Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI APOTEK NUR AKBAR II SAMARINDA

DI SUSUN OLEH :
Rabiatul Adawiyah Rahma (723901S.08.054) (723901S.08.056)

AKADEMI FARMASI SAMARINDA SAMARINDA 2011

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI APOTEK NUR AKBAR II SAMARINDA
Samarinda, 31 Maret 2011

Disetujui Oleh : Pembimbing PKL Akademi Farmasi Samarinda Pembimbing Lahan Apotek Nur Akbar II

Sapri, S. Si NIDON :1117087802

Mengetahui,

dr. Nata Siswanto NIP : 19710201 200312 1 004 Disahkan Oleh: Akademi Farmasi Samarinda Direktur,

Risa Supringrum, S.Si NIDON : 1110016801

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan dan menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Nur Akbar II Samarinda. Praktik Kerja Lapangan di Apotek ini adalah salah satu program pendidikan di tingkat Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Samarinda yang bekerja sama dengan Apotek Nur Akbar II Samarinda. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan teori-teori yang diperoleh dari mata kuliah yang telah di pelajari dibidang kefarmasian. Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Nur Akbar II dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Dalam menyelesaikan laporan ini banyak pihak yang memberi bantuan baik moril maupun materil, sehingga pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. selaku Pemilik Apotek Nur Akbar II Samarinda

2. Rika selaku Pembimbing Lahan di Apotek Nur Akbar II Samarinda 3. Sapri, S. Si selaku Pembimbing PKL di Akademi Farmasi Samarinda 4. Risa Supriningrum, S.Si selaku Direktur Akademi Farmasi Samarinda 5. Seluruh Staf Apotek Nur Akbar II Samarinda 6. Semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita. Semoga laporan ini bermanfaat untuk menambah wawasan kita dalam hal pengetahuan tentang kefarmasian umumnya dan pengetahuan tentang Apotek Nur Akbar II Samarinda khususnya.

Samarinda, 31 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDULi LEMBAR PENGESAHAN.ii KATA PENGANTAR..iii DAFTAR ISI....v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang1 B. Tujuan PKL.2 C. Manfaat PKL...3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Puskesmas.4 B. Azas Puskesmas..4 C. Kedudukan Puskesmas...6 D. Tugas dan Tanggung Jawab Pengelolaan Obat di Puskesmas8 E. Pengelolaan Obat di Puskesmas..12 BAB III KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN A. Data Puskesmas Karang Asam34 B. Peran Asisten Apoteker di Puskesmas Karang Asam.36 C. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan di Puskesmas Karang Asam...36 BAB IV PEMBAHASAN43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan47 B. Saran..47 DAFTAR PUSTAKA.48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Jumlah Kunjungan Tahun 2010 Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai Kunjang......49 Lampiran 2. Daftar Sepuluh Jumlah Penyakit Terbanyak.50 Lampiran 3. Gambar Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai Kunjang..51 Lampiran 4. Gambar Ruang Peracikan Obat di Apotek Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai Kunjang..52 Lampiran 5. Gambar Gudang Farmasi di Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai Kunjang.53 Lampiran 6. Contoh Etiket54 Lampiran 7. Contoh Kartu Berobat Puskesmas Karang Asam..55 Lampiran 8. Struktur Organisasi Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai Kunjang.56 Lampiran 9. Laporan LB1 Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai Kunjang.57

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian, serta makin tinggi kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan para petugas dalam rangka mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Dengan demikian pada dasarnya kaitan tugas pekerjaan Farmasis dalam melangsungkan berbagai proses kefarmasian, bukannya sekedar membuat obat, melainkan juga menjamin serta meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselenggarakan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien. Mengingat kewenangan keprofesian yang dimilikinya, maka dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan prosedur-prosedur kefarmasian demi dicapainya produk kerja yang memenuhi : syarat ilmu pengetahuan kefarmasian, sasaran jenis pekerjaan yang dilakukan serta hasil kerja akhir yang seragam, tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian secara pribadi (ISFI, 2004). WHO dalam rapatnya tahun 1997, mengenalkan lahirnya asuhan kefarmasian. Dimensi pekerjaan profesi farmasis tidak kehilangan bentuk, tetap menjadi seorang ahli dalam bidang obat. Pasien menikmati layanan

professional dari seorng farmasis dalam bentuk penjelasan tentang obat, sehingga pasien memahami program obatnya. Dengan demikian sebagai seorang Ahli Madya Farmasi dirasa perlu membekali diri dengan pengetahuan mengenai Apotek. Oleh sebab itu, pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) apotek bagi mahasiswa Akademi Farmasi Samarinda sangatlah perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam rangka mempersiapkan diri untuk berepran langsung dalam pengelolaan apotek sesuai fungsi dan kompetensi Ahli Madya Farmasi.

