Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan dari


sekolah yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara Program
Pendidikan di Sekolah dan Program Pengusahaan yang di peroleh melalui
kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian
profesional.
Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur
utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan Teknik
dapat di pelajari dan di kuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat
tidak dapat di ajarkan tetapi dapat di kuasai melalui proses mengerjakan langsung
pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Pendidikan sistem ganda dilaksanakan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional di bidangnya. Melalui
pendidikan sistem ganda di harapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang
profesional tersebut.
Menurut penjelasan Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 15, Pendidikan
Kejuruan merupakan Pendidikan Menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Konsekuensi dari pernyataan tersebut adalah Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) harus dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
kemampuan - kemampuan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja kepada peserta
didiknya. Hal ini hanya dapat dilakukan bila sekolah betul betul mampu
mengetahui dengan tepat kebutuhan dan persyaratan kemampuan yang
dikehendaki oleh lapangan kerja tersebut. Sementara itu, dinamika lapangan kerja
demikian tingginya, untuk menghadapi persaingan antar industri atau dunia
usaha.

1
1.2 Landasan Hukum
Praktik kerja industri (PRAKERIN) dilaksanakan berdasarkan kepada:
1. Pancasila dan UUD 1945.
2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197 /
MENKES / SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin tenaga
kefarmasian.
7. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2016 Tentang Pelayanan
Kefarmasian.

2
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1. Meningkatkan, Memperluas, dan Memantapkan keterampilan yang
membentuk kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki
Lapangan Kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang
di tetapkan.
2. Mengenal kegiatan–kegiatan penyelenggara program kesehatan
masyarakat secara menyeluruh baik di tinjau dari aspek administrasi teknis
maupun sosial budaya.
3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan
Lapangan Kerja yang nyata dan langsung secra terpadu dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan farmasi, Rumah Sakit,
Puskesmas,Gudang Farmasi, Apotek, dan Penyuluhan Alat Kesehatan
kepada Masyarakat.
4. Menumbuh kembangkan dan Memanfaatkan sikap profesionalisme yang
di perlukan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan
bidangnya.
5. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyesuaikan diri pada
suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Meningkatkan, Memperluas, dan Memantapkan proses penyerapan
teknologi baru dan lapangan kerja di sekolah dan sebaliknya.
7. Memperoleh masukan guna memperbaiki dan mengembangkan serta
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan farmasi.
8. Memberikan peluang kerja bagi peserta didik apabila telah menyelesaikan
pendidikan farmasi.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan UU No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud


rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat
inap,rawat jalan,dan gawat darurat.

2.2 Tujuan Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


340/MENKES/PER/III/2010 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Untuk menghasilkan pelayanan yang baik, benar dan menyentuhkebutuhan
serta harapan pasien dari berbagai aspek yang menyangkut medis maupun non
medis, jenis pelayanan, prosedur pelayanan, harga dan informasi yang
dibutuhkan.

4
2.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, memiliki tugas yang terdapat pada Pasal 4 yaitu rumah Sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.

Fungsi
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, memiliki tugas yang terdapat pada Pasal 5 yaitu untuk
menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit
mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

2.4 Klasifikasi Rumah Sakit


Menurut Permenkes No. 56 Tahun 2014 klasifikasi Rumah Sakit
sebagai berikut.
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas A paling sedikit
meliputi:
a. pelayanan medik
b. pelayanan kefarmasian

5
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. pelayanan penunjang klinik
e. pelayanan penunjang nonklinik
f. pelayanan rawat inap

Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a,paling


sedikit terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat.
b. pelayanan medik spesialis dasar.
c. pelayanan medik spesialis penunjang.
d. pelayanan medik spesialis lain.
e. pelayanan medik subspesialis.
f. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.

 Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,


harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus
menerus.
 Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan
obstetri dan ginekologi.
 Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik,
patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.
 Pelayanan medik spesialis lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung
dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi,
urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik.

