Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KHAT NASKHI

Disusun oleh:

Kelompok 1

PRODI SASTRA ASIA BARAT

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
Nama Kelompok:

1. Adhe Aulia Arlan (F031221024) 18. Ayu Lestari (F031221006)

2. Safina Khalik (F031221001) 19. Zaenab (F031221013)

3. Tsiqah Tsaqalain (F031221045) 20. Almutmainna (F031221038)

4. Rezky Ramadhan (F031221032) 21.Nuraisyah Nursyam (F031221021)

5. Iftitah Isra Fadhilah (F031221027) 22. Annisa Tria Putri (F031221037)

6. Adhisty Rahilah (F031221014) 23. Misra Asriani (F031221026)

7. Prita Ramadhani (F031221010) 24. Nurul Izzah Mujahidah (F0312210190)

8. Nurfazirah (F031221036) 25. Muhammad yusuf (F031221002)

9. Syiaul Bashirah (F031221004) 26. Muhammad Asrul (F031221009)

10. Suci Zahwa Ramadhani (F031221022) 27. Aqil Salam (F031221007)

11. Risdayanti Hamka (F031221003) 28. Nur Dhiya Ulhaq (F031221028)

12. Arjun Putra (F031221031) 29. Nur Fakhraini Ode (F031221020)

13. Nabilah Azahra Leisubun 30. Berlian Nursyifa (F031221011)


(F031221049)
31. Adam Saputra (F031221041)
14. A. Aisyah Fiahliha (F031221047)
32. Nurvanisari (F031221030)
15. M. Qofratul Aiman (F031221033)
33. Ahmad Ihsan Kamil Herdila
16. Najwa Umuriah Lussy (F031221005) (F031221029)

17. Muhammad Nida'ul Jihad


(F031221043)

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan Rahmat dan nikmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Khat Naskhi”. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Sebelumnya, izinkan kami dari kelompok 1 mengucapkan terima kasih kepada Ustadz
Supratman, SS., MA. yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Ilmu Rasmi. Terima
kasih juga kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dan menyumbangkan ilmunya
sehingga makalah ini dapat selesai.

Dalam penyusunan makalah ini banyak hambatan dan tantangan yang penyusun
hadapi, namun atas izin Allah Swt. juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan
serta dukungan yang penyusun terima dari berbagai pihak akhirnya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dai sempurna dan memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Makassar, 10 April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iv
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Sejarah Khat Naskhi ................................................................................................................... 3
B. Filosofi Khat Naskhi ................................................................................................................... 9
C. Perkembangan Khat Naskhi ........................................................................................................ 9
D. Penggunaan Khat Naskhi .......................................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14

iv
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kaligrafi Naskhi adalah satu jenis kaligrafi Arab yang popular dan
sering digunakan dalam penulisan teks-teks Islam, seperti Al-Qur‟an dan
hadis. Khat naskhi mulai dikembangkan pada abad ke-10 oleh seorang ahli
kaligrafi muslim bernama Ibnu Muqla. Filosofi di balik khat naskhi adalah
menciptakan sebuah karya seni yang indah dan harmonis yang
mencerminkan keindahan Al-Qur‟an dan ajaran islam.Sejarah awal kaligrafi
naskhi dapat ditelusuri kembali ke masa kekhalifahan Umayyah.

Filosofi khat naskhi juga mencakup pengembangan karakter dan


kepribadian seorang kaligrafer. Proses pembelajaran khat naskhi
membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan ketelitian yang tinggi. Seorang
kaligrafer harus juga mengembangkan rasa keindahan yang estetika yang
tinggi dan menciptakan karya seni yang indah harmonis.