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana manajemen apotek yang meliputi pengelolaan obat, pendistribusian, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelaporan obat di apotek. 2. Untuk bisa lebih terampil dalam membuat sediaan obat terutama pada bagian peacikan obat, perhitungan dosis, membagikan sediaan obat, membungkus sediaan obat dan member etiket obat. C. Manfaat 1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang teori yang didapat dengan terjun ke lapangan. 2. Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada iklim kerja kefarmasian sebenarnya, khususnya di Apotek.

3. Membangkitkan sifat entrepreneur sehingga suatu saat mampu membaca dan menggeluti aspek-aspek usaha yang potensial di bidang farmasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek 1. Pengertian Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri tentang Kesehatan perubahan RI Nomor Permenkes

1332/MENKES/SK/X/2002

No.922/MENKES/Per/X/1993 tentang dan tata cara pemberian izin Apotek, pasal 1 ayat 1 : Apotek adalah suatu tempat, tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker (PP No 51 Tahun 2009). Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, bahan obat tradisional, alat kesehatan, dan kosmetika) kepada masyarakat (Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004). Syarat Apotek Harus siap dengan tempat, perbekalan farmasi dan perlengkapan teknis dan administrasi (buku resep, buku SP, Kop surat, Amplop. Form laporan narkotik/psikotropik, timbangan, lemari narkotik yang berkunci, lemari es, alat pemadam). Dapat melayani komoditi selain farma (boleh jual apa saja selain obat).

Fungsi Apotek Pengelolaan obat/bahan obat, distribusi dan pelayanan informasi kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, dan mutu obat.

Kewajiban Apotek Melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan dengan tanggung jawab APA. Perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat harus

dimusnahkan dengan membuat beita acara. Menyediakan perbekalan farmasi yang bermutu dan asbah. Tidak boleh mengganti obat generic dengan obat paten. Pasien tidak mampu menebus obat, konsultasi dengan dokter untuk mengganti dengan obat lain yang memiliki kandungan zat aktif yang sama. Member informasi penggunaan atas permintaan masyarakat. Keharusan apotek Bila dianggap ada yang keliru, konsultasi pada dokter yang bersangkutan. Salinan resep ditandatangani oleh APA. Resep-resep di apotek disimpan 3 tahun. Resep-resep boleh diperhatikan pada dokter yang menulis, pasien, petugas kesehatan, polisi yang memenuhi peraturan yang berlaku (Hartono, 2003).

2. Peranan Apotek Peranan APA diapotek yang terpenting adalah sebagai informasi obat kepada masyarakat dan segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Dengan pemberian informasi kepada para pasien, maka dapat dijalin hubungan yang baik sehingga dapat mengurangi atau menghindarkan kemungkinan yang biasa terjadi yaitu kesalahan penyerahan obat. 3. Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek meliputi : Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat dan bahan obat. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

4. Manajemen Apotek Manajemen menurut Mery Parker Follet adalah suatu seni. Dalam bahasa Inggrisnya terkenal dengan kata-kata sebagai berikut : Art of getting things done through people. Dalam bahasa Indonesia, dimana manajemen dapat disamakan dengan untuk

pengelolaan,

tercakup

kemampuan/keterampilan

memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan dengan melibatkan orang lain. Jadi seorang manager (menejer) atao pengelola harus memiliki kemampuan dalam 4 hal, yaitu : Perencanaan (Planning) =P

Mengorganisir (Organizing) Memimpin (Acuating) Pengawas (Controling)

=O =A = C (Hartono, 2003)

5. Sarana dan Prasarana Apotek Berdasarkan Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenli oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akese secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki: Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. Tempat untuk memberikan informasi bagi pasien, temasuk

penempatan brosur/materi informasi. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Ruang peracikan.

Tempat pencucian alat.

Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperature yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2006). 6. Kemudahan Apotek APA, Apoteker Pendamping atau Apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras (Daftar G) tanpa resep yang dinyatakan sebagai daftar Obat Wajib Apotek (OWA), yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Bila APA berhalangan hadir dapat menunjukkan Apoteker

Pendampng. Bila APA lebih dari 3 bulan berhalangan hadir, ditunjuk Apoteker pengganti. Bila APA berhalangan 2 tahun terus-menerus maka dapat mengganti Apoteker (Hartono, 2003) 7. Pelayanan Apotek Apotek wajib melayani resep Dokter, Dokter Gigi, dan Dokter Hewan. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker yaitu Apoteker pengelola Apotek (APA). Dalam melayani resep harus sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesi Apoteker dengan dilandasi kepentingan masyarakat.

Tenaga farmasis tidak boleh mengganti obat generic dalam resep dengan obat paten. Bila tidak menebus obat yang tertulis dalam resep Apoteker wajib konsultasi dengan dokter untuk memilih obat yang lebih tepat.

Apoteker wajib member informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan pada pasien. Penggunaan obat yang tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

Bila Apoteker berpendapat ada kekeliruandalam resep atau penulisan tidak tepat, Apoteker harus memberitahu dokter penulis resep tetap pada pendirinya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep.

Copy resep (salinan resep) harus ditandatangani Apoteker. Resep harus dirahasiakan dan disimpan baik dalam waktu tiga tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat pasien bersangkutan, petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Di Apotek : Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras yang termasuk Daftar Obat Wajib Apotek tanpa resep.

Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugas pada jam buka apotek, dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila Apoteker Pendamping juga berhalangan dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Dinas

Kesehatan dengan tembusan kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat. Bila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugas lebih dari 2 tahun terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. Kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti dalam mengelola Apotek, Apoteker Pengelola turut bertanggung jawab. Apoteker Pengelola Apotek data dibantu oleh Asisten Apoteker dalam mengelola apotek. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasiannya di Apotek harus dibawah pengawasan Apoteker (Hartono, 2003). 8. Pengalihan Tanggung Jawab Pengelola Apotek Setiap pergantian Apoteker apotek kepada Apoteker pengganti wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada serah terima wajib dibuat berita acara sesuai dengan ketentuan dalam rangkap empat ditandatangani oleh kedua belah pihak. Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia ahli warisnya dalam jangka 2 x 24 jam wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya. Apabila Apotek tidak ada Apoteker Pendamping pelaporan tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan

kunci tempat penyimpanan dan psikotropika. Penyerahan disertai berita serah terima (Hartono, 2003). B. Pelayanan Obat Bebas dan Resep Pelayanan di apotek meliputi pelayanan obat-obat bebas, resep kontan dan resep kredit. Obat-obat bebas membutuhkan penentuan dilemari etalasi secara farmakologis. Karena itu petugas penjual obat-obat bebas harus diberi pengertian dan pengetahuan tentang khasiat obat. Resep Resep adalah permintaan tertulis darii seorang dokter kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Yang berhak menulis resep adalah: 1) Dokter 2) Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut 3) Dokter hewan sebatas pengobatan hewan Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, apabila resep tidak dapat dibaca jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menyakan kepada dokter penulis resep. Resep memuat : 1) Nama, alamat dan nomer izin praktek dokter, doter gigi dan dokter hewan. 2) Tanggal penulis resep. 3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulis resep. Nama setiap obat atau komposisi obat. 4) Aturan pemakaian obat yang tertulis

5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan perundangundangan yang berlaku. 6) Jenis hewan dan beserta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan. 7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang mengandung dosis maksimal. Apograph Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep. Istilah lain dari kopi resep adalah apograph, exemplum. Salinan resep selain memuat keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula: 1) Nama dan alamat apotek 2) Nama dan nomor SIK apoteker pengelola apotek 3) Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek 4) Tanda Det = detur untuk obat yang telah diserahhkan atau tanda ne det = me detur untuk obat yang belum diserahhkan. 5) Nomor resep dan tanggal pembuatan Ketentuan mengenai salinan resep yaitu : 1) Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. Apabila pengelola apotik berhalangan, penandatanganan atau paraf salinan resep dapat dilakukan oleh pendamping apoteker atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status bersangkutan. 2) Resep harus dirahasiakan dan disimpan didalam apotek dengan baik selama 3 tahun.

3) Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau penderita yang berasangkutan, petugas kesehatan, petugas kehakiman atau kepolisian yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau pengganti diizinkan menjual obat keras yang disebut Daftar Obat Wajib Apotek tanpa resep. Daftar obat tersebut ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Lestari, 2002). Tata Cara Penulisan Resep Proses pengobatan akan berhasil jika resepnya harus rasional sesuai dengan penyakit dan kondisi pasien. Resep yang baik ditulis lengkap dan jelas. Resep yang lengkap menurut SK. Menkes RI Nomor :

26/Menkes/per/1981, Bab III pasal 10, memuat : 1) Nama, alamat dan Nomor Surat Izin Praktek dokter 2) Tanggal penulisan resep 3) Nama setiap obat/komponen obat 4) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep 5) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep 6) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimum Atau dapat dibedakan menjadi 4 (empat) bagian : 1) Inscription

