Anda di halaman 1dari 24

FARMAKOGNOSI

XII Farmasi
Minyak Atsiri (Olea Volatilia)
Minyak atsiri disebut juga minyak menguap
atau minyak terbang. Olea Volatilia adalah
campuran bahan-bahan berbau keras yang
menguap, yang diperoleh baik dengan cara
penyulingan atau perasan simplisia segar maupun
secara sintetis.
Sifat-sifat minyak atsiri :
1. Mudah menguap
2. Rasa yang tajam
3. Wangi yang khas
4. Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. Minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit
kuning muda.
 Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing
dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum
Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yang ada
seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan
spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi
karena adanya penguraian.
Pemerian :
 Cairan jernih
 Bau seperti bau bagian tanaman asal.
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat,
terisi penuh, terlindung dari cahaya dan
ditempat sejuk.
Identifikasi
• teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak
keruh.
• pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang
diperoleh dengan cara penyulingan uap tidak terjadi
noda transparan
• kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh
volume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh
bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
1. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan
masih dapat dikatakan primitif. Cara ini hanya
dapat dipakai untuk minyak atsiri yang
mempunyai kadar tinggi dan untuk minyak
atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan
minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan.
Contoh : minyak jeruk
2. Cara penyulingan ( destilasi).
Ada 2:
A. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat
yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan
melalui sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di
tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang
sedikit, karena jumlah air yang akan menjadi uap dan membawa serta
minyak terbatas jumlahnya.
B. Cara tidak langsung ( destilasi uap)
Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di
tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana
lain. Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar
terutama bahan bakal yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.
Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat dua
lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
 Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj

minyak atsiri > Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya.
 Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air dapat di
keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering, contoh: Na 2SO4 exicatus.
 Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air tersebut

minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri dan air
sukar dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya
C. Cara Enfleurage
 Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan

untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu
dilapisi dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari
jenis daun yang diolah, contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga
diangkat, diganti dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu
benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan
untuk 30 kali.
 Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut, minyak

atsiri akan larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat
dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling
secara vacum (dengan alat evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan
alkohol fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri.
 Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak atsiri

yang rendah dan tidak tahan pemanasan.


Syarat – syarat minyak atsiri
1. Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah pemanasan.Kejernihan dapat
dibuktikan dengan cara meneteskan 1 tetes minyak atsiri keatas permukaan air,
permukaan air tidak keruh.Minyak menguap umumnya tidak berwarna, hanya
beberapa yang sesui dengan warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau
karena klorofilnya terlarut kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau karena
senyawa tembaga dari alat penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak atsiri akan
berwarna kuning atau kuning kecoklatan karena sudah terurai atau teroksidasi.
2. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.
3. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak lemak.
Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan keatas kertas perkamen tidak
meninggalkan noda transparan.
4. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga minyak
akan berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara mengocok sejumlah minyak
atsiri dengan larutan Natrium Klorida jenuh vbolume sama, biarkan memisah,
volume air tidak boleh bertambah
5. Bau dan rasa seperti simplisia. Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu
tetes minyak atsiri dengan 10 ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur satu
tetes minyak atsiri dengan 2 gram gula.
Contoh-contoh minyak atsiri :
1. Oleum foeniculi (minyak adas)
Cara pembuatan :
 Penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris Mill varietas

 vulgare dan -dulce. 


2. Oleum Anisi (minyak adas manis)
Cara pembuatan :
 Penyulingan uap buah kering Illicium verum Hook dan buah

kering Pimpenilla anisum L (fam : Magnoliaceae)


3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)
Cara pembuatan :
 Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari

tanaman Eugenia caryophyllata. 


5. Oleum Aurantii (minyak jeruk manis)
Cara pembuatan :
 Pemerasan pericarp (kulit buah luar yang segar dan

masak) dari tanamam Citrus sinensis. 


6. Oleum Eucalypti (minyak kayu putih)
 Adalah minyak atsiri yang mengandung sineol 50-

60%. Diperoleh dengan destilasi uap dari daun segar,


ujung cabang segar dari berbagai spesies Eucalyptus
atau spesies yang diinginkan (E. globulus, E.
futicerutum, E. polybractea, E. Smithii). 
7. Oleum Menthae piperitae (minyak permen)
 Adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi

uap dari bagian di atas tanah tanaman berbunga


Mentha piperita yang segar dan telah dimurnikan.
8. Oleum Cinnamommi ( minyak kayu manis)
 Pembuatan : Penyukingan uap kulit batang dan

kulit cabang Cinnamomum zeylanicum Blume.


