Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

“PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL”

DOSEN PENGAMPU: Dr.Amirudin,S.Pd.I.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

RIDIA SANTIKA (222410071)

LATIFATUL HABIBAH (222410019)

CINDY DINGIN MUHARNI (222410001)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan “Pendidikan Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan alam
Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga tugas Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan tugas Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pada
pembaca terutama dosen yang mengajarkan mata kuliah ini untuk kesempurnaan tugas ini.

Pekanbaru, desember 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2

DAFRAT ISI...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan .............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6

a. Pengertian pendidikan Islam...........................................................................................6


b. Pengembangan pendidikan Islam....................................................................................7
c. Fungsi dan tujuan pendidikan Islam...............................................................................9
d. Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional....................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................15

Kesimpulan...............................................................................................................................15

Daftar pustaka ..........................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan masa depannya yang
lebih cerah dengan melaksanakan transformasi dirinya menjadi suatu Masyarakat
belajar, yakni suatu masyarakat yang memiliki nilai-nilai dimana belajar merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan setiap kesempatan bagi setiap warga negara.
Sebagai suatu bangsa yang sedang tumbuh dan berkembang, setiap warga negara
diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan, sehingga upaya mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa yang sudah
maju dapat dipercepat.
Dalam Undang–Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 3
mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang. Rumusan tersebut dikukuhkan dengan Tap. MPR No. II/1983 tentang
GBHN yang menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berdasarkan pancasila, bertujuan
untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
Pendidikan Islam dalam proses pembelajaran memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pendidikan Islam,
aspek spiritual keagamaan, kepribadian dan akhlak mulia dan ketrampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan
dasar menengah dan pendidikan tinggi, dan sekurang-kurangnya melalui mata
pelajaran/ kuliah. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan Islam menduduki posisi yang
sangat penting. Artinya, pendidikan Islam menjadi komponen yang menentukan
perjalanan pendidikan Nasional.

4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari pendidikan Islam?
2. Bagaimana pengembangan pendidikan Islam?
3. Apa fungsi dan tujuan pendidikan Islam?
4. Bagaimana pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan atau menjelaskan :
1. Pengertian pendidikan Islam
2. Pengembangan pendidikan Islam
3. Fungsi dan tujuan pendidikan Islam
4. Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan
pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
Pendidikan Islam adalah adalah pembentukan kepribadian muslim, atau perubahan
sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Pendidikan Islam pada
dasarnya merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim
seutuhnya (kaffah), mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk
jasmani maupun rohani. Pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilaksanakan
dengan terencana dan sistematis untuk mengembangkan potensi anak didik
berdasarkan pada kaidah-kaidah agama Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara
menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan serta
panca indera yang dimilikinya. Dan adapun tujuan akhir pendidikan adalah
pembentukkan tingkah laku Islami (akhlak mulia) dan kepasrahan (keimanan) kepada
Allah berdasarkan pada petunjuk ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Kehadiran
Pendidikan Agama Islam yang dipijakkan kepada aqidah dan keyakinan tauhid di
tengah-tengah kehidupan masyarakat yang telah tertanam aqidah dan keyakinan
Pagaganisme, Majusianisme, Nashranianisme dan Yahudianisme ini menarik untuk
ditelaah, tidak saja karena Pendidikan Agama Islam telah mampu mengeluarkan
masyarakat dari keterpurukannya selama beratus-ratus tahun, tetapi yang lebih
penting untuk digali, adalah bagaimana eksistensi pendidikan agama Islam yang
tauhidian itu sendiri, baik secara institusional, materi, metodologis, kurikulum
maupun epistemologisnya. Pendidikan Islam adalah suatu proses mempersiapkan
generasi penerus untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai
Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik
hasilnya di akhirat. Pendidikan Islam dalam pengertian di atas merupakan suatu
proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan Allah
kepada Muhammad melalui proses dimana individu dibentuk agar dapat mencapai