Bahasa latin yang artinya alamat, isinya dokter (nama, nomor surat izin praktek, dan alamat), tempat dan tanggal penulisan resep, serta tanda R/ sebelah kiri (pembuka resep atau incovation). 2) Praescription Bahasa latin yang artinya perintah atau pesanan atau merupakan inti resep, ialah bagian resep yang pokok, terdiri dari nama obat, BSO (bentuk sediaan obat) dan dosis obat. 3) Signatura Bahasa latin yang artinya tanda yang harus ditulis di etiket obatnya, terdiri dari nama penderita dan petunjuk mengenai obatnya (biasanya cara pemakainya). 4) Subscription Bahasa latin yang artinya tanda tangan atau paraf. Masing-masing bagian tersebut mempunyai kegunaan penting. Oleh karenanya, apabila resep tidak lengkap akan mengganggu kelancaran penyediaan obat. Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis secara betul dan sempurna/lengkap. Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi 6 (enam) tepat ialah sebagai berikut : setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih obatnya tepat sesuai dengan penyakitnya diberikan dosis yang tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat dan cara yang tepat untuk penderita yang tepat (Lestari, 2002).

Bahasa dalam Resep Dalam menulis resep, bahasa yang digunakan adalah bahasa negeri sendiri atau bahasa latin. Bahasa latin sampai saat ini masih digunakan dalam menulis resep khususnya pada bagian siganature, karena bahasa latin mempunyai beberapa keuntungan antara lain : Bahasa latin merupakan bahasa yang statis/mati, dimana tidak mengalami perkembangan/perubahan. Hal ini menjamin tidak akan salah tafsir sepanjang jaman. 1) Bahasa latin merupakan bahasa dunia untuk ilmu kesehatan sehingga apabila resep ditulis dengan bahasa latin oleh siapapun dan dimana pun selalu akan dilayani secara tepat/dimengerti oleh yang terkait (APA). 2) Nama obat yang ditulis dengan bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir (salah obat). 3) Bahasa latin dapat merahasiakan sesuatu untuk kepentingan penderita. Singkatan bahasa latin sering digunakan pada bagian signature. Ada beberapa yang penting, antara lain Cito, Iter dan lain-lain. Penting untuk diperhatikan adalah cara menyingkat, meletakkan pada resep, dan digunakan (Lestari, 2002).

C. Obat Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kotrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992). Penggolongan Obat Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan ekiet obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikotropika melalui pengaruh selektif

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Peidin (Depkes RI, 2006). Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada etiket, brosur atau kemasan obat agar penggunaannya tepat dan aman. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan : Nama obat Komposisi Indikasi Informasi cara kerja obat Aturan pakai Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas) Perhatian Nama produsen Nomor batch/lot Nomor registrasi

Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar abash yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat. Tanggal kadaluwarsa (Depkes RI, 2006) Tanda Peringatan Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang bewarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
P no.1 Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya P no.4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar

P no.2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan P no.3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan

P no.5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan

P no.6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan

(Depkes RI, 2006).

Cara Pemilihan Obat Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : Gejala atau keluhan penyakit Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes meliitus dan lain-lain.

Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brodur obat. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada Apoteker (Depkes RI, 2006). Cara Penggunaan Obat Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap tanyakan kepada Apoteker. Cara Pemakaian Obat yang Tepat Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran. a) Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut) Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan segelas air. Ikuti petunjuk dari profesi pelayanan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong) Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau dikunyah.

Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga. Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan bentuk sediaan lain (Depkes RI, 2006). b) Petunjuk Pemakaian Obat Oral untuk Bayi/Anak Balita Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar dalam kemasan obatnya. Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang terasa tidak enak/pahit (Depkes RI, 2006). c) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan selalu ditutup rapat setelah digunakan. Untuk glaucoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar. Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva, dan mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip. Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan. d) Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata). Cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva,

tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atasbawah. Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tisu bersih (jangan dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat. Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan (Depkes RI, 2006). e) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja. Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama beberapa menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung. Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan dilemparkan diantara dua paha. Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan tisu bersih (Depkes RI, 2006). f) Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hilang Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat disemprotkan kedalam lubang hidung sambil menarik napas dengan cepat. Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha. Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air hangat tetapi jangan sampai air masuk ke dalam botol kemudian dikeringkan dengan tissue bersih (Depkes RI, 2006). g) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Telinga Ujung alat penetes hangan menyentuh benda apapun termasuk telinga. Cuci tangan sebelum menggunkan obat tetes telinga.

Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud. Jika sediaan berupa suspense, sediaan harus dikocok terlebih dahulu. Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak telinga ditarik ke bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan dibiarkan selama 5 menit. Bersihkan ujung penetes dengan tisu bersih (Depkes RI, 2006). h) Petunjuk Pemakaian Obat Suppositoria Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria dibasahi dengan air. Penderita berabring dengan posisi miring dan suppositoria dimasukkan kedalam rektum. Masukkan suppositoria dengan cara bagian ujung suppositoria didorong dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter rectal; kira-kira - 1 inci pada dewasa. Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka. Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih (Depkes RI, 2006). i) Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep Rektal Bersihkan dan keringkan daerah rectal, kemudian masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rectal.

Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya adalah aplikator dihubungkan dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka, kemudian dimasukkan ke dalam rectum dan sediaan ditekan sehingga salep/krim keluar. Buka aplikator dan cuci bersih dengan air hangat dan sabun. Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih (Depkes RI, 2006). j) Petunjuk Pemakaian Obat Vagina Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan dari industri penghasil sediaan. Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan professional perawatan kesehatan. Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan dengan menggunakan aplikator obat dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan dibiarkan selama beberapa waktu. Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun dan air hangat (Depkes RI, 2006). Efek Samping Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah : Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.

Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain. Penggunaan pbat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus dibawah pengawasan dokter-Apoteker (Depkes RI, 2006). Cara Penyimpanan Obat Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak. Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Depkes RI, 2006). Tanggal Kadaluwarsa Tanggal kadaluwarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluwarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubuhan mutu, seperti : a) Tablet Terjadinya perubahan warna, bau dan rasa. Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab.

Kaleng atau botol rusak. b) Tablet Salut Pecah-pecah, terjadi perubahan warna. Basah dan lengket satu dengan yang lainnya. Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik. c) Kapsul Perubahan warna isi kapsul. Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain. d) Cairan Menjadi keruh atau timbul endapan Konsistensi berubah Warna atau rasa berubah Botol plastik rusak atau bocor e) Salep Warna berubah Pot atau tube rusak atau bocor Bau berubah (Depkes RI, 2006) Dosis Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat badan pasien. a) Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian. Contoh : Tiga kali sehari berarti obat diminm setiap 8 jam sekali. Obat diminum sebekum atau sesudah makan.

Jika menggunakan obat-obar bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau brosur/leaflet. b) Bila terlupa minum obat : Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hamper mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yg terlupa dan kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan. Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan (Depkes RI, 2006). Hal-hal yang Harus Diperhatikan a) Kemasan/wadah Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca. b) Penandaan pada wadah Baca zat berkhasiat dan manfaatnya. Baca aturan pemakaiannya, misalnya sebelum atau sesudah makan. Untuk pncegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila sebelumnya lupa minum obat. Baca kontraindikasinya. Misalnya : Tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui. Tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal. Baca efek samping yang mungkin timbul. Baca cara penyimpanannya. Bila ragu Tanya pada Apoteker. Bila sakit berlanjut hubungi dokter (Depkes RI, 2006).

D. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Perencanaan Pembelian Setiap pembelian harus dilakukan secara terencana, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat. Perencanaan pembelian biasanya berdasarkan obat-obat yang cepat terjual. Jenis obat yang diperlukan dapat dilihat dari buku defacto baik dari bagian penerimaan resep obat bebas di counter depan maupun dari gudang, juga dapat melalui kartu stock dan bukti penjualan. Fungsi dari kartu stock adalah mengontrol obat yang dikeluarkan serta mengontrol obat yang masuk. Kartu stok dibuat untuk ketertiban administrasi dan untuk perencanaan pembelian, sedangkan defacto dibuat untuk permintaan pembelian. Pembelian Cara melalukan pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : a) Pembelian dalam jangka terbatas (Hand to mouth buying) Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari Apotek, misalnya satu kota dan selalu siap dapat segera melayani kebutuhan obat dan segera obatnya dapat dikirim. b) Pembelian secara spekulasi Pembelian ini dapat dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan aka nada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Meskipun apabila spekulasinya benar dapat untung besar, tetapi cara ini mengandung resiko mengenai rusak dan kadaluwarsa. c) Pembelian berencana

Cara pembelian ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Penawasan stok obat/barang dagangan penting sekali dengan demikian dapat diketahui nama yang laku keras dan mana yang kurang laku hal ini dilihat pada kartu stok. Selajnutnya dapat dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan per item (Anief, 2005). Tahap-tahap pembelian adalah sebagai berikut : Persiapan Pengumpulan data obat-obatan yang maau dipesan dari buku defacto maupun gudang termasuk oabt baru yang ditawarkan oleh supplier. Pemesanan Menyiapkan Sura Pemesanan untuk supplier, sebaiknya minimal rangkap dua, satu untuk supplier yang harus dilampirkan dengan faktur pada waktu mengirim barang dan yang satu lagi untuk arsip pembelian atau petugas gudang untuk mengontrol apakah kiriman barang sesuai dengan pesanan. Penerimaan Petugas yang menerima harus mencocokkan barang dengan faktur surat pemesanan lembar kedua dari gudang, petugas harus memeriksa apakah jumlah, merk, nama obat, harga satuan, diskon perhitungannya benar semua lalu mencatat apabila ada obat dengan kadaluwarsa dalam buku tersendiri dengan urutan tanggalnya selain itu perlu dicocokkan dengan nomor batch yang tercantum dalam faktur, untuk mempermudah pada saat retur barang, baik retur ED. Penyimpanan