9. Oleum Citronellae ( minyak sereh)
 Pembuatan : Penyulingan uap daun

Cymbopogon Nardus.
10. Oleum Rosae ( minyak mawar)
 Pembuatan : Penyulingan uap bunga segar

Rosa Galica Alba.


Syrup (Sirupi)
 Syrup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22
O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.
Cara pembuatan sirup :
 Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan

gula, jika perlu didihkan hingga larut.


Tambahkan air mendidih secukupnya hingga
diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa
yang terjadi, serkai.
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan
dilarutkan dapat dibuat dari :
1. aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
• maserat misalnya sirupus Rhei
• perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
• colatura misalnya sirupus Senae
• sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya :
methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan
nama patent misalnya yang mengandung campuran vitamin
.
 pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung

glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah


10% bobot simplisia.
 Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia

untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v


atau pengawet lain yang cocok.
 Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66

% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan,


tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
 Bj sirup kira-kira 1,3
 Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (
pecah menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup
yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
 Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan
akan menyebabkan terjadinya gula invert.
 Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian
sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.
 Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih
encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua
( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya
oksidasi dari bahan obat.
 Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau
lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun
jamur tidak mati.
 Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh.
Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi
jamur.
 Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan

pengawet misalnya nipagin.


 Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam

pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.


Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi,
mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan
gula dengan asam sitrat.
 Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka

sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang


tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi
compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus
sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
 Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang

jernih.
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar
pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat putih
telur akan menggumpal karena panas.
2. Menambahkan bubur kertas saring lalu
didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat
ke kertas saring.
Cara memasukkan sirup ke dalam botol.
Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya
awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara
:
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang
kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan
terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas
( karena sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga
ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian
gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan
parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari
pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan
30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang
panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang
terbaik adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat
berfungsi sebagai :
1. Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
2. Corigensia
 Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex
 Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii
 Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi

idaei
3. Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup
karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan
bakteri.
Contoh-contoh Sediaan Sirup
1. Ferrosi Iodidi Sirupus
 Cara pembuatan : 20 bagian ferrum pulveratum dicampur

dengan 60 bagian air, tambahkan 41 bagian Iodium sedikit demi


sedikit sambil digerus. Setelah warna coklat hilang maka larutan
disaring, dimasukkan kedalam larutan ½ bagian acidum citricum
dan 600 bagian sakarosa dalam 200 bagian air panas.
 Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka

ujung corong masuk kedalam larutan sakarosa. Sisa serbuk besi


pada kertas saring dicuci dengan air sampai diperoleh 1000
bagian sirup.
 Penggunaan acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi

sakarosa, menjadi glukosa dan fruktosa yang merupakan


reduktor kuat yang berguna untuk mencegah oksidasi ferro
lodidum.
 Ferro Iodidum selalu dibuat baru. 
2. Sirupus Simplex = Sirup Gula
 Cara pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dan larutan metil paraben

0,25 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup


 Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.

3. Auranti Sirupi = Sirup Jeruk Manis


 Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah

dipotong kecil-kecil dengan 20 bagian larutan metil paraben 0,25%.


Biarkan dalam tempat tertutup selama 12 jam. Pindahkan ke dalam
perkolator, perkolasi dengan larutan metil paraben 0,25% secukupnya
hingga diperoleh 37 bagian perkolat. Tambahkan 63 bagian gula pada suhu
kamar atau pada pemanasan perlahan-lahan dalam tempat tertutup hingga
diperoleh 100 bagian sirup
 Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas aromatik.
4. Sirupus Thymi = Sirup Thymi
 Cara pembuatan : campurlah 15 bagian herba timi dengan air sesukupnya dan

diamkan 12 jam dalam bejana tertutup. Masukan dalam perkolatordan sari dengan
air, perkolat dipanasi sampai 90 0C dan diserkai hingga diperoleh 36 bagian hasil
perkolat. Masukan dalam bejana tertutup dan tambahkan 64 bagian gula panaskan
dengan pemanasan lemah hingga diperoleh 100 bagian sirup.
 Pemerian : sirup warna coklat, bau dan rasa seperti thymi.

Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III:


 Chlorpheniramini maleatis sirupus
 Cyproheptadini hydrochloridi sirupus
 Dextrometorphani hydrobromidi sirupus
 Piperazini citratis sirupus
 Prometazini hydrochloridi sirupus
 Methidilazini hydrochloridi sirupus
 Sirupus simplex yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian sacharosa dalam larutan

metil paraben secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup. 


Dalam perdagangan dikenal “dry syrup” yaitu syrup berbentuk kering yang kalau akan
dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat
yang tidak stabil dalam suasana berair.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai