Anda di halaman 1dari 60

PANDUAN PENYUSUNAN

RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Jakarta, 2006
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari salah satu
fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah. RPS berfungsi
untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam rangka menuju tujuan
sekolah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk
mengurangi ketidakpastian masa depan.
Berdasarkan pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, khususnya pada
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP),
mulai sekarang setiap sekolah pada semua satuan, jenis dan jenjang pendidikan termasuk
SMP harus memenuhi SNP tersebut. Salah satu upaya untuk mencapai SNP, setiap sekolah
wajib membuat RPS.
RPS wajib dibuat oleh semua SMP, baik yang termasuk kelompok rintisan, potensial,
nasional maupun internasional. RPS harus dimiliki oleh setiap sekolah sebagai panduan
dalam penyelenggaraan pendidikan, baik untuk jangka panjang (20 tahun), menengah (5
tahun) maupun pendek (satu tahun). Diharapkan, semua jenis kelompok sekolah
menggunakan format RPS yang sama. Perbedaannya terletak pada isi, kedalaman, dan luasan
atau cakupan program sesuai dengan kondisi sekolah dan tuntutan masyarakat sekitarnya.
Perbedaan lainnya adalah lama waktu pencapaian SNP. Bagi sekolah yang memiliki potensi
lebih tinggi dari pada sekolah lain akan dapat mencapai SNP relatip lebih cepat. Demikian
sebaliknya, bagi sekolah yang miskin potensi akan lebih lamban dalam mencapai SNP.
Namun demikian harapannya adalah semua sekolah tersebut dalam kurun waktu tertentu
mencapai SNP yang ditentukan oleh pemerintah.
Standar Nasional Pendidikan yang harus dicapai oleh tiap sekolah tersebut meliputi
standar kelulusan, kurikulum, proses, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian pendidikan. Sangat dimungkinkan suatu
sekolah telah memenuhi standar kelulusan tetapi fasilitasnya belum standar atau sebaliknya.
Suatu sekolah sekarang kondisinya kurang dalam standar fasilitas seperti ruang kelas,
laboratorium, buku, dan sebagainya dan secara bertahap akan dipenuhi selama kurun waktu
tertentu. Sementara itu kondisi gurunya telah memenuhi SNP. Begitu seterusnya pada aspek-
aspek lainnya. Suatu sekolah dimungkinkan dalam waktu lima tahun mampu mencapai SNP,
sementara itu terdapat sekolah untuk mencapai SNP memerlukan waktu 15 tahun. Semua itu
sangat tergantung kepada unsur-unsur yang ada di sekolah itu sendiri. Dan apabila suatu
sekolah telah memenuhi SNP, maka diharapkan akan mampu menyelenggarakan pendidikan
secara efektif, efisien, berkualitas, relevan, dan mampu mendukung tercapainya pemerataan
pendidikan bagi masyarakat luas.
Oleh karena itu dipandang sangat penting adanya suatu pedoman pencapaian SNP yang
mampu memberikan arah dan pegangan bagi tiap sekolah dalam rangka pencapaian SNP
tersebut. Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) diharapkan menjadi salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut, baik bagi sekolah rintisan, potensial maupun nasional.
RPS sangat penting manfaatnya bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
penyusunan rencana pendidikan di daerahnya. Semua RPS di Kabupaten/Kota dapat dijadikan
dasar bagi penyusunan Rencana Pengembangan Pendidikan Kabupaten/Kota (RPPK). Dengan
cara ini, RPPK akan lebih relevan dengan kebutuhan setiap sekolah di daerahnya. Demikian

1
manfaat bagi Dinas Pendidikan Tingkat Propinsi. Dalam membuat Rencana Pengembangan
Pendidikan Propinsi (RPPP) harus didasarkan atas semua RPPK yang ada di daerahnya.
Demikian juga pada tingkat nasional, RPPP dapat digunakan sebagai informasi bagi
penyusunan Rencana Pengembangan Pendidikan Nasional (RPPN). Secara visual, keterkaitan
antara RPS, RPPK, RPPP, dan RPPN dapat dilihat pada Gambar 1.

Rencana Pengembangan
Pendidikan Nasional

Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana


Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan
Propinsi Propinsi Propinsi Propinsi Propinsi

Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana


Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan
Kab./Kota Kab./Kota Kab./Kota Kab./Kota Kab./Kota

Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana


Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan
Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah

Gambar 1. Keterkaitan Antara Jenjang Perencanaan Pendidikan

B. Tujuan

Adapun tujuan adanya pedoman penyusuan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) ini
antara lain adalah:
1. Untuk memberikan pedoman bagi semua jenis kelompok sekolah, yaitu sekolah
rintisan, potensial, dan nasional dalam membuat Rencana Pengembangan Sekolah
(RPS).
2. Untuk memberikan pedoman bagi semua Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam
membuat Rencana Pengembangan Pendidikan Kabupaten/Kota (RPPK).
3. Untuk memberikan pedoman bagi semua Dinas Pendidikan Propinsi dalam membuat
Rencana Pengembangan Pendidikan Propinsi (RPPP).

2
4. Untuk memberikan pedoman bagi Departemen Pendidikan Nasional dalam membuat
Rencana Pengembangan Pendidikan Nasional (RPPN).
5. Untuk memberikan pedoman bagi semua sekolah dalam mencapai SNP, sesuai dengan
kondisi sekolah dan daerahnya.
6. Untuk memberikan pedoman bagi semua stakeholder di daerah/pusat dalam
partisipasinya kepada sekolah untuk mencapai SNP.
7. RPS digunakan sebagai dasar atau acuan bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan
monitoring, evaluasi, pembinaan dan pembimbingan kepada sekolah.

3
BAB II
RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

A. Pengertian Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Perencanaan sekolah adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang
tersedia. RPS adalah dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan dalam
rangka untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

B. Istilah-istilah Dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

1. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
2. Misi adalah rumusan umum mengenai tindakan (upaya-upaya) yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
3. Tujuan (baku) adalah rumusan mengenai apa yang diinginkan pada kurun waktu
tertentu (jangka panjang dan menengah).
4. Sasaran/tujuan situasional (tujuan jangka pendek) adalah rumusan spesifik mengenai
apa yang diinginkan pada kurun waktu tertentu, yaitu satu tahun, dengan
memperhitungkan tantangan nyata yang dihadapi (sasaran merupakan jabaran tujuan).
5. Identifikasi tantangan nyata: adalah mengidentifikasi kondisi nyata sekolah saat ini
dan yang akan datang. Tantangan nyata merupakan selisih (ketidaksesuaian) antara
output (hasil pendidikan yang berupa keluaran) sekolah saat ini dan output sekolah
yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan sekolah). Besar kecilnya
ketidaksesuaian antara output sekolah saat ini (kenyataan) dengan output sekolah yang
diharapkan (idealnya) di masa yang akan datang memberitahukan besar kecilnya
tantangan.
6. Identifikasi fungsi: adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan
untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-
fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar beserta fungsi-
fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan
dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan,
fungsi pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah-
masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.
7. Analisis SWOT:
Analisis SWOT adalah suatu teknik analisis untuk menentukan tingkat kesiapan
setiap fungsi dan faktor-faktor sekolah. Melalui analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, and Threat) akan diketahui sejauhmana kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman tiap fungsi dan faktor sekolah.
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap
fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-
faktornya dicapai melalui membandingkan faktor dalam kondisi nyata dengan
faktor dalam kriteria kesiapan. Yang dimaksud dengan kriteria kesiapan faktor
adalah faktor yang memenuhi kriteria/standar untuk mencapai sasaran/tujuan

4
situasional. Faktor yang memenuhi kriteria/standar ini ditemukan melalui
perhitungan-perhitungan atau pertimbangan-pertimbangan yang bersumber pada
pencapaian sasaran.
8. Langkah-langkah pemecahan persoalan: adalah memilih langkah-langkah
pemecahan persoalan (peniadaan), yakni tindakan yang diperlukan untuk
mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada
persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka sasaran yang
telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran tercapai, perlu
dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah ketidaksiapan menjadi kesiapan
fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan
persoalan, yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan
dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan
memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang bermakna kekuatan dan/atau peluang.
9. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program inovatif untuk
mewujudkan visi dan misi;
10. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk
mencapai tujuan;
11. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh sekolah untuk mencapai tujuan.
12. Kegiatan adalah rincian langkah-langkah operasional yang berupa aktivitas/kerja
untuk mewujudkan program sekolah

C. Landasan Hukum Rencana Pengembangan Sekolah

Rencana Pengembangan Sekolah dibuat berdasarkan peraturan-perundangan yang


berlaku yaitu: Undang-Undang Nomor 25 tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-
2009.

5
BAB III
PROSES PENYUSUNAN
RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

A. Tujuan Perencanaan Pendidikan dan Perencanaan Sekolah

1. Tujuan Perencanaan Pendidikan


a. Mendukung koordinasi antarpelaku pendidikan.
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antara sekolah dengan
dinas pendidikan, dinas pendidikan propinsi, dan pusat
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan
sumber-daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

2. Tujuan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) disusun dengan tujuan untuk:


a. menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil.
b. mendukung koordinasi antar pelaku sekolah.
c. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah,
antarsekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota, dan antarwaktu.
d. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
e. mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat, dan
f. menjamin tercapainya penggunaan sumber-daya secara efisien, efektif, berkeadilan
dan berkelanjutan.
g. sebagai dasar ketika melaksanakan monitoring dan evaluasi pada akhir program

B. Sistem Perencanaan Sekolah dan Rentang Waktu RPS

Sistem Perencanaan Sekolah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan sekolah untuk
menghasilkan rencana-rencana sekolah (RPS) dalam jangka panjang, jangka menengah,
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara sekolah dan masyarakat
(diwakili oleh komite sekolah). Perbedaan antara satu dengan lainnya adalah:
1. RPS Jangka Panjang adalah dokumen perencanaan sekolah untuk periode 20 (dua
puluh) tahun.
2. RPS Jangka Menengah (Rencana Strategis) adalah dokumen perencanaan sekolah
untuk periode 5 (lima) tahun.
3. RPS Tahunan adalah dokumen perencanaan sekolah untuk periode 1 (satu) tahun.

6
C. Aspek-aspek yang Dikembangkan dalam Perencanaan Sekolah

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), setiap sekolah harus memenuhi SNP. Oleh karena itu, aspek-aspek
yang harus disusun dalam perencanaan pengembangan sekolah juga harus sesuai dengan
tuntutan SNP tersebut yaitu 8 (delapan) standar nasional pendidikan: kompetensi
lulusan, isi (kurikulum), proses, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan,
prasarana dan sarana, pembiayaan, dan penilaian.
Namun demikian, ditinjau dari sisi pemerataan, kualitas, relevansi, efisiensi, dan
pengembangan kapasitas, dari delapan SNP tersebut dapat dijabarkan menjadi lebih
rinci dalam RPS, misalnya:
1. Pemerataan keslimaan: persamaan keslimaan, akses, dan keadilan atau kewajaran.
Contoh-contoh perencanaan pemerataan keslimaan misalnya: bea siswa untuk siswa
miskin, peningkatan angka melanjutkan, pengurangan angka putus sekolah, dsb.
2. Peningkatan kualitas. Kualitas pendidikan sekolah meliputi input, proses, dan
output, dengan catatan bahwa output sangat ditentukan oleh proses, dan proses sangat
dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input. Contoh-contoh perencanaan kualitas
misalnya, pengembangan input siswa, pengembangan pendidik dan tenaga
kependidikan (guru, kepala sekolah, konselor, pustakawan, laboran, dsb.),
pengembangan sarana dan fasilitas sekolah, seperti : pengembangan Laboratorium
IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPS, Laboratorium Komputer, dan lab
lainnya, pengembangan media pembelajaran, pengembangan ruang/kantor, rasio
(siswa/guru, siswa/kelas, siswa/ sekolah), pengembangan bahan ajar, pengembangan
model pembelajaran (pembelajaran tuntas, pembelajaran dengan melakukan,
pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif, dsb.), pengembangan lingkungan
pembelajaran yang kondusif, pengembangan komite sekolah, dsb. Peningkatan
kualitas siswa (UN, UAS, keterampilan kejuruan, kesenian, olahraga, karya ilmiah,
keagamaan, ke-disiplinan, karakter, budi-pekerti, dsb.)
3. Peningkatan efisiensi. Efisiensi merujuk pada hasil yang maksimal dengan biaya
yang wajar. Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan
efisiensi eksternal. Efisiensi internal merujuk kepada hubungan antara output sekolah
(pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk
memroses/ menghasilkan output sekolah. Efisiensi eksternal merujuk kepada
hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan
kumulatif (individual, sosial, ekonomik dan non-ekonomik) yang didapat setelah
kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Contoh-contoh perencanaan peningkatan
efisiensi misalnya: peningkatan angka kelulusan, rasio keluaran/masukan, angka
kenaikan kelas/transisi, penurunan angka mengulang, angka putus sekolah, dan
peningkatan angka kehadiran serta peningkatan pembiayaan pendidikan peserta didik.
4. Peningkatan relevansi. Relevansi merujuk kepada kesesuaian hasil pendidikan
dengan kebutuhan (needs), baik kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, dan
kebutuhan pembangunan yang meliputi berbagai sektor dan sub-sektor. Contoh-contoh
perencanaan relevansi misalnya; program keterampilan kejuruan/
kewirausahaan/usaha kecil bagi siswa-siswa yang tidak melanjutkan, kurikulum
muatan lokal, pendidikan kecakapan hidup khususnya untuk mencari nafkah, dsb.
5. Pengembangan kapasitas. Pengembangan kapasitas sekolah adalah upaya-upaya
yang dilakukan secara sistematik untuk menyiapkan kapasitas sumberdaya sekolah
(sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya), pengembangan kelembagaan

7
sekolah, pengembangan manajemen sekolah, dan pengembangan sistem sekolah agar
mampu dan sanggup menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam kerangka untuk
meng-hasilkan output yang diharapkan serta menghasilkan pola pengelolaan sekolah
yang ”good governance” dan akuntabel.

