Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM


RUANG LINGKUP METODOLOGI ISLAM

Disusun oleh:
Nama : Muhammad Fauzan (1722004)
Jurusan : Teknik Informatika (Tabalong)

STKOM
SAPTA COMPUTER
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya berhak disampaikan kepada Allah swt. yang telah
memberikan cahaya keilmuan kepada segenap orang yang mendakwahkan
kebenaran agama yang diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada tokoh paling berpengaruh dalam sejarah kemanusiaan, Nabi
Muhammad saw., yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju
zaman peradaban.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi Studi
Islam sekaligus untuk menambah wawasan kita tentang Ruang Lingkup
Metodelogi Islam. Penulis, berharap makalah ini dapat menjadi acuan dalam
belajar Metodelogi Islam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dan meluangkan waktu untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan


menambah wawasan bagi kita semua.

Mantuil, 01 April 2018

Penyusun

i
Daftar Isi
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...............................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN METODELOGI ISLAM ...................................................3


B. PENDEKATAN METODELOGI ISLAM .................................................4
1. Pendekatan Sosiologis .........................................................................5
2. Pendekatan Historis ............................................................................ 6
3. Pendekatan Antropologis ....................................................................7
4. Pendekatan Psikologis .........................................................................8
C. TUJUAN METODELOGI ISLAM ............................................................9
D. MANFAAT METODELOGI ISLAM ......................................................11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ....................................................................................... 13
B. KRITIK DAN SARAN ............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan


sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian
alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Pola
perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian
berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai sunnatullah.

Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama


yang telah ada, islam merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua
umat.Islam itu dibawakan oleh nabi Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari
Allah. Untuk mengetahui islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang
dinamakan Studi Islam akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan bidang
kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam maka
dari itu Studi Islam menimbulkan berbagai permasalahn yang umum diantaranya :
apa penertian Studi Islam, apa ruang lingkup, atau objek Studi Islam, apa tujuan
Studi Islam, bagaimana pendekatan dan metodologi dalam Studi Islam.

Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari


Studi Islam dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang
mempelajari Studi Islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada
manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk
mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan
keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT.

Oleh karena itu, islam sebagai ajaran menjadi sebuah topik yang menarik
untuk dikaji baik dari kalangan intelektual muslim sendiri maupun sarjana-
sarjana barat, mulai tradisi orientalis sampai pada sebutan islamisist. Kajian
keislaman (Islamic studies) merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas islam
baik ajaran, kelembagaan, sejarah maupun kehidupan umatnya. Dalam prosesnya,

1
usaha kajian itu mencerminkan suatu transmisi doktrin-doktrin keagamaan
dari generasi ke generasi, dengan menjadikan tokoh-tokoh agama, mulai dari
Rasulullah sampai dengan ustad dan para dai sebagai perantara sentral yang
hidup. Dari ustad maupun guru kita dapat mengetahui apa itu studi islam, baik
pengertian, ruang lingkup, obyek, pendekatan, metodologi. Banyak sekali
pendapat-pendapat yang menjelaskan tentang itu semua yang perlu kita kaji.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam


makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari Metodologi Islam ?


2. Bagaimana Metodologi Islam dikaji ?
3. Apa tujuan dari Metodologi Islam ?
4. Apa manfaat Metodelogi Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Metodologi Islam.
2. Untuk mengetahui cara Metodologi Islam dikaji.
3. Untuk mengetahui tujuan dari Metodologi Islam.
4. Untuk mengetahui manfaat dari Metodologi Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodelogi Islam

Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta
(sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau
lanhkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang
lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.

Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian,


penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan
keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan
ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.

Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos


berarti “studi tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi
sekedar kumpulan cara yang sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa
kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja
ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan, refleksi
dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka
luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari
itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan
metode tidak1.

Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat ( untuk
menganalisa sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara2.

Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas


kajian- kajian seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam.
Sebut saja misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, komparatif

1 uhyar Fanani, Metode Studi Islam, aplikasi sosiologi pengetahuan sebagai cara pandang,( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008) hlm.ix.
2 Pios A partanto M. dahlan al barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : penerbit arkola, 1994)hlm.462

3
dan lain sebagainya. Metodologi studi islam mengenal metode- metode itu sebatas
teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam
praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.
Menurut Muhammad Nurhakim, memang tidak semua aspek agama,
khususnya Islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi
Islam, ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi objek studi,
yaitu
a. Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final
dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
b.Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya.
c. Sebagai interaksi social, yaitu realitas umat Islam

Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi
pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas
kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.

