Anda di halaman 1dari 59

PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT AL-ARIF


Pelaksanaan 20 September s.d 23 Oktober

LAPORAN

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Uji Kompetensi Dan


Ujian Sekolah

PUTRI SYALMA INDRIANE

19.20.10052

PROGRAM KEAHLIAN FARMASI


SMK FARMASI PASUNDAN KAWALI
Jalan Siliwangi 266 Kawali-Ciamis 46253 Telpon (0265)2757674
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPANGAN

Judul : Praktik Kerja Lapangan Di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Al-Arif Kabupaten Ciamis

Penulis : Putri Syalma Indriane

NIS : 19.20.10052

Pembimbing I : Maya Rosmayanty, A.Md. Far.

Pembimbing II : apt. Diana Lupitasari, S.Farm

Tanggal sidang : 16Desember 2021

Disetujui Oleh:

Pembingbing II Pembingbing I

Apt. Diana Lupitasari, S.Farm Maya Rosmayanty, A.Md. Far

Mengrtahui,

Direktur RS Al-Arif Ciamis, Kepala Sekolah,

dr.H. Aditia Nugraha,MMRS. Drs. Ace Sace, M.M.

Nip.19640201989031012

i
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmannirohim……

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kesempatan bagi
kami untuk dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang
berjudul Praktikum Kerja Lapangan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Arif
Kabupaten Ciamis Pelaksanaan 20 September s.d 23 Oktober 2021.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi


Muhammad saw, juga kepada keluarga dan para sahabatnya sera terlimpah kepada
umat beliau yang senantiasa mengikuti jejak langkahnya hingga akhir masa.

Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai pembelajaran


dan menambah pengetahuan penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan teori
yang dipelajari di sekolah dengan terjun langsung di lapangan dan yang paling
penting adalah untuk melengkapi salah satu syarat yang harus di penuhi untuk
mengikuti uji kompetensi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih


jauhdari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pihak yang membacanya. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat dankebaikan kita semua amin.

Ciamis, Oktober 2021

Penulis

ii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah swt, karena memberikan
banyak kemudahan kepada Penulis. Ucapan terimakasih ini juga ditunjukan
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, moyivasi, semangat serta
bimbingan kepada Penulis selama menuntut ilmu di SMK Farmasi Pasundan
Kawali sehinga dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Ace Sace, M.M., Kepala SMK Farmasi Pasundan Kawali.


2. Dr. H Aditiya Nugraha ,MMRS, Selaku direktur Rumah Sakit Al-Arif
3. Maya Rosmayanty, A.Md. Far selaku Pembimbing 1
4. Apt. Diana Lupitasari S.Farm Selaku kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
Al-Arif dan Pembimbing II
5. Yayu Sri Wahyuni, Selaku wali kelas XII-A Farmasi yang telah
memberikan motifasi dan arahan untuk kegiatab PKL.
6. Guru dan Staf SMK Farmasi Pasundan Kawali yang telah memberikan
bekal berupa materi
7. Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik
dengan doa dan lainya.
8. Sahabat seperjuangan kelas XII-A dan seluruh Angkatan 2021-2022 yang
sama-sama berjuang dalam menempuh Pendidikan selama di SMK
Farmasi Pasundan Kawali.

Ciamis, Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPANGAN............................................................2

iii
KATA PENGANTAR............................................................................................3
UCAPAN TERIMAKASIH..................................................................................4
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................8
A. Latar Belakang..................................................................................................8
B. Rumusan Masalah.............................................................................................9
C. Tujuan................................................................................................................9
D. Manfaat............................................................................................................10
E. Metode Penulisan..........................................................................................10
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................10
G. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan...............................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11
A. Pengertian Rumah Sakit.................................................................................11
B. Tugas dan fungsi rumah sakit........................................................................12
C. Klasifikasi Rumah Sakit..................................................................................13
D. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.........................................................17
E. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.......................................17
BAB III TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT................................................34
A. Sejarah Rumah Sakit......................................................................................35
B. Visi Misi dan Tujuan Rumah Sakit................................................................36
C. Struktur Organisasi Rumah Sakit..................................................................37
D. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di IFRS Al-Arif........................................38
BAB IV KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN...........................................41
A. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan.......................................................41
B. Pembahasan.....................................................................................................42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................48
A. Kesimpulan......................................................................................................48
B. Saran.................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50
LAMPIRAN..........................................................................................................52

iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2. 1 Obat Bebas..............................................................................................15
GAMBAR 2. 2 Obat Bebas Terbatas...............................................................................16
GAMBAR 2. 3 Obat Keras..............................................................................................17
GAMBAR 2. 4 Obat Narkotika........................................................................................17

v
GAMBAR 2. 5 Obat Psikotropika....................................................................................19

GAMBAR 3. 1 Rumah Sakit Al-Arif...............................................................................27


GAMBAR 3. 2 Struktur Rumah Sakit Al-Arif.................................................................29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Etiket Biru & Etiket Putih……………………………...


Lampiran 2 Blanko Surat Pesanan Narkotika…………………

vi
Lampiran 3 Blanko Surat Pesanan Psikotropika…………….
Lampiran 4 Blanko Surat Pesanan Prekursor ………………..
Lampiran 5 Kwitansi Rumah Sakit…………………………………...
Lampiran 6 Nota Resep……………………………………………..........
Lampiran 7 Contoh Resep………………………………………….........
Lampiran 8 Blanko Surat Pesanan Reguler………………………
Lampiran 9 Salinan Resep………………………………………….........
Lampiran 10 Faktur…………………………………………………............

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi, siswa/siswi dibekali
dengan materi pendidikan umum, pengetahuan dasar penunjang, serta teori
dan keterampilan dasar kejuruan. Selain itu, SMK Farmasi mengadakan PKL
yang bergerak dibidang kefarmasian di antaranya rumah sakit dan apotek.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan program khusus yang harus
dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan
kurikulum SMK. Program ini dlaksanakan diluar sekolah dalam bentuk
praktek kerja di dunia usaha atau industri (Instalasi) dengan
mempertimbangkan struktur program kurikulum, kalender pendidikan, dan
kesediaan dunia usaha atau industri (Instalasi) untuk dapat menerima PKL
ini.
Praktek Kerja Lapangan dimaksudkan untuk memberikan pengalaman,
pengetahuan dan keahlian praktis kepada siswa/siswi khususnya mengenai
obat-obatan dan pengelolaan obat bagi SMK Farmasi.
Harapan dari kegiatan PKL ini yaitu dapat meningkatkan keahlian
siswa/siswi dalam bidang kefarmasian dan menambah pengetahuan tentang
obat-obatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskrpsi umum apotik di Rumah Sakit Al-Arif?
2. Bagaimana tinjauan hasil dan data-data di Apotik Rumah Sakit Al-Arif?
3. Bagaimanakah relevansi hasil dan data-data di apotik di Apotik Rumah
Sakit Al-Arif terhadap dunia kerja bidang kefarmasian?