Secara lebih rinci aspek-aspek yang dapat dikembangkan berdasarkan SNP sehingga
dalam penyelenggaraannya efisien dan relevan, berkualitas, dan memenuhi pemerataan
pendidikan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Standar Isi (Kurikulum)


Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, yang dimaksudkan dengan standar isi
pendidikan adalah mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.
a. Kelompok Mata Pelajaran dan Kedalaman Isi
Standar isi pendidikan mengatur kerangka dasar kurikulum, beban belajar,
kalender akademik, dan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Standar isi mencakup
lingkup dan kedalaman materi pembelajaran untuk memenuhi standar kompetensi
lulusan. Kurikulum SMP terdiri dari: kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia;kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian;kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;kelompok mata
pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran
masing-masing kelompok mata pelajaran ikut mewarnai pemahaman dan/atau
penghayatan peserta didik. Semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Pelaksanaan semua kelompok mata pelajaran
disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
Kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia pada SMP
dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual. Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian pada SMP dimaksudkan untuk peningkatan
kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas
dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan,
jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi,
tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap
serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada SMP dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi
dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata pelajaran estetika pada SMP dimaksudkan
untuk meningkatkan sensitifitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan
mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga,
dan kesehatan pada SMP dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sportifitas dan kesadaran hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk
kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual maupun yang
bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas,

8
kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.
Kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia serta Kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SMP diamalkan sehari-hari
oleh peserta didik di dalam dan di luar sekolah, dengan contoh pengamalan diberikan
oleh setiap pendidik dalam interaksi sosialnya di dalam dan di luar sekolah, serta
dikembangkan menjadi bagian dari budaya sekolah. Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian pada SMP dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan
pendidikan jasmani. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam (sekurang-kurangnya terdiri dari fisika, kimia, dan biologi), ilmu
pengetahuan sosial (sekurang-kurangnya terdiri dari ketatanegaraan, ekonomika,
sosiologi, antropologi, sejarah, dan geografi), keterampilan/kejuruan, dan/atau
teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. Kelompok mata
pelajaran estetika pada SMP dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan. Kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada SMP dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu
pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.
Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan. Kompetensi terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan oleh Menteri.
b. Beban Belajar
Beban belajar untuk SMP diperhitungkan dengan menggunakan jam pembelajaran
per minggu per semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan dan ciri masing-masing.
c. Kurikulum Kecakapan Hidup
Kurikulum untuk SMP dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup.
Pendidikan kecakapan hidup mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial,
kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat
merupakan bagian dari pendidikan kelompok keimanan dan ketakwaan, pendidikan
akhlak mulia dan kepribadian, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pendidikan estetika, atau pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. Pendidikan
kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
d. Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum untuk SMP dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari pendidikan
kelompok keimanan dan ketakwaan, pendidikan akhlak mulia dan kepribadian,
pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan estetika, atau pendidikan
jasmani, olah raga, dan kesehatan. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat
diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan
pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

9
e. Kalender pendidikan
Waktu pembelajaran yang dituangkan dalam kalender pendidikan atau kalender
akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif, dan hari libur.
f. Aspek-aspek yang Dikembangkan dalam Program-program Sekolah rintisan,
potensial dan SSN Bidang Standar Isi (Kurikulum)
Program-program yang dapat dikembangkan dalam standar isi (kurikulum) ini
antara lain:
1) Pengembangan kurikulum satuan pendidikan (dengan berbagai jenis muatan
kurikulum sesuai dengan ketentuan SNP)
2) Penyusunan kalender pendidikan
3) Pengembangan pemetaan KBK untuk semua mata pelajaran
4) Pengembangan silabus untuk semua mata pelajaran
5) Pengembangan sistem penilaian untuk semua mata pelajaran
6) Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk semua mata pelajaran
7) Penyusunan beban belajar
Pengembangan isi tersebut dilakukan baik untuk kelas VII, VIII maupun kelas IX.
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
1) Terdokumentasikan kurikulum satuan pendidikan yang dijalankan sekolah (KBK)
2) Tersedianya perangkat pembelajaran secara lengkap (pemetaan, silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran), baik untuk semua mata pelajaran maupun semua
jenjang kelas
3) Terdokumentasikan kurikulum satuan pendidikan di sekolah yang bersangkutan
4) Dan terdapat peningkatan lain yang terkait dengan standar isi pendidikan

2. Pengembangan Standar Proses Pendidikan


a. Standar Proses Pendidikan Dalam SNP
Dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP bahwa yang dimaksud
dengan standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Dalam proses pembelajaran diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, memotivasi, menyenangkan, menantang, mendorong peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologisnya. Dalam proses pembelajaran pendidik
memberikan keteladanan.
Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran, dan
pengawasan yang baik. Perencanaan harus didukung oleh sekurang-kurangnya
dokumen kurikulum, silabus untuk setiap mata pelajaran, rencana pelaksanaan
pembelajaran, buku teks pelajaran, pedoman penilaian, dan alat/media pembelajaran.
Pelaksanaan harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban
mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran per peserta
didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik per pendidik. Penilaian proses
pembelajaran pada SMP untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

10
teknologi harus menggunakan berbagai teknik penilaian, termasuk ulangan, sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai dalam satu tahun. Penilaian proses
pembelajaran untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi
harus mencakup observasi dan evaluasi harian secara individual terhadap peserta
didik, serta observasi dan evaluasi akhir secara individual yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu semester. Penilaian proses pembelajaran
harus mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pengawasan mencakup
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut
yang diperlukan.
b. Program Pengembangan Standar Proses Pendidikan pada Sekolah Rintisan,
Potensial, dan SSN
Dalam upaya-upaya menuju kepada standar proses pendidikan sebagaimana
halnya ditentukan oleh SNP, maka bagi setiap sekolah diharapkan mengembangkan
berbagai program dan kegiatan, diantaranya adalah:
1) Pengembangan dan inovasi-inovasi metode pengajaran pada semua mata
pelajaran, khususnya penerapan metode atau strategi pembelajaran kontekstual
atau CTL (Contextual Teaching and Learning)
2) Pengembangan dan inovasi-inovasi bahan pembelajaran
3) Pengembangan dan inovasi-inovasi sumber pembelajaran
4) Pengembangan dan inovasi-inovasi model-model pengelolaan atau manajemen
kelas
5) Dan sebagainya
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
1) Semua mata pelajaran pada semua jenjang kelas telah dilaksanakan dengan
menggunakan berbagai strategi pembelajaran, utamanya CTL
2) Terdapat peningkatan inovasi bahan pembelajaran, baik secara kualitas maupun
kuantitas
3) Terdapat peningkatan inovasi sumber pembelajaran, baik secara kualitas maupun
kuantitas
4) Terdapat peningkatan inovasi pengelolaan kelas/pengelolaan pembelajaran dan
sebagainya

3. Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan


Sebagaimana dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, bahwa yang
dimaksud dengan standar kompetensi lulusan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, termasuk kompetensi membaca dan
menulis. Kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan. Standar kompetensi lulusan pada jenjang SMP
diarahkan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar
kompetensi lulusan SMP dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Menteri.

11
Adapun beberapa program dan kegiatan yang dapat dikembangkan yang berkaitan
dengan standar kompetensi lulusan pendidikan ini antara lain:
a. Pengembangan standar kelulusan atau GSA pada setiap tahunnya
b. Pengembangan standar pencapaian ketuntasan kompetensi pada tiap tahun atau
semester
c. Pengembangan kejuaraan lomba-lomba bidang akademik
d. Pengembangan kejuaraan lomba-lomba bidang non akademik
e. Dan sebagainya
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
a. Terdapat peningkatan gain score achievement (GSA) pada setiap semester atau tahun,
terhadap pencapaian keutntasan kompetensi untuk semua mata pelajaran
b. Terdapat peningkatan rata-rata pencapaian gain score achievement (GSA) pada tahun
terhadap mata pelajaran yang di-UN-kan berdasarkan kepada standar kelulusan yang
ditetapkan
c. Terdapat peningkatan prestasi non akademik tiap tahunnya
d. Dan sebagainya

4. Pengembangan Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan


Pengertian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan menurut PP 19 Tahun 2005
Tentang SNP adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental
serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku. Kompetensi adalah tingkat kemampuan minimal yang harus dipenuhi
seorang pendidik untuk dapat berperan sebagai agen pembelajaran. Kompetensi sebagai
agen pembelajaran pada jenjang SMP meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial sesuai Standar Nasional
Pendidikan, yang dibuktikan dengan sertifikat profesi pendidik, yang diperoleh melalui
pendidikan profesi guru sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi
profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau
sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat
diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi

12
akademik pendidikan minimum untuk pendidik pada tingkat SMP adalah: diploma lima
(D-IV) atau sarjana (S1).
Tenaga kependidikan pada SMP sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah.
Tenaga Kependidikan pada pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan
profesi harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi sesuai dengan bidang
tugasnya. Persyaratan untuk menjadi kepala SMP meliputi: berstatus guru SMP; Memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku; Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun di SMP; dan Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.
Adapun program-program dan kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan mengenai
standar pendidik dan tenaga kependidikan ini antara lain:
a. Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek profesionalisme
b. Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek pedagogik
c. Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek sosial
d. Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek kepribadian
e. Pengembangan atau peningkatan kompetensi tenaga TU dan lainnya
f. Pengembangan atau peningkatan kompetensi kepala sekolah
g. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh kepala sekolah terhadap kinerja pendidik
dan tenaga TU atau lainnya, dan
h. Peningkatan kuantitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
a. Terdapat peningkatan jumlah tenaga pendidikan dan kependidikan sesuai kebutuhan
sekolah
b. Terdapat peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai SNP
c. Terselenggaranya ME tiap tahun khususnya tentang kinerja sekolah
d. Terselenggaranya ME tiap tahun khususnya tentang kinerja pendidik
e. Terselenggaranya ME tiap tahun khususnya tentang kinerja kepala sekolah
f. Terselenggaranya supervisi klinis tiap tahun khususnya kepada pendidik, dan

5. Pengembangan Standar Prasarana dan Sarana Pendidikan


Pengertian standar Prasarana dan sarana pendidikan menurut PP Nomor 19 tahun 2005
Tentang SNP adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan
minimal tentang lahan, ruang kelas, tlima berolahraga, tlima beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tlima bermain, tlima berkreasi, perabot, alat dan media
pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar prasarana pendidikan mencakup persyaratan minimal dan wajib dimiliki oleh
setiap satuan pendidikan lahan, tentang, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tlima berolahraga, tlima
beribadah, tlima bermain, tlima berkreasi, dan ruang/tlima lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana
pendidikan mencakup persyaratan minimal tentang perabot, peralatan pendidikan, media

13
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Lahan satuan pendidikan meliputi sekurang-kurangnya lahan untuk bangunan satuan
pendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan untuk
menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat.
Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio luas lahan per peserta didik.
Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan letak lahan satuan pendidikan
di dalam klaster satuan pendidikan sejenis dan sejenjang, serta letak lahan satuan
pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan yang menjadi pengumpan masukan peserta
didik. Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan jarak tempuh maksimal
yang harus dilalui oleh peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut.
Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan
kesehatan lingkungan. Standar rasio luas ruang kelas per peserta didik, rasio luas
bangunan per peserta didik, dan rasio luas lahan per peserta didik dirumuskan oleh BSNP
dan ditetapkan oleh Menteri. Standar kualitas bangunan minimal pada SMP adalah kelas
B. Standar keragaman buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah minimal judul buku di
perpustakaan satuan pendidikan. Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan
dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata
pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan per peserta didik. Standar sumber belajar
lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah sumber belajar
terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan karakteristik satuan
pendidikan. Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam
(IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada
satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus
tersedia. Standar jumlah peralatan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan per
peserta didik. Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik, pendidik, dan/atau tenaga
kependidikan yang memerlukan layanan khusus wajib menyediakan akses ke sarana dan
prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang bersangkutan. Pemeliharaan
dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan memperhatikan masa pakai.
Adapun program-program dan kegiatan yang dapat dikembangkan mengenai standar
prasarana dan sarana baik secara kuantitas maupun kualitas antara lain:
a. Peningkatan dan pengembangan serta inovasi-inovasi media pembelajaran untuk
semua mata pelajaran
b. Peningkatan dan pengembangan serta inovasi-inovasi peralatan pembelajaran untuk
semua mata pelajaran
c. Pengembangan prasarana (ruang, laboratorium, dll) pendidikan dan atau pembelajaran
d. Penciptaan atau pengembangan lingkungan belajar yang kondusif
e. Peningkatan dan pengembangan peralatan laboratorium komputer, IPA, Bahasa, dan
laboratorium lainnya
f. Pengembangan jaringan internet, baik bagi peserta didik, pendidik maupun tenaga
kependidikan
g. Pengembangan atau peningkatan peralatan/bahan perawatan sarana dan prasarana
pendidikan, dan
h. Pengembangan peralatan dan inovasi-inovasi pusat-pusat sumber belajar.

14
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
a. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran tiap mata pelajaran
untuk semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang diterapkan
(khususnya CTL)
b. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas peralatan pembelajaran tiap mata
pelajaran untuk semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang
diterapkan (khususnya CTL)
c. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana pendidikan dan atau
pembelajaran
d. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas media dan peralatan pembelajaran praktik
tiap mata pelajaran untuk semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran
yang diterapkan (khususnya CTL)
e. Terpasangnya jaringan internet, baik dalam lab komputer peserta didik, guru maupun
kepala sekolah
f. Terlaksananya perawatan prasarana, peralatan, dan media pembelajaran atau sekolah
secara berkala, dan
g. Terdapat prasarana sumber-sumber belajar yang memadai (perpustakaan, pusat media
pembelajaran audio visual).

6. Pengembangan Standar Pengelolaan Pendidikan


Seperti dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP bahwa yang
dimaksudkan dengan standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan
menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan. Pengelolaan SMP menerapkan
manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam perencanaan program, penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kegiatan pembelajaran, pendayagunaan tenaga
kependidikan, pengelolaan sarana dan prasana pendidikan, penilaian kemajuan hasil
belajar, dan pengawasan.
Pada satuan pendidikan SMP kepala satuan pendidikan dalam melaksanakan tugasnya
dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala satuan pendidikan. Keputusan akademik
pada satuan pendidikan ditetapkan oleh rapat dewan pendidik. Rapat dewan pendidik
dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada mutu, dan
apabila keputusan dengan prinsip musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan
keputusan ditetapkan atas dasar suara terbanyak. Pada jenjang pendidikan SMP
melibatkan Komite Sekolah. Komite Sekolah sekurang-kurangnya terdiri dari anggota
masyarakat yang mewakili orang tua/wali peserta didik, tokoh masyarakat, praktisi
pendidikan, dan pendidik, yang memiliki wawasan, kepedulian dan komitmen terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman atau aturan yang sekurang-kurangnya
mengatur tentang: Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus; Kalender kegiatan
pendidikan, yang menunjukkan seluruh kategori aktifitas satuan pendidikan selama satu
tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan; Struktur organisasi satuan
pendidikan; Pembagian tugas di antara pendidik; Pembagian tugas di antara tenaga

15
kependidikan; Peraturan akademik; Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi
tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana; Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam
lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat.
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan. Rencana kerja tahunan
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang
meliputi masa 5 (lima) tahun. Rencana kerja meliputi sekurang-kurangnya: kalender
pendidikan atau akademik yang meliputi sekurang-kurangnya jadwal pembelajaran,
ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur; jadwal penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya; mata pelajaran yang ditawarkan
pada semester gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada; penugasan pendidik
pada mata pelajaran dan kegiatan lainnya; buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-
masing mata pelajaran; jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pembelajaran; pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai;
program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi sekurang-
kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program; jadwal rapat Dewan
Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat
satuan pendidikan dengan komite sekolah; rencana anggaran pendapatan dan belanja
satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; jadwal penyusunan laporan akuntabilitas
dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir. Rencana kerja harus disetujui
rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah.
Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan berpedoman kepada rencana kerja tahunan.
Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif,
dan akuntabel. Untuk jenjang SMP, pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan yang
tidak sesuai dengan rencana kerja tahunan harus mendapat persetujuan dari rapat dewan
pendidik dan komite sekolah. Pelaksanaan kegiatan yang perlu atau mendesak tetapi tidak
diprogramkan di dalam rencana kerja tahunan dilaksanakan secara ad-hoc dan
bertanggung jawab. Pelaksanaan kegiatan tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah dan kemudian
dipertanggungjawabkan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah.
Pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan,
pemeriksaan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Pemantauan dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan oleh pemimpin satuan pendidikan dan komite sekolah atau bentuk
lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan. Pemantauan dilakukan
untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan. Supervisi
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan
pendidikan dan kepala satuan pendidikan. Supervisi meliputi supervisi manajerial dan
akademik. Supervisi mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Pedoman Program
Penjaminan Mutu yang diterbitkan oleh Departemen. Pelaporan dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, pemimpin satuan pendidikan, dan pengawas atau penilik satuan
pendidikan. Pada jenjang pendidikan SMP laporan oleh pendidik ditujukan kepada
pemimpin satuan pendidikan dan orang tua/wali peserta didik, berisi hasil evaluasi dan
penilaian dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Laporan oleh tenaga
kependidikan ditujukan kepada pemimpin satuan pendidikan, berisi pelaksanaan teknis
dari tugas masing-masing dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Untuk
pendidikan SMP, laporan oleh pemimpin satuan pendidikan ditujukan kepada komite

