Anda di halaman 1dari 105

BAB I

FOLI UM

01. ABRI FOLIUM 21. ECLIPTAE FOLIUM


02. ACHILEAE FOLIUM 22. ELEPHANTOPI
03. AGLAIAE FOLIUM FOLIUM
04. ANACARDII FOLIUM 23. GUAZUMAE FOLIUM
05. APII GRAVEOLENTIS 24. HEMIGRAPHIDIS
FOLIUM FOLIUM
06. BAECKEAE FOLIUM 25. HIBISCI ROSA –
07. BASILICI FOLIUM SINENSIS FOLIUM
08. BATATASAE FOLIUM 26. JASMINI FOLIUM
09. BLUMEAE FOLIUM 27. MELALEUCAE
10. CARICAE FOLIUM FOLIUM
11. CARYOPHYLLI 28. MURRAYAE FOLIUM
FOLIUM 29. ORTHOSIPHONIS
12. CASSIAE FOLIUM FOLIUM
13. COCAE FOLIUM 30. PANDANIS FOLIUM
14. COLEI AMBOINICI 31. PERSEAE FOLIUM
FOLIUM 32. PIPERIS FOLIUM
15. COLEI SEUTELLA- 33. POLYANTHI FOLIUM
ARIODI FOLIUM 34. PSIDII FOLIUM
16. CYCLEAE BARBATAE 35. SAUROPI FOLIUM
FOLIUM 36. SENNAE FOLIUM
17. CYMBOPOGONIS 37. SERICOCALYCIS
FOLIUM FOLIUM
18. DESMODII FOLIUM 38. SONCHI FOLIUM
19. DIGITALIS FOLIUM 39. SYMPLOCI FOLIUM
20. DIGITALIS LANATAE 40. THEAE FOLIUM
FOLIUM

1
1. ABRI FOLIUM
Nama Lain : Daun saga
Nama Tanaman Asal : Abrus precatorius ( L. )
Keluarga : Papilionaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi
: Glisirizin sampai 15 %,
Ca-Oksalat
Penggunaan : Obat Sariawan
Pemerian : Bau lemah, rasa agak manis, khas
Bagian Yang Digunakan : Anak daun
Waktu Panen : Panen pertama dapat dilakukan
setelah tanaman berumur 6 – 9
bulan.
Cara panenan daun yang praktis adalah dengan memangkas
tanaman setinggi 25 – 30 cm dari tanah. Dengan cara ini
diperoleh kenaikan produksi daun dibanding dengan cara
dipetik tanpa dipangkas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. ACHILEAE FOLIUM
Nama Lain : Daun seribu
Nama Tanaman Asal : Achillea millefolium ( L.)
Keluarga : Asteraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
khamazulen, azulen
Penggunaan : Antipiretika,diaforetika,
karminativa
Pemerian : Bau agak tajam, khas, rasa mula -
mula tawar lama kelamaan
menimbulkan rasa agak gatal /
tebal di lidah
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. AGLAIAE FOLIUM
Nama Lain : Daun pacar cina
Nama Tanaman Asal : Aglaia odorata (Lour)

2
Keluarga : Meliaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri alkaloida, damar,
garam-garam mineral
Penggunaan : Mengurangi haid, obat gonorrhoe
Bagian Yang Digunakan : Anak daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. ANACARDII FOLIUM
Nama Lain : Daun jambu mete, daun jambu
monyet
Nama Tanaman Asal : Anacardium occidentale (L)
Keluarga : Anacardiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Tanin, galat, flavonol, asam
anakardol, asam elagat, senyawa
fenol, kardol, metil alkohol
Penggunaan : Daun segar untuk pengobatan luka
bakar dan lepuh
Pemerian : Bau aromatik, rasa kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. APII GRAVEOLENTIS FOLIUM


Nama Lain : Daun seledri
Nama Tanaman Asal : Apium graveolens (L)
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Flavo-glukosida (apiin), zat pahit ,
minyak atsiri, vitamin, kaolin,
lipase
Penggunaan : Memacu enzim pencernaan (sto-
makik), peluruh air seni (diu-
retika)
Pemerian : Bau aromatik, rasa agak asin,
sedikit pedas , menimbulkan rasa
tebal di lidah
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3
6. BAECKEAE FOLIUM
Nama Lain : Daun jungrahab
Nama Tanaman Asal : Baeckeae frutescens
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri
Penggunaan : Diuretika, obat sakit perut, muntah
(emetika)
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. BASILICI FOLIUM
Nama Lain : Daun selasih
Nama Tanaman Asal : Ocimum basilicum (L)
Keluarga : Lauraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak menguap, osimen, pinen,
terpen, sineol, metil khavikol
Penggunaan : Peluruh dahak (ekspektoransia),
peluruh haid (emenagoga), karminativa, pencegah mual,
penambah nafsu makan, pengelat (adstringen), penurun panas
(antipiretika), pereda kejang, pengobatan pasca persalinan
Pemerian : Berbau aromatik khas, rasa sedikit
Asam.
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. BATATASAE FOLIUM
Nama Lain : Daun ubi jalar
Nama Tanaman Asal : Ipomoea batatas (L)
Keluarga : Convolvulaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Vitamin A, B ,C, diduga mengan-
dung zat menyerupai insulin
Penggunaan : Mempercepat pematangan bisul
Pemerian : Bau lemah tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4
9. BLUMEAE FOLIUM
Nama Lain : Daun sembung
Nama Tanaman Asal : Blumea balsamifera
Keluarga : Asteraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
kamfer, zat penyamak ( tanin ) dan
damar
Penggunaan : Karminativa, sudorifika, obat
batuk, adstrigen
Pemerian : Bau mirip kamfer, rasa agak pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

10. CARICAE FOLIUM


Nama Lain : Daun pepaya
Nama Tanaman Asal : Carica papaya (L)
Keluarga : Caricaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Enzim papain, alkaloid karpaina
pseudo- karpina, glikosid, karposid
dan saponin
Penggunaan : Anti demam
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa sangat
pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11. CARYOPHYLLI FOLIUM


Nama Lain : Daun cengkeh
Nama Tanaman Asal : Syzygium aromaticum (L) Merr &
Perry disebut juga Eugenia
aromatica (L). Bail atau Eugenia
caryophyllata Thumb
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, tanin galat, kalsium
oksalat
Penggunaan : Aromatik, Karminatif, Stimulan

5
Pemerian : Bau aromatik , rasa pedas agak
pahit, agak menggigit dan menim-
bulkan rasa tebal
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12. CASSIAE FOLIUM


Nama Lain : Daun ketepeng
Nama Tanaman Asal : Cassia alata (L)
Keluarga : Caesalpiniaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Rein aloe-emodina, rein aloe-
emodinadiantron,rein alo-emodina,
asam krisofanat
Penggunaan : Obat kurap, obat kelainan kulit
yang disebabkan oleh parasit kulit,
pencahar ( laksan )
Pemerian : Bau khas, lemah , mula-mula tidak
berasa, lama-lama agak kelat
Bagian Yang Digunakan : Anak daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13. COCAE FOLIUM


Nama Lain : Daun koka
Nama Tanaman Asal : Erythroxylon coca varietas Spruce-
anum ( Bruck )
Keluarga : Erythroxylaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkaloida kokaina (0,7%),sinamil-
kokaina,minyak atsiri yang me-
ngandung damar dan zat warna
Penggunaan : Diambil kokainanya dipakai untuk
membuat minuman coca setelah
bebas kokaina
Pemerian : Bau lemah rasa pahit
Jenis-jenis : Koka Bolivia dari Erythroxylon
coca varietas coca.Koka Peru dan Koka Jawa dari Erythroxylon

6
coca varietas spruceanum. Koka Kolumbia dari Erythroxylon
coca varietas novogranatense.
Perbedaan Koka Bolivia dengan Koka Jawa adalah alkaloid
Koka Bolivia tidak sebanyak Koka Jawa, tetapi kadar
cocainnya lebih tingi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlin-
dung dari cahaya dalam lemari ter-
kunci karena termasuk narkotika.

14. COLEI AMBOINICI FOLIUM


Nama Lain : Daun jinten
Nama Tanaman Asal : Plectranthus amboinicus, disebut
juga Coleus amboinicus lour
Keluarga : Lamiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kalium, minyak atsiri (0,043%
bobot segar, 0,2 % bobot kering )
Persyaratan Kadar : Persyaratan kadar minyak atsiri
tidak kurang dari 0,2 % v/b
Penggunaan : Penurun panas ( anti piretik ), sakit
kepala (analgetik), obat luka,
sariawan
Pemerian : Bau sangat aromatik, rasa agak
pedas, agak asam, getir dan mem-
buat rasa tebal di lidah
Bagian Yang Digunakan : Daun dan pucuk
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

15. COLEI SEUTELLAARIODI FOLIUM


Nama Lain : Daun miana
Nama Tanaman Asal : Plectranthus scutellarioides
Keluarga : Lamiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak Atsiri, Tanin
Persyaratan Kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang
dari 0,3 % v/b
Penggunaan : Obat wasir, peluruh haid (emena-
goga), penambah nafsu makan

7
(stomakik)
Pemerian : Tidak berbau, mula-mula tidak be-
rasa, lama kelamaan agak pahit.
Bagian yang digunakan : Daun dan Pucuk

16. CYCLEAE BARBATAE FOLIUM


Nama Lain : Daun cincao
Nama Tanaman Asal : Cyclea barbata miers
Keluarga : Menispermaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkaloida, lendir
Penggunaan : Antipiretik, stomakikum
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, tetapi
berlendir
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

17. CYMBOPOGONIS FOLIUM


Nama Lain : Daun sereh
Nama Tanaman Asal : Cymbopogon nardus (L) Rendle
Keluarga : Poaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
geraniol dan sitronelal
Penggunaan : Peluruh angin (karminatif), pereda
kejang (antispasmodik), penurun
panas (antipiretik), penambah
nafsu makan ( stomakik )
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak
pedas aromatik
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

18. DESMODII FOLIUM


Nama Lain : Daun duduk
Nama Tanaman Asal : Desmodium triquetrum ( DC )
Keluarga : Papilionaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkaloida hifaforin dan trigonelin

8
Penggunaan : Zat penyamak, kalsium silikat,
tonikum diuretik
Pemerian : Bau lemah rasa agak kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

19. DIGITALIS FOLIUM


Nama Lain : Daun digitalis / Daun jari
Nama Tanaman Asal : Digitalis purpurea (L)
Keluarga : Scrophulariaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi :
Glukosida dan terurai menjadi Glukosa dan Aglukon
3 Glukosida terpenting yaitu :
Purpureaglukosida A : Digitoksina : Digitoksigenina +
3 Digitoksosa + Glukosa
Purpureaglukosida B : Gitoksina : Gitoksigenina +
3 Digitoksosa + Glukosa
Purpureaglukosida C : Gitalina : Gitaligenina + 3 Digitoksosa
Persyaratan Kadar : Potensi tidak kurang dari 10 S.I
tiap Gram
Penggunaan : Kardiatonika
Pemerian : Bau lemah rasa pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Sediaan : Digitalis Pulvis (F.I), Digitalis
Compressi (F.I), Digitoxinum (F.I), DigitoxiniCompressi(F.I),
Digitoxini Injectio (F.I)
Waktu Panen : Daun Digitalis dipungut dengan
tangan dan bukan dengan mesin, agar sedikit mungkin debu
pasir yang melekat pada daun dan untuk menghindari
terpetiknya daun-daun kering atau yang telah menguning. Daun
yang telah dipetik, dikumpulkan dan segera dikeringkan pada
suhu ± 60.

9
20. DIGITALIS LANATAE FOLIUM
Nama Lain : Daun digitalis lanata
Nama Tanaman Asal : Digitalis lanata ( Ehrh. )
Keluarga : Scrophulariaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi :
Glukosida-glukosida terdiri dari 5 golongan :
a. Digitoksigenina : Ianatosida A
b. Gitoksigenina : Ianatosida B
c. Digoksigenina : Digoksina
d. Diginatigenina : Diginatika
e. Gitaloksigenina : Gitaloksina
Penggunaan : Isolasi Glukosa terutama Digoksina
Pemerian : Bau Lemah, Rasa Hangat Pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Sediaan : 1. Digoxinum (F.I.)
2. Digoxini Compressi (F.I.)
Perbedaan Digitalis Purpurea dan Digitalis Lanata :
Digitalis Purpurea Digitalis Lanata
❖ Daun berambut ❖ Setengah bagian bawah
❖ Bentuk daun bulat telur daun berambut
memanjang sampai bulat ❖ Bentuk daun sundip bulat
telur melebar memanjang
❖ Tepi daun bergerigi atau ❖ Bagian bawah rata dan
beringgit tidak beraturan, samar-samar berombak
kadang-kadang bergerigi, bergerigi kearah ujung
pucuk daun agak runcing, daun
pangkal daun dekuren /
telinga

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat berisi


zat pengering

10
21. ECLIPTAE FOLIUM
Nama Lain : Daun urang - aring
Nama Tanaman Asal : Eclipta protrata
Keluarga : Asteraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkaloida nikotin, ekliptin
Penggunaan : Adstringen, perawatan rambut
Pemerian : Bau lemah, khas, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

22. ELEPHANTOPI FOLIUM


Nama Lain : Daun tapakliman
Nama Tanaman Asal : Elephantopus scaber (L)
Keluarga : Asteraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Flavonoida luteolin-7-glukosida
Penggunaan : Anti demam, Adstringen
Pemerian : Tidak berbau, mula-mula tidak
berasa, lama kelamaan agak pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

23. GUAZUMAE FOLIUM


Nama Lain : Daun jatiblanda
Nama Tanaman Asal : Guazuma ulmifolia (Lamarck)
Varietas tomantosa (Schumacher).
Keluarga : Sterculiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Zat penyamak (tanin), lendir,
damar
Penggunaan : Astringen, obat langsing
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa agak
kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11
24. HEMIGRAPHIDIS FOLIUM
Nama Lain : Daun sambang getih
Nama Tanaman Asal : Hemigraphis alternata (Burn.F) T.
Anders
Keluarga : Acanthaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Garam kalium, garam natrium,
minyak atsiri
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Tidak berbau, rasa agak pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