Secara keseluruhan, filosofi khat naskhi mencakup pengembangan


keterampilan kaligrafi, nilai-nilai keindahan dan estetika, serta nilai-nilai
keagamaan san spiritual. Hal ini membuat khat naskhi tidak hanya menjadi
sebuah bentuk seni yang indah tetapi juga menjadi sarana untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah khat naskhi?
2. Bagaimana filosofi khat naskhi?
3. Bagaimana perkembangan khat naskhi?
4. Bagaimana penggunaan khat naskhi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah khat naskhi.
2. Untuk mengetahui filosofi khat naskhi.
3. Untuk mengetahui perkembangan khat naskhi.
4. Untuk mengetahui penggunaan khat naskhi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Khat Naskhi


Kaligrafi adalah seni menuliskan teks ke dalam bentuk lukisan menggunakan
pena, kuas, atau alat tulis lainnya ke media tertentu. Awalnya kaligrafi dituangkan ke
media kertas papirus, namun seiring dengan perkembangan waktu, media kaligrafi
juga ditemukan di media lain yang lebih bervariasi seperti batu, dinding, koin, sutra,
kertas kanvas, perhiasan, plat kuningan, kaca, keramik, dan lainnya.
Kaligrafi Naskhi adalah salah satu jenis kaligrafi Arab yang populer dan sering
digunakan dalam penulisan teks-teks Islam, seperti Al-Quran dan hadis. Sejarah awal
kaligrafi Naskhi dapat ditelusuri kembali ke masa kekhalifahan Umayyah pada abad
ke-7 Masehi. Pada saat itu, kekhalifahan Umayyah memiliki banyak wilayah yang
luas dan beragam suku dan bangsa, sehingga mereka membutuhkan cara untuk
menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang kebudayaan dan bahasa. Salah
satu cara untuk melakukan ini adalah melalui standarisasi sistem penulisan yang
digunakan dalam wilayah kekhalifahan tersebut. Para ulama dan kaligrafer Muslim
pada masa itu memutuskan untuk menciptakan bentuk tulisan yang sederhana, elegan,
dan mudah dibaca untuk digunakan dalam menulis teks-teks Islam. Maka lahirlah
gaya kaligrafi Naskhi yang memiliki bentuk tulisan yang jelas, rapi, dan mudah
dibaca, sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam penulisan teks-teks Islam yang
sangat penting.
Adapun tokoh-tokoh kaligrafer khat naskhi, yaitu:
1. Ibnu Muqlah
Ibnu Muqlah merupakan sosok yang menjadi rujukan bagi kaligrafer mulai
dari zamannya sampai hari ini. Ia juga disebut sebagai bapak kaligrafi karena
merumuskan dasar-dasar seni kaligrafi yang kemudian dengan segala
keindahan kaligrafi itu menghiasi mushaf-mushaf di zaman itu sampai
sekarang.
 Riwayat Hidup Ibnu Muqlah
Muhammad Abu Ali bin Ali bin al-Hasan bin Abdullah bin Muqlah
yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Muqlah yang berarti „anak si biji
mata‟. Lahir pada hari kamis selepas shalat Asar tepatnya tanggal 21

3
Syawal tahun 272 H / 886 M di kota Baghdad. Muqlah adalah laqab
kakeknya, Ali bin al-Hasan bin Abdullah yang pernah menulis mushaf.
Pendapat lain menyebutkan bahwa nama Muqlah berasal dari panggilan
kecil ibunya yang diberikan oleh kakeknya. Ibunda Ibnu Muqlah
dipanggil dengan nama itu lantaran ia menjadi „permata hati‟ bagi
kakeknya. Ibnu Muqlah besar dalam keluarga yang dikenal dengan ahli
kaligrafi. Sehingga ilmu khat yang dikuasainya merupakan turun temurun
dari nenek moyangnya. Beliau adalah seorang menteri atau wazīr,
begitulah sebutan pada jaman dahulu. Diceritakan bahwa Ibnu Muqlah
kecil adalah seorang anak yang sering sakit-sakitan ditambah lagi dengan
keadaan keluarga yang tidak mampu dari segi finansial. Meski demikian
nantinya ia akan menjabat sebagai menteri dalam tiga periode khalifah
berbeda; al-Muqtadir (w. 320 H), al-Qahir (w. 339 H), dan al-Radhi (w.
329 H).
Akan tetapi dalam tiga periode itu Ibnu muqlah di-reshuffle sebanyak
tiga kali karena dinamika politik. Kediaman Ibnu Muqlah terletak di tepi
sungai Dajlah sebelah timur kota Baghdad. Rumah yang dibangun ketika
ia menjabat sebagai menteri ini dibangun di atas tanah seluas 200 hektar,
20 hektar diantaranya dijadikan kebun dan taman di pinggiran sungai
Dajlah. Ia menghabiskan biaya 1.000 dirham kala itu untuk membangun
itu semua. Akan tetapi rumah itu hancur lebur setelah dibakar oleh orang
suruhan Ibnu Yaqut. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa
rumahnya dibakar untuk kedua kalinya atas perintah Khalifah al-Qahir (w.
339 H) pada bulan Sya‟ban 322 H ketika dalam masa persembunyiannya.
Dua tahun setelah itu, rumah Ibnu Muqlah kembali dibakar untuk ketiga
kalinya setelah putra-putra kabur dalam persembunyian di bulan Jumadil
Ula.
 Sifat dan kelebihan Ibnu Muqlah
Kecerdikan Ibnu Muqlah dalam mencari tempat persembunyian sudah
tidak diragukan lagi. Ketika ia merasa sudah tidak aman dengan kondisi
politik pemerintahan, ia segera lari ke tempat persembunyian yang sulit
dicari jejaknya oleh pemerintahan pada waktu itu. Hal ini terbukti ketika
Ibnu Muqlah bersekongkol dengan Mu‟nis al-Muẓafar dan Ali bin Bulaiq

