(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pedidikan Islam)
Disusun Oleh :
Ahmad (213121054)
Keprianto (213121035)
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan nikmat
iman, nikmat sehat, nikmat kepercayaan diri sehingga memberikan Kami motivasi
besar dalam penyusunan makalah ini.
Dan shalawat serta salam kepada Nabi besar kita, Nabi akhir zaman, yaitu
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah mengeluarkan kita dari
zaman kegelapan hingga zaman yang terang akan ilmu pengetahuan secara alamiah
dan spiritual kini.
Terima kasih kepada ustadzah Nurmaya Medopa, S.Pd.I, M.Pd yang telah
membimbing Kami dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Tak lupa Kami
ucapkan terima kasih kepada teman dan rekan-rekan yang hadir membantu dan
terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga selesai tepat waktu.
Selanjutnya Kami akan memaparkan makalah dengan judul Eksistensi
Pendidikan Islam Di Indonesia Hal ini bertujan untuk menambah wawasan
mengenai pendidikan pertama yang ditbawa oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
sebagai pendidik dan pembimbing manusia untuk bahagia dunia sampai ke akhirat,
serta mengetahui tentang perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ………………………………………………………………12
B. Saran ………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam di Indonesia pada hakikatnya telah berlangsung sejak masuk dan
berkembangnya Islam ke negeri ini. Besarnya penerimaan masyarakat terhadap Islam
menjadikan agama ini sebagai patron kehidupan masyarakat secara luas yang tentu diimbangi
dengan proses belajar untuk mengetahui dan memahami ajaran Islam, sekaligus menjadi
bukti konkret lahirnya pendidikan Islam. Bahkan, perlu dicatat bahwasannya manifestasi
pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan nasional, memiliki sejarah penting dalam
pengembangan pendidikan Indonesia. Kondisi tersebut, dapat ditelah dari eksistensi
pendidikan Islam pada masa penjajahan, masa kemerdekaan, sampai pada proses integrasi
pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional. Dengan demikian, pengembangan
pendidikan di Indonesia, tidak terpisahkan dari keberadaan pen-didikan Islam yang mengakar
dalam tradisi serta ritualisasi keagamaan masyarakat muslim Indonesia.
Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan manusia, pendidikan berkembang dari yang
hal-hal yang paling sederhana. Tujuan-tujuannya pun amat terbatas pada hal-hal yang bersifat
bertahan hidup. Seiring dengan perkembangan hidup manusia yang dapat membentuk
masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup yang makin tinggi, pendidikan
ditunjukan bukan hanya pada pembinaan keterampilan, melainkan kepada pengembangan
kemampuan-kemampuan teoritis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah.
4
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Eksistensi
Eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada,timbul, memiliki
keberadaan aktual. Existere disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya
tampil atau muncul. Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi
4 pengertian. Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi adalah apa yang
memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan
bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan. Dalam kamus bahasa
Indonesia, eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Artinya, eksistensi menjelaskan tentang
penilaian ada atau tidak adanya pengaruh terhadap keberadaan seseorang tersebut. Apabila
orang lain menganggap kita mempunyai sebuah eksistensi, maka keberadaan kita sudah
dianggap dan dapat diperhitungkan oleh orang-orang di sekeliling kita.
Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa
penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran-ajarannya ke dalam tingkah laku sehari-
hari. Karena itu, keberadaan sumber dan landasan pendidikan Islam harus sama dengan
sumber Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan As Sunah.
Pendidikan Islam menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan jasmani maupun rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.Senada dengan pendapat tersebut, menurut Chabib Thoha pendidikan
Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori- teori yang dibangun untuk
melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Hadits.
6
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut, jelaslah bahwa pendidikan
Islam mencakup aspek jasmani dan rohani. Kedua aspek itulah yang dibina pada diri manusia
demi berkembangnya fitrah yang dimilikinya untuk mencapai taraf hidup insan kamil yang
bahagia di dunia dan akhirat. Jadi, pendidikan Islam tidak terbatas pada bimbingan tata cara
beribadah saja tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dengan menggunakan
pendekatan nilai-nilai ajaran Islam yang bertujuan untuk kebahagiaan manusia.
1. Pendidikan Keimanan
2. Akhlak Mulia
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran belum mampu mengikat komitmen kepada
keimanan dan akhlakul karimah, bahwa orang yang berakhlak mulia meliliki kesadaran
sejarah yang tinggi , yakni asal kejadiannya, sejarah perkembangan hidupnya, dan
kemudahan serta kesukaran yang pernah diperolehnya, orang berakhlak berarti orang yang
memiliki kesadaran ilahiyah yang tinggi, ini juga memunculkan rasa pengabdian yang tinggi
dan rasa tanggung jawab terhadap peningkatan kualitas hidupnya sebagai makhluk mulia,
berarti orang yang berakhlak merupakan orang yang memiliki kesadaran terhadap posisinya
sebagai makhluk Allah, melahirkan sifat kebersamaan dan kesadaran social yang tinggi.
7
3. Toleransi dalam Beragama
Islam berasal dari Allah. Memahami Islam secara benar akan mengantarkan umatnya untuk
mengamalkannya secara benar pul. Sekarang ini problematika umat yang
mendasar yaitu ketidak fahaman terhadap Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan
rasulNya. Oleh karena itu memahami “ Dinnul Islam” adalah suatu keharusan bagi umat
Islam. Aslama artinya adalah menundukkan atau menghadapkan wajah. Sebagai makhluk
sosial seorang individu dituntut untuk menjalin hubungan atau relasi dengan orang lain.
Orang lain tersebut bisa jadi berasal dari suku, agama, ras , dan adat yang sama bahkan bisa
jadi mereka berbeda dalam hal kesukaan, agama, ras dan adat dengan kita. Tak jarang
sekarang perbedaan tersebut melahirkan hubungan yang tidak
harmonis. Untuk merefresh jiwa umat Islam yang toleran, maka harus disosialisasikan konsep
toleransi dalam prespektif Islam. Harapannya setelah mengetahui bagaimana konsep toleransi
dalam perspektif Islam, umat Islam dapat menjadi warga Negara yang baik.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan mulai
dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai ke PerguruanTinggi (PT). Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan Pasal 3 ayat (1) disebutkan “Setiap satuan pendidikan pada semua
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama” ini
menujukan adanya kewajiban bagi lembaga pendidikan setiap jalur dan jenjang wajib
mengajarkan pendidikan agama kepada siswa dan atau mahasiswa dan bahkan ditegaskan
lagi dalam pasal 4 ayat (2) setiap siswa atau mahasiswa memperoleh pendidikan agama dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama Pendidikan agama mempunyai pengaruh yang besar
dalam mencetak karaktermanusia dan sejalan dengan amanah PP No 55 Tahun 2007 Pasal 2
ayat (1) menyebutkan “Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama. “Pentingnya pendidikan agama bagi
anak-anak didik belum diikuti dengan kemauan yang kuat dari beberapa pelajar, guru, kepala
8
sekolah dan stake holder yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagian dari mereka masih
menganggap pendidikan agama tidak begitu penting, hanya mata pelajaran yang biasa saja.
Para orang tua tidak khawatir jika nilai agama anaknya rendah, tetapi cemas jika nilai
matematika atau IPA nya rendah, mereka sibuk kesana sini mencarikan guru privat untuk
mengajar anak mereka, berapa pun harga buku umum mereka beli, tetapi buku-buku agama
tidak begtu tertarik.
Untuk dapat mengetahui kapan eksistensi pendidikan agama diberikan disekolah- sekolah dan
bagaimana status pendidikan agama tersebut, maka perlu terlebih dahulu diketahui proses
perkembangan pendidikan agama disekolah-sekolah di Indonesia.
Di sekolah-sekolah secara resmi belum diberikan pendidikan agama karena pendidikan pada
masa penjajahan Belanda hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di
Indonesia. Tetapi para mubaligh sudah melakukan secara individu.
Keadaan agak berubah, pendidikan islam di zaman penjajahan Jepang terkait erat dengan
saling membutuhkan antara tentara Jepang dengan umat islam di Indonesia. Jepang
membutuhkan umat islam Indonesia terkait dengan perang Asia Timur Raya agar pihak
Jepang mendapat bantuan dari umat muslim di Indonesia. Sedangkan dari umat islam
mengharapkan akan diperoleh kemerdekaaan Indonesia.
Sejak Indonesia merdeka 1945, sebenarnya pendidikan agama mulai diberikan disekolah -
sekolah negeri, tetapi pelaksanaannya sukarela. Pada tahun 1960, pelaksanaan pendidikan
agama di sekolah mulai mendapatkan status yang agak kuat, dalam Ketetapan MPRS No.
II/MPRS/ 1960bab II pasal 2 ayat 3, yang berbunyi : Menetapkan pendidikan agama menjadi
mata pelajaran di sekolah sekolah mulai dari sekolah rakyat sampai dengan Universitas
Negeri, dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta, apabila dari murid-
murid dewasa menyatakan keberatannya.
9
Setelah meletusnya G.30.S. PKI th. 1965, maka mulai saat itu pendidikan agama di
Dari penjelasan pasal ini jelas bahwa pendidikan agama wajib diberikan pada setiap jalur dan
jenjang pendidikan baik di tingkat dasar sampai pendidikan tinggi, baik negeri mapun swasta.