 Pelayanan medik subspesialis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


e, meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit
dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung

6
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan
gigi mulut.
 Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi,
periodonti, orthodonti, prosthodonti, pedodonsi, dan penyakit mulut.

Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14


huruf b meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


paling sedikit terdiri atas:
a) 1 (satu) Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
b) 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh
paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian
c) 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
d) 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal
2 (dua) tenaga teknis kefarmasian;
e) 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) tenaga teknis kefarmasian;
f) 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit;
g) 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan
dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

7
2. Rumah Sakit Umum Kelas B
Pasal 25
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling
sedikit meliputi:
a. pelayanan medik.
b. pelayanan kefarmasian
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. pelayanan penunjang klinik
e. pelayanan penunjang nonklinik
f. pelayanan rawat inap.

Pasal 26
 Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a,
paling sedikit terdiri dari:
a. Pelayanan gawat darurat.pelayanan medik spesialis
dasar.pelayanan medik spesialis penunjang.
b. Pelayanan medik spesialis lain.
c. Pelayanan medik subspesialis.
d. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
 Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus
menerus.
 Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
dan obstetri dan ginekologi.
 Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi
klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.
 Pelayanan medik spesialis lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, paling sedikit berjumlah 8 (delapan) pelayanan dari 13 (tiga
belas) pelayanan yang meliputi pelayanan mata, telinga hidung

8
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik,
dan kedokteran forensik
 Pelayanan medik subspesialis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, paling sedikit berjumlah 2 (dua) pelayanan subspesialis dari 4
(empat) subspesialis dasar yang meliputi pelayanan subspesialis di
bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, dan obstetri
dan ginekologi.
 Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, paling sedikit berjumlah 3 (tiga) pelayanan yang
meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, dan
orthodonti.

Pasal 27
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf b meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

Pasal 32
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit terdiri atas:
a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b) 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh
paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
d) 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
e) 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit
2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;

9
f) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi
yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat
inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit;
g) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
Pasal 34
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga
nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan
e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 35
Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B harus memenuhi standar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri


dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat
inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium
klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan
kamar jenazah.
2. Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C


Pasal 36

10
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling
sedikit meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik;
f. pelayanan rawat inap.

Pasal 37
 Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a,
paling sedikit terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar;
d. pelayanan medik spesialis penunjang;
e. pelayanan medik spesialis lain;
f. pelayanan medik subspesialis;
g. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.

 Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,


harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus
menerus.
 Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan
anak, dan keluarga berencana.
 Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
dan obstetri dan ginekologi.

11
 Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, dan
patologi klinik.
 Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g, paling sedikit berjumlah 1 (satu) pelayanan.

Pasal 38
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
huruf b meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

Pasal 43
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit terdiri atas:
a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b) 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian;
c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
d) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

12
Pasal 45
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga
nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf d dan
huruf e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 46

Peralatan Rumah Sakit Umum kelas C harus memenuhi standar


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D


Pasal 47
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas D paling
sedikit meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik;
f. pelayanan rawat inap.

Pasal 48
Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a,
paling sedikit terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar; dan d. pelayanan medik spesialis
penunjang. Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara
terus menerus.

13
1. Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan
anak, dan keluarga berencana.
2. Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) pelayanan medik spesialis
dasar yang meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
dan/atau obstetri dan ginekologi.
3. Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium.

Pasal 49
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
huruf b meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

Pasal 54
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit terdiri atas:
a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b) 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan yang
dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
c) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis

14
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

2.5 Definisi Apoteker


Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah apoteker (PP 51. 2009 :Permenkes RI, 2014).
Apoteker sangat erat kaitannya dengan apotek,instalasi farmasi yang dimana
merupakan salah satu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat yang sesuai
peraturan pemerintah.

