikotropika

30

45) Pengeluaran narkotika dan psikotropika di Apotek Karunia hanya


dilakukan jika menerima resep asli dokter. Pemasukan dan pengeluaran
narkotika dan psikotropika dicatat dalam kartu stok masing - masing yang
meliputi nama obat yang keluar dan jumlah sisa obat.

46) 4.

Laporan Pengeluaran Narkotika dan Psikotropika

47) Pelaporan narkotika dan psikotropika dibuat setiap satu bulan


sekali yang ditandatangani oleh APA dan dicap apotek dengan dibuat rangkap
dua ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dan
sebagai arsip apotek. 5. Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika

48) Pemusnahan narkotika dan psikotropika di Apotek


Karunia dilakukan jika terjadi kerusakan pada obat dan tidak memenuhi
syarat. Pemusnahan dilakukan oleh APA dengan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota dan petugas apotek. APA harus
membuat berita acara pemusnahan rangkap 3 yang ditujukan pada
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, Balai POM setempat, dan arsip
apotek.
49)
50)

51) 3.6 Fungsi dan Tugas Apoteker di Apotek Karunia


52) Pengertian Apoteker telah dicantumkan dalam PP No. 51 tahun
2009, yaitu seorang sarjana yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

53)

1.

Fungsi Apoteker

1) Sebagai pemimpin bagi karyawan-karyawan lain.


2) Sebagai pemecah masalah jika terjadi sesuatu kekeliruan, baik masalah
internal maupun eksternal.

54)

2.

Tugas Apoteker

1) Melayani obat sesuai dengan resep dokter.


2) Menulis etiket sesuai resep dokter.
3) Konsultasi dengan dokter jika terjadi kekeliruan pada resep.

30

55)

rangkap dua ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota setempat dan sebagai arsip apotek. 5. Pemusnahan Narkotika dan


Psikotropika

56) Pemusnahan narkotika dan psikotropika di Apotek


Karunia dilakukan jika terjadi kerusakan pada obat dan tidak memenuhi
syarat. Pemusnahan dilakukan oleh APA dengan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota dan petugas apotek. APA harus
membuat berita acara pemusnahan rangkap 3 yang ditujukan pada
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, Balai POM setempat, dan arsip
apotek.
57)
58)

59) 3.6 Fungsi dan Tugas Apoteker di Apotek Karunia


60) Pengertian Apoteker telah dicantumkan dalam PP No. 51 tahun
2009, yaitu seorang sarjana yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

61)

1.

Fungsi Apoteker

1) Sebagai pemimpin bagi karyawan-karyawan lain.


2) Sebagai pemecah masalah jika terjadi sesuatu kekeliruan, baik masalah
internal maupun eksternal.

62)

2.

Tugas Apoteker

1) Melayani obat sesuai dengan resep dokter.


2) Menulis etiket sesuai resep dokter.
3) Konsultasi dengan dokter jika terjadi kekeliruan pada resep.
63)
64) 3.7

4) Memberikan informasi, konseling, dan edukasi tentang obat.


Fungsi dan Tugas Asisten Apoteker di Apotek Karunia

65) Asisten Apoteker adalah seseorang yang dipercaya untuk


mendampingi seorang Apoteker.

66)
67)

1.

Fungsi Tenaga Teknik Kefarmasian

a.

Sebagai Tenaga Teknik Kefarmasian.

30

68)

b.

Sebagai pendamping Apoteker atau orang yang membantu

pekerjaan
Apoteker.

69)

2.

Tugas Tenaga Teknik Kefarmasian

70)

a.

Membarikan harga obat pada resep.

71)

b.

Membantu APA dalam melakukan percikan dan

penempelan etiket
pada obat.

72)

c.

Melakukan pengarsipan resep yang ada di apotek.

73)
74)

75) 3.8

Fasilitas Apotek Karunia

76) Fasilitas yang ada di Apotek Karunia, antara lain :


1. Memiliki 3 ruangan praktek dokter yaitu dokter Spesialis Anak yang
bernama dr. Nono Gunandi SpA. Dokter Spesialis Saraf yang bernama dr.
Dikdik S, SpS. Dokter Spesialis Kejiwaan yang bernama dr. Hilman,
SpKJ.

2. Memiliki ruangan tunggu dokter yang nyaman dan berAC.


3. Memiliki ruangan OTC.
4. Memiliki ruangan laboratorium dan rontgen.
5. Memiliki ruangan nebulizer.
5. Memiliki 5 toilet atau kamar mandi yang bersih (1 di ruangan tunggu
dokter, 4 di mess karyawan).

6. Memiliki mushola.
7. Memiliki mess karyawan dengan 5 kamar.
8. Memiliki ruang tunggu resep yang nyaman dan bersih.
9. Memiliki ruang peracikan yang nyaman.
6. Memiliki 2 gudang (1 gudang OTC atau stok obat bebas dan 1 gudang
untuk obat penjualan resep).

30

77)

12.Memiliki ruang penjualan

kosmetik. 13.Memiliki Labolatorium


Klinik Karunia
78)
79)

80) 3.9 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Karunia


81) Lokasi dan tata ruang suatu perusahaan dapat mempengaruhi
terhadap kelancaran dan keuntungan bagi pihak perusahaan itu sendiri. Letak
yang stategjs dan tata ruang yang rapi, bersih, dan nyaman akan menjadi nilai
tambah bagi apotek itu sendiri sehingga konsumen yang datang akan merasa
nyaman dengan fasilitasfasilitas yang tersedia. 1. Lokasi Apotek Karunia

82)

Apotek Karunia terletak di jalan BKR no. 22 Telp.

(0265)741666 Banjar. Lokasi Apotek Karunia cukup strategis karena


berada di pusat keramaian dekat pasar tradisional Banjar sehingga mudah
di jangkau oleh masyarakat. Letak yang strategis merupakan keuntungan
tersendiri juga sebagai faktor pendukung keberhasilan dan perkembangan
Apotek Karunia. 2. Tata Ruang Apotek Karunia

83) Tata ruang Apotek Karunia di buat sedemikian rupa untuk


menjamin kelancaran perusahaan dan kenyamanan konsumen yang datang ke
apotek. Apotek Karunia terbagi atas beberapa bagian, diantaranya ruang OTC,
ruang praktik dokter, ruang peracikan obat, ruang tunggu, ruang rontgen, ruang
nebul dan lain-lain, dengan ditambah penerangan, air conditioner, dan televisi.
Apotek Karunia juga mencantumkan nama dan jam praktik dokter yang
membuka pengobatan Apotek Karunia. Selain itu Apotek Karunia juga
dilengkapi dengan papan nama apotek terbuat dari kayu yang bertuliskan nama
apotek, nama Apoteker, dan S.I.A.

84)

lubang dubur). Jika tidak dimasukkan sampai ke bagian otot

sfinkter, suppositoria ini akan terdorong keiuar iagi dari lubang dubur.
85)
86)

30

87) 4.6

Penggunaan Obat Vaginal Tablet

88) Cara penggunaan obat Vaginal Tablet sebagai


berikut: Cara Pemakaian:

89) Vaginal Tablet dimasukkan sedalam mungkin ke dalam vagina


dengan aplikator yang tersedia, sebaiknya pada malam hari. Sebaiknya tablet
dimasukkan pada posisi terlentang dengan kedua kaki ditarik sedikit ke arah
badan.
90)
91)

92) 4.7

Penggunaan Swinghaler

93) Cara penggunaan swinghaler sebagai


berikut: 1. Buka tutup inhaler.
2. Pegang inhaler tegak lurus dan kocok tabung inhaler.

94)

3. Bernafas dengan pelan.

95)

96) 4. Letakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menggigigitnya dan tutup bibir
hingga mouthpiece tertutup rapat.
97)

30

98)

99)
101)
103)
105)

100)
102)
104)

5. Mulai inhalasi pelan melalui mulut dan sekaligus tekan canister.


6. Lanjutkan inhalasi dengan pelan dan dalam.
7. Tahan nafas sampai sekitar 10 detik.
8. Ketika sedang menahan nafas , keluarkan inhaler dari mulut.
9. Ekshalasi dengan pelan dari mulut.
10. Jika dibutuhkan dosis ekstra, tunggu 1 menit dan ulangi langkah 2 sampai
9.