6
derajat yang tinggi, sehingga mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah di bumi
yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sumber dari sistem Islami adalah Quran dan Sunah Rasul saw. Maka Pendidikan
Islam pun harus bersumber pada Al-Quran dan Sunah Rasul saw. Kedudukan Al-
Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an
itu sendiri. Sumber yang kedua, yaitu As-Sunnah. Amalan yang dikerjakan oleh
Rasulullah saw dalam proses perubahan hidup sehari-hari, menjadi sumber utama
pula dalam pendidikan Islam karena Allah telah menjadikan Muhammad sebagai
teladan bagi umatnya. Ada beberapa nilai fundamental dalam sumber pokok ajaran
Islam yang harus dijadikan dasar bagi pendidikan Islam, yaitu: (1) Aqidah (2) Akhlak
(3) Penghargaan kepada akal (4) Kemanusiaan (5) Keseimbangan (6) Rahmat bagi
seluruh alam (Rahmatan lil’alamin). Pendidikan Islam dalam perencanaan,
perumusan, dan pelaksanaannya pada pembentukan pribadi yang berakidah Islam,
berakhlak mulia, berpikiran bebas, untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi
manusia secara terpadu tanpa ada pemisahan. Seperti aspek jasmani dan rohani, akal
dan hati, individu dan sosial, duniawiah dan ukhrawiah, dan seterusnya. Karena
pendidikan Islam mengarah pada pembentukan insan paripurna (insan kamil), yakni
yang dapat menjadi rahmatan lil’alamin, mampu memerankan fungsinya sebagi
Abdullah dan khalifatullah.

Hakikat tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadikan manusia sebagai ‘abdi
Allah atau hamba Allah. Pendidikan seharusnya bertujuan menciptakan pertumbuhan
yang seimbang dari kepribadian total manusia yakni dengan berbagai latihan spiritual,
intelektual, rasional, perasan bahkan kepekaan tubuh manusia. Oleh karena itu,
pendidikan semacam ini memerlukan suatu usaha dan pemikiran yang keras dan
serius dalam upaya mewujudkan citacitanya. Karenanya, pendidikan seharusnya
menyediakan jalan bagi pertumbuhan potensi manusia dalam segala aspek; spiritual,
intelektual, imajinatif, fisikal, ilmiah, linguistik, dan lain-lain.) baik secara individual,
masyarakat dan manusia pada umumnya. (Baharun, 2018)

2. Pengembangan pendidikan islam di Indonesia


Kajian-kajian historis menunjukkan bahwa sampai abad ke-19, pendidikan
Islam, dalam bentuk masjid dan pesantren, masih menjadi lembaga pendidikan yang
dominan bagi masyarakat Indonesia. Pergeseran mulai terjadi pada masa

7
penjajahan. Sekitar tahun 1865 masyarakat pribumi, khususnya di Jawa, disediakan
model pendidikan yang dirancang berdasarkan kebijakan pemerintah Hindia-Belanda.
Kebijakan ini pada awalnya untuk mempersiapkan kalangan pribumi menjadi pegawai
gubernurmen (kantor-kantor pemerintah Hindia-Belanda). Pola pendidikan yang
dijalankan pemerintah Hindia-Belanda untuk kepentingan ini sama sekali bukan
merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap sistem pendidikan Islam pada masa itu,
tetapi malah lebih menyerupai sekolah-sekolah zending yang berkembang di wilayah
Minahasa dan Maluku.
Menurut Karel A. Steenbrink sebagaimana yang ditulis M. Ali Hasan-
Mukti Ali Alasan-alasan tidak dipakainya sistem pendidikan Islam oleh pemerintah
Hindia-Belanda itu semata-mata karena pertimbangan aspek didaktis-metodiknya
yang tidak baik. Terlepas dari alasan itu, sangat boleh jadi penyebab utama
diasingkannya sistem pendidikan Islam karena kemungkinan konsekuensinya tidak
menguntungkan kepentingan politik Hindia-Belanda, karena dalam prakteknya
pendidikan Islam lebih menekankan kepada aspek keimanan dan keyakinan dalam
beragama. Praktek pendidikan seperti ini memberi rangsangan dan motivasi untuk
melawan penjajah dan pemerintahan kafir.
Pemberlakuan pendidikan pribumi oleh pemerintah Hindia-Belanda dapat
dianggap awal dari dualisme sistem pendidikan bagi masyarakat Indonesia.
Pendidikan Islam tetap berjalan sesuai dengan karakternya dan secara tradisional
menjadi andalan masyarakat Indonesia, khususnya kaum muslimin. Sementara sistem
pendidikan pribumi ala Belanda terus berkembang dan menjadi pusat pengajaran dan
pelatihan bagi kaum elit pribumi yang mempunyai hubungan dengan pemerintah
Hindia-Belanda. Dan dalam perkembangannya, dualisme pendidikan ini membawa
orientasi wawasan masyarakat Indonesia yang terbelah sesuai dengan karakter
masing-masing pendidikan yang ditempuhnya. Namun demikian, orientasi kaum
terpelajar yang berlatar pendidikan ala Belanda secara politis lebih siap menangani
masalah-masalah kenegaraaan, karena pola pendidikannya sejak awal mempersiapkan
mereka untuk menjadi tenaga-tenaga pemerintah.
Kesadaran perlunya mengembangkan orientasi pendidikan Islam yang
menyangkut masalah-masalah sosial politik dan ekonomi (keduniawian) akhirnya
muncul di kalangan kaum muslimin. Hal ini kemudian mendorong dilakukan
penyesuaian pendidikan Islam, kurikulum, kelembagaan dan sistem pengajarannya.
Upaya penyesuaian pendidikan Islam tersebut terbukti dengan perkembangan modern