Barang disimpan dalam tempat yang aman, tidak terkena sinar matahari langsung, bersih dan tidak lembab, disusun sistematis, untuk insulin, vaksin atau serum yang perlu disimpan dalam lemari es, untuk bahan yang mudah terbakar disimpan terpisah. Setiap barang diberi kartu stok. Pada penyimpanan obat golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus sesuai dengan PERMENKES No. 28/Menkes/per/1978 dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: Dibuat dari kayu atau bahan lain yang kuat. Harus mempunyai kunci yang kuat Almari dibagi menjadi 2 pintu yang berlainan Apabila ukuran almari kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka almari tersebut harus dibuat dipaku pada tembok atau lantai. Almari tidak boleh menyimpan barang lain kecuali yang tentukan oleh menteri. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, menurukan sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik yang berkhasiat psikoaktif memalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (Lestari, 2002).

E. Stock Opname

Stock opname biasanya dilakukan secara berkala yang berfungsi untuk mengetahui untung rugi perusahaan pada apotek tersebut. Untuk obat narkotika diadakan stock opname sebulan sekali pada tiap bulan tanggal 1 (satu) bulan berikutnya, untuk dilaporkan kepada kantor wilayah Departemen Kesehatan daerah tingkat 1. Stock opname juga dilakukan untuk memenuhi ED sehingga mempermudah dalam pengembalian retur barang.

F. Perhitungan Nilai (Harga Obat) Persediaan Harga obat dalam persediaan dapat ditentukan dengan bermacam-macam metode ialah sebagai berikut : Metode harga standar, merupakan suatu harga yang ditetapkan lebih dulu untuk jangka pendek dan bukan untuk jangka panjang. Metode FIFO = First in first out, yaitu menurut harga pertama dibeli. Jadi meskipun harga sudah naik, tetap digunakan harga lama pada waktu obat ini dibeli. Metode LIFO = Last in first out, yaitu menurut pembelian harga terkahir (Anief, 2005).

G. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang, dimana selain ditulis nama supplier, nama obat, banyaknya, harga satuan, jumlah harga, nomor urut, tanggal. Setiap hari dijumlah untuk mengetahui berapa banyaknya utang apotik, dari catatan inilah kita harus waspada jangan sampai jumlah pembelian kita setiap bulannya melebihi anggaran yang telah ditetapkan, kecuali bila ada kesempatan.

Pelaporan Laporan narkotik dan psikotropik dilakukan setiap satu bulan sekali ke Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPPOM) dan Dinas Kesehatan Provinsi Setempat.

H. Pemusnahan Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi karena rusak, hilang atau kadaluwarsa dilakukan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara yang lain yang ditetapkan oleh peraturan. Pemusnahan dilakukan dengan cara apoteker pengelola apotek melaporkan tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan mencantumkan : Nama dan alamat apotek Nama APA Perincian obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi yang akan dimusnahkan Rencana tanggal dan tempat pemusnahan Cara pemusnahan Pemusnahan dilakukan oleh apoteker pengelola apotek dengan sekurangkurangnya seorang asisten apoteker yang bersangkutan disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan Kota. Pada pemusnahan dibuat berita acara pemusnahan sesuai petunjuk dalam rangkap 5 (lima) dan ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dan Dinas Kesehatan.

I.

Gambaran Umum Apotek Nur Akbar II Samaarinda Perizinan

Nama Apotek Alamat Apotek Nomor dan Tanggal SIA Susunan Personalia

: NUR AKBAR II : Jl. Palang Merah No. 18 : No.

Pemilik Sarana Apotek (PSA) Nama : Rosita Hafiedz, SE

Apoteker Pengelola Apotek (APA) Nama KP : Rika, S. Farm : 01.03.1.3.4376

Asisten Apoteker Zakaria Taddori, Amd. Far Suzan, Amd. Far Lorenita Juniar, Amd. Far Ulfa. N, Amd. Far Dokter dr. H.S Rusdi, Sp A

BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Sejarah Apotek Apotek NUR AKBAR II didirikan pada tahun 2009 berdasarkan PP No. tahun , dan terletak dijalan Palang Merah No. 18 Samarinda.

B. Tata Ruang Apotek Gedung yang ditempati oleh Apotek Nur Akbar II berstatus milik sendiri atas nama Ibu Rosita Hafiedz, SE selaku pemilik Sarana Apotek di Apotek Nur Akbar II ini. Ruangan apotek Nur Akbar II hanya mempunyai satu lantai yang terdiri dari ruang tunggu pasien, ruang etalase, ruang peracikan obat, ruang praktek Dokter Spesialis Anak, dan WC.

