PENDAHULUAN
bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang religius atau beragama, di
mana dalam setiap Agama diajarkan karakter atau akhlak mulia kepada
dikatakan pendidikan nasional memiliki fungsi dan tujuan antara lain membentuk
watak dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
dan undang-undang di atas, melainkan didorong juga oleh situasi dan kondisi
jaman sekarang yang sedang mengalami perubahan tata nilai. Terjadinya perilaku
hidup konsumeristis dan hedonistis, gaya hidup serba instan, dan berfoya-foya
generasi muda.
Tidak sedikit orang tua mengeluh tentang tingkah laku anak remajanya
yang sulit diatur. Begitu pula guru yang sehari-hari harus berhadapan dengan
perilaku siswa remaja yang sangat kompleks. Dahulu para siswa masih
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, sekarang nilai-nilai itu digilas oleh nilai-
nilai yang lebih praktis dan efisien. Mereka tidak perlu lagi bekerja keras untuk
mendapatkan nilai yang bagus, sebab dengan menyontek saja nilai yang bagus itu
1
akan bisa dicapai dan naik kelas. Tuntutan sosial dan keinginan mempertahankan
menjadi hal yang biasa dan wajib dilakukan. Nilai efektivitas telah menggantikan
minuman keras dan narkoba (drugs), terlibat perkelahian, hamil di luar nikah,
menonton film porno, serta perilaku lainnya yang mengancam rusaknya tata nilai,
revolusi mental. Oleh karena pentingnya tanggung jawab ini, maka diperlukan
karakter adalah SMK Sint Joseph. Sekolah ini telah berdiri sejak 1976 yang saat
ini berfokus pada jurusan Mesin Umum. Sekolah ini memiliki visi untuk
Siswa-siswi SMK Sint Joseph dididik dan dibina secara khusus agar dapat
menjadi lulusan yang berkualitas dan berakhlak mulia. Semua siswa diwajibkan
khusus yang meliputi aspek intelektual dan karakter dapat terlaksana secara
2
integral-holistik. Ciri khas lain yang dimiliki oleh sekolah ini adalah penampilan
para siswanya. Keseragaman di atur dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak
hanya pakaian yang harus seragam, tetapi potongan rambut wanita harus sama
pendek dan potongan rambut pria juga harus sama modelnya. Penampilan mereka
4. Apa saja faktor pendukung pendidikan karakter pada SMK Sint Joseph?
5. Apa saja faktor penghambat pendidikan karakter pada SMK Sint Joseph?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang rinci dan
jelas tentang:
3
D. Manfaat Penelitian
praktis.
1. Manfaat Teoretik
2. Manfaat Praktis
karakter.
4
II. ACUAN TEORETIK
A. Manajemen Pendidikan
bahasa Perancis manège yang berarti ‘kepemilikan kuda’ (yang berasal dari
Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda). Bahasa Perancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti
sebenarnya berasal dari bahasa Latin manus yang berati ‘tangan’ dan agere yang
yang lebih spesifik dan variatif dari para ahli. Harold Koontz dan Hein Weirich
seni. Mary Parker Follet dalam Sule dan Saefullah (2010: 5) menegaskan
5
“manajemen is the art of getting things done through people” (manajemen adalah
ataupun seni senantiasa terarah pada suatu tujuan yang hendak dicapai dan
pengarahan dan pengendalian. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Nickels dkk.
dalam Sule dan Saefullah (2010: 6). Mereka menyebutkan pengertian manajemen
lainnya).
manajemen yang dirumuskan oleh George Terry dalam Indrajit dan Djokopranoto
stated objetctives by the use of human beings and other resources”. Dari kutipan
pelaksanaan, dan pengontrolan melalui orang atau sumber daya lain untuk
mewujudkan tujuan. Proses yang dikemukakan Terry inilah yang secara populer
manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses yang terdiri dari rangkaian
6
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber
pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam, dan sebagai pedoman bagi
1.2.1. Perencanaan
matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan
metode yang tepat. Gibson dalam Sagala (2010: 56) mengemukakan pengertian
sasaran dan alat yang sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
berfungsi sebagai kompas atau penunjuk arah untuk mencapai tujuan organisasi.