4
untuk berbuat makar demi menggulingkan kekuasan al-Qahir (w. 339 H)
yang dikenal sering membunuh.
Dengan kekuatan pemerintahannya, al-Qahir mampu mengendus
persekongkolan mereka dengan menangkap Mu‟nis dan Ibnu Bulaiq.
Sedangkan Ibnu Muqlah berhasil melarikan diri dalam persembunyiannya.
Sifat malu adalah salah satu perangai Ibnu Muqlah. Ia juga tidak senang
mempemalukan orang lain. Sang wazir juga dikenal dengan
kedermawanan, kecerdasan dan keberaniannya dalam mengambil
keputusan permasalahan. Seperti ketika ia berani membuat makar untuk
menggulingkan al-Qahir. Ia juga memiliki keistimewaan cakap dalam
berbicara dan melobi sehingga ia pantas disebut sebagai „diplomatis
sejati‟.Keahlian Ibnu Muqlah sungguh sangat beragam. Ia tidak hanya
dikenal sebagai „rajanya‟ para kaligrafer pada masanya. Namun pemangku
madrasah khat di Baghdad ini juga seorang sastrawan, penyair, penulis,
politisi yang dermawan.
 Guru dan Murid Ibnu Muqlah
Dalam ilmu khat kaligrafi, Ibnu Muqlah (w. 328 H) berguru kepada
Ishaq bin Ibrahim al-Ahwal, penulis kitab Tuḥfat al-Wamiq yang pernah
mengajar khalifah al-Muqtadir(w. 320 H) dan putra-putranya. Al-Ahwal
ini juga salah satu murid dari Ibrahim ash-Shajari yang pernah belajar
pada adh-Dhahhak bin „Ajlan dan Ishaq bin Hammad, keduanya adalah
maestro kaligrafi pada masa awal Bani Abbasiyah. Abu al-„Abbas Tsa‟lab,
juga pernah menjadi guru sang wazir. Begitu juga halnya dengan Ibnu
Duraid. Ibnu Muqlah mempelajari ilmu khat bersama adiknya, Abu
Abdullah Hasan bin Muqlah, sehingga keduanya dikenal sebagai
kaligrafer terkenal di zamannya. Muhammad bin Muqlah (Ibnu Muqlah)
lebih dikenal ketimbang saudaranya, Abu Abdullah. Menarik sekali jika
kita menilik satu pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud
kaligrafer terkenal yang bernama Ibnu Muqlah itu ialah Abu Abdullah al-
Hasan bin Ali bin Muqlah bukan Abu Ali Muhammad bin Ali bin Muqlah.
Alhasil, keduanya juga pernah belajar khat pada kakek mereka. Sang adik,
Abu Abdullah dilahirkan di hari Rabu pagi pada pertengahan bulan
Ramadhan tahun 278 Hijriah, enam tahun setelah Abu Ali bin Muqlah
dilahirkan. Ia wafat pada bulan Rabiul Awal tahun 338 H, 10 tahun setelah
5
kakaknya meninggal. Sementara diantara murid-murid Ibnu Muqlah ialah
Abdullah bin Muhammad Asad al-Qari (w. 410 H), Muhammad bin al-
Simsani. Keduanya adalah guru dari kaligrafer terkenal Ibnu al-Bawaab
(w.413 H). Ibnu al-Bawwab(w.413 H) ialah salah satu kaligrafer yang
banyak terpengaruh oleh metode khat Ibnu Muqlah hingga ia menjadi
kaligrafer terkenal di zaman itu. Meskipun Ibnu al-Bawwab(w.413 H)
yang membuat khat tsuluts dan naskhi semakin indah dan menawan akan
tetapi tetap Ibnu Muqlah-lah yang memiliki jasa terbesar dengan
memformulasikan rumus dan merevolusi khat kufi menjadi khat tsulutsi
dan naskhi. Tidak sedikit nama-nama yang juga menjadi murid Ibnu
Muqlah secara metode penulisan khat, diantaranya al-Hasan bin Ali bin
Abi Salim dan Ali bin Abdul Aziz al-Jurjani.
Bentuk khat semakin beragam hingga mencapai 20 bentuk, akan tetapi
kesemuanya itu disebut khat kūfī karena masih menggunakan dasar khat
kūfī. Memang rentang waktu antara al-Ahwal dan Ibnu Muqlah menjadi
masa berkembangnya model pena dan bangkitnya keilmuan khususnya
bidang khat.Kemudian dengan beriringnya waktu tepatnya pada awal abad
kelima, khat naskhī menjadi tulisan resmi mushaf menggantikan khat
kūfīyang telah digunakan selama bertahun-tahun. Khat naskhī mulai
diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah. Waktu itu titik, harakat dan tanda baca
lainnya sudah menghiasi khat yang tertera pada mushaf.
 Ibnu Muqlah dan keluarga
Keluarga Ibnu Muqlah memang dikenal sebagai keluarga yang ahli di
bidang tulis indah. Ayahnya, Ali bin al-Hasan, juga seorang khaṭṭāṭ.
Sehingga tidak diragukan lagi juga darah seni kepenulisan menurun
kepada putra-putranya. Ayahnya meninggal di usia 67 tahun, tepatnya di
tahun 309 Hijriah dengan meninggalkan tiga putra; Abu al-Faraj al-„Abbas
bin Ali (w.321 H), Abu Ali Muhammad bin Ali bin Muqlah (w.328 H) dan
Abu Abdillah al-Hasan bin Ali (w. 338 H).
Sepanjang hidupnya Ibnu Muqlah hanya menikah dengan satu wanita
saja yang berasal dari kota al-Dinariyah. Istrinya digambarkan sebagai
sosok wanita kaya dan sangat setia. Sampai-sampai ia rela menjanda
sampai mati dan meminta jasad Ibnu Muqlah digali dari kuburnya untuk
dipindahkan ke rumahnya. Dari seorang istri ia dikarunai lima putra yang
6
tiga diantara mereka mahir di bidang khat. Mereka adalah Abu al-Husain
Ali bin Abu Ali (w. 346 H), Abu al-Hasan Muhammad bin Muhammad,
Abu al-Qasim, Abu Isa dan Abu Muhammad Abdullah.
2. Ibnu Al-Bawwab
Ibnu Al-Bawwab (413 H/1022 M), menjalani kehidupan yang lebih
tentram. Nama aslinya adalah Ali Ibn Hilal, tetapi Ibn Al- Bawwab "putra
seorang kuli" menjadi nama panggilannya. Dia memulai kariernya sebagai
seorang dekorator yang menghias rumah dengan gambar-gambar, kemudian
melanjutkannya dengan menghiasi buku-buku dengan aneka gambar, dan
akhirnya membuat kaligrafi. Tak diragukan lagi bahwa hal ini berarti dia
berhasil meningkatkan kariernya pada bentuk seni yang lebih tinggi. Dia juga
diangkat sebagai seorang 'mubaligh' (wa'izh) Masjid Mansur di Baghdad
sebagai penceramah pada shalat Jum'at (khotib) dan ia juga sebagai pengurus
perpustakaan Baha' Al- Daula di Syiraz. Beliau berhasil menciptakan khat
jenis Raihani dan Muhaqqah. Penerus khat Nashki ini juga merupakan seorang
hafiz dan menuliskan mushaf Al-Qur'an ke dalam 46 eksemplar.
Pada masa mudanya, Ibnu Bawwab belajar kaligrafi pada Muhammad ibn
Asad, kemudian Muhammad ibn al-Simsimani, murid Ibnu Muqlah. Dalam
karir kaligrafinya ia lebih dikenal sebagai penerus dan pengembang prestasi
Ibnu Muqlah.
3. Yaqut Al-Musta‟shimi
Ahli kaligrafer besar ketiga setelah era Ibnu Bawwab, arsitektur huruf
Arab disempurnakan lebih lanjut oleh Khattat lain yakni, Yaqut Al-
Mus'tashimi (w.698 H/1298 M). Yaqut mempunyai latar belakang yang tidak
menguntungkan: asalnya dari negeri Romawi, namun sumber lain
menyebutkan bahwa ia berasal dari keturunan keluarga Yunani yang tinggal di
Amasia Turki. Yaqut ke negeri Mesopotamia sebetulnya bukan atas
kemauannya sendiri, melainkan karena ia dijual sebagai budak belian di kota
Baghdad. Pada suatu waktu akhirnya ia bisa menghirup udara kebebasan
sebagai manusia yang bermartabat dengan dimerdekakan oleh Khalifah al-
Mus'tashimi, khalifah Abbasiyah terakhir (1242-1258). dari jasa itulah Yaqut
aslinya bernama Jamaluddin dengan penambahan deretan namanya menjadi
Yaqut Al-Mus'tashimi Plus Al-Bagdadi yang menunjuk pada kota di mana ia
tinggal dan berkarya. Di samping sebagai kaligrafer yang kedudukannya

