Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS MODEL DAN PENDEKATAN

SUPERVISI
The Clinical Approach to Supervision
(Pendekatan Klinis dalam Supervisi)

Dosen: Dr. H. Muhammad Saleh, M.Pd

Oleh
Kelompok II:
Norhadijah 202011320108
Putri Efanoor Agustin Pohan 2020111320110

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM MAGISTER
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

BAB II PERMASALAHAN........................................................................3

BAB III PEMBAHASAN............................................................................4

A. Supervisi Klinis..............................................................................4

B. Tujuan Supervisi Klinis..................................................................6

C. Karakteristik Supervisi Klinis........................................................6

D. Pola Pendekatan Supervisi Klinis...................................................8

E. Teknik-Teknik Supervisi Klinis...................................................11

F. Prosedur dan Tahapan Supervisi Klinis.......................................11

G. Prinsip Supervisi Klinis................................................................13

BAB IV KESIMPULAN...........................................................................16

A. Kesimpulan...................................................................................16

B. Saran.............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Pendekatan klinis untuk supervisi mengambil nama dan asumsi
dari karya-karya penting Cogan' dan Goldhammer dan lain-lain yang telah
menginterpretasikan supervisi klinis untuk praktik penulisan mereka
sendiri. Disini akan dibahas mengembangkan konsep-konsep kunci yang
terkait dengan pendekatan klinis untuk supervisi dan akan menjelaskan
bahwa supervisi klinis sebagai suatu konstruksi berbeda dari orientasi
prosedur yang secara populer dijelaskan dalam literatur. Dengan kata lain,
proses delapan fase klasik yang dikenal sebagai "siklus pengawasan"
berguna dalam kondisi tertentu, tetapi tidak mendefinisikan praktik itu
sendiri. Selama dekade terakhir, fitur-fitur yang berarti telah
dikembangkan yang menyediakan kerangka kerja konseptual dari mana
untuk memperoleh metode-metode alternatif yang sesuai dengan keadaan
secara luas praktik klinis. Basis tri-ulama substantif dari pengalaman yang
dikumpulkan dari praktik supervisor telah menghasilkan bahasa untuk
studi intelektual konsep NFIF, rekan kerja, kolaborasi, layanan terampil,
dan perilaku etis telah menjadi keharusan yang ketika dijelaskan,
mengintai domain pendekatan klinis untuk pengawasan.
Siklus supervisi dibentuk oleh Goldhammer dan Cogan dari
pencarian yang panjang dan sulit seperti mereka hidup dengan supervisor
dan guru di dunia kolaboratif program Harvard-Lexington dan Newton
MAT. Jika digabungkan, teks-teks mereka mengingatkan kita tentang
pengetahuan esensial yang bisa datang dari introspeksi yang intens di
bawah tekanan. Apa yang tidak kita baca adalah bahwa sebagai supervisor
menemukan dunia pengajaran dan pembelajaran yang mengagumkan dan
menjadi berkomitmen untuk penantang, tidak ada tempat untuk mundur
dari ketidaktahuan. Proses tersirat dalam siklus pengawasan dapat menjadi
metodologi penyelidikan bagi seseorang untuk menghasilkan teori kualitas
empiris observasi dan analisis, dua fase "siklus" membantu pemula untuk
mengukur peristiwa agar bebas dari prasangka menghakimi.

1
Pemberdayaan pribadi melepaskan indera seseorang untuk menikmati
estetika belajar mengajar. Kebebasan diperoleh melalui kesabaran dan
pengabdian, melalui dokumentasi yang cermat dari akumulasi
pengetahuan pengalaman (Goldhammer mengembangkan studi kasus
terperinci, Cogan menulis wawasan dan informasi pada kartu arsip,
ratusan kartu arsip) di suatu tempat, dalam ketelitian penyelidikan,
semangat klinis lahir.