2.6 Peran Apoteker dalam Rumah Sakit


Sebagai penanggung jawab pada fasilitas pelayanan farmasi di instalasi
farmasi rumah sakit dan di industri farmasi pada bagian pemastian mutu (Quality
Assurance), produksi, dan pengawasan mutu (Quality Control). (PP 51 tahun
2009)

2.7 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun


2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, Instalasi Farmasi
adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

2.8 Pelayanan Farmasi Yang Berorientasi Pada Produk

Yaitu mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien mulai dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, produksi, pendistribusian,
dan evaluasi penggunaan perbekalan farmasi.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi dan rumah sakit. Tujuannya untuk

15
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang sesuai dengan pola
penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan
perbekalan farmasi di rumah sakit yang telah direncanakan dan disetujui.
Tujuannya adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang
layak dengan mutu yang baik dari distributor resmi.
3. Penerimaan
Biasanya barang diterima oleh panitia penerima dan melakukan
pemeriksaan apakah barang yang diterima sesuai dengan pesanan,
memeriksa waktu kadaluwarsa, jumlah, dan ada atau tidaknya
kerusakan.Jika barang tidak sesuai, rusak, waktu kadaluwarsa terlalu dekat
maka dilakukan retur.

4. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di gudang dengan mengelompokkan
berdasarkanjenis nya. Disimpan pada suhu yang sesuai jenis obatnya.
5. Produksi
Barang yang di produksi biasanya cairan yang membutuhkan pengenceran
misalnya, alkohol, hydrogen peroksida, formalium dan lain – lain.
6. Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan penyaluran perbekalan kesehatan. Barang
dikeluarkan berdasarkan First In First Out, dan First Expired First Out .
Penyaluran perbekalan farmasi di rumah sakit melayani:
 Pasien rawat jalan
Pasien dan keluarganya menerima obat dari instalasi farmasi sesuai
resep dokter sehingga memungkinkan dilakukan konseling pada pasien
atau keluarganya.

16
 Pasien rawat inap
Ada tiga sistempenyaluran perbekalan farmasi pada pasien rawaT inap:
1. Resep perorangan (individual prescription)
Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat di analisa langsung
oleh apoteker dan terjalin kerja sama antar petugas kesehatan.
2. Floor stock
Pada sistem ini pebekalan farmasi diberikan kepada masing – masing unit
perawatan persediaan, sehingga memungkinkan tersedianya obat dengan
cepat apabila dibutukan segera.

Sistem penyaluran atau distribusi perbekalan farmasi dapt dilakukan


secara:
a. Sentralisasi
Semua pelayanan perbekalan farmasi diatur oleh instalasi farmasi
sentralkan dan tidak ada cabang IFRS didaerah perawatan penderita
b. Desentralisasi
Pelayanan perbekalan farmasi terbagi di daerah perawatan farmasi
sehingga lebih cepat menjangkau penderita.

2.9Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien

Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien meliputi:


- Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat yang rasional.
- Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui
kerja sama dengan pasien.
- Memonitor penggunaan obat dan melakukan pengkajian penggunaan obat
yang diberikan kepada pasien.
- Memberikan informasi mengenai obat.
- Melakukan konseling pada pasien atau keluarganya.
- Melakukan peayanan TPN (Total Parenteral Nutrition), pelayanan dan
pencampuran obat sitostatik.

17
2.10Penggolongan Obat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 tahun


2015 tentang obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Logo Obat Narkotika dan Psikotropika :

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalamgolongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang tentang Narkotika.
2. Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
3. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau
Potasium Permanganat.

Dalam UU No 35 Tahun 2009, narkotika digolongkan kedalam tiga golongan:

18
Narkotika Golongan I
Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggimengakibatkan ketergantungan. Contohnya
Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium, Ganja, Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy,
dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.

Narkotika Golongan II
Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.Contohnya Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, Dll.

Narkotika golongan III


Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian. Golongan 3
narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan, Contohnya Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina,
Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk
beberapa campuran lainnya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


949/Menkes/Per/VI/2000 Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras
adalah sebagai berikut.