C. Tujuan
1. Mengetahui deskripsi umum Apotik Rumah Sakit Al-arif.
2. Mengetahui tujuan hasil dari data-data di Apotik Rumah Sakit Al-Arif
3. Mengetahui relevasi hasil dan data-data di Apotik Rumah Sakit Al-Arif

4
5

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai deskripsi umum, dan
dapat menambah wawasan mengenai apotik di Rumah Sakit Al-Arif.
2. Dapat mengenal dunia lingkungan kerja yang nyata berdasarkan
relevansi data-data dan hasil di apotik Rumah Sakit Al-Arif.
3. Dapat menerapkan ilmu yang dipelajari di sekolah pada dunia kerja
berdasarkan data dan hasil dari Rumah Sakit Al-Arif.

E. Metode Penulisan
Metodologi penulisan laporan menggunakan metode deskriptif sebagai
metode yang tepat dalam mengelolah data dan hasil pembahasan. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah proses pengumpulan data yang
dilakukan selama pelaksanaan dan penulisan laporan. Teknik
pengumpulan data yang di lakukan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah Teknik mengumpulkan data dengan cara
melakukan tanya jawab secara langsung antara dua orang atau lebih
dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan tepat yang
dibutuhkan dalam penulisan laporan ini.
2. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis mengenai gejala-gejala yang di teliti, dengan melaksanakan
secara langsung di apotik rumah sakit dengan teori-teori yang sudah di
pelajari di sekolah dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
3. Tinjauan Pustaka
6

Tinjaun Pustaka merupakan bagian penting dari sebuah laporan,


karena pada bab ini di ungkapkan teori-teori yang melandasi
dilakukanya penelitian dan mengumpulkan data dengan cara membaca
buku-buku yang ada kaitanya dengan penulisan.

G. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan


1. Waktu Pelaksanaan

Sesuai aturan kerja dan penjadwalan di apotik RS AL-ARIF bahwa


waktu pelaksanaan jam kerja adalah :

Shift Pagi : 08.00-16.00

Shift Malam : 16.00-08.00

2. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan adalah apotik RS AL-Arif dengan tenggang masa
kerja selama satu bulan mulai dari 20 September sampai dengan 23
Oktober 2021

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah
bagian integrasi dari suatu organisasi sosial dan Kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga Kesehatan dan pusat
penelitian medik.

Sedangkan menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit, menyatakan bahwa “Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.”
7

Sedangkan menurut surat keputusan mentri Kesehatan No


983/Menkes/Per/II/1992 disebutkan bahwasanya pengertian rumah sakit yakni
“rumah sakit adalah sarana upaya Kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan Kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk Pendidikan tenaga
Kesehatan di penelitian.”

Definisi Rumah Sakit apabila dilihat dari undang-undang dan menurut


WHO adalah salah satu sarana Kesehatan untuk melakukan pelayanan
Kesehatan. Rumah Sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur terorganisasi
yang menggabunkan berbagai profesi Kesehatan dengan tugasnya masing-
masing.

B. Tugas dan fungsi rumah sakit


1. Tugas Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang No.27 Tahun 2016 tugas rumah sakit
adalah memberikan pelayanan Kesehatan perorangan secara
paripurna adalah Kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Berdasarkan keputusan mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 983/KEPMENKES/SK/XI/1992, tugas dan fungsi Rumah
Sakit adalah melaksanakan upaya kesehaan secara berdaya guna dan
berhasil guna mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
2. Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang No 44 Tahun 2009 fungsi rumah sakit
adalah sebagai berikut:
8

a. Penyelenggaraan pelayanan penobatan dan pemulihan


Kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan Kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan penelitian sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan Kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pembangunan serta
penapisan teknologi bidang Kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan Kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang Kesehatan.

C. Klasifikasi Rumah Sakit


1. Berdasarkan Jenis Pelayanan yang Diberikan
a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan


pelayanan pada semua jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus


Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
umur, dan organ tubuh.
2. Berdasarkan Pengelolaannya
a. Rumah Sakit Publik

Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola


oleh pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang
bersifat nirlaba.

b. Rumah Sakit Privat


9

Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dapat dikelola


oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
perseroan atau Perseroan Terbatas (PT).

3. Berdasarkan Kepemilikan
a. Rumah Sakit Pemerintah

Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang di biayai


dan di awasi oleh pemerintah dan diselenggarakan oleh
DEPKES, PEMDA maupun ABRI. Rumah Sakit umumnya
bersifat non-profit. terdiri dari rumah sakit: vertikal yang
langsung di Kelola oleh departemen Kesehatan rumah sakit
pemerintah daerah, rumah sakit militer, rumah sakit BUMN dan
lain-lain. Rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah di
klasifikasikan menjadi rumah sakit kelas A, B, C dan kelas D.
Klasifikasi tersebut di dasarkan pada unsur pelayanan,
ketenagaan, fisik dan peralatan.

1) Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit


umum yang mempunyai fasilitas dan pelayanan medis
yang spesialistik luas dan sub spesialistik luas serta
berfungsi sebagai rumah sakit Pendidikan dengan
kapasitas lebih dari 1000 unit tempat tidur.

2) Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum


yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis
sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik
terbatas. Rumah sakit umum kelas B dibagi menjadi rumah
sakit umum kelas B pendidikan dan non-pendidikan dengan
kapasitas 500-1000 unit tempat tidur.
10

3) Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum


yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis
spesialis dasar yaitu : spesialis penyakit dalam, spesialis
penyakit anak, spesialis kebidanan dan spesialis bedah
dengan kapasitas 100-500 unit tempat tidur.

4) Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum


yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis
dasar seperti pelayanan medis kedokteran gigi dan mampu
menampung pelayanan medis yang berasal dari puskesmas
dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100 unit.

b. Rumah Sakit Umum Swasta (Non-Pemerintah)

Berdasarkan ketentuan dalam keputusan mentri Kesehatan


republic Indonesia nomor 306/KEPMENKES/SK/XII/1987,
tentang klasifikasi rumah sakit umum swasta, yaitu:

Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan rumah sakit


berdaarkan perbedaan bertingkat dan kemempuan pelayanan.

Rumah sakit umum swasta adalah rumah sakit umum yang


diselenggarakan oleh Yayasan organisasi dan dapat juga bekerja
sama dengan institusi Pendidikan.