C. Struktur Organisasi Untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan adanya suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen orang.

Struktur Organisasi Apotek Nur Akbar II

Apoteker Pengelola Apotek

Pemilik Sarana Apotek

Asisten 1

Asisten 2

Asisten 3

Asisten 4

Pemilik Sarana Apotek Tugas, Kewajiban dan Wewenang : a) Mengawasi Kinerja Pegawai b) Keuangan c) Administrasi umum

Apoteker Pengelola Apotek Tugas, Kewajiban dan Wewenang : a) Memimpin semua kegiatan Apotek, antara lain mengelola kegiatan Kefarmasian serta membina karyawan yang menjadi bawahan apotek. b) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil usaha apotek. c) Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan terutama diruang peracikan. d) Membina serta member petunjuk teknis Farmasi kepada bawahannya terutama dalam memberikan informasi kepada pasien.

Asisten Apoteker a) Mengerjakan sesuai dengan profesinya sebagai Asisten Apoteker, yaitu : Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan) Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat Narkotika, obat Psikotropika, obat KB, obat Bebas Terbatas dan obat Keras. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal lalu disimpan. Memelihara kebersihan ruangan peracikan, lemari obat. b) Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir dalam pelayanan obat bebas maupun juru resep. Tanggung jawab : Asisten Apoteker bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya, artinya bertugas atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan, kehilangan dan kerusakan. Wewenang : Asisten Apoteker berwewenang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan petunjuk atau instruksi dari Apoteker Pengelola Apotek dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku (Anonim, 2003).

D. Kegiatan Apotek Kegiatan pelayanan di Apotek Nur Akbar II terbagi atas 2 waktu kerja (shift) yaitu pukul 08.00-15.00 dan pukul 15.00-22.00 WITA. Untuk mendukung kelancaran kegiatan pelayanan tersebut maka diadakan pembagian jam kerja bagi para karyawan. Kegiatan pelayanan di Apotek Nur Akbar II meliputi dua bagian yaitu

pelayanan/penjualan obat bebas atau over the counter (OTC) dan pelayanan obat dengan menggunkan resep. Di apotek Nur Akbar II juga terdapat tempat Dokter Spesialis Anak, yang setiap senin-sabtu melakukan pelayanan kepada pasien.

E. Pengelolaan Apotek Selama Apotek Nur Akbar berdiri telah diakukan upaya-upaya pengelolaan Apotek dengan baik, agar Apotek ini terus berkembang dan dapat bertahan dengan adanya pesaing-pesaing baru dibidang perapotekan. Sistem pengelolaan apotek Nur Akbar II sesuai dengan fungsi dan tugas Apotek meliputi : Membuat, mengelola, meracik, mengubah bentuk, mencampur obat dan bahan obat untuk melayani resep Dokter yang praktek di Apotek Nur Akbar II, serta menyerahkan kepada pasien. Memberi pelayanan lanngsung tanpa resep khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi, meliputi obat, bahan obat dan alat-alat kesehatan. Secara garis besar ada tiga hal yang sangat penting dalam pengelolaan apotek Nur Akbar II yaitu : Pengelolaan Umum (Administrasi dan Umum) Pengelolaan administrasi dan umum di Apotek Nur Akbar II sebagian besar dilakukan oleh Pemilik Sarana Apotek (PSA) sendiri tetapi ada juga AA yang membantu, baik dalam penjualan melalui resep maupun obat bebas. Laporan keuangan kemudian dibukukan dan dibakukan rekapitulasi bulanan dan tahunan.

Pemasukan Apotek Nur Akbar II antara lain berasal dari penjualan obat bebas (OTC) dan penjualan obat melalui resep. Pengeluaran antara lain untuk pembelian perbekalan farmasi, pembayaran hutang, gaji karyawan, tunjangan dan pajak. Pengelolaan Obat Perencanaan Barang Untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pembeli, dilakukan suatu kegiatan perencanaan barang, tentunya dengan mempeetimbangkan factorfaktor ekonomis. Barang disini meliputi obat, alat kontrasepsi dan alat-alat kesehatan yang diperdagangkan oleh Apotek Nur Akbar II. Perencanaan barang yang akan dilaksanakan perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti perbekalan farmasi yang laris terjual, obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter dan juga mempertimbangkan diskon serta bonus yang ditawarkan oleh PBF tertentu. Pengadaan Barang Pengadaan barang dilakukan setiap hari dengan order ke PBF melalui salesman yang datang setiap hari, untuk melaksanakan pengadaan barang di apotek Nur Akbar II harus diketahui oleh Pemilik Sarana Apotek (PSA), Apoteker kemudian dilaksanakan oleh asisten Apoteker. Sebelum melakukan kegiatan pengadaan barang perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Stok barang b) Rencana Anggaran pembelian c) Daftar harga terakhir