1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut
obat OTC (Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
Obatbebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket
serta apotek.Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat

19
sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman
sehingga pemakaiannya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama
diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat.
Logo obat bebas :

2. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Dulu obat ini disebut
daftar W : Waarschuwing (Peringatan), tanda peringatan selalu tercantum pada
kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam
berukuran panjang 5cm, lebar 2cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih.
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin
(dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi
jika ada apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien
memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas.
Contoh obat golongan ini adalah: obat batuk, obat pilek, krim antiseptic, neo
rheumacyl neuro, visine, rohto, antimo, dan lainnya.
Logo obat bebas terbatas :

3. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G : gevaarlijk/berbahaya) yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter.Obat-obat

20
ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan
meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian.
Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan
ketagihan. Oleh karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai
pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya boleh diserahkan
oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan
pemakaiannya pada pemerintah.
Logo obat keras :

21
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Profil Perusahaan

Rumah Sakit Citra Medika Depok bernaung di bawah PT Citra Medika


Lestari Jaya. PT.Citra Medika Lestari Jaya berdiri pada tanggal 21 Agustus 2009
masuk dalam industri pelayanan. Jasa kesehatan melalui bentuk bidang usaha
perumah sakitan yang bernama Rumah Sakit Citra Medika Depok. Meninjau
ulang Akta Notaris Maghdalia, SH No. 9 pemegang saham PT Citra Medika
Lestari Jaya pada awalnya dimiliki oleh 5 orang dokter spesialis. Kemudian
kepemilikan saham PT Citra Medika Lestari Jaya diubah pada Akta Notaris Erwin
Arifin No. 49 tanggal 28 Mei 2012 dimana kepemilikan saham diubah dari 5
orang dokter spesialis menjadi 2 orang dokter spesialis, dan akta notaris PT Citra
Medika Lestari Jaya yang terakhir, diperbaharui lagi kepemilikan dan
kepengurusanya yaitu tertera pada akta notaris Suhardi Hadi Santoso, SH No. 123
tanggal 16 Agustus 2018.

Rumah Sakit Citra Medika Depok berlokasi di Jl. Raya kalimulyaNo. 68


Rt.006/007 Kel. Kalimulya Kec. Cilodong Kota Depok, berdiri di atas tanah
seluas 1.999 M2, memiliki 4 lantai ditambah dengan basement, bangunan seluas
4.104 M2 ini berkapasitas 79 tempat tidur. Berdasarkan surat izin operasional
sementara yang dikeluarkan pada tanggal 22 Agustus 2014 No. 445.8/075/0.RS-
BPMP2T/VIII/2014, maka pada tanggal 23 September 2014 dilakukan Grand
Opening dan sejak tanggal tersebut Rumah Sakit Citra Medika Depok
beroperasional dan siap melayani pasien rawat jalan maupun rawat inap.

22
Grand opening tanggal 23 September 2014 diresmikan oleh Wakil
Walikota DepokKH. DR. Muhamad Idris Abdul Shomad, MA. Melalui
pembaharuan surat izin operasional rumah sakit yang dikeluarkan kembali oleh
Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Depok
No. 445.5/022/O.RS-BPMP2T/II/2016. Rumah Sakit Citra Medika Depok
menjadi salah satu rumah sakit penyedia layanan kesehatan umum satu-satunya di
Kecamatan Cilodong Depok dengan tipe kelas C, Rumah sakit ini didukung oleh
dokter spesialis, paramedis dan non medis yang handal dalam bidangnya.