25. HIBISCI ROSA – SINENSIS FOLIUM


Nama lain : Daun kembang sepatu
Nama Tanaman Asal : Hibiscus rosa-sinensis (L)
Keluarga : Malvaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Hibisetin, zat pahit, lendir
Penggunaan : Kompres, peluruh dahak (Ekspek-
toran), Emoliensia
Pemerian : Tidak berbau, rasa agak asin,
berlendir
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

26. JASMINI FOLIUM


Nama Lain : Daun melati
Nama Tanaman Asal : Jasminum sambac (L) w.Ait
Keluarga : Oleaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri
Penggunaan : Obat bisul, menghentikan ASI
Pemerian : Bau agak keras, rasa agak tawar
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12
27. MELALEUCAE FOLIUM
Nama Lain : Daun kayu putih
Nama Tanaman Asal : Melaleuca leucadendra (L)
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, sineol
Penggunaan : Perdarahan stomachicum,
spasmolika
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pahit
Waktu Panen : Setelah tanaman berumur 3 – 4
tahun atau kurang. Pemangkasan dilakukan setiap kali, setelah
dipanen daunnya untuk memperbanyak cabang dan daun serta
mempermudah pemetikan. Panen pada tahun berikutnya
dilakukan 2 – 3 kali tiap tahun.
Jenis – Jenis : Di Pulau Buru terdapat 2 varietas
kayu putih. Kayu putih merah, kayunya berwarna merah,
daunnya agak besar. Kayu putih, kayunya berwarna putih dan
daunnya kecil.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

28. MURRAYAE FOLIUM


Nama Lain : Daun kemuning
Nama Tanaman Asal : Murraya paniculata ( Jack )
Keluarga : Rutaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, damar, zat penya-
mak (tanin), glukosida murayin
Penggunaan : Antitiroida, obat gonorrhoe
Pemerian : Bau khas aromatik bila diremas
rasa agak pedas, agak pahit dan
kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

29. ORTHOSIPHONIS FOLIUM


Nama Lain : Daun kumis kucing, daun
remujung, Java tea

13
Nama Tanaman Asal : Orthosiphon aristatus (BL) Miq,
disebut juga Orthosiphon
grandiflorus (Bold) dan
Orthosiphon stamineus ( Benth )
Keluarga : Lamiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Garam kalium, glukosida orthosi-
phon, minyak atsiri dan saponin
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Bau khas aromatik lemah, rasa
agak asin, agak pahit dan sepet
Jenis – Jenis :
1. Berbunga biru
2. Berbunga putih dengan batang, tulang daun dan tangkai
bunga yang berwarna coklat kemerahan
3. Berbunga putih
Sediaan : Orthosiphonis infusum ( For.Nas )
Waktu Panen : Dikumpulkan pada waktu tanaman
mulai mengeluarkan kuncup
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya

30. PANDANIS FOLIUM


Nama Lain : Daun pandan
Nama Tanaman Asal : Pandanus amarryllifolius roxb
Keluarga : Pandanaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak menguap
Penggunaan : Bahan pewangi
Pemerian : Bau khas aromatik, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

31. PERSEAE FOLIUM


Nama Lain : Daun advokat
Nama Tanaman Asal : Persea americana ( Mill. ) disebut
pula persea gratissima ( Gaertn.f )
Keluarga : Lauraceae

14
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gula alkohol persiit 4,7 %
Penggunaan : Diuretik
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa pahit dan
kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Waktu Panen : Jangan dilakukan pemangkasan
sebelum mencapai 7 – 10 tahun. Tanaman dapat diperbanyak
dengan biji dan dengan cara Okulasi
Jenis Dan Perbedaan : Dikenal 3 tipe pohon advokat yang
dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan aromanya : Advokat
Hindia Barat (West Indian), Advokat Guatemala, Advokat
Meksiko. Jenis unggul yaitu tipe Hindia Barat dan Tipe
Guatemala termasuk Perseae gratissima, digolongkan dalam
Perseae gratiissima varietas Drymifolia.
Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup Baik

32. PIPERIS FOLIUM


Nama Lain : Daun sirih
Nama Tanaman Asal : Piper betle (L) us
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
Fenol yang khas disebut betelfenol
atau aseptol
Penggunaan : Anti sariawan, anti batuk, anti
septik
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas
khas
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

33. POLYANTHI FOLIUM


Nama Lain : Daun salam
Nama Tanaman Asal : Syzygium polyanthum (Wight)
Walp .Disebut juga Eugenia
polyantha (Wight.)
Keluarga : Myrtaceae

15
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, tanin
Penggunaan : Anti diare
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya
34. PSIDII FOLIUM
Nama Lain : Daun jambu biji
Nama Tanaman Asal : Psidium guajava ( L. )
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Zat penyamak 9 %, minyak atsiri
yang berwarna kehijauan dan
berisi Egenol
Penggunaan : Anti diare, Adstringens
Pemerian : Bau aromatik, rasa sepat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Waktu Panen : Dapat dilakukan setelah tanaman
berumur 6 – 9 bulan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

35. SAUROPI FOLIUM


Nama Lain : Daun katuk
Nama Tanaman Asal : Sauropus androgynus
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Protein, lemak, kalsium
Penggunaan : Memperlancar keluar ASI, obat
bisul
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa tawar
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

36. SENNAE FOLIUM


Nama Lain : Daun sena
Nama Tanaman Asal : Casssia acutifolia ( Del. )
Cassia angustifolia ( Vahl. )
Keluarga :

16
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Rhein, aloe-emodin dan asam krin
Penggunaan : Pencahar
Pemerian : Bau lemah, rasa khas berlendir dan
agak pahit
Bagian Yang Digunakan : Anak daun
Jenis Dan Perbedaan : Cassia acutifolia dalam perda-
gangan dikenal dengan nama daun sena Iskandariah, dan daun
berambut. Berwarna hijau pucat keabuan, rapuh,tipis, helai
daun berombak. Cassia angustifolia disebut daun sena
Tinnevelly warna hijau kekuningan, helai daun datar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

37. SERICOCALYCIS FOLIUM


Nama Lain : Strobilanthi Folium, daun kecibe-
ling dan daun ngokilo, daun keji-
beling
Nama Tanaman Asal : Sericocalyx crispus (L.)Bremeck
disebut juga Strobilanthes crispus L
Keluarga : Acanthaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kalium, silikat
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Bau lemah, rasa agak sepet dan
pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Cara Memperoleh : Panen dilakukan dengan memang-
kas tanaman bagian pucuk sepanjang 20-30 cm. Cabang pucuk
dan daun dapat langsung dijemur atau sebelum dijemur daun-
daun pada cabang pucuk dipetik lebih dahulu baru kemudian
dijemur. Lama penjemuran 2-3 hari, pada hari yang cerah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, kering

38. SONCHI FOLIUM


Nama Lain : Daun tempuyung
Nama Tanaman Asal : Sonchus arvensis ( L )
Keluarga : Asteraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kalium, silikat

17
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Bau lemah, rasa agak kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Waktu Panen : Panen yang pertama dilakukan
pada umur dua bulan setelah ditanam. Panen selanjutnya
dilakukan tiap-tiap 0,5 bulan sampai 1 bulan sekali hingga
tanaman berumur 3 sampai 5 bulan setelan tanam. Daun segar
harus segera dikeringkan dengan alat pengering.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

39. SYMPLOCI FOLIUM


Nama Lain : Daun sariawan
Nama Tanaman Asal : Symplocos odoratissima
(BI. Choisy)
Keluarga : Symplocaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Garam - garam aluminium, zat
penyamak
Penggunaan : Obat kumur
Pemerian : Tidak berbau dan tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

40. THEAE FOLIUM


Nama Lain : Daun teh
Nama Tanaman Asal : Camellia sinensis ( L ) O.K. yang
disebut juga Thea sinensis
Keluarga : Theaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Coffein, tanin dan sedikit minyak
atsiri
Penggunaan : Anti dotum, keracunan alkaloida
& logam-logam berat, Analeptika,
stimulansia
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, lama
kelamaan kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

18
Bab II
FLOS

DAFTAR FLOS YANG AKAN DIBICARAKAN


1. CARTHAMI FLOS
2. CARYOPHYLLI FLOS
3. GUNNERAE FRUCTUS ET FLOS
4. JASMINI FLOS
5. MESSUAE FLOS
6. PYRETHRI FLOS
7. WOODFORDIAE FLOS

01. CARTHAMI FLOS


Nama Lain : Kembang pulu, Kesumba
Nama Tanaman Asal : Carthamus tinctorius ( L. )
Keluarga : Asteracea
Zat Berkhasiat Utama / Isi
: Zat warna merah kartamin, zat
warna kuning saflawer, lendir,
minyak lemak
Penggunaan : Laksativa
Pemerian : Bau agak aromatis, rasa pahit
Bagian Yang Digunakan : Bunga dari bunga majemuk
Waktu Panen : Untuk tujuan produksi zat warna,
panenan dilakukan sebelum bunga yang telah sepenuhnya
mekar menjadi layu dan ini terjadi pada hari kedua atau ketiga.
Keterlambatan waktu panen atau karena hujan selama masa
berbunga akan menyebabkan berkurangnya zat warna yang
dapat dipanen
Jenis Dan Perbedaan :

19
Ada Dua Varietas :
1. Daun dengan duri disebut Varietas Typicus tujuan
produksi minyak
2. Daun dengan sedikit duri ( Jarang ) disebut Varietas
Inermis terutama untuk tujuan produksi zat warna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

02. CARYOPHYLLI FLOS


Nama Lain : Cengkeh
Nama Tanaman Asal : Eugenia caryophyllus ( Spreng )
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
Egenol. Zat serupa damar, tidak
berasa, hablurnya berupa jarum
yang disebut kariofilin, zat
penyamak dan Gom
Penggunaan : Stimulansia, obat mulas, menghi-
langkan rasa mual dan muntah
Pemerian : Bau aromatik kuat, rasa pedas
Sediaan : Oleum caryophylli FI, kadar
minyak
atsiri tidak kurang dari 15 % v/b
Bagian Yang Digunakan : Anak daun
Waktu Panen : Tanaman yang sudah berumur 6
Tahun dapat mulai dipetik kuncup bunganya. kuncup-kuncup
ini mula-mula berwarna putih, kemudian hijau dan akhirnya
merah. Kuncup bunganya harus dipetik sewaktu warnanya
berubah dari hijau menjadi merah. Kemudian diasapi, lalu
dijemur dan dilepas dari tangkainya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

03. GUNNERAE FRUCTUS ET FLOS


Nama Lain : Sukmadiluwih
Nama Tanaman Asal : Gunnera macrophylla BI
Keluarga : Haloragaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : -

20
Penggunaan : Penyegar badan
Pemerian : Bau agak anyir, mirip bau minyak
ikan, rasa mula-mula asin, lama-
kelamaan menimbulkan kelat dan
rasa tebal di lidah
Bagian Yang Digunakan : Seluruh rangkaian buah dan bunga
kadang - kadang beserta pucuk
batang dan daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
04. JASMINI FLOS
Nama Lain : Bunga melati
Nama Tanaman Asal : Jasminum sambac (L) W.Ait.
Keluarga : Oleaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, asam format, asam
benzoat, asam asetat ester metil
antranil, seskuiterpen, seskuiterpen
-alkohol.
Penggunaan : Korigen odoris, penurun panas
(Antipiretik), penghenti ASI
Pemerian : Bau harum lemah, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Bunga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
05. MESSUAE FLOS
Nama Lain : Bunga nagasari
Nama Tanaman Asal : Messua ferrae (L)
Keluarga : Clusiaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Lemak, protein, asam organik,
seperti asam palmitat, asam lino-
leat, asam stearat
Penggunaan : Antidiare, aromatikum, ekspek-
toran.
Pemerian : Tidak berbau, rasa sepat, warna
coklat sampai coklat kehitaman
Bagian Yang Digunakan : Dalam perdagangan bunga yang

21
masih kuncup dikenal dengan nama Sari kurung atau
Cangkok kurung. Bunga yang sudah mekar dikenal dengan
nama Sari mekar atau Cangkok mekar. Benang sari
dikenal dengan nama Sari murni atau Sari naga atau Podi
sari.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
06. PYRETHRI FLOS
Nama Lain : Bunga piretri / bunga krisan
Nama Tanaman Asal : Chrysanthemum cinerariaefolium
(Visiani )
Keluarga : Asteraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi :
1. Piretrin I ( = Piretro + Asam monokhrisantomat )
2. Piretrin II ( = Piretrolon + Asam dikhrisantomat )
3. Piretrolon Dan Sinerin II
4. Minyak Atsiri yang mengandung Parafin, Piretrosin &
Khrisantemin
Persyaratan Kadar : Jumlah kadar Piretrin dihitung
dengan menjumlahkan kadar
Piretrin I dan Kadar Piretrin II
tidak kurang dari 0,5 %
Penggunaan : Racun serangga
Pemerian : Bau khas, dapat menyebabkan
bersin, rasa mual-mual getir dan
pahit kemudian menimbulkan rasa
tebal
Bagian Yang Digunakan : Bunga cawan
Waktu Panen : Bunga dipetik sebelum mekar.
Bunga yang belum mekar mempunyai kadar Piretrin 2×
lebih tinggi dari bunga yang setengah mekar, dan yang
telah mekar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

22
07. WOODFORDIAE FLOS
Nama Lain : Bunga sidawayah
Nama Tanaman Asal : Woodfordia fruticosa (L.) atau
Woodfordia floribunda (Salisbury)
Keluarga : Lythraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Zat penyamak ( tanin )
Penggunaan : Astringensia
Pemerian : Bau lemah, rasa kelat dan pahit
Bagian Yang Digunakan : Bunga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