Dilihat dari faktor pendidikan, maka PAI juga memiliki faktor- faktor tersebut. peserta didik,
pendidik, tujuan pendidikan dan sarana/prasarana pendidikan, faktor-faktor ini merupakan
bagian dari SIDIKNAS. Lebih khusus lagi faktor tujuan, yang merupakan penentu arah dan
gerak oprasionalnya, maka jelas bahwa tujuan PAI adalah “mengkongkritkan” makna iman
dan taqwa kepada Tuhan YME dalam SISDIKNAS yang masih abstrak menurut agama
yangdiakui di
Eksistensi pendidikan Agama Islam dalam undang-undang system pendidikan Nasional dapat
ditemukan pijakan dan akarnya pertama kali dalam konsideran penyusunan Undang- Undang
sisdiknas tersebut. Inti dari konsideran tersebut adalah perlunya membentuk undang-undang
tentang sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
tuhan yang maha esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Spiritual keagamaan dan akhlak mulia sebagai komptensi yang harus dimiliki peserta didik
merujuk kepada pendidikan agama. Pendidikan agamalah jalan paling memungkinkan untuk
tidak menyebut satunya mengantarkan peserta didik memiliki spiritualitas keagamaam dan
karakter positif yang terbingkai dalam rumusan akhlak mulia.
10
Rumusan pendidikan yang mengedepankan spiritualitas ini kemudian menentukan arah
tujuan pendidikan nasional. Tentang hal ini dalam pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan
nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Muhammad Athiyal al Abrasyi dan Mohammad al Toumy al Saibany tentang tujuan umum
yang fundamental bagi pendidikan agama Islam, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang
hendak dicapai oleh pendidikan nasional ini selaras dengan tujuan pendidikan agama Islam.
Dengan demikian maka pasal 3 ini pun memberikan angin segar bagi pendidikan agama dan
keagamaan.
Dalam bab X pasal 36 dan 37 disebutkan bahwa penyususnan kurikulum pada semua jalur
dan jenjang pendidikan pertama adalah mempertimbangkan peningkatan iman dan taqwa
yang secara spesifik hanya dapat dilakukan oleh pendidikan agama. Pendidikan agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia.
Dari rumusan diatas dapat diambil pengertian bahwa pendidikan agama kembali mendapat
perhatian besar bahkan dominan dalam pengaturan kurikulum ini. Perihal prinsip-prinsip
penyusunan kurikulum, peningkatan iman dan taqwa serta peningkatan akhlak mulia dan
agama ditempatkan sebagai prinsip paling atas. Pendidikan agama kemudian menjadi
semakin kuat eksistensinya dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional ini dengan
keharusan pendidikan agama masuk dalam muatan kurikulum semua jenjang pendidikan
mulai dari dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi, namun demikian, pasal ini
mengandung kelemahan konsep.
Kelemahan atau kekeliruan konsep ini terletak pada penyamaan pendidikan dengan sekolah.
Padahal sekolah hanya merupakan bagian kecil dari pendidikan. Ada pendidikan itu sendiri
mencakup keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dari analisis ini dapat dikritisi bahwa maksud pendidikan agama sebagai muatan wajib
kurikulum adalah mata pelajaran agama atau pengajaran agama. Karena pendidikan agama
dalam arti yang sesungguhnya tidak mungkin dipkulkan tanggung jawabnya penuh pada
sekolah
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kamus bahasa Indonesia, eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Artinya, eksistensi
menjelaskan tentang penilaian ada atau tidak adanya pengaruh terhadap keberadaan
seseorang tersebut. Apabila orang lain menganggap kita mempunyai sebuah eksistensi, maka
keberadaan kita sudah dianggap dan dapat diperhitungkan oleh orang-orang di sekeliling kita.
Sedangkan pendidikan Islam mencakup aspek kehidupan jasmani dan rohani tidak hanya
terbatas pada bimbingan tata cara beribadah saja tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai ajaran Islam yang bertujuan untuk
kebahagiaan manusia. Fungsi dari Pendidikan Islam adalah :
b. Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk mendidik siswa dalam urusan akhlak, etika
dan moral.
B. Saran
12
Dalam penyusunan makalah ini kami selaku penulis menyadari ada beberapa kesalahan
tentang penyajiannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik maupun saran khususnya
dari Bapak dosen pembimbing Irfan Fauza, M.Pd.I yang bersifat membantu dan membangun
agar kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiyah dkk. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumu Aksara.
https://www.neliti.com/publications/146172/eksistensi-pendidikan-islam-di-indonesia-
perspekstif-sejarah-pendidikan-nasional
http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/618/l/Hanif%20Masykur_l 1412004.pdf
https://dokumen.tips/documents/eksistensi-pendidikan-agama-islam-makalah-filsafat.html
https://www.kompasiana.com/almisbah/54f77207a33311d3358b49d6/eksistensi-pendidikan-
islam
13