Pembangunan fisik Rumah Sakit Citra Medika Depok bertujuan untuk


memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan dukungan teknologi
penunjang medis serta fasilitas terbaik kepada masyarakat kota Depok. Pada tahun
2015, Perseroan memfokuskan pada operasional rumah sakit sehingga menjadi
lebih efisien dan berkinerja tinggi dengan merekrut tim manajemen bisnis yang
solid dan beberapa dokter senior yang sangat berpengalaman dalam bidang
pengelolaan rumah sakit. Inisiatif ini memungkinkan Perseroan untuk melakukan
pengendalian operasional yang lebih baik, menjaga hubungan yang harmonis
dengan pelanggan dan mengelola pendekatan pemasaran yang lebih terpusat,
sejalan dengan Visi dan Misi Rumah Sakit untuk menjadi rumah sakit pilihan
yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pasien dan pelanggan sepanjang
masa.

3.2 Visi Rumah Sakit Citra Medika Depok

“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Yang Dapat Memenuhi Harapan Dan Kebutuhan
Pasien Atau Pelanggan Sepanjang Masa”

23
3.3 Misi Rumah Sakit Citra Medika Depok
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Dan Profesional
Sesuai Standar yang Mencakup Seluruh Fungsi Dan Kegiatan Rumah
Sakit.
2. Mengutamakan Keselamatan Dan Kepuasan Pasien/ Pelanggan.
3. Meningkatkan Kemampuan Dan Kesejahteraan Pelayan/Sdm

3.4 Tujuan Rumah Sakit Citra Medika Depok

1. Menciptakan Semangat Kerja Dengan Melibatkan Peran Serta


SeluruhPelayanan/Sdm Untuk Memajukan Organisasi.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Dan Terjangkau
Bagi masyarakat.
3. Tersedianya Fasilitas Dan Penunjang Pelayanan Kesehatan Sesuai
Kebutuhan Pasien/Pelanggan

3.5 Falsafah Rumah Sakit Citra Medika Depok

Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Terbaik Dengan


Ketersediaan Fasilitas yang Mampu Memenuhi Kebutuhan Pasien/Pelanggan
Dengan Melibatkan Seluruh Sdm dan Unit Terkait.

 Motto : “Kami Ada Untuk Melayani “


 Arti Logo : Berani, Tegas Dan Tepat Dalam Bertindak Dengan Penuh
Kelembutan SertaKetulusan Hati Dalam Memberikan Pelayanan Yang
Seutuhnya.

24
 Warna Merah Berarti : Berani Dan Tegas Dalam Bertindak
 Warna Hijau Berarti : Keteduhan Dan Kelembutan Yang Memberikan
Kehidupan.
 Warna Putih Berarti :Ketulusan bentuk Cross Sebagai Lambang
Pelayanan Kesehatan.
 Bentuk Lingkaran Sebagai Lambang Suatu Kesatuan Yang Utuh.

25
BAB IV
PEMBAHASAN

3.6 Penyelenggaraan Kegiatan


Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu
bagian/unit/divisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat penyelenggaraan
semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan
rumah sakit itu sendiri.Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh
seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau
fasilitas penyelenggaran yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
serta pelayanan kefarmasian.
Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
3. Melaksanakan Komunikasi,Informasi dan Edukasi (KIE)
4. Memberi pelayanan bemutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkn mutu pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


Struktur organisasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Citra Medika yaitu :
Buat dalam netuk bagan
1. Apoteker penanggung jawab
2. Apoteker pendamping
3. Apoteker Bagian Logistik
4. Tenaga Teknis Kefarmasian.

26
Pengelolaan Obat dan Perbekalan Farmasi di RS CitraMedika
1. Perencanaan
Perencanaan adalah sesuatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jumluh obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan farmasi di Rumah Sakit. Perencanaan di RS.
Citra Medika Depok dibuat berdasarkan permintaan buku defekta.
Untuk obat fast moving dicek setiap hari dan dilihat dari buku
permintan defekta. Stok obat fast moving dicek setiap satu minggu
sekali, stok obat slow moving harus mencukupi untuk dua bulan
kedepan.
2. Pengadaan
Pengadaan dibuat oleh bagian purchasing. Pengadaan biasanya
dilakukan melalui proses pemesanan obat kepada PBF ( Pedagang
Besar Farmasi).