B. Pendekatan Metodelogi Islam

Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach.


Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah study
atau penelitian. Dalam arti lain “pendekatan” adalah bagaimana suatu ilmu itu di
kaji atau diteliti. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu
karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui
sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau
penelitian itu sendiri. Setiap disiplin ilmu memiliki kekhususan metodologi sebab
tidak ada sebuah metode yang dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika
seorang pengkaji telah menentukan pendekatan yang digunakannya, akan dengan
mudah terbaca langkah-langkah metodologis yang digunakan.

Jika seorang pengkaji keislaman telah menentukan pendekatan yang


digunakannya, pembaca dapat melihat, bahkan menguji kelurusan logika dan

4
langkah metodologis yang harus dilakukan. Kalaupun terjadi perbedaan, mungkin
diperbolehkan hanya pada aspek pengembangannya saja, namun tidak
diperbolehkan melenceng dari metode dan prinsip-prinsipnya yang berlaku dalam
disiplin ilmu itu. Sesungguhnya di era perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini., perkembangan ilmu harus dibarengi pula dengan perkembangan
metodologi dan semakin mendalamnya kajian akan ditentukan berdasarkan
pendekatan dan disiplin ilmunya. 3

Berkenanaan dengan pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dengan


jelas pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam memahamai agama. Hal
ini perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara
fugsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui
berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh
masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan
masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi. Untuk lebih jelasnya
pendekatan tersebut dapat kita pelajari sebagai berikut:

1.Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat


dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yamng menguasai hidupnya.
Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara yang terbentuk
dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula
kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.

Harus ditegaskan disini bahwa orang yang pertama kali menggagas sekaligus
memperaktikkan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru yang mandiri adalah
ibn khaldun. Namun, sebagian besar sosiolog memandang kontribusi ibn khaldun

3 Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008, hlm. 64-66

5
begitu kecil dalam sosiologi. Mereka lebih mengakui karl max dan august comte
sebagai seorang yang yang paling berjasa bagi disiplin ilmu sosiologi.4

Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena


fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis
tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial,
mendorong di tetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:

1. Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas.


2. Kategori bisosial, seperti seks, gender perkawinan, keluarga masa kanak-
kanak dan usia.
3. Pola organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem
pertukaran dan birokrasi.
4. Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal,
penyimpangan, dan globalisasi.5

Dalam al-quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas


tertinggi yang menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya.
Namun disisi lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran
keyakinan lain (lakum dinukum waliyaddin).6

2.Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat
kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam
peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.7

Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena


agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan

4 Ibid hlm.20
5 Peter Conolly, aneka pendekatan studi agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002).hlm 283
6 Atang abd.hakim & DR. Jaih Mubarok. Metode studi islam.(Bandung: remaja rosdakarya 2009).hlm
7 Atang abd.hakim & DR. Jaih Mubarok. Metode studi islam.(Bandung: remaja rosdakarya 2009).hlm

6
kondisi social kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan
studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam menurut
pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-qur‟an, ia sampai pada kesimpulan
bahwa dasarnya kandungan Al-qur‟an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama
berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan
perumpamaan.

Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke
alam yang bersifat empirism dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan
melihat adanya kesenjangan atau keselarassan antara yang terdapat dalam alam
idealis dengan yang ada dalam empiris dan historis. Pendekatan kesejarahan ini
amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena Agama itu sendiri turun dalam
situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.

3.Pendekatan Antropologis
Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai
agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih
akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya
menjelaskan dan memberikan jawabannya.

Dalam berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya


hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik
golongan masyarakat yang kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada
gerakan-gerakan keagamaan yang mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan
sosial masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk
mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran
tatanan itu menguntungkan pihaknya.

Melalui pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan


empiric akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama

7
tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara
agama dengan berbagai pranata yang terjadi dimasyarakat.8

Dalam pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan
etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika
ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan
dengan cara mengubah pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan
antropologis ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme
pengorganisasian.

Salah satu konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah modern adalah
holisme, yakni pandangan bahwa prakyik-praktik sosial harus diteliti dalam
konteks dan secara esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang
lain dalam masyarakat yang sedang diteliti. Para antropologis harus melihat agama
dan praktik-praktik pertanian, kekeluargaan dan politik, magic dan pengobatan
(secara bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system otonom yang
tidak terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.9

4.Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang
melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku
seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang
dianutnya. Ilmu jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat,
tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang,
melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat
pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.

Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan
yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai
alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan

8 Abbudin nata, metode studi islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004) hlm.391
9 Ibid, hlm.34

8
uasianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk
menanamkannya.

Label “psikologi agama” seolah menunjukan bahwa bidang ini merupakan


cabang psikologi yang concern dengan subjek agama, sejajar dengan psikologi
pendidkan, atau psikologi olahraga, atau psikologi klinis. Akan tetapi kenyataanya,
psikologi agama berada di bagian luar mainstream psikologi.

C. Tujuan Metodelogi Islam

Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa al-umur bi maqashidiyah, bahwa


setiap tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang
telah ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan serharusnya
berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata –mata berorientasi pada
sederetan materi. Sehingga tujuan study Islam terlebih dahulu harus dirumuskan,
sebelum komponen-komponen lainnya.

Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai


konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka aktualisasi nilai-
nilai al-Qur‟an menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat
Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai al-Qur‟ani
sebagai upaya pembentukan pribadi umat Islam yang bertaqwa, berakhlak
mulia, cerdas, maju, dan mandiri , atau disebut dengan insane kamil. Pribadi
semacam inilah yang menjadi tujuan study Islam sebagaimana dirumuskan oleh al-
Ghazali. Dalam mewujudkan Islam kamil, pendidikan Islam ditujukan sebagai
proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), transfer metode (transfer of
methodology), dan transfer nilai- niilai (transfer of values).

Study Islam sebagai media transfer pengetahuan dapat ditinjau dari perspektif
perspektif human capital, pendidikan tidak dipandang sebagai barang konsumsi saja
tetapi juga sebagai sebuah investasi. Hasil investasi ini berupa tenaga kerja yang
mempunyai pengetahuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannnya
dalam proses produksi dan pembangunan pada umumnya.

9
Secara normative tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam meliputi tiga
dimensi yaitu:
1. Dimensi spiritual, yaitu iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin
dalam ibadah dan muamalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata
yaitu akhlak mulia, yang menurut M. Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan
utama study Islam.
Sementara menurut Said Aqil Husein al-Munawar, akhlak
merupakan alat control psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat.
Tanpa akhlak, manusia akan berada dalam kumpulan binatang yang tidak
memliliki tata nilai dalam kehidupannya. Rasulullah saw. Merupakan
sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti
tercermin dalam sabdanya:
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”.
2. Dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal
menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu
yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar
(bawaan) dan factor ajar (lingkungan) dengan berpedoman kepada nilai-
nilai keislaman.
3. Dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, aktif,
disiplin, inovatif, produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam
pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal:
analisis, kreatifitas, dan praksis.

Upaya yang dilakukan dalam study Islam tentunya tidak cukupn di ruang kelas
atau disekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah
keluarga. Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga memiliki dampak langsung
terhadap kehidupan peserta didik dan masyarakat itu sendiri. Disinilah anak
mendapatkan imu pengetahuan pertama kalinya sebelum mendapatkan dari lembaga

10
lain.10

Studi islam sebagai sebuah kajian secara sistematis terhadap islam memiliki
sebuah tujuan kegiatan apapun, apalagi studi islam, akan lebih mudah tercapai
manakala ditetapkan tujuannya secara konkret. Secara garis besar tujuan studi islam
adalah:
1. Mempelajari secara mendalam tentang hakikat islam, bagaimana
posisinya dengan agama lain, dan bagaimana hubungannya dengan dinamika
oerkembangan yang terus berlangsung.
2. Mempelajari secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran agama islam
yang tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah.
3. Mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran islam yang asli, dan
bagaimana operasionalisasinya dalam pertumbuhan budaya dan peradaban
islam sepanjang sejarah.
4. Mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai
dasar ajaran islam dan bagaimana perwujudannya dalam membimbing dan
mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban
manusia pada zaman modern ini.

Dengan menyimak terhadap 4 tujuan ini studi islam diharapkan akan lebih jelas
arahnya. Tujuan ini menjadi semacam titik yang akan dituju dengan berbagai sarana
dan metode untuk mencapainya. Dengan kerangka tujuan semacam ini, studi islam
diharapkan tidak sekedar sebagai sebuah wawasan normatif, tetapi juga
konstektual, aplikatif, dan memberikan kontribusi konkret terhadap dinamika dan
perkembangan yang ada.