23
Bab III
FRUCTUS

DAFTAR FRUCTUS YANG AKAN DIBICARAKAN


1. AMOMI FRUCTUS
2. ANISI FRUCTUS
3. BRUCEAE FRUCTUS
4. CAPSICI FRUCTUS
5. CAPSICI FRUTESCENTIS FRUCTUS
6. COPTICI FRUCTUS
7. CORIANDRI FRUCTUS
8. CUBEBAE FRUCTUS
9. CUMINI FRUCTUS
10. FOENICULI FRUCTUS
11. GOSSYPIUM DEPURATUM
12. ISORAE FRUCTUS
13. MELALEUCAE FRUCTUS
14. MORINDA CITRIFOLIAE FRUCTUS
15. PAPAVERIS FRUCTUS
16. PIPERIS ALBI FRUCTUS
17. PIPERIS NIGRI FRUCTUS
18. RETROFRACTI FRUCTUS
19. TAMARINDI FRUCTUS
20. VANILLAE FRUCTUS
21. WOODFORDIAE FRUCTUS

01. AMOMI FRUCTUS


Nama Lain : Kapulaga, kapol, Cardamomi
fructus
Nama Tanaman Asal : Amomum compactum (Solan. Ex.
Maton ) disebut juga Amomum

24
cardamomum (Auct. Non 1),
Amomum kapulaga ( Sprague &
Burk)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat Berkhasiat Utama/ Isi : Minyak atsiri 8% dengan isi utama
Sineol
Penggunaan : Bumbu masak, bahan pewangi,
karminativa, dibuat Tingtur
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak
pedas
Bagian Yang Digunakan : Buah yang masak / hampir masak
Waktu Panen : Panenan buah dimulai tahun kedua
dan ketiga, tergantung pada kondisi pertumbuhan rumpun dan
ketinggian tempat. Umumnya hasil yang agak berarti baru
diperoleh pada tahun ketiga. Buah sudah dapat dipanen bila sisa
perhiasan bunga yang terdapat pada ujung karangan bunga
sudah luruh. Dalam hal ini dapat dikatakan seluruh buah dari
karangan tersebut sudah tua. Kemudian ibu gagang karangan
bunga dipotong dengan pisau tepat di bawah buah paling
bawah. Musim panen jatuh pada bulan menjelang dan selama
musim kemarau, yakni bulan Mei – September di Jawa Tengah.
Bulan lainnya merupakan panen kecil.
Jenis-jenis :
Kapulaga merah besar : kulit buah merah 2 cm
Kapulaga merah kecil : kulit buah merah 1,2 cm
Kapulaga putih : kulit buah putih ( Kapulaga kapur ) 2 cm.
Panenan buah yang peretama dilakukan 3 bulan setelah tanam.
Pemetikan buah dilakukan pada tiap 6 - 7 hari sekali.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

02. ANISI FRUCTUS


Nama Lain : Buah adasmanis
Nama Tanaman Asal : Pimpinella anisum
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengan-dung
anetol, metilkavinol, anis-keton,

25
asetal dehida, minyak lemak, zat
putih telur, hidrat arang
Penggunaan : Karminativa, obat mulas
Pemerian : Bau khas, aromatik, rasa manis
Bagian Yang Digunakan : Buah yang dimasak
Sediaan : Oleum Anisi FI
Jenis-jenis :
Buah Adasmanis Spanyol berukuran lebih besar, warna abu-abu
kecoklatan, ujung-ujungnya agak meruncing.
Buah Adasmanis Rusia berukuran lebih kecil, warna lebih tua
dan bentuk lebih bundar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

03. BRUCEAE FRUCTUS


Nama Lain : Tambara merica, buah Makasar
Nama Tanaman Asal : Brucea javanica (L) Merr, disebut
juga Brucea amarissima Lour
Merr. dan Brucea sumatrana
(Roxb)
Keluarga : Simarubaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, zat pahit, lemak,
burseral, brusealin
Penggunaan : Obat disentri, hemostatika
Pemerian : Bau agak asam, rasa sangat pahit
Bagian Yang Digunakan : Buah yang telah masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

04. CAPSICI FRUCTUS


Nama Lain : Cabe, Capsicum cayenne pepper,
lombok
Nama Tanaman Asal : Capsicum annuum ( L )
Keluarga : Solanaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kapsisin, vitamin C, damar, zat
warna kapsantin dan karoten
Penggunaan : Stomakikum, tingturnya sebagai
obat gosok

26
Pemerian : Bau merangsang, rasa pedas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

05. CAPSICI FRUTESCENTIS FRUCTUS


Nama Lain : Buah cabe rawit
Nama Tanaman Asal : Capsicum frutescens
Keluarga : Solanaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kapsisin, vitamin C, damar, zat
warna, kapsantin dan karoten
Penggunaan : Stimulan, stomakikum, karmina-
tiva
Pemerian : Bau merangsang, rasa sangat pedas
Bagian Yang Digunakan : Buah yang dimasak
Jenis-jenis :
01. Cabe rawit atau cengek leutik buahnya kecil, berdiri tegak
pada tangkainya, yang muda berwarna hijau, setelah masak
berubah menjadi merah
02. Cengek domba atau cengek bodas, buahnya lebih besar dari
cengek leutik, yang muda berwarna putih seteleh tua
berubah menjadi jingga
03. Ceplik, buahnya besar, yang muda berwarna hijau setelah
tua berubah menjadi merah
Varietas minimum Bird pepper atau chilitepin
Varietas abberviatum : cabe domba, lombok bundar, bell
cayenne, sweetpepper
Varietas longum : long cayenne, green chili, cabe gede,
lombok abang. Yang dimaksuyd dengan lombok kering :
buah tua dan masak yang utuh dari tanaman lombok merah
Capsicum annum ( L ) varietas longum L. ( sendt ) tyang
dikeringkan dan dibuang tangkainya/gagang buahnya
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

06. COPTICI FRUCTUS


Nama Lain : Buah mungsi
Nama Tanaman Asal : Carum copticum ( Benth )
Keluarga : Apiaceae

27
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
timol, karvon,
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang
dari 1,6 % v/b
Penggunaan : Karminativa
Pemerian :Bau khas aromatik seperti timol,
rasa agak pedas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

07. CORIANDRI FRUCTUS


Nama Lain : Ketumbar
Nama Tanaman Asal : Coriandrum sativum
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
koriandrol, minyak lemak
Penggunaan : Bumbu masak, karminativa
Pemerian : Buah yang diremas aromatik khas,
rasa khas lama-lama agak pedas
Bagian Yang Digunakan : Buah yang masak dan kering
Waktu Panen : Tanaman dapat dipanen jika warna
bijinya berubah dari hijau menjadi coklat kuning, pada umur 3
– 3,5 bulan dari waktu tanam.
Panen dilakukan dengan cara memotong tanaman atau
mencabutnya. Tanaman diikat, kemudian dijemur selama
seminggu atau lebih. Biji dilepaskan dari buahnya dan dijemur
lagi sampai kering.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

08. CUBEBAE FRUCTUS


Nama Lain : Buah kemukus
Nama Tanaman Asal : Piper cubeba ( L.)
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, asam kubebat,
dammar, kubebin, piperin, minyak
lemak
Penggunaan : Antidiare

28
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak
pedas dan pahit
Bagian Yang Digunakan : Buah yang telah tua tetapi belum
masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

09. CUMINI FRUCTUS


Nama Lain : Buah jinten putih
Nama Tanaman Asal : Cuminum cyminum
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi: Minyak atsiri yang mengandung
kuminal, lemak
Penggunaan : Stimulans, karminatif, stomakikum
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa khas
Bagian Yang Digunakan : Buah yang masak dan kering
Waktu Panen : Panenan dilakukan bila tanaman
mulai mengering, biji sudah tidak berwarna hijau tua lagi,
dengan cara mencabut tanaman. Setelah itu tanaman dijemur
dan diirik, dipukul-pukul dengan kayu agar bijinya terlepas dari
buahnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

10. FOENICULI FRUCTUS


Nama Sinonim : Buah adas
Nama Tanaman Asal : Foeniculum vulgare ( Mill. )
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi :Minyak atsiri yang mengandung
anetol, fenkon ( rasa pahit ), metal
khavikol, anisaldehida, minyak
lemak
Penggunaan : Karminatif, obat mulas, obat gosok
anak
Pemerian : Bau khas aromatic, rasa mirip
kamfer
Bagian Yang Digunakan : Oleum Foeniculi FI

29
Waktu Panen : Panenan dilakukan pada waktu
buah hampir masak, dilakukan dengan memotong batang
tanaman. Setelah itu dijemur dipanas matahari selama 4 – 5 hari
hingga kering, batang dipukul-pukul hingga buah terlepas.
Kemudian ditampi untuk memisahkan buahnya
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11. GOSSYPIUM DEPURATUM


Nama Lain : Kapas murni
Nama Tanaman Asal : Spesies gossypium a.l Gossypium
hirsutum
Keluarga : Malvaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Selulosa
Penggunaan : Untuk alat kesehatan
Pemerian : Hampir tidak berbau, praktis tidak
berasa
Bagian Yang Digunakan : Rambut-rambut biji yang telah
dibebaskan dari lemak-lemak dan kotoran-kotoran yang
melekat kemudian diputihkan
Sediaan : Cellulosum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12. ISORAE FRUCTUS


Nama Lain : Buah puteran, kayu ules
Nama Tanaman Asal : Helicteres isora ( L. )
Keluarga : Sterculiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkaloida
Penggunaan : Antidiare
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13. MELALEUCAE FRUCTUS


Nama Lain : Buah kayuputih, merica bolong
Nama Tanaman Asal : Melaleuca leucadendra ( L. )
Keluarga : Myrtaceae

30
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri
Penggunaan : Karminativa
Pemerian : Bau khas, simplisia kering tidak
berasa, simplisia basah agak pedas
Bagian Yang Digunakan : Buah berikut dasar bunganya
Waktu Panen : Setelah tanaman berumur 3 – 4
tahun untuk tujuan panen buah, tanaman tidak dipangkas tiap
tahun, agar tanaman sempat berbunga dan berbuah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

14. MORINDAE CITRIFOLIAE FRUCTUS


Nama Lain : Mengkudu, Pace, Kudu, buah noni
Nama Tanaman Asal : Morinda citrifolia
Famili : Rubiaceae
Zat Berkhasiat Utama/ Isi : Morindin, Morindon
Penggunaan : Anti diabetik, anti hipertensi,
roborantia, ekspetoransia
Pemerian : Tajam, manis

15. PAPAVERIS FRUCTUS


Nama Lain : Buah Opium, buah candu
Nama Tanaman Asal : Papaver somniferum ( L. )
Keluarga : Papaveraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Morfina ( 0,1 –
0,3 % ), terdapat sedikit sekali kodeina, papaverin,
narkotin, asam mekonat. Biji tidak mengandung minyak
yang dapat mengering
Penggunaan : Sedativa ringan, untuk obat batuk
Pemerian : Tidak berbau, rasa agak pahit.
Bagian Yang Digunakan : Buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

16.PIPERIS ALBI FRUCTUS


Nama Sinonim : Lada putih, merica putih

31
Nama Tanaman Asal : Piper nigrum
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri dan pati
Penggunaan : Karminativa
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas
Bagian Yang Digunakan : Buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

17.PIPERIS NIGRI FRUCTUS


Nama Lain : Lada hitam, merica hitam
Nama Tanaman Asal : Piper nigrum
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, alkaloida, khavisin
(berupa hablur putih kekuningan, rasa agak pedas), Piperin
(Tidak larut dalam air, mula-mula tidak berasa, lama-lama
pedas dan tajam, oleh alkali diuraikan diuraikan jadi piperidin
dan asam piperat. Piperidin ( cairan atsiri larut dalam air dan
alkohol )
Persyaratan Kadar : Minyak atsiri tidak kurang dari
1 % v/b
Penggunaan : Karminativa, iritasi lokal
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pedas
Bagian Yang Digunakan : Buah yang belum masak
Waktu Panen : Buah-buah dipetik selagi masih
hijau, dijemur atau dikeringkan di atas api sampai menjadi
hitam dan berkeriput. Yang dikeringkan di atas api agak berbau
asap, justru ini yang disukai.
Keterangan : Lada putih diperoleh dari buah-
buah yang hampir masak, direndam dan dikupas kulit luarnya
kemudian dijemur. Kurang pedas tetapi lebih aromatik dari lada
hitam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

18. RETROFRACTI FRUCTUS


Nama Lain : Cabe jawa, lada panjang, cabe
jamu

32
Nama Tanaman Asal : Piper retrofractum ( Vahl. )
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, piperin, damar, pati
Penggunaan : Stimulansia, karminativa, diafore-
tika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pedas
Bagian Yang Digunakan : Buah majemuk yang telah tua
tetapi belum masak
Keterangan : Tanaman perlu dipangkas setinggi
1,5 meter dari tanah agar dapat
berbunga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

19. TAMARINDI FRUCTUS


Nama Lain : Asam jawa, Pulpa Tamarindorum
cruda
Nama Tanaman Asal : Tamarindus indica (L.)
Keluarga : Caesalpiniaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Asam-asam organik antara lain
asam tartrat, asam sitrat, asam
malat
Penggunaan : Pencahar lemah
Pemerian : Bau manis asam, rasa asam agak
manis
Bagian Yang Digunakan : Daging buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

20. VANILLAE FRUCTUS


Nama Lain : Buah vanili
Nama Tanaman Asal : Vanilla planifolia (Andrews)
Keluarga : Orchidaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Vanili
Persyaratan kadar : Kadar sari anhidrat yang larut
dalam etanol 70 % tidak kurang
dari 12 %
Penggunaan : Bahan pewangi

33
Pemerian : Bau khas harum enak aromatik,
rasa khas
Bagian Yang Digunakan : Buah yang tua tetapi belum masak
dan telah di fermentasikan
Waktu Panen : Setelah umur 2-4 tahun mulai
berbunga. Buah-buah menjadi tua setelah 2-8 bulan dipetik jika
mulai menjadi kuning. Tumbuh baik di tempat lembab, tetapi
tidak banyak hujan
Jenis – jenis :
1. Vanili jawa ; warna coklat tua panjang 18-25 cm
2. Vanili Meksiko ; warna lebih muda dari vanili java, panjang
sampai 35
3. Vanili Tahiti ; warna coklat kemerahan panjang 12-15 cm,
bagian Tengah buah agak melebar, berbau piperonal.
4. Vanili Mauritus ; warna mirip vanili Meksiko, panjang
kira-kira 15 cm, buah kurang harum.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