16
sekolah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan, dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurang-
kurangnya setiap akhir semester. Setiap pihak yang menerima laporan wajib menindak
lanjuti laporan tersebut untuk meningkatkan mutu dan kesehatan satuan pendidikan,
termasuk memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.
Adapun beberapa program dan kegiatan yang dapat dikembangkan atau ditingkatkan pada
standar pengelolaan pendidikan antara lain:
a. Pengembangan atau pembuatan rencana pengembangan sekolah (RPS) tiap tahun, baik
untuk jangka pendek, menengah maupun panjang
b. Pengembangan pendayagunaan SDM sekolah dengan cara membuat dan pembagian
tugas-tugas secara jelas
c. Pengembangan struktur dan keorganisasian sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah
d. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien
e. Mendukung pengembangan perangkat penilaian
f. Pengembangan dan melengkapi administrasi sekolah
g. Implementasi MBS mengenai kemandirian/otonomi sekolah, transparansi,
akuntabilitas, partisipasi/kerjasama, fleksibilitas, dan kontinyuitas baik mengenai
program, keuangan, hasil-hasil program serta lainnya oleh pihak manajemen sekolah
(lihat pedoman pelaksanaan MBS pada Buku MBS yang diterbitkan oleh
Dit.Pembinaan SMP)
h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh sekolah tentang kinerja sekolah
i. Pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah
j. Penggalangan partisipasi masyarakat (pemberdayaan komite sekolah)
k. Membuat jaringan informasi akademik di internal maupun eksternal sekolah (SIM)
l. Membuat atau menciptakan jaringan kerja yang efektif dan efisien baik secara vertikal
dan horisontal
m. Implementasi model-model manajemen: POAC, PDCA, dan model lain yang pada
dasarnya mengembangkan aspek-aspek manajemen untuk pengembangan standar-
standar pendidikan
n. Mengembangkan Income Generating Activities atau unit-unit produksi/usaha di
sekolah maupun kerjasama dengan pihak lain untuk menggalang partisipasi
masyarakat, dan
o. Melaksanakan dan membuat pelaporan-pelaporan kepada berbagai pihak yang relevan,
baik menyangkut bidang akademik, non akademik atau manajemen sekolah lainnya.
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
a. Terdapat dokumen rencana pengembangan sekolah (RPS) tiap tahun, baik untuk
jangka pendek, menengah maupun panjang
b. Terdapat dokumen pengembangan pendayagunaan SDM sekolah dengan cara
membuat dan pembagian tugas-tugas secara jelas beserta pelaksanaannya
c. Terdapat struktur dan keorganisasian sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah beserta
tupoksi dan pedoman-pedoman kerjanya
d. Terlaksananya pembelajaran secara efektif dan efisien dengan dibuktikan oleh prestasi
yang dicapai dan pemanfaatan input pendidikan yang ada
e. Tersedianya kelengkapan administrasi sekolah sesuai dengan kebutuhan dan
memenuhi standar e-goverment yang efisien dan efektif

17
f. Mengimplementasikan MBS dengan indikator pencapaian sekolah/manajemen
mampu: mandiri/otonom, transparan, akuntabel, melakukan partisipasi/kerjasama
dengan masyarakat dan lainnya, program-program dan pengelolaan yang fleksibilitas,
dan terdapat kontinyuitas baik mengenai program, keuangan, hasil-hasil program serta
lainnya oleh pihak manajemen sekolah
g. Kepemimpinan kepala sekolah mampu melaksanakan ciri-ciri sebagai leader yang
tangguh
h. Terselenggaranya penggalangan partisipasi masyarakat (pemberdayaan komite
sekolah) secara optimal dalam berbagai bentuk/bidang
i. Terdapat jaringan informasi akademik di internal maupun eksternal sekolah (SIM)
j. Terciptanya jaringan kerja yang efektif dan efisien baik secara vertikal dan horisontal
k. Terdapat berbagai model pengembangan pengelolaan sekolah
l. Terdapat sistem pengelolaan dalam Income Generating Activities atau unit-unit
produksi/usaha di sekolah maupun kerjasama dengan pihak lain untuk menggalang
partisipasi masyarakat secara profesional, dan
m. Terdapat dokumen laporan kepada berbagai pihak yang relevan, baik menyangkut
bidang akademik, non akademik atau manajemen sekolah lainnya.

7. Pengembangan Standar Pembiayaan Pendidikan


Seperti dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP bahwa standar
pembiayaan mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari
dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan
agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan
secara teratur dan berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi termasuk untuk biaya penyediaan sarpras, pengembangan SDM, dan
modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya
operasi satuan pendidikan meliputi: gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya
operasi pendidikan tak langsung seperti daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
Dalam upaya membantu memenuhi dan mencapai standar biaya pendidikan yang
memadai, maka sekolah dapat mengembangkan program atau kegiatan yang didasarkan
atas musyawarah dan mufakat serta persetujuan dari stakeholder (termasuk Komite
Sekolah) serta sesuai dengan koridor peraturan perundangan yang berlaku, seperti
misalnya:
a. Pengembangan jalinan kerja dengan penyandang dana, baik donatur tetap maupun
tidak tetap
b. Penggalangan dana dari berbagai sumber termasuk dari sponsor
c. Penciptaan usaha-usaha di sekolah atau di luar sekolah sebagai Income Generating
Activities
d. Pendayagunaan potensi sekolah dan lingkungan yang menghasilkan keuntungan
ekonomik
e. Menjalin kerjasama dengan alumni, khususnya untuk penggalangan dana pendidikan

18
f. Dan sebagainya
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
a. Terjalin kerjasama dengan penyandang dana, baik tetap maupun ridak tetap dan
terdapat pemasukan dana
b. Tertdapat usaha nyata sekolah dalam hal IGA atau unit produksi sekolah (koperasi,
toko, kantin, dll)
c. Terdapat jalinan kerjasama dengan alumni dalam penggalangan dana

8. Pengembangan Standar Penilaian Pendidikan


Dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP bahwa standar penilaian
pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian prestasi belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar
peserta didik dilakukan oleh pendidik secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemampuan, dan kemajuan hasil belajar. Penilaian digunakan untuk: menilai pencapaian
kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; memperbaiki
proses pembelajaran; dan menentukan kelulusan peserta didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi
dan kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur
aspek kognitif peserta didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi diukur melalui ujian, ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok
mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan
sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
dilakukan melalui: pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan ujian, ulangan, dan/atau
penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk mengikuti ujian akhir
satuan pendidikan, peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari
nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata
pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok
mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan .
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilakukan penilaian akhir pada setiap satuan
pendidikan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olah raga, dan kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelulusan
peserta didik dari penilaian akhir satuan pendidikan. Penilaian akhir mempertimbangkan
hasil penilaian peserta didik sejak awal hingga akhir masa studi. Ujian akhir dilakukan
untuk semua mata pelajaran kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menentukan
kelulusan peserta didik.
Ujian nasional merupakan penilaian bersifat nasional atas pencapaian standar kompetensi
lulusan oleh peserta didik hasilnya dapat dibandingkan baik antar satuan pendidikan,

19
antara daerah, maupun antar waktu. BSNP menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti
peserta didik untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional
Pendidikan oleh peserta didik, satuan pendidikan, dan/atau program pendidikan. Rata-rata
tahunan hasil Ujian Nasional yang diperoleh program pendidikan dan/atau satuan
pendidikan dipertimbangkan dalam akreditasi satuan pendidikan dan/atau program
pendidikan. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai : salah satu instrumen dalam
pemetaan mutu satuan pendidikan dan/atau program pendidikan; salah satu dasar seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya; bahan pertimbangan dalam menentukan kelulusan
peserta didik dari program pendidikan dan/atau satuan pendidikan; dan digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penilaian kompetensi peserta
didik pada Ujian Nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel.
Setiap peserta didik berhak mengikuti Ujian Nasional dan berhak mengulanginya
sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. Setiap peserta didik wajib
mengikuti satu kali Ujian Nasional tanpa dipungut biaya. Ujian Nasional diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun
pelajaran. Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh BSNP. Dalam teknis pelaksanaan Ujian
Nasional di tingkat provinsi, BSNP bekerja sama dengan LPMP, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan. Pada jenjang SMP, Ujian Nasional
mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Soal pada Ujian Nasional mewakili seluruh cakupan materi
yang ada pada standar kompetensi lulusan dari mata pelajaran yang diujikan. Standar
kompetensi pada mata pelajaran yang diujikan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
oleh Menteri. Kriteria kelulusan ujian nasional dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
oleh Menteri. Peserta ujian nasional memperoleh Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
yang selanjutnya disebut SKHUN yang diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara
Ujian Nasional. Jadual pelaksanaan Ujian Nasional ditetapkan oleh Menteri. Peserta didik
dinyatakan lulus setelah: menyelesaikan seluruh program pembelajaran; memperoleh nilai
minimal baik pada evaluasi akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olah raga, dan kesehatan ; lulus ujian akhir kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan; dan lulus Ujian Nasional.
Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang
bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan dan ditetapkan oleh BSNP.
Oleh karena itu perlu mengembangkan, meningkatkan dan melaksanakan beberapa
program dan kegiatan penilaian seperti misalnya:
a. Pengembangan perangkat model-model penilaian pembelajaran
b. Implementasi model evaluasi pembelajaran: ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dll
c. Pengembangan instrumen atau perangkat soal-soal untuk berbagai model evaluasi
d. Pengembangan pedoman-pedoman evaluasi sesuai dengan pedoman yang telah
ditetapkan oleh pemerintah atau BSNP
e. Pengembangan lomba-lomba, uji coba, dan sejenisnya dalam upaya peningkatan
standar nilai atau ketuntasan kompetensi

20
f. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan penilaian dalam
rangka pengembangan perangkat penilaian sampai dengan analisa dan pelaporan hasil
belajar peserta didik, dan
g. Melaksanakan kerjasama dengan pihak lain untuk melaksanakan tes atau uji coba
prestasi peserta didik secara periodik
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
a. Terdapat perangkat penilaian berbagai ragam untuk semua mapel semua jenjang
kelas/tingka
b. Terselenggara berbagai model evaluasi: ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dll
c. Terdapat dokumen pengembangan bank soal, dan
d. Terdapat berbagai macam lomba, uji coba, dan jenis lainnya untuk peningkatan
prestasi peserta didik.

Dari berbagai program pengembangan tersebut selanjutnya dapat dibuat kerangka


kerja/program dan target yang diinginkan dengan berbagai strategi pelaksanaannya
sebagai berikut:

Program Dan Hasil Yang Diharapkan


Kelulusan

SaranaPrasarana dan
Pendidik & Tnaga
Isi (Kurikulum)
Strategi

Kependidikan

Pengelolaan

Pembiayaan
N

Penilaian

Lainnya
Proses

1 Mengimplementa
• • • • • • • •
sikan MBS
2 Mengembangkan
Inovasi • • • • • •
Pembelajaran
3 Menciptakan
Komunitas • • • • • •
Belajar
5 Mengembangkan
Profesionalitas
Pendidik dan • • • • • •
Tenaga
Kependidikan
5 Menggalang
Partisipasi • • • • • • •
Masyarakat

KETERANGAN:

21
 Dengan strategi implementasi MBS di sekolah dapat dilaksanakan program-program
yang relevan dengan pengembangan kurikulum atau kurikulum satuan pendidikan yang
akan dilaksanakan, inovasi proses pembelajaran, pencapaian kompetensi lulusan yang
makin meningkat, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan
prasarana dan sarana, pengembangan pengelolaan pendidikan di sekolah, pencapaian
pembiayaan pendidikan di sekolah yang proporsional, pengembangan sistem penilaian,
dan program lain yang sesuai dengan kebutuhan serta kondisi lingkungan
sekolah/masyarakat.

 Dengan strategi pengembangan inovasi pembelajaran di sekolah dapat dilaksanakan


program-program yang relevan dengan pengembangan dan penerapan berbagai model
proses pembelajaran terutama penerapan CTL di sekolah, pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan yang mampu menerapkan CTL, pengembangan prasarana dan sarana
pendukung pelaksanaan CTL, pengembangan pengelolaan pendidikan di sekolah yang
mengakomodasi pelaksanaan pembelajaran CTL, pengembangan sistem penilaian yang
didasarkan atas penerapan pembelajaran CTL, dan program lain yang sesuai dengan
kebutuhan serta kondisi lingkungan sekolah.

 Dengan strategi penciptaan komunitas belajar yang kondusif di sekolah dapat


dilaksanakan program-program yang mengarah kepada budaya pengembangan kurikulum
yang kontekstual oleh pendidik, budaya inovatif pendidik dalam pengembangan
pendekatan proses pembelajaran yang kontekstual, pengembangan dan pengkondisian
peserta didik yang mengarah kepada kompetisi untuk mencapai kompetensi yang tinggi,
penciptaan budaya dan pengembangan kompetensi (profesionalitas, pedagogik,
kepribadian, sosiologis) pendidik dan tenaga kependidikan, penciptaan peluang atau
keslimaan dan pendayagunaan secara optimal prasarana dan sarana serta potensi sumber
daya sekolah lainnya, penciptaan dan pengembangan pengelolaan sekolah yang
kontekstual dengan kebutuhan sekolah serta penciptaan budaya entrepreneurship di
lingkungan sekolah.

 Dengan strategi pengembangan perofesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan,


dapat dilaksanakan program-program yang relevan seperti: peningkatan kemampuan
pendidik dan tenaga kependidikan agar mampu mengembangkan kurikulum atau
kurikulum satuan pendidikan, melakukan inovasi proses pembelajaran, mengembangkan
prasarana dan sarana pendidikan, mengembangkan model/sistem pengelolaan pendidikan
di sekolah, mengembangkan usaha dan income generating di sekolah, dan
mengembangkan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan KBK.

 Dengan strategi penggalangan partisipasi masyarakat, dapat dilaksanakan program-


program yang relevan seperti: peningkatan kerjasama, kemitraan, dan pengoptimasian
potensi sumber daya masyarakat (stakeholder) dan atau komite sekolah untuk membantu
mengembangkan kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan,
sarpras, pengelolaan sekolah, pembiayaan pendidikan, dan bahkan dalam pelaksanaan
pengembangan penilaian peserta didik.

22
D. Proses Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Dalam penyusunan RPS harus menerapkan prinsip-prinsip: memperbaiki prestasi belajar


siswa, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), sistematis,
terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), menyeluruh, tanggap terhadap perubahan,
demand driven (berdasarkan kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, transparansi, data
driven, realistik sesuai dengan hasil analisis SWOT, dan mendasarkan pada hasil review
dan evaluasi.

1. Penyusunan dan Pelaksanaan RPS

Faktor penting yang harus diperhatikan oleh setiap sekolah adalah konsistensi anatara
perencanaan dengan pelaksanaan pengembangan sekolah. Perencanaan sekolah yang baik
akan memberikan kontribusi keberhasilan yang besar dalam implementasinya.

Desain Implementasi Evaluasi


RPS RPS RPS

Kesesuaian Hasil dengan Desain RPS


Cakupan Isi RPS Kepatuhan Implementasi dengan Desain RPS
Kualitas RPS

Sedangkan perencanaan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang baik
pula terhadap impelemntasinya. Oleh karena itu dalam setiap membuat RPS, sekolah
harus mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti kondisi lingkungan
strategis, kondisi sekolah saat ini, dan harapan masa datang.
Alur berfikir dan keterkaitan antara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sekolah dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2.
Penyusunan dan Pelaksanaan Perencanaan Sekolah

Analisis Lingkungan Strategis

Situasi Pendidikan Kesenjangan


Situasi Pendidikan yang diharapkan
saat ini

Rencana Strategis
(5 tahun)

Rencana Operasional
(1 tahun)

Pelaksanaan
Program

Monitoring &
Evaluasi

23
2. Langkah-langkah Penyusunan RPS: Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana
Operasional (Renop)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa RPS berisi dua rencana pengembangan
pendidikan ditinjau dari jangka waktunya, yaitu Rencana Strategis (Renstra) Sekolah
dalam jangka menengah (lima tahunan) dan Rencana Operasional (Renop) Sekolah
dalam jangka pendek (satu tahunan). Renstra menggambarkan suatu perencanaan
pengembangan sekolah yang menggambarkan tentang program-program sekolah yang
akan dilaksanakan dan dicapai selama kurun waktu lima tahun. Program-program
tersebut lebih bersifat garis besar, baik menyangkut fisik maupun non fisik, yang
semuanya mengacu kepada SNP. Sedangkan Renop merupakan bagian tak terpisahkan
dari Renstra, dan lebih merupakan penjabaran operasional dari Renstra. Program-
program dalam Renop lebih detail yang akan dilaksankan dan dicapai dalam satu tahun.
Dengan demikian Renstra dibuat pada awal tahun untuk lima tahun mendatang,
sedangkan Renop dibuat pada tahun pertama dari lima tahun yang akan dilaksanakan.
Baik dalam Renstra maupun Renop semua sumber dana dan alokasi biaya sudah dapat
diprediksi sebelumnya. Dalam hal program, baik Renstra maupun Renop harus
memperhatikan kebutuhan sekolah, masyarakat serta sesuai dengan RPPP dan RPPN.

Secara lebih rinci dalam pentahapan proses penyusunan RPS adalah sebagai berikut:

a. Langkah-langkah penyusunan Renstra dalam RPS:

1) Melakukan analisis lingkungan strategis sekolah


Dalam analisis ini pihak sekolah melakukan kajian tentang faktor-faktor eksternal
sekolah, yang dapat mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan. Berbagai faktor
tersebut diantaranya adalah kondisi sosial masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat
dan nasional, kondisi geografis lingkungan sekolah, kondisi demografis masyarakat
sekitar, kondisi perpolitikan, kondisi keamanan lingkungan, perkembangan
globaliasasi, perkembangan IPTEK, regulasi/kebijakan pemerintah pusat dan daerah,
dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat dipergunakan untuk menentukan visi sekolah.
2) Melakukan analisis situasi pendidikan sekolah saat ini
Adalah suatu analisis atau kajian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui
semua unsur sekolah yang akan dan telah mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan
dan hasil-hasilnya. Analisis ini lebih menitikberatkan kepada analisis situasi
pendidikan jenjang SMP pada umumnya di sekitar sekolah yang bersangkutan. Aspek
atau unsur-unsur sekolah yang secara internal dapat dikaji antara lain mengenai
kondisi saat ini tentang: PBM, guru, kepala sekolah, tenaga TU, laboran, tenaga
perpustakaan, fasilitas atau sarpras, media pengajaran, buku, peserta didik, kurikulum,
manajemen sekolah, pembiayaan dan sumber dana sekolah, kelulusan, sistem
penilaian/evaluasi, peran komite sekolah, dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat
dirumuskan dalam ”education profile” pada suatu daerah yang dapat dipergunakan
untuk menentukan ”status” atau potret pendidikan di SMP saat ini. Hasil ini
selanjutnya akan dibvandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan di masa lima
tahun mendatang, sehingga dapat diketahui sejauhmana kesenjangan yang terjadi.
3) Melakukan analisis situasi pendidikan sekolah yang diharapkan 5 tahun
kedepan

24
Sekolah melakukan suatu kajian atau penelaahan tentang cita-cita potret pendidikan di
SMP yang ideal di masa datang (khususnya dalam lima tahun mendatang). Dalam
analisis ini melibatkan semua stakeholder sekolah, khususnya mereka yang memiliki
cara pandang yang visioner, sehingga dapat menentukan kondisi sekolah yang benar-
benar ideal tetapi terukur, feasible, dan rasional. Diharapkan apa yang menjadi
idealisme dalam lima tahun mendatang merupakan ”education profile yang ideal”,
yaitu mampu mencapai SNP, yaitu tercapainya standar kurikulum sekolah, standar
PBM, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar kelulusan, standar fasilitas,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Hasil analisis ini
selanjutnya akan dipergunakan untuk membandingkan dengan kondisi sekolah saat ini
(poin 2).
4) Menentukan kesenjangan antara situasi pendidikan sekolah saat ini dan yang
diharapkan 5 tahun kedepan
Berdasarkan pada hasil analisis sekolah saat ini dan analisis kondisi sekolah yang
idieal lima tahun mendatang (langkah 2 dan 3), maka selanjutnya sekolah dapat
menentukan kesenjangan yang terjadi antara keduanya. Kesenjangan itulah merupakan
sasaran yang harus dicapai atau diatasi, sehingga apa yang diharapkan sekolah secara
ideal dapat dicapai. Dengan kata lain, kesenjangan tersebut merupakan selisih antara
kondisi nyata sekarang dengan kondisi idealnya.
5) Merumuskan visi
Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan
di masa datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang
dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa datang. Dalam menentukan visi
tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan.
Berikut itu beberapa contoh perkembangan ke depan yang perlu diperhatikan,
antara lain: (1) perkembangan iptek begitu cepat akan berpengaruh pada semua
aspek kehidupan termasuk teknologi pendidikan, (2) era global akan menyebabkan
lalu lintas tenaga kerja sangat mudah, sehingga akan banyak tenaga kerja asing di
Indonesia, sebaliknya banyak tenaga kerja Indonesia di luar negeri (3) era
informasi yang menyebabkan siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai
sumber sehingga guru dan sekolah bukan lagi satu-satunya sumber informasi, (5)
era global tampaknya juga berpengaruh terhadap perilaku dan moral manusia,
sehingga sekolah diharapkan berperan menanamkan akhlaq kepada siswa, (5)
kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan yang baik bagi anaknya ternyata
paralel dengan persaingan antar sekolah untuk menggaet anak yang pandai dengan
orangtua yang penuh perhatian, sehingga sekolah yang mutunya jelek akan
ditinggalkan mereka, (6) di era AFTA yang sebentar lagi dimulai bahasa Inggris
akan sangat penting untuk sarana komunikasi di dunia kerja, (7) di era AFTA juga
sangat mungkin terjadi pembukaan “cabang” sekolah luar negeri di kota besar di
Indonesia, serta (8) masyarakat semakin faham bahwa pendidikan bukan hanya
untuk hal-hal yang bersifat kognitif, sehingga prinsip multiple intelegence menjadi
salah satu harapan, dan sebagainya.
Namun demikian visi sekolah harus tetap berada dalam koridor kebijakan
pendidikan nasional. Artinya visi suatu sekolah harus mengacu kepada kebijakan
umum pendidian yang tekah ditetapkan secara nasional. Hal itu penting difahami
untuk menghindari terjadinya kekeliruan bahwa sekolah “bebas” menentukan
visinya dan tidak terkait dengan kebijakan pihak lain. Di samping itu visi sekolah
juga harus mempertimbangkan potensi yang dimiliki sekolah dan harapan

25
masyarakat di sekitar sekolah. Artinya jenis dan mutu layanan pendidikan seperti
apa yang diharapkan oleh orangtua dan masyarakat sekitar sekolah. Juga harus
dipertimbangkan apa potensi yang dimiliki sekolah untuk mewujudkan harapan
tersebut. Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat yang filosofis, bahkan
seringkali mirip sebuah slogan. Sering pula dirumuskan dalam bentuk kalimat
yang khas, mudah diingat dan terkait dengan istilah tertentu. Rumusan visi yang
baik seharusnya memberikan isyarat:
a. Berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama.
b. Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan
norma dan harapan masyarakat.
c. Mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin dicapai.
d. Mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat dan
komitmen warga.
e. Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan
pengembangan sekolah ke arah yang lebih baik.
f. Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah.
Sebagaimana disebut terdahulu, visi yang dirumuskan dengan kalimat filosofis
perlu diberikan indikatornya. Misalnya, apa indikator sekolah yang “unggul dalam
prestasi berdasarkan iman dan taqwa” tersebut. Indikator sebaiknya mencakup
segala aspek pokok yang diimajinasikan. Visi dan disertai indikator tersebut
hanyalah bahan banding dan hanya cocok dengan sekolah yang bersangkutan.
Oleh karena itu sekolah lain dianjurkan merumuskan visinya sendiri, yang sesuai
dengan kondisi sekolah masing-masing.
6) Merumuskan misi sekolah
Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan
yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah
bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan
berbagai indikatornya. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang
menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan”
sebagaimana pada rumusan visi. Dalam hal ini, satu indikator misi dapat
dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator visi dengan sumusan
misi harus ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya secara jelas.
7) Merumuskan tujuan sekolah selama lima (5) tahun ke depan
Bertolak dari visi dan misi yang telah dikembangkan oleh sekolah, dan
berdasarkan tujuan baku SMP yang tertera dalam Undang-Undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional maupun Peraturan Pemerintah sebagai pedoman
pelaksanaannya, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan jangka menengah (5
tahun). Jika visi, misi dan tujuan baku terkait dengan jangka panjang, maka tujuan
5 tahun dikaitkan dengan jangka menengah. Dengan demikian tujuan jangka
menengah (5 tahun) pada dasarnya merupakan tahapan atau langkah untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan baku SMP yang telah ditetapkan. Isi tujuan
jangka menengah ini masih bersifat global dan komprehensif, baik isi yang
mengarah pada pencapaian standar isi, proses, sarana, kelulusan, pengelolaan,
pembiayaan, pendidik, maupun penilaian karena untuk kepentingan jangka
menengah (5 tahun). Masing-masing aspek yang dikembangkan dalam tujuan

26
jangka menengah (5 tahun) masih dirumuskan secara umum, belum
spesifik/operasional.
8) Merumuskan program-program strategis untuk mencapai tujuan jangka
menengah (5 tahun)
Rumusan yang dibuat oleh sekolah tentang program-program 5 tahunan ini bersifat
strategis. Artinya, masih bersifat yang utama, pokok, urgen, dan komprehensif.
Program strategis ini harus sesuai dengan rumusan tujuan 5 tahunan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, program yang dirumuskan merupakan penjabaran isi
dari tujuan yang akan dicapai selama kurun waktu lima tahun. Program di sini belum
operasional, hanya garis besarnya saja. Untuk selanjutnya program ini akan dijabarkan
lebih kongkret dan terukur secara operasional nanti ke program dalam Rencana
Operasional (Renop).
9) Menentukan strategi pelaksanaan
Setelah program dirumuskan, selanjutnya adalah menetukan strategi apa yang harus
dijalankan untuk melaksanakan program tersebut secara efisien, efektif, jitu, dan tepat.
Karakteristik strategi adalah yang sesuai dengan tuntutan program. Strategi yang salah
akan menyebabkan tidak tercapainya program, demikian pula sebaliknya. Misalnya
untuk pencapaian program pengembangan standar kurikulum dimungkinkan berbeda
strateginya dengan strategi untuk mencapai standar prasarana atau fasilitas pendidikan.
Oleh karena itu dalam perumusan strategi ini harus mempertimbangkan keterlibatan
pihak lain terkait dan kemampuan sekolah itu sendiri.
10) Menentukan milestone (output apa dan kapan dicapainya)
Berdasarkan pada tujuan, program dan strategi pencapaiannya di atas, maka
selanjutnya dapat dirumuskan tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai
output), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan
dicapai (satu tahun, dua tahun atau 10 tahun, dst). Misalnya dari program pencapaian
SNP tentang standar sarana dan prasarana pendidikan, bentuk hasil yang akan
dicapai sarana pendidikan apa saja dalam jangka lima tahun bisa terwujud. Demikian
pula untuk hasil-hasil yang akan dicapai dari SNP lainnya.
11) Menentukan rencana biaya (alokasi dana)
Selanjutnya sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk kepentingan lima
tahun. Rencana biaya tersebut dapat dirumuskan per tahunnya, sehingga dalam waktu
lima tahun akan diketahui jumlah biaya yang diperlukan dan dari sumber biaya mana
saja. Untuk membantu keakuratan dalam rancangan biaya pertahunnya, maka rencana
biaya untuk tahun pertama dapat dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan biaya
di tahun kedua, ketiga, dan kelima. Ada kemungkinan suatu program biayanya makin
lama makin berkurang karena telah terpenuhi sebelumnya, atau sebaliknya, suatu
program makin lama makin banyak biayanya. Dan dalam batas waktu atau tahun
tertentu baru menyusut besarnya biaya. Semua ini sangat tergantung dari kemampuan
sekolah dan daerah masing-masing.
Dalam membuat rencana anggaran ini dari setiap besarnya alokasi dana harus
dimasukkan asal semua sumber dana, misalnya dana dari rutin atau daerah, dari pusat,
dari komite sekolah, atau dari seumber dana lainnya. Tidak menutup kemungkinan
dari sumber dana lain yang saat menyusun belum tahu asal muasalnya. Oleh karena itu
penting bagi setiap sekolah untuk mengetahui RPPK, RPPP, dan RPPN, sehingga
perkiraan sumber dana dapat diprediksi dengan tepat. Karena Renstra sifatnya global,
maka seandainya terjadi perubahan besarnya biaya dan asal sumber dana juga tidak
masalah. Perubahan tersebut akan nampak ketika sekolah menyusun Renop pada tahun

27
kedua, ketiga, dan kelima. Sebab Renstra hanya dibuat sekali saat awal tahun pertama
saja atau dengan kata lain Renstra tidak boleh tiap tahun berubah, yang baru adalah
Renopnya.
Dengan penyusunan rencana anggaran yang baik dalam Renstra ini, akan sangat
membantu sekolah dalam merumuskan strategi ke depan khususnya dalam pencapaian
anggaran pendidikan (RAPBS).
12) Membuat rencana pemantauan dan evaluasi
Sekolah merumuskan tentang rencana supervisi, monitoring internal, dan evaluasi
internal sekolahnya oleh kepala sekolah dan tim yang dibentuk sekolah. Harus
dirumuskan rencana supervisi yang akan dilakukan sekolah ke semua unsur sekolah,
dirumuskan monitoring tiap kegiatan sekolah oleh tim, dan harus dirumuskan evaluasi
kinerja sekolah oleh tim. Oleh siapa dan kapan dilaksanakan harus dirumuskan secara
jelas selama kurun waktu lima tahun. Dengan demikian, sekolah dapat memperbaiki
kelemahan proses dan dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan tujuan. Pada
akhirnya sekolah akan mengetahui kapan suatu target SNP akan dicapai dengan pasti.
Tanpa adanya langkah ini sekolah akan cenderung berjalan tanpa ada kejelasan dan
kepastian. Pemantauan pihak luar dilakukan kepada sekolah bukan ditentukan oleh
sekolah. Yang paling utama justru sekolah juga harus melakukan pemantauan dan
supervisi sendiri untuk mengetahui posisi sekolahnya.
Demikian langkah-langkah dalam proses penyusunan Renstra, untuk selanjutnya
berdasarkan Renstra tersebut kemudian disusun Rencana Operasional Tahunan. Contoh
format Renstra dapat dilihat pada lampiran. Secara skematis, penyusunan Renstra dapat
dilihat pada gambar 3.
Lingkunga
n
Strategis

Kondisi
saat ini
Misi 1 Tujuan 1 Program
1
Kesenjang
an kondisi Strategi
Misi 2 Tujuan 2 Pelaksanaan
Program
2
Misi n Tujuan n
Harapan 5 VISI
th yad Program Rencana Biaya
n

Lingkunga
Tonggak-tonggak
n
Kunci Keberhasilan
Strategis
(milestone)
Monitoring &
Evaluasi

Gambar 3
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Lima (5) Tahun
Dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

28
b. Langkah-langkah Penyusunan Renop dalam RPS:

Renop disusun berdasarkan Renstra, dan tidak boleh menyimpang dari Renstra. Sehingga
antara Renstra dan Renop harus terkait dan ada benang merahnya. Renstra dan Renop
inilah yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan
evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan
sekolah. Adapun langkah-langkah penyusunan Renop adalah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis lingkungan operasional sekolah
2) Melakukan analisis pendidikan sekolah saat ini
3) Melakukan analisis pendidikan sekolah 1 tahun kedepan (yang diharapkan)
4) Merumuskan kesenjangan antara pendidikan sekolah saat ini dan satu (1) tahun
kedepan
5) Merumuskan tujuan tahunan/tujuan jangka pendek (sasaran)
6) Mengidentifikasi urusan-urusan sekolah yang perlu dilibatkan untuk mencapai setiap
sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya
7) Melakukan analisis SWOT (mengenali tingkat kesiapan masing-masing urusan
sekolah melalui analisis SWOT)
8) Menyusun langkah-langkah pemecahan persoalan, yaitu mengubah ketidaksiapan
menjadi kesiapan urusan sekolah.
9) Menyusun rencana program sekolah
10) Menentukan milestone (output apa & kapan dicapai)
11) Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana)
12) Menyusun rencana pelaksanaan program
13) Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi
14) Membuat jadwal pelaksanaan program
15) Menentukan penanggungjawab program/kegiatan

Adapun yang menjadi ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan ketika menyusun


Renop sekolah adalah:
1) Menggunakan strategi analisis swot
2) Analisis swot dilakukan setiap tahun
3) Renop merupakan pemjabaran dari renstra
4) Program yang direncanakan lebih operasional
5) Ada benang merah antara tujuan lima tahunan dan sasaran (tujuan) satu tahunan
6) Rencana dan program sekolah harus memperhatikan hasil analisis SWOT
7) Penulisan Renop juga mengacu pada buku MBS-2

Secara skematis dalam menyusun Renop sekolah dapat dilihat pada gambar 5.

29
Identifikasi fungsi-
situasi fungsi untuk
operasional mencapai sasaran
lingkungan
sekolah
Sasaran 1
Sasaran 2 Analisis
Sasaran 3 SWOT setiap
Kondisi yang ideal ……….. fungsi dan
diharapkan satu ……….. faktor-faktornya
thn ke depan

Kesenjangan atau Alternatif langkah-langkah


gap antara kondisi pemecahan persoalan
sekolah sekarang
dengan idealnya satu
thn kedepan

Rencana, program dan


anggaran untuk
Kondisi sekolah masing-masing
saat ini (saat sasaran
sekarang)

Merencanakan supervisi
situasi dan monev
operasional
lingkungan
sekolah Menentukan jadwal
kegiatan

Menentukan
penanggungjawab

Gambar 5
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Operasional (Renop) Sekolah Satu Tahunan
Dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Secara lebih rinci penyusunan Renop tersebut adalah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis lingkungan operasional sekolah


Langkah ini pada prinsipnya adalah sama dengan analisis lingkungan strategis di atas.
Perbedaannya adalah untuk analisis ini lebih menitikberatkan kepada lingkungan
sekolah saja yang cakupannya lebih sempit dan berpengaruh langsung kepada
operasional sekolah. Yaitu menganalisis terhadap kebutuhan masyarakat/daerah
setlima, potensi daerah, potensi sekolah, potensi masyarakat sekitar, potensi geografis
sekitar sekolah, potensi ekonomi masyarakat sekitar sekolah, dan potensi lainnya.
Termasuk di dalamnya juga tentang regulasi atau kebijakan daerah dan peta
perpolitikan daerah setlima. Hasil kajian ini (baik yang bersifat kuantitas maupun
kualitas) dapat dipergunakan untuk membantu melakukan analisis pendidikan yang
ada di sekolah saat sekarang ini.

30
2) Melakukan analisis pendidikan sekolah saat ini
Adalah suatu analisis atau kajian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui semua
unsur internal sekolah yang akan dan telah mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan
dan hasil-hasilnya. Analisis ini lebih menitikberatkan kepada analisis situasi pendidikan di
sekolah yang bersangkutan. Aspek atau unsur-unsur sekolah yang secara internal dapat
dikaji antara lain mengenai kondisi saat ini tentang: PBM, guru, kepala sekolah, tenaga
TU, laboran, tenaga perpustakaan, fasilitas atau sarpras, media pengajaran, buku, peserta
didik, kurikulum, manajemen sekolah, pembiayaan dan sumber dana sekolah, kelulusan,
sistem penilaian/evaluasi, peran komite sekolah, dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat
dirumuskan dalam ”school profile” sekolahnya yang dapat dipergunakan untuk
menentukan ”status” atau potret sekolah saat ini. Hasil ini selanjutnya akan
dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan di masa satu tahun mendatang,
sehingga dapat diketahui sejauhmana kesenjangan yang terjadi.
3) Melakukan analisis pendidikan sekolah satu (1) tahun kedepan (yang
diharapkan)
Pada dasarnya analisis ini sama dengan yang dilakukan untuk analisis sebelumnya di
renstra, bedanya disini untuk jangka waktu satu tahun. Sekolah melakukan suatu kajian
atau penelaahan tentang cita-cita potret sekolah yang ideal di masa datang (khususnya
dalam satu tahun mendatang). Dalam analisis ini melibatkan semua stakeholder sekolah,
khususnya mereka yang memiliki cara pandang yang visioner, sehingga dapat menentukan
kondisi sekolah yang benar-benar ideal tetapi terukur, feasible, dan rasional. Diharapkan
apa yang menjadi idealisme dalam satu tahun mendatang merupakan ”school profile yang
ideal”, yaitu mampu mencapai SNP, yaitu tercapainya standar kurikulum sekolah, standar
PBM, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar kelulusan, standar fasilitas,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Hasil analisis ini
selanjutnya akan dipergunakan untuk membandingkan dengan kondisi sekolah saat ini
(poin 2).
4) Menentukan kesenjangan antara situasi sekolah saat ini dan yang diharapkan
satu (1) tahun kedepan
Dalam menentukan kesenjangan ini pada dasarnya sama ketika menyusun renstra.
Berdasarkan pada hasil analisis sekolah saat ini dan analisis kondisi sekolah yang idieal
satu tahun mendatang (langkah 2 dan 3), maka selanjutnya sekolah dapat menentukan
kesenjangan yang terjadi antara keduanya. Kesenjangan itulah merupakan sasaran yang
harus dicapai atau diatasi dalam waktu satu tahun, sehingga apa yang diharapkan sekolah
secara ideal dapat dicapai. Dengan kata lain, kesenjangan tersebut merupakan selisih
antara kondisi nyata sekarang dengan kondisi idealnya satu tahun ke depan. Khususnya
kesenjangan tentang aspek-aspek dalam SNP, yaitu standar kurikulum sekolah, standar
PBM, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar kelulusan, standar fasilitas,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.
5) Merumuskan tujuan sekolah selaman satu (1) tahun ke depan (disebut juga
dengan sasaran atau tujuan situasional satu tahun)
Sekolah menentukan atau merumuskan sasaran atau tujuan jangka pendek satu
tahunan. Rumusan tujuan satu tahunan ini merupakan penjabaran lebih rinci,
operasional, dan terukur dari tujuan lima tahunan dalam renstra. Oleh karena itu,
tujuan disini tidak boleh berbeda atau menyimpang dari tujuan lima tahunan. Dalam
perumusannya harus mengandung aspek ABCD (audience, behaviour, condition, dan
degree). Secara substansi tujuan tersebut lebih mentitikberakan kepada tujuan
pencapaian SNP, yaitu pada pencapaian standar isi, proses, sarana, kelulusan atau

31
prestasi sekolah (akademik dan non akademik), pengelolaan, pembiayaan, pendidik,
dan penilaian. Masing-masing aspek yang dikembangkan dalam tiap tujuan
dirumuskan harus operasional.
Tujuan satu tahun merupakan penjabaran dari tujuan sekolah yang telah dirumuskan
berdasarkan pada kesenjangan/selisih/gap yang terjadi antara kondisi sekolah saat ini
dengan tujuan sekolah untuk satu tahun ke depan. Berdasarkan pada tantangan nyata
tersebut, selanjutnya dirumuskan sasaran mutu yang akan dicapai oleh sekolah.
Sasaran harus menggambarkan mutu dan kuantitas yang ingin dicapai dan terukur
agar mudah melakukan evaluasi keberhasilannya. Meskipun sasaran dirumuskan
berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran
tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah. Untuk itu setiap
sekolah harus memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah sebelum merumuskan
sasarannya.
6) Mengidentifikasi Fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah untuk dikaji tingkat
kesiapannya
Setelah sasaran atau tujuan tahunan ditentukan, selanjutnya dilakukan identifikasi
fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran
tersebut. Langkah ini harus dilakukan sebagai persiapan dalam melakukan analisis
SWOT. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya untuk meningkatkan pencapaian
ketuntasan kompetensi lulusan adalah fungsi proses belajar mengajar (PBM) dan
pendukung PBM, seperti: ketenagaan, kesiswaan, kurikulum, perencanaan
instruksional, sarana dan prasarana, serta hubungan sekolah dan masyarakat. Selain
itu terdapat pula fungsi-fungsi yang tidak terkait langsung dengan proses belajar
mengajar, diantaranya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim akademik
sekolah.
Apabila sekolah keliru dalam menetapkan fungsi-fungsi tersebut atau fungsi tidak
sesuai dengan sasarannya, maka dapat dipastikan hasil analisis akan menyimpang dan
tidak berguna untuk memecahkan persoalan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan
kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai
sasaran yang ditentukan. Agar lebih mudah, dalam identifikasi fungsi dibedakan
fungsi-fungsi pokok yang berbentuk proses, misalnya KBM, latihan, pertandingan,
dan sebagainya serta fungsi-fungsi yang berbentuk pendukung, yang berbentuk input
misalnya ketenagaan, sarana-prasarana, anggaran, dan sebagainya. Pada setiap fungsi
ditentukan pula faktor-faktornya, baik faktor yang tergolong internal maupun
eksternal agar setiap fungsi memiliki batasan yang jelas dan memudahkan saat
melakukan analisis.
Setelah fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran telah diidentifikasi,
maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan masing-masing fungsi
beserta faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
and Threat).
7) Melakukan Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap
fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan
masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT

32
dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor
internal maupun eksternal.

Dalam melakukan analisis terhadap fungsi dan faktor-faktornya, maka berlaku


ketentuan berikut: Untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya, minimal
memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran,
dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor
eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya, tidak
memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi
faktor internal atau ancaman bagi faktor eksternal.
Untuk menentukan kriteria kesiapan, diperlukan kecermatan, kehati-hatian,
pengetehuan, dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran
kesiapan yang tepat.

Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor eksternal
yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama masih
adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang telah
ditetapkan diduga tidak akan dapat tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran dapat
tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi tidak siap
menjadi siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan
persoalan, yang pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan atau
ancaman agar menjadi kekuatan atau peluang.

Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah


selanjutnya adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan,
yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap
menjadi fungsi yang siap dan mengoptimalkan fungsi yang dinyatakan siap.

Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya,
maka alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda,
disesuaikan dengan kesiapan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah
tersebut. Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah
pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang
sama. Oleh karena itu dalam analisis SWOT harus dilakukan pada SETIAP
SASARAN. Format analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.

8) Merumuskan dan Mengidentifikasi Alternatif Langkah-langkah Pemecahan


Persoalan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat
diidentifikasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah pada hampir
semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan adalah
siswa kurang disiplin, guru kurang mampu memberdayakan siswa dan umumnya tidak
banyak variasi dalam memberikan bahan pelajaran di kelas serta waktu yang
digunakan kurang efektif. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah kurang siapnya
siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari menjelang
pulang. Disamping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan ramai
karena berdekatan dengan pusat keramaian kota.

33
Selanjutnya untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari
alternatif alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan. Dengan kata lain,
alternative pemecahan masalah pada dasarnya merupakan cara mengatasi fungsi yang
belum memenuhi kesiapan.

34
Tabel 1. Contoh Format Analisis SWOT

ANALISIS ‘ SWOT ’
A. Kurikulum Tingkat Kesiapan
1.Urusan
Faktor & Kriteria Kondisi Faktor Tidak
Faktornya
Internal Kesiapan Nyata Siap
a. …………. Siap
b. ………….
c. …………. Kelemaha
2. Faktor n
a. …………. a. ………. Kekuatan
Eksternal (Weakness
b. …………. b. ………. (Strength)
a. …………. )
c. …………. c. ……….
b. ………….
c. …………. Peluang
a. …………. a. ………. Ancaman
(Opportuni
b. …………. b. ………. (Threat)
ty)
c. …………. c. ……….
B. Ketenagaan
1. Faktor
Internal Kelemaha
a. …………. n
a. …………. a. ………. Kekuatan
b. …………. (Weakness
b. …………. b. ………. (Strength)
c. …………. )
c. …………. c. ……….
2. Faktor
Eksternal Peluang
a. …………. a. ………. Ancaman
a. …………. (Opportuni
b. …………. b. ………. (Threat)
b. …………. ty)
c. …………. c. ……….
c. ………….

C. Dan seterusnya

9) Menyusun Rencana Program


Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa untuk memecahkan persoalan yang
sama, masing-masing sekolah dapat menentukan alternatif pemecahan persoalan yang
berbeda-beda sesuai potensi yang dimiliki sekolah dan memilih alternatif yang paling
menguntungkan serta efisien bagi sekolah. Berdasarkan pada beberapa alternatif
pemecahan persoalan yang dihasilkan dari analisis SWOT tersebut, sekolah ‘X’
selanjutnya menyusun program sesuai dengan kemampuan sekolah. Sekolah yang
sukses adalah sekolah yang mampu melaksanakan alternative pemecahan masalah
dengan inovatif maksimal dan biaya minimal.
Dari alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan yang ada, Kepala sekolah
sekolah bersama-sama dengan unsur Komite Sekolah, menyusun dan merealisasikan
rencana dan program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek
yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan,
kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan. Hal itu juga
diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh
dukungan dari pemerintah maupun orangtua peserta didik, baik secara moral maupun
finansial.

35
10) Menentukan tonggak-tonggak kunci keberhasilan (milestone)
Berdasarkan pada tujuan atau sasaran satu tahunan dan program di atas, maka selanjutnya
dapat dirumuskan tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai dalam waktu
satu tahun. Misalnya dari program pencapaian SNP tentang standar sarana dan
prasarana pendidikan, bentuk hasil yang akan dicapai sarana pendidikan apa saja dalam
jangka satu tahun bisa terwujud. Misalnya dalam lima tahun akan mencapai standar sarana
pendidikan 100%, maka pada tahun pertama ini akan dicapai 25%-nya. Demikian pula
untuk hasil-hasil yang akan dicapai dari program-program lainnya.
11) Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana)
Selanjutnya sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk kepentingan satu tahun.
Dalam membuat rencana anggaran ini dari setiap besarnya alokasi dana harus dimasukkan
asal semua sumber dana, misalnya dana dari rutin atau daerah, dari pusat, dari komite
sekolah, atau dari seumber dana lainnya. Untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan
benar-benar keluar (terpenuhi), maka setiap sekolah perlu memahami dan mengetahui
tentang RPPK, RPPP, dan RPPN, sehingga perkiraan sumber dana dapat diprediksi
dengan tepat.
Penyusunan rencana anggaran ini dituangkan ke dalam Rencana Anggaran dan Belanja
Sekolah (RAPBS). Dalam penyusunannya harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dari
masing-masing penyandang dana. Sangat dimungkinkan suatu program dibiayai dengan
subsidi silang dari berbagai pos atau sumber dana. Program-program yang memerlukan
bantuan dari pusat harus dialokasikan sumber dana dari pusat dengan sharing dari sekolah
dan komite sekolah atau bahkan daerah. Misalnya untuk pembangunan ruang kelas baru,
laboratorium baru, gedung perpustakaan, dan sebagainya. Sedangkan yang berupa
program rehab besar dana lebih diprioritaskan dari propinsi. Sedangkan untuk program
yang lebih operasional bisa dari dana blockgrant atau lainnya yang bersifat lebih luwes.
Pada era otonomi daerah ini, maka sekolah dan daerah memiliki kewajiban yang lebih
besar dalam hal pemenuhan unit cost pendidikan anak/siswa. Dalam penyusunan anggaran
di RAPBS, maka setiap program atau kegiatan harus nampak jelas, terukur, dan rinci
untuk memudahkan dalam menentukan besarnya dana yang diperlukan.
12) Menyusun rencana pelaksanaan program
Perumusan atau penyusunan rencana pelaksanaan program ini lebih mengarah kepada
kiat, cara, teknik, dan atau strategi yang jitu, efisien, efektif, dan feasibel untuk
dilaksanakan. Cara di sini harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai pada
program tersebut. Beberapa cara yang bisa ditempuh misalnya dengan pelatihan atau
workshop, seminar, lokakarya, temu alumni, kunjungan, in house training, matrikulasi,
remedial, pengayaan, pendampingan, bimbingan teknis rutin, dan sebagainya. Dalam
perencanaan pelaksanaan harus mempertimbangkan alokasi waktu, ketersediaan dana,
SDM, fasilitas, dan sebagainya.
13) Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi
Perumusan di sini pada dasarnya sama dan mengacu kepada renstra khususnya tentang
rencana supervisi klinis, monitoring, dan evaluasi di sekolah. Sekolah merumuskan
tentang rencana supervisi, monitoring internal, dan evaluasi internal sekolahnya oleh
kepala sekolah dan tim yang dibentuk sekolah. Harus dirumuskan rencana supervisi yang
akan dilakukan sekolah ke semua unsur sekolah, dirumuskan monitoring tiap kegiatan
sekolah oleh tim, dan harus dirumuskan evaluasi kinerja sekolah oleh tim. Oleh siapa dan
kapan dilaksanakan harus dirumuskan secara jelas selama kurun waktu satu tahun.
Dengan demikian, sekolah dapat memperbaiki kelemahan proses dan dapat mengetahui

36
keberhasilan atau kegagalan tujuan dalam kurun waktu satu tahun tersebut. Pada akhirnya
sekolah akan mengetahui program apa yang dapat dicapai dan kapan suatu target SNP
akan dicapai dengan pasti. Tanpa adanya langkah ini sekolah akan cenderung berjalan
tanpa ada kejelasan dan kepastian. Pemantauan pihak luar dilakukan kepada sekolah
bukan ditentukan oleh sekolah. Yang paling utama justru sekolah juga harus melakukan
pemantauan dan supervisi sendiri untuk mengetahui posisi sekolahnya. Lebih daripada itu,
sekolah akan memiliki daya tawar dengan pihak lain ketika berkepentingan untuk
meningkatkan kemajuan sekolah.
14) Membuat jadwal pelaksanaan program
Apabila program-program telah disusun dengan baik dan pasti, selanjutnya sekolah
merencanakan alokasi waktu per mingguan atau bulanan atau triwulanan dan seterusnya
sesuai dengan karakteristik program yang bersangkutan. Fungsi utama dengan adanya
penjadwalan ini adalah untuk pegangan bagi para pelaksana program dan sekaligus
mengontrol pelaksanaan tersebut.
15) Menentukan penanggungjawab program/kegiatan
Sekolah akhirnya harus menentukan siapa penanggungjawab suatu kegiatan/program,
kelompok program dan atau keseluruhan program. Dengan SK Kepala Sekolah, maka bagi
tiap orang atau kelompok orang dapat menjadi penanggung jawab atau anggota pelaksana
program/kegiatan. Pertimbangan utamanya adalah profesionalitas, kesesuaian,
kewenangan, kemampuan, kesediaan, dan keslimaan yang ada. Azas proporsionalitas bisa
dipertimbangkan kemudian. Keterlibatan pihak luar, seperti komite sekolah, tokoh
masyarakat, dan sebagainya dapat dilibatkan sesuai dengan kepentingannya. Pada
prinsipnya Renop ini harus diketahui, disetujui, dan disyahkan oleh berbagai pihak terkait
(Sekolah, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Daerah).

37
BAB IV
PENUTUP

Pedoman penyusunan RPS ini dikembangkan sebagai model minimal untuk bisa
dikembangkan lebih jauh tanpa mengurangi aspek-aspek yang ada. Pedoman penyusunan ini
dipergunakan oleh semua sekolah (SMP) dalam rangka menyelenggarakan pendidikan, baik
sekolah dalam kelompok rintisan, potensial maupun nasional. Pedoman ini juga dapat
dipergunakan oleh sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi dalam upaya
pencapaian pendidikan yang efisien, efektif, relevan, dan merata.

Isi utama yang harus dikembangkan dalam RPS tiap sekolah adalah semua aspek yang
mengarah kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagaimana diamanatkan dalam
UUSPN maupun PP Nomor 19 Tahun 2005. Diharapkan ke depan semua sekolah tidak ada
lagi yang masuk kelompok rintisan dan potensial, tetapi menjadi sekolah berstandar nasional.
Bahkan diharapkan semua sekolah menjadi sekolah yang memenuhi SNP.

Untuk itu diharapkan adanya masukan yang konstruktif terhadap pedoman ini demi
perbaikan dan penyempurnaan sehingga dapat dipakai oleh semua pihak yang terkait seperti
Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi.

38
LAMPIRAN :
CONTOH PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

I. RENCANA STRATEGIS JANGKA PANJANG SEKOLAH: MISALNYA DALAM


JANGKA PANJANG DENGAN KURUN WAKTU 20 TAHUN KE DEPAN ATAU
JANGKA MENENGAH 5 TAHUN KE DEPAN
Reancana strategis untuk jangka panjang ini bersifat baku, tidak berubah, dan sesuai
dengan filosofi, arah, dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
UUD 1945 (yang diamandemen) dan dalam UUSPN NO.20 TAHUN 2003

A. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS :


Melaksanakan analisis makro 20 tahun atau 5 tahun ke depan tentang kondisi sosial,
ekonomi, politik, keamanan, kemajuan IPETK, budaya, dsb yang secara langsung atau
tidak langsung berpengaruh terhadap dunia pendidikan.

B. ANALISIS KONDISI PENDIDIKAN SAAT INI:


Melaksanakan analisis kondisi pendidikan saat ini secara umum, baik ditinjau dari sisi
mutu, akses, efisiensi, relevansi, dan manajemennya, yang dipengaruhi oleh kondisi
sosial, ekonomi, politik, keamanan, kemajuan IPETK, budaya, dsb.

C. ANALISIS KONDISI PENDIDIKAN MASA DATANG (MISALNYA 20 TAHUN


ATAU 5 TAHUN KE DEPAN): melaksanakan analisis tentang sistem pendidikan
(penyelenggaraan dan hasil-hasilnya) yang ideal, sempurna, dan yang seharusnya terjadi
misalnya pada kurun waktu 20 tahun atau 5 tahun yang akan datang atau lebih.

D. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA (KESENJANGAN KONDISI) ANTARA


20 TAHUN ATAU 5 TAHUN KE DEPAN DENGAN KONDISI NYATA
PENDIDIKAN SAAT INI:
Analisis pengidentifikasian tantangan nyata yang dihadapi dunia pendidikan saat sekarang
terhadap kondisi ideal 20 tahun atau 5 tahun ke depan, baik dalam aspek pemerataan,
kualitas pendidikan, efisiensi, relevansi, standar nasional pendidikan, dan sebagainya,
maka akan terlihat adanya kesenjangan-kesenjangan dalam berbagai aspek tersebut,
sehingga menuntut adanya suatu strategi untuk merubah atau mencapai kondisi yang ideal
tadi.

E. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA (KESENJANGAN KONDISI):


Berdasarkan pada analisis situasi, baik internal maupun eksternal sekolah, dan analisis
kondisi sekolah sekarang dan yang diharapkan masa datang (lima tahun ke depan), maka
dapat diketahui kesenjangan yang terjadi.

39
Contoh 1:
Analisis identifikasi tantangan nyata dengan dasar pada aspek pemerataan, kualitas,
relevansi, efisiensi, dan kapsitas sekolah.

Besarnya
No Kondisi yang diharapkan
Kondisi saat ini Tantangan
. (lima tahun ke depan)
Nyata
1 Pemerataan kesempatan: Pemerataan kesempatan: Pemerataan
keswempatan:
a. Terdapat 5% angka putus a. Terdapat 0% angka putus 5%
sekolah sekolah
b. Terdapat 20% siswa b. Terdapat 0% siswa miskin 20%
miskin belum mendapatkan belum mendapatkan bangtuan
bangtuan pendidikan pendidikan
c. Dan sebagainya c. Dan sebagainya

2 Kualitas pendidikan: Kualitas pendidikan:


a. Kurikulum 70% belum a. Kurikulum 100% memenuhi 30%
memenuhi standar nasional standar nasional pendidikan
pendidikan (perangkat (perangkat pembelajaran sudah
pembelajaran belum disusun disusun untuk kelas 7-9 semua
untuk kelas 7-9 semua mapel) mapel)
b. Proses pembelajaran belum b. Proses pembelajaran sudah 50%
memenuhi standar nasional memenuhi standar nasional
pendidikan, yaitu baru 50% pendidikan, yaitu 100% guru
guru melaksanakan CTL melaksanakan CTL
c. Prestasi akademik lulusan c. Prestasi akademik lulusan SKBM: 50%
belum memenuhi standar sudah memenuhi standar GSA NUAN: 3
nasional pendidikan (SKBM nasional pendidikan (SKBM
di bawah 50% dan NUAN di 100% dan NUAN 8)
bawah 5,00)
d. Pendidik dan tenaga d. Pendidik dan tenaga 10%
kependidikan terdapat 90% kependidikan terdapat 100%
memenuhi standar nasional sudah memenuhi standar
pendidikan nasional pendidikan
e. Prasarana, sarana, media e. Prasarana, sarana, media 20%
pembelajaran, bahan ajar, pembelajaran, bahan ajar,
sumber belajar terdapat rata- sumber belajar 100%
rata 80% memenuhi standar memenuhi standar nasional
nasional pendidikan pendidikan
f. Fungsi-fungsi pengelolaan f. Fungsi-fungsi pengelolaan 50%
sekolah 50% memenuhi sekolah 100% memenuhi
standar nasional pendidikan standar nasional pendidikan
g. Standar pembiayaan masih g. Standar pembiayaan Lebih dari 50%
rendah (di bawah 70.000 memenuhi standar nasional (di
rupiah per bulan per anak) atas 150.000 rupiah per bulan
per anak)

40
Besarnya
No Kondisi yang diharapkan
Kondisi saat ini Tantangan
. (lima tahun ke depan)
Nyata
h. Guru dan sekolah 70% h. Guru dan sekolah 100% 30%
melaksanakan sistem melaksanakan sistem penilaian
penilaian sesuai dengan sesuai dengan tuntutan
tuntutan kurikulum atau kurikulum atau standar nasional
standar nasional pendidikan pendidikan
i. Dan sebagainya i. Dan sebagainya

3 Efisiensi: Efisiensi: Efisiensi:


a. angka kenaikan tingkat a. angka kenaikan tingkat 100% 30%
rendah (70%)
b. Angka pusut sekolah tinggi b. Angka putus sekolah 0% 10%
(10%)
c. Angka tinggal kelas tinggi c. Angka tinggal kelas tinggi 35%
(35%) 0%
d. Ratio kelulusan dengan d. Kelulusan tinggi (100%) 5%
masukan siswa rendah (rata-
rata kelulusan 95%)
e. Alumni yang tidak e. Alumni yang tidak 40%
melanjutkan sekolah tinggi melanjutkan sekolah rendah
(60%) (0%)
f. Dan sebagainya f. Dan sebagainya

5 Relevansi: Relevansi: Relevansi:


a. Pelayanan bakat minat a. Pelayanan bakat minat siswa 50%
siswa belum terpenuhi (baru 100% terpenuhi
50%)
b. Kesesuaian Program b. Kesesuaian Program muatan 25%
muatan lokal dengan kondisi lokal dengan kondisi
daerah/masyarakat 75% daerah/masyarakat 100%
c. Pengembangan kurikulum c. Pengembangan kurikulum 10%
terhadap tuntutan terhadap tuntutan
daerah/masyarakat/peserta daerah/masyarakat/peserta
didik 90% terpenuhi didik 100% terpenuhi
d. Dan sebagainya c. Dan sebagainya

5 Pengembangan kapasitas: Pengembangan kapasitas: Pengembangan


kapasitas:
a. Kemampuan manajerial a. Kemampuan manajerial 25%
rata-rata 75% rata-rata tinggi (100%)
b. 80% fungsi-fungsi b. Berfungsinya fungsi-fungsi 20%
manajemen belum berjalan manajemen 100%
secara baik
c. Dan sebagainya c. Dan sebagainya

41
Contoh 2:
Analisis identifikasi tantangan nyata dengan dasar pada aspek-aspek Pengembangan
Standar Nasional Pendidikan (SNP)

No Kondisi yang diharapkan (lima


Kondisi saat ini
. tahun ke depan)
1 Standar Isi: Kurikulum Standar Isi:
Kurikulum 75% memenuhi Kurikulum 100% memenuhi 25%
standar nasional pendidikan standar nasional pendidikan
(perangkat pembelajaran (perangkat pembelajaran sudah
belum disusun untuk kelas 7-9 disusun untuk kelas 7-9 semua
semua mapel) mapel)
Dan sebagainya Dan sebagainya

2. Pengembangan Proses Pengembangan Proses


Pembelajaran: Pembelajaran:
Proses pembelajaran belum Proses pembelajaran sudah 50%
memenuhi standar nasional memenuhi standar nasional
pendidikan, yaitu baru 50% pendidikan, yaitu 100% guru
guru melaksanakan CTL melaksanakan CTL
Dan sebagainya Dan sebagainya

3. Standar Kelulusan: Standar Kelulusan:


Prestasi akademik lulusan Prestasi akademik lulusan sudah SKBM:
belum memenuhi standar memenuhi standar nasional 50%
nasional pendidikan (rata-rata pendidikan (SKBM 100% dan GSA
SKBM 50% dan rata-rata NUAN 8,00) NUAN:
NUAN 5,00) 3,00
Prestasi non akademik sekolah Prestasi non akademik sekolah 2 tingkat
masih rendah (rata-rata tinggi (rata-rata minimal mencapai
mencapai kejuaraan tingkat kejuaraan tingkat nasional)
kabupaten/kota)
Dan sebagainya Dan sebagainya

5. Pengembangan Pendidik Pengembangan Pendidik dan


dan Tenaga Kependidikan: Tenaga Kependidikan:
Pendidik dan tenaga Pendidik dan tenaga kependidikan 10%
kependidikan terdapat 90% terdapat 100% sudah memenuhi
memenuhi standar nasional standar nasional pendidikan
pendidikan
Dan sebagainya Dan sebagainya

5. Pengembangan Prasarana Pengembangan Prasarana dan


dan Sarana: sarana:
Prasarana, sarana, media e. Prasarana, sarana, media 25%
pembelajaran, bahan ajar, pembelajaran, bahan ajar, sumber

42
No Kondisi yang diharapkan (lima
Kondisi saat ini
. tahun ke depan)
sumber belajar terdapat rata- belajar 100% memenuhi standar
rata 75% memenuhi standar nasional pendidikan
nasional pendidikan
Dan sebagainya Dan sebagainya

6. Pengembangan Pengelolaan: Pengembangan Pengelolaan:


70% Fungsi-fungsi 100% Fungsi-fungsi pengelolaan 25%
pengelolaan sekolah sekolah memenuhi standar
memenuhi standar nasional nasional pendidikan
pendidikan
Dan sebagainya Dan sebagainya

7. Pengembangan Pengembangan Pembiayaan:


Pembiayaan:
Pembiayaan masih rendah (di Pembiayaan memenuhi standar 60%
bawah 70.000 rupiah per bulan nasional (di atas 150.000 rupiah
per anak atau sekitar 40-%) per bulan per anak)
Dan sebagainya Dan sebagainya

8. Pengembangan Penilaian: Pengembangan Penilaian:


Guru dan sekolah 80% Guru dan sekolah 100% 20%
melaksanakan sistem penilaian melaksanakan sistem penilaian
sesuai dengan tuntutan sesuai dengan tuntutan kurikulum
kurikulum atau standar atau standar nasional pendidikan
nasional pendidikan (rata-rata
masih di bawah standar
nasional, baik tingkat
kesulitasn maupun model-
model yang digunakan)
Dan sebagainya Dan sebagainya
Catatan:
Yang dikembangkan dalam contoh ini HANYA terbatas pada program sekolah aspek-
aspek tertentu saja, sekolah dapat mengembangkan lagi sesuai dengan kondisi dan
tuntutan sekolah masing-masing.

43
F. VISI SEKOLAH

1. Rambu-rambu merumuskan visi sekolah:


a. Mengacu kepada landasan filosofis bangsa, UUD, dll yang bersifat baku dan telah
menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia
b. memiliki indikator pengembangan prestasi akademik dan non akademik
c. berkepribadian, nasionalisme, budaya-nasional/Indonesia
d. perkembangan era global
e. perkembangan IPTEK
f. dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan
g. sesuai konteks daerah, sekolah, visi yayasan
h. belum operasional
i. menggambarkan harapan masa datang
j. dan sebagainya

2. Contoh visi sekolah, misalnya:


a. Cerdas, terampil, iman dan taqwa serta kompetitif 2025
b. Cerdas, terampil, iman, taqwa, dan unggul
c. Berprestasi, berbudaya, ………berdasarkan iman dan takwa
d. “PANCA DARMA WIYATA”
e. “TAMAN BUDAYA” (Berprestasi Beriman Berbudi Berbudaya dan Dapat
Dipercaya)
f. Berprestasi Disertai Iman dan Taqwa serta Unggul
g. “TAQSIMANTRA” (Bertaqwa Berprestasi Beriman, Terampil, dan Unggul)
h. Mengukir Prestasi Tinggi, Piawai Mengasah Budi Pekerti, Beriman dan Taqwa serta
Unggul
i. Berkualitas tinggi, Berwawasan IPTEK yang bersumber IMTAQ dan Unggul.

3. Indikator-indikator VISI sekolah, misalnya:


a. Indikator: ciri, tanda, unsur yang ada, spesifikasi, dsb
b. Rambu-rambu: kata yang mengandung apa yang diharapkan, ada proses kenaikan,
adanya perbandingan (unggul/kompetitif), konotasi sempurna, canggih, komplit,
bermutu tinggi, dsb.
c. Misalnya dengan awalan kata : “Terwujudnya”
Contoh indikator visi:
a. Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif and proaktif
b. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
c. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif
d. Terwujudnya prasarana dan sarana pendidikan yang relevan dan mutakhir
e. Terwujudnya media pembelajaran yang interaktif
f. Terwujudnya SDM pendidikan yang memiliki kemampuan dan kesanggupan
kerja yang tinggi
g. Terwujudnya kelembagaan sekolah yang selalu belajar (learning school)
h. Terwujudnya manajemen manajemen sekolah yang tangguh
i. Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai
j. Dsb.

44
G. MISI SEKOLAH
Misi mengacu kepada indikator, satu (1) indikator bisa lebih dari satu misi, ada benang
merahnya dengan misi, redaksinya operasional, terukur, kata kerja, dll. Mengacu
indikator butir (a) tentang: “Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif and
proaktif” antara lain misinya:
a. “Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman,
bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif”
b. Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan
kedepan
c. Mewujudkan sistem penilaian yang otentik
d. Mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan
e. Mewujudkan diversifikasi kurikulum SMP agar relevan dengan kebutuhan, yaitu
kebutuhan peserta didik, keluarga, dan berbagai sektor pembangunan dan sub-sub
sektornya.

Contoh lain:
a. Mewujudkan sekolah inovatif
b. Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar (learning organization)
c.Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan berwawasan kedepan
d. Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar dan adil
e.Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu dan tangguh
f. Mewujudkan manajemen berbasis sekolah yang tangguh
g. Mewujudkan kemampuan olah raga yang tangguh dan kompetitif
h. Mewujudkan sekolah wiyata mandala yang menikmatkan belajar siswannya
i. Mewujudkan sekolah sehat
j. Mewujudkan kemampuan seni yang tangguh dan kompetitif
k.Mewujudkan kepramukaan yang menjadi suri tauladan
l. Mewujudkan kemampuan KIR yang cerdas dan kompetentitif
m. Mewujudkan nilai-nilai agama bagi kenikmatan hidup peserta didik
n. Mewujudkan keterampilan kejuruan yang marketable dan kompetif
o. Mewujudkan nilai-nilai solidaritas bagi kehidupan sekolah

H. TUJUAN SEKOLAH DALAM 5 TAHUN


a.Tujuan dibuat untuk jangka waktu 5 tahun
b. Tiap misi bisa dibuat lebih dari satu tujuan
c.Tujuan mengandung ABCD (Audience-Behaviour-Conditions-Degree)
Dalam kurun waktu lima tahun kedepan (misalnya dihitung dari tahun 2006), khusus
tujuan yang akan dicapai oleh sekolah antara lain: untuk indikator visi no 1 dan dicapai
dengan misi misi no a: “Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif and
proaktif”, maka contoh tujuannya antara lain:
a. “Memenuhi akan mutu, akses, relevansi, dan tata kelola pendididikan yang baik”
b. Menghasilkan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan
kedepan
c. Menghasilkan sistem penilaian yang otentik

45
d. Menghasilkan penyelenggaraan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan
e. Menghasilkan diversifikasi kurikulum SMP agar relevan dengan kebutuhan, yaitu
kebutuhan peserta didik, keluarga, dan berbagai sektor pembangunan dan sub-sub
sektornyambanhgkan silabus internasional

Contoh lain tentang tujuan:


a. Menghasilkan pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan
aspek untuk kelas 7-9 semua matapelajaran pada tahun 2006
b. Menghasilkan RPP untuk kelas 7-9 semua mata pelajaran pada tahun 2007
c.Pencapaian standar isi (kurikulum satuan pendidikan/KBK, meliputi: tercapai/ telah
dibuat kurikulum satuan, silabus lengkap, model/sistem penilaian lengkap, RPP
lengkap, dll  ini bisa dijabarkan lebih rinci)
d. Pencapaian standar proses pembelajaran meliputi: tercapai/telah dibuat/ditetapkan
melaksanakan pembelajaran dengan strategi/metode: CTL, pendekatan belajar
tuntas, pendekatan pembelajaran individual, dll
e.Pencapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan meliputi: semua guru
berkualifikasi minimal S1, telah mengikuti PTBK, semua mengajar sesuai
bidangnya, dll
f. Pencapaian standar sarpras/fasilitas sekolah meliputi: semua srapras, fasilitas,
peralatan, dan perawatan memenuhi SPM
g. Pencapaian standar pengelolaan sekolah meliputi: pencapaian standar pengelolaan :
pembelajaran, kurikulum, sarpras, SDM, kesiswaan, administrasi, dll.
h. Pencapaian standar pencapaian ketuntasan kompetensi/prestasi/kelulusan.

I. PROGRAM STRATEGIS
a.Dibuat program-program pokok atau dominan atau yang diprioritaskan dan yang
realistis untuk mencapai tujuan.
b. Program harus mengacu pada tujuan, misi, dan visi

Contoh Program Strategis:


Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, misalnya ”Menghasilkan KBK yang mutakhir
dan berwawasan kedepan”, maka contoh programnya sbb:
a.”Pengembangan sistem pendidikan yang bermutu, merata, relevan, dan efisien sesuai
dengan SNP”
b. Pengembangan silabus
c.Pengembangan RPP
d. Pengembangan pemetaan
e.Pengembangan sistem penilaian
f. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan, dan
g. Pengembangan kurikulum muatan lokal.

Contoh lain program strategis:


a.Pengembangan proses pembelajaran
b. Pengembangan dan peningkatan SDM pendidik dan tenaga kependidikan
c.Pengembangan sarana, prasarana, dan media pendidikan
d. Pengembangan bahan dan sumber belajar

46
e.Pengembangan manajemen sekolah
f. Peningkatan prestasi kelulusan, dan
g. Pengembangan kegiatan lomba-lomba akademik dan non akademik.

J. STRATEGI PELAKSANAAN/PENCAPAIAN
Merupakan cara, teknik, seni, metode dll dalam pelaksanakan program-program
strategis
Contoh Strategi Pelaksanaan/Pencapaian:
a.Dalam program Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan: strateginya adalah
menjalin kerjasama dengan Komite Sekolah dan stakeholder lain dalam
melaksanakan kunjungan, workshop, lokakarya, seminar, In House Training, dll
untuk menghasilkan Kurikulum Satuan Pendidikan
b. Atau dalam program Pengembangan kurikulum: menjalin kerjasama dan
mengoptimasikan warga sekolah dalam membuat pemetaan SK,KD,dll; membuat
silabus, membuat RPP, membuat model-model penilaian, dll melalui workshop,
IHT, dll untuk menghasilkan domkumen kurikulum sekolah.
c.Dalam program Pengembangan srapras, bahan ajar, sumber belajar, dan media
pembelajaran: menjalin kerjasama dengan pihak lain dan mengoptimasikan SDM
sekolah untuk mengembangkan, melengkapi, menambah, dsb dalam rangka
memenuhi standar sarpras dan media pembelajaran sekolah;
d. Dan sebagainya
K. HASIL YANG DIHARAPKAN
Merupakan hasil-hasil pencapaian pelaksanaan program, baik kuantitas maupun kualitas
yaitu dari program-program strategis yang direncanakan sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Hasilhasil yang diharapkan adalah tingkat pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan pada butir G.
Contoh:
Hasil yang diharapkan tercapai atau terpenuhi dari program-program di atas antara lain:
a. ”Terealisasinya sistem pendidikan yang bermutu, merata, relevan, dan efisien
sesuai dengan SNP”
b. Terealisasinya perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan
kedepan
c. Terealisasinya Sistem penilaian yang otentik
d. Terealisasinya penyelenggaraan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan
e. Terealisasinya diversifikasi kurikulum SMP agar relevan dengan kebutuhan, yaitu
kebutuhan peserta didik, keluarga, dan berbagai sektor pembangunan dan sub-sub
sektornyambanhgkan silabus internasional
f. Dsb

Perlu ditambahkan bahwa hasil yang diharapkan agar memuat apa yang dihasilkan, kapan
dicapai, dan tahapan pencapaian.

L. MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)


1. Ingat bahwa: monitoring dan evaluasi ini merupakan salah satu rencana program
strategis selama lima tahun untuk melaksanakan MONEV di sekolahnya. Monev

47
terutama ditujukan untuk mengetahui kinerja sekolah, guru, dan tenaga kependidikan
lainnya, serta untuk mengetahui kecukupan unsur-unsur sekolah lainnya sesuai dengan
SNP.
2. Substansi yang dimonev a.l.: kinerja guru, TU, kinerja sekolah, dan sumber daya
sekolah lainnya, termasuk kesiswaan
3. Dilakukan oleh kepala sekolah atau tim yang dibentuk sekolah
4. Bisa membuat atau mengadopsi instrumen monev dari berbagai instrumen yang ada
seperti instrumen akreditasi atau lainnya yang relevan.
5. Bisa melakukan kerjasama dengan pihak lain (eksternal)
6. Termasuk di dalamnya adalah program supervisi klinis oleh sekolah.

Contoh program Supervisi dan Monev selama lima tahun:


1. “Mewujudkan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan hasil-
hasilnya”
2. Mewujudkan supervisi klinis KBK (membuat instrumen, memvalidasi,
melaksanakan, menganalisis, membuat laporan, tindak lanjutnya)
3. Mewujudkan supervisi klinis CTL, dan lainnya
4. Mewujudkan evaluasi kinerja sekolah (internal)- akhir tahun (memnetukan tim,
membuat instrumen, memvalidasi, melaksanakan, menganalisis, membuat laporan,
tindak lanjutnya)

M. PEMBIAYAAN
1. Pembiayaan untuk 5 tahun, tiap tahunnya dapat dibuat rinci dari berbagai sumber atau
langsung perkiraan totalnya dari berbagai sumber. Ingat bahwa semua perolehan dana
dari semua sumber dimasukkan dalam RPS.
2. Pada kolom program, tinggal memasukkan program – program strategis yang telah
dibuat sebelumnya
3. Bisa dibuat tabulasi atau bentuk lain
4. Sangat dimungkinkan satu program strategis dapat dibiayai dari lebih satu sumber
dana (pembiayaan saling melengkapi atau subsidi silang) dengan tetap mengacuk
kepada peraturan masing-masing yang berlaku.
5. Semua program strategis dimasukkan, baik program dalam rangka peningkatan mutu,
relevansi, efisiensi, pemerataan, maupun pengembangan kapasitas sekolah/pendidikan.
6. Termasuk komponen yang dimasukkan ke dalam kolom program adalah seperti: gaji
dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan, langganan jasa dan daya, keperluan
sehari-hari, pemeliharaan gedung dan ruang serta inventaris, pengadaan sarana
kantor/pendidikan.

48
Tahun Dan Sumber Dana
Program-Program Strategis

(Rupiah)Jumlah
Dst
Sampai
Tahun I Tahun II
Dengan
Th IV
SSN
Rutin

....................

Rutin

....................

....................

....................
....................
BOS

SSN
Komite Sekolah

Komite Sekolah
BOS
LainnyaSumber Dana

LainnyaSumber Dana
..................
A Peningkatan Pemerataan Peningkatan Pemerataan
..........
1…

2…
.......

3…
.......


.......
Dst
..................
B Peningkatan Kualitas Peningkatan Kualitas
..........
1…

2…
.......

3…
.......


.......
Dst
Jum
.... .... .... .... .... .... .... .... .. ...
lah ..... ..... ... ..... .. .....
. . . . . . . . . ..
(Rp)

49
II. RENCANA OPERASIONAL (RENOP) SEKOLAH: SATU (1) TAHUN

Catatan penting dalam penyusunan Renop:


1. Renop dibuat TIAP TAHUN, BUKAN LIMA TAHUN SEKALIGUS
2. Renop mengambil satu tahun dari renstra atau merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari renstra. Dan merupakan rencana yang akan dilaksanakan pada tahun yang akan
berjalan
3. Khusus bagi sekolah SSN direkomendasikan menggunakan anasis SWOT

A. ANALISIS LINGKUNGAN OPERASIONAL SEKOLAH: sekolah melaksanakan


analisis ini dan hasilnya ditulis disini
B. ANALISIS PENDIDIKAN SEKOLAH SAAT INI: : sekolah melaksanakan analisis
ini dan hasilnya ditulis disini
C. ANALISIS PENDIDIKAN SEKOLAH 1 TAHUN KEDEPAN (YANG
DIHARAPKAN) : sekolah melaksanakan analisis ini dan hasilnya ditulis disini

D. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA SATU (1) TAHUN


Berdasarkan pada analisis situasi, baik internal maupun eksternal sekolah, dan analisis
kondisi sekolah sekarang dan yang diharapkan masa datang (SATU tahun ke depan), maka
dapat diketahui kesenjangan yang terjadi.

Kondisi yang diharapkan (satu Besarnya


No. Kondisi saat ini
tahun ke depan) tantangan
1 Pemerataan kesempatan: Pemerataan kesempatan: nyata
a.Terdapat 5% angka putus a. Terdapat 3% angka putus 2%
sekolah sekolah
b.Terdapat 20% siswa miskin b. Terdapat 15% siswa miskin 5%
belum mendapatkan belum mendapatkan bangtuan
bangtuan pendidikan pendidikan
c. Dan sebagainya c. Dan sebagainya
2 Kualitas pendidikan: Kualitas pendidikan:
a. Kurikulum belum memenuhi a. Kurikulum 50% memenuhi 50%
standar nasional pendidikan standar nasional pendidikan
(perangkat pembelajaran (perangkat pembelajaran
belum disusun untuk kelas sudah disusun untuk kelas 7-9
7-9 semua mapel) semua mapel)
b. Proses pembelajaran belum b. Proses pembelajaran sudah 30%
memenuhi standar nasional memenuhi standar nasional
pendidikan, yaitu baru 50% pendidikan, yaitu 80% guru
guru melaksanakan CTL melaksanakan CTL
c. Prestasi akademik lulusan c. Prestasi akademik lulusan SKBM:
belum memenuhi standar sudah memenuhi standar 25%
nasional pendidikan (SKBM nasional pendidikan (SKBM NUAN:

50
Kondisi yang diharapkan (satu
No. Kondisi saat ini Besarnya
tahun ke depan)
tantangan
di bawah 50% dan NUAN 75% dan NUAN = 6,00) 1,00
nyata
di bawah 5,00)
d. Kualifikasi pendidik dan d. Kualifikasi pendidik dan 20%
tenaga kependidikan tenaga kependidikan terdapat
terdapat 100% belum 20% sudah memenuhi standar
memenuhi standar nasional nasional pendidikan.
pendidikan. (Belum ada (bersertifikat kompetensi)
yang bersertifikat
kompetensi)
e. Prasarana, sarana, media e. Prasarana, sarana, media 15%
pembelajaran, bahan ajar, pembelajaran, bahan ajar,
sumber belajar terdapat rata- sumber belajar 75%
rata 60% memenuhi standar memenuhi standar nasional
nasional pendidikan pendidikan
f. Fungsi-fungsi pengelolaan f. Fungsi-fungsi pengelolaan 5%
sekolah 75% memenuhi sekolah telah sebagian
standar nasional pendidikan memenuhi standar nasional
pendidikan: kemandirian,
keterbukaan, partisipasi,
akunabel sebesar 80%
g. Rata-rata biaya operasional g. Rata-rata biaya operasional 25 ribu
pendidikan bagi tiap siswa pendidikan bagi tiap siswa rupiah
50.000 rupiah per bulan per 70.000 rupiah per bulan per
anak anak
h. 50% guru belum h. 75% guru telah melaksanakan 25%
melaksanakan sistem sistem penilaian sesuai dengan
penilaian sesuai dengan tuntutan kurikulum atau
tuntutan kurikulum atau standar nasional pendidikan,
standar nasional pendidikan yaitu: dengan ulangan harian,
(rata-rata masih di bawah UTS, UAS, ulangan kenaikan
standar nasional, baik kelas, ujian sekolah, dll
tingkat kesulitasn maupun dengan beberapa teknik
model-model yang penilaian tes dan non tes
digunakan)
i. Prestasi non akademik i. Prestasi non akademik sekolah 2 tingkat
sekolah masih rendah (rata- untuk cabang-cabang olah kejuaraan
rata mencapai kejuaraan raga, kesenian, keterampian
tingkat kabupaten/kota) (rata-rata minimal mencapai
juara II tingkat propinsi)
j. Dan sebagainya j. Dan sebagainya
3 Efisiensi: Efisiensi:
a. angka kenaikan tingkat a. angka kenaikan tingkat 90% 20%
rendah (70%)
b. Angka putus sekolah tinggi b. Angka putus sekolah 0% 10%
(10%)
c. Ratio kelulusan dengan d. Ratio kelulusan dengan 10%

51
Kondisi yang diharapkan (satu
No. Kondisi saat ini Besarnya
tahun ke depan)
tantangan
masukan siswa rendah masukan siswa tinggi (100%)
nyata
(90%)
e. Alumni yang tidak e. Alumni yang tidak 20%
melanjutkan sekolah tinggi melanjutkan sekolah 40%
(60%)
f. Dan sebagainya f. Dan sebagainya
5 Relevansi: Relevansi:
a. Pelayanan bakat minat siswa a . Pelayanan bakat minat siswa 25%
belum terpenuhi (baru 50%) 75% terpenuhi
b. Pelaksanaan budaya tata b. Pelaksanaan budaya tata 15%
krama in action di sekolah krama in action di sekolah 90%
75%
c. Dan sebagainya c. Dan sebagainya

E. TUJUAN SITUASIONAL/SASARAN
Harus diperhatikan:
1. Sasaran diambil atau merupakan bagian dari RENSTRA
2. Ada skala prioritas sasaran dari tujuan lima tahun
3. Sasaran dibuat lebih rinci dari tujuan renstra

Misalnya dari salah satu tujuan renstra:


”Sekolah mengembangkan silabus untuk kelas 7-9 semua mata pelajaran”
Maka sasarannya 1 tahun 2006/2007:
a. Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 7 semua mata pelajaran (ini bisa lebih
rinci lagi untuk jumlah mapelnya)
b. Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 8 semua mata pelajaran (ini bisa lebih
rinci lagi untuk jumlah mapelnya)
c. Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 9 semua mata pelajaran (ini bisa lebih
rinci lagi untuk jumlah mapelnya)
Contoh lain:
a. Sekolah mengembangkan pemetaan SK, KD, Indikator, aspek untuk kelas 7 semua
mapel
b. Sekolah mengembangkan pemetaan SK, KD, Indikator, aspek untuk kelas 8 semua
mapel
c. Sekolah mengembangkan pemetaan SK, KD, Indikator, aspek untuk kelas 9 semua
mapel

F. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI/ KOMPONEN/URUSAN SEKOLAH UNTUK


MENCAPAI SETIAP SASARAN
Rambu-rambu untuk langkah ini antara lain:
 Identifikasi fungsi hanya untuk tiap sasaran
 Selalu memperhatikan unsur-unsur yang lazim di dalam sistem pembelajaran,
seperti: PBM, kesiswaan, dana, guru, manajemen, media, buku, dll adalah dari

52
internal sekolah, sedangkan fungsi dari eksternal antara lain: dana, pendidik,
fasilitas, dsb

Misalnya:
Sasaran ke-1: ”Sekolah mengembangkan silabus untuk kelas 7 semua mapel”
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
1. Internal:
a.Guru
b. Nara sumber
c.Fasilitas komputer
d. Tlima
e.Kepala sekolah
f. Kurikulum
g. Dana
h. ATK
i. Tenaga administrasi
j. Dan sebagainya

2. Eksternal:
a.Dana
b. Komite sekolah
c.Dinas pendidikan
d. Dan sebagainya

Sasaran ke-2: ”Sekolah juara 1 bidang olah raga renang pada tingkat kabupaten tahun
2006”
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
1. Internal:
a.PBM/latihan
b. Guru/pelatih
c.Kolam
d. Air
e.Siswa
f. Pakaian olah raga renang
g. Dana
h. Komite sekolah
i. Orang tua
j. Uji coba
k. Dan sebagainya

2. Eksternal:
a. Dana
b. Komite sekolah
c. Dinas pendidikan
d. Sarana olah raga renang
e. Dan sebagainya

53
G. ANALISIS SWOT
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis ini:
a. Analisis dilakukan tiap sasaran
b. Analisis dilakukan pada setiap komponen/urusan sekolah dan faktor-faktornya (sub-
sub komponennya)
c. Dalam menentukan kriteria ideal menggunakan dasar dari aturan pemerintah, naskah
akademik atau konsep dan pedoman lainnya yang relevan
d. Dapat dilakukan justifikasi sendiri pada kriteria ideal yang bersifat umum
e. Bila hasil analisis ternyata tingkat kesiapan siap semua berarti sasaran dapat
ditingkatkan, demikian pula sebaliknya.
f. Kriteria ideal dan kondisi nyata harus terukur.

Misalnya analisis SWOT pada Sasaran ke-1: ”Sekolah mengembangkan silabus untuk
kelas 7 semua mape”l
Komponen/Fungsi dan Faktornya

(Kondisi Ideal)Kriteria Kesiapan

Tingkat
Kesiapan

Kondisi Nyata
Faktor

Tidak Siap
Siap
(1) (2) (3) (5) (5)
A. INTERNAL
1 Guru Kualifikasi 100% S1 Kualifikasi 100% S1 √
Sesuai bidang studi 100% Sesuai bidang studi 100% √
Pengalaman pelatihan Pengalaman pelatihan

KBK min.3 kali KBK min.1 kali
Pengalaman mengajar Pengalaman mengajar min.

min. 5 thn 5 thn
Pengalaman pelatihan Pengalaman pelatihan CTL

CTL min. 3 kali min. 1kali
Jumlah guru min. 10 Jumlah guru min. 7 orang

orang sesuai BS sesuai BS
2 Nara Sumber Dan seterusnya Dan seterusnya
3 Fasilitas Komputer Pentium 5 Komputer Pentium 5

Komputer
Jumlah komputer 10 buah Jumlah komputer 5 buah √
Jumlah printer 3 bh Jumlah printer 2 bh √
Jumlah CD 10 bh Jumlah CD 10 bh √
Dan seterusnya Dan seterusnya

B. EKSTERNAL
1 ………………

H. ALTERNATIF LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN PERSOALAN


Hal-hal yang harus diperhatikan:

54
a. Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka diidentifikasi komponen dan faktor yang
“TIDAK SIAP” terlebih dahulu untuk diatasi lebih dulu;
b. Setiap komponen atau faktor yang tidak siap dicarikan alternatif-alternatif
pemecahannya, dan dipilih yang paling ringan, tepat, dan efisien/efektif.

Misalnya dari hasil analisis di atas dapat ditabulasikan komponen yang TIDAK SIAP
sebagai berikut:

Sasaran ke-1: ”Sekolah mengembangkan silabus untuk kelas 7 semua mape”l

Komponen/
Persoalan pada
Faktor yang Altaernatif Pemecanahn Persoalan
komponen/faktor
TIDAK SIAP
1. Guru pengalaman pelatihan KBK  mengadakan ws KBK
kurang  mengirimkan ws KBK
(baru 1 kali)  magnag di sekolah lain
 IHT di sekolahnya sendiri
 PTK
 mengikutkan guru pada MGMP
 Dsb
Pengalaman pelatihan CTL  mengadakan ws CTL
kurang  mengirimkan ws CTL
(baru 1 kali)  magnag di sekolah lain
 IHT di sekolahnya sendiri
 PTK
 Mengikutkan guru ke MGMP
 Dsb
jumlah guru kurang 3 (B.Indo,  mengusulkan ditambah PNS 3 guru dg 3 BS
B.Ingg ,Matematika)  mengangkat GTT 3 gr 3 BS
 minta guru bantu kpd pemda
 memberdayakan guru yang ada
 Dsb
2. Fasilitas Jumlah komputer kurang 5  Mengadakan dengan cara membeli baru
Komputer buah  Pinjam/kerjasama dengan pihak lain
 Menyewa
 Mengajukan bantuan kepada pemda/komite sekolah
 Dsb
Jumlah printer kurang 1 buah,  Mengadakan dengan cara membeli baru
 Pinjam/kerjasama dengan pihak lain
 Menyewa
 Mengajukan bantuan kepada pemda/komite sekolah
 Dsb
Dan seterusnya 

55
I. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
Perlu diperhatikan bahwa:
a. Program kerja dapat lebih dari satu kegiatan
b. Program lebih diutamakan mengatasi persoalan dulu dengan memilih salah satu
alternatip pemecahan persoalan yang dipandang mampu dan efisien bagi sekolah.
c. Program juga dapat secara paralel berjalan beriringan antara program mengatasi
persoalan dengan program pencapaian sasaran (mengingat waktu terbatas)
d. Program bersfifat SMART (spesific, measurable, achievable, relevan, time)
e. Program dan kegiatan dibuat rinci/operasional, sehingga memudahkan dalam
pengalokasian anggaran.
Misalnya program dan kegiatan untuk mencapai sasaran ke-1: ”Sekolah
mengembangkan Silabus untuk kelas 7 semua mapel”.
(Dalam contoh di bawah ini sebatas baru mengatasi sebagian persoalan dan sekaligus
juga melaksanakan program pencapaian sasaran. Persoalan lain dapat dikembangkan
sendiri program dan kegiatannya). Pada kegiatan belum dirinci ke dalam satuan volume,
jumlah waktu, jumlah orang, dll. Harap dikembangkan sendiri sesuai kebutuhan
sekolah).

1. Program 1: Meningkatkan kemampuan guru terhadap kompetensi KBK


Kegiatan:
- Sosialisasi KBK kepada guru
- Melaksanakan ws KBK
- Mengirimkan guru ke MGMP
- Mensupervisi/membimbing
- Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan KBK di sekolah
2. Program 2: Melaksnakan workshop pembuatan sialbus dan sisnil
Kegiatan:
- Menyusun kalender pendidikan
- Menyusun pemetaan
- Menmbuat peranngkat pembelajaran (sialbus dan sisnil seluruh mapel, RPPdll)
- Penggandaan hasil
- Membuat laporan
3. Program 3: Melaksanakan Uji coba dan validasi Silabus
Kegiatan:
- Sinkronisasii/sosialisasi kepada guru tentang silabus dan sisnil
- Pelaksanaan uji coba silabus dan sisnil
- Supervisi
- Perabikan silabus dan sisnil
- Penggandaan
- MenDokumentasikan silabus
4. Program 5: Melakukan evaluasi pembuatan silabus
Kegiatan:
- ........................................................................
- .......................................................................

56
- .......................................................................
5. Program 5: Melakukan tindak lanjut dari pembuatan silabus
Kegiatan:
- ....................................................................
- ....................................................................
- ....................................................................
6. Program 5: Dan setersunya sesuai kebutuhan sekolah.

J. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)


Kegiatan di sini meliputi perencanaan dan pelaksanaan supervisi, monitoring dan
evaluasi program-program dan hasilnya di sekolah selama satu tahun ajaran. Hal-hal yang
perlu diperhatikan antara lain:

1. Supervisi dilakukan untuk mengetahui dan mengatasi masalah2 proses pelaksanaan


semua program dan kegiatan sekolah;
2. Supervisi juga termasuk masalah gurunya, administrasi, sarana, KBM, dll
3. Monev dilakukan pada akhir program mengetahui ketercapaian tujuan/sasaran,
untuk perbaikan/masukan sasaran tahun berikutnya
4. Lebih baik tiap sasaran ada evaluasi
5. Instrumen, kisi, pedoman penilaian monev bisa dikembangkan sendiri atau mengacu
pada instrumen lain yang relevan;
6. Kegiatan supervisi dan monev dilakukan oleh intern sekolah;
7. Rincian kegiatan MONEV antara lain:
a. Persiapan
b. Pengembangan perangkat instrumen
c. Pelaksanaan (pengambilan data dan analisis data, pemecahan masalah)
d. Pelaporan

K. RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)


Ketentuan :
1. Semua sumber dana dicantumkan, demikian pula besarnya dana dari masing-masing
sumber dana.
2. Semua program dimasukkan, baik program dari peningkatan mutu, peningkatan
pemerataan, peningkatan relevansi, peningkatan efieinsi, maupun pengembangan
kapasitas sekolah.
3. Bisa menggunakan prinsip efisiensi dan subsidi silang sesuai dengan peruntukan dan
pedoman penggunaan dana dari tiap sumber dana untuk suatu program atau kegiatan
kerja.
4. RAPBS ini merupakan bagian dari rencana anggaran dalam renstra
5. Format RAPBS menggunakan contoh model sebagai berikut:

57
RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)
SMP TAHUN AJARAN ...............................................................

RAPBS TAHUN KE .................................

(Rupiah)
Vol,Jmlh, Unit, Or/Bln,

Jumlah
Spesifikasi, Satuan,
Sumber Dana Dan Alokasi Anggaran

Program Dan Kegiatan

SekolahKomite

Sumber Dana
Lainnya
Rutin

........
BOS

SSN
Dll
I. PENINGKATAN
PEMERATAAN
A. Sasaran ke-1: ...........................
1. Program 1: ...............................
a. Kegiatan 1:
1) ..............................................
2) .............................................
3) Dst
B. Sasaran ke-2:............Dst
1. Program 1: ...............................
a. Kegiatan 1:
1) ..............................................
2) .............................................
3) Dst
II. PENINGKATAN KUALITAS
PENDIDIKAN
A. Sasaran ke-1: ...........................
1. Program 1: ...............................
a. Kegiatan 1:
1) ..............................................
2) .............................................
3) Dst
B. Sasaran ke-2:............Dst
1. Program 1: ...............................
a. Kegiatan 1:
1) ..............................................
2) .............................................
3) Dst
JUMLAH (RUPIAH)

.................... 20........

Mengetahui/Menyetujui Komite Sekolah Kepala Sekolah


Kepala Dinas Pendidikan
Kab/kota

(..............................) (..............................) (..............................)

58
L. JADWAL KEGIATAN
Ketentuan:
a. dibuat per minggu per bulan dalam satu tahun
b. dimasukkan semua program yang telah ditulis sebelumnya
c. Ingat kalender pendidikan
d. Dll

M. PENANGGUNG JAWAB
Ketentuan:
a. Bisa tiap program ada penanggungjawabnya
b. Demi efisiensi biaya dan tenaga bisa satu sasaran satu penanggung jawab
c. Sangat tergantung kemampuan sekolah masing-masing
d. Penanggung jawab harus kualified dan kompeten
e. Sebaiknya sekolah membentuk TIM SSN (Koordinator/ketua, sekretaris, anggota,
dll) dan ada TUPOKSI NYA dengan SK kepala sekolah

N. LAMPIRAN
Beberapa dokumen yang harus dilampirkan dalam RPS ini antara lain:
1. Profil sekolah lengkap
2. Nomor rekening sekolah
3. Copyan sertifikat tanah
4. Gambar layout sekolah
5. Gambar rencana pembangunan ruang/kantor/lab/bangunan lain jika memerlukan
bantuan dan Rencana Anggaran Bangunan
6. Master plan sekolah
7. SK dan susunan kepenguruan komite sekolah
8. Foto-foto profil sekolah yang dipandang perlu
9. Kalender pendidikan/akademik,
10. Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran
berikutnya,
11. Mata pelajaran yang ditawarkan pada semester gasal dan genap,
12. Penugasan pendidik pada mata pelajaran dan kegiatan lainnya,
13. Buku teks pelajaran yang dipakai,
14. Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, pengadaan,
penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai,
15. Jadwal rapat,
16. Dan jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk
satu tahun terakhir.
17. Dan lainnya yang dianggap relevan.

59

Anda mungkin juga menyukai