Berdasarkan SK Menkes RI No. 860B/XII/1987, Rumah


Sakit Swasta dibedakan menjadi beerapa tipe, diantaranya:

1) Kelas Utama: Lebih dari 200 tempat tidur, pelayanan


medis bersifat umum, spesialistik dan sub-spesialistik.
2) Kelas Madya: 100-200 tempat tidur, pelayanan medis
bersifar umum dan spesialistik.
11

3) Kelas Pertama: 15-100 tempat tidur dan pelayanan


medis bersifat umum
Klasifikasi rumah sakit umum swasta adalah:
1) Rumah sakit umum swasta pratama, yang memberikan
pelayanan medik bersifat umum.
2) Rumah sakit umum swasta madya, yang memberikan
pelayanan medik bersifat umum dan spesialis dalam 4
(empat) dasar lengkap.
3) Rumah sakit umum swasta utama, yang memberikan
pelayanan medik bersifat umum, spesialis dan sub
spesialis.

D. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Instalasi farmasi rumah sakit atau IFRS adalah bagian dari fasilitas yang
disediakan rumah sakit untuk menyelenggarakan kegiatan farmasi yang
ditunjukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Instalasi farmasi rumah
sakit dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu tenaga kefarmasian yang
memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku serta kompeten dan
professional.

E. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


1. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok instalasi farmasi
rumah sakit adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan farmas yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional
berdasarkan prosedur kemanusiaan dan etik profesi.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi atau KIE.
d. Memberi pelayanan bermutu melalui Analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi .
e. Menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
12

f. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.


g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
2. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X2004 tentang
Standar Pelyanan Farmasi di Rumah Sakit, fungsi instalasi farmasi rumah
sakit adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan pembekalan farmasi.
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat Kesehatan.
3. Pengelolaan Pembekalan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pengelolaan pembekalan farmasi menurut Kepmenkes RI No.


1197/Menkes/SK/X/2004 merupkan suatu siklus kegiatan dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi
yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Adapun penjelasan dari kegiatan
tersebut adalah sebagi berikut:

a. Pemilihan

Pemilihan adalah proses kegiatan sejak dari meninjau masalah


Kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifiksi pemilihan terapi, bentuk
dan dosis, menentukan kriteria pemiihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

b. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,


jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai degan kebutuhan dan
anggaran. Untuk menghindari kekosongan obat atau Alkes di IFRS ada
hal-hal yang harus di pertimbangkan dalam proses perencanaan antara
lain:
13

1) Kebutuhan
Perencanaan yang baik harus sesuai kebutuhan IFRS,
perhitungan kebutuhan yang benar akan mencegah pengadaan
perbekalan farmasi yang berlebihan.
2) Persediaan atau stok sisa
Lihat berapa jumlah stok sisa yang ada maka dari data
tersebut dapat dijadikan acuan jumlah yang akan dibeli untuk
satu jenis perbekalan farmasi.
3) Prioritas
Perbekalan farmasi yang sering dibutuhkan pasien di
rumah sakit hendaklah diprioritaskan paling utama untuk
diadakan.
4) Waktu Tunggu
Proses pengiriman perbekalan farmasi dari distributor ke
IFRS memerlukan waktu. Pengadaan melalui tender
memerlukan waktu yang lama berbeda dengan pengadaan
melalui pembelian lagsung mungkin waktu pengiriman akan
lebih cepat.
5) Metode Perencanaan
Metode perencanaan yang dapat dipergunakan antara lain
metode konsumsi, metode epidemiologi dan metode kombinasi
dari metode konsumsi dan epidemiologi.
a) Metode Konsumsi
Metode konsumsi merupakan metode paling
mudah karena berdasarkan data obat yang banyak
dipakai pasien, data ini dapat diperoleh dari kartu stok
masing-masing perbekalan farmasi.
b) Metode Epidemiologi
Metode yang menggunakan data dari penyakit
yang banyak diderita oleh pasien.
14

c) Metode Kombinasi
Metode kombinasi adalah metode gabungan dari
metode konsumsi dan epidemiologi, umumnya
dilakukan untuk kasus-kasus yang dapat diprediksi
biasanya rencana pembekalan yang akan di pesan da
dicatat di buku defecta.
c. Pengandaan

Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan membuat surat


pesanan (SP) yang ditunjukan kepada sistributor atau PBF. Surat pesanan
tersebut disusun berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan proses
pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian baik pembelian secara
langsung atau melalui tender.

1.) Pembelian
a.) Pembelian secara langsung
Pembelian secara langsung ini merupakan metode yang paling
mudah karena perbekalan farmasi yang dipesan datang dengan
cepat dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan
instalasi farmasi rumah sakit. Pembelian cara ini dilakukan dengan
mengirimkan langsung surat pesanan ke PBF atau distributor.
b.) Pembelian secara tender
Pembelian secara tender yaitu pembelian dengan menyenggarakan
kompetisi pengadaan perbekalan farmasi dengan harga paling
murah. Pihak yang dapat menyediakan harga paling murah akan
ditunjuk untuk menyediakan kebutuhan perbekalan farmasi di
IFRS. Metode ini merupakan metode terbaik tetapi pelaksanaanya
rumit dan butuh waktu yang lama.
1) Produksi pembuatan sediaan farmasi
2) Sumbangan atau droping
3) Pengandaan obat untuk BPJS.
d. Penerimaan
15

Penerimaan adalah kegiatan menerima perbekalan farmasi yang telah


dipesan ke PBF atau unit Gudang pelayanan Kesehatan sesuai dengan
aturan kefarmasian.

e. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaman barang dengan


menempatkan obat-obatan atau alkes sesuai metode penyimpanan.

Metode penyimpanan diantaranya:


1.) Metode FIFO (First In First Out)
FIFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang
pertama masuk, maka yang lebih dahulu dikeluarkan.
2.) Metode LIFO (Last In First Out)
LIFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang
terakhir masuk, maka yang lebih dahulu di keluarkan.
3.) Metode FEFO ( First Exfire First Out)
FEFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang
masa kadaluarsanya paling dekat, maka yang paling dahulu
dikrluarkan.
4.) Berdasarkan Bentuk Sediaan
Metode ini lebih tepat dalam penyimpanan obat-obatan, misalnya
sediaan tablet dipisah dengan sediaan syrup dan disimpan di rak
atau di etalase yang berbeda.
5.) Berdasarkan Golongan Obat
Metode ini dilakukan dengan cara memisahkan obat-obatan tiap
golongan dan tidak mempertimbangkan bentuk sediaan atau efek
farmakloginya, yang terpenting obat tertata sesuai golonganya.
6.) Berdasarkan Alfabetis
Perbekalan farmasi ditata sesuai namanya secara berurutan dari A
sampai Z. Keuntungan metode ini adalah obat atau alkes akan lebih
mudah dicari dan kelemahanya Gudang tidak digunakan secara
maksimal.
16

7.) Berdasarkan Efek Farmakologi


Metode ini dilakukan dengan cara menata obat sesuai khasiatnya
misalnya obat untuk batuk berdahak ditempatkan berbeda dengan
obat untuk batuk kering.
f. Pendistribusian

Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi


untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien serta untuk
menunjang pelayanan medis.

g. Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencegah


terjadinya kelebihan dan kekosongan perbekalan farmasi di unit-unit
pelayanan.

h. Pemusnahan

Pemusnahan adalah kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi


yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak dan tidak memenuhi
standar.

i. Administrasi dan Pelaporan


1.) Administrasi

Administrasi bertujuan memonitor transaksi perbekalan farmasi


yang masuk dan keluar. Pencatatan bisa dilakukan secara manual dan
computer.