D. Manfaat Metodelogi Islam

Dengan mempelajari metodologi studi Islam akan memberikan ruang dalam


pemikiran yang lebih kritis terhadap persoalan agama, sehingga tidak menganggap

10 Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustakan Rizki Putra,
2008 hlm. 21-24

11
bahwa ajaran Islam klasik dianggap sebagai taken for granted. Hal ini didasari atas
adanya pujian paradoksal terhadap dunia Islam. Dikatakan, salah satu penyebab
kegagalan Islam dewasa ini justru disebabkan oleh keberhasilannya yang gilang
gemilang pada masa lalu. Baik karena keyakinan akan ajarannya yang sudah
mutlak sempurna serta warisan budaya masa lalu yang amat kaya dan
menakjubkan, maka seakan tidak ada lagi ruang bagi umat Islam dewasa ini untuk
melakukan inovasi, yang ada adalah melakukan konservasi, revitalisasi, dan
kembali kepada kaidah-kaidah lama yang dipersepsikan sebagai zaman keemasan.
Kuatnya memori of the past yang kemudian menjadi semacam ideologi yang
disakralkan, maka dunia Islam secara psikologis merasa memiliki dunia tersendiri.
Sikap ketertutupan ini pada urutannya membatasi kita untuk bisa melihat dan
menerima realita dunia baru. Bahwa dunia pada abad lalu bukanlah dunia yang
kita huni hari ini.

Mengimbangi alur pemikiran keagamaan yang seringkali menonjolkan warna


pemikiran keagamaan yang bersifat teologis-partikularistik. Hampir semua
pengamatan sosial keagamaan sepakat bahwa pemikiran teologi, seringkali
membawa kearah ketersekatan‟ umat. Ketersekatan dan keterkotak-kotakan yang
tidak dapat terhindarkan. (Amin Abdullah, Studi Agama, Normativitas atau
Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 13) Lebih lanjut Amin Abdullah
menjelaskan ada dua ciri menonjol corak pemikiran teologis. Pertama, pemikiran
teologis menekankan perlunya personal commintment terhadap ajaran agama yang
dipeluknya. Agama adalah persoalan hidup dan mati (ultimate concern). Pemeluk
agama tertentu akan akan mempertahankan ajaran-ajaran agamanya dengan gigih
hingga rela berkorban. Di sini agama erat kaitannya dengan emosi. Kedua,
„bahasa” yang digunakan pemeluk agama adalah bahasa seorang pelaku” atau
pemain” (actor) bukan bahasa pengamat atau peneliti dari luar (spectator).
Karenanya kesetiaan pada agama berimplikasi menyeluruh terhadap
kehidupannya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sisi pengertian studi islam secara sederhana adalah usaha mendasar dan
sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk
beluk yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran- ajarannya, maupun
praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang
sejarah.

Dalam konteks khusus studi islam, ada beberapa aspek tertentu dari islam yang
dapat menjadi objek studi, yaitu :
1. Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para
pemeluknya sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa
adanya
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi
manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang
terhadap doktrin agamanya.
3. Interaksi sosial yaitu realitas umat islam.
Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach.
Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah study
atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena
tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah
kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau
penelitian itu sendiri. Metode merupakan cara mengerjakan sesuatu ( a way of doing
something). Sementara pendekatan adalah cara memperlakukan sesuatu ( a way
of dealing with something).

13
B. Kritik dan Saran

Makalah ini mungkin belum mencapai kesempurnaan dan masih banyak


kekurangan, oleh karena itu penulis mohon masukan dan saran dari pembaca, untuk
memperbaiki makalah ini. Penulis juga menyarankan pada pembaca untuk membaca
buku-buku referensi yang kami pakai. Semoga makalah ini dapat bermanfaaat dan
menambah pengetahuan pembaca.

14
Daftar Pustaka

Fanani , Muhyar, Metode Studi Islam, aplikasi sosiologi pengetahuan sebagai cara pandang,(
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)

Partanto, Pios A M. dahlan al barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : penerbit arkola,
1994

Conolly , Peter, Aneka pendekatan studi agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002).

Atang, abd.hakim & Jaih Mubarok. Metode studi islam.(Bandung: remaja rosdakarya 2009).

Kimia,tadris, Metodologi Studi Islam 2008. (Semarang : takimia production,2010

Nata, abbudin, metode studi islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004

Tantowi Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustakan


Rizki Putra, 2008.

Anda mungkin juga menyukai