Anda di halaman 1dari 12

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TENTANG APOTEK

Kelompok 1 Martson Putra Sulung Neila Maria Dias Marcal Ni Ketut Yuni A Nike Richa Rahmawati Krisna Dewi Restiana Dewi Rina Fibrilia Rinnie Widyastuti S Rita Septiana 1220242117 1220242127 1220242129 1220242131 1220242158 1220242165 1220242171 1220242172 1220242174

PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2 0 1 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Definisi Apotek Berikut adalah beberapa definisi apotek :

Menurut PP No. 26 tahun 1965 tentang apotek Pasal 1. Yang dimaksud dengan apotik dalam Peraturan Pemerintah ini ialah suatu tempat tertentu, dimana dilakukan usaha-usaha dalam bidang farmasi dan pekerjaan kefarmasian.

Menurut UU No. 41 tahun 90 pasal 1 ayat 2, apotek adalah tempat dilakukannya pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

Menurut PERMENKES RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Menurut KEPMENKES RI

No. 1332/MENKES/SK/X/2002, apotek adalah

suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan Farmasi, perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Menurut Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Sediaan Farmasi, perbekalan Kesehatan lainnya kpd masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian pasal 1 ayat 3 apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Apotek Peraturan perundang-undangan perapotekan di Indonesia telah beberapa kali

mengalami perubahan. Dimulai dengan berlakunya Peraturan Pemerintah (PP) No.26 tahun 1965 tentang pengelolaan dan perizinan Apotek, kemudian

disempurnakan dalam Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980, beserta petunjuk pelaksanaannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.26. tahun 1981 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.178 tentang ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek. Peraturan yang terakhir berlaku sampai sekarang adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian yang memberikan beberapa keleluasaan kepada apotek untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/MENKES/PER/V/2011 adalah sebagai berikut:


a.

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

b.

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;

c.

Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.

d.

Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.

e.

Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap tenaga kefarmasian yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.

f.

Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah

diregistrasi. g. Surat Tanda Registrasi Apoteker Khusus, yang selanjutnya disingkat STRA Khusus adalah bukti Apoteker warga negara asing tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada lulusan luar negeri yang akan melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia. h. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.

i.

Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.

j.

Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.

k.

Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disebut SIKTTK adalah surat Kefarmasian untuk izin praktik yang diberikan kepada Tenaga Teknis dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada

fasilitas kefarmasian. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek, Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja. Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/MENKES/SK/V/2003, tentang peraturan registrasi dan izin kerja Asisten Apoteker :
a. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah

Asisten Apoteker atau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi, dan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analisis Farmasi serta Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.
b. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan

yang diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker

atau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analisis Farmasi serta Makanan Politeknik Kesehatan untuk menjalankan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
c. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan

kepadapemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian disarana kefarmasian.
d. Sarana Kefarmasian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan

pekerjaan kefarmasian antara lain Industri Farmasi termasuk obat Tradisional dan kosmetika, Instalasi Farmasi, Apotek, dan toko obat. (Anonim, Izin Kerja Asisten Apoteker, 2003) B. Pelayanan Resep Dalam perundang undangan pelayanan resep di atur dalam:
1. Permenkes Nomor 278/279/280/MenKes/SK/V/1981 yang berbunyi Apotik

wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan, Salinan resep harus ditanda-tangani atau diparaf oleh Apoteker, Resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotik dalam jangka waktu 3 tahun.
2. Permenkes Nomor 922/MenKes/Per/X/1993 yang berbunyi Apotik wajib

melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan, APA/Apoteker pendamping atau Apoteker pengganti diizinkan menjual Obat Keras yang

dinyatakan sebagai sebagai Daftar Obat Wajib Apotik tanpa resep, Salinan resep harus ditanda-tangani atau diparaf oleh Apoteker
3. Permenkes Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004 yang berbunyi Skrining

resep, Penyiapan obat (Peracikan, Etiket, Kemasan obat, Penyerahan obat, Informasi obat, Konseling, MonitoringPenggunaan). C. Penyimpanan Resep Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 704/Ph/63/b Tgl. 14/2/63 mengatakan bahwa penyimpanan resep disimpan selama 3 tahun berdasarkan nomor urut dan tanggal pembuatan. Pemusnahan resep hanya boleh dengan jalan pembakaran Pemusnahan dengan membuat BAP. D. Pengelolaan Khusus Pengelolahan khusus di apotek meliputi pengelolahan Narkotika, Psikotropika dan Jarum Suntik a. Narkotika

Resep, Salinan Resep Narkotika (SE Dirjen POM 336/E/SE/1977) Tempat Penyimpanan Narkotika (Permenkes 28/Menkes/Per/I/1978) Pemusnahan Narkotika (Permenkes 28/Menkes/Per/I/1978)

b. Psikotropika

Pelaporan (UU 5/1997. Permenkes688/Menkes/Per/VII/1997.

Permenkes 912/Menkes/Per/VIII/1997)

c. Jarum Suntik (Permenkes 229/Menkes/Per/VII/1978)

E. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan apotek di atur dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002. Yang berbunyi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan apotik dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Badan POM. Pembinaan terhadap apotik dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat Pusat sampai dengan Daerah, atas petunjuk teknis Menteri. F. Sanksi Sanksi yang diberikan kepada apotek bila melanggar undang undang yaitu :
1.

Sanksi administratif Sanksi administraif diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002. a. Kadinkes Kabupaten/kota dapat mencabut ijin bila ; 1) Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pada Pasal 5 dan/atau;

2) Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12 dan Pasal 15 ayat (2) dan/atau; 3) APA terkena ketentuan dimaksud dalam Pasal 19 ayat 5) dan/atau;
4) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perUU, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 dan/atau; 5) SIK APA dicabut dan/atau; 6) PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran perUU bidang obat dan/atau; 7) Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam Pasal 6 b. Kadinkes kabupaten/kota sebelum melakukan pencabutan sebagaimana dimaksud ayat (1) berkoordinasi dengan kepala Balai POM setempat. Pasal 11 ayat (1); Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam KUHP dan perUU lain, maka terhadap kesehatan dapat dilakukan tindakan tindakan administrati di dalam hal sebagai berikut; 1) Melalaikan kewajiban 2) Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;

10

3) Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;


4) Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan UU ini.

2.

Sanksi Pidana
a. UU No. 1/1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (KUHP). b. UU No. 36/2009 tentang Kesehatan. c. UU No. 5/1997 tentang Psikotropika. d. UU No. 35/2009 tentang Narkotika. e. UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. f. PP No. 72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan.

11

DAFTAR PUSTAKA 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kepmenkes RI nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotik Kepmenkes RI nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotik Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/MENKES/SK/V/2003 tentang peraturan registrasi dan izin kerja Asisten Apoteker Permenkes Nomor 278/279/280/MenKes/SK/V/1981 Permenkas Nomor 922/MenKes/Per/X/1993 Permenkes Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004 14/2/63
9. UU No. 1/1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (KUHP)

8. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 704/Ph/63/b Tgl.

10. UU No. 36/2009 tentang Kesehatan 11. UU No. 5/1997 tentang Psikotropika 12. UU No. 35/2009 tentang Narkotika
13. UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen 14. PP No. 72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 15. UU No. 41 tahun 90

16. PP no. 51 tahun 2009 17. PP No. 26 tahun 1965 18. SE Dirjen POM 336/E/SE/1977 19. Permenkes28/Menkes/Per/I/1978 20. Permenkes 28/Menkes/Per/I/1978
21. UU Kesehatan Nmor 35 Tahun 2009

12

Anda mungkin juga menyukai