2.) Pelaporan.

Pelaporan berisi kumpulan catatan pendataan kegiatan administrasi


perbekalan farmasi.

j. Evaluasi
17

Evaluasi merupakan salah satu upaya untuk terus mempertahankan


mutu pengelolaan perbekalan farmasi.

4. Macam-macam golongan obat


Penggolongan obat dimaksud kan untuk meningkatkan keamanan
dan ketetapan penggunaan sera pengamanan distribusi. Penggolongan obat
ini terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat
psikotropika, obat narkotika dan obat wajib apotek (OWA). Penggolongan
obat ini tercantum dalam peraturan obat Mentri Kesehatan
No.971/Menkes/Per/1993 yang kini diubah menjadi permenkes
949/Menkes/Per/2000. Penggunaan obat itu terdiri dari:
a. Obat Bebas

GAMBAR 2. 1 Obat Bebas

Obat bebas yaitu obat yang bisa dieli bebas di apotek, took obat
bahkan di warung. Obat bebas ditandai dengan lingkar biru hijau
bergaris tepi hitam. Contoh Obat bebas adalah Paracetamol,
antasida
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan
obat bebas terbatas.
b. Obat Bebas Terbatas
18

GAMBAR 2. 2 Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas atau yang masuk dalam daftar “W”,


menurut Bahasa belanda “W” singkatan dari “Waarschuwing”
artinya peringatan. Jadi, maksudnya obat yang pada penjualannya
disertai dengan peringatan tertentu yang ditandai dengan lingkaran
biru bergaris tepi hitam. Contoh Obat bebas terbatas adalah CTM,
Decolgen, Arlermax, paratusin.
Obat-obatan yang termasuk kedalam daftar obat “W” atau obat
bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
konsumen tanpa resep dokter, dalam penyerahanya harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatanya.
2) Pada penyerahanya oleh pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan yang tercetak sesuai contoh.
Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran Panjang
5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih

c. Obat Keras
19

GAMBAR 2. 3 Obat Keras

Obat keras disebut juga obat daftar “G” dalam Bahasa belanda
“G” singkatan dari “Gevaarlijk” yang berarti berbahaya.
Maksudnya, obat keras adalah obat yang ada di apotek dan hanya
dapat diberikan dengan resep dokter. Penandaanya adalah
lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dan
terdapat huruf K yang menyentuh garis tepi. Contoh obat keras
adalah dexametason, amoxicillin, ambroxol.

d. Obat Narkotika

GAMBAR 2. 4 Obat Narkotika

Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, yang


dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,
yang dapat menyebabakan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Penandaan obat narkotika
yaitu palang medali merah.
Obat narkotika dibagi menjadi 3 golongan :
1.) Narkotika Golongan I
Naarkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
untuk terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
20

mengakibatkan ketergantungan. Contoh obat narkotika


golongan I yaitu opium dan kokain.
2.) Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan untuk terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan
serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
obat narkotika golongan II adalah petidin.
3.) Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan
menimbulkan ketergantungan. Contoh obat narkotika golongan
III adalah kodein.

e. Obat Psikotropika

GAMBAR 2. 5 Obat Psikotropika

Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, yang


dimaksud psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
21

khas pada aktivitas mental dan prilaku. Penandaan obat


psikotropika hampir sama dengan penandaan obat keras yaitu
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna merah dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi.

Obat psikotropika dibagi menjadi empat golongan:


1.) Psikotropika Golongan I
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi. serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan I
yaitu lisergida dan meskalina.
2.) Psikotropika Golongan II
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan digunakan dalam terapi atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh
obat psikotropika golongan II yaitu amfetamin.

3.) Psikotropika Golongan III


Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantua. Contoh obat
psikotropika golongan III yaitu amobarbital dan pentobarbital
4.) Psikotropika Golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh
psikotropika golongan IV yaitu penobarbital, alprazolam dan
diazepam.
22

f. Obat Wajib Apotek


Obat wajib apotek adalah oat keras yang dapat diserahan oleh
apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, tetapi harus
diserahkan langsung oleh seorang apoteker kepada pasien disertai
informasi lengkap tentang penggunaan obat. Contoh obat wajib
apotek yaitu asam mefenamat, lidokain HCL dan omeprazole.
Berdasarkan keputusan mentri Kesehatan No.
374/Menkes/SK/VII/1990 yang telah diperbaarui dengan
keputusan Mentri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993
menyatakan bahwa:
1.) Obat wajib apotek boleh diserahkan tanpa resep dokter
2.) Peningkatan peran apoteker di apotek dalam pelayanan
Komunikasi Edukasi Informasi (KIE)
3.) Peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
swamedikasi.

Daftar obat wajib apotek (DOWA) terbagi menjadi tiga daftar,


yaitu:

1.) DOWA No.1 berdasarkan Kepmenkes RI No. 347 tahun 1990


a.) Obat kontrasepsi: linesterol (etinil estradiol) dan
desogestrel.
b.) Obat saluran cerna: antasida
c.) Obat alergi: hidrokortison dan betametason.
d.) Obat saluran nafas: aminofilinsupp
2.) DOWA No. 2 berdasarkan Permenkes RI No. 924 Tahun1993
a.) Dexamethason
b.) Omeprazole
c.) Albendazol
3.) DOWA No. 3 berdasarkan Kepmenkes RI No. 1176 Tahun
1999
a.) Allopurinol
23

b.) Diklofenak Natrium


c.) Ranitidin
g. Obat-obat Tertentu
Menurut PKBPOM RI No. 7 tahun 2016 “Obat-obat tertentu
yang serinmg disalah gunakan, yang selanjutnya disebut dengan
obat-obat tertentu adalah obat-obat yang bekerja di system-sistim
susunan syaraf pusat seain Narkotik dan Psikotropik yang pada
penggunaan diatas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan
dan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.”
5. Pengelolaan Narkotika

Pengelolaan narkotika di IFRS diatur secara khusus dari


pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan resep, pemusnahan
hingga saluran distribusi obat narkotika. Tujuan dari pengelolaan
tersebut untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan narkotika.

a. Pemesanan Narkotika

UU No. 9 tahun 1976 menyatakan bahwa Mentri Kesehatan


memberikan izin kepada apotek dan IFRS untuk membeli, meracik,
menyediakan, menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual,
menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan, membawa atau
mengangkut narkotika untuk kepentingan pengobatan.

Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan


tertulis melalui surat pesanan narkotika kepada pedagang besar
farmasi (PBF). PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat pesanan
narkotika harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek
(APA) dengan mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Kerja
(SIK), Surat Izin Apotek (SIA) dan stemple apotek. Satu
pesananterdiri dari empat rangkap dan hanya dapat untuk memesan
satu jenis obat narkotika.

b. Penyimpanan Narkotika
24

Narkotika harus disimpan sesuai ketentuan yaitu


Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/1978 tentang tata cara
penyimpanan narkotika, yaitu pada pasal 5 yang menybutkan
bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan
narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1.) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2.) Harus mempunyai kunci yang kuat
3.) Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang
berbeda, bagian pertama digunakan untuk menyimpan
morfin, petidin dan garam-garam serta persediaan narkotika.
Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotoika lainya
digunakan untuk sehari-hari.
4.) Apabila tempat kusus tersebut berupa lemari ukuran kurang
dari 40/80/100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada
tembok atau lantai.
c. Pelaporan Narkotika
Apotek atau IFRS berkewajiban Menyusun dan
mengirimkan laporan narkotika setiap bulan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam laporan tersebut diuraikan
mengenai pembelian atau pemasukan dan penjualan atau
pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya dan
ditanda tangani oleh APA (Apoteker Pengelola Apotek).
Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari:
1) Laporan pemakaian bahan baku narkotika.
2) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika.
3) Laporan khusus penggunaan petidin dan morfin.
d. Pelayanan Resep Yang Mengandung Narkotika
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan
pengobatan dan ilmu pengetahuan. Narkotika dapat digunakan
untuk kepentingan pengobatan hanya dapat diberikan
25

berdasarkan resep dokter. Untuk resep dokter dan Salinan resep


yang mengandung narkotik, Apotek atau IFRS dilarang:
a. Melayani resep yang ,mengandung narkotika , untuk resep
narkotika yang baru dilayani Sebagian, apotek boleh
membuat Salinan resep tetapi Salinan resep tersebut hanya
boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.
b. Melayani Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan
iter, dengan demikian dokter tidak boleh menambahkan
tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika
e. Pemusnahan Narkotika
Pasal 9 Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/1978 disebutkan bahwa
APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi
syarat lagi. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek atau IFRS harus
disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara
pemusnahan narkotika yang memuat:
1.) Hari, Tanggal, Bulan, dan Tahun Pemusnahan.
2.) Nama Apoteker Pengelola Apotek (APA).
3.) Nama seorang saksi dari Pemerintah dan seorang saksi lain dari
Apotek tersebut.
4.) Nama dan Jumlah narkotika yang dimusnahkan
5.) Cara pemusnahan
6.) Tandatangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

Kemudian berita acara tersebut dikirimkan ke Dinas Kesehatan


Kabupaten atau Kota dengan tembusan:

a.) Balai POM setempat.


b.) Arsip.
f. Alur Distribusi Obat Narkotika
Secara umum bentuk saluran distribusi obat narkotika adalah sebagai
berikut:
26

Prosedur (PT Kimia Farma) > Pedagang Besar Farmasi (PBF Kimia
Farma) > Apotek atau IFRS > Pasien.
Secara khusus pemerintah mengatur penyaluran obat narkotika hanya
boleh di produksi dan disalurkan oleh PT. Kimia Farma, dengan tujuan
agar obat tersebut dapat terkendali dan di awasi dengan ketat sehingga
tidak membahayakan masyarakat akan penyalahgunaanya.

6. Pengelolaan psikotropika

Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 tahun 1997


tentang psikotropika, bahwa segala hal yang berhubungan dengan
psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan
pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yang mencegah
terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika serta
menjamin ketersediaan psikotropika untuk pengobatan dan ilmu
pengetahuan.

Pengelolaan Psikotropika di Apotek atau IFRS adalah sebagai berikut:


b. Pemesanan Psikotropika
Obat psikotropika dipesan dengan surat pesanan psikotropika yang
ditandtangani oleh APA. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap empat
dan setiap surat pesanan dapat digunakan untuk mememsan beberapa
jenis psikotropika.
c. Penyimpanan Psikotropika
Obat golongan psikotropika disimpan terpisah dengan obat lain
dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci, tetapi
lebih baik dikunci.
d. Penyerahan Psikotropika
Obat golongan Psikotropika diserahkan oleh apotek, hanya
dapat dilakukan kepada apotek lainya, rumah sakit, puskesmas
27

balai pengobatan dan dokter kepada pasien berdasarkan resep


dokter.
e. Pelaporan Psikotropika
Obat psikotropika dilaporkan setahun sekali dengan ditanda
tangani oleh APA dilakukan secara berkala seiap bulan. ditunjukan
kepada kepala Dinas Kesehatam Kabupaten atau Kota dengan
tembusan:
1) SIPNAP
f. Alur Distribusi Obat Psikotropika
Secara umum bentuk saluran distribusi obat psikotropika
adalah sebagai berikut:
Produsen > Pedagang besar farmasi (PBF) > Apotek atau IFRS >
Pasien
Obat psikotropika dapat diproduksi oleh perusahaan farmasi selai
PT. Kimia Farma.
BAB III
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

GAMBAR 3. 1 Rumah Sakit Al-Arif

A. Sejarah Rumah Sakit


Mememlihara dan meningkatkan pelayanan Kesehatan yang
bermutu, merata, terjangkau merupakan permasalahan yang harus
diperjuangkan. Semua pihak mengetahui bahwa kemampuan pemerintah
sangat terbatas, untuk menyelenggarakan pelayanan yang standar saja
mungkin tidak akan menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang tersebar
diseluruh pelosok tanah air. Sementara itu bagi Sebagian masyarakat yang
telah mencapai taraf ekonomi tertentu tidak hanya sekedar membutuhkan
jasa pelayanan yang standar namun mereka butuh pelayanan Kesehatan
yang prima.

Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan membutuhkan biaya yang


besar, sehinggga tidak mungkin hanya mengandalkan pelayanan
Kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Maka dari itu
masyarakat perlu dilibatkan dalam menyelenggarakan pelayanan
Kesehatan yang sudah merupakan suatu keharusan. Jika tidak, sangat sulit

27
28

untuk mencapai jangkauan Kesehatan yang merata dan bermutu.


Berangkat dari pemikiran itulah Rumah Sakit Al-Arif didirikan.