Lebih lanjut Mulyati dan Komariah dalam Tim Dosen (2011: 93-95)
7
b. Memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Organisasi memperoleh standar sumber daya terbaik dan
mendayagunakan sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan.
d. Menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang
konsisten prosedur dan tujuan.
e. Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh
pelaksana.
f. Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif
sehingga bisa menemukan dan memperbaiki penyimpangan secara dini.
g. Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuaian antara kegiatan
internal dengan situasi eksternal.
h. Menghindari pemborosan.
pelaksanaan yang tertuang dalam jadwal kegiatan, anggaran dan alokasi sumber
perencanaan jangka pendek, misalnya satu minggu, satu bulan, satu semester dan
satu tahun, perencanaan jangka menengah yaitu perencanaan yang dibuat untuk
jangka waktu tiga sampai tujuh tahun, dan perencanaan jangka panjang dibuat
untuk jangka waktu delapan sampai dua puluh lima tahun (Sagala, 2010).
1.2.2. Pengorganisasian
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stoner dalam Tim Dosen (2011: 94)
8
atau lebih untuk bekerjasama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran
tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Kedua,
dan tanggung jawab, tipe organisasi dan bagan atau struktur organisasi”.
1.2.3. Pelaksanaan
ditentukan dalam kegiatan perencanaan agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak
dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak dapat bertanggung-
jawab dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi (Sule dan Saefulla,
2010).
organisasi dapat tercapai. Hal ini ditegaskan oleh Terry dalam Kambey (2006:
70), “Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to
9
strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning
and organizing the efforts”. Dari kutipan ini pelaksanaan berarti upaya mengatur
setiap anggota kelompok agar memiliki keinginan dan usaha untuk mencapai
pemimpinnya (Kompri, 2004). Dalam hal ini peranan pemimpin atau manajer
1.2.4. Pengawasan
telah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana dan seberapa jauh tujuan
apakah pelaksanaan dan hasil yang sudah dicapai sudah sesuai dengan
perencanaan, apakah itu suatu keberhasilan ataupun kegagalan, bila belum sesuai
(Kambey, 2006).
administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang
seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Kedua,
10
kegiatan menukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efesiensi
penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Ketiga,
Istilah manajemen dalam arti luas dipahami sebagai suatu proses kegiatan
untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam
11
Adapun ruang lingkup manajemen pendidikan sebagaimana disebutkan
masyarakat.
2.2.1. Perencanaan
pendidikan adalah langkah paling awal dari semua proses rasional. Dalam lingkup
satuan pendidikan atau sekolah, perencanaan ini tertuang dalam RKAS (rencana
kegiatan dan anggaran sekolah) yang dibuat oleh pimpinan sekolah secara
dilaksanakan baik dalam jangka waktu tertentu, seperti satu minggu, satu bulan,
dan terukur.
12
2.2.2. Pengorganisasian
kerjasama satu sama lain agar proses pelaksanaan kegiatan nantinya dapat
berjalan sukses.
bidang kerja yang satu dengan bidang kerja yang lain, wewenang dan kewajiban
dari tiap-tiap personil menjadi jelas, dan hubungan vertikal dan horizontal, baik
tercapai antara lain memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan diterima oleh
2015).
13
2.2.3. Pelaksanaan
gagasan, usul atau saran, mengikut sertakan guru dan pegawai, dan memberikan
2.2.4. Pengawasan
14
untuk pengawasan layanan belajar, dan tenaga kependidikan yang berwenang
kegiatan supervisi struktural ataupun klinis, dan eksternal oleh supervisor atau
pengawas dari dinas pendidikan setempat. Di samping itu, dikenal juga model
pengawasan akreditasi yang dilakukan oleh badan akreditasi yang menilai seluruh
isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, melalui pengawasan apa
yang telah ditetapkan dalam rencana dan program, pembagian tugas dan tanggung
berada pada jalurnya demi tercapainya tujuan yang diharapkan (Kompri, 2015).
15
B. Konsep Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan
Indonesia menjadi pendidikan, secara etimologis berasal dari kata kerja bahasa
Latin educare. Koesoema (2010: 53) mengemukakan bahwa bisa jadi secara
etimologis, kata pendidikan berasal dari dua kata kerja yang berbeda, yaitu dari
mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata,
semacam proses penciptaan kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun dalam
diri orang lain”. Pengertian pendidikan seperti ini senada dengan pendapat kaum
proses perubahan tingkah laku (Mudyahardjo, 2001: 7). Pendidikan juga berarti
“proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia,
daya-daya seni”.
Di pihak lain, menurut John Dewey dalam Muslich (2011: 67) pendidikan
emosional ke arah alam dan sesama manusia. Sementara itu dalam konteks
16
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
2. Pengertian Karakter
berarti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, atau ‘sidik’ seperti dalam sidik jari. Wynne
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama dan lingkungannya dengan cara
17
mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya.
keterampilan”.
kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih
kurang dipaksakan dalam diri kita” (karakter bawaan atau given character).
Kedua, karakter sebagai “tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu
(willed).
Korompis (2011: 11), menegaskan bahwa “karakter personal terdiri dari dua unsur
pengertian karakter binaan inilah, pendidikan karakter adalah sesuatu yang pasti
bisa diwujudnyatakan.
18
deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical
values”. Pendidikan karakter adalah suatu usaha sengaja untuk membantu orang
memahami, peduli dan bertindak menurut nilai-nilai etika. Sementara itu menurut
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
interior melalui mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Kedua,
mengakarkan diri teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi
baru atau takut risiko. Ketiga, otonomi atau kemampuan seseorang untuk
Keempat, keteguhan dan kesetiaan, yakni daya tahan seseorang untuk mengingini
(moral knowing), menghayati yang baik (moral feeling) dan melaksanakan yang
baik (moral action)”. Dalam pengajaran kita kenal dengan ketiga ranah, kognitif,
19
Secara detail disebutkan tujuh belas nilai dalam pendidikan karakter, yaitu
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
nilai yang hendak dicapai, tujuan, bentuk kegiatan, materi, jadwal, fasilitator,
Kerja Sekolah (RKS) untuk jangka menengah/panjang dan Rencana Kegiatan dan
2011).
ranah instruksional yang dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu bersifat
pendidikan karakter melalui proses belajar mengajar. Pendidik memilih satu tema
dalam kurikulum, proses pembelajaran dan terkait secara inheren dalam materi
Pembelajaran (RPP), beberapa nilai yang bisa dibentuk, diajarkan dalam proses
Hal serupa dikemukakan juga oleh Ahmad Tafsir (2009: 85). Menurutnya
21
Kedua, ranah non-instruksional bagi pendidikan karakter berbasis kelas
tertuju pada penciptaan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif bagi
konsensus kelas.
berbagai macam momen dalam dunia pendidikan dapat menjadi titik temu.
Momen pendidikan ini dapat bersifat struktural, polisional, dan eventual. Momen
pendidikan yang struktural adalah peristiwa yang berkaitan erat dengan proses
on the spot yang dilaksanakan secara rutin dan sifatnya tradisional. Kebijakan
yang bersifat rutin adalah berbagai keputusan dan tindakan yang diambil dalam
senantiasa berulang setiap tahun, seperti rapat-rapat kerja, pertemuan orang tua
22
Momen pendidikan yang bersifat eventual adalah peristiwa-peristiwa
pendidikan yang terjadi secara khas dan muncul karena terjadinya peristiwa
tertentu yang merupakan tanggapan nyata sekolah atas peristiwa di luar lembaga
berbasis kultur sekolah. Beberapa momen yang dapat menjadi praksis strategis
diri seperti kelompok diskusi, jurnalistik, karya ilmiah, seni teater, menggambar,
apresiasi dan pengakuan akan prestasi orang lain, masa orientasi sekolah,
komite sekolah.
macam corak kerja sama dan keterlibatan antara lembaga pendidikan dengan
setiap anggota komunitas tentang harapan mereka, fungsi, dan peran lembaga
23
Perencanaan pendidikan karakter dapat didasarkan pada beberapa tipe
nilai budaya, antara lain berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra,
24
a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang
kamu katakan atau kamu yakini.
b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang
macam apa dirimu.
c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan
dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus
membayarnya secara mahal, sebab mengandung risiko.
d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain
sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih
baik dari mereka.
e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorang
individu bisa mengubah dunia.
f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu
menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi
tempat yang lebih baik untuk dihuni.
learning)”.
para pendidik sendiri. Guru menjadi teladan dalam sikap dan perilaku
25
yang benar, sehingga ada kesesuaian antara apa yang diajarkan dengan
26
3. Evaluasi Pendidikan Karakter
hendak dicapai. Hasil evaluasi akan sangat berguna sebagai feedback atau umpan
sebagai berikut:
Sasaran evaluasi pendidikan karakter terdiri dari empat hal, yaitu: (1)
guna perbaikan sistem dan struktur yang membingkai cakupan tanggung jawab
yang sifatnya personal oleh siswa itu sendiri berdasarkan indikator-indikator yang
telah ditetapkan, serta (4) evaluasi komunitas menyangkut relasi antar siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, orang tua dengan guru, ataupun sekolah dengan
27
Evaluasi pendidikan karakter bisa mengacu pada penilaian sikap yang
dilakukan secara berkelanjutan oleh guru mata pelajaran, guru Bimbingan dan
Konseling (BK), wali kelas dengan menggunakan observasi dan informasi yang
valid dan relevan dari berbagai sumber. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri
pembentukan karakter siswa yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data
untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh guru. Ditambahkan juga penilaian
sikap yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas, melalui
observasi dicatat dalam jurnal. Format jurnal penilaian sikap harus memuat butir
Atas, 2015).
akademis, dihargai kerja keras dan kejujuran, serta persoalan kedisplinan. Dalam
melaksanakan evaluasi ini diperlukan sikap yang terbuka, jujur, dan latihan terus
menerus dari semua pihak yang terlibat. Metode yang ditawarkan antara lain
28
D. Kajian Hasil Penelitian yang Terdahulu
Karakter Siswa Berasrama: Studi Kasus Pada SMA Lokon St. Nikolaus
Tomohon” oleh Riny Cintya Kumendong (2012). Penelitian ini menyoroti tentang
(1) Perencanaan pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon dibuat
oleh masing-masing unit dan sub-unit yang ada di lembaga pendidikan Lokon dan
asrama, dan yayasan. (2) Pelaksanaan pendidikan karakter di SMA Lokon St.
maupun kelompok. (3) Evaluasi pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus
dengan indikator-indikator yang didasarkan pada tiga nilai utama (motto sekolah
dan asrama), veritas, virtus, fides (kebenaran, kebajikan, iman) Nilai pendidikan
29
Relevansinya dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah
terletak pada konsep dasar manajemen dan fungsi-fungsi manajemen, serta konsep
lingkungan pendidikan formal seperti sekolah yang merupakan inti dari objek
pendampingan anak.
30
karakter. Sedangkan perbedaannya terletak pada salah satu rumusan masalah.
SMA Kristen 2 Binsus Tomohon lebih bertitik tolak pada ketiga fungsi
Semarang terjalin baik karena komunikasi dalam bergaul berjalan baik. (4)
Karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon terletak pada upaya manajemen
penelitian yang akan dilakukan di sini adalah sekolah swasta yang sangat
31
III. METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2011: 14).
C. Sumber Data
- Sumber data primer diperoleh dari informan yaitu kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling
ada berupa catatan, gambar, foto serta bahan lain yang dapat mendukung
penelitian ini.
32
D. Teknik Pengumpulan Data
(Sugiyono, 2011) atau gabungan dari tiga teknik sekaligus, yaitu observasi
Tomohon.
Dalam penelitian ini data akan dianalisis secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data
(Sugiyono, 2011).
kesimpulan.
33
Selanjutnya model interaktif dalam analisis data seperti gambar di bawah
Data collection
Data Display
Data reduction
Conclusion:
drawing/verifying
(2011).
kepercayaan).
34
Ketiga, peneliti akan adalah melakukan audit keseluruhan aktivitas yang
dari bulan Juni 2016 sampai dengan Oktober 2016, terhitung sejak penulisan
35
DAFTAR PUSTAKA
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character. New York: Bantam Books.
37
Usman, Husaini, 2011. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
38