7
setaraf dengan Ibnu Muqlah dan Ibnu Bawwab ia juga dikenal sebagai penyair
dan sastrawan.
Yaqut mengembangkan metode baru dalam sistem penulisan huruf Arab,
di samping menciptakan gaya tulisan baru, ia juga merancang metode baru
pembuatan kalam bambu yang apik dengan potongan miring. Ini
memungkinkan baginya untuk melengkapi keindahan enam tulisan dengan
dimensi tata tertib atau rumus-rumus yang akan membawanya kepada
keelokan yang mudah digapai, dan seolah-olah berkat keterampilan tangan,
kaligrafi mencapai bentuk idealnya yang di atasnya tidak mungkin lagi
diperbaiki. Untuk menyempurnakan pencapaiannya ini. Yaqut
mengembangkan suatu gaya baru tulisan Sulus, yang dikenal dengan Yaquti,
dan dipandang mengungguli seluruh bentuk atau gaya lainnya.
Yaqut dikenal sebagai pengajar privat yang disukai dan selalu
menganjurkan murid-muridnya untuk berlatih sepanjang waktu. Ia sendiri
berlatih setiap hari dengan menulis dua juz (ayat-ayat al-Qur'an) secara rutin.
Suatu ketika ia hampir tewas tatkala Baghdad dijarah tentara Mongol-Hulagu
Khan pada 1258, dan ibu kota menyala dibakar api. Yaqut bersembunyi di atas
menara, pena dan tinta di tangan. dan terus saja berlatih menulis di atas
sepotong kain.
Prestasi luar biasa Yaqut memungkinkannya menjadi penuntun kaligrafer
setelahnya, terutama para kaligrafer Turki Utsmani, seperti Hamdullah al-
Amasi. Hafidh Utsman dan Mustafa al-Raqim. Mereka menyebut Yaqut
sebagai qiblat al- kuttab (kiblat para kaligrafer), atau dalam istilah Inggrisnya,
Model of the Calligrapher. Yaqut terkenal dengan falsafahnya tentang
kaligrafi: Al-Khaththu handasatun ruhaniyyatun zhaharat bi alatin
jusmaaniyyatin. (Kaligrafi adalah geometri spiritual yang diekspresikan
melalui alat materi Qalam).

8
B. Filosofi Khat Naskhi
Naskhi berasal dari kata Nuskhah atau Naskah, Naskhi merupakan satu-
satunya tulisan yang digunakan hampir pada seluruh naskah-naskah ilmiah seperti
buku, majalah, koran atau brosur-brosur. Kecuali kepala-kepala tulisan, lebih sering
menggunakan tulisan berhias seperti Tsulust, Dîwânî,dan Farisî.
Khat Naskhi adalah salah satu jenis khat (tulisan Arab) yang dikembangkan
pada abad ke-10 oleh seorang ahli kaligrafi Muslim bernama Ibn Muqla. Filosofi di
balik khat Naskhi adalah menciptakan sebuah karya seni yang indah dan harmonis
yang mencerminkan keindahan Al-Quran dan ajaran Islam. Khat Naskhi ditandai
dengan gaya penulisan yang teratur dan terstruktur, dengan ukuran huruf yang
seragam dan konsisten. Hal ini membuatnya mudah dibaca dan dipahami oleh
pembaca yang berbeda-beda latar belakang. Selain itu, khat Naskhi juga dianggap
sebagai gaya penulisan yang sangat cocok untuk penggunaan di media cetak seperti
buku dan majalah.
Filosofi khat Naskhi juga mencakup pengembangan karakter dan kepribadian
seorang kaligrafer. Proses pembelajaran khat Naskhi membutuhkan kesabaran,
ketekunan, dan ketelitian yang tinggi. Seorang kaligrafer juga harus mengembangkan
rasa keindahan dan estetika yang tinggi dalam menciptakan karya seni yang indah dan
harmonis. Selain itu, khat Naskhi juga memiliki nilai-nilai keagamaan dan spiritual.
Proses menulis khat Naskhi dianggap sebagai ibadah dan dapat membantu seseorang
untuk merenungkan ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Quran.
C. Perkembangan Khat Naskhi
Khat Naskhi adalah jenis tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam
bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa
kenabian. Selanjutnya, gaya tulisan yang semakin sempurna tersebut digunakan untuk
urusan administrasi perkantoran dan surat menyurat di zaman kekuasaan Islam.
Sejarah pengembangan khat Naskhi menjadi tulisan yang sampai ke wilayah Arab
Hijaz dalam bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno
sebelum masa kenabian. Pengembangan selanjutnya gaya tulisan yang semakin
sempurna tersebut yaitu digunakan untuk urusan administrasi perkantoran dan surat
menyurat pada zaman kekuasaan Islam. Pada abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, pola-pola
khat Naskhi semakin bertambah indah berkat modifikasi yang dilakukan oleh Ibnu
Muqlah (272-328 H).