2
BAB II
PERMASALAHAN
Di masa lalu dan mungkin sekarang, suasana lingkungan belajar di sekolah
sering dipersepsikan sebagai lingkungan yang menyiksa, membosankan, kurang
merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga siswa serasa belajar
secara terpaksa. Di lain pihak, para guru juga berada dalam suasana lingkungan
yang kurang menyenangkan dan sering kali terjebak dalaam rutinitas sehari-hari.
Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma pola pikir guru dari pola pikir
tradisional menuju pola pikir professional. Apalagi lahirnya undang-undang guru
dan dosen menuntut sosok guru yang berkompetensi[ CITATION Suh14 \l 1033 ].
Dewasa ini kegiatan supervisi oleh sebagian supervisor (pengawas) yang
dilakukan oleh kepala madrasah masih berorientasi pada pengawasan (control)
dan objek utamanya adalah administrasi, sehingga suasana kemitraan antara guru
dan supervisor kurang tercipta dan bahkan guru secara psikologis Inerasa
terbebani dengan pikiran untuk dinilai. Padahal kegiatan supervisi akan efektif
bila perasaan terbebas dari berbagai tekanan diganti dengan suasana pemberian
pelayanan Serta pemenuhan kebutuhan yang bersifat informal[ CITATION Suh14
\l 1033 ].
Supervisi klinis diartikan pertemuan tatap muka antara supervisor dan
guru, membahas tentang hal mengajar didalam kelas guna perbaikan pembelajaran
dan pengembangan profesi dengan cara kolegial atau kesejawatan antara
supervisor dan guru. Kehadiran model supervisi klinis menyatakan bahwa
supervisi yang efektif adalah dengan mengadakan pengamatan di kelas secara
intensif dan dibuktikan dengan instrument untuk mengukur setiap aktifitas
pembelajaran di kelas[ CITATION Mas12 \l 1033 ].
Sikap utama supervisor dengan perilaku kolaboratif meliputi
mendengarkan, menawarkan, memecahkan masalah, dan merundingkan. Kepala
madrasah membuat kontrak bersama guru dengan langkah-langkah prakonferensi,
observasi kelas, analisis, dan posconferensi. Pendekatan kolaboratif merupakan
perpaduan antara pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan ini
dikenakan pada guru yang bersifat kritis walapun kurang profesional. Supervisor

3
dan guru secara bersama-sama mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh
guru[ CITATION Suy10 \l 1033 ].
Berdasarkan penjelasan diatas maka pada makalah ini ada beberapa aspek
yang akan dibahas yaitu:
1. Apa itu supervisi klinis?
2. Apa tujuan supervisi klinis?
3. Bagaimana karakteristik supervisi klinis?
4. Bagaimana pola pendekatan supervisi klinis?
5. Apa saja teknik-teknik supervisi klinis?
6. Bagaimana prosedur dan tahapan supervisi klinis?
7. Bagaimana prinsip supervisi klinis?
8.

4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Supervisi Klinis
Untuk memahami sifat pendekatan klinis untuk supervisi, perlu
untuk mengenali pentingnya pembentukan konsep sebagai cara rasional
untuk berkomunikasi. Konstruk atau konsep merupakan abstraksi dari
beberapa aspek dari suatu peristiwa yang diberikan dari sudut pandang
tertentu. Bagi pendidik setidaknya ada dua karakteristik konsep
operasional yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk nilai mereka.
Salah satunya adalah keandalan, yaitu sejauh mana peristiwa yang sama,
yang diamati oleh rekan lain, akan dikenali atau dijelaskan dengan cara
yang sama oleh mereka. Kriteria lain untuk sebuah konstruksi atau konsep
yang baik adalah kegunaannya untuk tujuan tertentu. Oleh karena itu,
ketika seseorang mencoba memahami sudut pandang tertentu tentang
pengawasan (atau pengajaran), orang tidak perlu bertanya "Apa itu
pengawasan. (pengajaran) sebenarnya?" atau "Apa aspek sebenarnya dari
pengawasan?" Sebaliknya, pembentukan konsep menjawab pertanyaan,
"Apa cara yang andal dan berguna untuk menggambarkan orang dan
peristiwa sehingga kita dapat memahami mengapa kita melakukan seperti
yang kita lakukan sehubungan dengan berbagai keterampilan.
Seseorang menjadi supervisor klinis ketika dia mulai berpikir dan
bertindak seolah-olah "siklus supervisi" adalah metafora sekaligus metode,
ketika observasi dan analisis tidak hanya fase prosedural untuk tindakan di
kelas, tetapi juga merupakan pendekatan empiris melekat dalam layanan
terampil, ketika gagasan konferensi tidak hanya berarti dua orang bertemu
sebelum dan sesudah kunjungan kelas, tetapi juga menyarankan bentuk
kolaborasi yang dinamis dalam aliansi pendidikan, ketika citra "siklus"
tidak hanya menjamin kinerja yang berulang, tetapi juga mengacu pada
tingkat keterlibatan dan komitmen yang tinggi yang menekan peserta
menuju "keterhubungan" kolegialitas, ketika hubungan supervisor guru
mewakili perilaku etis seperti yang dijalani dalam pilihan-pilihan penting.