8
secara luas dilakukukan baik di Minangkabau maupun di Jawa seperti oleh
Muhammadiyah, dan Jam’iat Khair di Jakarta.
Masalah pendidikan Islam baru muncul pada segi lingkup sejauh mana pendidikan
Islam dikembangkan. Apakah terbatas pada pendidikan Islam dalam pengertian agama
secara murni, atau pendidikan Islam dalam pengertian sistem yang mengajarkan
berbagai aspek kehidupan yang berdasarkan agama. Hal ini menjadi serius karena
akan sangat menentukan pola dan sistem pendidikan nasional secara menyeluruh.
Kalangan Islam berpendapat bahwa pendidikan Islam harus dikembangkan di
Indonesia sejauh mungkin, sementara kalangan non-Islam membatasinya dalam
lingkup pengajaran agama.
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan pendidikan Islam
yaitu :
1. Pendidikan Islam hendaknya dikembangkan lebih adaptif dan akomodatif. Dengan
tanpa meninggalkan misi yang diamanatkan oleh al-Qur’an sebagai pedoman
hidup umat Islam.
2. Pendidikan Islam harus menuju integrasi antara ilmu agama dan ilmu dan ilmu
umum.
3. Pendidikan Islam hendaknya memperhatikan muatan bahasa Asing yang lebih
intens, utamanya Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
4. Pendidikan didesain dan di-manage sedemikian rupa sehingga mampu
menumbuhkan kemampuan untuk berswadayadan mandiri dalam kehidupan.
5. Lembaga-lembaga pendidikan Islam harus makin mempertegas komitmennya
untuk memantapkan dirinya sebagai lembaga yang berlabelkan Islam.
6. Para pakar pendidikan Islam perlu segera meretas problema internal keilmuan
dalam pendidikan Islam.

3. Fungsi dan tujuan pendidikan Islam


Secara eksplisit fungsi pendidikan agama telah tertanam dalam penjelasan
pasal 39 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 1989, yang menyebutkan “pendidikan agama
merupakan usaha untuk memperkuat iaman dan ketakwaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut peserta didiknya yang bersangkutan,
dengan perhatian tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional. Dari rumusan tersebut, nampaknya terdapat konsistensi dan keterkaitan

9
langsung antara rumusan fungsi pendidikan agama dengan tujuan pendidikan
nasional yang tertuang pada pasal 4 UU Nomor 2 tahun 1989 yaitu: “Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa…” Dalam
upaya membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa, maka pendidikan
agama memiliki peranan yang sangat penting. Untuk itulah maka pendidikan agama
wajib diberikan pada semua satuan, jenjang dan jenis pendidikan, baik melalui jalur
sekolah maupun jalur luar sekolah.
Pendidikan Islam, dengan bertitik tolak dari prinsip iman-islam-ihsan atau
akidah-ibadah-akhlak untuk menuju suatu sasaran kemuliaan manusia dan budaya
yang di ridhoi oleh Allah SWT, setidak-tidaknya memiliki fungsi-fungsi berikut ini :
a. Individualisasi nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya derajat manusia
muttaqin dalam bersikap, berpikir, dan berperilaku.
b. Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya umat Islam
c. Rekayasa kultur Islam demi terbentuk dan berkembangnya peradaban Islam.
d. Menemukan, mengembangkan, serta memelihara ilmu, teknologi, dan
keterampilan demi terbentuknya para manajer dan manusia profesional.
e. Pengembangan intelektual muslim yang mampu mencari, mengembangkan, serta
memelihara ilmu dan teknologi.
f. Pengembangan pendidikan yang berkelanjutan dalam bidang ekonomi, fisika,
kimia, arsitektur, seni musik, seni budaya, politik, olahraga, kesehatan dan
sebagainya.
g. Pengembangan kualitas muslim dan warga negara sebagai anggota dan pembina
masyarakat yang berkualitas kompetitif.