9
Pada Zaman kekuasaan Atabeki Ali (545 H).65 dan para ahli sejarah juga
mengatakan bahwa gaya Naskhi pernah mencapai puncak keindahannya pada masa
Atabeki Ali (545 H), kemudian dikenal gaya Naskhi dengan sebutan Naskhi Atabeki,
yang banyak digunakan untuk menulis Al-Qur`an pada zaman pertengahan Islam, di
wilayah Turki. Khat Naskhi pada masa tersebut telah menggeser kedudukan tulisan
kaligrafi Kûfi.
Walaupun Naskhi dapat diakarkan ke akhir abad VII Miladiyah, namun tulisan
tersebut tidak menonjol pada banyak bentuk dan sistematika sampai penghujung abad
kesembilan. Yang paling penting adalah, Naskhi menarik banyak orang sebab ditulis
lebih muda dengan bentuk geometrikal cursif, tanpa macam-macam struktur yang
kompleks. Orang-orang Arab pernah belajar seni membuat kertas dari Cina dan Mesir
sekitar tahun 750-an dan pemakaiannya dikenalkan kepada seluruh negri Islam,
sehingga kaum muslimin dapat menggunakan material tulisan lain semacam papirus
dan kertas kulit. Ini memungkinkan pula tulisan Naskhi selalu siap dipakai dan
dengan muda menyebar di seluruh kawasan Negeri Islam bagian Timur. Sejak tulisan
Naskhi kurang bisa menyesuaikan diri, maka sistem Ibnu Muqlahlah yang
membawanya ke arah kemajuan. Ibnu Muqlah sendiri kemudian merumuskan corak
Naskhi pada proporsinya yang lebih uniuk dan elok, yang pada puncaknya bergabung
pada ranking tulisan besar. Kemudian lebih di sempurnakan lagi oleh Ibnu Al-Bawab,
yang memberi “cap jempol” bagi Naskhi dan mentransformasikannya kepada tulisan
Alquran yang mengagumkan dan patut dihormati. Ini bisa dilihat pada Alquran yang
masih bertahan sampai sekarang. Kini Naskhi merupakan satu-satunya tulisan yang
digunakan hampir pada seluruh naskah-naskah ilmiah seperti buku, majalah, koran,
atau brosur-brosur. Kecuali kepala-kepala tulisan, lebih sering menggunakan tulisan
berhias seperti tsuluts, Diwani dan Farisi.
Pada abad ke-14, khat Naskhi mengalami perkembangan yang signifikan.
Kaligrafer-kaligrafer seperti Yaqut Al-Musta'simi dan Ibn Al-Amid mengembangkan
khat Naskhi menjadi lebih indah dan elegan dengan menambahkan hiasan-hiasan
yang kompleks dan tata letak huruf yang lebih fleksibel. Pada abad ke-16, khat
Naskhi mulai ditinggalkan oleh kaligrafer-kaligrafer terkemuka karena dianggap
kurang menantang dan kurang inovatif. Namun, pada abad ke-20, khat Naskhi
mengalami kebangkitan kembali dan dikembangkan oleh kaligrafer-kaligrafer
terkenal seperti Muhammad Abduh, Muhammad Abdul Qadir, dan Hassan Massoudy.

10
D. Penggunaan Khat Naskhi
Pada awalnya, khat Naskhi digunakan untuk menulis Al-Quran dan naskah-
naskah keagamaan. Kebanyakan Al-Qur‟an dan hadis masih terus menggunakan khat
ini. Khat ini juga kerap dijumpai pada media-media umum seperti majalah, buku, dan
media lainnya yang dibaca orang awam.
Ciri khas kaligrafi khat naskhi adalah bentuk hurufnya yang luwes, tidak
bertumpuk, tidak terlalu rapat, dan memiliki harakat yang mudah dibaca.Pada era
klasik, khat Naskhi sangat dihargai dan dikembangkan oleh kaligrafer-kaligrafer
terkenal seperti Ibn Muqla, Ibn Al-Bawwab, dan Ibn Al-Muqaffa. Khat naskhi sendiri
juga merupakan salah satu jenis khat yang ada dalam tulisan Arab. Khat naskhi
mempunyai bentuk yang sederhana tetapi mengandung makna-makna huruf terang,
memikat, mudah dibaca dan mudah untuk ditulis dan dipelajari. Khat naskhi ini
menjadi asas penulisan dalam mushaf al-Quran baik yang standar maupun mushaf
Uthmani. Tidak hanya dalam penulisan mushaf al-Quran, penggunaan khat naskhi ini
juga dapat ditemukan dalam manuskrip, logam, matauang, artifak dan benda-benda
lainnya yang berada di Nusantara. Oleh sebab itu, khat naskhi ini dijadikan model
penulisan dalam naskah Al-Quran dan Doa selain mudah dibaca dan dipelajari juga
mengingat dahulu belum banyak yang mengetahui dan paham akan berbagai jenis
tulisan Arab sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat umum yang baru mengenal
Islam.
Sampai sekarang khat naskhi juga sering digunakan sebagai kaligrafi hiasan
mushaf, penulisan Al-qur'an, dan penulisan naskah-naskah berbahasa arab karena
mengandung bentuk tulisan sederhana yang tidak terlalu rumit. Tidak hanya itu,
adapun beberapa contoh lain penggunaan Khat Naskhi di zaman sekarang:
1. Seni Kaligrafi
Khat Naskhi masih digunakan sebagai salah satu jenis tulisan Arab yang
sering dipakai dalam seni kaligrafi. Khat Naskhi ini memiliki bentuk yang
indah dan elegan, serta dipercaya dapat menunjukkan keindahan dan
kehalusan Islam.
2. Desain Grafis
Penggunaan Khat Naskhi dalam desain grafis kini semakin populer,
terutama dalam desain logo, poster, dan kemasan produk. Khat Naskhi
memberikan kesan yang eksklusif dan elegan, sehingga dapat meningkatkan
citra dari sebuah produk atau perusahaan.

11
3. Arsitektur
Khat Naskhi juga sering digunakan dalam arsitektur, khususnya pada
bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan keagamaan yang tinggi,
seperti masjid atau istana. Penggunaan Khat Naskhi pada arsitektur ini
memberikan kesan yang megah dan memperlihatkan keindahan seni Islam.

4. Seni Lukis
Seniman sering menggunakan Khat Naskhi dalam seni lukis mereka,
terutama dalam menghias karya seni mereka dengan motif-motif kaligrafi.
Khat Naskhi dapat memberikan sentuhan seni yang khas dan meningkatkan
nilai estetika dari sebuah karya seni.
5. Pakaian
Khat Naskhi juga sering digunakan dalam desain pakaian, terutama untuk
busana muslim seperti jubah atau kaftan. Penggunaan Khat Naskhi pada
pakaian memberikan kesan yang anggun dan islami, sehingga cocok dipakai
pada acara-acara formal seperti pernikahan atau acara keagamaan.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaligrafi adalah seni menuliskan teks ke dalam bentuk lukisan menggunakan
pena, kuas, atau alat tulis lainnya ke media tertentu. Salah satu kaligrafi yang terkenal
adalah kaligrafi khat naskhi. Kaligrafi Naskhi adalah salah satu jenis kaligrafi Arab
yang populer dan sering digunakan dalam penulisan teks-teks Islam, seperti Al-Quran
dan hadis. Sejarah awal kaligrafi Naskhi dapat ditelusuri kembali ke masa
kekhalifahan Umayyah pada abad ke-7 Masehi. Khat naskhi juga mempunyai
beberapa tokoh sejarah yang memunculkan khat ini untuk pertama kalinya dan
mengembangkannya sampai sekarang. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Ibnu
Muqlah, Ibnu Al-Bawwab, dan Yaqut Al-Musta‟shimi. Adapun filosofi khat naskhi
yang mencangkup pengembangan karakter dan kepribadian seorang kaligrafer.

B. Saran
Kaligrafi adalah sebuah karya seni yang banyak sekali terlihat terutama di
dinding masjid dan beberapa rumah dengan fungsi sebagai hiasan. Namun tanpa
diketahui kaligrafi juga ternyata memiliki peminat yang cukup sedikit. Seharusnya
kaligarfi perlu dikembangkan supaya tetap menjadi salah satu seni dengan keindahan
yang luar biasa. Salah satu kaligrafi yang paling umum kita jumpai adalah kaligrafi
khat naskhi dikarenakan khat naskhi digunakan sebagai tulisan dalam Al-Qur‟an dan
hadis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ni‟ma, Asna Ainun. (2022). “Penggunaan Seni Kaligrafi dalam Pembelajaran


Keterampilan Menulis (Maharah Kitabah)”. Tifani: Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat 2.1.

Pratama, Alif Nova Anugerah. (2017). “Perkembangan Kaligrafi Arab Pada


Masa Pra-Islam”. Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN
Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Rahmat, Ali Fitriana. (2021). “Ibnu Muqlah (W.328 H): Sejarah dan
Sumbangsihnya dalam Penulisan Al-Qur’an”. Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir, 4.1:45-62.

Syukrie, Abdul Hakim. (2021). “Perkembangan Kaligrafi dan Urgensinya bagi


Khazanah Mushab”. Jurnal Lektur Keagamaan 19.1: 62-102.

Sirojuddin, A. R. (2014). “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia”.


Buletin Al-Turas 20.1: 219-232.

Somad, A. (2006). “Sejarah Perkembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia”:


Studi Kasus Kaligrafi Dekorasi di Dinding Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran
Baru Jakarta.

TEJAMUKTI, R. (2020). “IDENTIFIKASI TINGKAT KEMIRIPAN TULISAN


TANGAN KALIGRAFI DENGAN STANDAR KHAT NASKHI UNTUK
EVALUASI PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS MENGGUNAKAN
ALGORITMA EUCLIDEAN DISTANCE DAN K-NEAREST NEIGHBOUR”.
(Doctoral dissertation, UPN Veteran Yogyakarta).

Zulfa, Zakiyah Yuliya. “Penerapan Metode Drill Khat Naskhi Dalam


Perkembangan Menulis Al-Qur’an di Madrasah Diniyah Mazra’atul Ulum
Paciran Lamongan”.

14

Anda mungkin juga menyukai