5
Kekhususan metode dapat memberi tahu kita tentang kualitas metafora
yang tidak terbatas Pada akhirnya seseorang menjadi supervisor klinis
ketika dia dapat menggunakan metode tersebut, bertindak melalui
metafora, dan dengan demikian memilah yang tidak sepele dari yang
sepele untuk membawa makna bagi upaya pendidikan
Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan
profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya
melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan,
observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian hasil observasi
dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.
Yuliandini (2012) menjelaskan makna yang terkandung dalam
istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut:
1. Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru
didalam proses supervisi.
2. Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya di dalam kelas.
3. Adanya observasi secara cermat.
4. Deskripsi pada observasi secara rinci.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaannya
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi
dalam proses pembelajaran dan kemudian langsung diusahan perbaikan
kekurangan dan kelemahan tersebut.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi
didalam proses belajar-mengajar, dan kemudian secara langsung pula
diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan
tersebut. Dalam supervisi klinis cara “memberikan obatnya” dilakukan
setelah supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara
guru mengajar, dengan mengadakan “diskusi balikan” antara supervisor
dan guru yang bersangkutan.

6
B. Tujuan Supervisi Klinis
Secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan ketrampilan mengajar guru dikelas. Dalam hubungan ini
supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru. Mengacu pada tujuan umum supervisi klinis maka tujuan
khusus supervisi klinis menurut Yuliandini (2012), secara khusus supervisi
klinis bertujuan untuk:
a) Menyediakan suatu umpan balik yang objektif dalam kegiatan
mengajar yang dilakukan guru dengan berfokus terhadap: 1)
Kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar. 2) Keterampilan-
keterampilan dasar mengajar yang diperlukan.
b) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
pembelajaran.
c) Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan
strategi-strategi pembelajaran.
d) Membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam
karir dan profesi mereka secara mandiri.

C. Karakteristik Supervisi Klinis


Supervisi klinis merupakan proses tatap muka antara supervisor
dengan guru yang membicarakan tentang mengajar dan yang berhubungan
dengan mengajar dengan tujuan membantu guru dalam proses
pembelajaran agar lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik.
Supervisi klinis memiliki karakteristik yang khas, seperti yang
dikemukakan oleh Goldhammer, Anderson, dan Krajeswski yang
mengemukakan sembilan karakteristik supervisi klinis, yaitu:
1) Merupakan teknologi untuk memperbaiki pengajaran
2) Merupakan intervensi secara sengaja kedalam proses pengajaran
3) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan
kebutuhan pribadi untuk bertumbuh
4) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor

7
5) Melakukan saling kepercayaaan yang dicerminkan dalam pengertian,
dukungan dan komitmen untuk bertumbuh
6) Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan
perubahan metodologi yang terus menerus
7) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan
antara keadaan rill dan ideal
8) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak
dibandingkan guru,
9) Memerlukan latian untuk supervisor[ CITATION Aed11 \l 1033 ].
Makawimbang (2011) menjelaskan supervisi klinis memiliki ciri-
ciri sebagai berikut
1. Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat
instruksi atau memerintah tetapi tercipta hubungan manusiawi,
sehingga guru-guru memiliki rasa aman.
2. Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari
guru sendiri karena ia memang membutuhkan bantuan itu.
3. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan bantuan
yang terintegrasi.
Mulyasa (2011) menjelaskan supervisi klinis memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga
inisiatif tetap berada ditangan tenaga kependidikan.
2. aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama
kepala sekolah sebagai supervisor untuk di jadikan kesepakatan.
3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru
dan kepala sekolah.
4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan
mendahulukan intrepretasi guru.
5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan
supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan
guru daripada memberi saran dan pengarahan

8
6. Supervisi klinis sedikitnya memilki 3 tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik.
7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai
supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai
hasil pembinaan
8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu
keadaan dan memecahkan suatu masalah

D. Pola Pendekatan Supervisi Klinis


Supervisi klinis sebagai sebuah upaya perbaikan terhadap proses
pembelajaran dengan siklus sistematis mulai dari tahap perencanaan,
pengamatan, dan analisa intelektual intelektual intensif pada proses
pelaksanaannya dapat digunakan dengan menggunakan berbagai
pendekatan. Pendekatan yang disebut pertama adalah terjadi apabila
pembina pimpinan, pengelola, pengawas dan supervisor serta inovator.
Melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina atau
dengan pelaksana program dalam hal ini guru. Pendekatan ini dapat
dilakukan dengan diskusi, rapat, tanya jawab, kunjungan kelas, kunjungan
rumah, dan lain sebagainya. Pendekatan langsung bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan program dengan rencana yang
telah ditetapkan untuk mengidentifikasi penyimpangan, masalah, atau
hambatan yang terjadi, serta menemukan alternatif upaya guna
memperbaiki kegiatan.
Perencanaan pada hakikatnya proses pengambilan keputusan atas
sejumlah alternative mengenai sasaran dan cara yang akan dilaksanakan
dimasa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dihendaki serta
pemantauan dan penilaian atas hasil pelaksanaannya yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan. Perencanaan merupakan
tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya,
apa yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakan.

9
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern
didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik
pemberian supervisi, sangat bergantung pada propotipe guru. Ada satu
paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru dalam
empat propotipe guru. la mengemukakan setiap guru memiliki dua
kemampuan dasar, yaitu berfikir abstrak dan komitmen serta kepedulian.
Akan terdapat empat kuadran (sisi). Ada 4 sisi: Sisi I, II, III,
IV[ CITATION Sah10 \l 1033 ].

Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma katagori diatas,


maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi
berdasar data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan
pelayanan supervisi. Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan,
perilaku supervisor.
a) Pendekatan Langsung
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat
langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh
perilaku supervisor lebih dominan pendekatan direktif ini berdasarkan
pemahaman terhadap psi kologis behaviorisme. Prinsip behavioresme
ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon terhadap
rangsangan atau stimulus oleh karena guru ini mengalami kekurangan,
maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa beraksi. Supervisor dapat
menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti
berikut ini: Menjelaskan, Menyajikan, Mengarahkan, Memberi contoh,
Menetapkan tolak ukur dan Menguatkan.

10
b) Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung (non direktit) adalah cara mendekatkan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor
tidak secara langsung menunjukkan Frmasalahan, tapi ia terlebih dulu
mendengarkan aktif apa yang ditemukan guru-guru. la memberi
kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan
permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non direktif ini berdasarkan
pemahaman psikologis humanistik. Psikologis humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang
dibina begitu dihormati, maka ia lebih mengdengarkan permasalahan yang
dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor
mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru. Perilaku
supervisor dalam pendekatan non direktif adalah sebagai berikut:
(1) mendengarkan
(2) memberi penguatan
(3) menjelaskan
(4) menyajikan
(5) memecahkan masalah
c) Pendekatan
Menurut Glickrman supervisi pengajaran berorientasi kolaboratif akan
mencakup perilaku-perilaku pokok, berupa mendengarkan,
mempresentasikan, pemecahan masalah, dan negosiasi. Hasil akhir dari
perilaku supervisi pengajaran ini adalah kontrak kerja antara supervisor
dan guru. Asumsi yang mendasari orientasi supervisi ini adalah sama
halnya dengan asumsi yang mendasari psikologi kognitif, bahkan belajar
itu merupakan hasil perpaduan antara perilaku individu dan lingkungan
luarnya[ CITATION Kis08 \l 1033 ].

E. Teknik-Teknik Supervisi Klinis


Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan apa
yang diharapkan dapat tercapai. Secara garis besar cara atau teknik
supervisi digolongan menjadi dua, yaitu:

11
l) Teknik perseorangan
Teknik supervisi yang dilakukan dengan secara perseorangan
diantara lain kegiatannya adalah:
a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
c) Membimbing guru-guru tentang cara mempelajari siswa atau
mengatasi problema yang dihadapi siswa
d) Membimbing guru-guru dalam hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
kuikulum sekolah
2) Teknik kelompok
Teknik supervisi yang dilakukan dengan secara kelompok diantara
lain kegiatannanya adalah:
a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)
b) Mengadakan diskusi kelommpok (group discussions)
c) Mengadakan penataran-pcnataran (inservice-training)
Supervisor akan membimbing dan mengarahkan guru, melatih guru
dalam menggunakan alat peraga yang baru, mendengarkan keluahan,
pendapat, dan gagasan para guru, melakukan hubungan interaksional yang
sosiatif antara supervisor dengan para guru dan karyawan sekolah serta
semua yang ada di lingkungan sekolah[ CITATION Pur14 \l 1033 ].

F. Prosedur dan Tahapan Supervisi Klinis


Banyak guru yang mengalami masalah/ kesulitan dalam
melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya.
Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata pelajaran
sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam aspek-aspek teknis
metodologis sehingga bahan ajar kurang dipahami peserta didik.
Prosedur supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses
berbentuk siklus, terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan
pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan.

12
Mukhtar dan Iskandar (2009) menyatakan: “dua dari tiga tahap
tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu
pertemuan pendahuluan dan pertemuan lanjutan”.
Secara rinci kedua tahap tersebut dilihat dari penjelasan berikut:
1. Tahap Pertemuan Pendahuluan
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan
rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini
memberikan kesempatan kepada guru dan supervisor untuk
mengidentifikasi perhatian utama guru, kemudian menterjemahkannya
kedalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Pada tahap ini
dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan
diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung. Suatu
komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna
mengikat supervisor dan guru sebagai mitra didalam suasana kerja
sama yang harmonis.
2. Tahap Pengamatan/Observasi Mengajar
Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan
komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan
pendahuluan. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan
mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan
siswa. Kunjungan dan observasi yang dilaksanakan supervisor
bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya.
3. Tahap Pertemuan Lanjutan
Dalam hal ini supervisor harus mengusahakan data yang obyektif,
menganalisis dan menginterpretasikan secara kooperatif dengan guru
tentang apa yang telah berlangsung dalam mengajar. Setelah
melakukan kunjungan dan observasi kelas, maka supervisor
seharusnya dapat menganalisis data yang diperolehnya tersebut untuk
diolah dan dikaji yang dapat dijadikan pedoman dan rujukan
pembinaan dan peningkatan guru-guru selanjutnya.
Mukhtar dan Iskandar (2009) menyebutkan langkah-langkah dalam
proses supervisi klinis secara rinci adalah seperti berikut:

13
1. Pertemuan awal dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama
membicarakan rencana ketrampilan yang akan di observasi dan di
catat. Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksanannya
pertemuan pendahuluan yang baik, yaitu: (a) menciptakan suasana
akrab antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah
selanjutnya dibicarakan. (b) mereview rencana pelajaran serta tujuan
pelajaran. (c) mereview komponen ketrampilan yang akan dilatih dan
diamati. (d) memilih atau mengembangkan suatu instrument observasi
yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang menjadi
perhatian utamanya. (e) instrumen observasi yang dipilih atau yang
dikembangkan, dibicarakan bersama antara guru dan supervisor:
2. Tahap pengamatan mengajar, pada tahap ini guru melatih tingkah laku
mengajar berdasarkan komponen ketrampilan yang telah disepakati
dalam pertemiuan pendahuluan.
3. Tahap pertemuan balikan, tahap balikan adalah tahap evaluasi tingkah
laku guru untuk dianalisis dan diinterpretasikan dari supervisor kepada
guru.

G. Prinsip Supervisi Klinis


Supervisi dilaksanakan secara konstruktif dan kreatif yaitu
mendorong inisiatif untuk ikut aktif menciptakan suasana kondusif yang
dapat membangkitkan suasana kreatif. Supervisi dilaksanakan secara
kooperatif dengan mengembangkan usaha bersama menciptakan suasana
belajar mengajar yang lebih baik berdasarkan sumber kolektif dari
kelompok, dari usaha-usaha supervisor sendiri menunjukkan
profesionalitas bukan atas hubungan pribadi.
Dalam supervisi klinis terdapat sejumlah prinsip umum yang
menjadi landasan praktik. Yuliandhini (2012) menjelaskan prinsip-prinsip
itu antara lain:
1. Hubungan antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial
yang sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih
dikenal sebagai hubungan antara tenaga profesional berpengalaman

14
dengan yang kurang berpengalaman, sehingga terjalin dialog
profesional yang interaktif, dalam suasana yang intim dan terbuka. Isi
dialog bukan pengarahan atau instruksi dari supervisor/pengawas,
melainkan pemecahan masalah pembelajaran.
2. Diskusi antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada
perencanaan pengajaran maupun pada pengkajian umpan balik dan
tindak lanjut. Suasana demokratis itu dapat terwujud jika kedua pihak
dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak mendominasi
pembicaraan, serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua
pendapat yang dikemukakan di dalam pertemuan tersebut. Pada
akhirnya, keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama.
Penjelasan diatas menyatakan bahwa supervisi merupakan usaha
untuk membantu dan melayani guru dalam meningkatkan kemampuan dari
keguruannya, supervisi tidak langsung diarahkan kepada murid, tetapi
kepada guru yang membina murid itu, supervisi tidak bersifat direktif
tetapi lebih banyak bersifat konsultatif.
Prinsip dasar pelaksanaan supervisi klinis adalah pengawas
berfungsi sebagai fasilitator dalam memecahkan masalah yang guru atau
kepala sekolah hadapi dalam pelaksanaan tugas. Masalah sebagaimana kita
ketahui muncul dari kesadaran guru sendiri yang menyadari adanya
kesenjangan antara realita yang dapat diwujudkan dengan kondisi yang
diharapkannya.
Sahertian (2010) menjelaskan prisisp-prinsip supervisi klinis antara
lain:
a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan dari inisiatif dari
para guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis
sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan
kepada supervisor.
b. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa
kesejawatan

15
c. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan
apayang dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan
guru.
d. Objek kajian adalah kebutuhan professional guru yang riil yang
mereka sungguh alami
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus
diangkat untuk diperbaiki[CITATION Sah10 \l 1033 ].

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Supervisi klinis merupakan pembinaan profesional yang dilakukan secara
sistematis kepada guru sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan dengan
tujuan untuk membina keterampilan mengajarnya. Pembinaan itu
dilakukan dengan cara yang memungkinkan guru menemukan sendiri
cara-cara untuk memperbaiki kekurangannya sendiri (dalam suatu
pengakuan yang jujur dan tulus)
2. Dalam pelaksanaan supervisi klinis terdapat 3 tahap. Pada tahap
pertemuan awal terdapat kegiatan-kegiatan; pembahasan pemantapan
hubungan antara guru dengan supervisor, membuat perencanaan
bersama. Pada tahapan terakhir dari supervisi klinis terdapat kegiatan-
kegiatan; analisis data hasil observasi, pertemuan untuk mendiskusikan
hasil observasi. Prosedur observasi klinis disebut “siklus” karena ketiga
tahapan itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan, pada akhir
tahap ketiga (pertemuan balikan) sudah mulai dibicarakan bahan
masukan (input) untuk tahap pertama (pertemuan awal) pada siklus
berikutnya.
3. Tips dan trik yang dilakukan supervisor dalam melaksanakan supervisi
klinis yaitu: membangun kesadaran, meningkatkan pemahaman,
kepedulian, dan komitmen

H. Saran
Supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas
dan guru telah terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan
untuk meminta pengawas untuk melakukan supervise klinis terhadap berbagai
permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran.
Selain itu, keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung
kepada sejauhmana pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan
professional yang dimilikinya dan sejauhmana guru secara terbuka
melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh pengawas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aed, N. (2011). Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Prakti. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kisbiyanto. (2008). Supervisi Pendidikan. Kudus: STAIN Kudus.
Makawimbang, Jerry H. (2011). Supervisi dan Penigkatan Mutu Pendidikan.
Badung: Alfabeta
Masaong, A. K. (2012). Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru. Bandung: Alfabeta.
Mukhtar & Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Gaung Persada Press
Mulyasa, E. (2011). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Purwanto, M. N. (2014). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sahertian, P. A. (2010). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: RIneka Cipta.
Sergiovanni, thomas J. (1982). Supervision of Teaching. Alexandria: Association
for Supervision and Curriculum Development
Suhardan, D. (2014). Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Diera Otonomi Daerah. Bandung: Alfabenta.
Suyati, T. (2010). Profesi Keguruan. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.

18

Anda mungkin juga menyukai