Tujuan pendidikan islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan
diturunkannya agama islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk manusia muttaqin
yang rentanganganya berdimensi invinitum(tidak terbatas menurut jangkauan
manusia), baik secara linier maupun secara algoritmik (berurutan secara logis)
berada dalam garis mukmin-muslim-mukhsin dengan perangkat komponen, variabel,
dan parameternya masing-masing yang secara kualitatif bersifat kompetitif, oleh
karena itu tujuan pendidikan islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan berikut ini:
a). Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah. b).
Membentuk manusia muslim yang disamoing dapat melaksanakan ibadah

10
mahdhah dapat juga melaksanakan ibadah muamalah dalam kedudukanya sebagai
orang perorang atau sebagai anggota masyrakat dalam lingkungan tertentu. c).
Membentuk warga negara yang bertanggung jawab pada masyarakat dan bangsanya
dalam rangka bertanggung jawab kepada Allah Penciptanya. d). Membentuk dan
mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil atau tenaga setengah
terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur masyarakatnya. e).
Mengembangkan tenaga ahli dibidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu islami lainya).

4. Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional


Pendidikan Islam di Indonesia sebagai subsistem pendidikan nasional, secara
emplisit akan mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia Indonesia
seutuhnya. Kenyataan seperti ini dapat kita pahami dari hasil rumusan seminar
Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam ditujukan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani
menurut ajaran Islam dan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Dalam hal ini Ahmad D. Marimba
mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam.
Dengan melihat kedua tujuan pendidikan di atas, baik tujuan pendidikan nasional
maupun tujuan pendidikan Islam, nampaknya ada dua dimensi kesamaan yang ingin
diwujudkan, yaitu:
a. Dimensi transendental (lebih dari sekedar ukhrawi) yang berupa ketakwaan,
keimanan dan keikhlasan.
b. Dimensi duniawi melalui nilai-nilai materi sebagai sarananya, seperti
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, keintelektualan dan sebagainya.

Dengan demikian keberhasilan pendidikan Islam akan membantu terhadap


keberhasilan pendidikan nasional. Demikian pula sebaliknya keberhasilan pendidikan
nasional secara makro turut membantu tercapainya tujuan pendidikan Islam. Sebab itu
keberadaan lembaga pendidikan Islam oleh pemerintah dijadikan mitra untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
merupakan undang-undang yang mengatur penyelenggaraan suatu sistem pendidikan

11
nasional sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945. Melalui proses penyusunannya
sejak tahun 1945, ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya sampai tahun
1989, nampaknya undang-undang tersebut juga merupakan puncak dari usaha
mengintegrasikan pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional, sebagai
usaha untuk menghilangkan dualisme sistem pendidikan yang selama ini masih
berjalan. Oleh karena itu, masalah-masalah pendidikan terutama yang menyangkut
kurikulum pendidikan, maka semuanya berada di bawah koordinasi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan demikian berarti UU No. 2 Tahun 1989 tersebut merupakan wadah formal
terintegrasinya pendidikan Islam dalan sistem pendidikan nasional dan dengan adanya
wadah tersebut, pendidikan Islam mendapatkan peluang serta kesempatan untuk terus
berkembang.
Adanya peluang dan peluang untuk berkembangnya pendidikan Islam secara
terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional tersebut dapat kita lihat pada pasal-
pasal, seperti berikut ini:
1. Di dalam pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang dihapuskan pada Kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.Kenyataannya tidak bisa dipungkiri, bahwa pendidikan Islam baik
sebagai sistem maupun kelembagaannya, merupakan warisan budaya bangsa,
yang berurat akar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelaslah
bahwa pendidikan Islam akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional.
2. Pada pasal 4 diuraikan tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk
mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Apa yang dinyatakan dalam tujuan
pendidikan nasional tersebut terutama yang meliputi nilai-nilai dan aspek-
aspeknya, sepenuhnya adalah nilai-nilai dasar ajaran Islam, tidak ada yang
bertentangan dengan tujuan pendidikan Islam.Oleh karena itu, perkembangan
pendidikan Islam akan mempunyai peran strategis dan menentukan dalam
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut.

12
3. pada pasal 10 dinyatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.
Menurut ajaran Islam, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan
utama, yang berperan besar dalam upaya pembentukan kepribadian anak. Dengan
masuknya lembaga pendidikan keluarga menjadi bagian dasar sistem pendidikan
nasional, maka pendidikan keluarga muslim pun menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pendidikan nasional yang berlaku.
4. Pada pasal 11 ayat 1 disebutkan bahwa jenis pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik dan pendidikan profesional.Yang dimaksud dengan pendidikan agama
sebagaimana yang dijelaskan pada ayat tersebut adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.Kita
mengetahui bahwa setiap orang Islam berkepentingan dengan pengetahuan
tentang ajaran-ajaran Islam, terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai
keagamaan, moral dan sosial budayanya. Oleh karena itu, pendidikan Islam
dengan lembaga-lembaganya, tidak bisa dipisahkan dari sisten pendidikan
nasional.
5. pada pasal 39 ayat 2 dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis dan jalur serta
jenjang pendidikan, wajib memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan
pendidikan kewarganegaraan. Berkenaan dengan ini, dijelaskan bahwa pendidikan
agama (termasuk pendidikan agama Islam) merupakan bagian dari dasar dan inti
kurikulum pendidikan nasional, dan dengan demikian pendidikan agama Islam
pun terpadu dalam sistem pendidikan nasional. Kenyataan tersebut pada dasarnya
cukup menguntungkan bagi pendidikan Islam, sebab posisinya akan menambah
kuat. Kalau selama ini mungkin pendidikan agama merasa tersisih, dengan UU
Nomor 2 tahun 1989 status pendidikan agama adalah sama kuatnya.
6. Kemudian pasal 47, terutama ayat 2 dinyatakan bahwa ciri khas satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan. Dengan pasal ini, satuan-
satuan pendidikan Islam baik yang berada pada jalur sekolah maupun pada jalur
luar sekolah akan tetap tumbuh dan berkembang secara terarah dan terpadu dalam
sistem pendidikan nasional. Sehubungan dengan satuan pendidikan yang berciri

13
khas ini, pada Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990, tentang Pendidikan
Dasar, pasal 4 ayat 3 ditegaskan bahwa SD dan SLTP yang berciri khas Agama
Islam, yang dihadiri oleh Departemen Agama, masing-masing disebut Madrasah
Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Dengan demikian madrasah diakui sama
dengan sekolah umum, dan merupakan satuan pendidikan yang terintegerasi
dalam sisteem pendidikan nasional.
Demikianlah bagaimana posisi pendidikan Islam dalam kerangka Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam konteks ini yang mungkin jadi pertanyaan adalah
mengapa sistem pendidikan Islam diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan
nasional. Secara konsepsional, sistem pendidikan nasional sebagaimana
dikehendaki oleh UUD 1945, adalah sejalan atau paling tidak, tidak ada
pertentangannya dengan konsep dasar pendidikan Islam.

14
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai
suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam
masyarakat. Pendidikan Islam adalah adalah pembentukan kepribadian muslim, atau
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Pendidikan
Islam pada dasarnya merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi
Muslim seutuhnya (kaffah), mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang
berbentuk jasmani maupun rohani.
Pengembangan Pendidikan Islam lebih menekankan pada aspek keimanan
dan keyakinan dalam beragama dan selanjutnya mengembangkan pendidikan Islam
yang mencakup masalah-masalah sosial politik dan ekonomi (keduniawian) yang
kemudian mendorong dilakukan penyesuaian pendidikan Islam, kurikulum,
kelembagaan dan sistem pengajarannya.
Fungsi pendidikan Agama telah dituangkan dalam penjelasan pasal 39 ayat (2)
UU No. 2 tahun 1989, yang menyebutkan “Pendidikan Agama merupakan usaha
untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan Agama yang dianut peserta didiknya yang bersangkutan, dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.

15
DAFTAR PUSTAKA

Awwaliyah, R., & Baharun, H. (2019). Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan
nasional (Telaah epistemologi terhadap problematika pendidikan Islam). JURNAL
ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 19(1), 34-49.

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana Prenada
Media, 2006), hlm. 27-28.

Departemen Agama RI,Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan


Nasional (Jakarta: Dirjen. Binbaga Islam, 1992), hlm: 41

Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Feisal, Jusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. 1995. Jakarta: Gema Insani Press.

D.Marimba, Ahmad. 1986. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam . Bandung : PT. Al-
Ma'arif.

Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam . Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai