Anda di halaman 1dari 3

MODUL: O1

PEMBIASAAN KEGIATAN KEIMANAN DAN KETAKWAAN

I. DESKRIPSI

Setiap kegiatan dalam kepramukaan di dunia manapun termasuk di Indonesia


senantiasa ada kegiatan yang disebut ” faith and believe” yang di Indonesia
disebut pembinaan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu di dunia
kepramukaan ”atheis” dilarang. Kegiatan keimanan dan ketakwaan bukan sekedar
”ritual” keagamaan tetapi adalah pengembangan perilaku ”spiritual” bagi
seseorang untuk menjalankan ajaran agamanya.

II. TUJUAN
Kegiatan keimanan dan ketakwaan selain merupakan janji dan ketentuan moral
juga merupakan tolok ukur penerapan ”sistem among” bagi seorang pelatih. Oleh
karena itu tidak diijinkan bagi ”Calon Pelatih” lebih-lebih seorang ”Pelatih” untuk
tidak menjalankan agamanya. Oleh karena itu tujuan pembiasaan kegiatan
keimanan dan ketakwaan dalam kursus pelatih adalah:
- Untuk mengingatkan kembali jati diri manusia sebagai seorang ” homo
relegious”.
- Sebagai tolok ukur apakah seseorang nantinya layak menjadi seorang Pelatih
Pembina Pramuka atau tidak.
- Bagi yang tidak terbiasa menjalankan ibadah maka wahana ini bukan sebagai
pembiasaan tetapi sebagai bagian dari pendidikan spiritual.

III. MATERI
Pembiasaan kegiatan keimanan dan ketakwaan diatur menurut jam-jam di mana
seseorang harus melakukan ibadah menurut agamanya. Oleh karena itu pimpinan
kursus/pelatih di dalam membuat jadwal harus memberi waktu yang cukup bagi
seluruh peserta kursus, pelatih, dan panitia untuk menjalankan agamanya.

Kegiatan keimanan dan ketakwaan dipimpin atau dipandu oleh salah seorang
pelatih atau salah seorang peserta kursus yang mampu dan ditunjuk
(Penunjukkan tersebut diumumkan dalam waktu sesi dinamika kelompok
dilaksanakan).

Kegiatan ini dilakukan dalam setiap kursus, dengan mengaktifkan dan


memfasilitasi seluruh yang terlibat dalam kursus untuk menjalankan agamanya
masing-masing.

Kegiatan-kegiatan pembiasaan keimanan dan ketakwaan selain dilakukan dengan


cara menjalankan ibadah pokok menurut tuntunan agama masing-masing juga
dilakukan lewat:
- Renungan dan refleksi.
- Doa bersama setiap mengawali kegiatan dan setelah selesai atau mengakhiri
kegiatan. (Dilakukan di awal sesi dan di sesi yang terakhir).
- Doa bersama sewaktu makan bersama (sebelum makan dan sesudah makan)
bisa dilakukan bersama untuk seluruh kelas atau masing-masing kelompok,
dan jika fasilitas tempatnya sangat tidak mungkin dilakukan secara individu.
- Doa sebelum melakukan olah raga pagi dan setelah selesai melakukan olah
raga pagi.
- Doa atau pengucapan satya darma Pramuka atau pembacaan puisi yang
relegius sebelum melaksanakan api unggun/apresiasi seni dan budaya dan
sesudah melaksanakan api unggun.
Dengan demikian Pramuka akan memulai merevitalisasi kehidupan relegiositas bagi
anggotanya pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

IV. EVALUASI

Evaluasi pembiasaan kegiatan keimanan dan ketakwaan ini dilakukan secara


observasi partisipatoris oleh seluruh pelatih dan panitia di bawah tanggungjawab
”Pemimpin kursus”. Hal-hal yang dievaluasi adalah implikasi komitmen pembiasaan
keimanan dan ketakwaan yang dimulai dari para pelatih-pelatih kursus dan
selanjutnya merambah pada peserta kursus. Hasil evaluasi ini dicatat oleh
”Pemimpin kursus”, yang untuk selanjutnya membuat rekomendasi apabila terjadi
hal-hal yang penting kepada kwartirnya apakah pelatih kursus ataupun calon pelatih
yang sekarang menjadi peserta kursus layak atau tidak untuk menjadi ”pelatih yang
akan datang” atas dasar penilaian pembiasaan tersebut.

Dalam jangka panjang evaluasi dilakukan melalui ada tidaknya perubahan


penghayatan nilai spiritual dan emosional para pelatih dan peserta pelatihan selama
kursus dan sesudah kursus.

V. WAKTU :
Total waktu + 8 jam pelajaran selama kursus.

VI. REFERENSI
1. Al Qur’an dan Terjemahannya, 1998, Semarang: As Syifa.
2. Boy Scout of America, 2009, The Scout Master Handbook. Recommended For
All Scout Leader., America: BSA.
3. Brokerhoff. Aurelie & Smith. Nick Wadham, 2008, Volunteering, London:
Brtish Council.
4. Collins. Jim, Good To Great (Baik menjadi Hebat), Alih Bahasa: Alexander
Sindoro, Tangerang: Karisma Publishing Group.
5. Darmono, 2009, Think Big, Start Small, Move Fast, Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
6. Firdaus Syam, 1997, Khalifah dan Pemimpin, Fungsi Kritis Manusia dan
Penguasa Menurut Islam, Puspitasari Indah, Jakarta
7. Goleman. Daniel, Boyatzis. Richard. & McKee.Annie, (2007), Primal
Leadership, Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
8. Goleman. Daniel., 2007., Social Intelligence, The New Science of Human
Relationship, USA. New York: Arrow Books.
9. Herman Suwardi, Guru Besar Sosiologi dan Filsafat Ilmu, 1996, Nalar
Kontemplasi dan Realita, Universitas Padjadjaran, Bandung.
10.Ho. Andrew. & Liaw. Ponijan., Great Motivation, Smart Communication.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
11.Imam Nawawi. 2006., Tarjamah Riyadhus Shalihin, Surabaya: Duta Ilmu.
12.Lord Baden Powell, 2006., Rovering To Success., Manila: World Scout Bureau/
Asia Pacific Regional.
13.Miller. Douglas, 2009., Berpikir Positif, Bertindak Positif (Positive Thinking
Positive Action), Langkah-langkah Penting Untuk Memberdayakan Potensi
Anda. (Terjemahan), Tangerang: Karisme Publishing Group.
14. Perjanjian Baru – New Testament , The Gideon International., 1997. Lembaga
Al Kitab Indonesia.
15.Pockell. Leslie & Avila. Adrienne., 2007, The 100 Greatest Leadership
Principles of All Time., USA. New York: Warner Books.
16.Prof. Dr. Made Pidarta, 2004., Manajemen Pendidikan Indonesia, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
17.Rampersad. Hubert. K. Dr., 2006, Total Performance Scorecard – Konsep
Manajemen Baru: Mencapai Kinerja dengan Integritas. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
18.Ruslim. Michael. D., 2011, Lead By Heart, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
19.Said Nursi. Bediuzzaman. 2003. The Guide For The Youth. From The Risale-I
Nur Collection. Ankara: Ihlas Nur Nesriyat.
20.Sharp. Timothy J., 2009. I’m Happy, 100 Cara Bahagia Bagi Orang Sibuk
(Terjemahan), Depok: Raih Asa Sukses.
21.Taufiq Pasiak, 2003, Revolusi IQ, EQ, SQ, antara neurosains dan Al-Qur’an,
Mizan Oustaka, Bandung
22.Toto Tasmara. K.H., 2001, Kecerdasan Ruhaniah (transendental
Intellegence), Membentuk Kepribadian yang Beratanggungjawab, Profesional,
dan Berakhlak, Penerbit Gema Insani, Jakarta.

Telah dikoreksi kembali oleh Kak Joko tanggal: 21 Oktober dan 7 November 2012.

Anda mungkin juga menyukai