Rumah Sakit Al-Arif yang berkedudukan di kabupaten Ciamis


diresmikan pertamakali sejak 20 Oktober 2001 dengan berlokasi di jalan
R.E Martadinata 158 B Dusun Pulomaju Desa Baregbeg Kecamatan
Baregbeg Kabupaten Ciamis. Legalisasi Rumah Sakit Al-Arif sesuai akta
badan hukum pendirian Yayasan Al-Arif No. 09 Tahun 2001 dan sejak
itulah melaksanakan oprasional. Sesuai tuntutan dan kebutuhan
masyarakat tentang pelayanan Kesehatan secara paripurna, maka pada
awal 2003 Yayasan Al-Arif meningkatkan status pelayanan Kesehatannya
dengan mengajukan ijin mendirikan mendirikan rumah sakit swasta, dan
pada pertengahan tahun 2004 izin uji coba penyelenggaraan Rumah Sakit
telah dikeluarkan oleh dinas terkait, berkaitan dengan hal tersebut, Rumah
Sakit Al-Arif berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat hingga akhirnnya pada tanggal 17 Februari 2011 telah
mendapatkan izin operasional tetap yang dikeluarkan oleh badan
pelayanan perizinan terpadu Kabupaten Ciamis dengan nomor: 503/Kpts.
02/BPPT/2011.

B. Visi Misi dan Tujuan Rumah Sakit


1. Visi Rumah Sakit Al-Arif

Visi dari Rumah Sakit Al-Arif adalah “Terwujudnya pelayanan


Kesehatan yang PRIMA menuju Ciamis lebih cerdas, sehat dan
berakhlakul karima.”:

Penjelasan dari visi Rumah Sakit Al-Arif adalah sebagai berikut:

a. Menurunya angka kematian bayi.


b. Meningkatnya angka harapan hidup.
c. Menurunya kasus kematian ibu.
d. Menurunya kasus gizi buruk.
29

e. Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan yang bermutu sesuai


dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
f. Berorientasi pada kepuasan pasien.
g. Meningkatkan kesehjateraan karyawam.
2. Misi Rumah Sakit Al-Arif

Guna mewujudkan visi diatas, Rumah Sakit Al-Arif memiliki lima


misi, yaitu sebagai berikut:

a. Mengembangkan sarana dan prasarana Rumah Sakit.


b. Meningkatkan profesionalisme SDM Rumah Sakit.
c. Mengembangkan manajemen oprasional Rumah Sakit.
d. Meningkatkan kepuasan penguna jasa, penyelenggaraan dan
pemilik Rumah Sakit.
e. Memantapkan standarisasi pelayana melalui akreditasi.

C. Struktur Organisasi Rumah Sakit

GAMBAR 3. 2 Struktur Rumah Sakit Al-Arif

D. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di IFRS Al-Arif


Pengelolaan perbekalan farmasi di IFRS Al-Arif secara umum meliputi
perencanaan, pembelian, penyimpanan, pendistribusian dan pemusnahan.
30

1. Perencanaan
Setiap obat atau Alkes (Alat Kesehatan) yang kosong atau stoknya
mulai sedikit dicatat di buku defecta, setelah itu dipesankan ke PBF.
2. Pembelian
Pembelian obat atau Alkes di IFRS Al-Arif dilakukan dengan
pembelian dalam jumlah terbatas hanya obat-obatan yang sering keluar
saja yang rutin dibeli (fast moving), untuk obat-obatan yang jarang
keluar hanya disediakan dalam jumlah tertentu. Pembelian obat atau
Alkes terbagi dua jenis, yaitu:

a. Obat untuk pasien umum


Pembelian obat untuk pasien umum dilakukan dengan
memberikan surat pesanan (SP) kepada PBF, system pembayaran
yang dilakukan yaitu dengan cash/tunai yang di bayarkan kepada
Rumah Sakit.
b. Obat untuk pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Pembelian obat untuk pasien BPJS dilakukan dengan
memberikan SP kepada PBF dan dana yang dipakai yaitu dana dari
BPJS yang dianggarkan oleh pemerintah.
3. Penerimaan

Barang yang diterima harus sesuai dengan SP, baik itu jenis
maupun jumlah obat atau alkes yang dipesan. Maka setelah dilakukan
pengecekan bahwa jumlah dan jenis obat telah sesuai SP, faktur dari
PBF ditandatangani oleh apoteker atau asisten apoteker dan dibuat
dokumen penerimaan obat di buku khusus.

4. Penyimpanan
Penyimpanan obat atau alkes dilakukan oleh petugas, penyimpanan
obat atau alkes di IFRS Al-Arif yaitu berdasarkan bentuk sediaan obat
yaitu dengan membedakan obat tablet, injeksi, syrup, salep, cairan,
suppositoria, dan lain-lain. Setelah itu obat disusun menurut alfabetis
31

dan system FIFO yaitu obat yang pertamakali masuk maka pertama
kali digunakan atau dikeluarkan, FEFO yaitu obat yang expire pertama
digunakan atau dikeluarkan.
5. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di IFRS Al-Arif terbagi dua yaitu sebagai berikut:
a. Pelayanan Resep Bagi Pasien Rawat Inap (Ranap)
Pelayanan pasien rawat inap dilakukan selama 24 jam, alur
pelayananya adalah sebagai berikut:
1.) Pasien masuk melalui Unit Gawat Darurat (UGD) dilanjutkan
dengan mendaftarkan diri pada petugas.
2.) Pasien diperiksa oleh dokter.
3.) Pasien mendapat resep dari dokter.
4.) Keluarga pasien membawa resep ke Instalasi Farmasi.
5.) Petugas menyediakan obat sesuai resep dokter.
6.) Petugas memberikan obat kepada keluarga pasien disertai
informasi penggunaan obat.
7.) Untuk obat yang tidak tersedia di Instalasi Farmasi atau stok
habis, maka oleh petugas IFRS Al-Arif dibelikan ke apotek
lain, untuk selanjutnya diserahkan kepada perawat.
8.) Petugas menghitung harga obat dalam resep.
9.) Pasien diperbolehkan menunda pembayaran, dimana
pembayaran dilakukan saat pasien akan pulang.

b. Pelayanan Obat Rawat Jalan (Rajal)


Pelayanan obat rawat jalan dilakukan di ruang Poliklinik
yang meliputi dokter umum, dokter spesialis bedah, dokter
spesialis syaraf, dokte spesialis anak, dokter spesialis kandungan,
dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis anak.
Pemberian obat dillakukan langsung yaitu pasien memberikan
resep dokter kepada petugas IFRS, kemudian obat diberikan sesuai
32

resep dokter disertai etiket. Resep dihitung harganya, kemudian


pasien membayar keloket pembayaran disertai bukti kwitansi
pembayaran. Pasien diberikan informasi tentang penggunaan obat
oleh petugas apabila obat dalam resep tidak tersedia atau stok
kosong maka pasien diberi Salinan resep untuk membeli di apotek
lain.
6. Pencatatan

Pencatatan di IFRS Al-Arif meliputi pencatatan pengeluaran


harian, penerimaan dan pengeluaran, pencatatan obat tau alkes di IFRS
Al-Arif masing-masng dilakukan di buku khusus, hasil pencatatan lalu
direkapitulisasi di computer, kemudian diperiksa oleh kepala instalasi
farmasi.