d) Pemilihan PBF yang sesuai dengan pertimbangan diskon jangka waktu pembayaran, pelayanan yang baik dan tepat waktu serta kualitas barang. Pada saat penerimaan barang, salesman membawa SP disertai faktur pembelian sebanyak 4 lembar, dua lembar untuk PBF, satu lembar untuk penagihan dan satu lembar untuk apotek. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak kreditur mengenai transaksi penjualan barang, surat pesanan digunakan untuk mencocokkan barang yang dipesan dengan barang yang dikirim. Apabila sesuai dengan pemasanan, Apoteker Pengelola Apotek atau Asisten Apoteker yang menerima menandatangani faktur dan memberi cap apotek sebagai bukti penerimaan barang kemudian barang di entri kedalam komputer dan kartu stok agar mempermudah pemantauan distribusi obat. Untuk barang yang memiliki masa kadaluwarsanya sudah dekat dilakukan dekat dilakukan perjanjian terlebih dahulu, apakah barang tersebut boleh dikembalikan atau tidak, dengan waktu pengembalian yang telah ditentukan. Penyimpanan Barang Penyimpanan barang di Apotek NUR AKBAR II secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu : Secara Alphabetis juga dibedakan berdasarkan bentuk sediaan : Obat Bebas dan Bebas Terbatas Obat Keras Syrup Vitamin Syrup Obat Keras Obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu yang dingin disimpan dalam lemari Es, Misalnya : Suppositoria, Vaksin dan Obat tertentu.

Obat Narkotika dan Psikotropika, disimpan dalam lemari khusus dan sesuai dengan ketentuannya. Penyimpanan persediaaan barang/obat di Apotek NUR AKBAR II diperuntukkan bagi obat yang pergerakannya cepat ( fast moving ) yaitu obat dan bahan obat yang paling banyak dan cepat dan terjual dan sering digunakan dan diresepkan oleh Dokter. Dengan adanya penyimpanan barang, maka persediaan barang dapat terkontrol sehingga dapat mencegah terjadinya kekosongan. Untuk sediaan Narkotika dan Psikotropika, disimpan secara terpisah dari bahan lainnya, yaitu didalam lemari khusus dan selalu dalam keadaan terkunci. Lemari penyimpaanan tersebut hanya di buka jika terdapat permintaan resep terhadap obat-obatan tersebut. Penjualan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 280/1980 pasal 24 menyatakan bahwa harga obat dengan jasa apotek diekan serendah mungkin berdasarkan struktur harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atas asal usul panitia terdiri atas wakil-wakil Dirjen POM, Industri Obat dan lain-lain. Struktur harga yang ditetapkan oleh Gabungan Pengusaha Farmasi (GPF) dan disetujui oleh Pemerintah yaitu harga eceran tertinggi kepada konsumen yang tidak boleh dicampuri oleh pedagang eceran. Pada prinsipnya pemberian harga obat di Apotek NUR AKBAR II adalah sebagai berikut : HJA = B + FK + PPN + BP Keterangan : HJA B = Harga Jual Apotek = Harga Barang

FK PPN BP

= Faktor Keuntungan ( Etical = 30%, OTC = 20 %) = Pajak 10% = Biaya pelayanan ( service )

Pelayanan Resep Dokter Resep yang masuk diterima oleh asisten Apoteker kemudian diteliti apakah obat yang diresepkan tersedia di Apotek atau tidak, jika tersedia maka resep diberikan harga sesuai dengan harga yang berlaku di Apotek. Di jelaskan obatobat yang diresepkan dan kegunaanya. Jika pembeli setuju dengan harga yang ditawarkan, maka resep dikerjakan kemudian diberi etiket, dan diperiksa lagi oleh Apoteker Pengelola Apotek dan diserahkan kepada pasien disertai dengan informasi mengenai aturan penggunaan obat. Bila diminta atau diperlukan copy resep atau kwitansi pembelian.

Pelayanan Obat wajib Apotek Apotek NUR AKBAR II juga dapat menyerahkan obat keras tanpa resep dengan jumlah terbatas yaitu Obat Wajib Apotekyang harus diserahkan Oleh Apoteker kemudian data pembeli dicatat dalam buku penggunaan Obat Wajib Apotek ( OWA ) yang terdiri dari Nama, Alamat, No Telepon , Nama Obat dan Jumlah. Hal tujuan agar mudah dalam pemantauan penggunaan obat.

Anda mungkin juga menyukai