11. Tutup kembali inhaler.


106)
107)

108)

4.8 Penggunaan Turbuhaier

109)

Cara penggunaan Turbuhaier sebagai

berikut: 1. Tinggalkan Penutup Ini dilakukan dengan


memusingkannya.

110)

111)

112)

2. Putarkan pemegang ke kanan dan kemudian ke kiri. Pegang

Turbuhaier secara menegak,

113)
114)
clicks.

a. Putarkan pemegang itu ke kanan, sejauh yang boleh.


b. Dan kemudian putarkan ke kiri sehingga kedengaran bunyi

30

115)
116)
117)
118)
119)
120)
121)
122)
123)
124)
125)
126)
127)

128)

3. Tarik nafas sedalam termungkin. Letakkan muncung saluran mulut di

antara dua bibir anda dan tarik nafas sedalam termungkin melalui mulut anda.
Sekiranya anda diperlukan untuk mengambil lebih daripada 1 dos, ulangi
langkah B & C.

129)

130)

4. Pasang semula penutup selepas menggunakannya. Letak semula

penutup ke tempat asainya dan pusmg sehingga ketat.


131)

133)

132)
135)

r\
136)

*
138)
142)
144)

134)
137)

i
141)
143)
4.9 Penggunaan Tablet Bukal dan Sublingual

145)

Cara penggunaan obat tablet bukal dan sublingual sebagai

berikut:

1. Tablet penggunaannya melalui rongga mulut.

30

2. Tablet Bukal, disisipkan diantara gusi dan pipi. Contoh: Tablet


Progesteron.
146)
147)
148)
149)
150)
151)
152)
153)
154)
155)
156)
157)

158)

3. Tablet Sublingual, diletakkan dibawah lidah. Tablet ini cepat

melarut dan bahan obatnya cepat diabsorpsi.

159)

BAB V

PENUTUP
160)

5.1

Simpulan

161)

1.

Dari hasil Prakik Kerja Industri dapat di simpulkan sebagai


berikut:

162)

a.

Meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab dalam

b.

Dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah di peroleh di

c.

Memperoleh gambaran yang nantinya berguna bagi siswa

bekerja

163)
sekolah.

164)
yang

bersangkutan bagaimana susahnya dalam bekerja di dunia industri.

165)
166)

d.

Lebih bisa menghargai waktu

2.

Berdasarkan tugas khusus yang dapat di simpulkan sebagai


berikut:

167)

a.

Seluruh pegawai Apotek Karunia sudah bisa

mengaplikasikan cara
penggunaan obat-obatan yang ada di Apotek Karunia.

168)

b.

Penggunaan tablet vaginal dan tablet sublingual belum

diketahui, benar
atau tidak dalam mengaplikasikannya.

169)

5.2

Saran

170) 1. Saran Untuk Tempat Praktik Kerja Industri


171)

Perusahaan dapat menerima kembali siswa siswi SMK

Bhakti Kencana Banjar yang akan melaksanakan praktik kerja industri pada
tahun ajaran berikutnya. Lebih meningkatkan pelayanan prima kepada
pasien agar dapat memuaskan, meningkatkan rasa kekeluargaan dan
kenyaman diantara karyawan. Serta lebih melengkapi blangko resep dokterdokter yang praktik di Apotek Karunia.

36

37

172)

173)

2. Saran Untuk Sekolah

174) Menambah tempat buat Praktik Kerja Industri kedepannya, lebih


meningkatkan pemantauan terhadap peserta Prakerin supaya peserta Prakerin
lebih terarah. Serta pengarahan dan pemantapan materi yang baik sebelum Praktik
Kerja Industri (PRAKERIN).

175)
176)

DAFTAR PUSTAKA

Sitrait, Median.2008. ISO Indonesia Volume 43. Jakarta:

PT. ISFI UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009

177)

PPNo. 51 Tahun 2009 UU

Narkotika No. 35 Tahun 2009 UU


Psikotropika No. 27 Tahun 1997

178)

Bunyamin, Indri Mulyani. Persyaratan Apotek

{online}. Tersedia http: www.informasi-obat.corn (diakses tanggal 25


Januari 2013)

179)

Media Informasi Penggunaan Obat [online]. Tersedia http:

www.itb.ac.id (diakses tanggal 25 Januari 2013)

Anda mungkin juga menyukai