7. Pemusnahan
Pemusnahan obat atau alkes yang telah kadaluwarsa atau bekas
digunakan disatukan dan dikemas selanjutnya dikirim ke jasamedivest
untuk dimusnahkan, hal ini dilakukan secara berkala tiap minggu pada
hari Rabu.
BAB IV
KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Selama melaksanakan PKL di RS Al-Arif Ciamis, Selama satu bulan
kami melaksanakan kegiatan-kegiatan harian seperti:
1. Untuk Pasien Rawat Jalan
a. Merekap ke buku rekapan harian pengeluaran obat
b. Membaca dan melayani resep
c. Menyiapkan obat yang tertera pada resep
d. Meracik obat (Mengubah bentuk sediaan obat dan
membungkusnya Kembali)
e. Melakukan PIO kepada pasien rajal
2. Untuk Pasien Rawat Inap
a. Membantu melayani COP (Catatan pemberian obat) Visite ke
ruangan pasien Ranap
b. Membantu melayani resep pasien pulang
c. Meracik obat (Mengubah bentuk sediaan obat dan
membungkusnya Kembali)
d. Membantu Menyiapkan obat Untuk pasien ranap
3. Untuk Pasien OK
a. Membantu menyiapkan obat dan alkes yang di pakai pada saat
oprasi
4. Untuk kegiatan di IFRS
a. Menghitung stok obat
b. Mengisi stok obat yang kosong sesuai bentuk sediaan dan
alfabetis
c. Mengecek suhu
d. Membereskan obat yang datang dari PBF
e. menghitung stok alkes yang menipis
f. Merekap harian pengeluaran obat dan alkes pada buku rekapan.

33
34

B. Pembahasan
Rumah Sakit Al-Arif Ciamis melayani pasien Ranap dan Rajal
baik pasien umum atau BPJS. Rumah Sakit Al-Arif memiliki satu IFRS
yang melayani pasien Ranap, Rajal, UGD dan lainya. Ini tercakup kedalam
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit berada dibawah tagging jawab
seorang apoteker, yaitu sebagai kepala IFRS dalam jabatan dan struktur
yang bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit.
Kepala IFRS bertanggung jawab dalam segala aspek kegiatan pelayanan
kefarmasian baik pengelolaan, pengendalian dan pengawasan mutu obat
serta pendistribusian perbekalan farmasi dan unit peayanan obat Rumah
Sakit.
Perencanaan penyediaan perbekalan farmasi Rumah Sakit Al-Arif
Ciamis didasarkan pada kebutuhan dan pemakaian terbanyak. Obat yang
lebih banyak di butuhkan dan diutamakan.
Pengadaan obat di Rumah Sakit Al-Arif dilakukan dengan
memesan barang ke PBF, barang yang dipesan adalah barang-barang yang
tercatat dibuku defecta dan barang baru yang ditawarkan oleh supplier.

TUGAS KHUSUS

1.) Apa yang dimaksud dengan Obat LASA?


Jawaban :
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) Atau NORUM (Nama
Obat, Rupa dan Ucapan yang mirip) adalah obat yang tampak mirip atau
terdengar mirip dalam hal bentuk, tulisan, warna dan ucapan dengan obat
lain. Obat LASA termasuk obat yang digolongkan dalam obat yang
diwaspadai karna sering menyebabkan terjadinya kesalahan pengambilan
obat dan beresiko tinggi memnyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan.
35

2.) Apa saja yang termasuk kedalam obat lasa dan contohnya?
Jawaban:
Yang termasuk kedalam obat lasa yaitu obat yang memiliki
penamaan, rupa dan ucapan yang mirip.
Contohnya:
 Ceftriaxone > Cefotaxime
 Prednison > Prednisolone

3.) Bagaimana Cara penyimpanan Obat LASA?


Jawaban:
Cara prnyimpanan obat LASA antara lain:
1. Obat-obat lasa harus disimpan secara terpisah di dua baris pada rak
obat yaitu: Obat kelompok I disimpan dalam satu baris dan kelompok
II di baris lain untuk menghindari kesalahan pengambilan/pengobatan.
2. Obat LASA tidak boleh ditumpuk Bersama obat lain.
3. Obat LASA harus diberi penandaan khusus Stiker LASA yang dapat
diberi warna agar terlihat berbeda dengan jenis obat yang lain.
4. Di bangsal, Ruang darurat dan Oprasi, obat lasa harus disimpan di
tempat obat atau kotak obat terpisah.
5. Tanda LASA pada kotak kemasan luar harus berada di sisi sebelah luar
sehingga mudah terlihat.
6. Obat LASA yang berada dibangsal perawatan disimpan sesuai dengan
stabilitas obat dalam tempat terpisah dengan obat lain yang diberi
tanda LASA.
7. Terdapat tanda LASA ditempat penyimpanan

4.) Buat daftar obat yang termasuk kedalam obat LASA di apotek Al-
Arif beserta sebutkan indikasi, dosis, dan efek sampingnya!
36

Jawaban:
1.) Acyclovir (Antivirus) 200&400 mg
 Indikasi: Mengatasi infeksi virus seperti herpes genitalis,
herpes zoster dan varicella, simpleks pada kulit dan selaput
lender.
 Dosis: -Dws 200-400mg, 5 kali/ hari setiap 4 jam selama 5-10
hari
-Anak usia<2 tahun setengah dari dosis orang dewasa
 Efek Samping: Pusing atau kantuk, sakit kepala, mual/muntah,
diare, demam.

2.) Allopurinol 100&300 mg


 Indikasi: Gout dan produksi asam urat yang berlebihan
 Dosis: -Dewasa awal sehari 100mg. maksimal sehari 800mg
-pasien dengan gangguan fungsi ginjal: sehari 100-200
mg
-anak <6 tahun: sehari 150 mg
-6-10 tahun: sehari 500 mg
 Efek Samping: Mual, sakit perut, diare, sakit kepala, kantuk,
pusing, nyeri sendi.