3. Penerimaan
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat
obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada
unit yang dibawahnya. Pada saat obat datang, bagian farmasi
penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap terhadap

27
barang yang diserahkan oleh Pedagang Besar Farmasi dengan faktur,
mencakup :
a. Jumlah kemasan,jumlah obat, dan tanggal expired date obat.
Apabila expired date kurang dari satu tahun maka barang
akandiretur (dikembalikan).
b. Apabila Nomor batch tidak sesuai maka barang akan diretur
(dikembalikan).
c. Bila obat tidak memenuhi syarat,maka bagian farmasi penerima
obat wajib menulis kekurangan (rusak, jumlah kurang dan lain-
lain).
d. Jika semua telah cocok antara faktur dan barang yang datang,
kemudian di tandatangani dan diberi cap RS Citra Medika dan
nama penerima, tanggal yang tercantum di faktur. Setiap
penambahan obat-obatan dicatat dibuku penerimaan obat dan kartu
stok.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya terjamin. Barang yang telah diterima oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit kemudian diserahkan kebagian gudang atau
logistik. Untuk penyimpanan di RS. Citra Medika menerapkan sistem
FIFO berdasarkan alphabet.

Untuk obat Narkotika dan psikotropika disimpan langsung di


lemari khusus di instalasi farmasi rumah sakit citra medika. Untuk
obat-obatan yang tidak stabil oleh cuaca, dan suhu maka obat diletakan
di lemari pendingin.
5. Pendistribusian

28
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur umtuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain:
a. Pendistribusian obat untuk pasien rawat jalan dari poli, resep
dibawa oleh perawat ke instalasi farmasi, resep setelah diterima,
resep dicek (skrinning), diberi harga, dan dicek stok obatnya,
setelah itu obat diinformasikan ke bagian kasir apabila disetujui
oleh pasien dan pasien harus membayar terlebih dahulu. Kemudian
obat diracik atau disiapkan oleh bagian farmasi, setelah itu obat
diserahkan kepada pasien.
b. Pendistribusian obat rawat inap (unit-unit RS Citra Medika),
melalui form permintaan obat oleh perawat kemudian obat dicek di
instalasi farmasi, apabila obat yang diminta dalam keadaan kosong
maka dilakukan pengecekan di gudang. Jika sediaan obat yang
diminta tersedia maka akan di ambil dan di serahkan kepada
perawat tersebut.
Hal-hal yang sering dilakukan pada saat Praktek Kerja Lapangan di
RS. Citra Medika Depok :
1. Menerima resep
2. Screnning resep
3. Menyediakan obat
4. Memberikan etiket
5. Obat kembali diperiksa oleh apoteker atau asisten apoteker

29
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Praktek Kerja Instansi ( PRAKERIN ) yang dilaksanakan pada tanggal 14


Januari sampai dengan 14 Februari 2019 di Rumah Sakit Citra Medika Depok
dapat terlaksana dengan lancar karena di dukung oleh bebrapa farkor. Dalam
pelaksanaan kegiatan PRAKERIN, setiap harinya kami mendapatkan ilmu dan
pengalaman yang baru yang berkaitan dengan bidang farmasi seperti teknik-
teknik dalam membaca resep dokter, cara melayani pasien dengan baik, teknik-
teknik meracik obat dengan cepat, dan pengalaman-penglaman baru lainnya.
Selain itu, setelah melaksanakan kegiatan PRAKERIN di Rumah Sakit Citra
Medika Depok kemampuan berkompetensi kami dibidang farmasi meingkat dan
terbentuknya etika kami dalam bekerja.

SARAN

Praktek Kerja Instalasi ( PRAKERIN ) merupakan kegiatan yang sangat


penting dalam penyelenggaran pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Oleh karena itu kegiatan PRAKERIN harus tetap dilaksanakan dan lebih
ditingkatkan di tahun ajaran mendatang, sehigga adik-adik kami turut
mendapatkan ilmu dan pengalaman seperti yang telah kami peroleh dari kegiatan
ini. Adapun hal-hal yang perlu di tingkatkan dalam pelaksanaan PRAKERIN
adalah sebagai berikut:

- Dana kegiatan PRAKERIN diminimalisir agar semua siswa/i dapat mengikuti


kegiatan tanpa rasa terbebani karena dana.
- Guru pembimbing dari sekolah minimal satu kelompok sehingga guru
pembimbing lebih fokus dalam membimbing kelompok tersebut .

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 Tentang ”rumah sakit”


2. Permenkes RI No. 56 tahun 2014 Tentang “klasifikasi dan perizinan rumah
sakit”
3. Permenkes RI 2014 Tentang “Definisi Apoteker”
4. Permenkes RI No. 51 tahun 2009 Tentang “Peran Apoteker”
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197 / MENKES /
SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Saki.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin tenaga
kefarmasian
7. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian

31
Lampiran 1 Struktur Organisasi RS Citra Medika

32
Lampiran 1 Struktur Organisasi RS Citra Medika

33
Lampiran 2 Alur Pelayanan Resep
RESEP PERSYARATAN ADM
DITERIMA  NAMA,UMUR,BB,PASIEN
 TANGGAL RESEP
 RUANG/LANTAI
 STATUS RESEP
PERSYARATAN FARMASI
SKRINING
RESEP  BENTUK SEDIAAN
 DOSIS DAN JUMLAH
 ATURAN PAKAI

PERSYARATAN KLINIS
RESEP DIBERI NOMOR
DAN STEMPEL HKTP  KETEPATAN
INDIKASI,DOSIS,DURASI
 DUPLIKASI
PENGOBATAN
 ALERGI,INTERAKSI
RESEP DIBERI HARGA
 KONTRA INDIKASI

PASIEN SETUJU
PASIEN TIDAK
SETUJU

KONFIRMASI HARGA
OBAT KEKASIR,KASIR
ACC DIBUAT COPY
RESEP

PERACIKAN RESEP

PENGECEKAN KEMBALI

PENYERAHAN OBAT

34
Instalasi Farmasi RS Citra Medika

Tempat penyimpanan obat paten

35
Tempat penyimpanan obat generik

Tempat penyimpanan obat injeksi

36
Tempat penyimpanan salep &obat tetes mata

Tempat penyimpanan obat high alert (Double Check)

37
Tempat penyimpanan cairan/infus

Tempat penyimpanan obat B3 (Bahan Beracun & Berbahaya)

38
Tempat penyimpanan obat narkotik &psikotropika

Tempat penyimpanan obat termolabil

39
Tempat penyimpanan obat vaksin

Tempat penyimpanan obat syrup

40
Etiket

1. Etiket Oral

Etiket oral adalah tanda untuk obat yang dimasukkan ke dalam mulut/obat
dalam.

2. Etiket Topikal

Etiket topikal adalah tanda untuk obat yang tidak dimasukkan ke


dalam/obat luar.

41
Plastik Klip

Plasik klip rawat inap

1. Plastik Klip Hijau

Plastik klip hijau untuk pengemasan obat di malam hari.

2. Plastik Klip Merah

Plastik klip merah untuk pengemasan obat di pagi hari.

42
3. Plastik Klip Biru

Plaastik klip biru untuk pengemasan obat di sore hari.

Plastik klip rawat jalan

Plastik Klip Putih

Plastik klip putih untuk pengemasan obat di siang hari.

43
Kartu Stock

Faktur

44
Resep

1. Resep umum

2. Resep psikotropika

45
3. Resep narkotika

Surat Permintaan Barang

46
Bukti distribusi barang

Stok maksimum dan minimum

47
Gudang Farmasi

Tempat penyimpanan obat high alert di gudang farmasi

48
Alat Kesehatan

Alat Untuk Meracik Obat

49

Anda mungkin juga menyukai