DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
FITRI NILA SARI 2119286
FINA FANDUWINATA 2119291
RAUL MALDINI 2119272
DOSEN PEMBIMBING :
IMAN TAUFIQ
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah ilmu kalam (kontak kebudayaan Yunani dan arab)
2. Factor-fakor terbentuknya kelompok kalam
3. Landasan epistemology ilmu kalam, alqur’an dan hadis tentang ilmu kalam
4. Pro dan kontra ulama muslim trhadap ilmu kalam
C. Tujuan Penulisan
A. Mengetahui dan paham akan sejarah ilmu kalam (kontak kebudayaan Yunani dan
arab)
B. Mengetahui dan paham akan factor-fakor terbentuknya kelompok kalam
C. Mengetahui dan paham akan landasan epistemology ilmu kalam, alqur’an dan hadis
tentang ilmu kalam
D. Mengetahui dan paham akan pro dan kontra ulama muslim trhadap ilmu kalam
BAB II
PEMBAHASAN
1
Harun Nasution, Teologi islam (Universitas Indonesia Pres, Jakarta,2011), hal.4
2
Harun Nasution, Teologi islam (Universitas Indonesia Pres, Jakarta,2011), hal.6
3
Suryan A. Jumrah, Studi Ilmu Kalam(Prenamedia,Jakarta,2015), hal.9
Maka persoalan politik tidak lagi murni sebagai masalah politi, tetapi sudah
berpindah pada persoalankalam atau teologi. Sejak muncul kekafiran oleh khawarij,
diskusi kalam marak menjadi diskusi tentang status”pelaku dosa besar”, yang kemudian
melahirkan diskusi tentang defenisi dan kriteria iman. Diskusi tengtang status kakafiran
apakah masih mukmin atau sudah kafir ini yang kemudian berpengaruh terhadap
perkembangan pemikiran dan aliran kalam didunia islam.4
4
Suryan A. Jumrah, Studi Ilmu Kalam(Prenamedia,Jakarta,2015), hal.13
5
Sahilun A. nasir, pemikiran ilmu kalam(Rajawali pers, Jakarta,2012), hal 166-167
6
Sahilun A. nasir, pemikiran ilmu kalam(Rajawali pers, Jakarta,2012), hal 30-32
b. Pengaruh Ekternal
Akulturasi
Setelah terjadinya pembebasan yang dilakukan oleh kaum Muslim terhadap
beberapa wilayah di luar jazirah Arabia hingga wilayah Persia dan beberapa kota
kekuasaan Romawi, maka munculah akulturasi antara mereka dengan bangsa-
bangsa yang telah mempunyai peradaban dan kebudayaan yang berbeda dalam
bidang ontologi, epistomologi dan aksiologi. Sebagai akibat dari akulturasi ini,
tidak sedikit ajaran mereka yang masuk ke dunia Islam dan menimbulkan pro dan
kontra terhadap pandangan-pandangan mereka, khususnya menyangkut masalah
ketuhanan.
Transliterasi
Selain adanya akulturasi setelah pembebasan wilayah-wilayah tersebut, ada upaya
dari beberapa pihak yang berkuasa untuk menerjemahkan buku-buku karya para
cendikiawan non Muslim ke bahasa Arab.
3. Landasan epistemology ilmu kalam, alqur’an dan hadis tentang ilmu kalam
Semua aliran dalam pemikiran berpegang kepada wahyu (alqur’an dan hadis)
sebagi sumber pokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
artinya memahami wahyu sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikannya
tanpa perlu pemikiran. Secara tidak langsung berarti memahami wahyu sebagai
pengetahuan menta sehingga perlu tafsir dan penalaran dengan merujuk kepada ayat yang
lain.
Untuk kasus pertama sering diistilahkan dengan muhkam sedang yang kedua
dinamakan dengan mutasyabih. Contoh untuk yang muhkam adalah ayat tentang halal,
haram, janji dan ancaman.sementara yang untuk yang mutasyabih contohnya adalah ayat-
ayat tentang asma allah dan sifat sifatnya.kenyataan adanya ayat muhkam dan
mutasyabih ini memberikan pengertian bahwa alqur’an sebagai sumber utama, tetapi ia
tidak selalu memberikan ketentuan pasti.
Secara hirarki, alqur’an merupakan sumber rujukan utama dari semua
argumentasi dan dalil.alqur’an adalah dalil yang membuktikan kebenaran risalah nabi
muhammmad saw dan dalil yang membuktikan benar dan tidaknta suatu ajaran.
Sedangkan hadis menempati urutan yang kedua. Namun tidak semua hadis dijadikan
dasar dalam menetapkan akidah.semua aliran kalam sepakat untuk mengamalkan hadis
yang mutawatir. Namun mereka berselisih pendapat dalam mengamalkan hadis ahad.
alasan yang menolak hadis ahad sebagi rujukan akidah , sebab akidah adalah berkenaan
dengan keyakinan dan apa yang berhubungan dengan keyakinan harus berstatus jelas.
Jadi menurut mereka, hal hal yang berkenaan dengan akidah harus berdasarkan petunjuk
alqur’an dan hadis mutawatir.mereka ulama kalangan mu’tazilah.
4. Pro dan kontra ulama muslim terhadap ilmu kalam
Pro terhadap ilmu kalam
a. Abu Hasan al-Asy’ari
orang-orang yang tidak menerima kehadiran ilmu kalam sebagai orang-
orang yang menjadikan kejahilan sebagai modal, dan oleh karena itulah
mereka merasa berat untuk melakukan pembahasan-pembahasan
mengenai ushul al-din dengan menggunakan metode rasional (al-nazhr).
Kalau pengkritik kalam menganggap ilmu kalam yang diciptakan oleh
kaum Mutakallimin sebagai hasil perbuatan bid’ah dan menyesatkan,
lantaran Nabi menurut mereka tidak pernah menganjurkan untuk
membahas ilmu seperti itu, maka al-Asy’ari menolak dan membantah
argumen ini dengan mengemukakan alasan: Nabi pun tidak pula pernah
berkata: “barang siapa yang membahas ilmu kalam, Jadikanlah ia sebagai
pembawa bid’ah dan kesesatan”.
b. Abu Hasan al-Asy’ari
Anggapan pengkritik kalam bahwa persoalan-persoalan yang dibahas
dalam ilmu kalam bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah, menurut al-
Asy’ari adalah anggapan yang keliru sebab nyata sekali bahwa hal-hal
yang dibahas di dalam ilmu kalam itu, demikian al-Asy’ari berargumen,
berakar dari alQur’an dan Sunnah.
Seluruh persoalan teologis yang dibahas oleh ulama-ulama kalam itu
sebenarnya bukanlah persoalan-persoalan yang tidak diketahui oleh Nabi.
hanya saja dari masa Nabi sampai kepada masa sahabat, meskipun
persoalan-persoalan tersebut ada dasarnya pada Al-Qur’an dan Sunnah,
kebetulan tidak menjadi bahasan yang sistematis di kalangan sahabat.
c. Abu Ma’in
Setiap orang yang sudah balligh harus sanggup membuktikan adanya
Tuhan, pencipta alam semesta, melalui argumen rasional.
d. Al-Baqillani
Yang pertama kali diwajibkan Allah atas hamba-hamba-Nya, dan
berargumen secara rasional dengan bukti kekuasaan-Nya sebab Allah
tidak dapat diketahui begitu saja dan tidak dapat dicapai dengan
pandangan empiris.