DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Hernik Retnawati
2. Muslimahwati
3. Meta Kurniasari
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul “Pendidikan dalam Islam”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-
waktu mendatang.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar belakang masalah ............................................................................... 4
B. Rumusan masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................ 5
BAB II ISI ............................................................................................................. 6
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam .......................................................... 6
B. Kapan Dimulainya Pendidikan Dalam Islam ............................................. 8
C. Tujuan Pendidikan agama Islam ................................................................. 20
D. Pendidikan Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional ........................... 21
E. Fungsi Pendidikan Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional ................ 23
F. Implementasi Nilai-nilai Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional ....... 23
G. Permasalahan Pendidikan Islam di Indonesia ............................................. 25
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 27
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka saya membatasi atau merumuskan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Pendidikan Agama Islam ?
2. Apa tujuan dari Pendidikan Agama Islam ?
3. Kapan dimulainya pendidikan Agama Islam ?
4. Apa fungsi Pendidikan Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional ?
5. Bagaimana Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional?
6. Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional?
7. Apa Saja Permasalahan yang ada dalam Pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan Agama Islam.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Agama Islam.
3. Untuk mengetahui kapan dimulainya pendidikan agama islam
4. Untuk mengetahui pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional
5. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan agama dalam sistem pendidikan
nasional.
6. Untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai-nilai agama dalam sistem
pendidikan nasional.
7. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dalam pendidikan Islam
di Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
4. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Abdul Majid Pendidikan agama Islam
adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang
secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
5. Menurut Dr. H. Zuhairini Pendidikan Agama berarti usaha-usaha secara sistematis
dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan
ajaran Islam.
6. Menurut Musthafa Al-Ghulayaini: Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak
yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya
dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan
(meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan
cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik
persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut : Pendidikan Islam
ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.
Ada tiga term tertentu yang di gunakan manusia dalam mengartikan pendidikan
agama dalam khasanah pendidikan islam:
1. Istilah al-tarbiyah
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus Bahasa
Arab, lafaz At-Tarbiyah berasal dari tiga kata, pertama, raba-yarbu yang berarti
bertambah dan bertumbuh. Makna ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum
ayat 39. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu
yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.
2. Istilah al-Ta’lim
Dr. Abdul Fattah Jalal, pengarang Min al-Usul at-Tarbiyah fii al-islam (1977:
15-24) mengatakan bahwa istilah ta’lim lebih luas dibanding tarbiyah yang
sebenarnya berlaku hanya untuk pendidikan anak kecil. Yang dimaksudkan sebagai
proses persiapan dan pengusahaan pada fase pertama pertumbuhan manusia (yang
oleh Langeveld disebut pendidikan “pendahuluan”), atau menurut istilah yang
populer disebut fase bayi dan kanak-kanak.
3. Istilah al-Ta’dib
Menurut Al-Attas, ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat
7
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan
di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
8
Zahir menerangkan sistem pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai,
sebagai berikut:
1) Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqih mazhab
Syafi’i.
2) Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah.
3) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.
4) Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.
Kerajaan Islam yang kedua adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang ke-6
bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin, adalah seorang ulama
yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam. Lembaga tersebut mengajarkan dan
membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, seperti kitab
Al-Um karangan Imam Syafi’i. Dari Pasai dan Perlak ini, dakwah Islam
disebarkan ke negeri Malaka, Sumatera Barat, dan Jawa Timur.
9
Adapun jenjang pendidikannya adalah sebagai berikut:
Melihat lembaga dan jenjang di atas, jelaslah bahwa ilmu pengetahuan dan
pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat.
c. Zaman Walisongo
Peranan para Wali (Walisongo) dalam penyebaran agama Islam sudah tidak
diragukan lagi, sangat besar sekali. Dengan kerja keras dan ketekunan serat
keikhlasan beliau agama Islam mampu merebut hati masyarakat. Beliau
menyebarkan Islam di Jawa, dengan berdirinya kerajaan para wali yaitu
kerajaan Demak.
Metode pendidikan yang digunakan oleh para wali kebanyakan
menggunakan media pondok pesantren atau padepokan. Beliau-beliau
mengajarkan para santri dan masyarakat berbagai ilmu keagamaan. Walisongo
adalah orang-orang yang tingkat ketaqwaannya kepada Allah sangat tinggi,
pejuang dakwah dengan keahlian yang berbeda. Ada yang ilmu tasawuf, ada
seni budaya, juga ada yang bergerak di dalam pemerintahan dan militer secara
langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam.
10
d. Zaman Kerajaan Islam di Maluku
Islam masuk Maluku melalui mubaligh dari Jawa sejak zaman Sunan Giri
dan mubaligh dari Malaka. Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah
Sultan Ternate, Marhum pada tahun 1465-1486 M., atas pengaruh Maulana
Husain, saudagar dari Jawa. Raja Maluku yang terkenal di bidang pendidikan
dan dakwah Islam adalah Sultan Zainul Abidin. Metode pendidikannya kurang
jelas, yang jelas dakwah Islam di Maluku menghadapi dua tantangan, yaitu
datang dari orang-orang yang menganut animisme dan orang Portugis yang
mengkristenkan penduduk Maluku.
11
2. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Zaman Penjajahan Belanda
Zaman VOC (KOMPENI)
Dengan berakhirnya kekuasaan Portugis, maka timbullah kekuasaan baru, yakni
kekuasaan Belanda. Orang-orang Belanda yang mula-mula datang ke Indonesia
adalah para pedagang yang tergabung dalam “Vereenigde Oest Indische
Compagnie” atau disingkat VOC, yang beragama Kristen Protestan. Kebijakan
pendidikan VOC adalah melanjutkan kebijakan yang telah dimulai oleh orang-orang
Portugis, tetapi terutama berdasarkan agama Kristen Protestan. Untuk keperluan
inilah didirikan sekolah-sekolah, terutama daerah-daerah yang telah di-Nasranikan
oleh bangsa Portugis dan Spanyol, seperti di Ambon, Ternate, dan lain-lain.
Dalam abad ke-17 dan 18 pendidikan kejuruan tidak diselenggarakan.
Pendidikan kejuruan baru muncul dalam abad ke-19. Pendidikan bagi pribumi yang
beragama Islam tidak menjadi sola, karena kelanjutannya sistem-sistem langgar,
pesantren dan madrasah berjalan terus. Juga persekolahan/pendidikan bagi pegawai-
pegawai VOC dan pribumi beragama/pemeluk agama Kristen telah diatur oleh
pemerintahan VOC.
Kemunduran perusahaan VOC pada akhir abad 18 menyebabkan VOC tidak
sanggup dan tidak dapat berfungsi lagi sebagai pengatur pemerintahan dan
masyarakat jajahannya sehingga pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan
Hindia-Belanda.
Pengaruh Aufklarung
Pada abad ke-17 telah muncul suatu aliran dari Eropa yang kita kenal dengan
nama “Aufklarung” dan pada abad ke-18 aliran ini mempengaruhi seluruh Eropa.
Dengan adanya “Aufklarung” ini memberikan kecerahan kepada pendidikan
Indonesia. “Aufklarung” yang berarti fajar atau terang menghendaki yang pertama
adalah “Aufklarung” menghendaki agar manusia dibebaskan dari absolutisme
Negara dan mengharapkan agar kebebasan, terutama kebebasan ekonomi, dapat
menghasilkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi seluruh ummat manusia
(Liberalisme). Yang kedua adalah Pendidikan hendaknya dapat membebaskan
manusia, pengajaran harus lepas dari gereja. Hendaklah negaralah yang harus
menyelenggarakannya. Yang ketiga adalah mengemukakan juga pentingnya
penerangan (pengajaran) bagi rakyat umum.
12
Dengan adanya “Aufklarung” tersebut, pendidikan di Indonesia semakin maju,
terutama pada masa pemerintahan Deandels dan Rafles. Dalam hal ini pendidikan
yang lebih berkembang adalah pendidikan umum khususnya bidang kesehatan,
pendidikan Islam kurang berkembang meskipun tetap berjalan.
Madrasah itu memiliki tujuh kelas dengan lama masa belajar empat tahun.
Materi yang diajarkan: bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama serta sedikit Ilmu Bumi
Mesir dan Tarikh Islam. Lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren sebagai
basis perlawanan penjajahan Belanda.
13
2) Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:
a) Nahwu, Saraf, dan Fiqih;
b) Tauhid;
c) Tafsir;
14
b. Pendidikan Islam di Jawa Tengah
Lembaga Pendidikan Islam di Jawa Tengah yang paling berpengaruh
berpusat di sekitar Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah tersebar di
seluruh pelosok Kudus, antara lain: Aliyatus-Saniyah Muawanatul Muslimin,
Kudsiyah, Tsywiqut Tullab Balai Tengahan School, Mahidud Diniyah Al-
Islamiyah Al-Jawiyah, dan lain-lain.
15
5. Pendidikan Islam di Sulawesi
Tidak banyak perbedaan tentang pendidikan Islam di Sulawesi dengan di
Jawa dan Sumatera. Hal ini disebabkan karena sumber yang sama, yaitu Mekkah.
Kebanyakan madrasah di Sulawesi pada mulanya dipimpin oleh guru-gur agama
dari Minangkabau dan Yogyakarta. Madrasah yang cukup terkenal di Sulawesi
Selatan adalah madrasah Amiriyah Islamiyah di Bone. Mata pelajaran yang
diberikan di madrasah ini meliputi pelajaran agama dan pelajaran umum.
Madrasah Amiriyah Islamiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a. Ibtidaiyah, lama belajarnya tiga tahun, diajrakan ilmu agama 50%;
b. Tsanawiyah, lama belajarnya tiga tahun, diajarkan ilmu agama 60%;
c. Muallimin, lama belajarnya dua tahun, diajarkan ilmu agama 80%.
16
Dengan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, penjajah Belanda
cenderung merugikan umat Islam. Penjajah Belanda berusaha menghambat
perkembangan pendidikan Islam, dengan terang-terangan membiayai misionaris
Kristen.
a. Setiap sekolah atau madrasah/pesantren harus memliki ijin dari Bupati atau
pejabat pemerintah Belanda.
b. Harus ada penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara
terperinci.
c. Para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan
mengirimkannya secara periodic kepada daerah yang bersangkutan.
Pada dasarnya banyak kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam persoalan
pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Bahkan, tidak sedikit sekolah yang
terpaksa ditutup atau dipindahkah karena ulah penjajah Belanda terhadap bangsa
Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda ini, proses pendidikan Islam mengalami
banyak tantangan dan hambatan, akan tetapi para tokoh Islam tetap giat dan gigih
dalam memperjuangkannya.
17
a. Pelatihan guru-guru:
Dengan melalui sekolah-sekolah diadakanlah pelatihan guru-guru. Mereka
dibebani tugas untuk menyebarkan ideologi baru tersebut. Setiap kabupaten
diwajibkan mengirimkan wakilnya untuk digembleng selama 3 bulan, jangka
waktu yang dirasa cukup menjepangkan para guru.
b. Perubahan-perubahan penting:
1) Hapusnya dualisme pangajaran: Berbagai jenis sekolah rendah yang
diselenggarakan pada zaman pemerintahan Belanda dihapuskan sama sekali.
Sekolah-sekolah desa diganti namanya menjadi Sekolah Pertama.
2) Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi dan bahasa pengantar, bahasa
Jepang dijadikan mata pelajaran wajib dan adapt kebiasaan Jepang harus
ditaati.
Banyak para Kyai dan ulama yang ditangkap dan diperintah untuk melakukan
kerja paksa atau Romusha. Akibatnya dunia pendidikan Islam di Indonesia menjadi
terbengkalai, banyak madrasah-madrasah bubar karena murid-muridnya
18
menghindar dari kekejaman Jepang. Ada sedikit keberuntungan bagi madrasah di
dalam lingkungan pondok pesantren karena lepas dari pengawasan Jepang.
Pendidikan pada zaman Jepang disebut Hakko Ichiu, yakni mengajak bangsa
Indonesia bekerja sama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya.
Sekolah-sekolah pada zaman Belanda diganti dengan sistem Jepang, yang
semuanya untuk kepentingan perang. Kegiatan-kegiatan sekolah antara lain:
Sikap Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang
gerak pendidikan Islam lebih bebas dibandingkan dengan zaman pemerintahan
colonial Belanda. Masalahnya Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan
agama, yang mereka pentingkan adalah memenangkan perang. Bila perlu, mereka
19
memberikan keleluasaan kepada para pemuka agama dalam mengembangkan
pendidikannya.
Jepang memandang agama Islam sebagai salah satu sarana penting untuk
menyusupi lubuk rohaniah terdalam dari kehidupan masyarakat Indonesia dan
untuk meresapkan pengaruh pikiran serta cita-cita mereka pada bagian masyarakat
yang paling bawah. Untuk memudahkan rencana itu, diantaranya Jepang
mendirikan/ membentuk KUA, Masyumi dan pembentukan Hizbullah.
20
untuk kehidupan dunia dan kehidupan di akherat; (c). Persiapan mencari rejeki dan
pemeliharaan segi-segi kemanfaatan; (d). Menumbuhkan semangat ilmiah
(scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri; (e). Menyiapkan pelajaran
dari segi profesional, tehnis supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan
ketrampilan tertentu agar ia dapat mencapai rejeki dalam hidup disamping
memelihara segi kerokhanian.
3. Menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya" Pengantar filsafat Pendidikan Islam",
menyatakan tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian
muslim.Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat ditarik suatu pengertian
bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal
pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera, sehingga memiliki kepribadian
yang utama.
4. Menurut Drs. Abd. Rahman Sholeh Tujuan Pendidikan Agama Islam ialah
memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa, supaya cakap
menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhai Allah SWT, sehingga terjalinlah
kebahagiaan dunia dan akhirat atas kuasanya sendiri.
5. Menurut Al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat.
b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat,
tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat,
memperkaya pengalaman masyarakat.
c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai
ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat
21
nilai-nilai agama dengan pola Baratnya berjalan sendiri, sementara pendidikan Islam
yang diwakili pesantren dengan tidak memperhatikan pengetahuan umum juga berjalan
sendiri. Hal ini berjalan sampai Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
meskipun pada permulaan abad ke-20 sudah diperkenalkan sistem pendidikan
madrasah berusaha memadukan kedua sistem tersebut di atas terutama memasukkan
pengetahuan-pengetahuan umum ke lembaga-lembaga pendidikan islam dan memakai
sistem klasikal. Namun, ternyata suasana ketradisionalannya masih terlihat sekali.
Jadi, pemerintahan dan bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan masih
mewarisi sistem pendidikan yang bersifat dualistis tersebut:
1. Sistem pendidikan dan pengajaran modern yang bercorak sekuler atau sistem
pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah umum yang merupakan warisan
dari pemerintah kolonial belanda.
2. Sistem pendidikan islam yang tumbuh dan berkembang di kalangan umat islam
sendiri, yaitu sistem pendidikan dan pengajaran yang berlangsung di surau atau
langgar, masjid, pesantren, dan madrasah yang bersifat tradisional dan bercorak
keagamaan semata-mata.
22
madarsah, pesantren, bukan hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga
sebagai pusat atau benteng moral dari kehidupan mayoritas bangsa Indonesia.
23
b. Madrasah-madrasah keagamaan (diniyah).
c. Madrasah-madrasah yang termasuk pendidikan umum berciri khas agama, yaitu
Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.
Dalam sistem pendidikan nasional, pesantren yang mempunyai akar kuat dalam
masyarakat Islam Indonesia merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah.
Di pesantren secara intensif agama dipelajari, didalami, dan dikaji.
يََآ يُّهَاالَّ ِذ ْينَ َءاَ َمنُوْ ا قُوْ آ َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka.” (QS. At-Tahrim:6)
Pendidikan dalam keluarga terutama berperan dalam mengembangkan watak,
kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral, serta keterampilan
sederhana.
24
G. Permasalahan Pendidikan Islam di Indonesia
Permasalahan umum pendidikan Islam
1. Masalah Pemerataan, adalah permasalahn umum pertama pendidikan islam. Isu
pemerataan pendidikan merupakan turunan dari isu pemerataan pembangunan.
Logika pembangunan mempunyai sisi yang sama dengan logika pendidikan, yaitu
bahwa pembangunan atau pendidikan dimulai dari pertumbuhan, pertumbuhan itu
kemudian dibagi atau diratakan, tanpa pertumbuhan tidak ada yang diratakan,
kecuali kemiskinan atau kebodohan.
2. Masalah Mutu, adalah permasalahan umum kedua pendidikan islam. Pendidikan
yang bermutu menjadi acuan bersama, karena pendidkan islam memang harus
mampu memberi layanan yang bermutu, tawaran yang menjanjikan masa depan
peserta didik, dan sekaligus tawaran yang akan memperoleh respon positif dari
masyarakat, sehingga pendidikan islam bisa berwujud seperti “magnet school”
yakni lembaga yang mampu menyedot partisipasi masyarakat karena layanan
pendidikannya bermutu. Namun demikian, pendidikan islam dalam banyak respon
selalu di tempatkan sebagai kualitas pendidikan yang terendah.
3. Masalah Relevansi, adalah permasalahan umum ketiga pendidikan islam.
Pendidikan islam diselenggarakan bukan diruang kosong, tapi di tengah kehidupan
masyarakat yang terus berubah tanpa memahami karakteristik masyarakat,
pendidikan islam bisa keluar dari kontek masyarakatnya. Pendidikan isalam bisa
menjadi “a-historis”, pendidikan islam bisa di “awang-awang”. Setelah keluar,
mereka bisa terasing, teralienasi dari masyarakatnya. Mereka tidak memahami
masyarakat, dan sebaliknya mereka tidak memahami jalan fikiran mereka.
4. Masalah manajemen, adalah permasalahan umum keempat pendidkan islam.
Menurut Thaher, pelaksanaan otonomi daerah bidang pendidikan haruslah menitik
beratkan manajemen pendidikan. Institusi pendidikan harus diberi wewenang
mengatur dirinya sendiri dengan suatu sistem yang sudah di desain. Tanpa menitik
beratkan perhatian pada manajemen, maka sasaran pendidikan jangka pendek
maupun jangka panjang hanya menjadi impian (Thaher, 2000) Abad ke – 21
adalah abad dimana masalah manajemen pendidikan menjadi sorotan serius.
25
Permasalahan Khusus/Internal pendidikan Islam
1. Masalah konseptual, adalah masalah khusus pertama pendidikan islam. Masalah
konsepsual adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep pendidikan
islam, baik konsep filosofis maupun konsep empiris. Konsep filosofis menyangkut
konsep peristilahan dan persepsi tentang pendidikan islam sebagaimana telah
dibahas diatas, sedang konsep empiris menyangkut asas psikologis, sosiologis,
politis pendidikan islam dan sebagainya, yang selama ini kurang mendapatkan
porsi yang proposional dalam pengembangan pendidikan islam.
2. Masalah Struktural, adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan struktur
pendidikan islam. Sejak Indonesia merdeka, polemik tentang struktur pengelolaan
pendidikan islam, struktur perjenjangan kelembagaan pendidikan islam, dan
struktur organik lainnya, khususnya apakah pola kelanjutan pendidikan islam
menggunakan single track atau multi track sampai sekarang belum pernah tuntas
dibahas.
3. Masalah operasional, adalah masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
pengelolaan pendidikan islam. Masalah tersebut bisa bertolak dari fungsi
pendidikan islam, komponen pendidikan islam, hubungan input, proses, dan out
put serta out come, atau selainnya. Namun jika bertitik tolak dari fungsi
pendidikan islam, maka indikator dan soslusinya menyangkut fungsi pendidikan
intelektual, nilai-nilai dan produktivitas.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahwa
definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia kepribadian
islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam bertujuan untuk menjadikannya selaras
dengan tujuan utama manusia menurut islam, yakni beribadah kepada Allah swt.
Pendidikan Islam pada zaman kerajaan-kerajaan Islam berupa pengajian-pengajian
kitab di langgar, madrasah dan juga pondok pesantren. Perkembangan pendidikan
Islam pada zaman ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan
oleh kejelian dari para tokoh penyebar agama dalam membina hubungan dengan
masyarakat sekitar.
Pendidikan Islam pada zaman penjajahan Belanda mengalami hambatan yang
serius. Hal ini dikarenakan penjajah Belanda sendiri selain menjajah juga menyebarkan
agama yang mereka anut, yaitu Kristen-Protestan. Pendidikan Islam banyak mengalami
hambatan dalam menjalankan kegiatannya. Pendidikan berlangsung di madrasah dan
pondok pesantren, proses pendidikannya hampir sama dengan pendidikan Islam pada
masa sebelumnya.
Sikap penjajah Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia sangat merugikan.
Mereka secara terang-terangan membiayai misionaris Kristen dalam mengembangkan
pendidikannya.
Perkembangan pendidikan Islam pada zaman ini juga mengalami hambatan, tetapi
tidak seberat di zaman Belanda. Hanya saja di zaman ini pendidikan lebih mengarah
pada unsure fisik, karena bertujuan semata-mata untuk kepentingan peperangan.
Seperti dijelaskan di atas, tujuan utama dari pendidikan pada zaman ini lebih
mengarah untuk kepentingan peperangan. Penjajah Jepang tidak begitu menghiraukan
pendidikan Islam, mereka bahkan mau mendukung perkembangan pendidikan Islam,
meskipun hal itu hanya merupakan unsur politik untuk mencari dukungan umat Islam
Indonesia.
Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahwa
definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia kepribadian
27
Islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam bertujuan untuk menjadikannya selaras
dengan tujuan utama manusia menurut islam, yakni beribadah kepada Allah swt.
B. Saran
Setelah membahas hakikat pendidikan islam ini. Maka kami berharap pendidikan
Islam lebih di utamakan dan di pelajari lebih mendalam, khususnya dalam kehidupan
sehari- hari dan menanamkannya pada generasi muda agar syari’at dan ajaran islam
dapat di mengerti dan di pahami oleh generasi muda dalam mengaplikasikannya
didalam kehidupan sehari- hari.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://sablinews.blogspot.com/2012/10/sablicom-makalah-tentang-pendidikan_30.html
Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam (KBK 2004). Bandung: Remaja Rosda Karya.
Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al- Ma’arif.
Tafsir, Ahmad. 1992. Imu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
29