21. WOODFORDIAE FRUCTUS


Nama Lain : Buah sidowayah
Nama Tanaman Asal : Woodfordia fruticosa (L.) atau
Woodfordia floribunda (Salisbury)
Keluarga : Lythraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Zat penyamak ( tannin )
Penggunaan : Adstringen
Pemerian : Bau lemah, rasa kelat dan pahit
Bagian Yang Digunakan : Buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

34
BAB IV
SEMEN

DAFTAR SEMEN YANG AKAN DIBICARAKAN


1. ARECAE SEMEN ( MMI )
2. COFFEAE SEMEN ( MMI )
3. COLAE SEMEN ( MMI )
4. CUCURBITAE SEMEN ( MMI )
5. FOENIGRAECI SEMEN ( MMI )
6. MYRISTICAE SEMEN ( MMI )
7. MYRISTICAE ARILUS
8. MYRISTICAE PERICARPIUM
9. NIGELLAE DAMASCENAE SEMEN ( MMI )
10. NIGELLAE SATIVAE SEMEN
11. PARKIAE SEMEN ( MMI )
12. STRYCHNI SEMEN ( MMI )

a. ARECAE SEMEN
Nama Lain : Biji pinang, jambe
Nama Tanaman Asal : Areca catechu
Keluarga : Arecaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkaloid berupa arecolin, tannin,
lemak
Penggunaan : Memperkecil pupil mata, obat
cacing (antelmintik)
Pemerian : Bau lemah, rasa kelat dan agak
pahit
Bagian Yang Digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

35
b. COFFEAE SEMEN
Nama Lain : Biji kopi
Nama Tanaman Asal : Coffea robusta Linden ex de
Wildem disebut juga Coffea
canephora piere ex Froehner
varietas Robusta dan beberapa
spesies Coffea lain
Keluarga : Rubiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kofein, sitosterin, stigmasterin,
kolin dan zat penyamak
Penggunaan : Penawar racun (antidota), penurun
panas (antipiretik), peluruh air seni
(diuretic)
Pemerian : Bau aromatic, khas, rasa pahit
Bagian Yang Digunakan : Biji yang telah disangrai dari buah
masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. COLAE SEMEN
Nama Lain : Biji KOLA
Nama Tanaman Asal : Beberapa species cola a.l : Cola
Nitida dan Cola acuminata (Schott
et. Endl.)
Keluarga : Sterculiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kofeina, sebagian bebas dan
sebagian terikat dengan zat
penyamak sebagai kolatin dan
kolatein Theobromina, zat
penyamak, kolalipase, kola-
oksidase, zat warna merah kola.
Penggunaan : Minuman yang menyegarkan
seperti halnya dengan teh, kopi,
guarana dan lain-lainnya karena
berisi kofeina
Sediaan : Colae Extractum – F.I

36
Bagian Yang Digunakan : Keping biji dan inti biji
Pemerian : Bau lemah, rasa pahit dan sepat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

d. CUCURBITAE SEMEN
Nama Lain : Biji labu merah
Nama Tanaman Asal : Cucubita moschata (Duchesne)
Keluarga : Cucurbitaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak lemak zat yang aktif, pada
pengobatan cacing pita belum
diisolir, tetapi mungkin terdapat
dalam embrio dan selaput
hijaunya.
Penggunaan : Obat cacing pita, diberikan sebagai
emulsa segar
Pemerian : Tidak berbau, rasa seperti minyak
Bagian Yang Digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

e. FOENIGRAECI SEMEN
Nama Lain : Biji Klabet
Nama Tanaman Asal : Trigonella foenumgraecum (L.)
Keluarga : Papilionaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, alkaloida trigonelin,
lender, minyak lemak
Penggunaan : Karminativa, tonikum, bahan
pewangi
Pemerian : Bau aromatic khas, rasa agak
pahit, tidak enak
Bagian Yang Digunakan : Biji
Waktu Panen : Setelah berumur 3-4 bulan,
tanaman dapat dipanen. Panenan dapat dilakukan setelah buah
plong masak, tanaman dicabut, dijemur sampai buahnya kering.
Buah yang kering ditumbuk untuk mengeluarkan bijinya
Setelah biji tampi untuk memisahkan dari kotorannya yang
masih terbawa, kemudian dijemur hingga kering dan disimpan

37
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

f. MYRISTICAE SEMEN
Nama Lain : Pala, Nutmeg, Nux Moschata
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt)
Keluarga : Myristicaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung
miristin (bersifat membius),
kamfer, minyak lemak (terutama
berupa gliserida dari asam miristin,
asam oleat dan asam linoleat, zat
putih telur)
Penggunaan : Bahan pewangi, karminativa,
stimulansia setempat terhadap
saluran pencernaan, miristin
berkhasiat membius, menyebabkan
rasa kantuk dan memperlambat
pernafasan
Pemerian : Bau khas aromatic, rasa agak
pahit, agak pedas dan agak
menimbulkan rasa tebal di lidah
Bagian Yang Digunakan : Inti biji buah yang masak
Waktu Panen : Setelah berumur 8-9 tahun, terus
menerus berbunga dan berbuah sampai berumur 70-80 tahun.
Agar pohon dapat berbuah baik, maka secara okulasi, cabang
bunga jantan ditempelkan pada pohon betina. Pemungutan buah
dilakukan 3× setahun, daging buah dibuang, selubung biji
diambil hati-hati dipipihkan dan dijemur, biji juga dijemur atau
dikeringkan diatas api sampai berbunyi. Apabila dikocok,
dipecah, kulit biji dibuang dan diolesi kapur
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

g. MYRISTICAE ARILUS ( MMI )


Nama Lain : Kembang pala
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt.)
Keluarga : Myristicaceae

38
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri terutama miristin,
kamfer, eugenol, minyak lemak
Persyaratan Kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang
dari 9 % v/b
Penggunaan : Karminativa, aromati
Pemerian : Bau khas aromatic, rasa agak
pedas dan menimbulkan rasa tebal
dilidah
Bagian Yang Digunakan : Selubung biji buah yang dimasak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

h. MYRISTICAE PERICARPIUM
Nama Lain : Kulit buah pala
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt.)
Keluarga : Myristicaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri terutama yang
mengandung monofen (kamfer),
eugenol, miristin, isoeugenol,
minyak lemak
Penggunaan : Karminativa, aromatik
Pemerian : Bau khas aromatic, rasa agak
pedas dan menimbulkan rasa tebal
di lidah
Bagian Yang Digunakan : Kulit buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

i. NIGELLAE DAMASCENAE SEMEN


Nama Lain : Biji jinten hitam manis
Nama Tanaman Asal : Nigella damascena
Keluarga : Ranunculaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri
Penggunaan : Karminativa
Pemerian : Bau harum khas, aromatik, rasa
agak pedas dan lama-lama agak
manis
Bagian Yang Digunakan : Biji

39
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
10. NIGELLAE SATIVAE SEMEN
Nama Lain : Biji jinten hitam manis
Nama Tanaman Asal : Nigella sativa (L.)
Keluarga : Rununculaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, minyak lemak
Penggunaan : Stimulan, karminativa, diaforetika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pahit
Bagian Yang Digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
13. PARKIAE SEMEN
Nama Lain : Biji kedawung, Biglobosae Semen
Nama Tanaman Asal : Parkia roxburghii (G.Don.) atau
Parkia Biglobosa (Bentha)
Keluarga : Mimosaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Glukosa dan dammar, hidrat arang,
tannin,garam, alkali
Penggunaan : Anti diare, adstringen
Pemerian : Bau khas, rasa khas, agak pahit
Bagian Yang Digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
14. STRYCHNI SEMEN
Nama Lain : Biji strihni
Nama Tanaman Asal : Strychnos nux - vomica
Keluarga : Loganiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkaloida terutama strichnina dan
brusina, minyak lemak, glukosid
loganin
Persyaratan Kadar : Kadar strichina tidak kurang dari
1,2 %
Penggunaan : Amara, strimulansia, antidota
(pada keracunan obat tidur dari
golongan barbitura)
Pemerian : Tidak berbau, rasa sangat pahit
Bagian Yang Digunakan : Biji yang masak
Sediaan : Strychni Nitras – F.I.

40
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

41
BAB V
AMYLUM

DAFTAR AMYLUM YANG AKAN DIBICARAKAN


1. AMYLUM MANIHOT (F.I.)
2. AMYLUM MAYDIS (E.F.I.)
3. AMYLUM ORYZAE (F.I.)
4. AMYLUM SOLANI (F.I.)
5. AMYLUM TRITICI (E.F.I.)

a. AMYLUM MANIHOT
Nama Lain : Pati singkong
Nama Tanaman Asal : Manihot Utilissima (Pohl.)
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Bahan penolong bahan sediaan
obat
Sediaan : Acidi Salicylici Zinci Oxydi lotio
(Form. Nas)
Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang
berupa gumpalan kecil, warna
putih tidak berbau, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi akar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

b. AMYLUM MAYDIS
Nama Lain : Pati jagung, Maizena, Corn starch
Nama Tanaman Asal : Zea mays (L.)
Keluarga : Poaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa, amilopektin

42
Penggunaan : Zat tambahan
Pemerian : Serbuk halus warna putih, tidak
berbau, rasa lemah
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari biji yang
masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. AMYLUM ORYZAE
Nama Lain : Pati beras
Nama Tanaman Asal : Oryza sativa (L.)
Keluarga : Poaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa, amilopektin, air, abu
Penggunaan : Bahan penolong dari sediaan obat
Pemerian : Serbuk sangat halus, warna putih,
berasa dan tidak berbau
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

d. AMYLUM SOLANI
Nama Lain : Pati kentang
Nama Tanaman Asal : Solanum tuberosum (L.)
Keluarga : Solanaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Bahan penolong bahan sediaan
obat
Pemerian : Serbuk halus, warna putih, tidak
berbau
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari ubi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

e. AMYLUM TRITICI (E.F.I.)


Nama Lain : Pati gandum, pati terigu
Nama Tanaman Asal : Triticum vulgare (Vill.)
Keluarga : Poaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin, air, abu

43
Penggunaan : Bahan penolong bahan sediaan
obat
Sediaan : Aluminii Hydroxydi Compressi
(Form. Nas) :
1. Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (Form. Nas)
2. Resorcinoli Unguentum compositum (Form. Nas)
Pemerian : Serbuk sangat halus, warna putih,
tidak berbau, hampir tidak berasa
putih, tidak berbau, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

44
BAB VI
OLEUM

DAFTAR OLEUM YANG AKAN DIBICARAKAN


1. OLEUM ANISI (FI)
2. OLEUM ARACHIDIS (FI)
3. OLEUM AURANTII (FI)
4. OLEUM CACAO (FI)
5. OLEUM CAJUPUTI (FI)
6. OLEUM CANANGA (FI)
7. OLEUM CARCHARIDIS (FI)
8. OLEUM CARYOPHYLI (FI)
9. OLEUM CINNAMOMI (FI)
10. OLEUM CITRI (FI)
11. OLEUM CITRONELLAE (FI)
12. OLEUM COCOS (FI)
13. OLEUM COPTICI (EFI)
14. OLEUM CORIANDRI (EFI)
15. OLEUM EUCALYPTI (EFI)
16. OLEUM FOENICULI (FI)
17. OLEUM HYDNOCARPI (EFI)
18. OLEUM IECORIS ASELLI (FI)
19. OLEUM MAYDIS (FI)
20. OLEUM MENTHAE PIPERITAE (FI)
21. OLEUM MYRISTICAE (FI)
22. OLEUM MYRISTICAE EXPRESSUM (EFI)
23. OLEUM OLIVAE (FI)
24. OLEUM POGOSTEMONI (EFI)
25. OLEUM RICINI (FI)
26. OLEUM ROSAE (FI)
27. OLEUM SESAMI (FI)
28. OLEUM SHOREAE (FI)
29. OLEUM VETIVERIAE (FI)

45
a. 0LEUM ANISI (FI)
Nama Lain : Minyak adasmanis
Nama Tanaman Asal : Pimpinella anisum (L) atau verum
(Hook.f)
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Anetol,metal khavikol(isomer dari
anetol),anisaldehida dan terpen
Penggunaan : Obat batuk,perangsang peristaltic
pada mulas
Sedian :
1.Benzoici Opii Tinctura(Form.Nas)
2.Amonii Anisi Spirituosa(Form Nas)
3.Potio alba(Form.nas)
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau
kuning pucat,membias cahaya dengan kuat,bau khas
aromatic,rasa khas agak manis,jika sejuk menghablur
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan uap buah yang masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,terisi
penuh,terlindung dari cahaya,jika
menghablur sebelum digunakan
harus dipanaskan hingga mencair.

b. OLEUM ARACHIDIS
Nama Lain : Minyak kacang, Peanut oil
Nama Tanaman Asal : Arachis hypogaea ( L. )
Keluarga : Leguminosae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserida dari asam oleat, linoleat,
asam palmitat, asam hipogeat,
asam lignoserat, asam arakhidat
Penggunaan : Sebagai pengganti minyak
zaitun untuk pembuatan margarine dan sabun

46
Sediaan :
1. Methylis Salicylatis Linimentum (Formularium Nasional)
2. Peruviani Emulsum II ( Formularium Nasional )
Pemerian : Cairan berwarna kuning pucat, bau
khas lemah, rasa tawar
Cara memperoleh : Minyak lemak yang diolah
dimurnikan, diperoleh dengan
pemerasan biji yang telah dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh

c. OLEUM AURANTII ( FI )
Nama Lain : Minyak jeruk manis
Nama Tanaman Asal : Citrus sinensis ( L. )
Keluarga : Rutaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : d-limonen, campuran sitral,
sitronelal
Persyaratan kadar : Kadar aldehida tidak kurang dari
1,0 % dan tidak lebih dari 3,0 %
Penggunaan : Obat bronchitis menahun, bahan
pewangi
Pemerian : Cairan kuning muda atau coklat
kekuningan, bau khas aromatik,
rasa khas
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh
dengan pemerasan kulit buah
terluar yang masak dan segar
Penyimpanan :
1. Cara Sisilia : Kulit buah diperas dengan tangan diantara
bunga karang, minyak yang menyerap dalam bunga karang
dikumpulkan
2. Cara Perancis : Kulit buah diguling-gulingkan dalam tong
berduri, minyak yang keluar dari luka-luka kulit buah
dikumpulkan

47
3. Cara Guinea : Kulit digaruk dengan sendok tajam, minyak
yang terkumpul pada sendok ditaruh dalam panci
4. Cara Kalifornia : Seluruh buah diperas, dipusingkan
sehingga terpisah bagian padat, bagian air jeruk dan bagian
minyak
5. Cara lain yang khusus : buah diparut kulitnya atau kulit
buahnya digiling antara dua silinder

d. OLEUM CACAO
Nama Lain : Lemak coklat
Nama Tanaman Asal : Theobroma cacao ( L. )
Keluarga : Sterculiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi: Sebagian besar gliserida dari asam
stearat, asam palmitat, asam oleat
dan asam laurat. Terdapat pula
sejumlah kecil gliserida dan asam
arakhidat, asam linoleat, asam
forminat, asam asetat dan asam
butirat
Sediaan :
1. Aminophyllin Suppositoria ( Form. Nas.)
2. Bibazae Suppositoria
3. Bisacodyl Suppositoria
Pemerian : Lemak padat, warna putih
kekuningan, bau khas aromatik,
rasa khas lemah, agak putih pada
suhu 25 C menjadi lunak atau
mencair
Cara memperoleh : Lemak yang diperoleh dengan
pemerasan panas biji yang telah dihilangkan kulit bijinya dan
telah dipanggang, biji yang dipanggang digiling dengan
penambahan natrium karbonat lalu diperas selagi masih panas

e. OLEUM CAJUPUTI
Nama Lain : Minyak kayuputih

48
Nama Tanaman Asal : Melaleuca leucadendra ( L. ) dan
Melaleuca minor ( Sm )
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Sineol ( kayuputol ), terpinol bebas
atau sebagai ester dengan asam
cuka, asam mentega, asam valerat
Persyaratn kadar : Kadar sineol tidak kurang dari
50 % dan tidak lebih dari 65 %
Penggunaan : Sebagai obat gosok pada sakit
encok dan rasa nyeri lainnya
Sedian :
1. Balsamum rubrum ( Form. Nas )
2. Methylis Salicylatis Linimentum ( Form. Nas )
3. Thymoli Solutio Aromaticae ( Form. Nas )
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berwarna
kuning atau hijau, bau khas
aromatik,rasa pahit
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh
dengan penyulingan uap atau
penyulingan air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

f. OLEUM CANANGA
Nama Lain : Minyak kenanga
Nama Tanaman Asal : Canangium odoratum ( Hook&
Thoms )
Keluarga : Anonaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Alkohol dengan ester (metil-
benzoat, linalool, terpineol )
Penggunaan : Zat tambahan - parfum
Pemerian : Minyak cair warna kuning muda,
bau khas, sangat harum
Cara memperoleh : Penyulingan uap bunga yang segar
dan belum mekar

07. OLEUM CARCHARIDIS

49
Nama Lain : Minyak ikan hiu
Nama Tanaman Asal : Carcharis, Chilocyllium dan
Zygaena
Keluarga :-
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Vitamin A
Penggunaan : Sumber kalori dan pengobatan
avitaminose A dan D
Pemerian : Minyak cair warna kuning sampai
keemas-emasan, bau khas, tidak
tengik, rasa manis
Cara memperoleh : Minyak lemak yang diperoleh dari
hati yang segar atau yang
tersimpan baik dan telah
dibebaskan dari lemak padatnya
dengan jalan penyaringan pada
suhu 5 C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

g. OLEUM CARYOPHYLI
Nama Lain : Minyak cengkeh, Clove oil
Nama Tanaman Asal : Eugenia caryophyllata ( Sreng )
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Egenol, asetilegenol
Penggunaan : Zat tambahan - parfum
Sedian : Oleum Ricini aromaticum
(Form.Nas ), Balsamum rubrum
(Form. Nas )
Pemerian : Minyak cair yang baru
disuling, tidak berwarna atau kuning pucat, jika disimpan
atau kena udara makin tua dan makin kental, bau dan rasa
seperti cengkeh

50
Cara memperoleh : Minyak atsiri
diperoleh dengan penyulingan air atau penyulingan uap
kuncup bunga yang telah dikeringkan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh, terlindung dari cahaya

h. OLEUM CINNAMOMI
Nama Lain : Minyak kayumanis, Oleum ciaoi
Nama Tanaman Asal : Cinnamomum zeylanicum ( BI )
Keluarga : Lauraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi
: Sinamilaldehida, egenol
Persyaratan Kadar : Kadar aldehida jumlah dihitung
sebagai sinamilaldehida 60,0 % -
75,0 %
Penggunaan : Obat gosok, obat mulas, pengawet
sirop
Sedian :
- Oleum Iecoris Emulsum ( Form. Nas )
- Balsamum rubrum ( Form. Nas. )
- Oleum Ricini aromaticum ( Form. Nas. )
Pemerian : Cairan warna kuning atau merah
kecoklatan, bau dan rasa khas
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan air atau penyulingan
uap kulit batang dan kulit cabang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,terisi
penuh,terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk

10. OLEUM CITRI


Nama Lain : Minyak jeruk, Lemon oil
Nama Tanaman Asal : Citrus lemon ( L. )
Keluarga : Rutaceae

51
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Sitral, d – limonene dan felandren
Persyaratan Kadar : Kadar aldehida jumlah dihitung
sebagai sitral tidak kurang dari
3,5 %
Penggunaan : Obat batuk,perangsang peristaltic
pada mulas
Pemerian : Cairan warna kuning pucat atau
kuning kehijauan, bau khas
aromatik, rasa pedas dan agak
pahit
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan
cara pemerasan perikarp segar
yang masak atau hamper masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi
penuh, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk

i. OLEUM CITRONELLAE
Nama Lain : Minyak sereh
Nama Tanaman Asal : Cymbopogon nardus (Rendle),
Cymbopogon Winterianus (Jowitt)
atau varietas dan hibrida dari
kedua spesies tersebut
Keluarga : Poaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Geraniol dan sitronelal
Persyaratan Kadar : Kadar eugenol 85,0 % - 90,0 %
Penggunaan : Parfum dan penghalau serangga
Pemerian : Cairan warna kuning pucat sampai
kuning tua, bau khas enak
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan uap daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi
penuh,terlindung dari cahaya

j. OLEUM COCOS
Nama Lain : Minyak kelapa, Coconut oil

52
Nama Tanaman Asal : Cocos nucifera
Keluarga : Palmae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserid dari asam laurat, asam
miristinat, asam kaprilat, asam
oleat, asam palmitat, asam kaprat,
asam stearat, asam kaproat
Penggunaan : Untuk membuat salep, shampoo,
sabun yang dapat dipakai untuk
mencuci dengan air laut atau air
yang kadar kalsiumnya tinggi
Sedian : Oleum Cocos purum ( FI )
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau
kuning pucat, bau khas tidak
tengik
Cara memperoleh : Minyak kelapa yang diperoleh
dengan pemerasan panas endosperm yang dikeringkan. Kopra
(daging buah kelapa yang telah dikeringkan, mengandung
minyak lemak 60 – 65 % dan air tidak boleh lebih dari 8 %)
yang telah dipanaskan, diperas dengan tekanan 600 – 800
kg/cm. Minyak yang keluar didiamkan beberapa lama agar
kotoran-kotoran dapat mengendap. Kemudian dimurnikan
secara dikocok dengan larutan kaustik soda encer dan
dipanaskan dengan air panas, diputihkan dengan norit, disaring,
dihilangkan baunya dalam hampa tinggi dengan uap air yang
sangat panas
Pembuatan Oleum Cocos : Oleum cocos yang dimurnikan
dengan cara suling bertingkat, diperoleh dari endosperma
Cocos Nucifera yang telah dikeringkan terdiri dari campuran
trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh dengan rantai
atom karbon pendek dan sedang terutama asam oktanoat dan
asam dekanoat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, ditempat
sejuk

k. OLEUM COPTICI

53
Nama Lain : Minyak mungsi
Nama Tanaman Asal : Carum copticum ( L. )
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Timol dan terpen-terpen
Persyaratan Kadar : Kadar timol tidak kurang dari
40 % v/b
Penggunaan : Isolasi timol, karminativa
Pemerian : Minyak cair, tidak berwarna atau
berwarna kecoklatan, berwarna
makin tua pada penyimpanan, bau
dan rasa mirip Thymi herba
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan uap buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

l. OLEUM CORIANDRI
Nama Lain : Minyak ketumbar
Nama Tanaman Asal : Coriandrum sativum ( L. )
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Koriandrol (= d-linalool ), terdapat
pula geraniol
Penggunaan : Bahan pewangi dan Karminativa
Pemerian : Bau dan rasa khas ketumbar
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh
dengan penyulingan uap buah-
buah yang dimasak dan kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

m. OLEUM EUCALYPTI
Nama Lain : Minyak ekaliptus
Nama Tanaman Asal : Eucalyptus globullus (Labill)
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Ekaliptol (= sineol ) terdapat pula
pinem dan terpen-terpen
Penggunaan : Germisida, obat batuk, antiseptika
saluran pernafasan

54
Sedian : Methylis Salicylatis, Linimentum
(Form. Nas)
Pemerian : Bau dan rasa khas aromatik
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh
dengan penyulingan uap daun-
daun yang segar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

n. OLEUM FOENICULI
Nama Lain : Minyak adas
Nama Tanaman Asal : Foeniculum Vulgare (Mill.)
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Anetol, zat pahit fenkhon
Penggunaan : Obat gosok gigi, obat mulas untuk
anak-anak, karminativanya lemah,
terbanyak dipakai sebagai bahan
pewangi Aqua Foeniculi (F.I. Ed.I)
Pemerian : Bau dan rasa khas ketumbar
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh
dengan penyulingan uap buah-
buah yang dimasak dan kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

17. OLEUM HYDNOCARPI


Nama Lain : Minyak hidnokarpi, Oleum
chaulmogra, minyak kaulmogra
Nama Tanaman Asal : Hydnocarpus wightiana ( Blume ),
Hydnocarpus anthelmintica (Pierra)
Hynocarpus heterophylla (Blume)
Taraktogenos kurzii ( King )
Keluarga : Flacourtiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserida dari asam hidnokarpat,
asam khaulmograt, asam palmitat,
asam oleat dan asam gorlat
Penggunaan : Obat lepra

55
Pemerian : Pada suhu diatas 30 ˚ C berupa
cairan jernih berwarna kuning atau kecoklatan. Pada suhu
dibawah 30 ˚ C berupa lemak putih atau kekuningan. Batas
suhu tersebut dapat berbeda menurut spesies Hydnocarpus. Bau
lemah dan rasa khas rasa agak pahit dan getir.
Cara memperoleh : Minyak lemak
diperoleh dengan pemerasan dingin biji dari buah yang
masak dan segar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

18. OLEUM IECORIS ASELLI


Nama Lain : Minyak ikan, oleum morrhuae.
Codliver oil.
Nama Hewan Asal : Gadus callarias
Keluarga : Gadidae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Vitamin A dan D, Gliserida
trimalmitat dan tristearat, kolesterol, gliserida dan asam-asam
jenuh, yang disebut asam morrhuat, berupa campuran berbagai
asam : asam yakoleat, asam terapiat, asam aselat, asam gadinat,
yodium, basa-basa aselin dan morrhuin. Unsur-unsur : Cl, Br,
S, P dan Fe sebagai senyawa organik.
Penggunaan : Potensi vitamin A tidak kurang
dari 600 S.I tiap gram dan potensi
vitamin D tidak kurang dari 80 S.I
tiap gram.
Pemerian : Bahan salep, sumber vitamin A
dan D
Sedian :
1. Olei Iecoris Emulsum (Form.nas)
2. Olei Iecoris Unguentum (Form.nas)
3. Olei Iecoris Unguentum compositum ( F. N )
Cara memperoleh : Minyak lemak yang tersimpat
baik, dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 0 ˚ C

56
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh, terlindung dari cahaya.

19. OLEUM MAYDIS


Nama Lain : Minyak jagung
ama Tanaman Asal : Zea mays ( L. )
Keluarga : Poaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi: Gliserida
Penggunaan : Zat tambahan, pengganti minyak
lemak bagi pasien yang tinggi
kadar kolesterolnya
Pemerian : Cairan warna kuning muda sampai
kuning emas, bau dan rasa lemah
khas
Cara memperoleh : Minyak lemak diperoleh dari
embrio, kemudian dimurnikan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh, terlindung dari cahaya.

20. OLEUM MENTHAE PIPERITAE


Nama Lain : Minyak permen, pepermin oil
Nama Tanaman Asal : Mentha piperita (L.)
Keluarga : Lamiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Menthol, metilasetat
Persyaratan Kadar : Kadar ester dihitung sebagai metal
asetat tidak kurang dari 4 % dan
tidak lebih dari 9 %, kadar mentol
bebas tidak kurang dari 45 %
Penggunaan : Karminativa, stimulansia, sebagai
obat mulas
Sedian :
1. Aqua Menthae piperitae (FI)
2. Aluminii Hydroxydi Compressi ( Form. Nas )
3. Balsamum album ( Form. Nas )
4. Ferro Tonicum Solutio ( Form. Nas )
5. Potio alba ( Form. Nas )

57
6. Thymoli Solutio aromatika ( Form. Nas )
7. Zinci Chloridi Gargarisma ( Form. Nas )
Pemerian : Cairan tidak berwarna, kuning
pucat atau kuning kehijauan, bau
aromatik, rasa pedas kemudian
dingin
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh
dengan penyulingan air pucuk
berbunga segar, jika perlu
dimurnikan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi
penuh, terlindung dari cahaya.

21. OLEUM MYRISTICAE


Nama Lain : Minyak pala, Nutmeg oil
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt)
Keluarga : Myristicaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi: Miristin, egenol, asam miristinat
bebas atau sebagai ester
Penggunaan : Karminativa, stimulansia lambung
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau
berwarna kuning pucat bau dan
rasa khas khas seperti pala
Cara memperoleh : Penyulingan inti biji yang
dikeringkan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi
penuh, terlindung dari cahaya.

22. OLEUM MYRISTICAE EXPRESSUM


Nama Lain : Lemak pala, Oleum Nucistae,
Nutmeg butter
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt)
Keluarga : Myristicaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserida trimiristinat, trioleat
Gliserida asam serotinat, asam
asetat, miristisin zat yang tak

58
tersabunkan, minyak atsiri yang
berisi egenol
Penggunaan : Obat gosok, stimulansia luar
Pemerian : Masa padat berupa lemak, tidak
homogen, warna kuning, kuning
kemerahan hingga coklat, merah
kotor hingga bercak-bercak putih
seperti pala. Pada suhu kamar
mudah dijadikan butir-butir kasar
Cara memperoleh : Lemak diperoleh dengan
pemerasan panas biji yang telah
dibuang selaput dan kulit bijinya.
Merupakan campuran minyak
lemak dan minyak atsiri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh, terlindung dari cahaya.

23. OLEUM OLIVAE


Nama Lain : Minyak zaitun, olivae oil, sweet oil
Nama Tanaman Asal : Olea europea (L.)
Keluarga : Oleaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Trigliserida dari asam oleat dan
asam palmitat, gliserida asam
linoleat, bagian yang tak
tersabunkan berupa fitosterol dan
hidrokarbon skualen
Penggunaan : Bahan makanan, pencahar lemah
Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau lemah tidak tengik,
rasa khas warna hijau oleh adanya
klorofil. Pada suhu rendah
sebagian atau seluruhnya
membeku
Cara memperoleh : Minyak lemak yang diperoleh
dengan pemerasan biji masak, jika
perlu dimurnikan

59
Keterangan : Mutu minyak terbaik diperoleh
dari buah yang tua tetapi belum masak benar dan terus diperas
supaya menghasilkan Virgin oil. Untuk makanan yang cukup
dibuat dari buah yang masak. Mutu yang rendah diperoleh dari
buah-buah yang mengalami fermentasi karena ditumpuk-
tumpuk, dipakai untuk membuat sabun peistor salep dan
sediaan lainnya.
Jenis dan perbedaan:
Varietas longifolia : diperkebunkan di Italia dan Perancis
Varietas latifolia : Diperkebunkan di Spanyol (Buah lebih
besar, tetapi kadar minyak lebih sedikit )
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

24. OLEUM POGOSTEMONI


Nama Lain : Minyak nilam
Nama Tanaman Asal : Pogostemon cablin (Blnco. Benth)
Keluarga : Lamiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Seskui terpen-terpen (40-45 %),
sinamilaldehida, egenol dan azulen
Penggunaan : Zat tambahan, bahan pewangi.
Pemerian : Cairan warna kekuningan,
kehijauan sampai coklat, bau khas
sangat harum dan sukar hilang
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh
dengan penyulingan uap daun dan
batang yang telah diperas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

25. OLEUM RICINI


Nama Lain : Minyak jarak, Castor oil
Nama Tanaman Asal : Ricinus communis
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserida dari asam risinoleat,
glisida asam oleat, asam linoleat,
asam-asam jenuh lainnya

60
Penggunaan : Pencahar ( hati-hati pada wanita
yang sedang hamil atau sedang
haid ). Jangan dicampur dengan
obat cacing yang dapat larut dalam
minyak, hair tonic.
Pemerian : Cairan kental, jernih, warna kuning
pucat manis kemudian agak pedas,
umumnya memualkan
Sediaan : Oleum Ricini aromaticum
(Form. Nas.)
Cara memperoleh : Minyak lemak yang diperoleh
dengan pemerasan dingin biji yang
sedang dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh

26. OLEUM ROSAE


Nama Lain : Minyak mawar, Rose oil
Nama Tanaman Asal : Rosa gallica (L.), Rosa damascena
(Niler), Rosa alba (L.), Rosa
centifolia (L.) dan varietas Rosa
lainnya
Keluarga : Rosaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Geraniol, paraffin, nerol, egenol
Penggunaan : Bahan pewangi
Sediaan : Kummerfeldi Lotio ( Form. Nas )
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau
berwarna kuning, bau aromatik
seperti bunga mawar, rasa khas.
Pada suhu 25 kental, jika
didinginkan perlahan - lahan
berubah menjadi massa hablur,
jika dipanaskan mudah melebur
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan uap bunga segar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

61
27. OLEUM SESAMI
Nama Lain : Minyak wijen, sesame oil
Nama Tanaman Asal : Sesamum indicum ( L. )
Keluarga : Pedaliaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserida dari asam oleat, asam
linoleat, asam palmitat, asam
stearat, asam miristinat

Sediaan : Ammoniae Linimentum,


Gammexani Cremor
Pemerian : Cairan warna kuning pucat, bau
lemah, rasa tawar, pada suhu 0o C
tidak membeku
Cara memperoleh : Minyak lemah diperoleh dari
pemerasan biji
Keterangan : Senyawa sesamolin yang
dengan asam menjadi sesamol yang berwarna merah
kersen dan ini merupakan ciri khusus minyak wijen

28. OLEUM SHOREAE


Nama Lain : Minyak tengkawang, Borneo talk
Nama Tanaman Asal : Shorea stenoptera ( Burok )
Keluarga : Dipterocarpaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi: Gliserida oleodistearat, oleo
dipalmitat dan tristearat, asam
lemak bebas
Penggunaan : Bahan kosmetika dan suppositoria
Pemerian : Massa padat lebih keras dari lemak
coklat. Warna putih kekuningan atau putih kehijauan, bau
lemah dan mirip lemak coklat. Bidang patahan berbutir-butir
dan diliputi jarum-jarum asam stearat, rapuh pada suhu kamar

62
Cara memperoleh : Minyak lemak diperoleh dengan
pemerasan panas keeping biji
kering atau segar

29. OLEUM VETIVERIAE


Nama Lain : Minyak Akarwangi
Nama Tanaman Asal : Vetiveria zizanoides
Keluarga : Poaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Vetiveron, Vetiverol, Vetivenil
vetivenat dan vetiven
Penggunaan : Zat tambahan, bahan pewangi
Pemerian : Minyak cair kental, warna coklat
kemerahan, bau khas aromatik
kuat
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan uap akar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh, terlindung dari cahaya.

63
ILMU GALENICA

A. Pendahuluan
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani
yaitu Claudius Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-
obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah
ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika.
Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang
pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan
dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai
berikut :
• Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi
simplisia atau bahan obat nabati.
• Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di
dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.
Tujuan dibuatnya sediaan galenik :
1. untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia
dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
2. membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam
penyimpanan yang lama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik


1. Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau
tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.
Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus,
dan sebaliknya.

2. Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan
tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami
kesulitan dalam pembuatan.

64
3. Suhu dan lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau
tidak, mudah tersari atau tidak.

4. Bahan penyari dan cara penyari


Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan
daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

Bentuk-bentuk sediaan galenik


1. Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
2. Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia
(minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak)
3. Syrup.

B. Penarikan (Extraction)
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari
bahan asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam
keadaan (khasiatnya) tidak berubah.
Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat
dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut.
Cairan penarik yang dipergunakan disebut menstrum, ampasnya
disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan disebut Macerate
Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang
mengandung zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan
tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebut antara lain alkaloida,
glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak. Disamping itu
terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein,
pectin, selulosa yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam
cairan pelarut tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan
dalam extractio.
Tujuan utama extractio adalah :untuk mendapatkan zat-zat
berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak
berfaedah, supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal.
Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab
pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang

65
memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentu
yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan
pengolahannya.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan,
suhu penarikan untuk :
Maserasi : 15 – 25 0C
Digerasi : 35 – 45 0C
Infundasi : 90 – 98 0C
Memasak : suhu mendidih

Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat,


simplisia perlu diolah terlebih dahulu, Misalnya mengawal
lemakkannya seperti: Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan
zat pahitnya seperti : Lichen islandicus.
Supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak tidak ikut
tertarik bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.

Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :

1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan


berkhasiatnya mudah larut, sedangkan yang tidak berguna
sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.

2. Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan


berkhasiat terbanyak larutnya.

3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu


dimana bahan berkhasiat dari sipmlisia lebih banyak larutnya,
sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.

4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara


tertentu baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia.

Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah


satu cara penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas dan

66
memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan
menghasilkan sebuah preparat galenik yang dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan,
kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang
kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di maserer dalam batas
waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat
halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya,
sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih
cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses
osmose).

C. Cairan - Cairan Penarik


Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus
diperhitungkan betul-betul dengan memperhatikan beberapa faktor,
antara lain :
1. Kelarutan zat-zat dalam menstrum
2. Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak
atau akibat-akibat yang tidak dikehendaki (perubahan warna,
pengendapan, hidrolisa)
3. Harga yang murah
4. Jenis preparat yang akan dibuat

Macam – macam cairan penyari :

1. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang
luas, pada suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-
macam zat misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam
tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.
Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan
pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber
dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik
dimana zat-zat tersebut meripakan makanan yang baik untuk jamur
atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia
sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penarikan pada
perkolasi.

67
2. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya
pelarut yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak
atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol
juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian
dan menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri.
Sehingga disamping sebagai cairan penyari juga berguna
sebagai pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum)
lebih baik dari pada air sendiri.

3. Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan
menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung zat samak.
Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil
oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin.
Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan
ekstrak-ekstrak kering.

4. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat
untuk pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang
nantinya disimpan lama.

5. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak
tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-
minyak. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari
simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan,
sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya
strychni, secale cornutum.

6. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut
yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar.
Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai
misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI)

68
7. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek
farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida,
damar, minyak lemak dan minyak atsiri.

D. Cara – Cara Penarikan

1. Maserasi
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara
merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu
biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Maserasi juga merupakan
proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.

2. Digerasi
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan
cairan penyari pada suhu 35o – 45o. Cara ini sekarang sudah
jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat
tertentu juga pada suhu tersebut beberapa simplisia menjadi
rusak.

3. Perkolasi
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang
disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam
cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan
tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai
alat soxhlet.

Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi ialah :


1. mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya.

69
2. melembabkan dengan cara penyari : maserasi I
3. jenis perkolator yang dipergunakan dan memper-
siapkannya
4. cara memasukkannya ke dalam perkolator dan lamanya di
maserer dalam perkolator : maserasi II
5. pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu
yang ditetapkan.

A. Perkolasi Biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya
direndam dengan cairan penyari, masukkan kedalam
perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat tertentu.
Untuk pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian
tertentu, untuk ekstrak cair disari sampai tersari sempurna.
Perkolasi umumnya digunakan untuk pengambilan sari zat-zat
yang berkhasiat keras.
Gambar Perkolator :

perkolator perkolasi biasa perkolasi kontinyu

B. Perkolasi Bertingkat / Reperkolasi


Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi
dipakai beberapa perkolator. Dengan sendirinya simplisia di
bagi-bagi dalam beberapa porsi dan ditarik tersendiri dalam

70
tiap perkolator. Biasanya simplisia dibagi dalam tiga bagian
dalam tiga perkolator, perkolat-perkolat dari tiap perkolator
diambil dalam jumlah yang sudah ditetapkan dan nantinya
dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi
berikutnya pada perkolator yang kedua dan ketiga.

Cara Kerjanya :
▪ Isi perkolator pertama–tama dilembabkan, dan ditarik
seperti cara memperkoler biasa, tetapi perkolatnya
ditentukan dalam beberapa bagian dan jumlah volume
tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc,
300 cc bagian yang pertama perkolat A (200 cc) adalah
sebagian sediaan yang diminta dan perkolat selanjutnya
disebut susulan pertama.
▪ Perkolator kedua dilembabkan simplisianya dengan perkolat
A (susulan pertama), akan diperoleh perkolat-perkolat
dalam jumlah-jumlah dan volume tertentu, dengan catatan
perkolat ini nantinya terdapat 300 cc, 200 cc, 200 cc, 200
cc, 200 cc, 200 cc, bagian pertama perkolat (300 cc) adalah
sebagian dari sediaan.
▪ Perkolator ketiga diolah seperti kedua, dengan perkolator B
bagian kedua 200 cc dan seterusnya sampai terdapat
nantinya sebanyak 500 cc, terlihat disini bahwa perkolat A
bagian pertama, lebih kecil volumenya dari perkolat B
bagian pertama, tetapi sebaliknya perkolat A bagian-bagian
berikutnya lebih besar volumenya dari perkolat-perkolat B.
Hasilnya ialah:
- perkolat A pertama 200 cc
- perkolat B pertama 300 cc jumlah 1000 cc
- perkolat C pertama 500 cc

Keuntungan pertama pada reperkolasi ialah preparat


yang terdapat dalam bentuk pekat dan berarti penghematan
menstrum. Tetapi reperkolasi ini tidak dapat dipergunakan
untuk ekstraksi sampai habis. Secara resmi reperkolasi
dipergunakan hanya untuk pembuatan ekstrak-ekstrak cair

71
yang simplisianya mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan
atau rusak oleh pemanasan.

C. Perkolasi Dengan Tekanan


Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus yang
sangat kecil sehingga cara perkolasi biasa tidak dapat
dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat penghisap supaya
perkolat dapat turun ke bawah.Alat tersebut dinamakan
diacolator.

E. Tingtur (Tinctura)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau
perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan
senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing – masing
monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan
20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras.

Cara Pembuatan

1. Maserasi , kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :


• Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang
cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian
cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya sambil sering di aduk, serkai, peras, cuci ampas
dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100
bagian.

• Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk


terlindung dari cahaya, selama 2 hari, enap, tuangkan atau
saring.

2. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikut :


• Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan
derajat halus yang cocok dengan 2,5 – 5 bagian cairan
penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-

72
kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke
dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi
dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan
penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
• Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya
sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas
simplisia hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
• Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat,
tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diproleh 100
bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2
hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya. Enap, tuang atau
saring.

Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah


diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga
memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari
secukupnya.

Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.

Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang


mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada
umumnya cairan penyari adalah etanol 70%.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura,
Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan.

Pembagian Tinctur
1. Menurut Cara Pembuatan
A. Tingtur Asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.

73
Contoh :
Tingtur yang dibuat secara maserasi
1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
7. Dan lain-lain

Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh :


1. Belladonae Tinctura FI III
2. Cinnamomi Tinctura FI III
3. Digitalis Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Strychnini Tinctura FI II
6. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
7. Dan lain-lain

B. Tingtur Tidak Asli (Palsu)


Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan
dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
Contoh :
1. Iodii Tinctura FI III
2. Secalis Cornuti Tinctura FI III

2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan


penyari)
A. Tingtur Keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia
yang berkhasiat keras. Contoh :
1. Belladonae Tinctura FI III
2. Digitalis Tinctura FI III
3. Opii Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II

74
5. Stramonii Tinctura FI II
6. Strychnin Tinctura FI II
7. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974

B. Tingtur Lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia
yang tidak berkhasiat keras. Contoh :
1. Cinnamomi Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
4. Myrrhae Tinctura FI II

3. Berdasarkan Cairan Penariknya


a. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether
atau campuran aether dengan aethanol. Contoh : Tingtura
Valerianae Aetherea.

b. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah


campuran anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura Rhei
Vinosa (Vinum Rhei).

c. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai


sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat.
Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.

d. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air,


contoh : Tinctura Rhei Aquosa.

e. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari


jika penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain
aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur
tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh : Tinctura
Chinae Composita.

75
Contoh Sediaan Tinctura

1. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk
agak kasar (22/60) dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan
dengan etanol 70% hingga memenuhi syarat.

2. Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (18/34) akar
ipeka dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.

3. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah
diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang telah
dimemarkan dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7
hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.

4. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian irisan halus herba
poligala dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100
bagian tingtur.

5. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania
dengan etanol 60 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.

6. Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba
Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian
tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan

76
etanol 70%, hingga memenuhi persyaratan kadar, biarkan
selama tidak kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1
tahun sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera
tanggal pembuatan.

7. Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji
strichni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak
tanah, yang menggunakan pelarut penyari etanol 70 % hingga
diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar strichnina, jika
perlu dengan etanol 70% secukupnya hingga memenuhi
persyaratan kadar.

8. Tingtur Kemenyan ( Benzoes Tinctura)


Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100
bagian etanol 90 %, saring.

9. Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)Cara pembuatan : perkolasi


10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia dengan etanol 70%
secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira
dengan etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)


Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah
dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer, hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.

12. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan
campuran 9 bagian etanol 95 % dan 1 bagian air selama 3 jam.
Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.

77
13. Tingtur Beladon (Belladonnae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan
etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer
hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak kurang dari 24
jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1
tahun sejak tanggal pembuatan

14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit
kayu manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.

15. Tingtur Digitalis ( Digitalis Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan
etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
potensi atur potensi jika perlu encerkan dengan etanol 70 %
hingga memenuhi syarat.

16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)


Cara pembuatan : Larutkan Iodum 1,8 – 2,2 %, Natriun Iodida
2,1 – 2,6 % dalam etanol encer.

17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)


Cara pembuatan : maserasi 10 bagian serbuk opium dengan
etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
kadar dan atur hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan
dengan etanol 70 % secukupnya.

18. Tingtur Opium wangi (Opii Tinctura Aromatica)


Cara pembuatan : maserasi campuran 1 bagian kulit kayu
manis serbuk (22/60), 1 bagian serbuk (22/60) cengkeh dan 12

78
bagian serbuk opium dengan campuran etanol 90 % dan air
volume sama banyak hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan : Campur 1 bagian ekstrak sekale kornutum
dengan 9 bagian etanol encer.

20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar
valerian dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.

F. Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok
diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran
etanol dan air

Cara Pembuatan

Penyarian :
• Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara
maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih.
• Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan
cara maserasi atau perkolasi.
• Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.

1. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur,
suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu
tidak leih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.

2. Perkolasi

79
• Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura.
Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam
biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari
hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan
tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan
dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C
hingga konsistensi yang dikehendaki
• Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama
dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0,2
bagian campur dengan perkolat pertama.
• Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga
dilakukan dengan cara reperkolasi tanpa menggunakan
panas.
• Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera
pada suhu kurang lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan
serkaian pada takanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50
0
C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang
digunakan.
• Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan
pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C
hingga konsentrasi yang dikehendaki.
• Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
• Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau
diupkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari
50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.

Contoh – Contoh Ekstrak


1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon
(85/100) dengan campuran etanol encer dan larutan dalam air
asam asetat 2% v/v volume sama sehingga alkaloida tersari
sempurna yang diperiksa dengan cara sebagai berikut :
cok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml perkolat. Uapkan
2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes H2SO4 encer,

80
kemudian tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan kalium
tetraiodida hidrargyrat (II) tidak terjadi kekeruhan. Suling
etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam.
Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air.
Uapkan filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam
persediaan dalam bentuk serbuk kering yang dibuat sebagai
berikut :
rus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada suhu
tidak lebih dari 30 0C, tambahkan sejumlah pati beras atau
laktosa hingga tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah berisi zat
pengering.

2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)


Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae
Extractum yang dibuat dari serbuk hiosiamin
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam
bentuk serbuk yang dibuat sebagai berikut :
rus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu tidak
lebih dari 80 0C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering
hingga tapat 3 bagian. Simpan dalam wadah berisi zat
pengering.

3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)


Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih
kemudian diuapkan hingga kering.

4. Ekstrak Timi (Thymi Extractum)


Cara pembuatan :
• campurkan 500 bagian serbuk (85/100) herba timi dengan
campuran 125 bagian air, 50 bagian gliserol dan 75 bagian
etanol (90%). Biarkan campuran selama 24 jam dalam
sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam perkolator,
perkolasi dengan campuran yang terdiri dari 1 bagian etanol

81
(90%) dan 3 bagian air q.s. hingga diperoleh 175 bagian
cairan, simpan cairan ini sebagai perkolat I
• lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di
atas, sehingga diperoleh 1500 bagian yang dinyatakan
sebagai susulan I. Larutkan 30 bagian gliserol dalam 130
bagian susulan I yang mula-mula keluar, campurkan larutan
ini dengan 325 bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan
campuran selama 24 jam dalam sebuah bejana tertutup,
pindahkan ke dalam sebuah perkolator, perkolasi dengan
sisa susulan I. Pisahkan 325 bagian cairan mula-mula keluar
yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi II. Hasil perkolasi
selanjutnya dinyatakan sebagai susulan II.
• Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susulan II
yang mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 175
bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran selam
24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam
perkolator, perkolasi dengan sisa susulan II q.s. hingga
diperoleh campuran 500 bagian campuran yang dinyatakan
sebagai hasil perkolasi III. Campur hasil perkolasi I, II
dan III.

5. Ekstrak Strichi (Strychni Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi serbuk biji strichni (24/34) yang
telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, dengan
penyari etanol 70% v/v sampai sisa penguapan dari 2 tetes
perkolat terakhir dengan penambahan 2 tetes asam nitrat tidak
berwarna merah. Uapkan perkolat menurut cara yang tertera
pada ekstrakta hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar
strichnina dan jika perlu tambahkan laktosa hingga memenuhi
persyaratan kadar.

6. Ekstrak Pulepandak (Rouwolfiae Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi 1800 bagian serbuk (8/24) akar
pule pandak dengan etanol 90% v/v hingga alkaloida tersari
sempurna, suling etanol pada tekanan rendah pada suhu tidak
lebih dari 70 0C hingga diperoleh ekstrak lembek. Tambahkan

82
50 bagian pati kering, lanjutkan penguapan hingga diperoleh
ekstrak kering. Tetapkan kadar elkaloidanya hingga memenuhi
syarat kadar. Ayak melalui pengayak no 12.

7. Ekstrak Kelembak (Rhei Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan
campuran yang terdiri dari etanol 90% dan air volume sama,
hingga perkolat terakhir hampir tidak berwarna, uapkan
perkolat hingga diperoleh ekstrak kering.

8. Ekstrak Stramonium (Stramonium Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi 1000 g serbuk (8/24) herba
stramonium dengan etanol 45%. Pisahkan 850 ml perkolat
pertama, teruskan perkolasi hingga penyarian sempurna.
Suling etanol dari perkolat sisa hingga menjadi ekstrak kental,
larutkan ekstrak dalam perkolat pertama. Tetapkan kadar
alkaloidanya, jika perlu tambahkan etanol 45% q.s. hingga
memenuhi persyaratan kadar. Biarkan selama tidak kurang dari
24 jam, jika perlu saring.

9. Ekstrak Frangulae (frangulae extractum)


Cara pembuatan : pada 100 bagian serbuk (33/36) kulit
frangula, tuangkan air mendidih, biarkan selama 12 jam, peras.
Pada sisa tambahkan 300 bagian air mendidih, biarkan selama
6 jam, peras lagi. Kumpulkan sari, biarkan mengendap, serkai,
uapkan serkaian hingga diperoleh ekstrak kering.

10. Ekstrak Jadam (Aloes Extractum)


Cara pembuatan : tuangi 100 bagian jadam dengan 500 bagian
air mendidih, tuangkan campuran sambil diaduk ke dalam 500
bagian air, biarkan di tempat sejuk selam 24 jam, serkai,
uapkan serkaian hingga kering.

11. Ekstrak Kecambah (Malti Extractum)


Cara pembuatan : panaskan campuran kecambah yang telah
dimemarkan dengan air panas 3 kali bobot kecambah selama 3

83
jam. Biarkan mengenap, pisahkan cairan, sari sisa dengan air
panas. Campuran sari dipanaskan pada suhu kurang lebih
90 0C selama 1 jam, kemudian aupkan hingga diperoleh massa
kental.

12. Ekstrak Hati (Hepatis Extractum)


Cara pembuatan : giling hati sapi segar dengan penggiling
daging yang berlubang 3 mm, maserasi 1000 bagian dengan
campuran 1500 bagian volume air dan 2 bagian volume HCl 4
N selama 12 jam, sambil berulang-ulang diaduk. Hangatkan
hingga suhu 80 0C serkai dan peras. Uapkan serkaian di atas
penangas air hingga 100 bagian, dinginkan,campur dengan 150
bagian volume etanol, kocok selama 10 menit,saring. Suling
etanol, uapkan sisa hingga 30 bagian volume, kocok dengan
300 bagian volume etanol selama 10 menit, biarkan selama 12
jam. Tuangkan etanol, larutkan sisa dalam air secukupnya
hingga 135 bagian volume, tambahkan 15 bagian volume
tingtur kayu manis.

13. Ekstrak Kina (Cinchonae Extractum)


Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk (34/40) kulit
kina dengan 50 bagian campuran 35 bagian HCl encer p, 20
bagian gliserol p, 45 bagian air selama 24 jam, pindahkan ke
dalam perkolator. Perkolasi mula-mula dengan 50 bagian sisa
campuran di atas yang diencerkan dengan 450 bagian air,
kemudian dengan air secukupnya hingga 2 tetes perkolat
terakhir jika di tambah 8 tetes larutan Na2CO3 p tidak keruh.
Uapkan segera perkolat hingga diperoleh 90 bagian, dinginkan,
tambahkan 100 bagian etanol. Ekstrak ini berkadar 6 – 8 %
alkaloida.

14. Ekstrak Kola (Colae Extractum)


Cara pembuatan : Perkolasi, serbuk (24/34) biji kola dengan
campuran 60 bagian etanol 90% dan 40 bagian volume air
hingga perkolat hampir tidak berasa dan tidak berwarna,
kemudian buatlah ekstrak cair.

84
15. Ekstrak Opium (Opii Extractum)
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telah
dipotong tipis dengan 500 bagian air selama 24 jam sambil
berulang-ulang di aduk, peras, campur dengan maserat I.
Uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring.
Uapkan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar
morfinanya, atur kadar dengan laktosa atau ekstrak opium
kering lain hingga memenuhi persyaratan kadar. Ekstrak ini
mempunyai kadar morphin 20 %.

G. Infus (Infusa)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
nabati dengan air pada suhu 90 0C selama 15 menit.

Cara Pembuatan
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam
panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 90 0C sambil sekali-sekali di
aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus :


1. Jumlah simplisia
2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstra air
4. Cara menyerkai
5. Penambahan bahan-bahan lain
• untuk menambah kelarutan
• untuk menambah kestabilan
• untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain.

85
1. Jumlah Simplisia
• Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan
bahan berkhasiat keras di buat dengan menggunakan 10 %
simplisia.
• Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini,
untuk membuat 100 bagian infus, digunakan sejumlah
simplisia seperti tersebut di bawah ini :

Kulit kina 6 bagian


Daun digitalis 0,5 bagian
Akar ipeka 0,5 bagian
Daun kumis kucing 0,5 bagian
Sekale kornutum 3 bagian
Daun sena 4 bagian
Temulawak 4 bagian

2. Derajat Halus Simplisia


Yang digunakan untuk infus harus mempunyai deajat halus
sebagai berikut :
Serbuk (5/8) Akar manis, daun kumis kucing,
daun sirih, daun sena
Serbuk (8/10) Dringo, kelembak
Serbuk (10/22) Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60) Kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum
Serbuk (85/120) Daun digitalis

3. Banyaknya Air Ekstra


Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan
penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini
perlu karena simplisia yang kita gunakan pada umumnya
dalam keadaan kering.

86
4. Cara Menyerkai
• Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus
simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah
dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia
lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas.
• Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat
berkhasiatnya larut dalam keadaan panas, akan mengendap
dalam keadaan dingin.
• Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus
daun sena mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit
perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air
dingin.
• Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan
diremas dengan air hingga massa seperti bubur.
• Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah
dahulu.
• Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya,
hendaknya diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar
yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan bahan
yang sama.

5. Penambahan Bahan-Bahan Lain


Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10%
dari bobot bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus
simplisia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan
Natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.

H. Air Aromatik (Aqua Aromatica)


Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang
beraroma dalam air. Diantara air aromatika, ada yang mempunyai

87
daya terapi yang lemah, tetapi terutama digunakan untuk memberi
aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet.

Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang


menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak
berwarna dan tidak berlendir.

Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-
masing monografi dalam 60 ml etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml
sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak


atsiri dalam air. Talc berguna untuk membantu terdistribusinya
minyak dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran
sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku
lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari
pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil
minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping
pembuatan minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah
pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup
rapat yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam.
Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau
dan rasa tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri
asal.
Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat
sebelum digunakan.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk.
Khasiat : zat tambahan.

88
Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu :
1. Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air.
Aqua foeniculi dibuat dengan melarutkan 4 g oleum foeniculi
dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air sampai 100 ml sambil
dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan,
saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air.
Pemerian, penyimpanan sama seperti aqua aromatik.
Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum
digunakan harus disaring lebih dahulu.

2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh


minyak permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang
tertera pada aqua aromatika dengan menggunakan 2 g minyak
permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti
aqua aromatik.

3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar


dalam air. Cara pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam
20 ml etanol, saring. Pada filtrat tambahkan air secukupnya
hingga 5000 ml, saring.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti
aqua aromatika.

Khusus untuk aqua foeniculi jangan disimpan ditempat sejuk


karena etanol akan menghablur, jadi disimpan pada suhu kamar,
kalau keruh kocok dulu sebelum digunakan. Aqua foeniculi bila
menghablur harus dipanaskan pada suhu 25 0C dan kemudian
dikocok kuat-kuat, sebelum digunakan harus disaring.

I. Minyak Lemak (Olea Pinguia)


Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi
dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku tinggi).

89
Cara-cara mendapatkan minyak lemak
1. diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum
olivae, oleum ricini
2. diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum cocos
Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :
1. harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat
sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau
tengik.
2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan
dalam CHCl3, Eter dan Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa
dan minyak-minyak asing lainnya, senyawa belerang dan
logam berat.

Cara identifikasi minyak lemak :


Pada kertas meninggalkan noda lemak

Penggunaan minyak lemak :


1. Sebagai zat tambahan
2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio
dan lain-lain, anti racun, untuk racun yang tidak larut dalam
lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi pencahar
atau emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka
dalam bentuk terlarut absorpsi dipercepat.
3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai
pencahar.

Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :


1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini,
oleum ricini.
2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum
arachidis, oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum
sesami.

Penyimpanan minyak lemak :

90
Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.

Contoh-contoh minyak lemak :


1. Minyak kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh
dengan pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah
dikupas.

2. Minyak coklat = Oleum Cacao


alah lemak padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao
L yang telah dikupas dan dipanggang.

3. Minyak kelapa = Oleum Cocos.


Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan
panas endosperm cocos nucipera L yang telah di keringkan.

4. Minyak ikan = Oleum Iecoris Aselli


Adalah minyak lemak yang di peroleh dari hati segar Gadus
calarias L dan species gadus lainnya, dimurnikan dengan
penyaringan pada suhu 0 0C.
Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 SI tiap gram, potensi
vitamin D tidak kurang dari 80 SI tiap gram.

5. Minyak Lini = Oleum Lini


Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji
masak Linum usitatissinum L

6. Minyak zaitun = Oleum olivae


alah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan dingin biji masak olea
europeae L Jika perlu di murnikan.

7. Minyak jarak=Oleum ricini

91
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan
dingin biji Ricinus communis L yang telah di kupas.

8. Minyak Wijen = Oleum sesami


Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji
Sesamum indicum L.
9. Minyak Kelapa Murni = Oleum Cocos purum
Adalah minyak lemak yang dimurnikan dengan penyulingan
bertingkat ,diperoleh dari endosperma Cocos nucifera yang
telah dikeringkan.

10. Minyak Tengkawang = Oleum Shoreae


Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan
panas keping biji Shorea stenoptera Burck yang segar atau
kering atau dari biji spesies shorea yang lain.

11. Minyak Kaulmogra = Minyak Hidnokarpi


= Oleum Hydnocarpi
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan
dingin biji dari buah masak segar Hidnocarpus wightraria
Blume, spesies Hydnocarpus lain dan Taraktogenus kurzii
King.

12. Minyak Jagung = Oleum Maydis


Adalah minyak lemak yang diperoleh dari embrio Zea mays L,
kemudian dimurnikan.

13. Minyak Pala = Oleum Myristicae expressum


Adalah campuran minyak lemak dan minyak atsiri, diperoleh
dengan pemerasan panas biji Myristica fragrans Houtt, yang
telah dibuang selaput biji dan kulit bijinya.

J. Minyak Atsiri (Olea Volatilia)


Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak
terbang. Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras

92
yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara penyulingan atau
perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah,
buah atau dibuat secara sintetis.

Sifat-sifat minyak atsiri :


1. mudah menguap
2. rasa yang tajam
3. wangi yang khas
4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.

Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat


asing dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih
(Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yang
ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl
dan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat
terjadi karena adanya penguraian.

Pemerian :
• Cairan jernih
• Bau seperti bau bagian tanaman asal.
• Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh,
terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.

Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh
dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume
sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.

Cara-cara memperoleh minyak atsiri :

93
A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat
dikatakan primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk
minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk
minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri
yang tidak tahan pemanasan. Contoh : minyak jeruk

B. Cara penyulingan ( destilasi).


Ada 2:
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah
bejana di atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air.
Uap air yang naik melalui lubang dan melalui sebuah
pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di
tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah
bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang akan
menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas
jumlahnya.

2. Cara tidak langsung ( destilasi uap)


Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah
bejana dan di tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap
air yang berasal dari bejana lain. Cara ini dapat digunakan
untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan
bakal yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.

Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan


terdapat dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika
Bj minyak atsiri > Bj air maka minyak atsiri berada di bawah
dan sebaliknya.
Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa
air dapat di keringkan dengan menggunakan zat - zat
pengering, contoh: Na2SO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya
sisa air tersebut minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik.

94
Bila lapisan minyak atsiri dan air sukar dipisahkan dapat di
tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya

3. Cara Enfleurage
• Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun
bunga yang digunakan untuk kosmetik. Daun bunga
disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi
dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama,
tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh:bunga
melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti
dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak
itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya
lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
• Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam
alkohol absolut, minyak atsiri akan larut, sedangkan
lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat
dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada
dalam alkohol disuling secara vacum (dengan alat
evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan
alkohol fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan
membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan
kandungan minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan
pemanasan.

Syarat – syarat minyak atsiri


1. Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah
pemanasan.Kejernihan dapat dibuktikan dengan cara
meneteskan 1 tetes minyak atsiri keatas permukaan air,
permukaan air tidak keruh.Minyak menguap umumnya tidak
berwarna, hanya beberapa yang sesui dengan warna aslinya.

95
Oleum bergamottae berwarna hijau karena klorofilnya terlarut
kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau karena senyawa
tembaga dari alat penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak
atsiri akan berwarna kuning atau kuning kecoklatan karena
sudah terurai atau teroksidasi.
2. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.
3. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas
minyak lemak. Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan
keatas kertas perkamen tidak meninggalkan noda transparan.
4. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi
sehingga minyak akan berwarna. Kekeringan dibuktikan
dengan cara mengocok sejumlah minyak atsiri dengan larutan
Natrium Klorida jenuh vbolume sama, biarkan memisah,
volume air tidak boleh bertambah.
5. Bau dan rasa seperti simplisia.
Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak
atsiri dengan 10 ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur
satu tetes minyak atsiri dengan 2 gram gula.

Contoh-contoh minyak atsiri :


1. Oleum foeniculi (minyak adas)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris Mill
varietas  vulgare dan -dulce.

2. Oleum Anisi (minyak adas manis)


Cara pembuatan :

96
Penyulingan uap buah kering Illicium verum Hook dan buah
kering Pimpenilla anisum L (fam : Magnoliaceae)

3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)


Cara pembuatan :
Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari
tanaman Eugenia caryophyllata.

4. Oleum Citri (minyak jeruk)


Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah bagian luar yang masih segar)
dari tanaman Citrus lemon.

5. Oleum Aurantii (minyak jeruk manis)


Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah luar yang segar dan masak)
dari tanamam Citrus sinensis.

6. Oleum Eucalypti (minyak kayu putih)


Adalah minyak atsiri yang mengandung sineol 50-60%.
Diperoleh dengan destilasi uap dari daun segar, ujung cabang
segar dari berbagai spesies Eucalyptus atau spesies yang
diinginkan (E. globulus, E. futicerutum, E. polybractea, E.
Smithii).

97
7. Oleum Menthae piperitae (minyak permen)
Adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dari
bagian di atas tanah tanaman berbunga Mentha piperita yang
segar dan telah dimurnikan.

8. Oleum Cinnamommi ( minyak kayu manis)


Pembuatan : Penyukingan uap kulit batang dan kulit cabang
Cinnamomum zeylanicum Blume.

9. Oleum Citronellae ( minyak sereh)


Pembuatan : Penyulingan uap daun Cymbopogon Nardus.

10. Oleum Rosae ( minyak mawar)


Pembuatan : Penyulingan uap bunga segar Rosa Galica Alba.

K. Syrup (Sirupi)
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66%.

Cara pembuatan sirup :


Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu
didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya
hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi,
serkai.

98
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan
dapat dibuat dari :
1. aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a. maserat misalnya sirupus Rhei
b. perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. colatura misalnya sirupus Senae
d. sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya :
methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan nama
patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .

• pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung


glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10%
bobot simplisia.

• Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk


persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau
pengawet lain yang cocok.

• Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 %


sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila
lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.

• Bj sirup kira-kira 1,3

• Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah


menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi
asam inversi dapat terjadi lebih cepat.

• Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan


menyebabkan terjadinya gula invert.

• Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian


sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.

99
• Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer
sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk
karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.

• Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup


tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.

• Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat


tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat
pula ditumbuhi jamur.

• Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat


ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.

• Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya


dalam pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.
Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang
mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan
memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.

• Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap


maka sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam
botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan
Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk
cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.

• Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup


yang jernih.

Ada beberapa cara menjernihkan sirup :

100
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup .
Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal
karena panas.
2 Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring
kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.

Cara memasukkan sirup ke dalam botol.


Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet
(tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering.
Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya
cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena
sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat
dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat
gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang
menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30
menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang
panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang
cocok.

Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik
adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi
sebagai :
1. Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
2. Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex
Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii
Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi
idaei

101
3. Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup
karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan
bakteri.

Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk.

Penetapan kadar sakarosa


• Timbang seksama + 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml,
tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan Aluminium hidroksida
p. Tambahkan larutan timbal ( II ) sub asetat p tetes demi tetes
hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
• Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10
ml filtrat pertama. Masukkan + 45,0 ml filtrat kedalam labu
tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam
klorida p dan 21 bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml.
Panaskan labu dalam tangas air pada suhu antara 68 o dan 70 oC
selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih
kurang 20 oC.
• Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih
dari 100 mg arang penyerap.
• Ukur rotasi optik larutan yang belum di inversi dan sesudah
inversi menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur
yang sama antara 10 o dan 25 o C. Hitung kadar dalam %,
C12H22O11 dengan rumus :

C = 300 x ( 1 - 2 )
( 144 - 0,5 t )

C = Kadar sacharosa dalam %


1 = rotasi optik larutan yang belum di inversi
2 = rotasi optik larutan yang sudah di inversi
t = suhu pengukuran

102
Contoh-contoh Sediaan Sirup
1. Ferrosi Iodidi Sirupus
Cara pembuatan : 20 bagian ferrum pulveratum dicampur
dengan 60 bagian air, tambahkan 41 bagian Iodium sedikit
demi sedikit sambil digerus. Setelah warna coklat hilang maka
larutan disaring, dimasukkan kedalam larutan ½ bagian acidum
citricum dan 600 bagian sakarosa dalam 200 bagian air panas.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka
ujung corong masuk kedalam larutan sakarosa. Sisa serbuk
besi pada kertas saring dicuci dengan air sampai diperoleh
1000 bagian sirup.
• Guna acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi
sakarosa, menjadi glukosa dan fruktosa yang merupakan
reduktor kuat yang berguna untuk mencegah oksidasi ferro
lodidum.
• Ferro Iodidum selalu dibuat baru.

2. Sirupus Simplex = Sirup Gula


Cara pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan
metil paraben 0,25 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
sirup
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk

3. Auranti Sirupi = Sirup Jeruk Manis


Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis
yang telah dipotong kecil-kecil dengan 20 bagian larutan metil
paraben 0,25%. Biarkan dalam tempat tertutup selama 12 jam.
Pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan larutan metil
paraben 0,25% secukupnya hingga diperoleh 37 bagian
perkolat. Tambahkan 63 bagian gula pada suhu kamar atau
pada pemanasan perlahan-lahan dalam tempat tertutup hingga
diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas
aromatik.

103
4. Sirupus Thymi = Sirup Thymi
Cara pembuatan : campurlah 15 bagian herba timi dengan air
sesukupnya dan diamkan 12 jam dalam bejana tertutup.
Masukan dalam perkolatordan sari dengan air, perkolat
dipanasi sampai 90 0C dan diserkai hingga diperoleh 36 bagian
hasil perkolat. Masukan dalam bejana tertutup dan tambahkan
64 bagian gula panaskan dengan pemanasan lemah hingga
diperoleh 100 bagian sirup.
Pemerian : sirup warna coklat, bau dan rasa seperti thymi.
Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III
1. Chlorpheniramini maleatis sirupus
2. Cyproheptadini hydrochloridi sirupus
3. Dextrometorphani hydrobromidi sirupus
4. Piperazini citratis sirupus
5. Prometazini hydrochloridi sirupus
6. Methidilazini hydrochloridi sirupus
7. Sirupus simplex yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian
sacharosa dalam larutan metil paraben secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian sirup.

Dalam perdagangan dikenal “dry syrup” yaitu syrup


berbentuk kering yang kalau akan dipakai ditambahkan sejumlah
pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat yang tidak
stabil dalam suasana berair.

104
105

Anda mungkin juga menyukai