3.) Amlodipin 5 mg dan 10 mg


 Indikasi: Hipertensi, angina sabil kronik, angina vasopatik, dan
dapat digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi.
 Dosis: - dosis awal sehari 1x5 mg
1x10 mg
-usia lanjut dan kelainan fungsi hati dosis awal sehari
1x2,5mg
 Efek Samping: Pusing, munculnya rasa melayang, kantuk, sakit
kepala. Bengkak pada kaki, Lelah yang tidak biasa,sakit perut
atau mual, rasa hangat dan panas di wajah,leher,atau dada.
37

4.) Ondancetron 8 mg dan 4 mg


 Indikasi: Mencegah mual dan muntah setelah
kemoterapi,radioterapi,atau paska oprasi.
 Dosis: -awal 8 mg,diberikan 1 jam sebelum anestesi diikiti
dengan 8 mg setiap 8 jam
 Efek Samping: Sakit kepala, sembelit, Lelah dan lemah,
meriang, mengantuk, pusing.

5.) Metilprednisolon 8 mg dan 4 mg


 Indikasi: Meredakan peradangan,mencegah reaksi alergi yang
berat.
 Dosis -Dws 1 tab,1-2 kali sehari
-Dosis /hari 4-48mg/hari termasuk dari jenis penyakit
 Efek Samping: Muaal atau mntah, pusing, sakit kepala, perut
kembung, nyeri otot, nafsu makan menurun, sulit tidur,
peningkatan kadar gula darah, mudah terkena infeksi,
gangguan emosi dan suasana hati seperti mudah marah, sakit
maag atau heartburn.

6.) Meloxicam 7,5 mg dan 15 mg


 Indikasi: Nyeri kronik, seperti osteoarthritis, rheumatoid
arthritis, juvenile rheumatoid arthritis, dan ankylosing
spondylosis.
 Dosis: -Dewasa: 7,5-15 mg per hari
-Lansia: 7,5 mg per hari
-Anak-anak >60 kgBB: 7,5 mg per hari
 Efek Samping: Sakit perut, mual atau muntah, diare, perut
kembung, pusing atau sensasi seperti berputar.

7.) Ramipril 2,5 mg dan 5 mg


38

 Indikasi: Hipertensi, gagal jantung kongestif.


 Dosis: -awal tanpa diuretic 1 x 2,5 mg 1x sehari
- 2,5 mg-5 mg/ hari sebagai dosis tunggal sesuai
kebutuhan.
 Efek Samping: Batuk kering, rasalelah yang tak biasa, pusing
atau rasa melayang

8.) Rifampisin 450 mg dan 600 mg


 Indikasi:Mengobati TBC,kusta,mencegah dan mengatasi
infeksi bakteri
 Dosis:-Dws 8-12mg/kgBB per hari
-BB <50kg 450/hari dan>50kg 600 per hari
 Efek Samping: Gangguan saluran cerna, gangguan pada fungsi
hati, mual, muntah diare.

9.) Salbutamol
 Indikasi:Mengatasi esak nafas akibat mrnyempitnya saluran
pernafasan,mengobati asma
 Dosis:-Dws 2-4mg 3-4 kali sehari dosis di tingkatkan sampai 8
3-4x sehari
-anak 1-2mg 2-4kali sehari
 Efek Samping: jantung berdebar,tungkai,lengn,atau kaki
gemeteran,nyeri kram otot

10.) Simvastatin
 Indikasi:Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
 Dosis: Dws 5-40mg 1 kali sehri di malam hari
 Efek Samping: konstipasi,hidung tersumbat,bersin atau sakit
tenggorokan mual sakit perut sakit kepala
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penyusunan dapat menyimpulkan beberapa
point penting, diantaranya:
1. Rumah sakit adalah salah satu sarana Kesehatan yang menunjang
tercapainya tujuan pembangunan Kesehatan.
2. Penyimpanan barang di rumah sakit al-arif memiliki system yang
cukup rapih. Obat-obatan disusun berdasarkan alfabetis, bentuk
sediaan, golongan suhu, dan FEFO FIFO.
3. Rumah sakit al-arif memberikan pelayanan obat dengan atau tanpa
resep dokter.
4. Rumah Sakit Al-Arif melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan
kefarmasian dan pengelolaan sediaan farmasi mulai dari perencanaan
sampai pelaporan atau pencatatan akhir.
5. Pengadaan barang merupakan proses untuk penyediaan obat untuk unit
pelayanan Kesehatan, agar tersedianya obat dengan jenis dan jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat
diperoleh pada saat diperlukan.

B. Saran
1. Bagi Sekolah
a. Penamaan kesiapan mental dan fisik harus dikembangkan
Kembali,untuk kemajuan praktik kerja lapangan selanjutnya
b. Penempatan siswa PKL lebih diperluas agar siswa lebih bertambah
pengalaman
c. Pengaturan waktu praktik kerja lapangan agar lebih ditingkatkan
dan ditambahkan supaya siswa/siswi bisa lebih memahami tentang
dunia pekerjaan dan menguasai di bidang kefarmasian.
2. Bagi Rumah Sakit

42
a. Sarana prasarana instalasi farmasi rumah sakit lebih ditingkatkan
lagi agar siswa PKL lebih leluasa dalam menggunakan fasilitas
rumah sakit
b. Mempertahankan dan meningkatkan Kembali perlayanan kepada
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . BAB II TINJUA UMUM RUMAH SAKIT.

https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18308/4/chapter%2011.pdfm
(dia

43
https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18308/4/chapter%2011.pdf

Anonim. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18308/4/chapter%2011.pdf

Kemenkes RI No 1197/menkes/SK/X/2004. Tentang Standar Pelayanan Farmasi


di Rumah Sakit

Permenkes RI No.28/Menkes/PER/1/1978.Tentang Tata Cara Penyimpanan


Narkotika

Rosita R, dkk.2012 Manajemen Fermasikelas XI. Jakarta : Pilar Media

Undang-Undang No. 44 tahun 2009. Tentang Rumah Sakit

Undang-Undang No. 35 tahun 2009. Tentang Narkotika

Undang-Undang No. 5 tshun 2009. Tentang Psikotropika

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/621/jbptunikompp-gdl-irviemiria-31044-10-
unikom i-i.pdf

44
LAMPIRAN

45
Lampiran 1

Etike Biru & Etiet Putih

43
Lampiran 2

Blanko Surat Pesanan Narkotika

44
Lampiran 3

Blanko Surat Pesanan Psikotropika

45
Lampiran 4

Blanko Surat Pesanan precursor

Lampiran 5

Kwitansi Rumah Sakit

46
Lampiran 6

Nota Resep

47
Lampiran 7

Contoh resep

48
Lampiran 8

Blanko Surat Pesanan Reguler

49
Lampiran 9

Salinan Resep

50
Lampiran 10

Faktur

51
52

Anda mungkin juga menyukai